DAFTAR PUSTAKA
Ablisar, M., (2011). Hukuman Cambuk Sebagai Alternatif Pemidanaan Dalam Rangka Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia. Medan : USU Press.
Abubakar, A. (2006). Hukum Pidana Islam Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Banda Aceh : Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
---. (2005). Syari’at Islam di Provinsi Namggroe Aceh Darussalam Paradigma, Kebijakan dan Kegiatan. Banda Aceh : Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Abbas, S., (2006). 40 Masalah Agama. Jakarta : Pustaka Tarbiyah.
Adan, H.Y., (2009). Refleksi Implementasi Syari’at Islam Di Aceh. Bnnda Aceh : Yayasan PeNA.
Dzahabi, S.A., (1992). 75 Dosa Besar. Surabaya: Media Idaman Press.
Dzubaedah, N., (2010). Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Harsono, H. (2002). Implementasi Kebijakan dan Politik. Bandung:Mutiara Sumber Widya
Halim, M. 2009. Memulai Syari’at Bukan dari Rajam. Surat Kabar. Banda Aceh :
Serambi Indonesia.
Isa, AG. 2013. Formalisasi Syariat Islam Di Aceh. Banda Aceh : Yayasan Pena. Moleong, L.J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Pamulutan, MA. 2012. Eksekusi Rajam Bagi Pelaku Zina Muhsan. Memenuhi Hak Allah dan Membela Hak Insan. Banda Aceh : Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh
Qanun Provinsi Aceh No. 14 Tahun 2003 tentang Khalwat.
Setiawan, G. (2004). Implementasi Dalam Birokrasi
Pembangunan.Bandung:Remaja Rosdakarya Offset.
Siagian, M. (2011) Metode Penelitian Sosial. Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan : Grasindo Monoratama.
Sugono dkk, (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi Keempat, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sucipto. (2003). Shalat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar, Jakarta : Pustaka Pelajar.
Susanto, A.S., (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta Bina Cipta.
Usman, N. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Sumber Lain :
Https://id.wikipedia.org/wiki/Qanun, 2016
Himpunan Undang-Undang, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah/Qanun, Instruksi Gubernur,Edaran Gubernur, Berkaitan Pelaksanaan Syari’at Islam, edisi V, (Banda Aceh, Dinas Syariat Islam Provinsi NAD,2006).
Idaliyah, S., (2013). Tindak Pidana Khalwat Di Nanggroe Aceh Darussalam (Analisis Komparatif Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang
Undang-Undang Hukum Pidana). Skripsi. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Perda No 5 Tahun 2000Tentang Pelaksanaan Syariat Islam.
Qanun Provinsi Aceh No. 10 Tahun 2002 tentang Peradilan Syariat Islam. Qanun Provinsi Aceh No. 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum).
Undang-Undang No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011)
Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001). Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin menggambarkan secara jelas dan mendalam tentang Kehidupan Sosial Pelanggar Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang Khalwat di Kota Langsa.
3.2 Lokasi Penelitian
telah menerapkan hukuman cambuk bagi pelanggar syariat Islam khususnya tentang khalwat (mesum).
3.3 Informan
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian disebut informan. Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk di observasi dan diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005). Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat tiga Informan di antaranya :
1. Informan Kunci yaitu orang-orang yang sangat memahami permasalahan yang diteliti. Jumlah informan kunci dalam penelitian ini adalah 3 orang, diantaranya : Kepala Operasional Lapangan (dalam hal ini disebut sebagai Danton WH) Dinas Syari’at Islam Kota Langsa, Sekretaris Dinas Syari’at Islam Kota Langsa, dan Kepala Seksi Pidana Umum (Kasi Pidum) di Kejaksaan Negeri Kota Langsa.
Langsa yang telah menjalani hukum cambuk pada tahun 2015 yakni sebanyak 3 orang.
3. Informan Tambahanyaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang dimaksud sebagai informan tambahan dalam penelitian ini adalah keluarga terdekat dari pelanggar hukum Syari’at Islam sebanyak 2 orang, Geuchiek (Kepala Desa), anggota masyarakat, dan tokoh agama.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data atau informan menyangkut masalah yang akan di teliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tuisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.
2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui : a. Observasi yaitu mengumpulkan data atau informasi yang dilakukan
dengan pengamatan, mendengar serta mencatat objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. b. Wawancara yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan
data dengan informan, sehingga informan memberikan data atau infomasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011).
3.5 Teknik Analisis data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyususn dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2004).
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kota Langsa
Kota Langsa berasal dari pemekaranKabupaten Aceh Timur. Berada kurang lebih400 km dari Kota Banda Aceh, IbukotaProvinsi Aceh. Kota Langsa sebelumnyaberstatus Kota Administratif sesuai denganPeraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun1991 tentang Pembentukan KotaAdministratif. Langsa kemudian ditetapkanstatusnya menjadi kota dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001 tanggal 21Juni 2001.
Awal pembentukannya, KotaLangsa hanya terdiri dari 2 (dua) kecamatanyaitu Kecamatan Langsa Barat dan LangsaTimur. Mulai terjadi pemekaran wilayahadministrasi di tahun 2002 menjadi 3 (tiga)kecamatan, Kecamatan Langsa Timur,Kecamatan Langsa Barat, dan KecamatanLangsa Kota, yang terdiri dari 3 kelurahandan 48 desa.Tahun 2007 berdasarkan Keputusan Walikota Langsa No. 5 terjadi pemekaran menjadi 5 (lima) kecamatan antara lain, Kecamatan Langsa Timur, Kecamatan Langsa Lama, Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Baro, dan Kecamatan Langsa Kota, dengan 51 desa.
dan 12 desa berada diKecamatan Langsa Baro serta 10 desaberada di Kecamatan Langsa Kota.
Kota Langsa merupakan salah satu kota yang berada dalam wilayah propinsi Aceh. Kota Langsa mempunyai luas wilayah 262,41 Km2 (Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2001), yang terletak pada posisi antara 04° 24’ 35,68’’ – 04°, 33’ 47,03” Lintang Utara dan 97° 53’ 14,59’’ – 98° 04’ 42,16’’ Bujur Timur, dengan ketinggian antara 0-25 m di atas permukaan laut dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelahutara berbatasan langsung dengan Selat Malaka
- Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang.
- Sebelah barat berbatasan langsung dengan Kecamatan Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur
- Dan sebelah Timur berbatasan langsung dengan Selat Malaka
elevasi sekitar 75 m, sedangkan di bagian timur merupakan endapan rawa-rawa dengan penyebaran cukup luas.
4.2 Mayoritas Penduduk
Kota Langsa yang memiliki penduduk sebanyak 165.890jiwa, yang terdiri dari berbagai suku yakni suku Aceh yang menjadi mayoritas penduduk, suku Melayu, suku Tionghoa, suku Jawa, dan suku Batak. Bahasa Aceh sering digunakan oleh mayoritas masyarakat Kota Langsa sebagai bahasa sehari-hari, namun bahasa Indonesia tetapmenjadi bahasa utama.Agama Islam adalah agama mayoritas masyarakat Kota Langsa dan rakyat Aceh umumnya, dan juga terdapat agama Kristen, dan agama Budha yang banyakdiadopsi oleh komunitas warga Tionghoa (cina).
4.3 Luas Wilayah Pemerintahan Kota Langsa
[image:10.595.128.513.560.748.2]Kota Langsa terdiri dari 5 kecamatan dan 66 desa dengan luas wilayah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Luas Wilayah Pemerintahan Kota Langsa Berdasarkan Kecamatan, Luas Wilayah Dan Nama Desa
No Kecamatan Luas Wilayah Desa 1 Langsa Timur 78,23 km2 Buket Medang Ara
Alue Pineung Sukarejo Kapa Cinta Raja Sungai Lueng Alue Pineung Timu 2 Langsa Lama 45,05 km2 Pondok Keumuning
Seulalah Pondok Pabrik Sidodadi Sidorejo Gampong Baro Meurandeh Asam Peutik
Baroh Langsa Lama Seulalah Baru
Suka Jadi Kebun Ireng Meurandeh Tengah Meurandeh Dayah Meurandeh Aceh Bate Puteh 3 Langsa Barat 48,78 km2 Lhok Banie
Paya Bujok Teungoh Paya Bujok Beuramo Simpang Lhee Seuriget Matang Seulimeng Sungai Pauh Kuala Langsa Telaga Tujuh Serambi Indah Sungai Pauh Pusaka Sungai Pauh Tanjung Sungai Pauh Firdaus 4 Langsa Baro 61,68 km2 Timbang Langsa
Alue Dua Birem Puntong
Paya Bujok Seuleumak Pondok Kelapa
Karang Anyar Paya Bujok Tunong Geudubang Jawa Geudubang Aceh
Alue Dua Bakaran Batee Lengkong
5 Langsa Kota 6,09 km2 Blang Seunibong Gampong Blang Alue Beurawe Gampong Teungoh Tualang Teungoh Gampong Meutia Gampong Daulat Gampong Jawa
Paya Bujok Blang Paseh Peukan Langsa
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Langsa 2016
4.4 Komposisi Penduduk
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
No Kecamatan Jenis Kelamin Total Laki-Laki Perempuan
1 Langsa Timur 7.516 7.607 15.123
2 Langsa Lama 14.579 15.099 29.678
3 Langsa Barat 17.152 17097 34.249
4 Langsa Baro 23.211 23411 46.622
5 Langsa Kota 82.303 83.587 165.890
Jumlah 82.303 83. 587 165. 890
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang. Data-data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara dengan informan.
