• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksaan Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak PBB Pada KPP Pratama Bandung Cicadas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksaan Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak PBB Pada KPP Pratama Bandung Cicadas"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya adalah melalui pajak. Pajak dikategorikan pengelolaanya menjadi Pajak yang dikelola Pemerintah Pusat dan Pajak yang dikelola Pemerintah Daerah. Salah satu pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan hasilnya didistribusikan kepada Pemerintah Daerah adalah Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan (UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994), merupakan pajak yang bersifat kebendaan atau pajak yang bersifat objektif dalam arti besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek pajak (siapa yang membayar pajak) tidak ikut menentukan besarnya pajak yang terutang. (Widodo, 2010).

(2)

tercapai. Kebijakan itu antara lain adalah penetapan sistem pemungutan yang digunakan yaitu dengan menggunakan sistem Self Assessment dan Official Assessment. Sistem Self Assessment diterapkan dalam kegiatan menyerahkan SPOP, sedangkan Sistem Official Assessment dimana pihak fiskus yang lebih proaktif dan kooperatif melakukan penghitungan, penetapan pajak terutang dan mendistribusikan kepada pemerintah daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang diisi oleh Wajib Pajak atau verifikasi pihak fiskus di lapangan.

Pemerintah Daerah melalui Kecamatan bahkan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sampai ketangan Wajib Pajak dan juga menerima pembayaran PBB. Kebijakan lain adalah pada hal penyetoran pajak terutang selain dapat melalui petugas pemungut kecamatan, juga dapat dilakukan di Bank/Kantor Pos yang telah ditunjuk dalam SPPT dan juga melalui e-payment, transaksi pembayaran melaui perangkat elektronik perbankan, yaitu melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Internet Banking ataupun Teller Bank yang online di seluruh Indonesia.

(3)

yang ada sehingga banyaknya data Objek dan Subjek Pajak PBB dapat dikelola dengan baik.

Untuk menciptakan suatu basis data yang akurat dan up to date dengan mengintegritaskan semua aktivitas administrasi PBB dalam suatu wadah, sehingga pelaksanaannya dapat lebih seragam, sederhana, cepat, dan efisien harus dikelola melalui suatu sistem. Mewujudkan peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Direktorat Jenderal Pajak sendiri sejak tahun 1992 telah mengaplikasikan Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP).

Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) merupakan sistem administrasi seluruh pelaksanaan kegiatan Pajak Bumi Bangunan. Keberadaan SISMIOP diharapkan dapat meningkatkan kinerja sistem perpajakan di masa mendatang yang membutuhkan keakuratan, kecepatan, keefektifan, dan keefisianan. Untuk itu di dalam SISMIOP program sistem dimasukkan ke dalam salah satu sistem pokoknya.

SISMIOP sangat berperan penting dalam mengakurat suatu data Objek Pajak secara terperinci. SISMIOP merupakan jantung Pajak Bumi Bangunan karena mengintegrasikan seluruh aspek pengelolaan administrasinya yang dapat mengolah informasi data objek pajak dan subjek pajak yang sudah

terkomputerisasi, mulai dari proses pendataan, penilaian, penagihan, penerimaan dan pelayanan. Proses perhitungan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan terhutang yang dihitung oleh fiskus diakomodir dengan menggunakan sistem ini. Dimana

(4)

dapat mengolah informasi data objek pajak dan subjek pajak yang sudah

terkomputerasi, maka diharapkan dapat menunjang peningkatan penerimaan PBB. SISMIOP diaplikasikan ketika ada Objek Pajak baru yang harus diteliti berapa luas tanah dan bangunannya dan apakah Wajib Pajak tersebut mempunyai usaha, pabrik restoran dan sebagainya atau tidak. Dan aplikasi SISMIOP pun digunakan ketika Wajib Pajak melakukan mutasi maupun pembetulan pada luas tanah atau bangunan dan apabila ada pembetulan nama kepemilikan tanah maka di edit menggunakan SISMIOP agar Wajib Pajak dan Petugas Pajak tahu berapa Pajak yang harus dibayar Wajib Pajak tersebut.

SISMIOP diaplikasikan di komputer yang tersedia dimeja staf tertentu di Kantor Pajak. Menggunakan username dan password masing – masing staf yang sudah ditentukan sehingga staf lain tidak mengetahui data apa yang sudah ada didalam SISMIOP setiap staf. SISMIOP ini bersifat rahasia sesama petugas tidak mengetahui username dan password terkecuali petugas tersebut memberi tahukannya. Pendataan ini sangat dirahasiakan, hanya pihak Kantor Pajak yang mengetahuinnya dan yang menggunakan aplikasi SISMIOP ini.

