ANALISA BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DARI
LIMBAH CAIR LABORATORIUM BALAI RISET DAN
STANDARDISASI MEDAN
KARYA ILMIAH
MUTIARA HASNINA
052401075
PROGRAM D3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DARI
LIMBAH CAIR LABORATORIUM BALAI RISET DAN
STANDARDISASI MEDAN
KARYA ILMIAH
Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Ahli Madya
MUTIARA HASNINA
052401075
PROGRAM D3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DARI LIMBAH CAIR LABORATORIUM BALAI RISET DAN STANDARDISASI MEDAN Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : MUTIARA HASNINA
Nomor Induk Mahasiswa : 052401075
Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Desember 2008
Disetujui oleh :
Program Studi D3 Kimia Analis Dosen pembimbing Ketua,
(Dr. Matpongahtun, MSc) (Dr. Marpongahtun, MSc)
NIP :131796151 NIP : 131796151
Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua
ii
PERNYATAAN
ANALISA BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DARI LIMBAH CAIR LABORATORIUM BALAI RISET DAN STANDARDISASI MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Desember 2008
PENGHARGAAN
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT. karena rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya maka Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan. Adapun Karya Ilmiah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan D3 Kimia Analis-FMIPA USU.
Selama penulisan Karya Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya dan setulus – tulusnya kepada : Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen/Proram Studi Kimia FMIPA-USU ; Ibu Dr. Marpongahtun, MSc selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta kesabaran beliau ; Ibu Sues, Ibu Mardiani, Ibu Sumarni, Ibu Hartati, Ibu Purwanti, Bang Fadhil dan Kak Nizar selaku pembimbing di saat Praktek Kerja Lapangan.
Selanjutnya kepada sahabat-sahabat yang telah berjuang bersama yang juga selalu ada dan setia dalam suka dan duka selama ini : Amie, Diyah, Itis, K arti, Icoet. Terima kasih telah mengajaran makna “What the Friends are for”, Ganbatte Kudasai!. Dan buat teman – teman se-KAN ’05 yang sulit disebutkan satu persatu.
Dan akhirnya, tak mungkin terlupa, terima kasih yang tak terhingga yang terbesar dan paling tulus dari hati terdalam saya persembahkan untuk kedua Orang Tua saya, terkhusus untuk Mama; Hj. Masni Saldi SH. atas segala pengorbanan beliau (materi dan perasaan T_T ) dan juga menjadi motivator terbesar dalam hidup sampai saat ini. Thank You So Much, Merci, Syukron, Xie Xie, Gamsahamnida, Domo Arigato Gozaimasu. Semoga Allah SWT. memberikan balasan yang berlipat ganda, karena tak ada yang dapat membalas ketulusannya, termasuk penulis.
Penulis menyadari atas kekurangan dan kekhilafan materi dalam Karya Ilmiah ini, karenanya penulis mengharapkan saran –saran yang membangun demi kesempurnaannya Karya Ilmiah ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat demi kemajuan.
Medan, Desember 2008 Penulis,
iv
ABSTRAK
BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND ANALYSIS OF BALAI RISET DAN STANDARDISASI MEDAN LABORATORY WASTEWATER
ABSTRACT
vi
2.2.1. Pengertian Limbah Cair ... 5
2.2.2. Sumber Limbah Cair ... 6
2.2.3. Sumber Pencemar ... 8
2.3. Indikator Pencemar Air ... 11
2.4. Analisa Limbah Cair ... 13
2.4.1. Analisa BOD ... 14
2.4.2. Prinsip Analisa ... 17
2.4.3. Ganguan – gangguan Analisa ... 18
2.5. Usaha Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan 19 2.5.1. Penanggulangan Secara Non-Teknis ... 20
2.5.2. Penanggulangan Secara Teknis... 22
BAB 3. METODOLOGI ANALISA ... 24
3.1. Alat dan Bahan ... 24
3.1.1. Alat ... 24
3.1.2. Bahan ... 24
3.2. Prosedur Analisa ... 25
3.2.1. Persiapan Pereaksi ... 25
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
5.1. Kesimpulan ... 35
5.2. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Black and Grey List Bahan Pencemar Toksik pada
ABSTRAK
v
BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND ANALYSIS OF BALAI RISET DAN STANDARDISASI MEDAN LABORATORY WASTEWATER
ABSTRACT
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup yang lain (Effendi, 2003).
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai
dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air
untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk
transportasi, baik di sungai maupun di laut. Kegunaan air tersebut termasuk sebagai
kegunaan secara konvensional.
Selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan
teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan
air. Dalam hal ini air sangat diperlukan agar industri dan teknologi dapat berjalan
dengan baik. Dalam kegiatan industri dan teknologi, air digunakan antara lain sebagai
: air proses, air pendingin, air ketel uap penggerak turbin, air utilitas dan sanitasi
(Wardhana, 2004).
Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air
limbah industri) tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan karena dapat
menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai
kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus
2
lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran air lingkungan. Proses daur ulang limbah
industri atau Water Treatment Recycle Process adalah salah satu syarat yang harus
dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan.
Tchbanolohlous dan Eliassen membedakan empat macam komponen
penyusun limbah cair, yaitu limbah cair domestik (domestic wastewater), limbah cair
industri (industrial wastewater), rembesan dan luapan (infiltration and inlow), dan air
hujan (storm water).limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan,
bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya (Soeparman, 2001).
Beban BOD yang ditimbulkan pada limbah cair kira – kira 80
gram/orang/hari/. Volume dan kekuatan limbah cair dari sekolah, kantor, pabrik dan
bangunan perdagangan bergantung pada jumlah jam operasi dan fasilitas makan yang
tersedia (Soeparman, 2001).
Dari uraian tersebut, maka perlu dilakukan analisa BOD, karena BOD
merupakan suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses –
proses mikrobiologis yang benar – benar terjadi di dalam air (Santika, 1987).
