• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Supply Chain Management dan Pengadaan Material di PT. Dirgantara Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sistem Supply Chain Management dan Pengadaan Material di PT. Dirgantara Indonesia"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

DAN PENGADAAN MATERIAL

DI PT. DIRGANTARA INDONESIA

KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

HERDIAWAN

10110152

ADI HERDIANSYAH

10110170

RIZKI YANSYAH M

10110750

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 2

1.5 Metode Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Profil ... 5

2.1.1 Sejarah Instansi ... 5

2.1.2 Logo Instansi ... 11

2.1.3 Badan Hukum Instansi ... 12

2.1.4 Struktur Organisasi ... 13

2.1.5 Job Deskripsi ... 15

2.2 Landasan Teori ... 21

2.2.1 Supply Chain Management (SCM) ... 21

(11)

iv

2.2.3 SAP ... 27

BAB 3 PEMBAHASAN ... 28

3.1 Departemen Supply Chain Management ... 28

3.2 Manufacturing Planning ... 28

3.3 Material Planner ... 29

3.3.1 Alur Proses Bisnis Inventori ... 30

3.3.2 Alur Proses Pengadaan Barang ... 32

3.3.3 Update Stok Barang/Material ... 36

3.3.4 Subtitute of Material (SOM) ... 37

3.3.5 Update Spesifikasi Barang/Material ... 39

3.4 Penggunaan Program SAP ... 40

3.4.1 Tampilan Awal SAP ... 41

3.4.2 Stok dan Requirement ... 41

3.4.3 Cek Stok per Material ... 43

3.4.4 Purchase Requisition (PR) ... 44

3.4.5 Purchase Order (PO) ... 45

3.4.6 Subtitute of Material (SOM) ... 45

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

4.1 Kesimpulan ... 49

4.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(12)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, khalik langit dan

bumi, karena atas ridho dan kekuatan Nya kami dapat menyelesaikan Pembuatan Laporan Kerja

Praktek tentang “ANALISIS SISTEM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DAN

PENGADAAN MATERIAL DI PT. DIRGANTARA INDONESIA”.

Tidak mudah untuk meyelesaikan dokumentasi analisis baik itu yang sudah dipelajari

ataupun belum dipelajari seperti pencarian di internet.

Penulis menyadari bahwa Penyusunan Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu harap memakluminya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang mendukung dan memberikan masukan

dalam menyelesaikan pembuatan Laporan Kerja Praktek. Penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Bapak Irawan Afrianto, S.T., M.Kom selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika

Universitas Komputer Indonesia.

3. Bapak Irfan Maliki, S.T., M.T selaku Dosen Wali

4. Bapak Achmad Rizal Mustafa selaku pembimbing Kerja Praktek yang telah menuntun

dan memberikan arahan.

5. Serta kepada pihak – pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas

Laporan Kerja Praktek.

Penulis berharap penyusunan Laporan Kerja Praktek ini berguna untuk menjadi bahan

pembelajaran dalam menganalsis bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semoga Laporan ini bermanfaat dan dapat terus dikembangkan agar menjadi lebih baik.

(13)

50

DAFTAR PUSTAKA

http://sapbasic.wordpress.com/sap/

http://thepemula.wordpress.com/buku-pengantar-sap/

http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai

http://sriwijayanti.wordpress.com/sedikit-tentang-supply-chain-management/

http://id.wikipedia.org/wiki/Logistik

http://aa-logistik.blogspot.com/2009/12/logistik_07.html#more

http://www.indonesian-aerospace.com/

(14)

1

BAB I

Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Keadaan topografi Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang terpisahkan oleh

lautan antara satu dengan yang lainnya menjadikan bisnis transportasi udara (penerbangan)

menjadi primadona di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya maskapai

penerbangan baru yang menyediakan jasa penerbangan. Sehingga pertumbuhan bisnis pada

bidang transportasi di Indonesia bertumbuh dengan sangat pesat.