(5)

Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) terdiri dari empat sistem, yaitu Nomor Objek Pajak (NOP), Peta Blok, Zona Nilai Tanah (ZNT) dan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB). Basis data seluruh Objek Pajak dan Subjek PBB yang mengandung keempat sistem tersebut dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan tertentu yang disimpan dalam media sistem, perlu dipelihara dan disesuaikan dengan keadaan sebenarnya di lapangan. SISMIOP yang dapat membantu untuk melakukan analisis data spasial. Sistem tersebut adalah Sistem Informasi Geografi (SIG) PBB yang sejak diaplikasikan pertama kali terus dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya untuk mencapai maksud dan tujuannya sebagai sistem yang dapat membantu mengambil kebijakan. Salah satu pamanfaatannya adalah pembuatan informasi rinci objek pajak.

Sebelum ada aplikasi ini yaitu tepatnya sebelum tahun 1992, Kantor Pajak secara manual melakukan pendataannya, sehingga terkadang petugas salah dalam pencatatannya karena banyaknya Wajib Pajak yang ditangani. Dan SISMIOP ini sangat berjasa dalam dunia perpajakan.

(6)

Dalam kinerja Ekstensifikasi, SISMIOP pun sangat berperan penting agar semua Objek Pajak terpantau dengan baik. Suatu aplikasi pun terkadang mempunyai kelemahan – kelemahan tidak terkecuali SISMIOP. Terkadang staf dari kantor pajak pun mengeluhkan bahwa sistem ini sudah kadaluarsa dan tidak dapat memvisualisasikan data parsial objek pajak. Dan berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Setiap staf Ekstensifikasi menginput semua data – data Wajib Pajak menggunakan SISMIOP. Karena aplikasi ini sudah didesain untuk menginput semua data rincian Wajib Pajak khususnya Pajak Bumi dan Bangunan.

Menurut Ekstensifikasi, SISMIOP adalah suatu Sistem Informasi yang memuat semua pendataan, penilaian, penetapan, pengurangan, keberatan , pembayaran, penerimaan, penagihan, PST, referensi, lihat dan sector P3 semua Objek Pajak yang dipegang oleh staf tersebut. Maka Ekstensifikasi tinggal melakukan pengecekan sesuai dengan NOP Wajib Pajak yang akan dilakukan pendataan.

SISMIOP digunakan atau diaplikasikan oleh staf Ekstensifikasi. Maka apabila tidak ada staf Ekstensifikasi yang melakukannya maka pendataan akan terbengkalai. Dan apabila Wajib Pajak ingin mengecek maka akan keluar data yang belum update , karena bagian Ekstensifikasi tidak merubahnya apabila Wajib Pajak tersebut melakukan Mutasi maupun Pembetulan atas permohonan sebelumnya.

(7)

ataupun Pembetulan contohnya atas nama kepemilikan, luas tanah maupun luas bangunan. Dan menggunakannya apabila Wajib Pajak yang ingin mengetahui berapa pajak bumi dan bangunannya yang harus disetorkan agar tidak terjadi kurang bayar maupun lebih bayar.

Jika Wajib Pajak ingin melakukan pengecekan maka wajib pajak tersebut harus mendatangi bagian Ekstensifikasi pada Kantor Pajak yang sudah ditentukan sesuai dengan tempat tinggal Wajib Pajak tersebut. Dan agar Wajib Pajak juga mengetahui lokasi Kantor Pajak yang seharusnya diketahui agar semua keluhan dalam perpajakan bisa ditanyakan.

Dan alasan Ekstensifikasi yang berperan penting dalam pengaplikasian SISMIOP ini adalah karena semua informasi pendataan rincian Wajib Pajak, Ekstensifikasi lah yang melakukannya terutama dalam Pajak Bumi dan Bangunan. Karena agar terkoordinir dengan baik semua data yang diperlukan dalam perhitungan perpajakan seseuai ketentuan yang berlaku di UU Perpajakan.

(8)

Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai, maupun Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/atau pertokoan. Ekstensifikasi juga memanfaatkan lahan yang masih kosong untuk dijadikan Objek Pajak dan meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia. Lahan kosong tersebut direkomendasikan kepada Wajib Pajak yang memiliki lahan tersebut agar dijadikan Real Estate, tempat usaha, restoran dan sebagainya agar menjadi Objek dan Subjek Pajak Baru.

