ANALISIS SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Oleh
RICO EBTIAN
097003024/PWD
S
E K O L A H
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
RICO EBTIAN
097003024/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Nama Mahasiswa : Rico Ebtian
Nomor Pokok : 097003024
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P) (Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof.Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 16 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof Drs. Robinson Tarigan, MRP
Anggota : 1. Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
2. Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE
3. Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D.Ak
ANALISIS SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
ABSTRAK
Untuk mengetahui sektor dan unggulan daerah Kabupaten Serdang Bedagai diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.
Untuk menjawab permasalahan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai; 2) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai; dan 3) Analisis Shift
Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian
wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Klassen Typology dan Location
Quotient menunjukkan bahwa terdapt tiga sektor yang merupakan sektor unggulan
dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, dan merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor bangunan. Komoditi-komoditi pertanian yang merupakan sektor basis dan dapat diunggulkan untuk dikembangkan pada perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai dijumpai pada komoditi bahan pangan yang tanaman padi. Komoditi tanaman sayur-sayuran yaitu tanaman sawi. Komoditi tanaman buah-buahan dijumpai pada komoditi tanaman duku/langsat dan durian. Komoditi tanaman perkebunan dijumpai pada komoditi tanaman kelapa sawit. Komoditi peternakan dijumpai pada komoditi ternak ayam.
SECTOR AND MAJOR COMMODITY ANALYSIS OF SERDANG BEDAGAI REGENCY
ABSTRACT
A Method is needed to study and to project a region economic growth such Serdang Bedagai regency. Method can be used as a guideline to boost the current economic growth.
Solution for the problem formulation in this research was analyzed using: 1) Klassen Typology analysis to classify Serdang Bedagai Regency economic sectors, 2) Location Quotient (LQ) analysis to determine base sector and non base sector in Serdang Bedagai regency economy, and 3) Shift-Share analysis to study the changes and movement economic sectors in Serdang Bedagai Regency
Based on the Klassen Typology and LQ analysis, there are three major sectors that had fast changes, they are agriculture, mine and excavation, and property sectors. Agriculture commodities which can be developed and became a base sector in Serdang Bedagai regency economy are paddy for food commodity, mustard for vegetable, duku/langsat, and durian for fruits, coconut palm tree for plantation, and chicken for livestock.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul “Analisis
Sektor dan Komoditi Unggulan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai” merupakan
syarat dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih
yang tulus kepada Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP. selaku Ketua Komisi
Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan
kepada penyusun hingga tesis ini selesai.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara dan sekaligus dosen pembanding yang telah memberikan banyak
masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.
3. Ibu Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D. Ak dan Bapak Ir. Supriadi, MS selaku Dosen
Pembanding sekaligus penguji tesis yang telah memberikan masukan-masukan
demi kesempurnaan tesis ini.
4. Seluruh dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan
Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai yang telah membantu penulis
dalam pengumpulan data.
6. Rekan-rekan kelas PWD semester genap T.A 2009/2011 atas kebersamaannya
selama 2 tahun masa pendidikan.
7. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Yahya,
S.Pd dan Ibunda Faridah yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing
penulis hingga dewasa serta member motivasi dalam peneyelesaian pendidikan
ini.
Penyusun menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat,
saran dan masukan dari semu pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan.
Medan, September 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Rico Ebtian lahir di Kp. Juhar, 14 April 1986, dari pasangan Yahya, S.Pd
dengan Faridah, dan merupakan anak kedua dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1998 di SD Negeri No.
102076 Penaga. Pada tahun 2001 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama pada SMP Negeri 1 Bandar Khalifah dan tahun 2004 menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Tebing Tinggi. Kemudian pada
tahun 2008 menyelesaikan D4 di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri.