Analisis data adalah proses menjadikan data yang memberikan pesan pada pembaca. Melalui analisis data, maka data yang diperoleh tidak lagi diam melainkan berbicara. Analisis data menjadikan data itu mengeluarkan maknanya, sehingga para pembaca tidak hanya mengetahui data itu, melainkan juga mengetahui apa yang dibalik data itu (Siagian, 2011:227).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dilapangan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan responden penelitian, bahwa semua data yang terkumpul telah memenuhi syarat untuk di analisis sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data secara kualitatif dengan melakukan observasi pada objek penelitian, wawancara mendalam dengan pertanyaan–pertanyaan yang mendukung kelengkapan data penelitian.
di wawancarai secara mendalam dalam penelitian ini berjumlah 11 orang responden.
5.2 Hasil Temuan
5.2.1 Informan Utama I: Orang yang pernah dicambuk
Nama : C
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PSK
Alamat : Langsa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Janda (1 orang anak)
C merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang berasal dari keluarga sederhana. C pernah membangun sebuah rumah tangga pada tahun 2011 dengan seorang pemuda yang dicintainya yang berinisial R pada usia 22 tahun. Hasil perkawinan mereka membuahkan seorang anak laki – laki. Pada awal perkawinan, kehidupan rumah tangga mereka berjalan dengan baik dan harmonis, hal itu terjadi karena mereka merupakan pasangan yang saling mencintai.
dipertahankan lagi, R kemudian menikah dengan wanita lain yang dicintainya, dan C bersama anaknya tinggal bersama orang tuanya. Berikut penuturannya :
“Jih ka i meukawen laen deungoen inoeng balee nyan, pane na ku tem
dimadu, leubeh got kamoe meu cree. Bah aneuk sajan loen mantoeng. Tapi
loen teutap hana teurimoeng ngoen buet nyang ka di peugoet le jih. Loen
pih jeut lagee nyan.”
(Dia sudah menikah dengan janda itu, saya tidak mau dimadu, lebih baik
kami berpisah cerai. Biarlah anak bersamaku. Tapi aku tetap tidak terima
dengan perbuatan yang dilakukannya, aku juga bisa seperti itu.)
C yang berparas hitam manis kini hidup menjadi orang tua tunggal bagi anaknya kini harus memikirkan bagaimana cara mempertahankan hidup. C tak mau kehadiran ia dan anaknya menjadi beban bagi orang tuanya. Dan C juga tidak mau menikah lagi karena trauma dengan kejadian pahit yang pernah dialaminya. Sampai akhirnya ia menggeluti hal yang sangat dilarang dalam agamanya.
Ia memilih pekerjaan menjadi seorang PSK (Pekerja Sex Komersil) yang dilakukan secara terselubung, karena uang yang didapatkan secara cepat dapat memenuhi kebutuhan hidup bagi C dan anaknya. Semua ia lakukan sendiri mencari pelanggannya dengan berbagai cara. Berikut penuturannya :
“Loen deungoen boh hatee loen, harus jeut peutheuen udeep nyoe, loen
hana buet laen. Hana mungkenlah loen sabee peuharap bantuan bak
ureueng chiek. Loen pih bingong neuk peu peugoet. Sampoe akhee jih nibak
jak u rumoh dan ternyata na maksud laen. Nibak saboh watee, jih pakat
loen sajan aneuk jak meu-en u Medan, hideh kamoe eh di hotel, dan jih
sabee joek peng nyang lee tiep loen ku tem eh ngoen jih, nyan keu di sinoe
tapi di Medan. Phoen-phoen loen risih meubacut kareuna harus eh
deungoen agam laen nyang koen lakoe loen, tapi kareuna tingat ata ka
dipeubuet le mantan lakoe loen nyang toem dipeusaket hatee loen dengoen
buet nyang lagee nyoe, loen pih neuk balah deundam, meusigoe loen pikee
buet nyoe jeut keu andalan keu peutheun udeep, dan bak akhee jih loen
terbiasa, loen galak deungoen buet ata baro nyoe. ‘Oh lheuh nyan, agam
nyan hantoem deuh deuh le. ‘Oh lheuh nyan dengoen buet nyang baroe
nyoe, loen rayu padum padum agam nyang loen galak ataupih nyang cuba
peutoe-toe droe ngoen loen, pue nyan aneuk lajang ataupih lakoe gob. Nyan
bandum loen meubuet sidroe hana pakek peurantara. Hana treep ‘oh lheuh
nyan sekitar dua buleuen, peulanggan loen maken le, dan loen jinoe na
peng keu peu jajan aneuk.
(saya bersama buah hati saya harus bisa mempertahankan hidup, saya
tidak mempunyai pekerjaan dan tidak mungkin selamanya mengharapkan
bantuan dari orang tua. Tapi saya bingung mau bekerja apa. Sampai
akhirnya sekitar akhir tahun 2013, ada seorang pria yang telah bekeluarga
selalu datang ke rumah dan ternyata ada maksud lain. Pada suatu waktu,
dia kemudian mengajak saya dan anak ke Medan, dan kami tidur di hotel,
dan dia selalu memberikan uang yang cukup besar setiap kali saya mau
Awalnya saya sedikit risih karena harus dengan tidur dengan pria lain, tapi
karena mengingat perbuatan mantan suami yang pernah menyakiti saya
dengan perbuatannya yang seperti ini, saya mau membalas dendam
sekaligus saya pikir bisa dijadikan andalan untuk mempertahankan hidup,
dan akhirnya saya terbiasa dan menyukai pekerjaan baru ini. Kemudian
laki-laki itu tidak pernah nampak lagi. Lalu dengan pekerjaan baru ini saya
merayu beberapa laki-laki yang saya suka maupun yang mencoba
mendekati saya, baik anak lajang maupun yang telah bekeluarga, semua ini
saya lakukan sendiri dan tak lama kemudian sekitar 2 bulan, pelanggan
saya semakin banyak, dan saya sekarang ada uang beli jajan anak.)
Tapi hidup yang dijalani C ternyata tidak selalu mulus, perbuatannya kemudian diketahui oleh petugas syariat Islam di tahun 2015. C digerebek dan di tangkap saat sedang berduaan dengan seorang pria yang berstatus mempunyai anak dan istri di sebuah tempat penginapan.
Nibak saboh malam pah thon 2015, nakeuh malam nyang naas keu loen.pah
loen tengoeh meudua-dua lam kama di bak saboh penginapan di Langsa
ngoen sidroe agam. Tiba-tiba ka troek WH droep awak kamoe. Loen hana
teupeue neuk kupeubuet le, male ngoen yoe ka meulawoek jeut keu saboh
nibak malam nyan. Pue loem pah di heui ngoen dibithe bak geuchiek
gampoeng dan ureung chiek loen, awak nyoe geujak dan geuba aneuk
nyang loen cintai, tijoeh ie mata loen tapi pue loem ku neuk kheun kareuna
nyan di ba u kanto polisi. Loen hanjeut di peukawen kareuna si agam nyan
lakoe gob. Jadi seubagoe hukoman jih loen haros di seupoet.
(Pada suatu malam di tahun 2015 merupakan hari yang naas bagi saya.
Pada saat saya sedang berduaan di dalam kamar di sebuah tempat
penginapan di Langsa dengan seorang pria. Tiba-tiba datang WH dan
menangkap kami. Saya tidak tahu harus berbuat apa pada saat itu.rasa
malu dan takut bercampur jadi satu pada malam itu. Terlebih pada saat
mereka memanggil dan memberitahukan pada geuchiek (kepala desa),
orang tua saya, dan mereka datang dengan membawa si buah hati yang
sangat saya cintai, air mata ini menetes tapi apa lagi yang mau saya bilang
karena sudah terlanjur. Kemudian saya dikurung di dalam sel di kantor
syariat Islam, lalu saya dibawa ke kantor polisi, saya tidak bisa dinikahkan
dengan pria itu karena dia adalah suami orang. Jadi saya harus dicambuk
sebagai hukumannya.)
Loen na toem di seupeot di keu masyarakat di lapangan merdeka Langsa.