Ekstensifikasi adalah bagian staf yang menangani pendaftaran, pendataan dan penilaian Objek Pajak dan Subjek Pajak. Selain itu Ekstensifikasi juga bertugas sebagai staf yang menangani penginputan data baru, mutasi pembetulan data yang diperlukan oleh Wajib Pajak yang disampaikan kepada Kantor Pajak. Ekstensifikasi melakukan semua permohonan yaitu berupa pendaftaran, pendataan, dan penilaian terhadap data baru, mutasi dan pembetulan dari wajib pajak pada saat wajib pajak tersebut datang ke KPP melakukan permohonan pada bagian Pelayanan lalu dari bagian Pelayanan diberikan kepada bagian Ekstensifikasi sebagai Surat Masuk Permohonan yang akan di input oleh bagian Eksten dalam Ms. Excel.

(9)

ekstensifikasi diberi tugas dua hari dalam seminggu untuk memantau setiap Bangunan ataupun Tanah Kosong (Lahan Kosong) pada wilayah sesuai yang ditetapkan.

Pendaftaran, pendataan dan penilaian Objek Pajak serta melakukan penginputan permohonan data baru, mutasi dan pembetulan yang disampaikan oleh Wajib Pajak yaitu tugas yang sudah ditetapkan oleh KANWIL dan KPP kepada semua bagian Ekstensifikasi diseluruh Kantor Pajak. Dan fungsinya memang dijalankan sesuai dengan semestinya.

Dalam pendaftaran, Wajib Pajak yang sudah melakukan permohonan Data Baru kepada kantor pajak akan melalui beberapa bagian – bagian staf yang sudah ditentukan termasuk bagian Ekstensifikasi. Setelah melalui beberapa proses maka bagian Ekstensifikasi melakukan pendataan yang dilakukan dikantor maupun dilapangan (ditempat Wajib Pajak). Apabila Wajib Pajak datang ke kantor pajak melakukan Surat Permohonan Mutasi Seluruhnya, Mutasi Sebagian ataupun Pembetulan maka bagian Ekstensifikasi melakukan Pendataan ulang dalam Sistem Informasi yang digunakan. Ekstensifikasi pun melakukan penilaian terhadap Wajib Pajak yaitu penilaian tentang beberapa aspek yang berhubungan dengan Pajak Bumi dan Banguan. Pajak Bumi dan Bangunan sangat erat hubungannya dengan bagian Ekstensifikasi. Karena bagian ini sangat identik dengan pendataan dan penilaian pada tanah dan banguan Wajib Pajak.

(10)

pemungutan PBB berlaku prinsip self assessment dimana pemberian kepercayaan dilakukan dengan sistem kesempatan kepada subjek pajak untuk mendaftarkan dan melaprokan objek PBB dengan menggunakan SPOP. Jika subjek pajak belum atau tidak mendaftarkan objek pajaknya, maka Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan kegiatan pembentukan dan pemeliharaan basis data.

Mengingat adanya sistem informasi perpajakan khususnya Pajak Bumi dan Bangunan yaitu SISMIOP, penulis bermaksud mengangkat tema tersebut menjadi pokok bahasan pada laporan Kerja Praktek. Adapun judul laporan Kerja Praktek yang akan disusun adalah “ Pelaksanaan Sistem Manajemen Informasi Objek

Pajak PBB pada KPP Pratama Bandung Cicadas”.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Peraktek

Dalam melakukan kerja praktek dalam hal pelaksanaan sistem informasi manajemen objek pajak PBB pada KPP Pratama Bandung Cicadas ini, terdapat tata ketentuan yang sudah ditetapkan. Sehingga demi kelancaran inilah terdapat maksud dan tujuan dari kerja praktek yang dilakukan.

A. Maksud Kerja Praktek

Maksud dari penulisan Laporan Kerja Praktek ini untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana pelaksanaan sistem informasi manajemen objek pajak PBB pada KPP Pratama Bandung Cicadas secara langsung.