Sejak tahun 2008 sampai sekarang aktif bekerja sebagai PNS pada
Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Bulan September 2009 mengikuti
pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi
DAFTAR ISI
2.2. Perencanaan Pembangunan Daerah ... 13
2.3. Teori Basis Ekonomi ... 14
2.4. Location Quetiont (Kuesion Lokasi) ... 15
2.5. Produk Domestik Regional Bruto ... 17
2.6. Pengembangan Sektor dan Komoditi Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Daerah ... 21
2.7. Penelitian Sebelumnya ... 25
2.8. Kerangka Pemikiran... 28
BAB III METODE PENELITIAN... 33
3.1. Lokasi Penelitian ... 33
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 33
3.3.1. Analisis Tipologi Klassen ... 34
3.3.2. Analisis Location Quetiont (LQ) ... 36
3.3.3. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis) ... 38
3.4. Definisi dan Batasan Operasional ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai ... 43
4.2. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai ... 46
4.3. Analisis Location Quetiont (LQ) ... 48
4.4. Analisis Shift Share... 50
4.5. Pembahasan Per Sektor ... 56
4.6. Sektor dan Komoditi Unggulan ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
5.1. Kesimpulan ... 76
5.2. Saran ... 77
DAFTAR TABEL
Peran Setiap Sektor Ekonomi dalam Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2007-2009 (persentase) ………..
Klasifikasi Sektor PDRB Menurut Topologi Klassen …………...
Luas Wilayah dan Rasio terhadap Luas Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Kecamatan Tahun 2009………...
Banyaknya Penduduk per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009 ……….
Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………...
Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 berdasarkan Tipologi Klassen ……….
Hasil Perhitungan Indeks Location Quetiont (LQ) Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………...
Hasil Perhitngan National Share Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………...
Hasil Perhitungan Proportional Shift (P) Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………...
Hasil Perhitungan Differential Shift (D) Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009……….
Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ……...
Analisis Sektor Pertanian ………..
Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian………..
Analisis Sektor Industri Pengolahan………..
4.13.
Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air………..
Analisis Sektor Bangunan………..
Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran………
Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi………
Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan…….
Analisis Sektor Jasa-Jasa………
Nilai LQ Tanaman Pangan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………...
Nilai Shift Share Tanaman Pangan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………..
Nilai LQ Tanaman Sayur-sayuran Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………...
Nilai Shift Share Tanaman Sayur-sayuran Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………..
Nilai LQ Tanaman Buah-buahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………...
Nilai Shift Share Tanaman Buah-buahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………
Nilai LQ Tanaman Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………...
Nilai Shift Share Tanaman Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………
Nilai LQ Komoditi Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005-2009………...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ……….
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2005-2009 (Milyar Rupiah) ……….. 81
2. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2005-2009 (%) ……… 81
3. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 (%) ……….. 82
4. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2005-2009 (Milyar Rupiah) ……… 82
5. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Serdang Bedagai 2005-2009 (%) …….………. 83
6. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Serdang Bedagai 2005-2009 (%) ………..……. 83
7. Hasil Analisis LQ Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ….……… 84
8. Hasil Uji Shift Share Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2005-2009 ………. 84
9. Komoditi Tanaman Bahan Pangan Kabupaten Serdang
Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 ……… 85
10. Komoditi Tanaman Sayur-sayuran Kabupaten Serdang
Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 ……… 86
11. Komoditi Tanaman Buah-buahan Kabupaten Serdang
Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 ……… 87
12. Komoditi Tanaman Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai
Dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 ………. 89
13. Komoditi Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai dan
ANALISIS SEKTOR DAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
ABSTRAK
Untuk mengetahui sektor dan unggulan daerah Kabupaten Serdang Bedagai diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.
Untuk menjawab permasalahan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai; 2) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai; dan 3) Analisis Shift
Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian
wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Klassen Typology dan Location
Quotient menunjukkan bahwa terdapt tiga sektor yang merupakan sektor unggulan
dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, dan merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor bangunan. Komoditi-komoditi pertanian yang merupakan sektor basis dan dapat diunggulkan untuk dikembangkan pada perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai dijumpai pada komoditi bahan pangan yang tanaman padi. Komoditi tanaman sayur-sayuran yaitu tanaman sawi. Komoditi tanaman buah-buahan dijumpai pada komoditi tanaman duku/langsat dan durian. Komoditi tanaman perkebunan dijumpai pada komoditi tanaman kelapa sawit. Komoditi peternakan dijumpai pada komoditi ternak ayam.