Loen diseupeot 6 goe ngoen awee lam posisi duek lee si algojo nyang soek
bajee lagee jubah ngoen meutop muka. Meunyoe di seupeot ngoen awe
cukop saket loen rasa, walaupih nam goe pu lom meunyoe ka itamah
deungoen rasa malee. Pada masa nyan, leuh di seupeot loen di peureksa le
awak kesehatan, karena na meubirat bacut bak badan, loen di boh ubat. ‘oh
leuh nyan loen di ba u kanto jaksa. Tapi loen teutap hana jra, karena loen
peurlee peng keu udeep loen ngoen si nyak.
(Saya pernah di cambuk di depan masyarakat di lapangan merdeka kota
Langsa. Saya dicambuk 6 kali dengan rotan dalam posisi duduk oleh si
algojo yang memakai baju seperti jubah dan penutup muka. Kalau di
cambuk dengan rotan cukup sakit yang saya rasa, walaupun cuma enam
kali apalagi bila ditambah dengan rasa malu. Pada waktu itu, setelelah
selesai di cambuk, saya diperiksa oleh orang kesehatan, karena ada
berbekas sedikit di badan saya diberi obat, setelah itu saya dibawa ke
kantor jaksa. Tapi saya tetap tidak jera, karena saya perlu uang untuk
hidup saya dan si kecil).
bahwa qanun syari’at Islam terlalu mencampuri kehidupan pribadinya sehingga C tidak bisa mencari nafkah buat anaknya yang masih kecil.
Pah loen di droep le WH nibak malam nyan dan dipeugah bak mak loen
bahwa loen neuk di cambok di keu ureung gampong, mak loen cukop brat
beungeh keu loen. Aleh pu pu di peugah le mak keu loen. Mak hana jih
teupeu, loen teungoh mita peng keu si nyak loen, walau pih cara yang loen
peugoet hana goet. Jinoe mak maken curiga meunyoe loen jak teubit dari
rumoh. Bagi loen, syariat Islam galak that ikot jampu udeep loen, sampoe
loen jinoe ka payah mita nafkah keu aneuk loen nyang mantoeng ubiet.
(Saat saya di tangkap oleh WH waktu itu, dan mengatakan pada ibu saya
bahwa saya akan di cambuk di depan orang kampung, ibu saya menjadi
marah besar kepada saya. Entah apa apa yang di bilang ibu ke saya. Ibu
tidak tau, bahwa saya sedang mencari uang untuk anak saya, walaupun
cara yang saya buat itu tidak baik. Sekarang, ibu saya selalu curiga bila
saya pergi keluar dari rumah. Bagi saya syariat Islam suka sekali
mencampuri urusan kehidupan saya, sampai saya sekarang susah mencari
nafkah buat anak saya yang masih kecil.)
Lheuh di seupot pah watee nyan. Cukop brat udeep loen rasa. Bandum
ureung han ditem peugah haba ngon loen. Pue loem ibuk ibuk di lingkungan
loen aleh pue pue ka dipeugoet gosip. Meunyoe na jamee loen nyang agam,
pasti di kheun le ureung gampong, dan geu use agam nyan. Jadi loen
terpaksa harus mengoen sabee di lua gampoeng. Bantuan-bantuan dari
gampoeng keu loen pih ka di stop. Pue istilah jih menyoe basa indonesia ?
oh ya loen jinoe ka dikucilkan le ureung gampoeng. Tapi keu loen sagai,
hana keu ureung chiek ngoen aneuk loen. Tapi bah mantoeng, hana
masalah nyan, loen teutap deungoen buet droe ku. Kareuna loen peurelee
peng. So lom nyan tem jok peng gratis? Hana. Meunyoe meukawen laen pih
loen ka troma, tingat ngoen akai mantan lakoe nyan kureung aja nyan.
Meunyoe ku mita keureja pih padum lah peng nyang meuteumeung, hana
seep keu biaya udeep loen sajan aneuk loen sibijeh mata.
(setelah dicambuk pada waktu itu, semakin berat hidup ini saya rasa.
Semua orang enggak ada yang mau ngomong lagi degan saya. Apalagi
ibu-ibu di lingkungan saya tinggal, entah apa apa yang dibu-ibuat untuk gosip.
Kalau ada tamu saya yang laki-laki, pasti dikatain ama orang kampung,
dan laki – laki itu pasti di usir. Jadi saya terpaksa harus selalu berteman
dengan orang di luar kampung.bantuan – bantuan yang selalu diberikan
dari kampung (desa) sekarang semuanya di stop. Apa istilahnya kalo dalam
bahasa Indonesia ? oh ya sekarang saya dikucilkan oleh orang
kampung.tapi itu hanya untuk saya aja, tidak untuk orang tua dan anak
ini, karena saya pun perlu uang. Siapa yang mau kasih uang gratis?
Enggak ada.kalo kawin laen lagi pun saya udah trauma. Teringat dengan
akal mantan suami saya yang kurang ajar itu. Kalo saya cari kerja pun
berapalah yang yang didapat, enggak cukup untuk biaya hidup saya dengan
anak yang semata wayang.)
5.2.2 Informan Utama II : Orang yang pernah dicambuk
Nama : SF
Usia : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : PNS Kab. Aceh Tamiang
Alamat : Langsa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Kawin (2 orang anak)
SF merupakan seorang laki-laki berumur 34 tahun yang telah menikah dan memiliki 2 orang anak. SF yang bekerja di salah satu kantor dinas di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang memiliki keluarga yang bahagia dan harmonis. Namun SF terlanjur melakukan hal yang dilarang oleh agama akibat suasana dan kesempatan yang mendukung. Berikut penuturannya :
“Saya adalah seseorang yang termasuk orang yang taat akan perintah yang
diatur dalam agama. Lagian saya sangat sayang dan cinta kepada anak dan
dibenci oleh Allah SWT. Tapi saya telah tergoda dengan bujukan setan
pada saat itu. Hal itu terjadi karena suasana dan kesempatan yang terbuka
lebar buat saya pada waktu itu, sehingga terjadilah perbuatan yang tidak
diinginkan.”
SF berkenalan secara tidak sengaja dengan C di dalam bus dari Medan menuju Aceh. Awal perkenalan terjadi hal yang biasa saja. Kemudian mereka bertukaran nomor handphone dan PIN BBM dan kemudian pulang menuju arah masing-masing tujuan mereka di Langsa. Kemudian mereka sering bercengkerama melalui handphone baik melalui suara, SMS maupun melalui BBM. Pada suatu hari C mengajak bertemu di sebuah tempat pada sore hari untuk bercengkerama layaknya seorang teman, dan SF pun tidak menolaknya. Kemudian C menceritakan tentang kehidupan dirinya. Dan disinilah awal mula dari kejadian tersebut. Berikut penuturan SF :
Pada suatu hari saya mau pulang dari Medan menuju Langsa dengan
menggunakan bus angkutan. Kemudian pas udah naek bus, saya langsung
cari tempat duduk yang udah disediain buat saya sesuai dengan nomer
bangku yang ditulis di tiket bus. Pas udah dapatin bangku, saya langsung
duduk, dan bersiap untuk tidur karena kecapean. Tiba-tiba datang seorang
perempuan yang ternyata dia duduk di samping saya pada saat itu. Sekitar
beberapa waktu kemudian kami terlibat dalam sebuah obrolan yang
biasa-biasa aja tapi cukup enak buat menemani perjalanan kami. Pertama-tama
lambat, saya coba menyapa dia dengan basa basi, terus kami ngobrol
sepanjang jalan. Enggak ada yang istimewa dalam jumpa pertama itu,
semuanya biasa aja. Terus kami tukaran nomor hape dan pin bbm. Terus
pas sampe di Langsa kmi pun pulang menuju arah masing-masing. Abes tu,
sehari – hari kami sering menyapa lewat sms ataupun bbm, dan ternyata
dia anak yang enak buat ngobrol. Dan isteri saya pun enggak curiga,
karena saya selalu menghapus obrolan atau sms dari dia. Terus pas suatu
hari, dia ngajak saya untuk jumpa. Dia bilang enggak enak juga tiap hari
cuma ngobrol lewat hape. Saya pikir iya jugak, ya udah akhernya kami
ketemu di sebuah tempat yang kurang banyak diketahui orang. Tujuan dia
untuk menghindari agar tidak ada orang yang melaporkan hal ini ke
keluarga saya di rumah. Dia banyak menceritakan tentang hidupnya,
namun pas sedang enak-enaknya kami ngobrol, enggak kerasa waktu udah
larut malam dan ujan deras pulak. Kami terpaksa harus nunggu, tapi
karena waktu udah bisa dikatakan pagi, dia enggak berani pulang, dan
kemudian mengajak saya untuk menyewa sebuah tempat di sebuah
penginapan sekaligus agar pas ujan udah abes, saya bisa langsung pulang.
Dan saya pun entah kenapa mengiyakan. Dan ternyata tanpa saya sadari,
inilah awal dari malapetaka itu.