B. Tujuan Kerja Praktek

(11)

1. Mengetahui pelaksanaan Standar Operating Prosedure Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak PBB pada KPP PRATAMA Bandung Cicadas

2. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak PBB pada KPP PRATAMA Bandung Cicadas

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Hasil mata kuliah kerja praktek bagi penulis di tujukan oleh penulis adalah agar dapat memberikan beberapa informasi baik bagi instansi yang diteliti dan umum :

A. Bagi Penulis

1. Menginput data baru, mutasi dan pembetulan pada aplikasi Ms. Excel 2. Membuat Lembar Disposisi untuk staf wilayah yang ditentukan 3. Menginput Objek PBB baru

4. Menyimpan Berkas PBB Wajib Pajak yang sudah diinput ke lemari berkas wilayah

5. Mengirimkan Surat Permohonan Pengukuhan PKP disertai lampiran SPOP dan LSPOP untuk Objek Pajak Baru

B. Bagi KPP PRATAMA Bandung Cicadas

1. Membantu menginput data baru, mutasi dan pembetulan pada aplikasi Ms. Excel

(12)

3. Membantu menginput Objek PBB baru

4. Membantu menyimpan Berkas Wajib Pajak yang sudah diinput ke lemari berkas

5. Membantu mengirimkan Surat Permohonan Pengukuhan PKP disertai lampiran SPOP dan LSPOP untuk Objek Pajak Baru

C. Bagi Universitas Komputer Indonesia

Mata kuliah dan kegiatan kerja praktek ini memberikan suatu pengalaman kepada semua mahasiswa tentang bagaimana kerja yang sesungguhnya, dengan menerapkan ilmu yang selama ini di dapat di kampus dan dengan secara langsung melakukannya di dunia kerja yang sesungguhnya.

Untuk UNIKOM kegunaan Kerja praktek dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Program Studi Akuntansi (Prodi)

Program studi ini sangat berguna bagi mahasiswa karena ini termasuk dalam mata kuliah, yaitu Perpajakan, Akuntansi Keuangan, dan Sistem Informasi Akuntansi

2. Untuk Fakultas Ekonomi

(13)

1.4Metode Kerja Praktek

Metode Kerja praktek yang digunakan penulis adalah metode Block Release yaitu

suatu penelitian yang dilakukan pada jangka waktu tertentu melalui pendekatan kualitatif.

Pelaksanaan kerja praktek dimulai dari tanggal 1 Agustus 2011 sampai 9 September

2011.

1.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara dalam pengumpulan data dan informasi sebagai bahan sebagai bahan pendukung dalam penyajian laporan ini adalah:

a. Field Research (Penelitian Secara Langsung) 1. Observasi langsung

Dimana penulis mendatangi objek langsung yang akan teliti untuk melakukan pengamatan guna menghimpun data yang sebenarnya dari sistem sedang berjalan. Observasi dilakukan di bagian Ekstensifikasi. 2. Wawancara (Interview)

Dimana penulis melakukan tanya jawab dengan Kepala Ekstensifikasi dan Staf Seksi Ekstensifikasi di KPP Pratama Bandung Cicadas serta bagian lainnya yang terkait.

3. Dokumentasi

(14)

b. Library Research (Studi Pustaka)

Study Literatur, yaitu teknik pengumpulan data yang ada dari berbagai bahan pustaka (referensi) yang relevan. Serta diperoleh dari buku–buku literatur dan kepustakaan (referensi) yang relevan untuk mendapatkan informasi yang jelas untuk mendukung laporan kerja praktek. . Selaian memperoleh sumber dari buku, penulis mendapat sumber dari media internet.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1.5.1 Lokasi Kerja Praktek

Lokasi penulis melaksanakan kerja praktek di Jln. Soekarno Hatta No. 781 Bandung dimana KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Bandung Cicadas beralamat dan ditempatkan di seksi Ekstensifikasi.

1.5.2 Waktu Kerja Praktek

(15)
(16)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah KPP Pratama Bandung Cicadas

Sejarah pajak mula-mula berasal dari Negara Perancis pada zaman pemerintahan Napoleon Bonaparte, yang pada zamannya beliau terkenal dengan nama “Cope Napoleon”. Pada masa itu Negara Belanda dijajah oleh Negara

Perancis. Sistem pajak yang diterapkan Perancis kepada Belanda diterapkan pula oleh Belanda kepada Indonesia pada saat Belanda menjajah Indonesia, yang ada saat itu dikenal dengan “Oor Logs-Overgangs Blasting” (Pajak Penghasilan).

Konsep pajak itu kemudian dibuat pada tahun 1942 di Australia saat Indonesia masih diduduki tentara Jepang.

Maksud dari peralihan mengenai pajak ini merupakan suatu peraturan yang dibuat untuk mempersiapkan bilamana dikemudian hari penjajah Jepang ditarik kembali dari Indonesia.