SECTOR AND MAJOR COMMODITY ANALYSIS OF SERDANG BEDAGAI REGENCY
ABSTRACT
A Method is needed to study and to project a region economic growth such Serdang Bedagai regency. Method can be used as a guideline to boost the current economic growth.
Solution for the problem formulation in this research was analyzed using: 1) Klassen Typology analysis to classify Serdang Bedagai Regency economic sectors, 2) Location Quotient (LQ) analysis to determine base sector and non base sector in Serdang Bedagai regency economy, and 3) Shift-Share analysis to study the changes and movement economic sectors in Serdang Bedagai Regency
Based on the Klassen Typology and LQ analysis, there are three major sectors that had fast changes, they are agriculture, mine and excavation, and property sectors. Agriculture commodities which can be developed and became a base sector in Serdang Bedagai regency economy are paddy for food commodity, mustard for vegetable, duku/langsat, and durian for fruits, coconut palm tree for plantation, and chicken for livestock.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata.
Sihombing (2005) sangat wajar apabila masyarakat mempertanyakan hasil
pembangunan yang terjadi, terutama apabila hasil-hasil pembangunan itu tidak
menjangkau dan bahkan apabila menimbulkan malapetaka ataupun ancaman bagi
mereka.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah
dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam
wilayah tersebut.
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya
untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara
bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah
daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi daya-sumber daya yang diperlukan
untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999).
Dalam pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah dibutuhkan
kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous
development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal. Identifikasi
sektor/subsektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan
keberhasilan pembangunan ekonomi dimaksud.
Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi
masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas
pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang
optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan
ekonomi daerah yang bersangkutan.
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk
meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor
ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi.
Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010), pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya
dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang
dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung
Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No.
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai
kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan
penyelenggaran pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah
yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah diatur
dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 33 tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan
aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan
Otonomi Daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal.
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten
Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, hasil dari pemekaran Kabupaten Deli
Serdang, dengan kegiatan perekonomian terfokus pada pertanian.
Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan
kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan
dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh
seluruh masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai.
Pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan daerah,
keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh
pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih
strategis yang meliputi semua aspek kehidupan baik materil dan non materil.
Dalam pembiayaan pembangunan, maka diperlukan penerimaan yang
memadai. Sampai saat ini penerimaan daerah Kabupaten Serdang Bedagai masih
didominasi oleh subsidi bantuan dari Pemerintah Pusat. Walaupun berbagai kebijakan
telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk mengurangi
seminimal mungkin ketergantungannya kepada Pemerintah Pusata dan bertekad
menjadikan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan utama dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah.
Salah satu cara untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam
pembiayaan pembangunan, maka pelaksanaan pembangunan harus diawali
berdasarkan prioritas dan pemilihan sasaran-sasaran yang mempunyai nilai strategis
dan memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan citra Kabupaten Serdang
Bedagai dengan membangun sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai.
Untuk mengetahui sektor unggulan daerah Kabupaten Serdang Bedagai
diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi
pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman
untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju
pertumbuhan yang ada.
Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan
tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non
basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia
jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di
sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada
kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan
demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa
berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan diatas,
satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi
pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat
berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan,
2007).
Dalam menggunakan pendekatan model basis ekonomi pada umumnya
didasarkan atas nilai tambah maupun lapangan kerja. Namun menggunakan data
pendapatan (nilai tambah) adalah lebih tepat dibandingkan menggunakan data
lapangan kerja. Hal ini dikarenakan lapangan kerja memiliki bobot yang berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya.
Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto
mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah.
Laju pertumbuhan PDRB kabupaten Serdang Bedagai disumbang oleh 9
(sembilan) sektor yaitu: pertanian; pertambangan dan penggalian; industri dan
pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan hotel dan restoran;
pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan
jasa-jasa.
Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai di dominasi oleh sektor pertanian
dan merupakan kontributor utama dengan pencapaian mencapai 40,23% pada tahun
2009, selanjutnya diikuti sektor industri (19,43%), dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran (15,34%). Sementara sektor-sektor lain hanya memberikan kontribusi yang
kecil terhadap perekonomian di Kabupaten Serdang Bedagai (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Serdang Bedagai, 2010). Dibawah ini tabel peranan setiap sektor ekonomi
dalam perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai selama 2007 sampai dengan 2009.
Tabel 1.1. Peranan Setiap Sektor Ekonomi dalam Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2007 - 2009 (Persentase)
Sektor Ekonomi 2007 2008 2009
Dalam melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas
sebagai konsikuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang
memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor
lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian strategi kebijakan
pembangunan harus memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi,
peningkatan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Khususnya Kabupaten Serdang Bedagai, analisis yang mendalam untuk
mengetahui penentuan sektor unggulan daerah belum pernah dilakukan. Untuk itu
penulis merasa tertarik untuk menganalisis penentuan setor unggulan daerah
Kabupaten Serdang Bedagai.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten
Serdang Bedagai ?
2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis dalam
perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai ?
3. Bagaimanakah perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai ?
4. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor dan komoditi unggulan perekonomian
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk:
1. Menganalisis klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten
Serdang Bedagai ?
2. Menganalisis sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten
Serdang Bedagai ?
3. Menganalisis perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten
Serdang Bedagai ?
4. Menentukan sektor-sektor dan komoditi unggulan perekonomian wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai ?
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan
daerah Kabupaten Serdang Bedagai.
Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang terkait dengan pembangunan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Daerah
Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan
stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara
kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus
mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab
masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang
sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian
pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu:
1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan
dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan
wilayah.
2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk
melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.
Dengan dilaksanakannya pembangunan wilayah bukanlah semata-mata
terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan
dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk
dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan
pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil
dengan baik.
Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan
perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi,
penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor (faktor
returns) dalam daerah di batasi secara jelas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).
Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi
perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Perbedaan teori pertumbuhan
ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat
keterbukaannya. Dalam sistem wilayah mobilitas barang maupun orang atau jasa
relatif lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup
(Sirojuzilam, 2005).
Pembangunan daerah merupakan pembangungan yang segala sesuatunya
dipersiapkan dan dilaksanakan oleh darerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,
pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah
memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan
pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya
dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan
yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah
terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah,
belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).
Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri
dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi
pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha
pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti
pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.
Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang penting
dipecahkan adalah : di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya
dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi
dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek
pertambangan dan sebagainya.
Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan
seluruhnya masayarakat Indonesia, pembangunan daerah perlu dipacu secara
bertahap. Untuk menjamin agar pembangunan daerah dapat memberikan sumbangan
yang maksimal dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional haruslah dilakukan
kordinasi yang baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus
mempertimbangkan berbagai rencana pemerintah pusat maupun di daerah lain.
Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam
lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program
pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan
dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh
sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan
proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan
sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.
Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena
perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,
kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai
akibat banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran
proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan
perencana daerah yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan
rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.
Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju
masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah
pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian
yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai
menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah
Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata,
namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses
pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target
utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial.
Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).
2.2. Perencanaan Pembangunan Daerah
Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan
geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan
sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan
secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).
Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai upaya menghubungkan
pengetahuan atau teknik yang dilandasi kaidah-kaidan ilmiah ke dalam praksis
(praktik-praktik yang dilandasai oleh teori) dalam perspektif kepentingan orang
banyak atau public (Nugroho dan Dahuri, 2004). Karena berlandaskan ilmiah, maka
perencanaan pembangunan haruslah tetap mempertahankan dan bahkan
meningkatkan validitas keilmuan (scientific validity) dan relevansi kebijakannya.