Satpol PP dan anggota WH dari dinas syariat Islam. Mereka berdua terkejut. Karena tidak menyangka akan terjadi hal yang demikian. Berikut penuturan SF :
Sungguh terkejut hati saya, karena tiba-tiba kamar digedor kuat dan
terdengar teriakan keras dari luar kamar. Saya enggak berani bukain pintu,
hati saya tiba-tiba jadi takut setengah mati, tapi kemudian pintu udah
terbuka karena dibuka paksa, saya liat ada beberapa pemuda, polisi, TNI,
Satpol PP dan anggota WH pada waktu itu dengan wajah marah. Beberapa
pemuda langsung dekatin saya dan dikasih bogem mentah. Tapi untung
segera distop sama polisi. Terus saya dan C yang dalam keadaan tertutup
selimut digiring keluar kamar, terus dibawa pake mobil bak terbuka ke
kantor dinas syariat Islam. Lalu kami di interogasi pada ruangan yang
terpisah. Saya merasa malu tapi enggak tau tarok dimana mukak ini.
Apalagi pas orang ni panggil geuchiek dan istri saya. Mukak ini makin
malu aja, pas yang datang sama geuchiek ternyata isteri dan mertua saya.
Isteri saya nangis-nangis dan mertua saya yang lakik nampar saya kuat
kalipun. Isteri saya minta cere, tapi untung mertua saya walaupun marah
masih mau menyuruh isteri saya untuk tenang dikit, dan menyerahkan
semua keputusan sama WH. Saya ingat kali kejadian itu. Kemudian WH
membawa kami ke kantor polisi untuk proses selanjutnya. Saya dan C terus
dikurung disana. Dan sekitar beberapa minggu kami disidang dan karena
tidak bisa dinikahkan dengan alasan karena saya telah menikah, lagian
geuchiek, istri saya dan mertua saya tidak setuju, maka dari itu saya dan C
harus di cambuk di lapangan merdeka.
SF mengakui pernah menjalani hukuman cambuk di depan khalayak umum karena telah melanggar qanun no. 14 tahun 2003 tentang khalwat (mesum). Pada saat dicambuk, SF mengakui merasakan sakit pada saat dicambuk dengan menggunakan sebilah rotan sebanyak 8 kali. SF juga mengatakan bahwa dirinya mendapatkan hak pengobatan dari petugas kesehatan yang telah disediakan pada saat di eksekusi. Untuk itu, maka SF menyatakan jera dan tidak mau mengulangi perbuatannya di kemudian hari, karena hal tersebut telah membuat rumah tangganya menjadi goyah.
“Ya, saya pernah dicambuk di muka umum karena telah melanggar qanun
syariat Islam nomornya saya lupa pokoknya tentang mesum. Pada saat
proses pemeriksaan, saya hendak dinikahkan dengan perempuan yang
sedang bersama pada saat itu, tapi karena saya sudah mempunyai anak
nikahkan, jadi ya terpaksa harus di cambuk. Seingat saya pas saat itu hari
jum’at kalo enggak salah selesai shalat ashar, saya dengan beberapa
terpidana lain dicambuk di depan umum sebanyak 8 kali, cambuknya pake
rotan dan saya disuruh berdiri pada saat dicambuk. Ya sakitlah pas
dicambuk itu, tapi saya jugak diobatin kayaknya pakek obat betadine gitu di
badan belakang saya. Yang ngobatin kayaknya orang rumah sakit. Tapi itu
cukup untuk pertama dan terakhir dalam idup saya, karena saya udah jera,
saya enggak mau ngulanginnya lagi dan karena itu pun akibatnya rumah
tanggapun sempat jadi kaco.”
Setelah dilaksanakan hukuman cambuk yang diberikan kepada SF. Ia merasakan hukuman yang diterimanya tidak hanya sampai pada hukuman cambuk saja. Justru ia mendapatkan perlakuan yang berbeda dari seperti biasanya baik di dalam rumah tangga, keluarga, maupun pergaulan di lingkungan tempat ia tinggal. Berikut penuturan SF :
Maken berat rupanya yang saya rasain akibat kelakuan saya. Setelah saya
pulang ke rumah pas selesai semua proses hukuman saya jalani. Isteri saya
selalu cemberut aja, tidak ceria, dan ngomong ke saya kalok ada perlunya
aja. Dan dia lebih sering tidur di rumah orang tuanya. Kalok dia ngomong
selalu emosi. Belum lagi ditambah lingkungan pergaulan saya di tempat
saya tinggal, semua yang mengenal saya seolah menjauhi, dulu biasanya
sekarang kayaknya dah enggak ada lagi. Dulu ada aja yang negor kalo
jumpa di jalan, tapi sekarang pun gak ada lagi.
Pasca menjalani hukuman cambuk juga memberikan dampak negatif terhadap pandangan masyarakat kepada SF. Dia tidak lagi dipercaya untuk untuk membantu segala hal yang berkaitan dengan desa tempat ia tinggal, bahkan SF sempat diminta untuk oleh pemuda untuk segera keluar dari wilayah desa tempat SF tinggal karena dianggap telah menodai adat istiadat dan juga rasa kekeluargaan dengan masyarakat selama ini. Berikut penuturan SF :
Tidak hanya mendapat perlakuan yang kurang baik di rumah tangga
maupun keluarga. Saya juga merasakan hal yang serupa pada kehidupan di
tengah masyarakat. Semuanya seolah-olah udah hilang, saya dianggap
seperti orang asing di kampung ini. Dulu kalok ada apa-apa pasti saya
dimintai pendapat, diminta membantu dalam menangani urusan pemuda,
tapi sekarang...jangankan untuk datang bermaen ke rumah saya, negur pun
enggak mau lagi, bahkan sempat pernah pemuda mengusir saya dari desa
karena dianggap telah menodai adat istiadat orang Aceh, dianggap orang
yang munafik, dan juga udah menodai rasa kekeluargaan selama ini dengan
masyarakat sekitar. Tapi untung geuchiek mengambil tindakan bijaksana,
kalok enggak mau tinggal dimana saya nanti, udah dibenci dalam keluarga
makin ditambah dengan dibenci pulak di masyarakat. Saya sadar itu semua
memang takdir saya karena kesalahan dunia dan akhirat yang udah saya
Untuk mengembalikan kehidupannya ditengah keluarga dan masyarakat yang telah cacat, maka SF menempuh dengan cara bertaubat sepenuh hati, yaitu dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, lebih sering berzikir maupun mengabdikan diri di tengah masyarakat dengan cara melakukan segala sesuatu tanpa harus meminta bantuan mereka untuk memperhatikan lingkungan sekitar seperti membersihkan parit, membersihkan mesjid dengan menyapu lantai mesjid, dan juga mengikuti pengajian-pengajian baik di dalam maupun di luar desa. Berikut penuturan SF :
Sedih rasanya dikucilkan dari kehidupan masyarakat, apalagi didalam
keluarga, namun saya sekarang pasrah, dan sekarang saya bertobat untuk
tidak mengulangi perbuatan itu. Pahit kali rasanya kalok dijauhi dari
pergaulan. Atas inisiatif sendiri sekarang saya harus mengabdikan diri di
tengah masyarakat, saya bersihkan parit parit di sekitar rumah saya, saya
sapu lante mesjid, saya ikuti pengajian-pengajian yang diadakan baik di
dalam maupun di luar gampong, serta sekarang saya lebih banyak berdiam
diri di dalam mesjid di saat pulang kerja ataupun ketika sedang tidak
bekerja. Semua itu saya buat supaya kesalahan saya dapat diampuni Allah
SWT, dapat dimaafkan oleh teman teman, masyarakat sekitar, dan tentunya
keluarga yang sangat saya cintai. Semoga kehadiran saya di tengah
masyarakat dapat diterima kembali seperti biasanaya walaupun hal
tersebut saya pikir sangat tidak mungkin, tapi saya bertekad untuk tetap
5.2.3 Informan Utama III: Orang yang pernah dicambuk
Nama : A
Usia : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Langsa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Kawin
A merupakan seorang remaja laki – laki berumur 14 tahun. A merupakan seorang pelajar di sebuah SMP Negeri di Kota Langsa. A merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. A memiliki aktivitas sehari-hari layaknya remaja pada umumnya yakni bermain bersama teman-teman yang seumuran dengannya, belajar, mengaji, dan juga berpacaran.