PT Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace) sebagai satu-satunya perusahaan

BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak di industri pesawat terbang di Indonesia,

dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan permintaan pesawat terbang dan hal-hal yang

menyangkut kedirgantaraan khususnya kebutuhan dalam negeri.

PT Dirgantara Indonesia yang terletak di Bandung, Jawa Barat, secara disadari

maupun tidak, sudah menjadi icon Kota Bandung. Karena satu-satunya perusahaan yang

bergerak di bidang industri pesawat terbang.

Nama besar yang dimiliki PT Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace) sebagai

perusahaan monopoli di bidang industri pesawat terbang akan menjadi daya tarik tersendiri

untuk lebih mengetahui aspek yang ada di PT Dirgantara Indonesia.

Dilihat dari sistem yang ada di PT Dirgantara Indonesia, sistem financial, logistic,

human recources nya lebih terorganisir dengan adanya sistem SAP “Systems Applications

and Products in Data Processing” yang saat ini diterapkan di PT Dirgantara Indonesia.

PT Dirgantara Indonesia memiliki beberapa divisi yang membuat perusahaan ini

semakin berkembang, semua saling bekerjasama untuk memberikan hasil terbaik khususnya

dalam pembuatan pesawat terbang. Untuk membuat pesawat terbang dengan kualitas terbaik,

tentunya butuh material yang baik juga untuk menunjang pembuatan pesawat terbang

tersebut. Maka pada hal ini harus memiliki tim atau unit SCM (Supply Chain Management)

untuk pengadaan material barang tersebut. Mengelola supply chain sebenernya tidaklah

mudah karena akan melibatkan banyak pihak didalam maupun diluar, ditambah lagi dengan

berbagai ketidaktentuan yang terjadi di sepanjang supply chain itu sendiri, oleh sebab itu

dibutuhkan sistem yang dapat mengatur/mengelola supply chain dengan baik sehingga dapat

(15)

2

1.2Perumusan Masalah

Aktivitas perencanaan dan pengendalian pembelian bahan baku dan produksi menjadi

semakin kompleks. Untuk dapat melakukan aktivitas perencanaan dan pengendalian

pembelian bahan baku dan produksi sebagai penghasil informasi. Oleh karena itu, penting

untuk mengevaluasi dan menganalisa sistem Supply Chain Management dan pengadaan

barang sebagai penyedia informasi perencanaan dan pengendalian pembelian bahan baku dan

produksi.

Dari uraian diatas maka permasalahan yang menarik diangkat untuk lebih mengetahui

tentang perusahaan adalah:

1. Bagaimana alur proses pengadaan barang/material di PT Dirgantara Indonesia?

2. Sistem pengadaan barang/material seperti apakah yang sedang berjalan dan dapat

menunjang perkembangan PT Dirgantara Indonesia ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Sesuai dengan perumusan masalah maka maksud dari analisis ini yaitu menganalisa

sistem SCM (Supply Chain Management) yang ada di PT Dirgantara Indonesia.

Tujuan dari anaslisis sistem yang dilakukan ini adalah :

1. Mengetahui sistem pengadaan barang/material yang sedang berjalan saat ini di PT

Dirgantara Indonesia.

2. Mengetahui alur sistem dari mulai permintaan barang/material samapai pemasanan

barang/material yang ada di PT Dirgantara Indonesia.

3. Mengetahui alur bisnir yang sedang berjalan di PT Dirgantara Indonesia.

1.4 Batasan Masalah

Untuk mencegah masalah yang lebih, maka harus tahu batasan-batasan masalahnya

terlebih dahulu agar dapat mempermudah dalam melakukan analisis. Adapun batasan-batasan

masalah dalam pembuatan analisis ini.

1. Analisis ini hanya menganalisis didalam ruang lingkup SCM (Supply Chain

Management)

2. Analisis ini hanya menganalisis sistem pengadaan barang/material di PT. Dirgantara

(16)

3

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang

menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai informasi yang sebenarnya

sesuai fakta-fakta yang ditemui di lapangan.