Didorong oleh motif ini, perencanaan pembangunan mengalami perkembangan yang
Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi
perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan (Sirojuzilam dan Mahalli,
2010).
Dalam perencanaan pembangunan nasional maupun dalam perencanaan
pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral
dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah
tersebut. Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang
seragam atau dianggap seragam. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang
serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi, terlihat perbedaan fungsi
ruang yang satu dengan ruang lainnya dan bagaimana ruang itu saling berinteraksi
untuk diarahkan kepada tercapainya kehidupan yang efisien dan nyaman. Perbedaan
fungsi terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, perbedaan aktivitas utama
pada masing-masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling
mendukung penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang (Tarigan, 2006).
Kebijakan pembangunan wilayah merupakan keputusan atau tindakan oleh
pejabat pemerintah berwenang atau pengambil keputusan publik guna mewujudkan
suatu kondisi pembangunan. Sasaran akhir dari kebijakan pembangunan tersebut
adalah untuk dapat mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan sosial secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang
2.3. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini
membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas
sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat
exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan
sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan
kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah
itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum
perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas
tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara
keseluruhan (Tarigan, 2007).
Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover)
dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah
lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.
Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda
(multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).
Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian
daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang
cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang
potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries
Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu
sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut
secara nasional (Tarigan, 2007).
2.4. Location Quotient (Kuesion Lokasi)
Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi
produksinya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan
kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ).
Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ
pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau
tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas
unggulan dari sisi produksinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hairudin (2002) di Kabupaten Kotabaru
dengan menggunakan anlisis Location Quotient (LQ) menunjukan bahwa selama
periode pengamatan (1995-2000), komoditi pertanian yang merupakan komoditi
unggulan (dengan koefisien LQ>1) terdiri atas jagung, kacang kedelai, ubi kayu,
cabe, kelapa sawit, lada, kerbau, udang windu, udang putih, ikan kembung,
cumi-cumi, kayu meranti, kayu kariung. Sedangkan komoditi yang bukan unggulan
(koefisien LQ < 1) terdiri atas padi, kacang tanah, terong, durian, mangga, kelapa
dalam, karet, kopi, sapi, kambing, ayam buras, ayam ras, itik dan kakap merah. Hanik
Rochmiyati (2003), mengidentifikasi tentang komoditi unggulan pertanian yang
Quotient (LQ) dan hasil penelitian disimpulkan bahwa komoditi unggulan untuk
sayuran: ketimun, sawi, terong, daun bawang, buncis; pada kelomok buah-buahan
adalah duku, nanas, pisang dan rambutan; hasil perkebunan terdiri dari kelapa dalam,
kelapa hibrida, dan kopi; sedangkan untuk hasil perikanan adalah manyung, kakap
merah, kakap putih, kerapu, pari dan tongkol. Asumsi yang digunakan dalam teknik
ini adalah semua penduduk disetiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama
dengan pola permintaan pada tingkat regional/nasional (pola permintaan secara
geografis sama), produktivitas tenaga kerja, dan setiap industri menghasilkan barang
yang homogen pada setiap sektor (Arsyad, 1999). Pendekatan LQ mempunyai dua
kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung (barang
antara).
b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui
kecendrungan.
Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik
apabila dilakukan dalam bentuk time –series/trend, artinya dianalisis selama kurun
waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi
tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan
(Tarigan, 2005).
Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut: Gross
National Product (GNP) yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu
kesatuan wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Berdasarkan uraian di atas dapat kita nyatakan sebagai Produk Nasional Kotor
yang dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik
pengertian tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk
Regional Kotor yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh
penduduk suatu wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa
penggunaan faktor-faktor produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik
Regional Bruto dapat diartikan sebagai : Estimasi total produk barang dan jasa yang
diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan
faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan
atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah
diperhitungkan.
Menurut Kusmadi, dkk., (1996 dalam Prihatin, 1999) produk domestik
regional bruto (PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan
pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat
produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju
pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode
Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan
secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai
sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih
merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk
dalam sektor ini adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian.
Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke
dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas
dan Air Minum serta sektor Bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank
dan Lembaga Keuangan lainnya serta sektor Jasa-Jasa dikelompokkan ke dalam
sektor tersier (Sitorus, dkk., 1997 dalam Prihatin, 1999).
Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara lain:
1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari sutu lapangan usaha/sektor
atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan
nasional.
2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan
memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara
mengalokasikan angka pendapatan nasional dan sebagai dasar alokasi adalah
jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan tenaga
Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan
metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kabupaten Serdang
Bedagai.
Metode dimasud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain :
1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah dari
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara
mengurangkan biaya tiap-tiap sektor/sub sektor.
2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah setiap
sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor
produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung
netto.
3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah
suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang
dan jasa yang diproduksi (Kusmadi, dkk., 1996 dalam Prihatin, 1999).
Di Indonesia, pendekatan yang umum digunakan adalah dari segi Pendekatan
Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil produksi barang dan
jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double Counting/Multiple Counting). Hal
tersebut penting sebab sering terjadi bahan mentah suatu sektor dihasilkan oleh sektor
lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang
menghasilkannya.
Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral
atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar. Penyajian atas dasar harga berlaku
menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan
keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya
antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada
masing-masing tahun.
Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku
secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai
perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya
harga-harga. Oleh karena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya
faktor perubahan harga (inflasi/deflasi).
Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga
tetap suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya
antara yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai
berdasarkan harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan
perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga
(inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan.
Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi
suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi
berbagai sektor.
Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB
menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada
masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri,
perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.
2.6. Pengembangan Sektor dan Komoditi Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Daerah
Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan
daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi
sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif
yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi (Arsyad, 1999).
Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di
Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir
sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara,
termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan,
perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya
sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.
Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah
yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur
dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu,
anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat
Dan untuk ini diperlukan faktor-faktor lain, diantaranya yang sangat penting adalah
teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001).
Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah,
berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar
peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan
atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan
PDRB daerah tersebut.
Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam
sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa
sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball
effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan
ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan
pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam
struktur ekonomi.
Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk
perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun
nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor
tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan
pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan
dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan,
2001).
Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar
perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah
memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan
potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan
kemakmuran masyarakat.
Menurut Rachbini (2001) data PDRB merupakan informasi yang sangat
penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di
suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka
dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sektor) di suatu daerah/wilayah. Sektor
unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan
ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi,
ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan
sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan
pembangunan ekonomi di daerah.
Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi
perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki
potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam
suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut
yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan
dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah
yang bersangkutan Rachbini (2001).
Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah
adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di
daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan
bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan
ekonomi yang secara perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah
(Tarigan, 2005). Sedangkan sektor unggulan menurut Tumenggung (1996) adalah
sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif dengan
produk sektor sejenis dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang besar.
Sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki
multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan
yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor (Mawardi, 1997).
2.7. Penelitian Sebelumnya
Adapun penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis sektor unggulan
daerah sebelumnya antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Supangkat tahun 2002, dengan judul penelitian
“Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah
Kabupaten Asahan”, dengan menggunakan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan
pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor perkebunan,
perikanan dan industri besar, serta sedang.
2. Marhayanie (2003), dalam tesisnya “Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam
Perencanaan Pembangunan Kota Medan”. Variabel yang diteliti kontribusi per
sektor dengan metode analisis linkage, menyimpulkan bahwa analisis angka
pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam perencanaan
pembangunan Kota Medan adalah sektor industri pengolahan. Sektor yang
memberikan kontribusi terbesar pada total PDRB Kota Medan pada tahun 2000
adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel, yaitu sebesar 29,76%, sedangkan
sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan galian sebesar 0,01%.
Hasil analisis linkage dengan Tabel I-O tahun 2000, sektor bangunan memiliki
backward linkage terbesar yaitu 2,22 dan yang terkecil sektor keuangan,
persewaan dan jasa-jasa perusahaan sebesar 1,37, sedangkan sktor yang memiliki
forward linkage terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 3,80 dan
yang terkecil sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,07.