A tidak pernah menunjukkan sikap atau pun perbuatan yang sangat memalukan maupun mencoreng nama baik keluarganya. Namun selain memiliki hobi berolahraga dan mengikuti balapan liar, ternyata A mengakui memiliki hobi lain yakni menonton film porno ataupun mengkoleksi foto-foto porno yang ia dapatkan dengan mengakses dari handphone miliknya, dan terkadang ia dapatkan dengan cara bertukaran ataupun meminta pada teman sebayanya. Berikut penuturannya :
Aku sekolah di SMP kelas 2 kak, nama SMP-nya aku enggak mau sebutin ya
kadang-kadang juga ikut bali (balapan liar) kak. Lumayanlah kalo menang,
uangnya bisa aku tabung sebagaian dan traktirin pacar dan juga
kawan-kawan aku kak. Tapi karena aku orangnya bangsa suka pengen tau, entah
kenapa lama-lama aku jadi ketagihan liat yang bokep kak karena pernah
diajarin sama kawan aku cara buka situsnya…tapi jangan bilang-bilang
sama mamak aku ya kak. Dulu aku cuma bisa liat di hape kawan, tapi
sekarang aku dah bisa liat di hape sendiri. Tapi ada juga yang aku minta
atau tukaran sama kawan. Kadang-kadang ada juga yang aku jual sama
kawan-kawan aku yang lebih tua dari aku.
Akibat dari hobi yang menurutnya sangat tidak baik itu, A mengakui bahwa ia kemudian harus berhadapan dengan hukum syariat Islam, ketika pada saat itu A merasakan ada kesempatan yang terbuka lebar di depannya. Berikut penuturannya:
Sebenarnya aku malu kak ceritain sama kakak, tapi aku percaya sama
kakak karena ini enggak kakak sebar luaskan. Gini kak, kejadian yang
memalukan itu terjadi pas waktu ada kejadian mesum di kampung ini. Pas
waktu itu kami lagi ngumpul-ngumpul di tempat kawan, terus kami ada liat
cowok yang enggak kami kenal masuk ke dalam rumah seorang cewek.
Pertama-tama kami biarin aja, tapi lama-lama kami curiga, itu kan rumah
kos, dan udah jam 11 malam pulak kok cowok itu belum pulang pulang.
Iseng-iseng kami ngintip lah, rupanya orang tu lagi syor..ya udah kami
gerebek, si cowok kami pisahkan dan kami bawak ke kamar mandi, dan si
cewek tetap di kamar tidur. Terus kami bagi tugas, sebagian jaga dan
interogasi si cowok, sedangkan aku dan 6 orang lagi bertugas jagain si
cewek ini. Karena si cewek dalam keadaan bugil, akhirnya tanpa
direncanakan kami bertujuh memperkosa cewek itu, pas udah siap baru
kami panggil orang kampung. Ramelah pokoknya yang datang malam itu.
Tiba-tiba datang WH dan bawa cewek cowok ni pake mobil pikap. Awalnya
aku dan enam orang kawanku pikir cewek itu enggak akan ngadu sama WH
karena udah kami kasih peringatan. Rupanya lain, tiba-tiba datang polisi
dan WH nyari kami, kami semua terus ditangkap dan dibawak ke kantor
WH dulu terus dikurung, baru siap itu kami di bawa ke kantor polisi dan
juga dijeblosin dalam penjara. Aku takut kali. Sampe aku nangis pun, bapak
bapak polisi dan WH enggak peduli. Mau mati aja rasanya aku kak karena
Wh kemudian manggil orang tua aku dan kawan-kawan. Entah berapa hari,
terus aku disidangkan tapi enggak di pengadilan tapi di di Mahkamah
Syariah, dan aku dihukum dengan cara di cambuk, karena aku dianggap
masih di bawah umur, sedangkan yang lainnya setelah menjalani hukuman
cambuk, dikembalikan kepada polisi. Selebihnya aku enggak tau kak.
saat di eksekusi. Oleh karena telah mengalami hal tersebut, yakni merasakan sakit dan malu karena telah ditonton oleh masyarakat kota Langsa dan termasuk teman-temannya, maka A menyatakan jera serta tidak mau mengulangi perbuatannya di kemudian hari.
Aku enggak mau ulangi perbuatan yang dulu itu, apalagi sampek di cambok
di mukak orang banyak, dicambok itu saket kali kak, apalagi posisi aku
disuruh berdiri pas dicambok, tapi aku ada diperiksa sama orang tu.
Pokoknya aku jera, lillahi ta’ala gak mau lagi ulanginnya…teringat sama
pesan bapak-bapak itu..dicambok di dunia itu enggak seberapa dibanding
disiksa di neraka, aku jadi takut kak, aku tobat.
A mengakui bahwa pada saat orang tua mengetahui dirinya telah melakuka kesalahan besar baik dunia maupun akhirat serta akan dicambuk karena telah melanggar qanun syariat Islam No. 14 tahun 2003 tentang perbuatan khalwat (mesum), orang tua tidak tahu harus berbuat apa dan hanya pasrah saja, serta menyuruh A untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. A juga mengatakan bahwa dirinya kini menjadi lebih sadar diri, dan kini memilih untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Mengenai tanggapannya terhadap pelaksanaan hukuman cambuk, A menjawab semoga ini menjadi pelajaran berharga dan tidak di alami bagi manusia yang lain.
“Saya Cuma bisa pasrah kak, semoga apa yang saya alami ini tidak
menimpa warga kota Langsa lainnya dan menjadi pelajaran yang berharga
Setelah menjalani beberapa proses hukum Islam hingga ke tahap hukuman cambuk, A merasakan bahwa dirinya kini dikucilkan oleh masyarakat, orang tua dari teman-temannya melarang untuk bergaul dengan A, bahkan di sekolah pun A harus menerima jadi bahan ejekan di dalam kelas. Berikut penuturan A :
Pas udah semua aku jalani sampek ke hukuman cambuk, aku pikir semua
selesai gitu aja. Ternyata enggak kak, setiap aku jalan aku harus nundukin
mukak, ataupun menghindar dari orang kampung karena semuanya jauhin
aku, aku enggak punya kawan. Satu kampung ini tau kalok aku jahat kali.
Yang lebih parah lagi, setiap aku mendatangi rumah kawan pun aku diusir
dan dilarang bekawan sama anak mereka. Disekolah pun kek gitu, aku
cuma jadi bahan ejekan, enggak tau aku mau kemana. Minta pindah
sekolah pun enggak dikasih orang tua. Aku enggak punya kawan lagi.
Rasanya hampa kali kak hidup ini. Akhirnya aku pergi ke kantor WH untuk
mengadu, sampe disana aku udah siap kalok nanti jadi bahan ejekan lagi.
Tapi rupanya enggak. Aku dikasih nasehat sama beberapa orang WH,
termasuk Danton-nya. Aku disuruh tobat, dan berserah diri sama Allah, dan
semenjak itu aku enggak peduli lagi sama kawan-kawan aku, aku sekarang
sibuk dengan urusan akhirat aja kak. Aku percaya kalok Allah hanya tempat
mengadu yang paling tepat. Dan alhamdulillah, setelah beberapa bulan,
nilai ku di sekolah bertambah baik, dan sekarang aku punya banyak kawan
lagi, tapi beda dengan yang dulu, kalo sekarang aku lebih milih
5.2.4 Informan Kunci I : Petugas Hukum
Nama : M
Usia : 30 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Danton WH Dinas Syariat Islam Kota Langsa
Alamat : Langsa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Kawin
M merupakan seorang laki-laki berumur 30 tahun yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Dinas Syariat Islam Kota Langsa dengan jabatan sebagai Danton WH. Mengenai pelaksanaan hukuman cambuk di Kota Langsa, menurutnya telah dilakukan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. M juga menyebutkan bahwa pada tahun 2015 terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 2014, semoga di tahun 2016 semakin menurun. Berikut penuturannya :
Qanun syariat Islam di Kota Langsa khususnya tentang hukuman cambuk
bagi pelaku khalwat telah di implementasikan sesuai dengan aturan dan
prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah Aceh. Memang terjadi
peningkatan pelanggaran kasus khalwat pada tahun 2015 bila
dibandingkan dengan tahun 2014. Namun di tahun 2016 ini kami berharap
semoga angka tersebut semakin menurun, dengan demikian masyarakat
M mengatakan bahwa menurutnya, memang ada dalam pasal 22 tersebut mengenai denda pada Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang pelaksanaan ‘uqubat, tapi tidak pernah diterapkan mengenai denda bagi pelanggar kasus khalwat (mesum). Berikut penuturannya :
Memang benar dalam pasal 22 Qanun Nomor 14 tahun 2003 bagi pelaku
khalwat diberikan sanksi hukuman cambuk paling rendah sebanyak 3 kali
dan paling banyak 9 kali dan disebutkan juga tentang denda paling sedikit
sebanyak dua juta lima ratus ribu rupiah, dan paling banyak sepuluh juta
rupish. Namun sampai sekarang, kami belum pernah menerapkan mengenai
denda sebagai pengganti atau penyerta dalam pelaksanaan hukuman
cambuk bagi si pelaku.