Untuk menyelesaikan pembuatan laporan Kerja Praktek ini digunakan beberapa metode

pengumpulan data diantaranya:

1. Studi lapangan, yaitu terdiri dari :

a. Wawancara

Wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam

proses penelitian. Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam,

karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara detail.

Proses ini dilakukan dengan memberikan beberapa pertanya secara langsung

kepada pembimbing yang lebih tahu secara keseluruhan tentang proses pengadaan

barang di PT Dirgantara Indonesia

b. Observasi

Observasi, yaitu dengan cara mengamati secara langsung proses kerja yang

dilaksanakan di PT Dirgantara Indonesia khususnya di divisi Supply Chain

Magagement untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

2. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencari teori-teori atau

uraian-uraian yang berhubungan dengan pengadaan barang melaui modul-modul dan

sumber pustaka yang ada di PT Dirgantara Indonesia

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam pelaporan Kerja Praktek ini adalah :

1. BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, maksud dan tujuan, perumusan masalah, batasan

masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menjabarkan secara singkat mengenai profil prusahaan, sejarah

perusahaan, logo perusahaan, bentuk dan badan hukum perusahaan, struktur

(17)

4

3. BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang analisis yang dilakukan seperti, departemen

Supply Chain Management, perencanaan (Manufacturing planning), Material

planner, proses pengadaan material, alur proses pengadaan material, update stok,

SOM (Subtitute of Material), pengadaan material metal, update spesifikasi

material, penggunaan program SAP terhadap pengadaan barang.

4. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran mengenai sistem dari SCM (Supply

(18)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil

PT. Dirgantara Indonesia (DI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan

Indonesian Aerospace Inc. (IAe), adalah industri pesawat terbang yang pertama dan

satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah

Indonesia yang didirikan pada 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang

Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Industri Pesawat Terbang Nurtanio

kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11

Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara

Indonesia pada 24 Agustus 2000.

PT. Dirgantara Indonesia telah membuat lebih dari 300 unit helicopter, pesawat untuk

sistem keamanan, komponen pesawat terbang, dan pelayanan lainnya. Saat ini perusahaan

memiliki 3.720 pekerja, dan diperkirakan selanjutnya akan mengalami penikatan dari waktu

ke waktu

2.1.1 Sejarah Instansi

PT. DI (PT. Dirgantara Indonesia) merupakan hasil restrukturisasi terbaru dari

perusahaan-perusahaan dirgantara sebelumnya, dimana PT. DI mulai berfungsi pada tanggal

24 Agustus 2000. Embrio perusahaan sebenarnya sudah ada sejak sebelum kemerdekaan

Indonesia yang mengalami tahap-tahap periode perkembangan, yang secara kronologis

adalah sebagai berikut, Pemerintah Hindia Belanda awalnya tidak memiliki

kebijakan/program pembuatan pesawat di Indonesia. Mereka hanya memiliki serangkaian

aktifitas yang terkait dengan pembuatan lisensi dan evaluasi (pemeriksaan) standar teknis dan

keamanan pesawat-pesawat yang beroprasi di Indonesia. Pada tahun 1914 pemerintah Hindia

Belanda mendirikan Flight Test Section (Bagian Uji Terbang) di lapangan udara yang berada

di Surabayauntuk menguji perfoma penerbangan pesawat di daerah tropis.

Pada tahun 1922, para pemuda Indonesia sudah dilibatkan dalam memodifikasi sebuah

pesawat terbang di sebuah bengkel warga Belanda yang bernama LW. Walraven, yang ada di

(19)

6

Section ( Bagian Pembuatan Pesawat Udara) yang merakit pesawat Canadian AVRO-AL

yang bagian fuselage nya (badan pesawat) menggunakan kayu lokal Indonesia. Fasilitas

perakitan pesawat ini kemudian dipindahkan ke Lapangan Udara Andir (sekarang namanya

Lapangan Husein Sastranegara). Pada tahun 1937, dua orang pria berkebangsaan Belanda

yang bernama LW. Walraven dan MV. Patist merancang pesawat tipe PK.KKH yaitu sebuah

pesawat kecil dengan tujuan untuk menerbangkannya sendiri ke Belanda dan Cina sebagai

upaya pencatatan rekor pribadi. Dalam usahanya untuk membangun PK.KKH, LW.

