( Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Talk Show “Lobby” Di Arek Televisi )
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
BAYU ADI PRADANA NPM : 0343010166
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PRODI ILMU KOMUNIKASI
HALAMAN JUDUL……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR………... iv
DAFTAR ISI……….. vi
DAFTAR GAMBAR………. viii
DAFTAR TABEL………. ix
2.2 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik ... 11
2.3 Isi Pesan Televisi ... 14
2.4 Pemirsa Televisi ... 15
2.5 Program Talk Show Di Televisi ... 16
2.6 Tingkat Pengetahuan... 21
2.7 Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response)... 22
2.8 Kerangka Berpikir... 24
BAB III. METODE PENELITIAN... 27
3.1 Defenisi Operasional... 27
3.1.1 Talk Show Lobby Di Arek Televisi……….. 27
3.2 Tingkat Pengetahuan……….……… 28
vii
3.6 Teknik Pengumpulan Data... 35
3.7 Teknik Analisis Data………. 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 37
41 Penyajian Data Dan Analisisi Data... 37
4.1.1 Identitas responden……… 37
4.1.2 Tingkat Pengetahuan Responden………. 43
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 65
5.1 Kesimpulan... 65
5.2 Saran... 66
DAFTAR PUSTAKA... 67
Gambar.1. Model Teori S-O-R... 23
Gambar 2. Kerangka Berpikir... 26
ix
Tabel 1. Kelompok Usia Responden………. 37
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden……… 39
Tabel 3. Pekerjaan Responden……….. 40
Tabel 4. Tayangan talk show Lobby di Arek Televisi……….. 41
Tabel 5. Frekuensi dalam menonton media televisi... 41
Tabel 6. Durasi Menonton Tayangan talk show Lobby di Arek Televisi dalam satu minggu... 42
Tabel 7. Tayang setiap hari senin sampai jumat... 43
Tabel 8. Penayangan mulai pada pukul 20.00 WIB sampai 21.00 WIB 44 Tabel 9. Topik/Tema relevan dengan permasalahan yang tengah terjadi dimasyarakat... 45
Tabel 10. Topik/Tema bisa menjadi wacana dalam mencari solusi dalam memecahkan masalah yang tengah terjadi dimasyarakat... 46 Tabel 11. Topik/Tema tidak berkaitan dengan tujuan dari politik tertentu... 47
Tabel 12. Tokoh/pakar sesuai dengan tema/topik... 48
Tabel 13. Tokoh/pakar merupakan tokoh sentral dalam isu yang tengah dibahas (pengambil keputusan)... 49
Tabel 14. Tokoh/pakar relevan, logis dan terperinci dalam memberikan uraian pembahasan... 50
Tabel 15. Pembawa acara/presenter Talk Show Cerdas………... 51
Tabel 16. Pembawa acara/presenter Talk Show Fairness kepada pihak pro dan kontra………... 52
Tabel 17. Pembawa acara/presenter Talk Show Kritis dalam menanyakan permasalahan... 53
Tabel 18. Pembawa acara/presenter Talk Show Detail dalam menanyakan permasalahan………... 55
Tabel 19. Pembawa acara/presenter Talk Show Presenter perempuan… 56 Tabel 20. Pembawa acara/presenter Talk Show Presenter laki-laki…… 57
Tabel 21. Pembawa acara/presenter Talk Show Tegas……… 58
Tabel 22. Pembawa acara/presenter Talk Show Atraktif……… 60
Tabel 23. Nomor telepon interaktif Talk Show……… 61
Tabel 24. Akun jejaring sosial facebook Talk Show Lobby……… 62
BAYU ADI PRADANA. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Tayangan Talk Show Lobby (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Talk Show “Lobby” Di Arek Televisi)
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang tayangan talk show Lobby di Arek Televisi. Arek Televisi merupakan salah satu televisi lokal di Surabaya yang mempunyai program tayangan interaktif dan disiarkan secara langsung untuk masyarakat, dari tayangan ini peneliti akan mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dengan indikator tinggi, sedang dan rendah terhadap tayangan talk show Lobby tersebut.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stimulus-Organism-Response, Media Massa, Masyarakat Sebagai Pemirsa Televisi, Tingkat Pengetahuan.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang pernah melihat tayangan talk show Lobby di Arek Televisi dengan asumsi responden mengerti tentang apa yang sedang diteliti yang nantinya akan berpengaruh pada keakuratan data yang dihasilkan. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster multistage di wilayah Surabaya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan masyarakat yang menjadi responden mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah terhadap tayangan talk show Lobby Di Arek Televisi.
Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Masyarakat, Tayangan Talk Show Lobby Di Arek Televisi
1.1 Latar Belakang Masalah
Televisi saat ini telah berkembang dengan pesat dan menjadi bagian
yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Dari televisi masyarakat
dapat memperoleh informasi, hiburan, pengaruh dan pendidikan.
Perkembangan televisi saat ini tidak hanya terjadi pada stasiun televisi
nasional, stasiun televisi lokal juga sudah banyak bermunculan. Target audien
televisi lokal adalah masyarakat setempat. Stasiun televisi lokal juga berperan
dalam melestarikan budaya dan kesenian setempat yaitu dengan memproduksi
tayangan yang menggunakan bahasa daerahnya atau menampilkan budaya
yang ada di daerah tersebut. Televisi merupakan sarana untuk menyampaikan
isi pesan yang bersifat umum kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif
besar, tinggalnya tersebar, heterogen, anonim, melembaga, memiliki perhatian
yang berpusat pada isi pesan yang sama (Wahyudi, 1991:50).
Menurut Morrisan, stasiun televisi lokal dapat bekerjasama dengan
pemerintah daerah untuk memproduksi acara dengan setting berdasarkan
kebutuhan daerah setempat, misalnya memproduksi sebuah talk show. Dengan
acara ini pemerintah setempat dapat menyampaikan gagasan atau informasi
pembangunan, progress report program pemerintah daerah dan mendiskusikan
berbagai masalah sosial (Morissan, 2005). Acara talk show yang diproduksi
oleh stasiun televisi lokal dapat menjadi jembatan komunikasi antara
pemerintah daerah dengan masyarakat setempat dalam mengatasi
masalah-masalah sosial yang terjadi. Dan juga dapat menjadi lembaga kontrol sosial
yang efektif. Namun ada anggapan masyarakat bahwa media massa salah
satunya adalah media televisi, merupakan media propaganda untuk membentuk
dan mempengaruhi opini publik. Terkadang pemerintah mengasumsikan bahwa
media massa selalu siap digunakan untuk mengindoktrinasi seluruh warga
dengan pandangan bersama dan dengan begitu memecahkan semua masalah
yang berkenaan dengan konsesus. Pada saat yang sama masih pula ada
pemerintahan yang berusaha memerintah dengan menggunakan propaganda
dan demagogi (usaha untuk mempengaruhi dan mempesonakan khalayak lebih
dengan kemampuan retorika dan bukan rasio) yang melembaga (Nasution,
1996:88)
Salah satu acara talk show yang diproduksi oleh stasiun televisi lokal di
Surabaya yaitu Arek Televisi dengan nama program tayangan yaitu talk show
“Lobby” dengan slogan “belajar lebih memahami”. Talk show “Lobby” Arek
Televisi bertujuan untuk menjembatani pemerintah daerah dengan masyarakat
karena kurangnya sosialisasi dan komunikasi dari pemerintah maupun instansi
terkait berbagai kebijakan maupun rumusan dalam penyelesaiaan
masalah-masalah yang ada di masyarakat.