Mengenai adanya stigma masyarakat tentang hukuman cambuk yang hanya diberlakukan pada masyarakat lemah, M mengatakan bahwa itu tidak benar, jika semua terbukti maka tetap akan di cambuk atau dinikahkan bila layak. Berikut penuturannya :
Begini dek, sah-sah aja masyarakat mengeluarkan pendapat yang demikian,
tapi sejauh ini menurut saya itu tidak benar, semua pelaku khalwat bila
terbukti ketika di sidik tetap akan di cambuk atau di nikahkan bila layak
dengan aturan tertentu dan persetujuan dari kedua pihak.
pemeriksaan di lapangan, apabila kedapatan maka mereka akan ditangkap dan dibawa beserta alat bukti pendukung dan menyerahkannya kepada penyidik yaitu pihak kepolisian.
M mengatakan bahwa Para pelaku akan ditahan maksimal 21 hari selanjutnya diserahkan ke jaksa bila telah cukup bukti beserta pelakunya. Kemudian pelaku diserahkan kepada mahkamah syariah dan tetap ditahan, baru kemudian disidangkan. Dalam hal ini, dinas syariat Islam dihadirkan sebagai saksi. Bila telah diputuskan oleh mahkamah syariah baru dilakukan hukuman cambuk.
“Begitu mendapatkan informasi dari masyarakat tentang adanya
pelanggaran qanun khalwat, maka kami melakukan koordinasi internal
terlebih dahulu baru kemudian kami check ke lapangan, apabila kedapatan
maka kami akan menangkap dan membawa pelaku plus barang bukti
pendukung dan menyerahkannya kepada penyidik yaitu pihak kepolisian,
selanjutnya dalam tahap penyidikan para pelaku akan ditahan maksimal 21
hari lalu diserahkan ke jaksa bila telah cukup bukti beserta pelakunya.
Setelah selesai urusan di kejaksaan negeri kemudian pelaku diserahkan
kepada mahkamah syariah dan tetap ditahan, baru kemudian disidangkan.
Dalam hal ini, pada saat persidangan dinas syariat Islam khususnya WH
dihadirkan sebagai saksi. Bila telah diputuskan oleh mahkamah syariah
termasuk putusan jumlah hukuman cambuk yang harus diberikan, baru
M mengatakan bahwa tidak ada jaminan pelaku pelanggar khalwat tidak mengulangi perbuatannya, bila ada atau diulangi pada perbuatan yang sama maka akan dicambuk lagi.
Sesuai dengan data yang ada pada kami, sejauh ini belum ada yang pernah
mengulangi perbuatannya dan dicambuk kembali. Kita telah memberikan
peringatan kepada mereka yang telah dicambuk untuk tidak mengulangi
perbuatannya, bila ada yang kedapatan atau tertangkap kembali maka akan
dicambuk dengan jumlah yang semakin banyak. Memang tidak ada jaminan
bagi mereka untuk tidak mengulangi perbuatannya, semuanya itu lillahi
ta’ala, itu urusan dia dengan Yang Maha Kuasa.
Mengenai dampak hukuman cambuk bagi pelanggar hukum Syariat Islam khususnya mengenai khalwat (mesum), M mengatakan bahwa masyarakat menjadi lebih menjaga lingkungannya dari perbuatan yang tidak baik dan selalu memberikan informasi terkait bila terjadi hal - hal yang dilarang dalam agama maupun aturan hukum.
Dengan adanya pelaksanaan hukuman cambuk bagi para pelanggar qanun
syariat Islam khususnya tentang khalwat, kini masyarakat menjadi lebih
waspada dalam menjaga lingkungannya dari perbuatan yang tidak baik.
Masyarakat kini lebih banyak dan selalu memberikan informasi emngenai
adanya dugaan praktek mesum yang dilarang dalam agama maupun aturan
5.2.5 Informan Kunci II : Petugas Hukum
Nama : F
Usia : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Sekretaris Dinas Syariat Islam Kota Langsa
Alamat : Langsa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Kawin
F merupakan seorang perempuan berumur 52 tahun yang menggunakan cadar (penutup muka) dalam kehidupan sehari-harinya. F bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Dinas Syariat Islam dengan jabatan sebagai sekretaris Dinas Syariat Islam Kota Langsa.
Mengenai pelaksanaan hukuman cambuk di Kota Langsa khususnya bagi pelaku khalwat (mesum), F mengatakan bahwa implementasi qanun syariat Islam telah dilakukan berdasarkan aturan yang tertuang dalam qanun tersebut. Berikut penuturannya :
“Qanun Aceh no. 14 tahun 2003 telah menentukan tentang pelaksanaan
hukum cambuk, mulai dari ukuran rotan, cara mencambuk, termasuk juga
faktor rasa kemanusiaan seperti sebelum dicambuk, maka si pelanggar
diperiksa kesehatannya terlebih dahulu, kemudian bagi pelanggar ketika
dicambuk telah mengeluarkan darah, maka hukuman cambuk harus segera
mengimplementasikan hukuman cambuk telah dilakukan berdasarkan
aturan yang tertuang dalam qanun tersbut tentang khalwat.
Mengenai Denda yang tertera Pada Qanun No. 14 Tahun 2003 Pasal 22 Tentang Pelaksanaan ‘Uqubat, F mengatakan bahwa menurutnya, Tidak ada pelaku khalwat yang dikenakan denda, semuanya diberikan hukuman cambuk, kecuali bagi mereka yang dinikahkan, namun tetap tidak diberikan denda. Berikut penuturannya :
Sampai sejauh ini menurut saya tidak ada pelaku khalwat di Kota Langsa
yang dikenakan denda sebagai pengganti hukuman cambuk, semuanya kami
cambuk bila terbukti dan telah diputuskan oleh mahkamah syariah, kecuali
bagi mereka yang telah dinikahkan dengan ketentuan dan aturan tertentu.
Dengan adanya stigma masyarakat tentang hukuman cambuk yang hanya diberlakukan pada masyarakat lemah khususnya di Kota Langsa, F mengatakan bahwa menurutnya terserah masyarakat mau bilang apa, bila pelaku terbukti melanggar qanun tentang khalwat (mesum) maka tetap akan dicambuk.
Terserah masyarakat mau bilang apa, mereka bebas berpendapat kok, yang
jelas kami tetap melaksanakan tugas kami sesuai dengan prosedur dan
aturan yang berlaku, nah bila si pelaku kita tangkap dengan dugaan
khalwat lalu diproses dan kemudian terbukti dan diputuskan oleh
F mengatakan bahwa Dinas syariat Islam dalam hal ini Wilayatul Hisbah (WH) sebagai petugas lapangan menangkap pelaku berdasarkan informasi masyarakat ataupun tertangkap tangan ketika petugas melakukan razia di sejumlah tempat. Selanjutnya pelaku beserta alat bukti diserahkan kepada pihak kepolisian setempat untuk diperiksa, lalu setelah itu baru di bawa ke kejaksaan negeri dan selanjutnya ke mahkamah syariah sebagai tempat persidangan. Setelah diputuskan baru dilakukan eksekusi hukuman cambuk. Berikut penuturannya :
WH sebagai petugas operasional lapangan menangkap pelaku di tempat
kejadian perkara berdasarkan informasi masyarakat yang disampaikan
kepada kami atapun juga ketika tertangkap tangan oleh petugas sedang
melakukan razia di sejumlah tempat, setelah ditangkap mereka kami
gelandang ke mapolres Langsa untuk disidik oleh penyidik, beberapa hari
kemudian setelah bukti cukup kuat, maka mereka dilimpakan ke kejaksaan
negeri Kota Langsa, baru setelahnya ke mahkamah syariah untuk
disidangkan, setelah mendapatkan putusan baru mereka dicambuk pada
waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh hakim.
F mengatakan bahwa tidak ada jaminan pelaku pelanggar khalwat tidak mengulangi perbuatannya, mereka tetap akan dicambuk kembali di muka umum bila mengulangi perbuatannya.
Mengenai jaminan mereka tidak mengulangi perbuatannya, saya rasa tidak
di kemudian hari dan tertangkap lagi, maka kami akan mencambuknya
kembali di muka umum.
F mengatakan bahwa dengan adanya pemberlakuan hukuman cambuk bagi masyarakat Kota Langsa memberikan dampak yang positif, dan masyarakat lebih bertindak hati-hati dan selalu waspada dengan keadaan sekitarnya. Berikut penuturannya :
Warga masyarakat kini lebih bertindak hati-hati dan selalu waspada
dengan keadaan sekitarnya, dalam artian mereka akan mengambil tindakan
tegas bila kedapatan seseorang sedang berduaan dengan pasangan yang
bukan muhrimnya, bahkan tidak jarang warga mengambil tindakan main
hakim sendiri. Kemudian pasangan tersebut dimandikan terkadang dengan
air parit ataupun dengan air bersih, lalu dibawa ke meunasah, baru
kemudian warga menghubungi WH.