Pemungutan pajak ini oleh pemerintah Belanda dilaksanakan oleh sutu badan yaitu “ Deinspetie van Vinancian”, yang kemudian diganti nama menjadi “Zeinenbu” oleh pemerintah Jepang pada tanggal 15 Maret 1942. Lima bulan

kemudian, 15 Agustus 1942, nama tersebut diganti menjadi “Kantor Inspeksi Keuangan” dan berkantor di Gedung Concordia (sekarang Gedung Merdeka) di

Jalan Asia Afrika.

(17)

Kabupaten Soreang, bersama-sama dengan Tentara Keamanan Rakyat berevakuasi. Setelah Agresi Militer Belanda II menyerang lagi pada tanggal 19 Desember 1948, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Tasikmalaya. Bersamaan dengan kejadian tersebut, kekuasaan Republik Indonesia terpecah menjadi dua, yaitu:

1. Kelompok yang bekerja dengan Belanda dan menolak pindah ke Tasikmalaya. Kelompok ini disebut menganut system “cooperative” (Inspeksi Keuangan Bandung).

2. Kelompok yang menganut non-cooperative, yang mana kelompok ini pindah ke Tasikmalaya dan tidak bekerjasama dengan Belanda.

Setelah berakhirnya Agresi Militer Belanda II, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung yang berada di Tasikmalaya dibubarkan dan kedudukannya dikembalikan di Bandung pada tanggal 17 Desember 1947. Kantor Inspeksi Keuangan Bandung pada saat itu diserah terimakan oleh Menteri yang pertama, Mr. Safrudin Prawiwanegara, dan kemudian Menteri Negara ini menunjuk Bapak Sahid Koesoemosarminto sebagai Kepala Kantor Inspeksi Keuangan Bandung yang pertama, periode 1947-1950, berkantor di km “0” (Groofpostweg), saat ini di Jalan Asia Afrika Nomor 114, Bandung.

(18)

1. Inspeksi Pajak Bandung Barat yang meliputi: Kota Praja Bandung sebelah Barat berbatasan dengan Inspeksi Pajak sebelah Timur, Kabupaten Bandung, dan Kota Administatif Cimahi dan berkantor di Jl. Soekarno Hatta.

2. Inspeksi Pajak Timur, meliputi: Bandung sebelah Timur yang terbelah oleh Jl.Moch.Toha, Jl.Otto Iskandardinata, Jl. Cicendo, Jl. Cihampelas bagian Selatan, Jl. Pasteur bagian Timur, Jl. Cipaganti, dan Jl. Setiabudi yang berkantor di Jl. Asia Afrika No. 114 Bandung (termasuk Kabupaten Sumedang).

Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan kas Bendaharawan Pemerintah;

2. Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak Negara;

3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan Pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan Wajib Pajak Badan; dan

(19)

Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan keputusan Presiden RI No. 12 tahun 1976 tanggal 27 Maret 1976, Direktorat Ipeda diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-undang RI No. 12 tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Demikian juga unit kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi Ipeda diganti menjadi Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas Luar Ipeda diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB.

Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ItDa) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah ini kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang ini.

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tanggal 23 Maret 1988 Nomor Kep-276/KMK.01/1988, struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal pajak dirombak dan berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demikian pesatnya perkembangan wilayah, maka dipandang perlu adanya pembagian wilayah kerja agar dapat dimaksimalkan penerimaan Negara dari sektor pajak.

Pada bulan April 2002, Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung telah menjadi enam KPP yakni :

(20)

3. KPP Bandung Cimahi, Jalan Raya Barat NO.574 4. KPP Bandung Cibeunying, Jalan Punawarman No.21 5. KPP Bandung Cicadas, Jalan Soekarno Hatta No.781 6. KPP Bandung Tegalega, Jalan Soekarno Hatta No. 216

Pada bulan Maret 2006, Kantor Wilayah Dirjen Pajak Jawa Bagian Barat II membawahi Sembilan KPP meliputi lima KPP, yaitu terdiri dari :

1. KPP Bandung Bojonegara, Jalan Asia Afrika No.114 2. KPP Bandung Karees, Jalan Kiaracondong No.372 3. KPP Bandung Cibeunying, Jalan Punawarman No.21 4. KPP Bandung Cicadas, Jalan Soekarno Hatta No.781 5. KPP Bandung Tegalega, Jalan Soekarno Hatta No. 216 Dan empat KPP lainnya yaitu terdiri dari :

1. KPP Cimahi 2. KPP Tasikmalaya 3. KPP Sukabumi 4. KPP Cianjur

Pada dasarnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah 20ystem pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan.

