• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Identitikasi Sektor Unggulan Kabupaten Waropen 1

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN

Muhammad Fajar

Kasie Statistik Sosial BPS Kab. Waropen

Abstraksi

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui deskripsi ekonomi Kabupaten Waropen secara makro dan mengidentifikasi sektor yang potensial yang dimilikinya. Hasil dari studi ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan referensi untuk pengambilan kebijakan ekonomi daerah. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder yang dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Location Quetient yang terdiri dari Static Location Quetient (SLQ) dan Dynamic Location Quetient (DLQ). Kesimpulan dari studi ini adalah sektor – sektor yang mempunyai kontribusi terbesar bagi perekonomian Waropen adalah sektor Pertanian (39.00 persen), sektor Jasa-jasa (25.58 persen) dan sektor Bangunan (21.16 persen). Dari perhitungan ekonomi sektoral menggunakan metode Location Quotient dapat diketahui bahwa Sektor Listrik dan Air Bersih, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Jasa-jasa masuk ke dalam sektor unggulan. Dan sektor prospektif yang bisa dikembangkan adalah sektor Pertanian.

Kata kunci: LQ, sektor unggulan, ekonomi regional.

PENDAHULUAN

Kehadiran undang-undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah (otda) dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah menciptakan proses demokratisasi bagi daerah untuk mengambil keputusan dan menggali sumber pendapatan sendiri. Daerah tidak lagi sebagai komponen desentralisasi administrasi dan otonomi birokrasi, tetapi sudah diberi kewenangan untuk mengatur urusan rumahtangganya sendiri. Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan yang mengarah ke desentralisasi, maka proses pembangunan di daerah hendaknya disesuaikan dengan potensi, kondisi dan kemampuan masing-masing daerah, di samping tidak terlepas dari kondisi makro ekonomi nasional dan dinamika ekonomi internasional. Potensi, kondisi dan kemampuan ekonomi regional untuk perencanaan pembangunan dapat dipetakan melalui analisis kondisi makro ekonomi dan proyeksinya di masa datang.

Sebagai kabupaten yang telah sebelas tahun melaksanakan pemerintahan sendiri setelah berpisah dari Kabupaten Yapen Waropen sebagai kabupaten induk. Kabupaten Waropen berusaha mensejajarkan diri dengan kabupaten lain yang ada di Provinsi Papua. Berbagai usaha dilakukan dalam memacu pembangunan disegala sektor untuk memberikan hasil yang terbaik bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Waropen. Pemahaman atas kondisi makro ekonomi dan potensi ekonomi yang dimiliki dapat digunakan sebagai referensi kebijakan pembangunan daerah.

Maksud dari telaah ini untuk mengetahui deskripsi ekonomi Kabupaten Waropen secara makro dan mengidentifikasi sektor – sektor mana saja yang potensi untuk diberdayagunakan lebih lanjut, sehingga pengambilan kebijakan ekonomi sesuai dengan kebutuhan dan dapat mendorong pengembangan sektor menjadi lebih berdayaguna.

(2)

Identitikasi Sektor Unggulan Kabupaten Waropen 2

LANDASAN TEORI

Prestasi pembangunan dapat dinilai dengan berbagai macam cara dan tolok ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun pendekatan non ekonomi. Penilaian dengan pendekatan ekonomi dapat dilakukan berdasarkan tinjauan aspek pendapatan maupun non pendapatan. Berdasarkan aspek pendapatan, perekonomian biasanya diukur dengan tolok ukur pendapatan per kapita (Dumairy, 1999).

Menurut Tambunan (2000), untuk meningkatkan pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat mencerminkan kinerja perekonomian suatu daerah.

Menurut Djojohadikusumo (1994), pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan.Kegiatan ekonomi yang produktif mengandung berbagai dampak positif, diantaranya menambah pendapatan nyata bagi sebagian besar rakyat atau penduduk, hal itu berarti pula dapat meningkatkan daya konsumsi secara kuantitatif maupun kualitatif. Lagipula, satu sama lain itu dapat mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan diantara berbagai golongan dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian pengertian tentang pembangunan ekonomi selain menyangkut perubahan kuantitatif pada produksi dan pendapatan mencakup juga perubahan kualitatif dalam tata susunan masyarakat secara menyeluruh.