5.2.6 Informan Kunci III : Petugas Hukum
Nama : R
Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kasi Pidum Kejaksaan Negeri Kota Langsa
Alamat : Langsa
Agama : Islam
R merupakan seorang laki - laki berumur 32 tahun yang bekerja sebagai Kasi Pidum di Kejaksaan Negeri Kota Langsa. R mengatakan bahwa implementasi qanun syariat Islam telah dilakukan berdasarkan aturan yang berlaku dalam qanun sesuai dengan tupoksi dan ruang lingkup kerja masing-masing. Berikut penuturannya :
Qanun syariat Islam telah dilakukan berdasarkan dengan aturan yang
berlaku sesuai dengan tupoksi dan ruang lingkup kerja masing-masing tapi
seluruhnya saling berkaitan, misalnya WH melaksanakan operasional
lapangan, kemudian di sidik oleh kepolisian sebagai penyidik, dan jaksa
sebagai penuntut umum yang bertugas membuat dakwaan berdasarkan
ketentuan sanksi dalam qanun khlawat, kemudian baru dilimpahkan ke
mahkamah syari’ah sebagai penentu keputusandalam hal ini adalah hakim
yang memutuskan jumlah hukuman cambuk dan penentuan hari eksekusi
hukuman bagi pelaku.
R mengatakan bahwa menurutnya, Sejauh ini, belum ada pelaku khalwat (mesum) yang dikenakan denda, semuanya dikenakan hukuman cambuk, kalaupun tidak ada yang dicambuk itupun karena mereka telah dinikahkan. Berikut penuturannya :
Setahu saya semua pelanggar bila telah diputuskan oleh hakim di
Mahkamah Syariah untuk dicambuk dengn jumlah tertentu, ya tetap di
cambuk, tidak pernah ada kedapatan pelanggar membayar uang denda
itupun karena telah dinikahkan dengan syarat tertentu, jadi tidak semuanya
bisa dinikahkan begitu aja.
Mengenai adanya stigma masyarakat tentang hukuman cambuk yang hanya diberlakukan pada masyarakat lemah, R mengatakan bahwa mengenai hal ini peneliti dipersilahkan untuk menanyakan kembali pada dinas syariat Islam. Berikut penuturannya :
Kalau tentang ini, saya tidak paham. Jadi coba anda tanyakan kembali
pada dinas syariat Islam.
R mengatakan bahwa kejaksaan negeri Kota Langsa dalam hal ini sebagai jaksa penuntut, menerima dari pihak kepolisian selaku penyidik yakni pelaku dan alat bukti beserta saksi-saksi sebagai bahan yang cukup untuk disidangkan, bila tidak lengkap maka akan kami kembalikan kepada pihak kepolisian untuk dilengkapi, dan bila telah lengkap maka kami akan melanjutkan ke mahkamah syariah untuk disidangkan. Berikut penuturannya :
Kami selaku jaksa penuntut di Kantor Kejaksaan Negeri Kota Langsa
dalam hal ini menerima pelaku beserta bukti pendukung dari Polres Kota
Langsa selaku penyidik, bila bukti tidak lengkap maka kami akan
mengembalikan berkas untuk dilengkapi kembali oleh pihak kepolisian, bila
telah lengkap maka akan kami proses untuk kemudian dilanjutkan ke
R mengatakan bahwa tidak ada jaminan pelaku pelanggar khalwat tidak mengulangi perbuatannya, semuanya tergantung pada kesadaran diri masing-masing. Berikut penuturannya :
“Tidak ada jaminan khusus mengenai mereka untuk tidak mengulangi
perbuatannya, namun bila kembali tertangkap oleh WH, maka kami selaku
jaksa akan memberikan tuntutan yang tinggi dari sebelumnya.
R mengatakan bahwa masyarakat menjadi lebih taat hukum khususnya hukum Islam, walaupun masih terdapat 1-2 orang yang masih melakukan pelanggaran. Berikut penuturannya :
Dengan adanya atura tentang hukuman cambuk bagi mereka yang
melanggar qanun tentang khalwat, masyarakat menjadi lebih taat kepada
hukum khususnya hukum Islam, walaupun diantara masyarakat tersebut
masih terdapat 1-2 orang melakukan pelanggaran khalwat atau mesum.
5.2.7 Informan Tambahan I : Orang tua dari Informan Utama (A)
Nama : SY
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Langsa
Agama : Islam
SY adalah seorang perempuan yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang berumur 54 tahun. SY adalah orang tua dari informan utama III yakni berinisal A. Dahulu tanggungan SY adalah tiga orang anak, dan A merupakan anak terakhir. Hingga saat ini SY masih memiliki suami yang pekerjaannya adalah wiraswasta.
SY mengakui bahwa anggota keluarganya yaitu A yang merupakan anak kandungnya pernah di cambuk dimuka umum karena telah melakukan perbuatan yang dilarang dalam agama dan juga peraturan yang dibuat oleh daerah. Akibat perbuatan A, maka SY mengatakan sangat memalukan dan mencoreng nama keluarga. SY juga mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui mengenai hal pengobatan setelah di cambuk, tapi menurut keterangan anaknya bahwa A mendapatkan pengobatan setelah menjalani hukuman cambuk. SY mengatakan bahwa setelah menjalani proses hukuman cambuk, A kini telah bertobat dan jera atas perbuatan yang telah dilakukannya.Berikut penuturannya :
Anak kandung saya A memang pernah di cambuk di lapangan merdeka
Langsa, dia dicambuk lantaran telah melakukan perbuatan yang dilarang
oleh agama dan juga melanggar aturan yang dibuat oleh daerah. Mengenai
perbuatan yang dilakukan enggak usah saya sebutkan ya? Karena saya
sangat malu dengan apa yang telah diperbuat A, dan itu juga udah
mencoreng nama baik keluarga kami. Tapi mau bilang apa, nasib udah jadi
bubur, saya pukul sampek matipun enggak akan menyelesaikan masalah,
semuanya terserah sama syariat Islam, karena saya pikir itu akan menjadi
di akhirat nanti mau minta tolong sama siapa?untuk itu saya suruh A
supaya taubat nasuha, dan sekarang dia benar-benar kembali ke jalanNya.
Mengenai pengobatan pas udah siap di cambuk saya tidak mngerti, tapi
anak saya pernah bilang dia mendapatkan pengobatan walau hanya ala
kadarnya.
SY mengatakan bahwa dengan adanya pelaksanaan hukuman cambuk bagi pelanggar qanun khususnya tentang khalwat (mesum) memberikan dampak positif bagi anggota keluarganya yaitu A.SY mengakui bahwa A kini menjadi lebih taat beribadah, walaupun dalam kehidupan sehari – hari dikucilkan dalam pergaulan di masyarakat, namun SY meyakini bahwa hal tersebut akan hilang dan secara berangsur-angsur A akan kembali diterima di masyarakat seperti sediakala. Berikut penuturannya :
“Hukuman cambok yang diberikan buat anak saya A memberikan dampak
positif baginya. Pas udah saya suruh taubat nasuha, dia sekarang udah
rajin sembahyang, walaupun pernah dikucilkan dari kawan kawannya dia
tetap rajin sembahyang dan ngaji, dulu dia pernah ngeluh sama saya
karena kawan kawannya jauhin dia, tapi saya cuma bisa bilang sabar dan
itu nanti lama lama pasti balek kayak biasa lagi. Dan ternyata sekarng
SY mengatakan bahwa ia sangat setuju dengan adanya pelaksanaan hukuman cambuk bagi anaknya yaitu A yang merupakan pelanggar qanun khususnya tentang khalwat (mesum).
SY mengatakan bahwa dirinya juga selalu melarang A sejak kecil untuk menjauhi perbuatan yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT, bahkan SY menyatakan bila perlu ditambahkan lagi hukuman cambuknya agar menjadi sebuah pelajaran berharga dan pelaku enggan untuk melakukannya kembali. Berikut penuturannya :
“Saya setuju kali dengan adanya hukom cambok terutama buat anak saya.
Sejak kecil dia udah saya ajarin untuk menjauhi sesuatu yang dibenci sama
Allah SWT. Kalo perlu ditambahkan lagi jumlah hukuman camboknya
supaya bisa jadi pelajaran berharga bagi semua, dan tentu pelakunya juga
takut untuk buat kayak gitu lagi.”
SY mengatakan bahwa dirinya sangat berharap agar qanun syariat Islam semakin tegas dalam memberikan hukuman bagi pelanggar khususnya tentang khalwat (mesum). Berikut penuturannya :
“Harapan saya semoga qanun syariat Islam makin tegas dalam
memberikan hukuman bagi pelaku mesum.”
5.2.8 Informan Tambahan II : Orang tua dari Informan Utama (C)
Nama : CH
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Langsa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Kawin
CH yang merupakan orang tua C. Diketahui bahwa CH kini telah berusia 57 tahun, pekerjaan SY adalah pedagang kecil yang juga sebagai Ibu rumah tangga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari CH masih memiliki suami yang pekerjaannya adalah nelayan.