(21)

Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan, memutuskan bahwa Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying dan wilayah Ujung Berung dipecah menjadi dua Kantor Pelayanan Pajak, yaitu Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying sebagai Kantor Pelayanan Pajak lama dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas sebagai Kantor Pelayanan Pajak baru dengan wilayah kerja meliputi : Kecamatan Cibiru, Arcamanik, Cicadas, Ujung Berung dan Cimenyan. Sebelumnya Kecamatan Cimenyan masuk wilayah kerja Kantor Pelayanan pajak Cimahi.

(22)

pelayanan terpadu, maka monitor sistem di TPT ditanam di dalam meja, ruang tempat pelayanan terpadu juga dilengkapi dengan meja serba-serbi untuk Wajib Pajak (WP), meja pelayanan (customer service) dan penyediaan space bank untuk masa yang akan datang.

Untuk mempersiapkan satu Kantor Pelayanan Pajak masa depan, ruang kepala kantor dilengkapi dengan ruang khusus ibadah, istirahat, yang didalamnya tersedia dapur kering, lemari pakaian dan sebagainya. Hal ini adalah salah satu cara mengantisipasi apabila adanya Kepala Kantor yang baru pindah. Sistem pelayanan di TPT dilakukan sebagaimana di Bank Swasta, tanpa istirahat. Untuk memantau keadaan di Tempat Pelayanan Pajak dipasang TV monitor yang berhubungan langsung dengan ruang kepala kantor.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(23)

terbatas. Dengan berjalannya konsep modernisasi dan pelayanan perpajakan yang dilaksanakan oleh Wajib Pajak Besar, maka dilanjutkan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Madya (Medium Taxpayers Office, MTO) yang dilayani adalah Wajib Pajak badan dalam kategori besar dan skala regional (kanwil) dan jumlahnya terbatas. Selanjutnya dibentuklah Kantor Pelayanan Pajak Pratama (Small Taxpayers Office, STO) yakni Kantor Pelayanan Pajak yang selama ini telah ada dan dikembangkan dengan menerapkan prinsip modernisasi administrasi perpajakan, yang dilayani adalah Wajib Pajak diluar yang telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Wajib Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak Madya.

Untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama pertama kali dibentuk melalui keputusan Menteri Keuangan No. 254/KMK.01/2004 di lingkungan Kanwil DJP Jakarta I (kini Jakarta Pusat). Kemudian dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 55/PMK.01/2007 ditetapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kantor Wilayah DJP yang ada di pulau Jawa dan Bali secara bertahap saat mulai beroperasi sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, dan pada tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.

(24)

memperoleh penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) atau melakukan kegiatan usaha di wilayah kerjanya. Dengan demikian jenis Wajib Pajak yang dikelola terdiri atas orang pribadi, badan, maupun sebagai pemotong atau pemungut pajak (seperti bendaharawan, instasi pemerintah). Jenis pajak yang dikelola adalah semua jenis pajak, yakni Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan BPHTB.

Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak A. Visi

Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia, yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. B. Misi

1. Politik

Mendukung demokrasi bangsa 2. Kelembagaan

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

3. Fiskal

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

4. Ekonomi

(25)

1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayananan Pajak Pratama Bandung Cicadas

(26)
(27)

Pengertian organisasi secara luas merupakan penentuan pengelompokan serta pengaturan dari berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan. Organisasi harus dapat menampung dan mengatasi aktivitas perusahaan. Pada perusahaan yang besar dimana aktivitas dan tujuan semakin kompleks, maka tujuan tersebut dibagi ke unit yang terkecil atau sub organisasi. Struktur organisasi merupakan hal yang penting dalam perusahaan, yang menggambarkan hubungan wewenang antara atasan dengan bawahan. Masing-masing fungsi memiliki wewenang dan tanggung jawab yang melekat sesuai dengan ruang lingkup pekerjaannya agar tujuan dan sasaran dapat tercapai melalui efisiensi dan efektivitas kerja.

Dengan demikian struktur organisasi dapat mencerminkan tanggung jawab dan wewenang yang jelas dan didukung oleh urusan yang baik, sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan.

(28)

dimengerti, paradigma organisasi berdasarkan fungsi berbeda dengan sebelumnya yang berdasarkan jenis pajak, merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.