Menurut Arsyad (1999: 115‐118), Teori Pertumbuhan Wilayah meliputi:

Teori Ekonomi Neoklasik. Teori Ekonomi Neoklasik memberikan dua konsep pokok dalam ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem ekonomi akan mencapai keseimbangan jika modal bisa mengalir tanpa restriksi. Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju daerah yang berupah rendah.

Teori Basis Ekonomi. Teori Basis Ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri‐industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk angkatan kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan kepada dunia usaha yang memiliki pasar baik secara nasional maupun internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan - perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.

Teori Lokasi. Teori Lokasi menyatakan bahwa faktor lokasi mempengaruhi pertumbuhan daerah. Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Banyak variabel yang mempengaruhi kualitas suatu lokasi, misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas‐fasilitas pendidikan dan latihan, kualitas pemerintah daerah dan tanggung jawabnya serta sanitasi. Perusahaan‐perusahaan yang berbeda membutuhkan kombinasi‐ kombinasi yang berbeda pula atas faktor‐ faktor tersebut.

Teori Tempat Sentral. Teori Tempat Sentral menganggap bahwa terdapat hirarki tempat. Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang menyediakan sumber daya. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori Tempat Sentral dapat diterapkan pada pambangunan ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah‐daerah yang bertetangga

(3)

Identitikasi Sektor Unggulan Kabupaten Waropen 3 (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa, sedangkan lainnya sebagai daerah pemukiman.

Teori Kausasi Kumulatif. Kondisi daerah‐ daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif ini. Kekuatan‐kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah‐daerah tersebut (maju versus terbelakang). Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah‐ daerah lainnya.

Model Daya Tarik. Teori Daya Tarik Industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif.

METODOLOGI

Data yang digunakan dalam studi ini adalah data PDRB nominal dan riil Kabupaten Waropen dan Provinsi Papua bersumber dari BPS Kabupaten Waropen dan BPS Provinsi Papua. Periode data yang digunakan adalah tahun 2003 sampai dengan 2013.

Analisis Location Quotient

Location Quotients (LQ) ini merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas shift share, teknik ini membantu kita untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self-suficiency suatu sektor.

Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar

daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry basic.

2. Kegiatan ekonomi atau industri yang mengalami pasar di daerah tersebut saja, jenis ini dinamakan industry non basic atau industri lokal.

Dasar pemikiran teknik ini adalah teori economic base yang intinya adalah: karena industri basik menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan ke luar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap industry basic, tetapi juga menaikkan permintaan akan industry non basic atau lokal. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada industri yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor industri lokal merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari industry basic. Oleh karena itu, industri basik-lah yang patut dikembangkan di suatu daerah.

Static Location Quotient (SLQ)

SLQ digunakan mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau sektor yang sejenis dalam perekonomian nasional. Adapun rumus SLQ adalah:

⁄ Dimana:

(4)

Identitikasi Sektor Unggulan Kabupaten Waropen 4

Kisaran nilai SLQ mulai dari 0 sampai 1 sebagai patokan. Nilai 1 menyatakan bahwa pangsa sektor di daerah bagian sama dengan pangsa sektor di daerah himpunan. Jika nilai SLQ lebih kecil dari 1, berarti sektor tersebut bukanlah sektor unggulan bagi daerah, karena masih kalah dengan sektor itu di daerah lain dalam daerah himpunannya. Jika nilai SLQ lebih besar dari 1, maka sektor itu merupakan sektor unggulan bagi daerah dan mampu bersaing dengan sektor yang sama di daerah lain dalam daerah himpunan. Karena periode penelitian adalah periode 2003 – 2013, maka penulis menghitung SLQ tiap tahunnya kemudian dirata-ratakan sehingga nilai SLQ lebih representative dibandingkan dengan menghitung berdasarkan dua titik waktu analisis.