Program Talk show “Lobby” merupakan pendalaman (indepth
sosial, budaya (poleksosbud). Ada wawancara mendalam dengan narasumber
terkait, dan tayangan ini dikemas dalam bentuk talk show interaktif dengan
menghadirkan pejabat-pejabat di instansi pemerintah, para pengamat,
praktisi-praktisi sebagai narasumber pada setiap episodenya. Dari tayangan ini
masyarakat dapat memperoleh informasi maupun wacana tentang pembahasan
masalah dan dapat bertanya secara langsung pada narasumber yang dihadirkan
dalam tayangan tersebut melalui telepon interaktif.
Beberapa episode yang pernah ditayangkan dalam talk show Lobby
Arek Televisi yaitu membahas pembangunan kembali Pasar Turi dan
pembebasan trotoar surabaya dari PKL, selain itu episode “dewan on the spot”
yang membawa anggota dewan turun ke lokasi proyek/lapangan dan episode
“box cluvert Banyurip”. Tayangan talk show Lobby Arek Televisi mulai
mendapat kritikan dari masyarakat bahwa acara talk show ini merupakan
sarana politik atau propaganda yang dilakukan pemerintah. Slogan tayangan
talk show Lobby Arek Televisi adalah “belajar untuk memahami”, namun dari
slogan tersebut dapat memunculkan wacana pro dan kontra yaitu melalui
tayangan talk show Lobby Arek Televisi apakah pemerintah belajar untuk
memahami masyarakat atau masyarakat diharapkan belajar untuk memahami
kebijakan-kebijakan pemerintahan yang dianggap tidak memihak. Tayangan
talk show Lobby merupakan tayangan yang mempunyai rating cukup besar
diantar program tayangan talk show lainnya di Arek Televisi seperti program
jadwal tayang talk show Lobby yang tayang setiap hari mulai hari senin-jumat
pada pukul 20.00 wib.
Arek Televisi adalah salah satu televisi swasta lokal yang berdiri
dengan nama perusahaan PT. Arek Surabaya Televisi Jatim beralamat di Rich
Palace Blok C No. 7, Jl. Mayjend Sungkono 149-151 Surabaya. Dalam proses
siarannya pada channel frekuensi 48 UHF (Ultra High Frequency), Arek
Televisi dianggap melanggar hukum karena hanya mempunyai Rekomendasi
Kelayakan (RK) yang diterbitkan Komisi Penyiaran Indonesia namun tidak
mempunyai Izin Penyelenggaran Penyiaran (IPP) dan Izin Siaran Radio (ISR).
Wilayah coverage area Arek Televisi menjangkau di tujuh kota di Jawa Timur
yaitu Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto, Gresik, Lamongan, Bangkalan.
Dengan semangat “Arek TV, TV-ne arek. Jare sopo, jare
Arek-arek”, dan mengusung slogan “Moncer”, Arek Televisi secara resmi hadir
pertama kali sejak 20 Mei 2008. Visi yang dijalankan Arek Televisi adalah
turut serta mencerdaskan pemirsa dengan menghadirkan pilihan
tayangan-tayangan informasi yang tidak memihak, serta program yang dekat dengan
masyarakat dan menghibur dengan komposisi program 60 persen adalah
hiburan dan 40 persen merupakan program informasi. Misi Arek Televisi
adalah menjadi station televisi yang tayangannya tidak hanya hadir dan
berkesan, tetapi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pemirsa.
Program acara didesain dan dibuat sesuai dengan kebutuhan, budaya,
umumnya. Format program ; News: 15 persen, Talk Show: 25 persen, Culture:
5 persen, Entertainment: 60 persen. Komposisi segementasi pemirsa : Pria: 55
persen, Wanita: 45 persen. Program Source; In House: 85 persen,
Outsourching: 5 persen, Program Kerjasama: 10 persen. Segmentasi usia :
Kids 5 tahun-14 tahun : 15 persen, Teen 15 tahun-19 tahun : 21 persen, Youth
20 tahun-24 tahun: 25 persen, Adult diatas 24 tahun: 39 persen.
Dari permasalahan diatas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya tentang tayangan talk show Lobby di
Arek Televisi. Dalam penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memiliki
pengetahuan dan menumbuhkan pemahaman positif atau definisi yang sama
tentang berbagai permasalahan yang di bahas dalam talk show Lobby Arek
Televisi. Ketertarikan permasalahan penelitian mendasar pada beberapa hal
yaitu Arek Televisi merupakan salah satu station televisi lokal yang baru
berdiri di Surabaya yang terkendala izin siarannya, selanjutnya talk show
“Lobby” merupakan pendalaman (indepth reporting) dari isu-isu hangat
berkaitan dengan masalah politik, ekonomi, sosial, budaya sehingga harus
dikaji bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang tayangan ini.
Program tayangan Lobby adalah tayangan talk show yang mempunyai
frekuensi penayangan setiap hari mulai hari senin-jumat tayang secara
langsung (live) pada pukul 20.00 wib sampai 21.00 wib.
Coverage area siaran Arek Televisi meliputi kota Surabaya, Sidoarjo,
di kota Surabaya terpilih menjadi objek penelitian tingkat pengetahuan tentang
tayangan talk show Lobby di Arek Televisi. Kota Surabaya merupakan kota
dengan jumlah penduduk terbesar diantara kota lainnya di Jawa Timur yang
dijangkau oleh siaran Arek televisi. Dengan berdasar catatan statistik tahun
2008, jumlah penduduk Surabaya mencapai 2.884.445 jiwa.
(http://www.surabaya.go.id/dispenduk). Namun mengacu pada batasan usia
dalam penelitian ini yaitu penduduk Surabaya dengan usia 17 tahun sampai 59
tahun terhitung sebesar 1.876.044 jiwa. Masyarakat Surabaya yang di teliti
adalah seorang tinggal di Surabaya dengan batasan usia 17 tahun sampai 59
tahun, dengan asumsi pada usia 17 tahun seseorang mulai memasuki usia
dewasa dimana kemampuan berpikirnya makin berkembang menjadi lebih
sistematis, reflektif serta menyadari adanya berbagai kemungkinan alternatif
lain dalam memutuskan sesuatu. Pada seorang dengan batasan usia 59 tahun
keefektifan memori jangka panjang dan kecepatan proses kognitif mulai
menurun. Tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya tentang talk show Lobby
di Arek Televisi didapat dari bagaimana masyarakat mengetahui dan menonton
tayangan tersebut, pemahaman apa yang didapat setelah menonton dan apa
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka perumusan masalahnya adalah
“Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan
Talk Show Lobby di Arek Televisi ? ”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah “Untuk Mengetahui Bagaimana Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Talk Show Lobby di Arek
Televisi”.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran pada Ilmu
Komunikasi dalam pengembangan studi tingkat pengetahuan,
khususnya media massa televisi sehingga dimanfaatkan sebagai
masukan yang berguna bagi kegiatan penelitian informal Ilmu
Komunikasi selanjutnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis a. Masyarakat
Penulis memberikan bahan masukan bagi masyarakat, khususnya para
Televisi untuk peningkatan wawasan dan sistem kontrol tentang
kebijakan-kebijakan pemerintahan.
b. Televisi
Bagi stasiun Arek Televisi, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam
mengevaluasi program acara tayangan talk show Lobby sehingga dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam memproduksi program acara yang
2.1 Komunikasi Massa
Para ahli komunikasi membatasi pengetian komunikasi massa pada
komunikasi menggunakan media massa, misalnya surat kabar, majalah, radio,
televisi, atau film. (Effendy, 1990:20).
Serverin dan Tankard Jr. dalam buku “Communication Theories,
Origins, Methods Uses” yang dikutip oleh Effendy (1990:21) dalam buku Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek menyatakan bahwa:
“Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian
seni dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam arti
bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang
dapat dipelajari, seperti memfokuskan kamera televisi,
mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika
wawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi
tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk
program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis
untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang
memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam
pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang
bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat
dikukuhkan dan dipergunakan untuk berbagai hal menjadi
lebih baik”.