Uji BOD juga merupakan salah satu dari uji coba yang paling penting untuk
menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, selokan – selokan
dan air yang telah tercemar. Uji coba biologilah yang mengukur jumlah zat organik
yang kemungkinan akan dioksidasi oleh kegiatan – kegiatan bakteri aerobik (bakteri
yang hidup dengan oksigen). Hasil dari uji BOD dapat diterjemahkan dalam istilah –
istilah mengenai zat – zat organik maupun dengan jumlah oksigen yang digunakan
selama oksidasinya karena hubungan kwantitatif yang pasti terdapat diantara jumlah
oksigen yang perlu untuk merubah sejumlah tertentu campuran organik yang menjadi
1.2.Pemasalahan
Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, kalau suatu badan air
dicemari oleh zat organik bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air
selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan – ikan dalam
air dan dapat menimbulkan bau busuk pada air. Dengan demikian apakah kadar BOD
dari limbah cair perindustrian dari suatu laboratorium di BARISTAND (Balai Riset
dan Standardisasi) Medan memenuhi sandard dan baku mutu air limbah buangan yang
telah ditetapkan, sehinga aman untuk dibuang ke perairan umum atau lingkungan.
1.3.Tujuan
Untuk mengetahui kadar BOD dari limbah cair laboratorium dan
membandingkannya dengan baku mutu limbah cair industri yang telah ditetapkan oleh
Menteri Lingkungan Hidup dan ketetapan – ketetapan yang berlaku lainnya.
1.4. Manaat
Memberikan informasi tentang kelayakan kadar BOD pencemaran limbah
cair industri laboratorium tersebut serta dapat melakukan pengendalian pencemaran
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Planet bumi sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan memang lebih
kecil dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak
dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi
ini tidak ada air (Wardhana, 2004).
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas
air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan
kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain dapat
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan oleh bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya
air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara
seksama (Effendi, 2003).
2.1.1. Pencemaran Air
Dewasa ini air mejadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama
dan cermat. Untuk menetapkan standard air yang bersih tidaklah mudah, karena
tergantung pada banyak faktor penentu. Walaupun penetapan standard air yang bersih
tidak mudah, namun ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada
kemurnian air, akan tetapi pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan
air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal
sumber air.
Selain daripada itu air seringgali juga mengandung bakteri atau
mikroorganisme lainnya. Air ang menandung bakteri atau mikroorganisme tidak dapt
langsung digunakan sebaai air minum, tetapi harus direbus dulu agar bakteri dan
mikroorganismenya mati (Wardhana, 2004).
2.2. Limbah Cair
2.2.1. Pengertian Limbah Cair
Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama
terdiri dari air yang telah dipergunakan hampir 0,1% daripadanya berupa benda-benda
padat yang terdiri dari zat organik dan bukan organik. Pelimbahan itu banyak berbeda
dalam kekuatan dan komposisinya dari suatu kota yang lain disebaban oleh perbedaan
– perbedaan yang nyata dalam kebiasaan – kebiasaan masyarakat yang berbeda –
beda, sifat makanan mereka dan pemakaian air per kapita. Tidak ada dua jenis sampah
yang benar – benar sama. Pelimbahan pada kota – kota non-industri kebanyakan
terdiri dari sampah domestik yang murni (Mahida, 1984).
Berbagai kepustakaan menyebutkan pengertian limbah cair dalam istilah
maupun batasan yang berbeda, namun secara umum mengandung pengertian yang
sama. Batasan limbah cair berbagai sumber dikemukakan berikut ini :
1. Okun dan Ponghis (1975) menyatakan :
“kata limbah cair seharusnya dipakai untuk mengartikan semua limbah cair rumah
tangga, termasuk air kotor dan semua limbah industri yang dibuang ke sistem
6
2. Menurut Willgooso (Udin Djabu, 1990/1991)
“Limbah cair adalah air yang membawa sampah dari tempat tinggal, bangunan
perdagangan, dan industri berupa campuran dan bahan padat terlarut atau bahan
tersuspensi”.
Dari defenisi limbah cair tersebut, dapat disimpulkan bahwa limbah cair
merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan – bahan pencemar yang
terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari
sumber domestik (perkantoran, perumahan dan perdagangan), sumber industri dan
pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permuakaan, atau air hujan.
Limbah cair industri adalah limbah cair yang sebagian besar terdiri dari
buangan industri (Soeparman, 2001).
2.2.2. Sumber Limbah Cair
Sebagaimana telah dikemukakan, limbah cair bersumber dari aktivitas manusia
(human sources) dan aktivitas alam (natural sources).
1. Aktivitas Manusia
Aktivitas manusia yang menghsilkan limbah cair sangat beragam, sesuai
dengan jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula. Beberapa jenis
diantaranya adalah :
a. Aktivitas Bidang Rumah Tangga
Sangat banyak aktivitas bidang rumah tangga yang menghasilkan limbah cair
antara lain mencuci pakaian, mencuci alat makan/minum, memasak makanan
dan minuman, mandi, mengepel lantai, mencuci kendaraan, penggunaan toilet
b. Aktivitas Bidang Perkantoran
Aktivitas perkantoran pada umumnya merupakan kegiatan pelayanan
masyarakat. Limbah cair dari sumber ini biasanya dihasilkan dari aktivitas
kantin yang menyediakan makanan dan minuman bagi pegawai, aktivitas
penggunaan toilet (kamar mandi, WC, wastefel), aktivitas pencucian peralatan
dan sebagainya.
c. Aktivitas Bidang Perdagangan
Kegiatan dalam bidang perdagangan yang menghasilkan limbah cair, yaitu
pengepelan lantai gedung, pencucian alat makan dan minum di restoran,
penggunaan toilet, pencucian pakaian, pencucian kendaraan dan sebagainya.
d. Aktivitas Bidang perindustrian
Aktivitas bidang perindustrian juga sangat bervariasi. Variasi kegiatan bidang
perindustrian dipengaruhi antara lain oleh faktor jenis bahan baku yang
diolah/diproses, jenis bahan jadi yang dihasilkan, kapasitas produksi,
teknik/jenis proses produksi yang diterapkan, kemampuan modal, jumlah
karyawan, serta kebijakan manajemen industri.
e. Aktivitas Bidang Pertanian
Aktivitas bidang pertanian menghasilkan limbah cair karena digunakannya air
untuk mengairi lahan petanian. Peristiwa pengayaan nutrient yang berlebihan
pada badan air yang dikenal dengan istilah euthrofikasi merupakan salah satu
akibat dari pencemaran limbah cair pertanian.
f. Aktivitas Bidang Pelayanan Jasa
Karakteristik limbah cair dari kegiatan pertanian, perdagangan dan pelayanan
jasa secara umum mempunyai kesamaan. Limbah cair kegiatan ini dimasukkan
8
2. Aktivitas Alam
Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair yang disebut
larian (storm water runoff). Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan merembes ke
dalam tanah (+ 30 %) dan sebgaian besar lainnya (+ 70 %) akan mengaliri permukaan
tanah menuju sungai, telaga atau tempat lain yang lebih rendah.