Adapun struktur organisasi untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan tersebut sebagai berikut :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama 2. Sub Bagian Umum

3. Seksi Ekstensifikasi

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 5. Seksi Pelayanan

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, IV 7. Seksi Pemeriksaan

8. Seksi Penagihan

9. Kelompok Jabatan Fungsional

1.3 Uraian Tugas KPP Pratama Bandung Cicadas

Dalam pembahasan ini adalah tugas dan tanggung jawab jabatan yang berada di KPP Pratama Bandung Cicadas

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama

(29)

a. Melakukan penyuluhan (membina karyawannya yang ada di wilayah wewenang kekuasaannya),

b. Melakukan peningkatan pelayanan,

c. Melakukan pengawasan (pemeriksaan dan penagihan), termasuk mengawasi jalannya kegiatan operasional perpajakan, yaitu :

(1) Pajak Penghasilan (PPh),

(2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

(3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), (4) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),

(5) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan (6) Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL)

d. Menerima laporan kerja dari setiap seksi dan membuat kegiatan operasional Kantor Pelayanan Pajak Wilayah Jawa Barat.

2. Sub Bagian Umum

Adapun tugas dan tanggung jawab Sub Bagian Umum KPP Pratama. Uraian tugas sebagai berikut :

a. Melakukan urusan kepegawaian; b. Melakukan urusan keuangan; c. Melakukan urusan tata usaha; d. Rumah tangga dan perlengkapan. 3. Seksi Ekstensifikasi

(30)

a. Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, b. Pendataan objek dan subjek pajak,

c. Penilaian objek pajak

d. Kegiatan ekstensifikasi perpajakan. 4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama.

Uraian tugas sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan pengolahan data, b. Penyajian informasi perpajakan, c. Perekaman dokumen perpajakan,

d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan,

e. Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, f. Pelayanan dukungan teknis komputer,

g. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling, h. Penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Pelayanan KPP Pratama. Uraian tugas sebagai berikut :

a. Memberikan pelayanan terhadap Wajib Pajak dengan melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,

(31)

d. Penyuluhan perpajakan,

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, f. Kerjasama perpajakan.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, IV

Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III,IV.

Uraian tugas sebagai berikut :

a.Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak, melalui pemanfaatan datan dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) atau Sistem Informasi DJP (SIDJP),

b. Bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak, c. Konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak d. Analisis kinerja Wajib Pajak, serta

e. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi,

f. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan, g. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku, h. Membantu Wajib Pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi masalah perpajakan,

i. Melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak dalam membuat company profile, dan

j. Menyelesaikan permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak 7. Seksi Pemeriksaan

(32)

Uraian tugas sebagai berikut : a. Penyusunan rencana pemeriksaan,

b. Pengawasan aturan pelaksanaan pemeriksaan,

c.Penerbitan dan penyaluran SP3 (Surat Perintah Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak),

d. Administrasi perpajakan lainnya. 8. Seksi Penagihan

Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Penagihan KPP Pratama. Uraian tugas sebagai berikut :

a. Pelaksanaan dan penatausahaan secara aktif, b. Piutang pajak,

c. Penundaan angsuran tunggakan pajak,

d. Mempersiapkan teguran dan melakukan penagihan dengan surat paksa 9. Kelompok Jabatan Fungsional

Uraian tugas Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari :

a. Penjabat Fungsional Pemeriksa : Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan.

(33)

2.4 Aspek Kegiatan KPP Pratama Bandung Cicadas

Tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas memberikan pelayanan publik dengan baik kepada Wajib Pajak dengan memenuhi semua kebutuhan Wajib Pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan prosedurnya dan tata kerja organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas, yang terdiri dari aspek-aspek kegiatan antara lain :

1. Pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan melalui prosedur yang mudah dan sistematis.

2. Melakukan kegiatan operasional perpajakan di bidang pengolahan data informasi, tata usaha perpajakan, pelayanan, penagihan, pengawasan dan konsultasi dan pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

(34)

PAJAK PBB PADA KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang S-I

Program Studi Akuntansi

Oleh: SEPTI ASRIANI

21108094

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(35)

Aulya Agustin. (2006). Implikasi Modernisasi Administrasi Pajak terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak. Diakses pada 10Oktober 2006 dari http://aulya.wordpress.com/2006/10/10/implikasi-modernisasi-administrasi-pajak-terhadap-peningkatan-penerimaan-pajak/

Eko Sugiyanto. (2007). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan : Studi Empiris Di Wilayah Kantor Pajak Bumi Dan Bangunan Surakarta. Diakses dari http://pustaka2.ristek.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/50865

Kodrat Wibowo. (2009). Penerimaan Pajak Di Bawah Target. Diakses pada 16 November 2009 dari

http://www.pajakonline.com/engine/artikel/art.php?artid=6714

Prasetijono Widjojo. (2011). Optimalisasi Penerimaan Pajak untuk Pembangunan. Diakses pada 26 Juli 2011 dari http://www.bappenas.go.id/node/168/3213/optimalisasi-penerimaan-pajak-untuk-pembangunan/

(36)

Safri Nurmantu. (2005). Pengantar Perpajakan.Jakarta : Granit

Siti Kurnia Rahayu. (2010). Perpajakan Indonesia.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Kurnia Rahayu, dan Ely Suhayati. (2010). Perpajakan.Yogyakarta : Graha Ilmu.