Devito memberikan definisi komunikasi massa secara lebih tegas dalam
karyanya “Communication: An Introduction to the Study of Communication”
yang terkutip dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek oleh Effendy
(1990:21) menyatakan bahwa:
“Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa
banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh
penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang
yang menonton televisi, agaknya ini berarti khalayak itu besar
dan agak sukar untuk didefinisikan.
Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan
oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual.
Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih
logis jika dieinisikn menurut bentuknya: televisi, radio, surat
kabar, majalah, film, buku, dan pita”.
Sedangkan menurut Defleur dan Dennis dalam bukunya
“Understanding Mass Communication” dalam Sendjaja (1993:158)
menyatakan bahwa:
“Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana
menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara
terus-menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat
mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda melalui
berbagai cara”.
Menurut Bittner dalam bukunya “Mass Communication: An
Introduction” dalam Sendjaja (1993:158) komunikasi massa adalah
pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Komunikasi massa sendiri didefinisikan secara sederhana sebagai jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen
dan anonim melalui media cetak atau elekronik sehingga pesan yang sama
dapat diterima secara serentak dan sesaat. (Rakhmat, 1994:189).
2.2 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik
Televisi merupakan bagian dari media massa, dimana media massa
mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Peranan media massa dalam kehidupan
manusia menurut Liliweri (1991:42) dirumuskan sebagai berikut:
a. Media massa memberikan informasi dan membantu kita untuk
b. Mengetahui secara jelas segala ikhwal tentang dunia sekelilingnya
kemudian menyimpannya dalam ingatan kita.
c. Media massa membantu kita untuk menyusun agenda, menyusun
d. Media massa berfungsi membantu dan berhubungan dengan berbagai
kelompok masyarakat lain diluar masyarakat kita.
e. Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia
f. Media massa digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari
g. keuntungan dari pesan-pesan yang diterimanya
h. Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, sebagian besar media
melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan bagi
khayalak.
Televisi secara umum adalah melihat jauh. Hal ini sesuai dengan
kenyataan bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta
atau kota-kota lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi
adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang
berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui
gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat
dirumah (Effendy,1993:10)
Televisi juga bisa merupakan media dengan jaringan komunikasi,
dengan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa yaitu
berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesan bersifat umum,
sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen.
Menurut Sastro (1992:23) mengatakan bahwa dari beberapa media massa yang
ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir
paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas
karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat
audio visualnya yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya, sedangkan
penayangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas. Dengan
modal audio visual yang dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam
memberikan pesan-pesannya. Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai
upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan pola pikir.
Sedangkan menurut Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa
munculnya media televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan
suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap
media massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan peruabahan
nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik
perhatian massa menunjukkan bahwa mendia tersebut menguasai jarak secara
geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian besar sehingga
pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah total sama
sekali. Pengaruh dari pada televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan
surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang
menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi menjadi
cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi
yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak
2.3 Isi Pesan Televisi
Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat
informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah geografis.
Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi
kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara
berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka
ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa
terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi
serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi.
Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara
yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak.
Jadi efektif tidaknya isi pesan itu tergantung dari situasi dan kondisi pemirsa
dan lingkungan sosialnya.
Berdasarkan hal itulah maka timbul pendapat pro dan kontra terhadap
dampak acara televisi yaitu ;
a. acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada didalam
masyarakat.
b. acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam
masyarakat
c. acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan
Perbedaan pendapat tentang dampak acara televisi merupakan hal yang
wajar. Karena media televisi dalam operasionalnya berhubungan dengan
intitusi sosial lain yang ada di masyarakat, serta perbedaan sudut pandang dari
khalayak sasaran.(Kuswandi,1996:99)
2.4 Pemirsa Televisi
Menurut John Hartley dalam Labib (2002 :27), pemirsa televisi adalah
konsepsi (construct) imajiner dari wacana-wacana yang menggelinding dan
melembagakan praktik siaran dalam latar belakang (setting) tertentu. Wacana
itu dimainkan oleh kelompok yang memiliki kepentingan tertentu terhadap
televisi. Dalam arti destruktif, pemirsa televisi adalah suatu proyeksi oleh suatu
lembaga atas keanekaragaman tanpa batas dari praktik-praktik menonton yang
nyata dari individu-individu dan kelompok-kelompok.
Dalam Labib (2002 :28) pandangan Hartley dikembangkan lagi oleh
Ien Ang, lembaga-lembaga penyiaran membayangkan pemirsanya melalui
analisis rinci terhadap peran pengukuran pemirsa atau audience rating (tingkat
ketertontonan acara televisi). Audience rating adalah persentase orang (pemilik
rumah) dalam satu populasi yang menyetel televisi tertentu, jadi, audience
rating menunjukkan audience televisi dibagi dengan total televisi rumah dalam
satu populasi.
Secara demografis, pemirsa televisi dapat dikategorikan atas dasar seks
agama, suku dan kebangsaan,serta status sosial ekonomi (social economic
status-SES) yang dilihat dari tingkat belanja rutin keluarga perbulan. Program
televisi harus memperhatikan faktor demografis agar lebih tersegmentasi.
Menurut Kasali dalam Labib (2002:30) segmentasi pemirsa adalah suatu proses
untuk membagi-bagi atau mengelompok-kelompokkan konsumen ke dalam
kotak-kotak yang lebih homogen.
2.5 Program Talk Show Di Televisi
Tayangan dengan format talk show merupakan sebuah tayangan dengan
menghadirkan pihak yang mewawancara (interviewer) dan orang yang di
interview (interviewee).
Beberapa unsur dalam program talk show di televisi yaitu ;
a. Pewawancara (interviewer)
Pewawancara adalah orang yang mendapat tugas atau berfungsi untuk
mewawancarai tokoh atau figur tertentu yang mempunyai bidang keahlian
khusus. Dalam melakukan wawancara, interviewer mempunyai tanggung
jawab penuh untuk membuat daftar pertanyaan. Dalam hal ini, pewawancara
berfungsi sebagai “suara pemirsa”.
Pewawancara adalah orang yang mempunyai pengetahuan luas tentang
berbagai hal, terutama topik yang akan diangkat dalam wawancara. Tetapi
dalam proses wawancara berlangsung, pewawancara harus berperan sebagai
yang berlangsung, benar-benar informatif dan argumentatif dalam menggali
pertanyaan serta mendapat jawaban.
Pertanyaan yang dilontarkan harus jelas, tegas, tepat serta terarah pada
topik dan pewawancara harus mampu mengartikan bahasa-bahasa ilmiah yang
disampaikan oleh orang yang diwawancarai. Pewawancara berhak memotong
pembicaraan atau jawaban dari orang yang di wawancarai apabila
pernyataannya keluar dari topik yang dibicarakan. Dalam hal ini pewawancara
harus mampu mengarahkan jalannya wawancara.
b. Orang yang diwawancarai (interviewee)
Pada umumnya orang yang menjadi objek wawancara adalah pakar,
tokoh atau orang yang memiliki prestasi maupun otoritas di masyarakat dengan
keahlian tertentu untuk mengupas topik (masalah) yang sedang hangat di
masyarakat.