CH mengakui bahwa anggota keluarganya yaitu C yang merupakan anak kandungnya pernah di cambuk dimuka umum karena telah melakukan perbuatan yang dilarang dalam agama. Akibat perbuatan C maka CH mengatakan sangat malu kepada tetangga dan lingkungan sekitar. SY juga mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui apakah C mendapatkan pengobatan setelah dicambuk dan CH tidak peduli karena C merupakan anak yang pembangkang. Kemudian CH mengatakan bahwa setelah menjalani proses hukuman cambuk, C sepertinya tidak jera atas perbuatan yang telah dilakukannya.Berikut penuturannya :
“Anak saya C adalah anak yang suka membangkang, pas saya tau dia
ditangkap oleh WH dan mau di cambuk, karena udah melakukan perbuatan
yang enggak baik, memalukan, dan menjijikkan. Saya tidak peduli tapi saya
tentang pengobatan saya enggak tau dan saya enggak peduli sama dia yang
udah durhaka sama saya.”
CH mengakui bahwa pelaksanaan hukuman cambuk memberikan dampak negatif kepada anaknya yaitu C, bahkan perilaku C tidak berubah, makin sering tidak pulang ke rumah, sementara anak dari C dititipkan pada CH.Kemudian CH juga mengakui bahwa kini C dikucilkan dari pergaulan di masyarakat yang disebabkan karena disamping itu C tidak pernah mau bergaul dengan warga di lingkungan tempat ia C tinggal. Berikut penuturannya :
“Yang saya liat pada anak saya C setelah dicambuk tidak meberikan
dampak positif dikitpun, bahkan mskin merajalela, dia makin sering enggak
pulang ke rumah, kalo pun pulang pagi, terus malamnya dia pigi lagi entah
sama siapa siapa aja. Sementara anaknya C selalu dia titipkan sama saya.
C sekarang dikucilkan dari pergaulan, ya itu salahnya sendiri, karena dia
enggak pernah bergaul ama orang kampung.”
CH juga sangat menyetujui dengan adanya hukuman cambuk, agar dia menjadi malu dan segera bertobat untuk tidak mengulangi perbuatannya kelak, dan semoga ini tidak terjadi pada anaknya C bila besar nanti. Berikut penuturannya :
“Saya sangat setuju dan mendukung hukom cambok itu, supaya orang yang
lagi. Semoga aja ini tidak terjadi pada cucu saya yitu anaknya C.
Naudzubillahi min dzalik."
CH lebih menyukai bila pelaku khalwat (mesum) tidak sekedar di cambuk bila perlu di rajam sekalian, agar dapat menjadi contoh dan memberikan efek jera yang lebih maksimal. Berikut penuturannya :
“Sebenenarmya udah cukup paten adanya hukom cambok itu, tapi khusus
buat mereka yang telah melanggar tentang khalwat (mesum) atau zina
hukumannya jangan cuma di cambok, tapi dirajam sekalian, agar dapat
menjadi pelajaran dan betol betol buat jera si pelakunya.”
5.2.9 Informan Tambahan III : Geuchiek (Kepala Desa)
Nama : MY
Usia : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Pekerjaan : Geuchiek (Kepala Desa)
Alamat : Langsa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Kawin
warganya yang tertangkap dan pernah menjalani hukuman cambuk di depan khalayak umum karena telah melanggar qanun tentang khalwat (mesum).
MY juga mengatakan bahwa dirinya sudah terbiasa menghadapi hal seperti ini, walau sebenarnya harus menyembunyikan perasaan malu karena warganya ditangkap warga dan WH karena kedapatan mesum. MY juga mengatakan bahwa warganya yang dicambuk mendapatkan pengobatan dari petugas kesehatan yang telah disediakan pada saat di eksekusi. Mengenai efek jera, MY menyatakan bahwa tidak semua warganya jera setelah menjalani hukuman cambuk. Berikut penuturannya :
“Awalnya saya tidak tau, kalo ada warga saya yang tertangkap karena
melakukan perbuatan mesum atau zina, bahkan ada pulak yang tertangkap
karena sedang maen judi. tapi setelah ditelepon sama WH untuk datang ke
kantor, saya tekejot dan cepat-cepat kesana untuk memastikan betol apa
enggak. Rupanya betol. Saya udah terbiasa hadapin kasus seperti ini.
Walau ada rasa malu karena ada warga saya yang di tangkap tapi harus
saya sembunyiin. Karena sejak awal udah saya kasih tau jangan pernah
buat yang enggak enggak di kampung ini. Yang saya liat pas waktu selesai
dicambok, orang ni ada dicek kesehatannya dan dikasih obat kalo ada luka,
tapi sayangnya enggak semua warga saya yang udah pernah di cambok jadi
jera. Tapi udah saya kasih peringatan, kalo sekali lagi dia buat mesum di
kampung ini akan saya usir dia keluar dari kampung biar dia tinggal di
kampung laen. Karena saya enggak mau kena imbas dosa dari mereka yang
MY mengakui bahwa dengan adanya pelaksanaan hukuman cambuk bagi pelanggar qanun khususnya tentang khalwat (mesum) memberikan dampak positif dan negatif bagi warganya, tergantung dari kesadaran dari mereka, ada yang insaf serta jera dan kembali ke jalan yang benar serta menjadi lebih taat beribadah, bahkan diduga masih ada pula warganya yang tetap seperti semula. MY mengatakan bahwa warganya yang pernah menjalani hukuman cambuk rata-rata dikucilkan dalam pergaulan di masyarakat namun kembali diterima dilingkungannya secara perlahan. Berikut penuturannya :
“Mengenai dampak dari hukuman cambuk, saya rasa ada dampak positif
dan ada juga dampak negatifnya. Ada warga pas udah dicambuk jadi taat
beribadah dan kembali ke jalan yang benar. Dan da pula yang berdampak
negtif karena saya duga masih ada warga saya yang masih tetap kayak
semula akal dan kelakuannya. Mereka pernah dikucilkan dalam pergaulan
di masyarakat, tapi pelan pelan warga disini kembali menerimanya, tapi
kalo dia ulangi lagi, kita usir dia dari sini.”
MY mengatakan bahwa dirinya sangat mendukung dan setuju sekali dengan diberlakukannya hukuman cambuk, jadi masyarakat menjadi lebih teratur dan jera untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama. Berikut penuturannya :
“Saya selaku bagian dari pemerintah sangat mendukung pemberlakuan
hukman cambuk, dengan demikian dapat menciptakan keteraturan dalam
kehidupan masyarakat. Dan pastinya si pelaku juga jadi malas untuk
MY mengatakan bahwa qanun syariat Islam diharapkan akan semakin membawa masyarakat ke dalam tatanan hidup yang lebih baik dan menyadarkan mereka untuk menjauhi segala perbuatan yang telah dilarang. Berikut penuturannya :
“Qanun tentang khalwat itu sudah cukup baik dan positif tujuannya, tapi
saya rasa pun perlu sedikit pembenahan di beberapa bagian agar semakin
membawa masyarakat ke dalam tatanan hidup yang lebih baik dan jugak
supaya masyarakat semakin sadar untuk mengingatkan baik dirinya
maupun anggota keluarganya supaya menghindari dan menjauhi segala
yang dilarang olehNya.”
5.2.10 Informan Tambahan IV : Masyarakat Pemerhati Syariat Islam
Nama : FK
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Pekerjaan : Wiraswasta / Pemerhati Syariat Islam
Alamat : Langsa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Kawin
sanksi hukuman cambuk bagi pelanggar qanun tertentu dalam syariat Islam khususnya tentang khalwat (mesum). Berikut penuturannya :
Memang benar di Kota Langsa telah berlaku hukuman cambuk bagi
pelanggar qanun tentang khalwat (mesum), minuman keras / mabuk, dan
perjudian. Kota Langsa juga merupakan salah satu dari emat kabupaten /
kota di Propinsi Aceh yang menerapkan hukuman cambuk.
FK menyebutkan bahwa dirinya sangat menyetujui adanya sanksi hukuman cambuk bagi pelanggar qanun syariat Islam khususnya tentang khalwat (mesum). Berikut penuturannya :
Saya sangat menyetujui adanya pemberlakuan sanksi hukuman cambuk
apalagi pada orang – orang yang telah melakukan khalwat (mesum), zina,
karena itu merupakan perbuatan yang memalukan dan sangat dilarang
dalam agama kita. Pelaksanaan hukuman cambuk merupakan langkah maju
dalam rangka kongkretisasi penerapan syariat Islam yang telah lama
diperjuangkan oleh masyarakat Aceh. Aceh ini kan identik dengan agama
Islam, jadi sangat tabu dengan urusan yang satu ini, kalau hanya diberikan
berupa teguran atau sosialisasi aja, maka saya rasa itu tidak akan efektif
dan memberikan efek jera bagi para pelanggarnya, jadi dengan adanya
hukuman cambuk maka diharapkan akan memberikan dampak yang positif
dalam kehidupan masyarakat. Bahkan sejak jaman Sultan Iskandar Muda
pun telah memberlakukan hukuman bagi Meurah Pupok y