Dynamic Location Quotient (DLQ)

Dynamic Location Quotient adalah modifikasi dari SLQ, dengan mengakomodasikan factor laju pertumbuhan nilai tambah bruto dari suatu sektor ekonomi dari waktu ke waktu. Berikut rumusan dari DLQ: ( ( ) ⁄ ⁄ ) Dimana:

Nilai DLQ yang dihasilkan dapat diartikan sebagai berikut: jika DLQ > 1, maka potensi perkembangan sektor i di suatu kabupaten lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di tingkat provinsi. Namun, jika DLQ < 1, maka potensi perkembangan sektor I di lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di tingkat provinsi. Karena periode penelitian adalah periode 2003 – 2013, maka penulis menghitung DLQ antar 1 tahun sampai periode akhir. Kemudian dirata-ratakan sehingga nilai DLQ lebih representative dibandingkan dengan menghitung berdasarkan dua titik waktu analisis. Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ menghasilkan kriteria sebagai berikut:

Tabel 1. Kombinasi Analisis SLQ dan DLQ

DLQ

> 1 < 1 SLQ

> 1 Unggulan Prospektif < 1 Andalan Kurang Prospektif

(5)

Identitikasi Sektor Unggulan Kabupaten Waropen 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Makro Ekonomi Kabupaten Waropen

Produk Domestik Regional Bruto sebagai salah satu indicator untuk melihat kinerja pembangunan ekonomi. Semuanya dapat di lihat, salah satunya melalui hasil perhitungan nilai tambah dari segi pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto secara riil. Pertumbuhan riil tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan. Hal ini dapat diberikan karena pada Produk Domestik Regional Bruto dengan pertumbuhan konstan, factor harga telah dieliminir. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan tersebut juga dapat digunakan sebagai analisa keberhasilan dan kekurangan tentang langkah-langkah kebijaksanaan yang telah diambil atau dilakukan oleh pemerintah.

Gambar 1. Perkembangan PDRB Riil Kabupaten Waropen

Sumber: BPS Kabupaten Waropen, diolah.

Berdasarkan gambar 1, PDRB riil dari tahun ke tahun selalu meningkat, artinya output yang dihasilkan dari unit – unit produksi meningkat tiap tahunnya. Hasil perhitungan seluruh nilai tambah yang terbentuk dari berbagai sektor ekonomi tersebut sebagai akibat dari bekerjanya unit-unit produksi.

Gambar 2. Struktur Perekonomian Kabupate Waropen Periode 2003 – 2013

Sumber: BPS Kabupaten Waropen, diolah. 0 50000 100000 150000 200000 250000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Ju taan R p P E R T A N I A N, 39.00% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 1.24% INDUSTRI PENGOLAHAN, 0.54% LISTRIK DAN AIR

BERSIH, 0.25% B A N G U N A N, 21.16% Perdagangan, Hotel dan RESTORAN, 5.97% PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI, 4.22% KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN, 2.05% JASA-JASA, 25.58%

(6)

Identitikasi Sektor Unggulan Kabupaten Waropen 6 Selama periode 2003 – 2013 pembentukan struktur ekonomi Waropen dipengaruhi oleh kontribusi dari nilai tambah bruto pada sektor ekonomi yang ada. Kita perhatikan gambar 2, selama tahun 2003 – 2013, secara rata-rata sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah sektor pertanian sebesar 39 persen, terbesar kedua disumbang oleh sektor Jasa-jasa sebanyak 25.58 persen kemudian sektor Bangunan sebesar 21.16 persen. Sektor yang memiliki konstribusi paling rendah adalah sektor Listrik dan Air Bersih sebesar 0.25 persen.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah dan aspek dalam manajemen makro ekonomi yang harus selalu dievaluasi. Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang positif tinggi dan terus menerus merupakan kondisi ideal yang diharapkan semua pelaku ekonomi dan merupakan indikasi adanya kenaikan produksi barang dan jasa. Kondisi ekonomi biasanya bersifat fluktuatif sehingga semua pelaku ekonomi terutama pemerintah perlu melakukan berbagai antisipasi melalui kebijakan yang tepat.

Gambar 3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Waropen

Sumber: BPS Kabupaten Waropen, diolah.

Pada saat pertama kali resmi Kabupaten Waropen tahun 2003 menghasilkan PDRB nominal sebesar Rp 82,581.45 juta dan riilnya sebesar Rp 67,290.02. Sepuluh tahun kemudian PDRB Kabupaten Waropen secara nominal sebesar Rp 539,473.27 juta dan riil sebesar Rp 194,809.61 juta. Rata-rata pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya selama 2003 – 2013 sebesar 10.94 persen. Dimana rata-rata laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan sebesar 23.94 persen, laju pertumbuhan tertinggi kedua oleh sektor Bangunan sebesar 19.40 persen, kemudian disusul oleh sektor Jasa-jasa sebesar 17.04 persen. Rata-rata laju pertumbuhan terendah terjadi pada sektor Pertanian sebesar 3.71 persen, hal ini mengindikasikan bahwa produktivitas output yang dihasilkan sektor Pertanian jauh lebih rendah dibandingkan sektor lainnya.