(37)

Nama : Septi Asriani

Nim : 21108094

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

JenisKelamin : Perempuan

TempatTanggalLahir : Bandung, 25 September 1990

Agama : Islam

Alamat : Dago Biru no.325/70 RT 03/04 Bandung Email : scungkrink@yahoo.co.id 4. Tahun 2008 – Sekarang : Universitas Komputer Indonesia 5.

(38)

5. 6.

2011 2011

- Peserta Brevet A&B terpadu Tax center Unikom Bersertifikat

(39)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini yang berjudul “Pelaksanaan Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak PBB pada KPP Pratama Bandung Cicadas”.

Alasan disusunya laporan kerja praktek ini adalah untuk melengkapi salah satu syarat mata kuliah pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Meskipun penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun terbatasnya ilmu pengetahuan, kemampuan yang dimiliki, penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh mendekati sempurna dan tidak terlepas dari adanya kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan hasil laporan kerja praktek ini akan penulis terima dengan sukacita.

Dengan selesainya laporan ini, merupakan kebanggaan dan syukur tersendiri bagi penulis. Pembuatan laporan ini melibatkan beberapa pihak yang turut membantu dan mendukung dalam proses penulisan laporan kerja praktek. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

(40)

Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia.

4. Lilis Puspitawati, SE.,M.Si , selaku Sekertaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia.

5. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga dalam menyusun laporan ini. 6. Haryono, selaku Kepala Kantor di Instansi yang memberikan kesempatan

pada saya untuk melakukan kerja praktek di Instansi nya.

7. Andang Sri Suka Darodjati, Selaku Kepala Seksi Ekstensifikasi dan pembimbing yang telah membantu dan mengarahakan selama kerja praktek.

8. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan dukungan, dorongan dan do’a diberikan kepada saya

9. Ristyo W, Soekmaja, Acep J, Khoirul M, Harmadi dan Leonardo N karyawan bagian Seksi Ekstensifikasi dan seluruh karyawan karyawati di Instansi.

10.Adik- adik dan seluruh saudara saya yang telah memberikan dorongan dan semangat selama penyusunan laporan kerja praktek.

11.Special Soulmate, Rezqa Aditya yang telah memberikan dukungan, dorongan dan do’a yang diberikan kepada saya.

(41)

13.Untuk semua dosen Fakultas Ekonomi yang telah banyak membantu selama saya kuliah di Universitas Komputer Indonesia.

Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi, kritik dan saran dari semua pihak dan kalangan untuk kebaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang.

Bandung, Desember 2011 Penulis

(42)

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CICADAS

Laporan Kerja Praktek

Untuk memenuhisalahsatu syaratMata KuliahKerjaPraktek JenjangStudi S-1 Program StudiAkuntansi

Oleh :

Nama : Septi Asriani NIM : 21108094

Bandung, Desember 2011

Menyetujui

Gambar

Tabel 1.1 Aktifitas Kerja Praktek
gambaran umum Instansi. Dan berikut struktur organisasi KPP Pratama Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat mengetahui peran serta masyarakat dalam pengelolaan DAS Keduang, maka berikut ini ditampilkan karakteristik masyarakat di daerah tersebut yang mencakup

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia yang telah dianugerahkan sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pembuatan

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan bahwa kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan pajak telah terbukti membawa pengaruh yang positif terhadap kepatuhan

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwakarta mempunyai Tugas Pokok melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi, dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak

Dengan adanya Sistem Pakar untuk menentukan bakat anak berdasarkan kepribadian dapat membantu pengguna (para orang tua) untuk dapat mengetahui tipe kepribadian anak

Kinerja produk lokal semakin gencar dalam bersaing dengan produk internasional ini. Salah satu produk lokal yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah sebuah toko

Hal ini sama seperti yang dikatakan Fauz dan Rosidi (2008) bahwa tingginya collateral assets yang dimiliki perusahaan akan mengurangi konflik kepentingan antara

Penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pengujian antibakteri menggunakan metode difusi cakram kertas. ) menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dalam