Air larian yang jumlahnya berlebihan sebagai akibat dari hujan yang turun
dengan intensitas tinggi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan saluran air hujan
(storm sewer) teraliri dalam jumlah yang melebihi kapasitas, dan dapat menyebabkan
terjadinya banjir. Atas dasar itu, air hujan atau air larian perlu diperhitungkan dalam
perencanaan sistem saluran limbah cair (Soeparman, 2001).
2.2.3. Sumber Pencemar
Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang
dapat berupa gas, bahan – bahan terlarut dan partikulat. Pencemar memasuki badan air
dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limbah (run off) pertanian,
limbah domestik, pembuangan limbah industri dan lain – lain.
Bahan Pencemar (Polutan)
Bahan pencemar (polutan) adalah bahan – bahan yang bersifat asing bagi alam
atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem
sehingga mengganggu penentuan ekosistem tersebut.
1. Polutan Tak Toksik
Polutan/pencemar tak toksik biasanya telah berada pada ekosistem secara
alami. Sifat destruktif pencemar ini muncul apabila berada dalam jumlah yang
berlebihan sehingga dapat mengganggu kesetimbangan ekosistem melalui perubahan
proses fisika-kimia perairan. Polutan tak toksik terdiri atas bahan – bahan tersuspensi
2. Polutan Toksik
Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian
(sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik
morfologi berbagai bentuk organisme akuatik. Polutan toksik ini biasanya berupa
bahan – bahan yang bukan alami, misalnya pestisida, detergen, dan bahan artificial
lainnya.
Mason (1993) mengelompokkan pencemar toksik menjadi lima, sebagai
berikut :
a. Logam (metals), meliputi : lead (timbal), nikel, kadmium, zinc, copper dan
merkuri. Logam berat diartikan sebagai logam dengan nomor atom 20, tidak
termasuk logam alkali, alkali tanah, lantanida dan aktinida.
b. Senyawa organik, meliputi pestisida, organoklorin, herbisida, PCB,
hidrokarbon alifatik berklor, pelarut (solvents), surfaktan rantai lurus,
hidrokarbon petroleum, aromatic polnuklir, dibenzodioksin berklor,
organometalik, fenol dan formaldehida. Senyawa ini berasal dari kegiatan
industri, pertanian dan domestik
c. Gas, misalnya klorin dan amonia.
d. Anion, misalnya sianida, flousida, sulfida dan sulfat.
e. Asam dan alkali.
Masyarakat Eropa (European Community) mengelompokkan bahan pencemar
toksik menjadi black and grey list, yang terdapat dalam tabel berikut ini (Effendi,
10
Black dan Grey List Bahan Pencemar Toksik pada Masyarakat Eropa
Table 1. Black dan Grey List Bahan Pencemar Toksik pada Masyarakat Eropa
No Daftar Hitam Daftar Semi
Bahan – bahan yang karsinogenik
Merkuri
Kadmium
Minyak mineral dan petroleum
hidrokarbon
Bahan – bahan sintesis persisten
1. Senyawa logam dan metalloid
:zinc, perak, copper, selenium,
arsen, antimonium, timah,
molybdenum, titanium, uranium,
barium, berilium, boron,
tellurium, vanadium, kobalt dan
talium.
2. Biosida yang tidak muncul pada
black list
3. Bahan – bahan yang
menimbulkan bau dan rasa yang
tidak enak.
4. Bahan organik toksik dan
persisten.
5. Senyawa organik fosfor
6. Minyak mineral dan hidrokarbon
petroleum non-persisten
7. Sianida dan flourida
8. Bahan yang mempengaruhi
kesetimbangan oksigen, misalnya
amonia dan nitrit.
2.3. Indikator Pencemar Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati. Adanya tanda atau perubahan tersebut
menjelaskan mengapa air yang telah tercemar ditandai oleh adanya perubahan –
perubahan :
a. Perubahan Suhu Air
Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan
organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun
bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan oksigen
untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat
terdifusi kedalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang
terlarut didalamnya.
b. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5 – 7,5. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan
bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan
bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri dibuang ke sungai
akan mengubah pH air yang ada pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan
organisme di dalam air.
c. Perubahan Warna, Bau dan Rasa Air
Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan
anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan
buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan
warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga
tampak bening dan jernih.
Akan tetapi, tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna
air. Seringkali zat – zat beracun justru terdapat di dalam bahan buangan idustri yang
12
Bahan buangan industri yang bersifat organik atau bahan buangan dan air
limbah dari kegiatan industri pengolahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau
yang sangat menyengat hidung. Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan
organik, terutama gugus protein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah
menguap dan berbau.
Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah
satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air normal yang dapat
digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut) maka hal itu berarti telah
terjadi pelarutan sejenis garam – garaman. Air yang mempunyai rasa biasanya berasal
dari garam-garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti juga telah ada
pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah konsentrasi ion Hidrogen dalam air.
Adanya rasa pada air pada umumnya diikuti pula dengan perubahan pH air.
d. Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut
Endapan dan koloidal bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan
industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau
tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut
sebagian akan menjadi koloidal. Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan
melayang di dalam air bersama – sama dengan koloidal. Endapan dan koloidal yang
melayang di dalam air akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan
air. Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan
fotosintesis. Karena tidak ada sinar matahari maka proses fotosintesis tidak dapat
berlangsung. Akibatnya, kehidupan mikroorganisme menjadi terganggu.
Apabila endapan dan koloidal yang berasal dari bahan – bahan organik, maka
degradasi bahan organik tersebut sehingga menjadi bahan yang lebih sederhana.
Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut di dalam air akan berkurang sehigga
organisme lain yang memerlukan oksigen akan terganggu pula.
e. Mikroorganisme
Kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti
mikroorganisme akan ikut berkembang biak. Pada perkembang-biakan
mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut
berkembang pula. Mikroba patogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam
penyakit.
f. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan
Memngingat bahwa zat radioaktivitas dapat menyebabkan berbagai macam
kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik melaului efek langsung
maupun tertunda, maka tidak dibenarkan dan sangat tidak etis bila ada yang
membuang bahan sisa radioaktivitas ke lingkungan.