Rata – rata pertumbuhan ekonomi selama tahun 2003 sampai 2013 di Kabupaten Waropen, yaitu 10.94 persen, dimana yang terbesar merupakan sumbangan dari pertumbuhan sektor Jasa – jasa yaitu sebesar 4.70 persen. Sektor yang memberikan kontribusi berikutnya adalah sektor Bangunan sebesar 2.76 persen dan berikutnya adalah sektor Pertanian sebesar 1.55 persen. Sedangkan, sektor-sektor lain hanya memberikan sumbangan di bawah 1 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.

Jika kita perhatikan tiga tahun terakhir yaitu 2010 – 2013, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan walaupun secara trend dari 2003 – 2013 kecenderungan meningkat. Hal tersebut mengindikasikan kurangnya kinerja optimal dari setiap sektor dan kelesuan ekonomi sehingga solusi yang dapat ditawarkan adalah meningkat investasi pada sektor yang potensial dan menggarap sumber daya yang belum pernah digarap secara optimal.

7.68% 5.07% 8.04% 12.74% 12.23% 8.43% 12.34% 16.09% 14.63% 12.89% 10.19% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00% 16.00% 18.00% 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 mean = 10.94%

(7)

Identitikasi Sektor Unggulan Kabupaten Waropen 7

ANALISIS LOCATION QUOTIENT

Kondisi sektoral dakam perekonomian Kabupaten Waropen dalam studi ini dianalisis dengan metode, yaitu metode Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ) . Hasil analisis SLQ dapat kita lihat pada tabel 2, ada empat sektor yang memiliki nilai SLQ kurang dari satu, yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian (0.032), sektor Industri Pengolahan, (0.229), sektor Pengangkutan dan Komunikasi (0.590), dan sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan (0.811), dapat diartikan bahwa selama periode 2003 – 2013 keempat sektor tersebut kurang berperan dalam perekonomian Waropen. Sedangkan kelima sektor lainnya, yaitu sektor Pertanian, sektor Listrik dan Air Bersih, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Jasa-jasa merupakan sektor Basis dalam perekonomian Waropen.

Hasil analisis DLQ menunjukkan hanya ada dua sektor saja yang memiliki nilai DLQ kurang dari satu, yaitu sektor Pertanian dan sektor Pengangkutan dengan nilai masing-masing adalah 0.951 dan 0.983. Artinya potensi perkembangan kedua sektor tersebut lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di tingkat provinsi. Sedangkan ketujuh sektor lainnya seperti: sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik dan Air Bersih, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan restoran, sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, dan sektor Jasa-jasa memiliki nilai DLQ di atas satu, yang berarti potensi perkembangan lebih cepat dibandingkan sektor yang sama pada perekonomian di tingkat provinsi.

Tabel 2. Nilai SLQ dan DLQ Kabupaten Waropen Tahun 2003 – 2013

LAPANGAN USAHA DLQ SLQ Rata-rata Rata-rata P E R T A N I A N 0.951 2.305 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1.119 0.032 INDUSTRI PENGOLAHAN 1.043 0.229

LISTRIK DAN AIR BERSIH 1.004 1.014

B A N G U N A N 1.061 1.947

PERDAGANGAN, HOTEL DAN

RESTORAN 1.001 1.019

PENGANGKUTAN DAN

KOMUNIKASI 0.983 0.590

KEUANGAN, PERSEWAAN DAN 1.071 0.811

JASA-JASA 1.044 3.068

Sumber: Hasil penghitungan penulis.

Hasil penggabungan antara analisis SLQ dan DLQ dapat menghasilkan pengelompokan sektor ke ekonomi kedalam empat kategori, yaitu unggulan, prospektif, andalan dan kurang prospektif (lihat tabel 21). Sektor Listrik dan Air Bersih, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Jasa-jasa masuk ke dalam sektor unggulan. Hanya ada satu sektor yang prospektif yaitu sektor Pertanian. Sebagai sektor andalanadalah sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sementara itu, sektor yang kurang prospektif adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi kurang prospektif sesuai dengan keadaan di Waropen dimana sarana pengangkutan dan infrastruktur transportasi yang belum bisa terkoneksi antar kecamatan dan produk – produk komunikasi yang hanya di Waropen dominan berupa internet saja.

(8)

Identitikasi Sektor Unggulan Kabupaten Waropen 8 Tabel 3. Hasil Analisis Kombinasi SLQ dan SLQ Kabupaten Waropen

DLQ

> 1 < 1

SLQ

> 1

Unggulan:  Listrik dan Air Bersih  Bangunan

 Perdagangan, Hotel dan Restoran  Jasa - jasa Prospektif:  Pertanian < 1 Andalan:  Pertambangan dan Penggalian  Industri Pengolahan  Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

Kurang Prospektif:  Pengangkutan dan

Komunikasi Sumber: Hasil penghitungan SLQ dan DLQ.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dengan mengacu pada hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut:

1. PDRB riil Kabupaten Waropen mempunyai kecenderungan meningkat tiap tahunnya. 2. Rata – rata tingkat pertumbuhan ekonomi Waropen selama periode 2003 – 2013

sebesar 10.94 persen. Dimana sumber pertumbuhan ekonomi terbesar disumbang oleh sektor Jasa-jasa sebesar 4.70 persen, kemudian sektor Bangunan sebesar 2.76 persen dan terbesar ketiga oleh sektor Pertanian sebesar 1.55 persen.

3. Sektor – sektor yang mempunyai kontribusi terbesar bagi perekonomian Waropen adalah sektor Pertanian (39.00 persen), sektor Jasa-jasa (25.58 persen) dan sektor Bangunan (21.16 persen).

4. Dari perhitungan ekonomi sektoral menggunakan metode Location Quotient dapat diketahui bahwa Sektor Listrik dan Air Bersih, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Jasa-jasa masuk ke dalam sektor unggulan. Dan sektor prospektif yang bisa dikembangkan adalah sektor Pertanian.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil studi ini sebaiknya kebijakan ekonomi diarahkan dengan memberi stimulus pada sektor Pertanian yang belum sepenuhnya dioptimalkan, mengingat kondisi geografi Kabupaten Waropen yang terletak di pesisir pantai dan wilayahnya sangat potensi untuk pertanian. Dan menciptakan koneksi antar kecamatan dengan membuat infrastruktur jalan yang menghubungkan antar kecamatan dan mode transportasi laut untuk masyarakat umum sehingga dapat mendistribusikan produk dari setiap wilayah.

(9)

Identitikasi Sektor Unggulan Kabupaten Waropen 9

REFERENSI

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.Yogyakarta:BPFE.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Waropen. Produk Domestik Bruto. Waropen, berbagai edisi. Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Produk Domestik Bruto. Jayapura, berbagai edisi. Dumairy. 1999. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan.Jakarta: LP3ES.

Richardson, Harry. 1991. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Todaro, Michael. 1984. Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang: Buku I.Jakarta: Akademi Pressindo.

Todaro, Michael. 1984. Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang: Buku II. Jakarta: Akademi Pressindo.

Yuwono, Prapto. 1999. Penentuan Sektor Unggulan Daerah Menghadapi Implementasi UU 22/1999 dan UU 25/1999.Kritis Vol. XII No.2

Kuntoro, Mohamad Ardi. 2003. Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi dan Penentuan Sektor Unggulan di Provinsi DI Yogyakarta [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.

Gambar

Gambar 1. Perkembangan PDRB Riil Kabupaten Waropen
Gambar 3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Waropen
Tabel 2. Nilai SLQ dan DLQ Kabupaten Waropen Tahun 2003 – 2013

Referensi

Dokumen terkait

Sektor ekonomi pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan dan sektor pengangkutan termasuk dalam sektor progresif ,

Sektor ekonomi tersebut terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan,

Berdasarkan tabel 6 yang tergolong dalam sektor basis adalah sektor basis adalah sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor

Sektor industri pengolahan memiliki keterkaitan ke depan relatif kuat dengan sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; listrik, gas, dan air bersih;

Sektor ekonomi pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan dan sektor pengangkutan termasuk dalam sektor progresif ,

Sektor industri pengolahan memiliki keterkaitan ke depan relatif kuat dengan sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; listrik, gas, dan air bersih;

Hasil analisis LQ menunjukkan Sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan merupakan sektor unggulan (sektor basis) yang potensial untuk

Berdasarkan PDRB dengan migas sektor yang memiliki pertumbuhan positif dan berdaya saing yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih, sektor