3. Amir dan Riphat tahun 2005, dalam penelitian “Analisis Sektor Unggulan untuk
Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur menggunakan Tabel Input-Output
1994 dan 2000”. Variabel penelitian yang diteliti adalah berbagai sektor unggulan
(key sector) dalam perekonomian Jawa Timur pada tahun 1995 – 2000, dengan
menggunakan analisis input-output yang telah banyak digunakan untuk
menganalisis sektor unggulan, yang biasanya dilihat menggunakan angka
perekonomian. Tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian akan diukur
dengan menggunakan pure total linkage yaitu tingkat keterkaitan suatu sektor
dengan sektor lainnya sebagai penjumlahan atas angka Daya Penyebaran
(Backward Linkage) dan Daya Kepekaan (Forward Linkage). Hasil penelitian
menunjukkan selama periode penelitian telah terjadi pergeseran dalam
sektor-sektor unggulan dan proses industrialisasi. Kebijakan strategi pembangunan harus
diarahkan kepada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi
pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan
lapangan pekerjaan. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan angka
pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral (pure
total linkage) direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat
industri (industri lainnya dan indutri makanan, minuman dan tembakau), pusat
perdagangan, dan pusat pertanian.
4. Sukatendel (2007) dalam tesisnya “Analisis Keterkaitan Alokasi Anggaran dan
Sektor Unggulan Dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Daerah di
Kabupaten Bogor”, dengan varibel penelitian yang diteliti adalah : sektor
unggulan, potensi dan pengembangan sektor unggulan, dan alokasi anggaran
untuk sektor unggulan di Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan adalah
analisis input-output, analisis kewilayahan, analisis kelembagaan alokasi
anggaran dan pembuatan peta tematik. Hasil penelitian menunjukkan sektor
unggulan di Kabupaten Bogor adalah industri pengolahan, perdagangan,
pengolahan dan perdagangan lokasinya memusat di wilayah utara Bogor Bagian
Tengah dan Bogor Bagian Timur. Sedangkan sektor unggulan tanaman bahan
makanan (pertanian) sebagian besar berlokasi di Bogor Bagian Barat. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan anggaran pembangunan
Kabupaten Bogor untuk sektor unggulan masih sangat kurang (tidak ada
keterkaitan) kecuali untuk sektor Bangunan. Namun untuk sektor unggulan
seperti industri pengolahan dan perdagangan sebenarnya tidak perlu didukung
oleh anggaran pembangunan yang besar karena akan mengakibatkan semakin
besarnya ketimpangan wilayah pembangunan di Kabupaten Bogor. Sedangkan
sektor unggulan tanaman bahan makanan masih perlu didukung oleh anggaran
pembangunan yang besar agar sektor tersebut bisa semakin berkembang sehingga
diharapkan dapat mengatasi ketimpangan wilayah pembangunan di Kabupaten
Bogor.
2.8. Kerangka Pemikiran
Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan salah satu Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara. Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Serdang Bedagai dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan
kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan diketahuinya
faktor-faktor tersebut, maka pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor
yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro
kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur
ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator
penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan
diupayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan di daerah.
Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat
dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:
1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor
Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah
dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan
menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju
dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor relative
tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat
dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan pembangunan atas posisi perekonomian
2. Sektor Basis dan Non basis
Kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan ke
dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk
mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor
dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan
beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan,
sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari
pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di ekspor akan
menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan investasi.
Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap
sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis
yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.
3. Perubahan dan Pergeseran Sektor
Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada
perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja
sector-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila
penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki
keunggulan kompetitif atau sebaliknya.
Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan berimplikasi pada pertumbuhan
keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB
dari tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan adanya peningkatan
perekonomian dan apabila negatif berarti terjadinya penurunan dalam kegiatan
perekonomian. Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya perubahan
perkembangan pembangunan suatu daerah.
Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa sector
ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan
demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan
menjadi suatu sektor unggulan.
Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena akan memberikan
keuntungan kompetitif atau komparatif yang selanjutnya akan mendorong
pengembangan ekspor barang maupun jasa.
Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang
memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan
pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Sektor unggulan yang
diperoleh melalui analisis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan
pembangunan di masa mendatang dalam pengembangan wilayah.
Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan dalam
Kabupaten Serdang Bedagai
Klasisifikasi Pertumbuhan Sektor
Sektor Basis dan Non Basis
Penentuan Sektor Unggulan
Perubahan dan Pergeseran Sektor Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Perekonomian Wilayah
Pengembangan
Wil h
Komoditi Unggulan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera
Utara. Pertimbangan penelitian dilaksanakan di Kapubaten Serdang Bedagai
disebabkan Kabupaten tersebut merupakan daerah pemekaran Kabupaten dari
Kabupaten induk Kabupaten Deli Serdang dan menentukan sektor-sektor unggulan
sehingga dapat digunakan sebagai informasi dan dapat diprioritaskan dalam
perencanaan pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, antara
lain:
1. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara periode
2005-2009, data ini digunakan untuk analisis klasifikasi pertumbuhan sektor, analisis
sektor basis dan non basis, dan analisis perubahan dan pergeseran sektor
ekonomi. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Serdang
Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara.
2. Data sekunder lainnya yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini, seperti
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai dan Pertumbuhan Ekonomi
3.3. Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan
beberapa metode analisis data, yaitu:
1. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan
sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan
non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran
sektor perekonomian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
3.3.1. Analisis Tipologi Klassen
Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yang
dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai. Analisis Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan
mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai dengan
memperhatikan sektor perekonomian Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah
referensi.
Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan
karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008) :
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran I).
PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam
PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sektor
terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan
dengan si > s dan ski > sk.
2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sektor) (Kuadran II). Kuadran ini merupakan
kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil
dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang
menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski)
yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah
yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski >
sk.
3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III).
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam
PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam
PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor
terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan
dengan si > s dan ski < sk.
4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran ini
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang
yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memilki nilai kontribusi sektor terhadap
PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap
PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si
< s dan ski < sk.
Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen sebagaimana tercantum pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen
Kuadran I Kuadran II
Sektor yang maju dan tumbuh dengan Sektor maju tapi tertekan pesat (developed sector) (Stagnant sector)
si > s dan ski > sk si < s dan ski > sk
Kuadran III Kuadran IV
Sektor potensial atau masih dapat Sektor relatif tertinggal berkembang (developing sector) (underdeveloped sector)
si > s dan ski < sk si < s dan ski < sk
Sumber: Sjafrizal, 2008
3.3.2. Analisis Location Quotient (LQ)
Untuk menentukan sektor basis dan non basis di Kabupaten Serdang Bedagai
digunakan metode analisis Location Quotient (LQ). Metode LQ merupakan salah satu
pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal
untuk memahami sektor kegiatan dari PDRB Kabupaten Serdang Bedagai yang
menjadi pemacu pertumbuhan. Metode LQ digunakan untuk mengkaji kondisi
perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian.
dikatakan sebagai sektor yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya
sektor lain serta berdampak pada penciptaan lapangan kerja. Untuk mendapatkan nilai
LQ menggunakan metode yang mengacu pada formula yang dikemukakan oleh
Bendavid-Val dalam Kuncoro (2004) dan Tarigan (2007) sebagai berikut:
Perhitungan LQ menggunakan rumus sebagai :
Si/S LQ = ---
Ni/N
Keterangan:
LQ : Nilai Location Quotient
Si : PDRB Sektor i di Kabupaten Serdang Bedagai
S : PDRB total di Kabupaten Serdang Bedagai
Ni : PDRB Sektor i di Provinsi Sumatera Utara
N : PDRB total di Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada
tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh, yaitu:
1. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten
Serdang Bedagai adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian
Provinsi Sumatera Utara.
2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten
Serdang Bedagai lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam