• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Gel Ekstrak Teripang (Holothuroidea Sp.) Dengan Penambahan Kitosan Untuk Pengobatan Luka Sayat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Gel Ekstrak Teripang (Holothuroidea Sp.) Dengan Penambahan Kitosan Untuk Pengobatan Luka Sayat"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN GEL EKSTRAK TERIPANG

(

Holothuroidea Sp.)

DENGAN PENAMBAHAN

KITOSAN UNTUK PENGOBATAN LUKA SAYAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

EDRIC LUIS

NIM 091501059

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMBUATAN GEL EKSTRAK TERIPANG

(

Holothuroidea Sp.)

DENGAN PENAMBAHAN

KITOSAN UNTUK PENGOBATAN LUKA SAYAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

EDRIC LUIS

NIM 091501059

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PEMBUATAN GEL EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea Sp.)

DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN UNTUK PENGOBATAN

LUKA SAYAT

OLEH:

EDRIC LUIS

NIM 091501059

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 22 November 2014

Pembimbing I,

Panitia Penguji,

Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt.Prof. Dr. Hakim Bangun., Apt.

NIP 195504241983031003

NIP 195201171980031002

Pembimbing II,

Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt.

NIP 195504241983031003

Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si.,Apt. Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt.

NIP 195304031983032001NIP 195109081985031002

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.

NIP 195404121987012001

Medan, Januari 2015

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny,M.Si., Apt.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

limpahan berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah

satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara, dengan judul Pembuatan Gel Ekstrak Teripang (

Holothuroidea

S

p.) Dengan Penambahan Kitosan Untuk Pengobatan Luka Sayat.

(5)

Farmakologi dan Toksikologi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas

untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada

terhingga kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan cinta kasih yang

tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi

maupun non materi, serta seluruh pihak yang telah ikut mebantu penulis yang

tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 22 November

2014

Penulis,

(6)

PEMBUATAN GEL EKSTRAK TERIPANG (

Holothuroidea

Sp.) DENGAN

PENAMBAHAN KITOSAN UNTUK PENGOBATAN

LUKA SAYAT

Abstrak

Teripang (

Holothuroidea Sp.

) adalah salah satu jenis hewan invertebrata

yang cukup sering dikonsumsi oleh manusia. Teripang yang memiliki kadar

nutrisi cukup tinggi kerap disebut sebagai imunomodulator dan diyakini dapat

membantu memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, sehingga penggunaannya

sebagai salah satu obat tradisional cukup populer. Sementara itu, kitosan yang

juga merupakan hasil olahan dari hewan laut golongan

Crustacea

juga dapat

memberikan efek penyembuhan tanpa efek samping yang berarti.Penelitian ini

bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak etanol teripang tanpa atau dengan

penambahan kitosan terhadap penyembuhan luka.

Teripang yang telah dibersihkan, dikeringkan di dalam lemari pengering

(± 50ºC), kemudian diserbuk dengan menggunakan blender, kemudian dilakukan

pengujian karakterisasi. Serbuk teripang dimaserasi dengan pelarut etanol 80%

selama 5 hari, diambil filtratnya, ampasnya ditambahkan dengan pelarut etanol

80% kembali dan didiamkan selama 2 hari kemudian dienap tuangkan. Maserat

yang diperoleh diuapkan dengan bantuan

rotary evaporator

(±50ºC) dan

dikeringkan dengan

freeze dryer

(±-40ºC). Ekstrak etanol teripang diformulasi

menjadi sediaan gel dengan HPMC, yakni sediaan gel teripang konsentrasi 1, 2,5,

dan 5%. Selanjutnya juga dibuat sediaan gel ekstrak teripang 1, 2,5, dan 5%

dengan penambahan kitosan masing-masing 1,4%. Lalu diuji efektivitasnya

terhadap kelinci yang dibuat luka sayat dengan diameter 2 cm.

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia teripang diperoleh kadar

air 9,86%, kadar sari yang larut dalam air 16,55%, kadar sari yang larut dalam

etanol 7,86%, kadar abu total sebesar 18,21%, kadar abu yang tidak larut dalam

asam 2,67%. Sediaan gel ekstrak teripang menyembuhkan luka sayat dengan

konsentrasi 1% (20 hari), 2,5% (20 hari), 5% (19,67 hari) dan sediaan yang diberi

kitosan dengan konsentrasi ekstrak teripang 1% (20 hari), 2,5% (19,67 hari), 5%

(19 hari), sedangkan dengan pemberian betadin salep (18 hari), basis gel (23 hari),

dan tanpa pengobatan (25 hari). Secara statistik dapat disimpulkan bahwa gel

ekstrak teripang baik dan tanpa penambahan kitosan efektif dalam mempercepat

penyembuhan luka.

(7)

GEL PREPARATION WITH SEA CUCUMBER (

Holothuroidea

Sp.)

EXTRACT WITH ADDITION OF CHITOSAN FOR WOUND HEALING

Abstract

Sea cucumbers (

Holothuroidea s

p.) are one type of invertebrate animals

are quite often consumed by humans. Sea cucumbers have high enough levels of

nutrients that are often referred to as an immunomodulator, which is known to

help repairing the damaged body's cells, therefore its use as a traditional medicine

is quite popular. Meanwhile, chitosan which is also produced from sea animal

Crustacean

group is also known to provide healing effects without significant side

effects. This study aims to test the effectiveness of sea cucumber extract ethanol

with the addition of chitosan on wound healing.

Sea cucumbers that have been cleaned then dried in the drying cabinet (±

50ºC ) for 1 month, then pulverized by using a blender and characterization was

tested. Sea cucumber powder macerated with 80% ethanol for 5 days, took the

filtrate, washed the waste with ethanol, the filtrate was kept for 2 days then poured

carefully. The macerat obtained with the aid of a

rotary evaporator

(± 50ºC) and

dried with

a freeze dryer

(± -40ºC). Extract was formulated into a gel with HPMC.

Further preparations sea cucumber gel concentration of 1, 2.5, and 5 % without

chitosan and 1, 2.5, 5% with the addition of chitosan 1,4% were tested for their

effectiveness on rabbits with diameter 2cm cut wounds.

Characterization test results showed that the simplicia powder of sea

cucumber contained 9.86% water, the levels of water-soluble extract 16.55%,

content of ethanol-soluble extract 7.86%, total ash content 18.21%, ash content of

insoluble in acid 2.67%. Sea cucumber extract gel preparation heal the cuts with a

concentration of 1% (20 days), 2.5% (20 days), 5% (19.67 days) and a dosage of

chitosan with sea cucumber extract concentration of 1% (20 days), 2 , 5% (19.67

days), 5% (19 days), while the administration of betadine ointment (18 days), the

base gel (23 days), and no treatment (25 days). Statistically it can be concluded

that the extract of sea cucumber gel, with and without the addition of chitosan, are

effective in accelerating wound healing.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...

i

LEMBAR PENGESAHAN ...

iii

KATA PENGANTAR ...

iv

ABSTRAK ...

vi

ABSTRACT ...

vii

DAFTAR ISI ...

viii

DAFTAR TABEL ...

xi

DAFTAR GAMBAR ...

xii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xiii

BAB I PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Perumusan Masalah ...

3

1.3 Hipotesis ...

3

1.4 Tujuan Penelitian ...

3

1.5 Manfaat Penelitian ...

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

5

2.1 Uraian Hewan ...

5

2.2 Kitosan ...

10

2.3 Epidermis ...

12

2.4 Gel ...

14

2.5 Ekstraksi ...

16

(9)

3.1 Alat ...

18

3.2 Bahan ...

18

3.3 Pembuatan Ekstrak Teripang ...

19

3.4 Karakterisasi Simplisia ...

19

3.4.1 Penetapan kadar air ...

19

3.4.2 Penetapan kadar sari larut air ...

20

3.4.3 Penetapan kadar sari larut etanol ...

21

3.4.4 Penetapan kadar abu total ...

21

3.4.5 Penetapan kadar abu tidak larut asam ...

21

3.5 Pembuatan Formula Sediaan ...

22

3.5.1 Pembuatan basis gel ...

22

3.5.2 Pembuatan sediaan gel ekstrak teripang ...

22

3.6 Evaluasi Formula ...

23

3.6.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan ...

23

3.6.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan ...

23

3.6.3 Penentuan pH sediaan ...

23

3.6.4 Penentuan viskositas sediaan ...

24

3.7 Pengujian Sediaan Gel Ekstrak Teripang Pada Hewan Uji ..

24

3.8 Analisis data ...

25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...

26

4.1 Hasil Identifikasi Sampel ...

26

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia ...

26

4.3 Hasil Evaluasi Sediaan ...

27

(10)

4.3.2 Hasil pengamatan homogenitas sediaan ...

28

4.3.3 Hasil penentuan pH sediaan ...

28

4.3.4 Hasil penentuan viskositas sediaan ...

29

4.4 Hasil Uji Penyembuhan Luka Sayat ...

30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

39

5.1 Kesimpulan ...

39

5.2 Saran ...

39

DAFTAR PUSTAKA ...

40

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1Data pemeriksaan organoleptis sediaan gel ...

27

4.2Data pengamatan homogenitas sediaan ...

28

4.3Data pengukuran pH ...

29

4.4 Data pengukuran viskositas ...

29

4.5 Data perbandingan hasil perubahan diameter luka F1 dan F4 ...

30

4.6 Data perbandingan hasil perubahan diameter luka F2 dan F5 ...

32

(12)

DAFTAR GAMBAR

GambarHalaman

2.1 Struktur Hemoiedemosides A ...

8

2.2 Struktur Hemoiedemosides B ...

8

2.3 Struktur Patagonicoside A ...

8

2.4 Struktur Holothurin B ...

8

2.5 Struktur Marmoratoside A ...

9

2.6 Struktur Impatienside A ...

9

2.7 Struktur Bivittoside D ...

9

2.8 Struktur Kitin ...

11

2.9 Struktur Kitosan ...

11

4.1 Grafik perbandingan perubahan diameter luka F1 dan F4 ...

31

4.2Grafik perbandingan perubahan diameter luka F2 dan F5 ...

33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1Hasil Identifikasi sampel ...

44

2Gambar sampel yang digunakan dan simplisia kering ...

45

3 Sediaan gel dengan variasi konsentrasi ...

46

4 Data penyembuhan luka ...

47

5 Homogenitas sediaan ...

51

6 Perhitungan karakterisasi simplisia teripang ...

52

7 Gambar penyembuhan luka ...

56

8 Hasil variansi (ANOVA) ...

67

(14)

PEMBUATAN GEL EKSTRAK TERIPANG (

Holothuroidea

Sp.) DENGAN

PENAMBAHAN KITOSAN UNTUK PENGOBATAN

LUKA SAYAT

Abstrak

Teripang (

Holothuroidea Sp.

) adalah salah satu jenis hewan invertebrata

yang cukup sering dikonsumsi oleh manusia. Teripang yang memiliki kadar

nutrisi cukup tinggi kerap disebut sebagai imunomodulator dan diyakini dapat

membantu memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, sehingga penggunaannya

sebagai salah satu obat tradisional cukup populer. Sementara itu, kitosan yang

juga merupakan hasil olahan dari hewan laut golongan

Crustacea

juga dapat

memberikan efek penyembuhan tanpa efek samping yang berarti.Penelitian ini

bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak etanol teripang tanpa atau dengan

penambahan kitosan terhadap penyembuhan luka.

Teripang yang telah dibersihkan, dikeringkan di dalam lemari pengering

(± 50ºC), kemudian diserbuk dengan menggunakan blender, kemudian dilakukan

pengujian karakterisasi. Serbuk teripang dimaserasi dengan pelarut etanol 80%

selama 5 hari, diambil filtratnya, ampasnya ditambahkan dengan pelarut etanol

80% kembali dan didiamkan selama 2 hari kemudian dienap tuangkan. Maserat

yang diperoleh diuapkan dengan bantuan

rotary evaporator

(±50ºC) dan

dikeringkan dengan

freeze dryer

(±-40ºC). Ekstrak etanol teripang diformulasi

menjadi sediaan gel dengan HPMC, yakni sediaan gel teripang konsentrasi 1, 2,5,

dan 5%. Selanjutnya juga dibuat sediaan gel ekstrak teripang 1, 2,5, dan 5%

dengan penambahan kitosan masing-masing 1,4%. Lalu diuji efektivitasnya

terhadap kelinci yang dibuat luka sayat dengan diameter 2 cm.

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia teripang diperoleh kadar

air 9,86%, kadar sari yang larut dalam air 16,55%, kadar sari yang larut dalam

etanol 7,86%, kadar abu total sebesar 18,21%, kadar abu yang tidak larut dalam

asam 2,67%. Sediaan gel ekstrak teripang menyembuhkan luka sayat dengan

konsentrasi 1% (20 hari), 2,5% (20 hari), 5% (19,67 hari) dan sediaan yang diberi

kitosan dengan konsentrasi ekstrak teripang 1% (20 hari), 2,5% (19,67 hari), 5%

(19 hari), sedangkan dengan pemberian betadin salep (18 hari), basis gel (23 hari),

dan tanpa pengobatan (25 hari). Secara statistik dapat disimpulkan bahwa gel

ekstrak teripang baik dan tanpa penambahan kitosan efektif dalam mempercepat

penyembuhan luka.

(15)

GEL PREPARATION WITH SEA CUCUMBER (

Holothuroidea

Sp.)

EXTRACT WITH ADDITION OF CHITOSAN FOR WOUND HEALING

Abstract

Sea cucumbers (

Holothuroidea s

p.) are one type of invertebrate animals

are quite often consumed by humans. Sea cucumbers have high enough levels of

nutrients that are often referred to as an immunomodulator, which is known to

help repairing the damaged body's cells, therefore its use as a traditional medicine

is quite popular. Meanwhile, chitosan which is also produced from sea animal

Crustacean

group is also known to provide healing effects without significant side

effects. This study aims to test the effectiveness of sea cucumber extract ethanol

with the addition of chitosan on wound healing.

Sea cucumbers that have been cleaned then dried in the drying cabinet (±

50ºC ) for 1 month, then pulverized by using a blender and characterization was

tested. Sea cucumber powder macerated with 80% ethanol for 5 days, took the

filtrate, washed the waste with ethanol, the filtrate was kept for 2 days then poured

carefully. The macerat obtained with the aid of a

rotary evaporator

(± 50ºC) and

dried with

a freeze dryer

(± -40ºC). Extract was formulated into a gel with HPMC.

Further preparations sea cucumber gel concentration of 1, 2.5, and 5 % without

chitosan and 1, 2.5, 5% with the addition of chitosan 1,4% were tested for their

effectiveness on rabbits with diameter 2cm cut wounds.

Characterization test results showed that the simplicia powder of sea

cucumber contained 9.86% water, the levels of water-soluble extract 16.55%,

content of ethanol-soluble extract 7.86%, total ash content 18.21%, ash content of

insoluble in acid 2.67%. Sea cucumber extract gel preparation heal the cuts with a

concentration of 1% (20 days), 2.5% (20 days), 5% (19.67 days) and a dosage of

chitosan with sea cucumber extract concentration of 1% (20 days), 2 , 5% (19.67

days), 5% (19 days), while the administration of betadine ointment (18 days), the

base gel (23 days), and no treatment (25 days). Statistically it can be concluded

that the extract of sea cucumber gel, with and without the addition of chitosan, are

effective in accelerating wound healing.

(16)

BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit adalah suatu organ yang membungkus seluruh permukaan luar tubuh.

Keseluruhan kulit beratnya dapat mencapai sekitar 16 % berat tubuh, pada orang

dewasa sekitar 10 – 13,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya

kulit bervariasi, mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis

kelamin. Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh

diantaranya untuk bertahan dari berbagai kondisi lingkungan, sebagai barrier

terhadap infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi dan eskresi.Fungsi

proteksi kulit adalah melindungi kehilangan cairan elektrolit, trauma mekanik,

ultraviolet dan invasi mikroorganisme patogen (Harien, 2010). Kulit yang

mengalami luka akan terganggu fungsi proteksinya dimana salah satunya adalah

akibat dari luka sayat (vulnus scisum) yang dapat disembuhkan dengan pemberian obat

luka (Walton, 1990).

Teripang atau trepang adalah istilah yang diberikan untuk hewan invertebrata

timun laut (Holothuroidea) yang memiliki fungsi sebagai makanan, penambah stamina,

dan regenerasi jaringan.Teripang tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai

dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra

Pasifik Barat.Untuk wilayah Indonesia, teripang banyak ditemukan di perairan bagian

Tengah Indonesia, seperti di perairan Kalimantan.Produk teripang umumnya berasal dari

jenis-jenis teripang yang hidup di perairan dangkal, sampai kedalaman 50 meter

(17)

Teripang mempunyai nilai ekonomi penting karena kandungan atau kadar

nutrisinya yang tinggi. Dari hasil penelitian, kandungan nutrisi teripang dalam

kondisi kering terdiri dari protein sebanyak 82%, lemak 1,7%, kadar air 8,9%,

kadar abu 8,6%, dan karbohidrat 4,8% (Martoyo, dkk., 2006). Teripang kaya akan

grow factor sehingga dapat memperbaiki sel-sel rusak. Asam lemak esensial

mujarab merangsang sel hati untuk mengeluarkan antibodi, karena itu juga

teripang (gamat) kerap disebut imunomodulator.Karena kandungan kolagen yang

tinggi, teripang dapat meregenerasi sel secara singkat (Anonim, 2010). Penelitian

yang dilakukan oleh beberapa ilmuan Malaysia menemukan bahwa ada tiga jenis

zat antimikroba yang ditemukan pada spesies Holothuria atra, yaitu: atratoxin A,

atratoxin B1, dan atratoxin B2 (Ibrahim et al, 1992). Penelitian lain juga

menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari Holothuria atra memiliki aktivitas

antifungal yang sangat efektif terutama pada berbagai jenis jamur seperti

Saccharomyces lypolytica dan Candida lypolytica (Choo, 2004).

Kitosan adalah modifikasi dari senyawa kitin yang banyak terdapat dalam

kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang dan kepiting (Wardaniati dan

setyaningsih, 2009). Berbagai keunggulan biologis dari kitosan, diantaranya adalah

: Biokompatibel, polimer natural, biodegradable didalam tubuh, aman dan tidak

beracun. Selain itu, dapat berikatan dengan kuat terhadap sel mamalia sehingga

berefek regeneratif terhadap jaringan, mempercepat pembetukan osteoblast yang

berperan dalam pembentukan tulang, serta hemostatik (Dutta, et al., 2004). Kitosan

telah disarankan penggunaannya untuk membantu dalam proses penyembuhan

luka serta untuk mempercepat pertumbuhan jaringan sehat dan diferensiasi pada

kultur jaringan (Anand dan Horrocks, 1997).

Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

efek ekstrak teripang terhadap penyembuhan luka sayat serta kemampuan kitosan

(18)

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak teripang (Holothuroidea Sp.) memberikan efek terhadap

penyembuhan luka sayat?

2. Apakah dengan penambahan kitosan dalam sediaan gel ekstrak teripang akan

memberikan pengaruh terhadap penyembuhan jaringan yang mengalami luka?

1.3 Hipotesis

1. Ekstrak teripang memberikan efek penyembuhan terhadap jaringan yang

mengalami luka sayat.

2. Kitosandalam sediaan gel ekstrak teripang dapat mempercepat penyembuhan

jaringan yang mengalami luka.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Membuat dan menguji sediaan topikal gel yang mengandung ekstrak teripang

pada penyembuhan luka sayat.

2. Mengetahui pengaruh kitosan dalam sediaan gel ekstrak teripang terhadap proses

penyembuhan jaringan yang mengalami luka.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Pengembangan pengetahuan tentang ekstrak teripang yang dibuat sebagai sediaan

topikal gel dengan maupun tanpa penambahan kitosan dapat memberikan efek

regenerasi dan penyembuhan jaringan yang mengalami luka sayat.

2. Aplikasi di lapangan untuk industri farmasi sebagai salah satu jenis formulasi

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Hewan

Teripang (Holothurioidea, Echinodermata) merupakan salah satu kelompok biota

laut yang spesifik dan mudah dikenal.Bentuk tubuh teripang secara umum adalah

silindris, memanjang dari ujung mulut ke arah anus (orally-aborally). Mulut terletak di

ujung bagian depan (anterior), dan anus di ujung bagian belakang (posterior). Seperti

pada Echinodermata umumnya, tubuh teripang adalah berbentuk simetri lima belahan

menjari (pentamerous radial symmetry) dengan sumbu aksis mendatar (horizontal).

Namun bentuk simetri tersebut termodifikasi oleh lempeng tegak (dorsoventral plane)

sehingga nampak sebagai belahan simetri (bilateral symmetry). Seperti halnya

Echinodermata lain, selain radial simetri tersebut, karakteristik lain adalah adanya bentuk

skeleton dan sistem saluran air (water-vascular system). Skeleton pada teripang

termodifikasi dalam bentuk spikula yang mikroskopis dan tersebar dalam seluruh dinding

tubuh.Bentuk spikula tersebut sangat penting dalam identifikasi jenis teripang (Darsono,

2007).

Famili Holothuroidea yang telah berhasil diidentifikasi lebih kurang 1200

spesies teripang. Meskipun memiliki eksoskeleton, teripang rawan terhadap predator jika

dibandingkan dengan hewan laut lainnya.Hal ini menunjukkan bahwa teripang memiliki

zat kimia sebagai mekanisme pertahanan (Fusetani, 2004). Teripang mengandung

berbagai metabolit sekunder polar maupun non-polar yang dapat digunakan untuk

penemuan obat baru (Paul dan williams, et al, 2008). Zat-zat tersebut umumnya

digunakan untuk meningkatkan daya tahan, konstipasi, dan lain lain (Hamel dan Mercier,

(20)

Di pasaran internasional, semua jenis teripang tersebut dikenal dengan namateat

fish. Nama-nama teripang di tiap-tiap negara juga berbeda-beda, di Indonesia nama

lokalnya adalah teripang (timun laut), Malaysia namanya trepang atau gamat, Hongkong

namanya haisom, India namanya attai dan Jerman namanya seegueke (Martoyo, dkk.,

2006). Identifikasi teripang yang diteliti hasil Pusat Penelitian Oseanografi (Puslit

Oseanografi LIPI) adalah sebagai berikut: (Tehranifard dan Rahimibashar, 2012)

Filum : Echinodermata

Sub-filum : Echinozoa

Kelas : Holothuroidea

Sub-kelas : Aspidochoritacea

Bangsa : Aspidochirotida

Suku : Holothuriidae

Marga : Holothuria

Jenis : Holothuria atra

Teripang dapat ditemukan hampir di seluruh perairan pantai, mulai dari daerah

pasang-surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam.Teripang lebih menyukai

perairan yang jernih dan airnya relatif tenang.Umumnya, masing-masing jenis memiliki

habitat yang spesifik.Dihabitatnya, terdapat jenis teripang yang hidup berkelompok dan

ada pula yang hidup soliter (sendiri). Sumber utama makanan teripang di alam yaitu:

kandungan zat organik dalam lumpur, detritus (sisa pembusukan bahan organik), dan

plankton. Jenis makanan lain adalah organisme-organisme kecil, protozoa, alga, rumput

laut, dan potongan-potongan kecil hewan maupun tumbuhan laut serta partikel-partikel

pasir.Penyebaran teripang di Indonesia sangat luas. Beberapa daerah penyebaran antara

(21)

Bengkulu, Bangka, Riau dan sekitarnya, Belitung, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Timor

dan kepulauan seribu (Martoyo, dkk., 2006).

Di China, teripang telah dimanfaatkan sebagai pengobatan sejak zaman dinasti

Ming sebagai obat untuk penyakit ginjal, konstipasi, kurang darah (anemia), kencing gula

(diabetes), dan sebagainya. Organ dalam (viscera) diketahui memiliki fungsi untuk

mengobati penyakit ayan (epilepsi) dan untuk pencegahan luka (tukak) (Anonim,

1991).Kandungan zat aktif yang terdapat pada Holothuria atra adalah Steroidal

sapogenins, (Phosphate-buffered saline [PBS]), Sulfated triterpene glycosides

[Hemoiedemosides A dan B], Triterpene glycoside [patagonicoside A], Triterpene

glycoside [holothurin B (saponin)], Holostan-type triterpene glycosides [marmoratoside

A, impatienside A dan bivittoside D], Bioactive peptides (Sara, et al, 2011). Meskipun

banyak zat-zat berkhasiat obat berasal dari beberapa organisme laut telah diketahui

ratusan tahun, tapi eksplorasi laut sebagai sumber obat-obatan hampir tidak pernah

berlanjut (Darsono, 1993).

Kandungan lemak total yang ada pada Holothuria atra adalah 0,99% dan 57,04%

diantaranya adalah merupakan asam lemak jenuh, 4,31% merupakan asam lemak tak

jenuh rantai tunggal, serta 38,64% merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang.

Dengan kandungan asam lemak yang cukup tinggi, Holothuria atra diyakini dapat

menjadi salah satu bahan kajian untuk penelitian tentang penyembuhan luka pada

jaringan kulit.Asam lemak Omega-3, termasuk eicosapentaenoic acid (EPA) dan

docosahexaenoic acid (DHA) merupakan antiinflamasi dengan efek yang cukup luas.Zat

tersebut menstimulasi sistem imun dengan meningkatkan kerja sel-T dan sel pertahanan

tubuh.Oleh sebab itu, asam lemak Omega-3 memiliki peran yang penting dalam

(22)

Dari sekian banyak asam lemak tak jenuh rantai panjang yang berasal dari

teripang, asam arachidonat merupakan zat prekursor dari eicosanoid dan komponen

utama dalam pembentukan sel. Hal tersebut sangat membantu untuk

pembentukan jaringan dan pembekuan darah yang berguna dalam proses penyembuhan

luka. Hal ini mendukung tradisi dari penduduk Asia yang

Gambar 2.1 Hemoiedemosides A Gambar 2.2 Hemoiedemosides B

Gambar 2.3 Patagonicoside A Gambar 2.4 Holothurin B

(23)

menggunakannya sebagai obat tradisional untuk luka sayat dan luka bakar. Ditambah lagi

dengan adanya kandungan EPA dan DHA yang cukup tinggi sehingga sangat membantu

mengurangi resiko koroner jantung.(Sara, et al, 2011)

Ekstrak alkohol dari Holothuria atra terbukti menghambat bakteri patogen yang

umumnya menyerang manusia, seperti: K. pneumonia, E. coli, L. monocytogenes and S.

aureus. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan triterpen glikosida yang terdapat

pada teripang. (Isaac dan Lipton, 2014)

2.2 Kitosan

Kitin adalah polisakarida yang paling melimpah di alam, yang kedua setelah

selulosa. Monomer-monomer N-asetilglukosamin dihubungkan oleh ikatan β-1,4

glikosida. Biopolimer polikationik ini merupakan komponen eksoskleton krustasea dan

serangga, serta pada beberapa fungi. Sumber utama kitin untuk industri adalah limbah

kulit udang, lobster, dan kepiting, yang mana limbah-limbah tersebut mengandung

senyawa kitin sebanyak 70% (Felt, et al., 1998)

(24)

Turunan kitin yang diperoleh dengan cara diasetilasi kitin dinamakan kitosan.

Dikarenakan kitosan memiliki sifat biologi yang disukai seperti: tidak toksik,

biokompatibilitas dan biodegradabilitas, sehingga kitosan menarik perhatian yang besar

dalam bidang farmasetikal dan biomedis. Secara biomedis, kitosan dilaporkan memiliki

sifat-sifat farmakologi seperti aksi hipokolesterolemik, antasida dan aktivitas antiulkus.

Sebagai tambahan, karakter polikationik memberikan kitosan kemampuan untuk

mengikat dengan kuat beberapa sel-sel mamalia (Felt, et al., 1998)

Kitosan belakangan ini telah digunakan untuk berbagai keperluan didalam

berbagai bidang seperti bidang pertanian, industri, dan juga pengobatan (Suzuki, et al,

1986).Kitosan ditemukan dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas biologis seperti

meningkatkan kekuatan jahitan pada daerah luka pada tikus dan juga kelinci.(Nakajima,

et al, 1985). Hal ini menunjukkan bahwa kitosan dapat digunakan untuk mempercepat

penyembuhan luka, dan yang lebih penting, secara umum tidak ditemukan adanya efek

samping yang merugikan (Sapelli et al, 1986)

Kitosan adalah polisakarida yang berasal dari turunan kitin yang memiliki aktivitas

antibakteri spektrum luas terhadap bakteri gram negatif. Terdapat tiga teori yang

menjelaskan mekanisme kerja kitosan sebagai antibakteri, diantaranya adalah:

(25)

• Interaksi antara molekul muatan positif kitosan dengan sel mikroba yang

bermuatan negatif

• Pengikatan kitosan dengan DNA mikroba

• Pembentukan chelat dan pengikatan terhadap nutrisi esensial bagi pertumbuhan

mikroba

Dari ketiga teori diatas, yang paling diterima secara umum adalah teori interaksi antara

molekul muatan positif kitosan dengan sel mikroba yang bermuatan negatif. Teori ini

menjelaskan bahwa interaksi terjadi karena adanya gaya elektrostatik antara gugus NH+

dengan bagian negatif dari dinding sel mikroba. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan oleh

kompetisi yang terjadi dengan Ca2+ untuk berikatan dengan bagian elektronegatif pada

permukaan membran. Interaksi ini menyebabkan dua kemungkinan yang akan terjadi:

• Terjadinya perubahan permeabilitas pada dinding membran sehingga

mengacaukan keseimbangan osmotis didalam sel.

• Terjadinya hidrolisis peptidoglikan pada dinding sel mikroorganisme sehingga

memicu bocornya kandungan elektrolit intraseluler. (Rejane, et al, 2009)

2.3 Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.Terdiri dari epitel

berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.Tebal

epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan

dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.Terjadi

regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling

atas sampai yang terdalam) :

1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

2. Stratum lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal

(26)

3. Stratum granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya

ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan

granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel

langerhans.

4. Stratum spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,

dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk

mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.

5. Stratum basale (stratum germinativum). Terdapat aktivitas mitosis yang hebat

dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan

(Harien,2010).

Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan dan

keganasan. Luka dapat diklasifikasikan dalam 2 bagian :

1. Luka akut : merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan

dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria

luka akut adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu

yang diperkirakan. Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk, luka operasi

2. Luka kronik : luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren)

dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan

oleh masalah multifaktor dari penderita. Pada luka kronik, luka gagal sembuh

pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya

tendensi untuk timbul kembali. Contoh : ulkus diabetik, Ulkus venous, dll.

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki

kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah

kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis

kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase inflamasi, fase

(27)

Pada fase inflamasi atau fase satu, fase ini ditandai dengan adanya eritrema,

hangat pada kulit, udema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4

setelah terjadinya luka.terjadi peningkatan aliran darah ke daerah luka. Bersamaan

dengan aliran darah, terjadi juga aliran fibrin untuk menutup pembuluh darah yang luka

dan melindungi adanya infeksi bakteri.Pada fase ini, juga terjadi pengerahan sel darah

putih, monosit, dan makrofag yang berfungsi untuk memakan mikroorganisme dan sisa

sel-sel yang mati.Fase berikutnya adalah fase proliferasi (perlekatan).Fase ini umumnya

berlangsung pada hari ke-5 sampai ke-20.Pada fase ini fibroblas membentuk kolagen dan

jaringan ikat. Di sini juga terjadi pembentukan kapiler baru yang dimulai saat terjadi

peradangan (Dewi, dkk., 2013). Proses ini sangat penting, karena tidak ada jaringan baru

yang dapat dibentuk tanpa suplai oksigen dan nutrient yang dibawa oleh pembuluh darah

yang baru (Boyle, 2009). Proses ini menandakan terjadinya kesembuhan yang dimulai

dari adanya pertumbuhan kapiler dan pertumbuhan jaringan granula yang dimulai dari

dasar luka. Proses granulasi berjalan seiring dengan proses reepitelisasi. Sampai pada

tahap akhir proses ini akan terjadi proses epitelisasi pada permukaan luka. Luka akan

berkembang menjadi keropeng yang terdiri dari plasma yang bercampur dengan sel-sel

mati (Dewi, dkk., 2013).

Fase selanjutnya adalah fase pematangan atau fase diferensiasi atau fase

remodeling

yang dapat berlangsung di atas 21 hari sampai lebih dari 2 bulan

bahkan beberapa tahun setelah luka. Pada fase ini terjadi ikatan kolagen yang

mengawetkan jaringan bekas luka dan proses epitelisasi yang melapisi kulit

(Dewi, dkk., 2013).

2.4 Gel

(28)

kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase

terdispersi (Ansel, 1989). Zat-zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat

dalam granulasi, koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral

dan sebagai basis supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada

produk obat-obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri.

Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan

pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007). Gel satu fase adalah gel yang

makromolekulnya tersebar keseluruh bagian cairan hingga tidak terlihat ada batas

diantaranya. Jika masa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang

berbeda, maka gel ini dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 1989).

Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik

meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta

bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa,

karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan

gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau

diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel

(Lachman., dkk, 1994).

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik.

1. Dasar gel hidrofobik

(29)

2. Dasar gel hidrofilik

Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang

besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.

Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih

mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel

hidrofilik umummnya terdiri dariair, bahan pengembang, humektan dan bahan

pengawet (Voigt, 1994).

2.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga

terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut tertentu. Proses

ekstraksi akan menghasilkan ekstrak. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh

dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan (Depkes, 2000). Penguapan ekstrak

dilakukan dengan penguapan vakum putar pada suhu tidak lebih dari 40ºC dalam suasana

tekanan dikurangi (Harborne, 1987)

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu :

A. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

(30)

B. Cara panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut terbatas dengan adanya pendingin balik.

2. Digesti

Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi

dari temperatur ruangan , yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40 -

50ºC.

3. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan

menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah

pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana

infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur terukur 96 - 98ºC) selama

waktu tertentu (15 – 20 menit)

5. Dekok

Dekok adalah infus dalam waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan temperatur

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan penelitian

yaitu,pembuatan ekstrak teripang, karakterisasi simplisia, pembuatan formula sediaan,

evaluasi formula, pengujiaan sediaan gel ekstrak teripang pada hewan uji. Pengamatan

efek penyembuhan luka sayat dilakukan secara visual terhadap diameter luka sayat dan

analisis statistik.

3.1 Alat-alat yang Digunakan

Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

laboratorium, pipet tetes, kertas saring, aluminium foil, kaca penutup, vial, botol

bersumbat, seperangkat alat destilasi, seperangkat alat penetapan kadar air, eksikator,

oven listrik, neraca analitik, neraca kasar, penangas air, blender, lemari pengering, rotary

evaporator, dan jangka sorong, pH meter (HANNA instrument),pinset bedah, pisau cukur,

tanur, viskometer Brookfiled

3.2 Bahan-bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teripang (Holothuroidea

atra), aquadest, lidokain HCl injeksi, etanol, HPMC 4000, Propilen glikol, metil paraben,

propil paraben, kitosan, asam asetat, hewan uji kelinci.

3.3 Pembuatan Ekstrak Teripang

Teripang dicuci terlebih dahulu dari kotoran dengan cara mencucinya di bawah

(32)

Langkah selanjutnya adalah mengeluarkan isi perut dengan cara memijat-mijat

sehingga isi perut dan air dapat keluar melalui anus sehingga tubuh teripang menjadi

gepeng. ditiriskan, kemudian ditimbang beratnya. Setelah itu dipotong-potong dengan

ukuran ± 1.5x1.5 cm, lalu dikeringkan di lemari pengering dengan suhu ± 50ºC hingga

kering.Teripang yang sudah kering disebut simplisia teripang.Simplisia kemudian

diekstraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 80%. Maserasi

dilakukan selama 5 hari sambil diaduk sesering mungkin kemudian diambil filtratnya,

kemudian ditambahkan dengan jumlah pelarut yang sama dan di maserasi selama 2 hari,

lalu diambil filtratnya. Hasil maserasi dipekatkan dengan bantuan alat penguap rotavapor

pada temperatur tidak lebih dari 50ºC sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian

dikeringkan dengan menggunakan Freeze Dryer (± - 40ºC).

3.4 Karakterisasi Simplisia

3.4.1 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi (destilasi toluen).

Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung, tabung penerima

5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik.

Cara kerja :

Dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat, lalu

didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan

dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml. Kemudian ke dalam

labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu

dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur

lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan

tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik.Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam

(33)

penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah

sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang

dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air

dihitung dalam persen (WHO, 1992; Direktorat Jendral POM, 1995).

3.4.2 Penetapan kadar sari larut air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml

air-kloroform (2,5 ml air-kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu bersumbat

sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu

disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap

yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot

tetap.Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan (WHO, 1992; Direktorat Jendral POM, 1995).

3.4.3 Penetapan kadar sari larut etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol

96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian

dibiarkan selama 18 jam.Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan

etanol.Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang

berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai

bobot tetap.Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan

yang telah dikeringkan (WHO, 1992; Direktorat Jendral POM, 1995).

3.4.4 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk simplisia dimasukkan dalam krus porselin yang telah

dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis,

(34)

saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat

ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang.Kadar abu dihitung terhadap

bahan yang telah dikeringkan (WHO, 1992; Direktorat Jendral POM, 1995).

3.4.5 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam

klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring

melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan, kemudian didinginkan

dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung

terhadap bahan yang telah dikeringkan (WHO, 1992; Direktorat Jendral POM, 1995).

3.5 Pembuatan Formula Sediaan

3.5.1 Pembuatan basis gel

Basis gel rmenurut Soeratri (2004), adalah sebagai berikut:

Hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) 2,75 g

Propilenglikol 20 g

Metil paraben 0,15 g

Propil paraben 0,05 g

Air suling 77,05 g (ad 100 g)

Cara pembuatan: HPMC didispersikan terlebih dahulu dengan cara menaburkan

secara merata dalam pelarut, lalu didiamkan selama 24 jam. Pada waktu tersebut HPMC

telah terbasahi dengan sempurna, ditandai tidak adanya gelembung udara. Metil paraben

dan propil paraben dilarutkan dalam propilenglikol, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit

ke dalam HPMC yang terdispersi dengan baik, lalu ditambahkan dengan air suling hingga

(35)

3.5.2 Pembuatan sediaan gel ekstrak teripang

Basis gel yang telah dibuat kemudian ditambahkan ekstrak teripang dan digerus

hingga homogen. Sementara itu, dengan prosedur yang sama dibuat juga sediaan gel

ekstrak teripang + kitosan dengan cara melarutkan kitosan dalam asam asetat hingga

larut. Larutan kitosan tersebut dicampurkan dengan sediaan gel yang sudah mengandung

ekstrak teripang sambil digerus hingga merata.

3.6 Evaluasi Formula

Evaluasi formula meliputi evaluasi fisik dan biologi. Evaluasi fisik meliputi

pemeriksaan stabilitas sediaan, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan pH, organoleptis,

dan viskositas selama 90 hari, yaitu pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari. Evaluasi

biologi meliputi pemeriksaan efektivitas sediaan gel ekstrak teripang terhadap

penyembuhan luka sayat.

3.6.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan

Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan meliputi bentuk, warna, dan bau yang

diamati secara visual (Suardi, dkk., 2008).Sediaan dinyatakan stabil apabila warna, bau,

dan penampilan tidak berubah secara visual selama penyimpanan.pengamatan di lakukan

pada suhu kamar pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28 dan 90.

3.6.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Cara: sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada dua keping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak

terlihat adanya butiran kasar (Direktorat Jendral POM, 1985). Pengamatan di lakukan

pada suhu kamar pada hari ke-0, 3, 7, 14, 21, 28 dan 90.

(36)

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan mengunakan pH meter.

Cara: alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH

netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH

tersebut, elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel

dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100

ml air suling, kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat

menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan

harga pH sediaan (Rawlins, 2003). Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada hari

ke-0, 7, 14, 21, 28 dan 90.

3.6.4 Penentuan viskositas sediaan

Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer Brookfield.

Cara: sediaan dimasukkan kedalam gelas sampai mencapai volume 100 ml, lalu spindel

diturunakan hingga spindel tercelup ke dalam formulasi. Selanjutnya alat dihidupkan

dengan menekan tombol ON.Kecepata spindel diatur, kemudian dibaca skalanya (dial

reading) dimana jarum merah yang bergerak telah stabil.Nilai viskositas (ɳ) dalam

sentipoise (cps) diperoleh dari hasil perkalian skala baca (dial reading) dengan faktor

koreksi (f) khusus untuk masing- masing kecepatan spindel. Pengamatan dilakukan pada

suhu kamar pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28 dan 90.

3.7 Pengujian Sediaan Gel Ekstrak Teripang Pada Hewan Uji

Pengujian efek penyembuhan luka sayat dilakukan berdasarkan metode oleh

Stefan dan Heiko (2000).Kelinci yang digunakan dicukur bulunya terlebih dahulu bagian

punggungnya, dibersihkan dengan alcohol 70% dan diinjeksi dengan lidokain HCl

dengan dosis 1 ml. Hewan kemudian disayat dengan kedalaman subkutan dengan

(37)

seperti : tanpa perlakuan (blanko) , diberikan gel ekstrak teripang 1, 2,5 , 5% dengan

penambahan kitosan, dan diberikan gel ekstrak teripang 1, 2,5, 5% tanpa kitosan, serta

diberikan sediaan povidon iodum yang ada dipasaran sebagai pembanding setiap 24 jam.

Pengujian dilakukan dengan mengukur lama penyembuhan luka dan dinyatakan sembuh

apabila luka yang diukur memiliki kriteria seperti :

1. Diukur dengan jangka sorong menunjukkan 0 cm

2. Tidak mengalami bengkak

3. Tidak timbul adanya kemerahan (rubor)

3.8 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS (Statistical

Product and Service Solution) versi 18.Pertama data dianalisis menggunakan metode

Kolmogorov Smirnov untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya.Kemudian

dilanjutkan analisis dengan menggunakan metode One Way ANOVA untuk menentukan

perbedaan rata-rata diantara kelompok.Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan

menggunakan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar setiap

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi hewan yang dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi (Puslit

Oseanografi LIPI) menunjukkan bahwa bahan uji termasuk spesies Holothuria atra suku

Holothuriidae.

4.2Hasil Karakterisasi Simplisia

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia diperoleh kadar air sebesar

9,89% , kadar sari yang larut dalam air sebesar 13,83%, kadar sari yang larut dalam

etanol sebesar 17,63%, kadar abu total sebesar 3,59%, kadar abu yang tidak larut dalam

asam sebesar 0,66%.

Hasil penetapan kadar air simplisia dari Holothuria atra memenuhi persyaratan

yaitu tidak melebihi 10%. Kadar air yang melebihi persyaratan yang telah ditentukan

dapat memicu terjadinya pertumbuhan jamur.

Hasil karakterisasi simplisia lain seperti penetapan kadar sari yang larut dalam

etanol, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar abu total, dan

penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam untuk simplisia Holothuria atra belum

ada literatur yang mencantumkannya sehingga tidak mempunyai standarisasi

4.3 Hasil Evaluasi Sediaan

4.3.1 Hasil pemeriksaan organoleptis

(39)

diformulasikan dengan berbagai konsentrasidan dengan penambahan kitosan

[image:39.595.114.510.194.372.2]

menghasilkan karakteristik seperti yang tertera pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1Data pemeriksaan organoleptis sediaan gel ekstrak teripang

Formula Penampilan

Warna Bau Konsistensi F0 bening khas HPMC semi padat F1 Jingga kekuningan amis semi padat

F2 Jingga kekuningan amis semi padat F3 Jingga kekuningan amis semi padat F4 Jingga kekuningan amis semi padat F5 Jingga kekuningan amis semi padat F6 Jingga kekuningan amis semi padat

Keterangan: F0: basis gel, F1: gel ekstrak teripang 1%, F2: gel ekstrak teripang 2,5%, F3: gel ekstrak teripang 5%, F4: gel ekstrak teripang 1% + kitosan, F5: Gel ekstrak teripang 2,5% + kitosan, F6: Gel ekstrak teripang 5% + kitosan

Sediaan formula 2 dan 3 memiliki penampilan yang sama yaitu warna jingga

kekuningan sedikit lebih muda dan konsistensi lebih encer dibandingkan formula

4warnanya sedikit lebih tua dengan konsistensi yang lebih padat. Penambahan kitosan

tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata secara organoleptis. Hasil pemeriksaan

organoleptis sediaan gel menunjukkan bahwa semua sediaan gel tidak mengalami

perubahan yang berarti dari segi penampilan sediaan baik warna, bau maupun

konsistensinya setelah penyimpanan selama 90 hari. Hal ini menunjukkan bahwa dari

(40)

4.3.2 Hasil pengamatan homogenitas sediaan

Hasil pengamatan homogenitas dari semua sediaan adalah homogen, hasilnya dapat

dilihat pada Tabel 4.2 dan gambarnya pada Lampiran 5.Uji homogenitas bertujuan untuk

[image:40.595.114.514.263.384.2]

melihat dan mengetahui bahan-bahan sediaan gel apakah terdistribusi secara merata.

Tabel 4.2 Data pengamatan homogenitas sediaan

Keterangan: F0: basis gel, F1: gel ekstrak teripang 1%, F2: gel ekstrak teripang 2,5%, F3: gel ekstrak teripang 5%, F4: gel ekstrak teripang 1% + kitosan, F5: Gel ekstrak teripang 2,5% + kitosan, F6: Gel ekstrak teripang 5% + kitosan. (-) = homogen, (+) = tidak homogen

4.3.3 Hasil penentuan pH sediaan

Penentuan pH gel ekstrak teripangdilakukan dengan menggunakan pH meter

yang untuk seluruh sediaan. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali. Hasilnyadapat

dilihat pada Tabel 4.3. Hasil penelitian dari nilai pHgel ekstrak teripang diperoleh

berkisar antara 5,7- 6,0, dimananilai pH dari sediaan tersebut cenderung stabil. Penurunan

nilai pH pada suatu sediaan bisa dipengaruhi oleh lingkungan seperti gas-gas di udara

yang bersifat asam yang masuk dalam sediaan gel.Kenaikan nilai pH dipengaruhi oleh

adanya mikroba di dalam sediaan(Ida dan Noer, 2012).

Sediaan Lama Pengamatan (hari)

0 7 14 21 28 90

F0 - - - - - -

F1 - - - - - -

F2 - - - - - -

F3 - - - - - -

F4 - - - - - -

F5 - - - - - -

(41)
[image:41.595.113.511.114.245.2]

Tabel 4.3 Data pengukuran pH

Sediaan Nilai pH Rata-rata Pada Hari Ke

0 7 14 21 28 90 F0 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,4 F1 5,9 5,9 5,9 5,9 5,9 6,0 F2 5,9 5,9 5,9 5,9 5,9 6,0 F3 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 F4 5,7 5,7 5,7 5,7 5,8 5,8 F5 5,7 5,7 5,7 5,7 5,8 5,8 F6 5,7 5,7 5,7 5,7 5,8 5,8

Keterangan: F0: basis gel, F1: gel ekstrak teripang 1%, F2: gel ekstrak teripang 2,5%, F3: gel ekstrak teripang 5%, F4: gel ekstrak teripang 1% + kitosan, F5: Gel ekstrak teripang 2,5% + kitosan, F6: Gel ekstrak teripang 5% + kitosan

4.3.4 Hasil penentuan viskositas sediaan

Hasil penentuan viskositasgel ekstrak teripangdilakukan menggunakan

viskometer Brookfield pada seluruh sediaan. Pengamatan dilakukan dengan tiga kali

pengulangan. Hasil penentuan viskositas sediaan dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 4.4 Data pengukuran viskositas

Sediaan Nilai viskositasrata-rata pada hari ke (Poise)

0 7 14 21 28 90 F0

3,7

3,7

3,7

3,7

3,7

3,7

F1

3,62

3,62

3,62

3,62

3,62

3,62

F2

3,22

3,22

3,22

3,22

3,22

3,22

F3

2,92

2,92

2,92

2,92

2,92

2,92

F4

3,32

3,32

3,32

3,32

3,32

3,32

F5

3,15

3,15

3,15

3,15

3,15

3,15

F6

2,80

2,80

2,80

2,80

2,80

2,80

[image:41.595.114.511.494.623.2]
(42)

4.4 Hasil Uji Penyembuhan Luka Sayat

Uji efektivitas gel ekstrak teripang terhadap kelinci dilakukan 1 kali sehari. Luka

pada hewan uji dinyatakan sembuh ditandai dengan perubahan diameter luka yang

semakin mengecil.Data hasil perubahandiameter luka dapat dilihat pada Tabel 4.5.Pada

tabel tersebut dapat dilihat adanya pengurangan diameter luka sayat oleh masing-masing

perlakuan. Dimana pada Betadine salep, pengurangan diameter luka sayat pada hari ke-1

adalah 0,03 cm dan hari ke-17 adalah 1,76 cm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

pengurangan diameter luka relatif cepat. Hal ini disebabkan oleh Betadine yang

mengandung bahan aktif povidone iodine yang berfungsi sebagai antibakteri spektrum

[image:42.595.111.517.380.739.2]

luas (Jayaraja, et al., 2009)

Tabel 4.5 Data perbandingan rata-rata hasil perubahan diameter luka F1 dan F4

Hari ke- Diameter rata-rata luka (cm)

+ - F0 F1 F4

0 2,00± 0,00 2,00 ± 0,00 2,00 ± 0,00 2,00 ± 0,00 2,00 ± 0,00

1 1,97 ± 0,02 2,00 ± 0,00 1,99 ± 0,01 1,96 ± 0,02 1,97 ± 0,02

2 1,89 ± 0,01 2,00 ± 0,00 1,97 ± 0,02 1,90 ± 0,03 1,94 ± 0,01

3 1,78 ± 0,01 1,99 ± 0,01 1,94 ± 0,01 1,85 ± 0,03 1,89 ± 0,01

4 1,71 ± 0,01 1,98 ± 0,00 1,89 ± 0,01 1,80 ± 0,02 1,81 ± 0,02

5 1,66 ± 0,01 1,94 ± 0,01 1,86 ± 0,06 1,75 ± 0,02 1,75 ± 0,02

6 1,60 ± 0,01 1,87 ± 0,01 1,84 ± 0,06 1,69 ± 0,01 1,66 ± 0,03

7 1,51 ± 0,01 1,83 ± 0,03 1,80 ± 0,05 1,63 ± 0,01 1,52 ± 0,02

8 1,45 ± 0,02 1,81 ± 0,04 1,76 ± 0,07 1,57 ± 0,02 1,41 ± 0,03

9 1,32 ± 0,03 1,78 ± 0,05 1,64 ± 0,04 1,50 ± 0,03 1,28 ± 0,03

10 1,15 ± 0,05 1,76 ± 0,04 1,54 ± 0,01 1,37 ± 0,02 1,22 ± 0,02

(43)

12 0,90 ± 0,06 1,66 ± 0,05 1,31 ± 0,03 1,06 ± 0,03 1,08 ± 0,03

13 0,79 ± 0,07 1,55 ± 0,03 1,24 ± 0,01 0,95 ± 0,03 0,94 ± 0,01

14 0,60 ± 0,10 1,40 ± 0,07 0,98 ± 0,08 0,87 ± 0,02 0,80 ± 0,03

15 0,48 ± 0,07 1,19 ± 0,06 0,82 ± 0,02 0,76 ± 0,03 0,68 ± 0,02

16 0,32 ± 0,09 1,05 ± 0,04 0,76 ± 0,03 0,59 ± 0,01 0,54 ± 0,01

17 0,17 ± 0,10 0,85 ± 0,04 0,63 ± 0,03 0,47 ± 0,02 0,46 ± 0,02

18 0 0,75 ± 0,03 0,51 ± 0,02 0,34 ± 0,01 0,34 ± 0,01

19 0 0,65 ± 0,02 0,40 ± 0,03 0,22 ± 0,02 0,22 ± 0,03

20 0 0,52 ± 0,02 0,36 ± 0,02 0 0

21 0 0,44 ±0,03 0,31 ± 0,02 0 0

22 0 0,37 ± 0,01 0,22 ± 0,02 0 0

23 0 0,31 ± 0,02 0 0 0

24 0 0,24 ± 0,01 0 0 0

25 0 0 0 0 0

(44)
[image:44.595.112.514.82.479.2]

Gambar 4.1 Grafik perbandingan perubahan diameter luka F1 dan F4

Tabel 4.6 Data perbandingan rata-rata hasil perubahan diameter luka F2 dan F5

Hari ke- Diameter rata-rata luka (cm)

+ - F0 F2 F5

0 2,00± 0,00 2,00 ± 0,00 2,00 ± 0,00 2,00 ± 0,00 2,00 ± 0,00

1 1,97 ± 0,02 2,00 ± 0,00 1,99 ± 0,01 1,95 ± 0,02 1,96 ± 0,01

2 1,89 ± 0,01 2,00 ± 0,00 1,97 ± 0,02 1,89 ± 0,03 1,91 ± 0,02

3 1,78 ± 0,01 1,99 ± 0,01 1,94 ± 0,01 1,83 ± 0,03 1,86 ± 0,02

0 0.5 1 1.5 2 2.5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Cm

Hari

Kontrol positif Basis gel

Tanpa perlakuan Gel ekstrak teripang 1%

[image:44.595.109.520.585.737.2]
(45)

4 1,71 ± 0,01 1,98 ± 0,00 1,89 ± 0,01 1,79 ± 0,01 1,78 ± 0,01

5 1,66 ± 0,01 1,94 ± 0,01 1,86 ± 0,06 1,74 ± 0,01 1,70 ± 0,02

6 1,60 ± 0,01 1,87 ± 0,01 1,84 ± 0,06 1,68 ± 0,03 1,62 ± 0,03

7 1,51 ± 0,01 1,83 ± 0,03 1,80 ± 0,05 1,62 ± 0,02 1,49 ± 0,01

8 1,45 ± 0,02 1,81 ± 0,04 1,76 ± 0,07 1,55 ± 0,01 1,34 ± 0,05

9 1,32 ± 0,03 1,78 ± 0,05 1,64 ± 0,04 1,49 ± 0,01 1,23 ± 0,03

10 1,15 ± 0,05 1,76 ± 0,04 1,54 ± 0,01 1,33 ± 0,01 1,13 ± 0,03

11 1,02 ± 0,04 1,74 ± 0,04 1,51 ± 0,04 1,17 ± 0,02 1,04 ± 0,01

12 0,90 ± 0,06 1,66 ± 0,05 1,31 ± 0,03 1,04 ± 0,01 0,94 ± 0,01

13 0,79 ± 0,07 1,55 ± 0,03 1,24 ± 0,01 0,94 ± 0,01 0,84 ± 0,01

14 0,60 ± 0,10 1,40 ± 0,07 0,98 ± 0,08 0,80 ± 0,03 0,77 ± 0,02

15 0,48 ± 0,07 1,19 ± 0,06 0,82 ± 0,02 0,67 ± 0,02 0,67 ± 0,02

16 0,32 ± 0,09 1,05 ± 0,04 0,76 ± 0,03 0,58 ± 0,00 0,54 ± 0,01

17 0,17 ± 0,10 0,85 ± 0,04 0,63 ± 0,03 0,46 ± 0,02 0,44 ± 0,01

18 0 0,75 ± 0,03 0,51 ± 0,02 0,32 ± 0,02 0,33 ± 0,03

19 0 0,65 ± 0,02 0,40 ± 0,03 0,23 ± 0,03 0,15 ± 0,08

20 0 0,52 ± 0,02 0,36 ± 0,02 0 0

21 0 0,44 ±0,03 0,31 ± 0,02 0 0

22 0 0,37 ± 0,01 0,22 ± 0,02 0 0

23 0 0,31 ± 0,02 0 0 0

24 0 0,24 ± 0,01 0 0 0

25 0 0 0 0 0

(46)

Basis gel diberikan pada luka memberikan efek pengurangan diameter luka pada

hari ke-1 adalah 0,01 cm dan pada hari ke-22 adalah 1,78 cm. Pengurangan diameter luka

[image:46.595.114.511.188.558.2]

relatif lambat karena tidak ada zat aktif dalam basis gel yang digunakan.

Gambar 4.2 Grafik perbandingan perubahan diameter luka F2 dan F5

Pada kelinci yang tanpa diberi pengobatan pengurangan diameter luka baru

terjadi pada hari ke-3 yaitu 0,01 cm dan pada hari ke-24 adalah 1,76 cm. Kelinci yang

diberikan gel ekstrak teripang 1% pengurangan diameter luka pada hari ke-1 adalah 0,04

cm dan pada hari ke-19 adalah 1,78 cm. Pengurangan diameter luka dengan

menggunakan gel ekstrak teripang 2,5% pada hari 1 adalah 0,05 cm dan pada hari

ke-19 adalah 1,77 cm. Gel ekstrak teripang 5% pengurangan diameter luka pada hari ke-1

0 0.5 1 1.5 2 2.5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Cm

Hari

Kontrol positif Basis gel

Tanpa perlakuan Gel ekstrak teripang 2.5%

(47)

adalah 0,06 cm dan pada hari ke-19 adalah 1,84 cm. Gel ekstrak teripang 1% + kitosan

pengurangan diameter luka pada hari ke-1 adalah 0,03 cm dan pada hari ke-19 adalah

1,78 cm. Pada pemberian gel ekstrak teripang 2,5% + kitosan pengurangan diameter luka

pada hari ke-1 adalah 0,04 cm dan pada hari ke-19 adalah 1,85 cm. Gel ekstrak teripang

5% + kitosan pengurangan luka pada hari ke-1 adalah 0,06 cm dan pada hari ke-18 adalah

[image:47.595.108.517.271.759.2]

1,85 cm.