Secara nasional sudah ada peraturan perundangan yang mengatur masalah
bahan sisa (limbah) radioaktif. Mengenai hal ini Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN) secara aktif mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan tersebut.
Pembakaran batubara adalah salah satu sumber yang dapat menaikkan radioaktivitas
tersebut ke lingkungan (Wardhana, 2004).
2.4. Analisa Limbah Cair
(Menurut Okun dan Ponghis, 1975), berbagai analisa kualitas limbah cair yang
penting untuk diketahui adalah bahan padat tersuspensi (suspended solids), bahan
padat terlarut (dissolved solids), kebutuhan oksigen biologi (Biological Oxygen
Demand = BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD),
14
2.4.1. Analisa BOD
Analisa organik dari limbah adalah dasar yang sepatutnya menetapkan
kemampuan menguraikan organik tersebut untuk merancang pengendalian tanaman
polusi air dan memantau pekerjaannya, dan juga mengevaluasi dampak air limbah
yang dilepaskan ke danau – danau dan sungai – sungai. Jumlah dari beragam
campuran, yang telah mengiringi penggunaan umum dari suatu tes uji yang tidak
spesifik dan tidak langsung untuk mengidentifikasi penjumlahan besar dari unsur –
unsur organik dalam air maupun dalam limbah cair.
Kebutuhan Oksigen Biologi (KOB = BOD) mungkin termasuk sebagian besar
penggunaan secara luas dari uji nonspesifik. Pada dasarnya uji coba mengukur jumlah
oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme selama pembusukan aerobik terhadap
polutan organik. Jumlah dari oksigen yang digunakan merupakan pengukuran tak
langsung dari jumlah unsur organik yang mampu mengalami biodegradasi yang
tersaji dalam sampel yang diberikan. Meskipun dalam kepentingannya, tes uji BOD
dan hasilnya cukup sulit dimengerti dan cukup menyiksa.
Prosedur tes BOD memkan waktu dan mungkin juga menghasilkan hasil yang
relatif tidak tepat dan interpretasi dari tes uji sering bersifat subjektif. Karena potensial
dari masalah, prosedur uji non biologi seperti contohnya COD, dan Total Organic
Cabon (TOC), telah diusulkan sebagai alternatif dari tes uji BOD. Uji ini juga
melengkapi pengukuran non-spesifik dalam konten senyawa organik, tetapi dalam
istilah kimia ekivalen ini termasuk jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi usur-unsur organik. Walaupun tes tersebut memiliki keuntungan dalam
kecepatan dan ketepatan dari tes uji BOD, mereka hanya memiliki besar tak
bermanfaatnya dalam kemampuan biodegradasi dan ketidak mampuannya dalam
jumlah senyawa-senyawa organik yang mampu melakukan biodegradasi dalam limbah
cair dan sungai – sungai yang menerima pembuangan limbah cair (Minear, 1984).
Banyaknya limbah cair organik dari industri proses makanan dan sumber –
sumber lainnya yang mudah dimasuki ke dekomposisi biologi dapat diuji dengan
BOD. Bagaimanapun, pemeliharaan khusus harus diberikan dengan sepatutnya dalam
menetralisasi suatu limbah cair, pengenceran botol uji atau pengenceran air dengan
mikroorganisme dari limbah cair lama atau limbah pencemaran air sungai, dan
menggunakan pengenceran yang cukup sehingga efek dari beberapa racun dikurangi
dan nilai BOD tercapai. Dalam penamabahan kepada kumpulan atau campuran dan
pencmapuran sampel-sampel yang sesuai ke beragam aliran limbah cair, khususnya
data hasil harus terekam pada limbah industri. Beberapa campuran sampel terlalu
menyita periode waktu yang sering dituntut oleh industri – industri yang beragam
jadwal produksinya untuk kunci jumlah dari produksi limbah kepada jumlah atau
kuantitas dari produk suatu perusahaan (Hammer, M.J. 2004).
Uji BOD adalah salah atu metode analisis yang paling banyak digunakan
dalam penanganan limbah dan pengendalian polusi. Uji ini mencoba menentukan
kekuatan polusi dari suatu limbah dalam pengertian kebutuhan mikroba akan oksigen
dan merupakan ukuran tak langsung dari bahan organik dalam limbah.
Mikroorganisme dapat mengoksidasi baik senyawa – senyawa yang
mengandung karbon dan senyawa – senyawa nitrogen. Bila konsentrasi organisme
nitrifikasi yang terdapat dalam botol BOD rendah, akan terdapat periode persiapan
(lag) sebelum organisme ini terdapat dalam jumlah cukup banyak untuk
memperlihatkan kebutuhan nitrogen yang nyata.
Jumlah oksigen yang rendah dalam botol uji BOD, 2-3 mg, menunjukkan
16
pangan dan limbah hewan, harus diencerkan terlebih dahulu sebelum analisis.
Kesulitan dalam pengenceran limbah baik secara fisik maupun kimia tidak seragam
sehingga menurunkan ketepatan uji BOD standard yang diperkirakan mempunyai
ketepatan + 20 persen.
Air buangan domestik yang mengandung limbah idustri mempunyai BOD
kira-kira 200 ppm. Limbah pengolahan pangan umumnya lebih tinggi dan seringkali
lebih dari 1000 ppm (Jenie, 1993).
Biological Oxygen Demand (BOD) juga dimaksudkan sebagai banyakya
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme pada waktu melakukan proses
dekomposisi bahan organik yang ada di perairan. Pengukuran konsentrasi oksigen
yang digunakan untuk dekompoisi lebih penting daripada pengukuran DO.
Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih,
mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik dan mikroorganisme mati.
Penggunaan oksigen disebut BOD, dan dipengaruhi oleh berbagai parameter lain
seperti temperatur, waktu dan sinar matahari. Pengukuran BOD dilakukan melalui
cara distandardisasi dengan tes yang dilakukan di tempat gelap,pada temperatur
tertentu dan pada periode waktu terbatas.
Pengukuran BOD pada dasarnya dilakukan dengan menempatkan sampel pada
botol 300 ml diinkubasi pada temperatur 200C selama lima hari.perbedaan konsentrasi
DO pada akhir dan semula dihitung. Selain untuk memperkirakan pengaruh
konsentrasi adanya mikroorganisme diadakan dilusi dan penambahan mikroorganisme
2.4.2. Prinsip Analisa
Pemeriksaan didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di
dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebgai hasil
oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat
dituliskan sebagai berikut :
3
Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira – kira 2 hari dimana 50%
reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75% dan 20 hari supaya 100% tercapai, maka
pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organik.
Tentu saja, reaksi tersebut juga berlangsung pada badan air sungai, air danau maupun
di instalasi ppengolahan air buangan yang menerima air buangan yang mengandung
zat organik tersebut. Dengan kata lain, tes BOD berlaku sebagai simulasi (berbuat
seolah-olah terjadi) suatu proses biologis secara alamiah.
Reaski biologis pada tes BOD dilakukan pada temperatur inkubasi 200C dan
dilakukan selama 5 hari, hingga mempunyai istilah yang lengkap BOD205
Demikian, jumlah zat organik yang ada di dalam air diukur melalui jumlah
oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik tersebut. Karena
reaksi BOD dilakukan didalam botol yang tertutup, maka jumlah oksigen yang telah
dipakai adalah perbedaan antara kadar oksigen di dalam larutan pada t=0 (biasanya
baru ditambah oksigen dengan aerasi, hingga = 9 mg O
(angka 20
berarti temperatur inkubasi dan angka 5 menunjukkan lama waktu inkubasi), namun di
beberapa literatur terdapat lama inkubasi 6 jam atau 2 hari atau 20 hari.
2/L, yaitu konsentrasi
18
teliti). Oleh karena itu, semua sampel yang mengandung BOD. 6 mg O2/L harus
diencerkan supaya syarat tersebut dapat terpenuhi.
2.4.3. Gangguan – gangguan Analisa
Ada 5 jenis gangguan yang umumnya terdapat pada analisa BOD yaitu
nitrifikasi, zat beracun, kemasukan udara pada botolnya, kekurangan nutrien (garam)
dan kekurangan bakteri yang dibutuhkan proses tersebut. Gangguan-gangguan
tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
a. Proses nitrifikasi dapat dimulai terjadi di dalam botol BOD setelah 2 sampai 10
hari NH3 amoniak berubah menjadi NO3- (nitrat) lewat NO2- (nitrit) oleh jenis
bakteri tertentu. Nitrifikasi juga membutuhkan oksigen. Di alam terbuka ada 2
sebab yang mencegah pertumbuhan bakteri nitrifikasi : serigkali nitrifikasi ini
tidak terjadi (misalnya karena suhu 100C atau karena air sungai yang tercemar
telah sampai ke muara). Hal ini menyebabkan nitrifikasi pada botol BOD tidak
berlaku, seperti pada reaksi karbon yag mensimulasi suatu proses alam.oleh
karena itu di dalam analisa BOD bau pertumbuhan bakteri penyebab proses
nitrifikasi harus dihalangi dengan inhibitor, walaupun kemungkinan suhu tinggi
seperti di daerah tropis, mempercepat proses nitrifikasi secara alamiah.
b. Zat beracun dapat memperlambat pertumbuhan bakteri (yaitu memperlambat
reaksi BOD) bahkan membunuh organisme tersebut. Kalau zat tersebut memang
sangat beracun hingga bakteri-bakteri tidak bisa hidup sama sekali atau sukar
berkembang, maka hanya sebagian jumlah bakteri akan aktif dalam oksidasi zat
organik tersebut, hingga BOD yang tercatat akan lebih rendah dari angka COD
c. Kemasukan (keluarnya) oksigen dari botol selama waktu inkubasi harus dicegah.
Botolnya harus ditutup dengan hati-hati (diatas tutup botol) bisa diberi air (water
seal), gelembung udara tidak boleh ada di dalam botol, gelembung udara dapat
dikeluarkan dengan mengetuk botol. Oleh karena itu pada waktu inkubasi botol
BOD harus disimpan di tempat gelap.
d. Nutrien merupakan salah satu syarat bagi kehidupan bakteri – bakteri. Nutrien
terbentuk dari bermacam-macam garam (Fe, K, Mg dan sebagainya). Karena
kekurangan nutrien tersebut sukar diduga, maka sebaikya pada setiap botol BOD
ditambah nutrien secukupnya sebelum masa inkubasi, yaitu pada saat t=0.
e. Karena benih dari bermacam-macam bakteri kurang jumlahnya atau kurang cocok
bagi jenis air buangan yang akan dianalisa , maka cara pembenihan selalu harus
diikuti dengan baik, sehingga menjamin jumlah populasi bakteri yang diperlukan
(cocok).
Catatan :
Kalau sampel BOD mengandung racun, pertumuhan bakteri terhalang (inhibisi) maka
angka BOD rendah. Cara lain untuk mendeteksi gangguan – gangguan tersebut
adalah dengan pengenceran sampel supaya dosis zat beracun dapat berada dibawah
konsentrasi yang berbahaya, memang cara ini terbatas, hingga pengenceran
maksimum yang diperbolehkan adalah kira – kira 10 kali (Santika, 1987).
2.5. Usaha Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan
Telah disadari bahwa kemajuan industri dan teknologi yang mampu
meningkatkan kesejahteraan manusia itu ternyata menimbulkan pencemaran terhadap
20
penerapan kemajuan industri dan teknologi tersebut dapat memberikan hasil dan
manfaat yang lebih baik bagi kelangsungan hidup manusia.
Oleh karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan
sangat merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran
lingkungan atau bila mungkin meniadakannya sama sekali. Usaha untuk mengurangi
dan menanggulangi pencemaran tersebut ada 2 macam cara, yaitu :
1. Penanggulangan Secara Non Teknis
2. Penanggulangan Secara Teknis
2.5.1. Penanggulangan Secara Non-teknis
Dalam usaha mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dkenal
istilah penanggulangan secara non-teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi dan
menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam
bentuk kegiatan perindustrian dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pencemaran lingkungan. Peraturan perundangan yang dimaksudkan hendaknya dapat
memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan
dilaksanakan di suatu tempat yang antara alain meliputi :
a. Penyajian Informasi Lingkungan
Penyajian Informasi Lingkungan ini diberikan sebelum Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan dilaksanakan. Berdasarkan penyajian informasi lingkungan ini
akan diketahui secara cepat apakah AMDAL yang diusulkan perlu segera
dilaksanakan. Secara umum PIL akan memuat tentang : kegiatan yang diusulkan,
kondisi yang akan dianalisa, dampak yang mungkin terjadi akibat kegiatan yang
diusulkan serta tindakan yang direncanakan untuk mengendalikannya.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu studi tentang
beberapa masalah yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang diusulkan. Dalam hal
ini studi yang dilakukan meliputi kemungkinan terjadinya berbagai macam perubahan
baik perubahan sosial-ekonomi maupun perubahan biofisik lingkungan sebagai akibat
adanya kegiatan yang diusulkan tersebut. Semua data yang diberikan dalam AMDAL
akan sangat membantu manakala terjadi pencemaran dampak lingkungan.
c. Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi
Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi dimaksudkan agar jika
terjadi pencemaran lingkungan dari kegiatan tersebut dapat dipantau dengan mudah
dan cepat sehingga penanggulangannya dapat dilakukan secara terpadu, dan daya
dukung alam lingkungan sekitarnya tetap terjamin bagi kelangsungan hidup manusia.
d. Pengaturan dan Pengawassan Kegiatan
Dalam rangka mengurangi dan menanggulangi dampak pencemaran
lingkungan, perlu diadakan pengaturan dan pengawasan atas segala macam kegiatan
industri dan teknologi.
e. Menanamkan Perilaku Disiplin
Seringkali terjadi pencemaran lingkungan karena tidak dsiplinnya petugas
yang menangani kegiatan industri dan teknologi. Pembuangan limbah pabrik atau
tempat kerja tanpa terlebih dahulu melalui proses pengolahan limbah seringkali
dijumpai sebagai kasus utama penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Sudah
menjadi tanggung jawab moral pemilik pabrik, teknisi dan semua karyawan pabrik
yang potensial untuk menimbulkan pencemaran sangat diharapkan untuk mencegah
22
2.5.2. Penanggulangan Secara Teknis
Banyak macam dan cara yang dapat ditempuh dalam penanggulangan secara
teknis. Dapat diperoleh beberapa cara dalam hal peanggulangan secara teknis, antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Mengubah Proses
Apabila dalam suatu proses industri dan teknologi terdapat bahan buangan
(limbah) yang berupa zat – zat kimia, baik melalui pencemaran udara, pencemaran air
maupun melalui pencemaran daratan. Keadaan ini harus dihindari, yaitu dengan
mengubah proses yang ada dan dalam kegiatan industri dan teknologi sudah ada yang
melakukan cara ini dan ternyata berhasil dengan baik.
b. Mengganti Sumber Energi
Sumber energi yang digunakan pada berbagai kegiatan industri dan teknologi
sebagaian besar masih mengandalkan pemakaian bahan bakar fosil, baik minyak
maupun batubara, seperti telah diuraikan bahwa pemakaian bahan bakar fosil
menghasilkan komponen pencemar udara yang berupa gas SO2, NO2, H2S dan
sebagainya. Hal ini bisa dikurangi dengan memakai bahan bakar LNG (Liquid Natural
Gases) yang menghasilkan gas buangan yang lebih bersih.
c. Mengelola Limbah
Semua kegiatan industri dan teknologi akan menghasilkan limbah yang
menimbulkan masalah bagi lingkungan. Pegolahan limbah dari bahan buangan
industri dan teknologi dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Cara
pengolahan limbah ini sering disebut dengan Waste Treatment atau Waste
Management. Cara mengelola limbah industri dan teknologi tergantung pada sifat dan
kandungan limbah serta tergantung pula pada rencana pembuangan olahan limbah
d. Menambah Alat Bantu
Untuk melengkapi cara penanggulangan pencemaran lingkungan secara
teknis dilakukan dengan menambahakan alat Bantu yang dapat mengurangi
pencemaran. Alat Bantu yang digunakan tergantung pada keadaan dan macam
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1. Inkubator dengan kisaran suhu 100C – 500C dan telah distabilkan pada suhu
200
2. Botol winkler 300 mL C pada saat pengujian
3. Gelas ukur 1000 mL
4. Beaker Glass
5. Buret 50 mL
6. Labu ukur 1000 mL
7. Pipet ukur 10 mL
8. Pipet volume 50 mL
9. Bola karet
10.Corong
11.Erlenmeyer 250 mL
3.1.2. Bahan
1. Air suling
2. Larutan Na2S2O3
3. H
0,025 N
2SO
4. Larutan K
4(p)
2Cr2O7
5. Larutan NaOH/KI
0,025 N
7. Larutan MgSO4
8. Larutan MnSO4
9. Larutan FeCl3
10. Larutan CaCl2
11. Buffer Posfat
3.2. Prosedur Analisa
3.2.1. Persiapan Pereaksi
a. Larutan Buffer Posfat
8,5 g KH2PO4 ; 21,75 g K2HPO4 ; 33,4 g Na2HPO4.7H2O ; 1,7 g NH4Cl,
dilarutkan kedalam labu ukur dan diencerkan dengan air suling sampai 1 liter
b. Larutan MgSO4
22,5 g MgSO4.7H2O dilarutkan dalam air suling dan diencerkan sampai 1 liter
c. Larutan FeCl3.6H2O
0,25 g FeCl3.6H2O dilarutkan dalam air suling dan diencerkan sampai 1 liter
d. Larutan CaCl2
27,5 g CaCl2 anhidrous dilarutkan dalam air suling dan diencerkan sampai 1 liter
e. Larutan MnSO4
480 g MnSO4.4H2O atau 400 g MnSO4.2H2O atau 364 g MnSO4.H2O
dilarutkan dengan air suling dalam labu ukur 1000 ml. Kemudian ditambahkan
lagi air suling dan ditepatkan sampai tanda tera.
f. Larutan NaOH/KI
500 g NaOH dan 150 gr KI dilarutkan. Diencerkan dengan air suling sampai
26
g. Larutan Indikator Amilum 2%
2 g Amilum dan 0,2 g asam salisilat, HOC6H4COOH sebagai pengawet
dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan air suling yang dipanaskan
(didihkan) sampai tanda tera.
h. Larutan Na2S2O3 0,025 N
6,205 g Na2S2O3.5H2O ditimbang dan dilarutkan dengan air suling yang telah
dididihkan (bebas oksigen) ditambah 1,5 mL NaOH 6N atau 0,4 g NaOH dan
diencerkan hingga 1000 mL.
i. Larutan Baku K2Cr2O7 0,025N
1,2259 g K2Cr2O7 (yang telah dikeringkan pada 1500C selama 2 jam) dengan
air suling ditepatkan sampai 1000 mL.
Standrdisasi Larutan N-tiosulfat 0,025N
20 mL larutan baku K2Cr2O7 0,025N dippet kedalam erlenmeyer 250 mL, lalu
ditambahkan 80 mL air suling dan 2,00 g serbuk KI dan 1 mL H2SO4(p). lalu
dititrasi dengan larutan Na2S2O3
2
sampai terjadi warna kuning, kemudian
ditambahkan 1-2 mL indikator amilum sampai timbul warna biru, kemudian
titrasi dilanjutkan sampai tidak berwarna.
Rumus :
Keterangan : V1 = Volume K2Cr2O7 yang digunakan
V2 = volume Na2S2O3 yang digunakan
3.2.2. Prosedur Analisa
Preparasi Sampel
1. Sampel dipipet sesuai dengan kepekatan sampel tersebut dan dimasukkan
kedalam labu takar 1000 mL
2. Kemudian ditambahkan MgSO4, CaCl2, FeCl3
3. Ditambahkan sedikit air suling lalu diaerasi
, Buffer Posfat kedalam sampel
sebanyak masing – masing 1 mL
4. Dipaskan volumenya hingga garis tanda dan diaerasi kembali
5. Dengan hati-hati dimasukkan sampel yang telah diencerkan kedalam 2 botol
KOB 300 mL dan dihindari adanya gelembung udara dalam botol
6. Kemudian salah satu botol dari botol tersebut diperiksa oksigen terlarutnya
(DO0), dan satu botol lagi diinkubasi selama 5 hari pada suhu 18 – 20 0C.
Botol KOB yang satu diinkubasi dalam inkubator sebagai DO
7. Dilakukan perlakuan yang sama terhadap blanko.
5
Pengujian Oksigen Terlarut
1. Kedalam botol sampel yang telah diinkubasi ditambahkan 1 mL MnSO4
2. Didiamkan beberapa saat hingga gumpalannya mengendap sempurna
dan
NaOH/KI lalu dikocok dengan membolak balikkan botol beberapa kali
3. Setelah itu ditambahkan 1 mL H2SO4(p)
4. Dipipet 50 mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, kemudian dititrasi
dengan Na
dialirkan melalui dinding bagian
dalam dari leher botol, kemudian botol segera ditutup kembali kemudian
dikocok dengan hati-hati sehingga semua endapan melarut
2S2O3
5. Ditambahkan 2–3 tetes amilum sampai timbul warna biru, titrasi kembali
dilanjutkan hingga warna biru hilang
0,025 N sampai terjadi warna kuning muda
28
3.2.3. BAGAN PROSEDUR KERJA
Skema Analisa BOD
← Pipet sesuai kepekatannya
← Masukkan kedalam labu ukur 1000 mL
← Tambahkan MgSO4, CaCl2, FeCl3, Buffer
Fosfat masing-masing 1 mL
← Tambahkan sedikit air suling lalu daerasi
← Dipaskan volumenya hingga garis tanda
dan diaerasi kembali
← Dengan hati-hati dmasukkan sample yang
telah diencerkan kedalam 2 botol winkler
300mL dan dihindari adanya gelembung
udara
← Periksa oksigen terlarutnya ← Diinkubasi pada suhu
18-200C selama 5 hari Sampel
Larutan Bening
Botol I (DO0) Botol II (DO5)
Pengujian Oksigen Terlarut
← Ditambahkan 1 mL MnSO4
← Ditambahkan 1 mL NaOH/KI
← Dikocok dengan membolak balikkan
botol beberapa kali
← Didiamkan beberapa saat hingga
gumpalannya mengendap sempurna
← Ditambahkan 1 mL H2SO4(p)
← Dikocok kembali dengan hati-hati
sehingga semua endapan melarut dialirkan
melalui dinding bagian dalam dari leher
botol, kemudian botol segera ditutup
kembali
← titrasi kembali dilanjutkan dengan
Na2S2O3 0,025 N hingga warna biru
hilang
← Dicatat volume titran yang terpakai Botol II (Hasil InkubasiDO5)
Larutan bening dan Endapan coklat
Larutan Coklat
Larutan kuning pucat
Larutan biru
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Data Hasil Analisa BOD
Hasil BOD pada limbah Laboratorium BARISTANDdari Minggu ke-I sampai
Minggu ke-IV tanggal 14 Januari 2008 sampai tanggal 14 Februari 2008 adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Data Analisa BOD
No Minggu
Nilai BOD limbah Laboratorium BARISTAND
Dimana :
DO0 = kadar oksigen terlarut mg/L nol hari
DO5 = kadar oksigen terlarut mg/L 5 hari
AP0 = kadar oksigen terlarut mg/L nol hari larutan pengencer
AP5 = kadar oksigen terlarut mg/L 5 hari larutan pengencer
32
DO5 = 1,1 x 0,025 x 8000
50
= 4,4 mg/L
BOD = {(7,6 – 4,4) – (0,95) (0,4)} x 20
= 56,4 mg/L
Sampel Outlet
Blanko : 0,4 mg/L
N-Na2S2O3 : 0,025 N
V Sampel : 50 ml
Pengenceran : 5 kali
V1 : 1,9 ml
V2 : 2,5 ml
DO0 = 2,5 x 0,025 x 8000
50
= 10 mg/L
DO5 = 1,9 x 0,025 x 8000
50
= 7,6 mg/L
BOD = {(10 – 7,6) – (0,8) (0,4)} x 5
4.2. Pembahasan
Dengan semakin berkembangnya industri di berbagai bidang termasuk adanya
suatu laboratorium analisa maka limbah yang dihasilkan juga semakin banyak.
Limbah padat dan cair harus diolah terlebih dahulu sampai kandungannya sesuai
dengan syarat baku mutu limbah cair laboratorium BARISTAND dan ternyata limbah
cairnya memenuhi syarat air buangan dan tidak menyebabkan pencemaran linkungan.
Dalam proses pengendalian dan pengoperasian limbah cair yang perlu
diperhatikan adalah pengolahannya yang betul – betul dipantau agar pertumbuhan dan
pembiakan mikroorganisme yang diberikan hidup dan bekerja secara optimal untuk
merombak senyawa – senyawa organik yang terlarut maupun yang tidak terlarut
sehingga pengolahan limbahnya maksimal.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk atau industtri dan untuk mendesain sistem – sistem pengolahan
biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat adalah peristiwa alamiah,
kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat mengakibatkan
kematian ikan – ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat
menimbulkan bau busuk pada air tersebut.
Kebutuhan Oksigen Biologi (KOB, Biological Oxygen Demand = BOD)
mungkin termasuk sebagian besar penggunaan secara luas dari uji coba nonspesifik.
Pada dasarnya uji coba mengukur jumlah oksigen yang digunakan oleh
mikroorganisme selama pembusukan aerobik terhadap polutan organik. Pemeriksaan
BOD didasarkan atas dasar reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air
dan dari proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagai hasil
oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan ammonia. Jumlah oksigen yang
34
mampu mengalami biodegradasi yang tersaji dalam sampel yang diberikan (Minear,
1984).
Sebaiknya beberapa zat organik maupun inorganik dapat bersifat racun
terhadap bakteri (misalnya sianida, tembaga dan sebagainya) dan harus dikurangi
sampai batas yang diinginkan. Derajat keracunan ini juga dapat diperkirakan melalui
analisa BOD.
Kalau sampel BOD mengandung zat racun, pertumbuhan bakteri terhalang
(inhibsi) maka angka BOD rendah. Cara lain untuk mendeteksi gangguan tersebut
adalah dengan pengenceran sampel supaya dosis zat beracun dapat berada dibawah
konsentrasi yang berbahaya, memang cara ini terbatas, hingga pengenceran
maksimum yang diperbolehkan adalah kira – kira 10 kali.
Demikian, jumlah zat organik yang ada di dalam air diukur melalui jumlah
oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik tersebut. Karena
reaksi BOD dilakukan dalam botol tertutup, maka jumlah oksigen yang telah dipakai
adalah perbedaan antara kadar oksigen di dalam larutan pada saat t=0 (Santika, 1987).
Nilai BOD yang diperoleh ketika menganalisa limbah laboratorium pada
Minggu I : 10,4 mg/L, Minggu II : 32,4 mg/L, Minggu III : 24,4 mg/L, Minggu IV :
8,57 mg/L. Nilai yang berubah – ubah pada tiap minggunya disebabkan kandungan
senyawa organik dan kebutuhan mikroba akan oksigen dalamair limbah yang berubah
– ubah.
Dari hasil uji yang dilakukan terhadap sampel limbah cair laboratorium
BARISTAND dengan parameter BOD ternyata limbah cair laboratorium
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa yang diperolehi dapat disimpulkan bahwa air limbah laboratorium
BARISTAND mempunyai tingkat BOD tiap minggunya yang berbeda – beda yaitu,
pada Minggu I : 10,4 mg/L, Minggu II : 32,4 mg/L, Minggu III : 24,4 mg/L, Minggu
IV : 8,57 mg/L. Hal ini disebabkan pada jumlah atau kadar zat organik dalam sampel
yang berbeda – beda pada setiap sampel yang diperiksa di Laboratorium
BARISTAND tersebut.
5.2. Saran
Penganalisaan BOD sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah sampel
diambil, karena proses biologis terus berlangsung yang dapat mempengaruhi nilai
DAFTAR PUSTAKA
Efferndi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
Hammer, M.J. 2004.
. Yogyakarta : Kanisius.
Water and Wastewater Technology
Jenie, B.S.L. dan Rahayu W.P. 1993.
. Fifth Edition. New Jersey : Prentice Hall.
Penggunaan Limbah Industri Pangan
Mahida, U.N. 1986.
. Yogyakarta : Kanisius.
Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.
Minear, R.A., Keith, L.H. 1984.
Jakarta : C.V. Rajawali.
Water Analysis Organic Species.
Santika dan Sumestri, S. 1987.
Volume III. Orlando : Academic Press, Inc.
Metode Penelitian Air.
Soeparman dan Soeparmin. 2001.
Surabaya : Usaha Nasional.
Pembuangan Tinja dan Limbah Cair
Sutrisno, T.C. 2006.
. Jakarta : Buku Kedokteran.
Teknologi Penyediaan Air Bersih
Wardhana, W.A. 2004. 2004.
. Cetakan Keenam. Jakarta : Rineka Cipta.
LAMPIRAN A : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : 03/MENKLH/II/1991
TENTANG : BAKU MUTU AIR LIMBAH CAIR BAGI
KEGIATAN YANG TELAH BEROPERASI
TANGGAL : FEBRUARI 1991
BAKU MUTU AIR LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN YANG TELAH
BEROPERASI
No Parameter Satuan
Golongan Baku Mutu Air Limbah
I II III IV
1 pH - 6-9 6-9 6-9 6-9
2 BOD5 mg/L 20 50 150 300
3 COD mg/L 40 100 300 600
4 Zat Padat Tersuspensi mg/L 100 200 400 500
5 Amonia Bebas mg/L 0,02 1 5 20
6 Nitrat mg/L 10 20 30 50
LAMPIRAN B : KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH
IBUKOTA JAKARTA
NOMOR : 1608
TENTANG : BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI/
PERUSAHAAN/ BADAN DI DKI JAKARTA
TANGGAL : 26 SEPTEMBER 1988
BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI/ PERUSAHAAN/ BADAN DI DKI
JAKARTA
No Parameter Bakumutu Satuan
1 BOD 75 mg/L
2 COD (Bichromat) 100 mg/L
3 Padatan Tersuspensi 100 mg/L
4 Amonia 5,0 mg/L
5 Nitrat 10 mg/L
6 Nitrit 1,0 mg/L
Blanko : 0,8 mg/L
N-Na2S2O3
V Sampel : 50 ml : 0,0248 N
Pengenceran : 200 kali
Blanko : 0,77 mg/L
N-Na2S2O3
V Sampel : 50 ml : 0,0242 N
Pengenceran : 10 kali
V1 : 1,9 ml
V2 : 1,5 ml
DO0 =
50
1,9 x 0,0242 x 8000
= 7,35 mg/L
DO5 =
50
1,5 x 0,025 x 8000
= 5,80 mg/L
BOD = {(7,35 – 5,80) – (0,9) (0,77)} x 10