Adapun tujuan wawancara dalam talk show;
(a) mendapatkan informasi yang lengkap
(b) mengorek opini
(c) menggali data dan fakta atas topik yang dibicarakan
Posisi orang yang di wawancarai biasanya lebih penting dibanding
pewawancara. Wawancara akan menjadi lebih hidup apabila pewawancara
Selain pakar atau tokoh, wawancara dengan format talk show terkadang juga
menghadirkan masyarakat. Kehadiran masyarakat umum dalam talk show
bertujuan;
(a) mengetahui persepsi masyarakat awam tentang topik yang dibicarakan
(b) mendegarkan keluhan dan tanggapan orang awam terhadap topik yang
dibicarakan dalam realitas sosial.
c. Topik atau tema talk show
Topik talk show adalah suatu tema berkaitan dengan gejala atau
masalah sosial yang sedang hangat terjadi dalam kehidupan masyarakat serta
menyangkut kepentingan umum. Topik dalam talk show akan sangat
mempengaruhi daya tarik pemirsa dalam menonton acara tersebut. Topik
dalam talk show pada umumnya mengangkat tema-tema yang sedang terjadi
dalam masyarakat. Untuk itulah topik talk show harus memenuhi unsur;
(a) aktualitas
(b) universalitas
(c) penting bagai kepentingan umum
Topik talk show menjadi begitu penting apabila sebelumnya, dalam
realitas sosial, topik meresahkan masyarakat. Sehingga dengan diangkatnya
topik tersebut, pemirsa menjadi tahu dengan jelas posisi mereka terhadap
d. Pemirsa
Pemirsa adalah unsur terpenting yang juga termasuk dalam siklus
wawancara televisi. Pemirsa yang menyaksikan acara wawancara terbagi
dalam berbagai kelas sosial yang berbeda-beda. Yang terpenting bahwa
pemirsa akan mendapat pengetahuan yang lebih luas terhadap satu masalah
yang dikemas dalam topik talk show.
e. Waktu dan jadwal talk show
Waktu tayang program talk show harus disesuaikan dengan segementasi
pemirsa, selain itu dengan disesuaikannya jadwal tayang maka akan
meningkatkan jumlah pemirsa.
Wayne Munson dalam bukunya yang berjudul The talkshow in media
culture mengatakan tentang talk show sebagai berikut:
The talkshow is also readily available barometer of public opinion, an imaginary and discursive space where topical issues “sizzle” and political “bashing” can happen in safe anonymity.
Yang berarti talks show adalah sesuatu yang mengukur opini publik dengan
cepat, imaginer dan merupakan wacana dimana pokok permasalahan yang
sedang “panas” dan “tamparan” politik dapat dibahas dengan aman.
The interactive talkshow: it opne up “new ways of thinking abaout communication within both the formal practice of theory and the practical consciousness of everyday life’. It also becomes “a thing to think with, an agency for the alteration of ideas”. In so doing, it reproduces the contradictions in our thought, action and social relation.”.
Talk show interaktif membangun cara berpikir tentang komunikasi dalam
perantara untuk mengubah ide atau pikiran. Interaktif talk show juga dapat
menghasilkan pertentangan pada pikiran, tingkah laku dan hubungan sosial kita
(Munson, 1993,:6)
Menurut Fred Wibowo, The Talk Program adalah program dengan
sajian yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai
sesuatu yang menarik, sedang hangat dibicarakan masyarakat atau tanya-jawab
persoalan dengan hadiah yang disebut kuis. The talk program terdiri dari
berbagai format, antara lain kuis, wawancara dan diskusi panel. Untuk
wawancara dan diskusi panel di televisi termasuk dalam the talk show
program.
Daya tarik talks show adalah:
a. Topik pembicaraan atau permasalahan yang dibicarakan. Topik talks
show akan menarik jika masalah yang dibahas adalah :
1) masalah yang sedang menjadi pergunjingan di masyarakat atau masalah
yang sedang hangat di masyarakat
2) masalah yang mengandung kontroversial dan konflik diantara
masyarakat
3) masalah yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak dan
masyarakat membutuhkan informasi serta jawaban yang jelas mengenai
b. Tokoh yang menarik. Tokoh yang dikatakan menarik adalah:
1) tokoh yang terdiri dari public figure atau idola (panutan) masyarakat
salah satu tokoh yang paling ahli atau dianggap paling menguasai
bidang atau permasalahan
2) tokoh yang kontroversi, kritis dan vocal
c. Presenter
1) presenter yang membawakan dan memoderatori program ini mampu
mengimbangi pembicaraan para tokoh
2) menguasai permasalahan yang dibahas (Wibowo,2007:67-84)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator menariknya sebuah
talks show adalah topik atau permasalahan, tokoh atau nara sumber dan
presenter.
2.6 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mengacu pada apakah seseorang cukup intens
mengetahui informasi dari suatu isu tertentu, sehingga ia dapat secara jelas
menindak lanjuti dari informasi yang telah diketahuinya (Eriyanto,1999:238).
Efek pengetahuan (kognitif) terjadi bila ada perubahan pada apa yang telah
diketahui, difahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi
Pengertian yang lain menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan adalah
yang diklasifikasikan ke dalam efek kognitif. Dari efek kognitif itulah terjadi
bila ada perubahan pada apa yang ia ketahui, dipahami atau dipersepsi oleh
khalayak serta juga terkait dengan pentrasmisian pengetahuan.
(Jalaludin,2000:219)
2.7 Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Respon)
Awalnya teori ini berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan
obyek material dari psikologi sama maka teori ini menjadi kajian teori ilmu
komunikasi. Yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen opini,
sikap, perilaku, afeksi, konasi, dan kognitif.
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus
sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan
komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan
gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima
pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan
tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara
memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya
Response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan
dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan
kognitif pada diri komunikan.
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 1993:254). Akibat
yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya
stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :
Organism :
● Perhatian
● Pengertian
● Penerimaan
Stimulus Respons
Gambar. 1:
Model Teori S-O-R (Effendy, 1993:255).
Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin
diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila
komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan
memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan
yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan
untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses
komunikasi (Effendy, 1993:255).
Demikian pula dengan stimulus yang disampaikan melalui unsur
tayangan talk show Lobby di Arek Televisi. Setelah menerima stimulus atau
pesan yang berupa diskusi dengan narasumber dan telepon interaktif maka
komunikasi, komunikan memberikan efek yang terakhir dari stimulus yang
disampaikan. Kemampuan komunikan dalam memahami pesan yang
disampaikan melalui tayangan talk show Lobby yang ditayangkan di Arek
Televisi maka akan dapat membawa penilaian kepada diri komunikan.
Di dalam penelitian ini yang dikaji adalah perubahan pada efek
kognitifnya saja. Karena media massa lebih besar membawa pengaruh pada
efek kognitif (McQuail, 1999:281). Efek kognitif yang terjadi berkaitan dengan
pentransmisian pengetahuan, kepercayaan, penilian, keterampilan maupun
informasi.
2.8 Kerangka Berpikir
Arek Televisi adalah salah satu televisi swasta lokal di Surabaya yang
berdiri dengan nama perusahaan PT. Arek Surabaya Televisi Jatim beralamat
di Rich Palace Blok C No. 7, Jln. Mayjend Sungkono 149-151 Surabaya.
Dalam proses siarannya pada channel frekuensi 48 UHF (Ultra High
Frequency), Siaran Arek Televisi dianggap melanggar hukum karena hanya
mempunyai Rekomendasi Kelayakan (RK) yang diterbitkan Komisi Penyiaran
Indonesia namun tidak mempunyai Izin Penyelenggaran Penyiaran (IPP) dan
Izin Siaran Radio (ISR). Wilayah coverage area Arek Televisi menjangkau di
tujuh kota di Jawa Timur yaitu Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto,
Gresik, Lamongan, Bangkalan. Dengan semangat “Arek TV, TV-ne Arek-arek.