Tabel 4.7 Data perbandingan rata-rata hasil perubahan diameter luka F3 dan F6

Hari ke- Diameter rata-rata luka (cm)

+ - F0 F3 F6

0 2,00± 0,00 2,00 ± 0,00 2,00 ± 0,00 2,00 ± 0,00 2,00 ± 0,00

1 1,97 ± 0,02 2,00 ± 0,00 1,99 ± 0,01 1,94 ± 0,01 1,94 ± 0,01

2 1,89 ± 0,01 2,00 ± 0,00 1,97 ± 0,02 1,86 ± 0,02 1,88 ± 0,01

3 1,78 ± 0,01 1,99 ± 0,01 1,94 ± 0,01 1,81 ± 0,02 1,81 ± 0,02

4 1,71 ± 0,01 1,98 ± 0,00 1,89 ± 0,01 1,77 ± 0,01 1,74 ± 0,02

5 1,66 ± 0,01 1,94 ± 0,01 1,86 ± 0,06 1,73 ± 0,01 1,69 ± 0,01

6 1,60 ± 0,01 1,87 ± 0,01 1,84 ± 0,06 1,67 ± 0,05 1,62 ± 0,02

7 1,51 ± 0,01 1,83 ± 0,03 1,80 ± 0,05 1,56 ± 0,08 1,48 ± 0,01

8 1,45 ± 0,02 1,81 ± 0,04 1,76 ± 0,07 1,46 ± 0,07 1,36 ± 0,01

9 1,32 ± 0,03 1,78 ± 0,05 1,64 ± 0,04 1,32 ± 0,04 1,21 ± 0,03

10 1,15 ± 0,05 1,76 ± 0,04 1,54 ± 0,01 1,21 ± 0,03 1,09 ± 0,05

11 1,02 ± 0,04 1,74 ± 0,04 1,51 ± 0,04 1,12 ± 0,03 0,92 ± 0,10

12 0,90 ± 0,06 1,66 ± 0,05 1,31 ± 0,03 1,03 ± 0,05 0,83 ± 0,08

13 0,79 ± 0,07 1,55 ± 0,03 1,24 ± 0,01 0,89 ± 0,06 0,72 ± 0,10

14 0,60 ± 0,10 1,40 ± 0,07 0,98 ± 0,08 0,76 ± 0,02 0,61 ± 0,09

15 0,48 ± 0,07 1,19 ± 0,06 0,82 ± 0,02 0,65 ± 0,03 0,50 ± 0,09

(48)

17 0,17 ± 0,10 0,85 ± 0,04 0,63 ± 0,03 0,47 ± 0,02 0,29 ± 0,01

18 0 0,75 ± 0,03 0,51 ± 0,02 0,34 ± 0,01 0,15 ± 0,10

19 0 0,65 ± 0,02 0,40 ± 0,03 0,16 ± 0,09 0

20 0 0,52 ± 0,02 0,36 ± 0,02 0 0

21 0 0,44 ±0,03 0,31 ± 0,02 0 0

22 0 0,37 ± 0,01 0,22 ± 0,02 0 0

23 0 0,31 ± 0,02 0 0 0

24 0 0,24 ± 0,01 0 0 0

25 0 0 0 0 0

(49)
[image:49.595.112.513.82.478.2]

Gambar 4.3 Grafik perbandingan perubahan diameter luka F3 dan F6

Tabel diatas menunjukkan bahwa Betadine salep menyembuhkan lebih cepat

dibandingkan dengan basis gel, tanpa pengobatan, gel ekstrak teripang 1%, 2,5%, 5%

maupun dengan penambahan kitosan. Sedangkan gel ekstrak teripang 5% dengan

penambahan kitosan dapat menyembuhkan luka lebih cepat dibandingkan dengan basis

gel, tanpa pengobatan, gel ekstrak teripang 1%, 2,5%, 5% dan gel ekstrak teripang 1%,

2,5% dengan penambahan kitosan.

0 0.5 1 1.5 2 2.5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Cm

Hari

Kontrol positif Basis gel

Tanpa perlakuan Gel ekstrak teripang 5%

(50)

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat penyembuhan luka pada hari ke-1 hingga

hari ke-25.Perolehan data yang signifikan ditunjukkan pada kelompok perlakuan

Betadine. Luka dinyatakan sembuh pada kelompok Betadine pada hari ke-18, gel ekstrak

teripang 5% + kitosan pada hari ke-19, gel ekstrak teripang 1%, 2,5%, 5%, 1% + kitosan,

2,5% + kitosan pada hari ke-20, basis gel pada hari ke-23 dan tanpa pengobatan sembuh

pada hari ke-25. Sembuh dinyatakan dengan berkurangnya diameter luka hingga

mencapai 0 cm. Penyembuhan luka yang memiliki daya efektifitas paling baik

berturut-turut adalah Betadine salep, gel ekstrak teripang 5% + kitosan, gel ekstrak teripang 2,5%

+ kitosan, gel ekstrak teripang 5%, gel ekstrak teripang 1% + kitosan, gel ekstrak teripang

2,5%, gel ekstrak teripang 1%, basis gel, dan tanpa pengobatan.

Data diameter luka (cm) pada masing-masing hewan uji pada tiap perlakuan

dianalisis secara statistik dengan metode ANOVA lalu dilanjutkan dengan uji Post Hoc

Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan kelinci. Berdasarkan

hasil statistik terdapat perbedaan secara signifikan (α ≤ 0,05) terhadap penyembuhan luka

sayat pada hari ke-1-25.Hal ini menunjukkan bahwa sediaan gel ekstrak teripang dengan

maupun tanpa penambahan kitosan mempunyai efek penyembuhan luka sayat.Hasil dapat

dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan

Betadine salep lebih cepat dalam membantu proses penyembuhan luka jika dibandingkan

dengan pemberian gel ekstrak teripang dengan dan tanpa penambahan kitosan. Hal ini

disebabkan oleh Betadine yang mengandung bahan aktif povidone iodine yang berfungsi

sebagai antibakteri spektrum luas (Jayaraja, et al., 2009), sehingga penggunaannya

sebagai obat penyembuhan luka sayat terbukti sangat efektif.Holothuria atra

mengandung senyawa triterpen glikosida yang juga sudah terbukti efektif dalam

menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Isaac dan Lipton, 2014), tetapi memiliki

(51)

salep. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kadar ekstrak yang digunakan pada sediaan

gel terlalu rendah sehingga proses penyembuhan luka dengan menggunakan gel ekstrak

teripang masih lebih lambat dibandingkan dengan penggunaan Betadine salep.

Kitosan ditambahkan pada sediaan gel ekstrak teripang dengan tujuan untuk

membantu mempercepat proses penyembuhan luka. Seperti yang telah diketahui, kitosan

adalah polisakarida hidrofil yang berasal dari turunan kitin yang memiliki aktivitas

antibakteri spektrum luas terhadap bakteri (Rejane, et al, 2009). Oleh sebab itu kitosan

telah disarankan penggunaannya untuk membantu dalam proses penyembuhan

luka serta untuk mempercepat pertumbuhan jaringan sehat (Anand dan Horrocks,

1997). Hasil yang didapatkan dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa

penggunaan gel ekstrak teripang dengan penambahan kitosan lebih efektif jika

dibandingkan dengan gel ekstrak teripang tanpa penambahan kitosan. Meskipun

hasil yang didapatkan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, kitosan

terbukti mampu membantu proses penyembuhan luka. Faktor yang berpengaruh

dalam hal ini adalah kadar kitosan yang digunakan dalam sediaan gel kemungkinan

masih rendah (1,4%) walaupun (Monica, et al, 2013) menyatakan penambahan

kitosan sebesar 1,4%.

Penggunaan gel ekstrak teripang dengan maupun tanpa penambahan

kitosan juga terbukti lebih efektif dalam membantu proses penyembuhan luka sayat

jika dibandingkan dengan kelompok uji tanpa pengobatan dan yang hanya diberi

basis gel. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa gel ekstrak

teripang terbukti dapat digunakan sebagai salah satu obat untuk penyembuhan

luka sayat. Hal ini juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa ekstrak alkohol

dari Holothuria atra menghambat bakteri patogen yang umumnya menyerang manusia,

seperti: K. pneumonia, E. coli, L. monocytogenes and S. aureus. Hal ini mungkin

(52)

Lipton, 2014). Selain itu, karena kandungan lemak total yang ada pada Holothuria atra

adalah 0,99% dan 57,04% adalah merupakan asam lemak jenuh, 4,31% merupakan asam

lemak tak jenuh rantai tunggal, serta 38,64% merupakan asam

Gambar

Gambar 2.6 Impatienside A
Gambar 2.7 Bivittoside D
Gambar 2.8 Struktur kitin
Tabel 4.1Data pemeriksaan organoleptis sediaan gel ekstrak teripang
+7

Referensi

Dokumen terkait