Arek Televisi secara resmi hadir pertama kali sejak 20 Mei 2008. Visi
yang dijalankanArek Televisi adalah turut serta mencerdaskan pemirsa dengan
menghadirkan pilihan tayangan-tayangan informasi yang tidak memihak, serta
program yang dekat dengan masyarakat dan menghibur dengan komposisi
program 60 persen adalah hiburan dan 40 persen merupakan program
informasi. Misi Arek Televisi adalah menjadi station televisi yang tayangannya
tidak hanya hadir dan berkesan, tetapi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pemirsa.
Peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat pengetahuan
masyarakat Surabaya tentang tayangan talk show Lobby di Arek Televisi
mendasar pada beberapa hal yaitu Arek Televisi merupakan salah satu station
televisi lokal yang baru berdiri di Surabaya yang terkendala izin siarannya,
selanjutnya talk show “Lobby” merupakan pendalaman (indepth reporting) dari
isu-isu hangat berkaitan dengan masalah politik, ekonomi, sosial, budaya
sehingga harus dikaji bagaimana tanggapan atau opini masyarakat tentang
tayangan ini. Program tayangan Lobby adalah tayangan talk show yang
mempunyai frekuensi penayangan setiap hari mulai hari senin-jumat tayang
secara langsung (live) pada pukul 20.00 wib sampai 21.00 wib. Dalam
penelitian ini pengetahuan yang diharapkan adalah tanggapan masyarakat
Televisi. Tayangan talk show Lobby di Arek Televisi juga mempunyai dampak
bagi pemirsanya, yaitu tingkat pengetahuan pemirsa.
(Stimulus) berdasarkan kategori
1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah
Gambar. 2
3.1 Defenisi Operasional
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif, sehingga penelitian ini
tidak mencari atau membicarakan hubungan antar variabel. Penelitian
difokuskan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat
Surabaya tentang tayangan talk show Lobby di Arek Televisi, indikator opini
dalam penelitian ini adalah stimulus yang berupa unsur-unsur tayangan talk
show Lobby di Arek Televisi.
3.1.1. Talk Show Lobby Di Arek Televisi
Talk show Lobby yang ditayangkan di Arek Televisi merupakan sebuah
tayangan dialog interaktif yang dikemas secara menarik dengan mengundang
para pakar atau tokoh untuk membahas permasalahan-permasalahan yang
sedang terjadi di masyarakat. Dalam tayangan Lobby di Arek Televisi
unsur-unsur tayangan yang penting yaitu ;
a. Pewawancara (Interviewer) dalam tayangan ini disebut juga sebagai
presenter. Presenter yang dihadirkan adalah sosok perempuan dengan
kredibilitas yang telah disesuikan dengan topik bahasan.
b. Tokoh atau pakar yang dihadirkan adalah orang yang di wawancarai
dalam talk show lobby sesuai dengan topik atau tema yang ditayangkan.
c. Topik atau tema dalam episode yang pernah ditayangkan dalam talk
show Lobby Arek Televisi yaitu membahas pembangunan kembali Pasar Turi
dan pembebasan trotoar surabaya dari PKL, selain itu episode “Dewan On the
Spot” yang membawa anggota dewan turun ke lokasi proyek/lapangan dan
episode “box cluvert Banyurip”
d. Pemirsa
Pemirsa adalah unsur terpenting yang juga termasuk dalam siklus
wawancara televisi. Pemirsa dalam penelitian talk show ini adalah masyarakat
Surabaya yang menonton talk show Lobby di Arek televisi
e. Jadwal tayang Lobby di Arek Televisi
Waktu tayang program talk show harus disesuaikan dengan segementasi
pemirsa, selain itu dengan disesuaikannya jadwal tayang maka akan
meningkatkan jumlah pemirsa. Jadwal tayang Lobby di Arek Televisi yaitu
setiap hari senin sampai jumat pada pukul 20.00 WIB sampai pukul 21.00
WIB.
3.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dioperasionalkan pada apakah seseorang cukup
intens mengetahui informasi dari suatu isu tertentu sehingga ia dapat
menindaklanjuti isu tersebut. Pengetahuan yang dimaksud disini adalah
pengetahuan faktual (factual knowledge) yang menuntut seseorang mengetahui
informasi yang menurut mereka menarik, aktual atau penting. Menindak lanjuti
pada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai informasi tersebut
(Eriyanto,1999:239).
3.3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Talk Show Lobby Di Arek Televisi
Indikator tingkat pengetahuan masyarakat dalam iklan tersebut berupa
unsur tayangan talk show yaitu presenter, pakar/tokoh/pembicara, topik/tema,
jadwal tayang dan ditunjukan melalui total skor dari seluruh jawaban
responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Terdapat
dua pilihan jawaban pada kuisioner
yaitu:
A. Mengetahui Diberi skor 2
B. Tidak Mengetahui Diberi skor 1
dimana nantinya jawaban akan diberi skor pada semua pertanyaan dengan
menggunakan skala interval (tinggi (bagus), sedang (netral), rendah (tidak
bagus)). Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat
tinggi (bagus), sedang (netral) dan rendah (tidak bagus) menggunakan rumus:
Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah Jenjang yang di inginkan
Dari rumus tersebut diperoleh lebar interval untuk mengetahui
bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya tentang tayangan talk show
pertanyaan tentang tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya tentang tayangan
talk show Lobby di Arek Televisi sebanyak 18 pertanyaan, sehingga :
Skor terendah = 18 x 1 = 18
Batasan skor untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat
Surabaya tentang tayangan talk show Lobby di Arek Televisi adalah rendah (tidak
bagus), sedang (netral), tinggi (bagus) :
Jumlah skor 18-24 dalam kategori penilaian rendah
Jumlah skor 25-31 dalam kategori penilaian sedang
Jumlah skor 32-38 dalam kategori penilaian tinggi
Responden yang mempunyai penilaian rendah mereka dianggap tidak
mengetahui unsur tayangan talk show seperti jadwal tayang, presenter,
pakar/tokoh/pembicara dan topik/tema.
Responden yang mempunyai penilaian sedang, pengetahuan mereka
tentang unsur tayangan talk show seperti jadwal tayang, presenter,
pakar/tokoh/pembicara dan topik/tema dianggap kurang.
Responden yang mempunyai penilaian tinggi, pengetahuan mereka
tentang unsur tayangan talk show seperti jadwal tayang, presenter,
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di
Surabaya. Dengan berdasar catatan statistik tahun 2008, jumlah penduduk
Surabaya mencapai 2.884.445 jiwa. (http://www.surabaya.go.id/dispenduk).
Namun mengacu pada batasan usia dalam penelitian ini yaitu penduduk
Surabaya dengan usia 17 tahun sampai 59 tahun terhitung sebesar 1.876.044
jiwa. Penelitian hanya dibatasi pada masyarakat yang berusia 17 tahun keatas.
Hal ini dikarenakan seorang yang berusia dimulai 17 tahun dikategorikan
sebagai remaja telah mempunyai kedewasaan yang cukup matang dalam
penentuan keputusan dan siap dalam kemandirian hidup, selain itu interaksi
sosial dalam kelompok dapat merangsang atau menstimuli pola-pola respon
baru melalui belajar dengan cara mengamati (obsevational learning)
(Yusuf,2001:184). Karena jumlah populasi yang cukup besar tersebut, maka
ditentukan sejumlah sampel yang akan diteliti sebagai responden dengan
menggunakan rumus Yamane (Rahmat,2001:82)
Dari teknik penarikan sampel cluster multistage banyak tahap di
Kotamadya Surabaya terpilih wilayah Surabaya Selatan, kemudian dari
Surabaya Selatan terpilih Kecamatan Karang Pilang dan Kecamatan Gayungan.
Selanjutnya dari Kecamatan Karang Pilang terpilih Kelurahan Karang Pilang
dan Kelurahan Kebraon, dari Kecamatan Gayungan terpilih Kelurahan Dukuh
Menanggal dan Kelurahan Gayungan.
Dari Wilayah Surabaya Barat terpilih Kecamatan Benowo dan
dan Kelurahan Klakah Rejo, dari Kecamatan Lakarsantri terpilih Kelurahan
Lidah Wetan dan Kelurahan Lakarsantri. Jumlah populasi penduduk di seluruh
kelurahan terpilih sebanyak 123.398 jiwa.
Maka jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane
sebagai berikut:
Dengan tingkat presisi ± 10% dan tingkat kepercayaan 90% dari populasi
masyarakat dikelurahan terpilih sebanyak 123.398 jiwa
Dengan perhitungan responden sebagai berikut :
0.1 1Jadi didapatkan jumlah sampel sebanyak 100 orang sebagai sampel penelitian,
yang selanjutnya dialokasikan secara proporsional yang ditentukan melalui
n N N n1 1
Keterangan :
n = jumlah penduduk disuatu kelurahan
1
N = ukuran stratum ke 1
N = jumlah seluruh penduduk di delapan kelurahan
N = jumlah sampel minimal yang telah ditetapkan
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh:
a. Kelurahan Karang Pilang yang mempunyai penduduk yang terdaftar
sebagai pemilih sebanyak 1537 orang, perhitungannya
1
jadi untuk Kelurahan Karang Pilang jumlah penduduk yang diteliti sebanyak 1
orang
b. Kelurahan Kebraon yang mempunyai penduduk yang terdaftar sebagai
pemilih sebanyak 15.267 orang, perhitungannya:
12
jadi untuk Kelurahan Kebraon jumlah penduduk yang diteliti sebanyak 12
orang
c. Kelurahan Dukuh Menanggal yang mempunyai penduduk yang
terdaftar sebagai pemilih sebanyak 25.635 orang, perhitungannya:
jadi untuk Kelurahan Dukuh Menanggal jumlah penduduk yang diteliti
sebanyak 21 orang
d. Kelurahan Gayungan yang mempunyai penduduk yang terdaftar
sebagai pemilih sebanyak 3.591 orang, perhitungannya:
3
e. Kelurahan Sememi yang mempunyai penduduk yang terdaftar sebagai
pemilih sebanyak 16.713 orang, perhitungannya:
13
jadi untuk Kelurahan Sememi jumlah penduduk yang diteliti sebanyak 13
orang
f. Kelurahan Klakah Rejo yang mempunyai penduduk yang terdaftar
sebagai pemilih sebanyak 35.646 orang, perhitungannya:
29
jadi untuk Kelurahan Klakah Rejo jumlah penduduk yang diteliti sebanyak 29
orang
g. Kelurahan Lidah Wetan yang mempunyai penduduk yang terdaftar
sebagai pemilih sebanyak 14.907 orang, perhitungannya:
12 100 123398
14907
jadi untuk Kelurahan Lidah Wetan jumlah penduduk yang diteliti sebanyak 12
orang
h. Kelurahan Lakarsantri yang mempunyai penduduk yang terdaftar
sebagai pemilih sebanyak 10.102 orang, perhitungannya:
9
jadi untuk Kelurahan Lakarsantri jumlah penduduk yang diteliti sebanyak 9
orang
3.5 Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik penarikan
sampel cluster banyak tahap (multistage) dimana Surabaya merupakan wilayah
yang cukup besar dengan penduduk yang heterogen sehingga membutuhkan
waktu dan biaya dalam pengumpulan data.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
responden berdasarkan data isi kuisioner yang diberikan. Sedang alat yang
digunakan untuk pengumpulan data adalah kuisioner dengan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Data primer yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada
responden
b. Data sekunder yaitu melalui studi kepustakaan, referensi dan literatur
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tipe analisis
deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian dengan tanpa mencari atau menjelaskan
hubungan antar variabel, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi
(Rahmat,1999:24). Penelitian ini akan menjelaskan variabel-variabel tanpa
mencari korelasi satu sama lainnya. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner
selanjutnya akan diolah untuk mendiskripsikan data hasil penelitian.
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit dan
memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis
secara deskriptif berdasarkan tabel frekuensi dari setiap pertanyaan yang
Sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya, sampel penelitian ini
berjumlah 100 orang. Dengan alat ukur yang digunakan adalah dengan
menggunakan kuisioner dan disebar pada seluruh sampel penelitian sebagai
responden. Setelah diisi dan ditabulasi, keadaan data yang diperoleh dianalisa
secara deskriptif berdasarkan tabel frekuensi.
4.1 Penyajian Data dan Analisis Data 4.1.1 Identitas responden
Identitas responden dari penelitian ini adalah identitas responden
berdasarkan wilayah yang telah ditentukan dalam penelitian meliputi usia, jenis
kelamin, pekerjaan responden
Tabel.1 Usia Responden
(n =100)
Kelompok Usia Responden F %
1 17-22 Tahun 29 29
2 23-28 Tahun 26 26
3 29-34 Tahun 20 20
4 35-40 Tahun 17 17
5 41-48 Tahun 8 8
Total 100 100
Sumber : Kuisioner A No. 2
Dari hasil tabel diatas prosentase usia responden penelitian dengan
jumlah usia 17 tahun sampai 22 tahun sebanyak 29 persen. Selanjutnya usia 23
tahun sampai 28 tahun mempunyai prosentase sebanyak 26 persen. Responden
dengan usia 29 tahun sampai 34 tahun sebanyak 20 persen, kemudian
responden dengan usia 35 tahun sampai 40 tahun sebanyak 17 persen dan
responden dengan usia 41 tahun sampai 48 tahun sebanyak 8 persen. Dari data
yang telah di dapat tersebut, dapat diasumsikan bahwa usia yang di peroleh
dalam penelitian ini tersebar merata karena jumlah prosentase yang tidak
mempunyai selisih sangat mencolok. Repsonden yang didapat rata-rata
merupakan usia produktif yakni mereka yang berusia mulai 17 tahun sampai 34
tahun, responden ini meluangkan waktunya dengan berbagai hal salah satunya
adalah menggunakan media televisi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Usia juga merupakan indikator dalam memproduksi acara atau
program-program televisi sehingga dengan acuan usia, program-program televisi dapat dikemas
sesuai dengan karakteristik usia para penontonnya. Program/acara televisi yang
sesuai dengan segmentasi usia akan mempermudah dan membantu divisi
periklanan atau marketing di stasiun televisi untuk di jual kepada para
Tabel.2
Jenis Kelamin Responden (n =100)
Jenis kelamin responden F %
1 Laki-laki 51 51
2 Perempuan 49 49
Total 100 100
Sumber : Kuisioner A No. 3
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang di dapat
dari hasil survei dengan prosentase sebesar 51 persen adalah laki-laki dan
prosentase sebesar 49 persen adalah responden perempuan. Dari hasil survei ini
prosentase antara responden laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan
yang jauh atau hampir berimbang. Dari proses survei yang dilakukan di
wilayah yang telah di tentukan tidak terdapat hambatan dalam menemui
responden laki-laki maupun perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu
indikator juga dalam memproduksi acara atau program televisi, dengan
memperhatikan jenis kelamin maka suatu program akan dikemas secara
berbeda sehingga program acara akan dapat di senangi oleh penonton. Namun
jika program/acara bersifat umum maka dari segi kreatif dalam program akan
menonjolkan karakter yang umum, misalnya setting lokasi/studio
menggunakan warna merah muda (merepresentasikan warna yang disukai
Tabel. 3
Pekerjaan Responden ( n =100 )
Pekerjaan F %
1 PNS/BUMN 4 4
2 Pegawai swasta 26 26
3 Wirausaha 11 11
4 Mahasiswa 34 34
5 Belum bekerja 12 12
6 Ibu rumah tangga 13 13
Total 100 100
Sumber : Kuisioner A No. 4
Dari hasil tabel dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan
status sebagai mahasiswa mempunyai prosentase sebesar 34 persen. Responden
dengan pekerjaan pegawai swasta sebesar 26 persen, responden ibu rumah
tangga mempunyai prosentase sebesar 13 persen. Responden yang menyatakan
belum bekerja sebanyak 12 persen, responden yang berwirausaha sebesar 11
persen dan responden yang menyatakan status pekerjaan sebagai PNS/BUMN
sebesar 4 persen.
Dari hasil tabel dapat diasumsikan bahwa banyaknya responden
mahasiswa yang ditemui dalam proses survei, responden banyak mengisi
aktifitasnya setelah perkuliahan dengan menonton televisi dirumah. Berikut
juga responden ibu rumah tangga yang banyak melakukan aktifitas di rumah
Tabel. 4
Tayangan talk show Lobby di Arek Televisi ( n =100 )
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebesar 72
persen menyatakan ‘kadang menyaksikan’ tayangan talk show Lobby di Arek
Televisi. Selanjutnya prosentase terkecil sebesar 28 persen responden
menyatakan ‘sering menyaksikan’ tayangan talk show Lobby di Arek Televisi.
Dari hasil tabel tersebut dapat diasumsikan bahwa seluruh responden
menyaksikan tayangan tayangan talk show Lobby di Arek Televisi tersebut
dengan prosentase sebesar 72 persen menyatakan bahwa responden kadang
menyaksikan tayangan tersebut apabila responden sedang menonton televisi
dan 28 persen responden menyatakan sering menyaksikan tayangan tersebut
ketika sedang menonton televisi
Tabel .5
Frekuensi dalam menonton talk show Lobby di Arek Televisi ( n =100 )
Sumber: Kuisioner A no 6
F %
Dari tabel diatas menunjukan bahwa keseluruhan responden atau
menonton tayangan tersebut kurang dari 15 menit. Dari hasil tersebut dapat
diasumsikan bahwa masyarakat kurang tertarik dengan tayangan talk show
Lobby di Arek televisi, namun masih terdapat responden yang menyatakan
menonton tayangan tersebut kurang lebih 30 menit sebanyak 13 persen
responden, kemudian yang menyatakan menonton kurang dari 45 menit
sebanyak 8 responden dan yang menonton sampai selesai yaitu dengan durasi
60 menit dengan jumlah prosentase responden sebesar 4 persen. Responden
yang menonton tayangan ini sampai selesai diasumsikan responden yang
concern terhadap isi tayangan yang menyampaikan pesan maupun informasi
mengenai kebijakan pemerintah dalam berbagai aspek. Namun bagi responden
yang menonton kurang dari 45 menit diasumsikan responden kurang menyukai
tayangan ini namun hanya sekedar mengisi waktu luang atau hanya sekedar
ingin mengetahui tayangan talk show Lobby.
Tabel .6
Durasi Menonton Tayangan talk show Lobby di Arek Televisi dalam satu minggu
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menonton
tayangan talk show Lobby di Arek Televisi dalam satu minggu mayoritas
dengan prosentase sebesar 72 persen menyatakan menyaksikan tayangan
tersebut hanya 1 kali. Dan responden dengan prosentase sebesar 13 persen
satu minggu. Kemudian responden dengan prosentase sebesar 15 persen
menyatakan menyaksikan tayangan tersebut sebanyak lebih dari 2 kali dalam
satu minggu.
Dari hasil prosentase tersebut dapat diasumsikan bahwa responden yang
menonton lebih dari 2 kali dalam satu minggu adalah responden yang
mempunyai waktu luang cukup banyak dengan menonton televisi, responden
ini adalah responden dari kelompok ibu rumah tangga. Dan prosentase sebesar
13 persen adalah responden yang menyatakan melihat tayangan tersebut
sebanyak 2 sampai 5 kali dalam satu minggu, responden ini diasumsikan
adalah responden dari kelompok mahasiswa, responden belum bekerja maupun
responden yang menyatakan dirinya wirausaha (toko kelontong, usaha
warung). Dan responden yang mempunyai prosentase sebesar 72 persen
diasumsikan responden dari kelompok pegawai swasta, maupun pegawai
negeri mereka mempunyai waktu yang sangat terbatas untuk menyaksikan
televisi.
4.1.2 Tingkat Pengetahuan Responden
Tabel.7 Di Arek Televisi ?
Pengetahuan responden tentang jadwal tayangan talk show Lobby ( n =100 )
Sumber: Kuisoner B no. 1
Tayang setiap hari senin sampai jumat F %
1 Mengetahui 19 19
2 Tidak mengetahui 81 81
Total 100 100
Dari hasil tabel dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebesar 81
di Arek Televisi yang tayang setiap hari senin sampai jumat. 19 persen
responden menyatakan mengetahui tayangan talk show Lobby di Arek Televisi
tayang setiap hari senin sampai jumat. Dari hasil tabel diasumsikan bahwa
responden yang menyatakan kurang mengetahui adalah responden yang masuk
dalam kelompok responden yang menyatakan kurang menyaksikan tayangan
talk show Lobby di Arek Televisi. Responden yang menyatakan mengetahui
jadwal tayangan mulai senin sampai jumat adalah responden yang masuk
dalam kelompok responden yang menyaksikan tayangan lebih dari 2 kali dalam
satu minggu.
Tabel.8 Di Arek Televisi ?
Pengetahuan responden tentang jadwal tayangan talk show Lobby ( n =100 )
Sumber: Kuisoner B no. 2
Penayangan mulai pada pukul 20.00 WIB sampai
21.00 WIB F %
1 Mengetahui 19 19
2 Tidak mengetahui 81 81
Total 100 100
Dari hasil tabel dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebesar 81
persen menyatakan tidak mengetahui tentang jadwal tayangan talk show Lobby
di Arek Televisi yang tayang setiap hari senin sampai jumat pukul 20.00 wib
sampai pukul 21.00 wib. Dan 19 persen responden menyatakan mengetahui
tayangan talk show Lobby di Arek Televisi tayang setiap hari senin sampai
jumat. Dari hasil tabel diasumsikan bahwa responden yang menyatakan kurang
mengetahui adalah responden yang masuk dalam kelompok responden yang
Responden yang menyatakan mengetahui jadwal tayangan mulai senin sampai
jumat pukul 20.00 wib sampai pukul 21.00 wib adalah responden yang masuk
dalam kelompok responden yang menyaksikan tayangan lebih dari 2 kali dalam
satu minggu.
Tabel.9
Pengetahuan responden tentang Topik/Tema yang dibahas dalam talk show Lobby Di Arek Televisi ?
( n =100 )
Sumber: Kuisoner B no. 3
Topik/Tema relevan dengan permasalahan yang
tengah terjadi dimasyarakat F %
1 Mengetahui 17 17
2 Tidak mengetahui 83 83
Total 100 100
Dari hasil tabel dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebesar 83
persen menyatakan tidak mengetahui tentang bahwa topik/tema relevan dengan
permasalahan yang tengah terjadi di masyarakat. 17 persen responden
menyatakan mengetahui bahwa topik/tema relevan dengan permasalahan yang
tengah terjadi di masyarakat. Yang menarik dari hasil tabel dapat diasumsikan
bahwa 17 persen responden yang menyatakan mengetahui bahwa topik/tema
relevan dengan permasalahan yang tengah terjadi di masyarakat berarti mereka
masuk dalam kategori yang menyatakan pernah menyaksikan tayangan dan
mereka memperhatikan dahulu topik/tema yang sedang dibahas, apabila
topik/tema yang sedang dibahas dianggap kurang menarik/kurang relevan
dengan yang sedang terjadi dimasyarakat mereka mengikuti tayangan talk
mengetahu bahwa topik/tema relevan dengan permasalahan yang tengah terjadi
di masyarakat, mereka masih masuk dalam golongan responden yang
menyatakan kurang menonton tayangan talk show Lobby di Arek Televisi.
Tabel.10
Pengetahuan responden tentang Topik/Tema yang dibahas dalam talk show Lobby Di Arek Televisi ?
( n =100 )
Sumber: Kuisoner B no. 4
Topik/Tema bisa menjadi wacana dalam mencari solusi dalam memecahkan masalah yang tengah
terjadi dimasyarakat
F %
1 Mengetahui - 0
2 Tidak mengetahui 100 100
Total 100 100
Dari hasil tabel dapat diketahui bahwa 100 persen responden
menyatakan tidak mengetahui bahwa topik/tema bisa menjadi wacana dalam
mencari solusi dalam memecahkan masalah yang tengah terjadi dimasyarakat.
Dari hasil dapat diasumsikan bahwa responden yang menyatakan kurang
mengetahui bahwa topik/tema bisa menjadi wacana dalam mencari solusi
dalam memecahkan masalah yang tengah terjadi dimasyarakat mereka adalah
responden yang menyaksikan tayangan namun masih menyangsikan apakah
dengan adanya pembahasan isu dengan mendatangkan tokoh/pakar yang
berkompeten bisa menyelesaikan masalah yang menjadi isu hangat
dimasyarakat. Dan responden yang menyatakan tidak mengetahui adalah
responden yang masuk dalam kelompok responden yang menyatakan kurang
Tabel.11
Pengetahuan responden tentang Topik/Tema yang dibahas dalam talk show Lobby Di Arek Televisi ?
( n =100 )
Sumber: Kuisoner B no. 5
Topik/Tema tidak berkaitan dengan tujuan dari
politik tertentu F %
1 Mengetahui 32 32
2 Tidak mengetahui 68 68
Total 100 100
Dari hasil tabel dapat diketahui bahwa 68 persen responden
menyatakan tidak mengetahui bahwa topik/tema tidak berkaitan dengan tujuan
dari politik tertentu, 32 persen responden menyatakan mengetahui topik/tema
tidak berkaitan dengan tujuan dari politik tertentu. Dari hasil tabel dapat
diuraikan bahwa responden yang menyatakan mengetahui topik/tema tidak
berkaitan dengan tujuan dari politik tertentu, mereka ini sebenarnya
memperhatikan bagaimana tayangan talk show namun mereka tidak tertarik
untuk melihat tayangan ini. Berbeda dengan responden yang menyatakan
kurang mengetahui dan responden yang menyatakan tidak mengetahui
topik/tema tidak berkaitan dengan tujuan dari politik tertentu, mereka
diasumsikan masuk dalam kelompok responden yang kurang menyaksikan
Tabel.12
Pengetahuan responden tentang Tokoh/pakar yang di undang sebagai pembicara dalam acara talk show Lobby di Arek Televisi
( n =100 )
Sumber: Kuisoner B no. 6
Tokoh/pakar sesuai dengan tema/topik F %
1 Mengetahui 4 4
2 Tidak mengetahui 96 96
Total 100 100
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang
menyatakan tidak mengetahui tentang tokoh/pakar yang diundang sebagai
pembicara dalam acara talk show Lobby di Arek Televisi sesuai dengan topik
yang dibicarakan sebesar 96 persen. Dan hanya 4 persen responden yang
menyatakan mengetahui tentang tokoh/pakar yang diundang sesuai dengan
topik yang dibicarakan.
Dari hasil tabel dapat diasumsikan bahwa responden yang menyatakan
tidak mengetahui adalah responden yang menyatakan kurang menonton
tayangan talk show, dan mereka adalah responden yang hanya menonton
tayangan tersebut hanya satu kali. Responden yang menyatakan tahu tentang
pertanyaan yang diajukan adalah tergolong mereka yang pernah menonton
tayangan tersebut secara penuh, dalam artian mereka mengikuti tayangan
tersebut dari awal sampai akhir tayangan. Responden tertarik menonton
tayangan ini diasumsikan pakar/tokoh yang dihadirkan sesuai dengan topik
yang sedang dibahas, responden ini diasumsikan adalah responden yang
menyatakan mereka adalah pegawai negeri. Hal ini dikarenakan beberapa topik
isu hangat dimasyarakat, sehingga bagi mereka yang menyatakan pegawai
negeri harus mengetahui bagaimana pembahasan yang diulas oleh tokoh/pakar
baik yang pro maupun yang kontra tentang kebijakan yang menjadi isu hangat
dimasyarakat.
Tabel.13
Pengetahuan responden tentang Tokoh/pakar yang di undang sebagai pembicara dalam acara talk show Lobby di Arek Televisi
( n =100 )
Sumber: Kuisoner B no. 7
Tokoh/pakar merupakan tokoh sentral dalam isu yang
tengah dibahas (pengambil keputusan) F %
1 Mengetahui 2 2
2 Tidak mengetahui 98 98
Total 100 100
Dari hasil tabel dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebesar 98
persen menyatakan tidak mengetahui mengenai tokoh/pakar dalam tayangan
talk show Lobby adalah tokoh sentral dalam isu yang tengah dibahas
(pengambil keputusan mengenai kebijakan yang tengah digulirkan
dimasyarakat). Hanya 2 persen responden yang menyatakan mengetahui
mengenai tokoh/pakar dalam tayangan talk show Lobby adalah tokoh sentral
dalam isu yang tengah dibahas.
Dari hasil tabel dapat diasumsikan bahwa mayoritas responden yang
menyatakan tidak mengetahui adalah responden yang masuk dalam kelompok
kurang menyaksikan tayangan ini dan mereka tidak mengetahui tentang
isi/materi tayangan. Mereka kurang tertarik dengan tayangan talk show Lobby
mengetahui mengenai tokoh/pakar dalam tayangan talk show Lobby adalah
tokoh sentral dalam isu yang tengah dibahas, diasumsikan mereka adalah
responden dari pegawai negeri yang sangat memperhatikan bagaimana
penilaian dari berbagai pihak tentang isu yang dibahas ditelevisi lokal.
Tabel.14
Pengetahuan responden tentang Tokoh/pakar yang di undang sebagai pembicara dalam acara talk show Lobby di Arek Televisi
( n =100 )
Sumber: Kuisoner B no. 8
Tokoh/pakar relevan, logis dan terperinci dalam
memberikan uraian pembahasan F %
1 Mengetahui - 0
2 Tidak mengetahui 100 100
Total 100 100
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
sebesar 100 persen menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang
tokoh/pakar relevan, logis dan terperinci dalam memberikan uraian
pembahasan dalam tayangan talk show Lobby di Arek Televisi. 33 persen
responden menyatakan kurang mengetahui tentang hal tersebut. Dari hasil tabel
tersebut dapat diasumsikan bahwa jawaban responden mempunyai kesamaan
dari jawaban yang diajukan dalam pertanyaan sebelumnya. Mereka ini
diasumsikan adalah responden dari kelompok yang menyatakan kurang
menyaksikan tayangan talk show Lobby di Arek Televisi, mereka kurang
tertarik dengan tayangan tersebut baik dari segi materi maupun dari segi
kemasan acaranya. Bagi responden yang menyatakan kurang mengetahui juga