Walraven dan MV. Patist mengumpulkan sebuah tim yang terdiri dari pemuda Indonesia

dibawah pimpinan Tossin untuk merakit pesawat tersebut di bengkel di jalan Kebon

Kawung, Bandung.

Sejak awal kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia menyadari betapa pentinganya

transportasi udara untuk keperluan pemerintahan, perkembangan ekonomi dan pertahanan

nasional sebagai akibat dari situasi Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Sebagai

tindak lanjutnya, pada tahun 1946, Biro Perencanaan dan Konstruksi dibentuk oleh

TRI-Udara ( sekarang disebut TNI AU). Kemudian anggota-anggotanya yang terdiri dari Weweko

Supono, Nurtanio Pringgoadisurjo dan Sumarsono mendirikan sebuah bengkel khusus di

Magetan dekat Madium Jawa Timur. Bengkel ini kemudian menghasilkan pesawat laying

NWG-1 yang pembuatannya juga melibatkan Tossin, Ahmad dan rekan-rekan yang dulu

terlibat dalam pembuatan pesawat PK.KKH. pada tahun 1948, bengkel ini juga menghasilkan

pesawat WEL X yang di desain oleh Weweko Supono. Pada periode yang sama Nurtanio

mengembangkan klub-klub Aeromodelling di Bandung. Namun aktifitas ini terhenti ketika

terjadi pemberontakan Madiun dan Agresi Militer Belanda 1 dan2.

Setelah negara Indonesia akhirnya disahkan oleh PBB, kegiatan klub-klub Aeromodelling

kembali berlangsung di Lapangan Udara Andir (sekarang bernama Husein Sastranegara)

Bandung. Pada tahun 1953, aktifitas klub-klub ini disatukan dalam organisasi bernama Seksi

Percobaan , beranggotakan 15 orang dan dibawah supervisi Komando Depot Perawatan

Teknik udara dengan Mayor Nurtanio Pringgoadisurjo sebagai pimpinannya. Pada tanggal 1

agustus 1954, Seksi Percobaan berhasil menerbangkan pesawat “Si Kumbang” yang

merupakan hasil desain Nurtanio. Kemudian pada tanggal 24 April 1957, Seksi Percobaan

dirombak menjadi organisasi yang lebih besar yang disebut Sub Depot Penyelidikan,

(20)

7

dan “Belalang 90” yang digunakan untuk melatih kandidat pilot di Akademi Angkatan Udara

dan Pusat Penerbangan Angkatan Darat. Pada tahun yang sama Sub Depot Penyelidikan juga

menghasilkan pesawat “Kumbang 25”. Pada tahun 1960 samapi 1964, Nurtanio dan tiga

orang kolega lainnya dikirim pemeritahan Indonesia ke FEATI (Far Easten Air Transport

Incorporate) di Fillipina untuk mengembangkan pengetahuan aeronatical meeka dan

sekembalinya dari Studi, mereka bekerja di LAPIP.

Pada 16 Desember 1961 pemerintah Indonesia membentuk LAPIP (Lembaga Persiapan

Industri Penerbangan) dibawah kepemimpinan Nurtanio dengan tujuan untuk mempersiapkan

Industri Penerbangan yang mempunyai kemampuan untuk mendukung kegiatan penerbangan

nasional Indonesia. LAPIP pada tahun 1961 kemudian berkerjasama dengan CEKOP (

Industri Pesawat Terbang Polandia) untuk membangun fasilitas perakitan pesawat, Human

Resource Training dan selain itu CEKOP juga memberikan lisensi kepada LAPIP untuk

memproduksi pesawat PZL 104 Wilga (Di Indonesia bernama Gelatik).

Pada tahun 1965 sebagai kelanjutan dari LAPIP didirikan KOPELATIP (Komado

Pelaksaan Industri Pesawat Terbang) utnuk TNI AU dan PN. Industri Pesawat Terbang

Berdikari (di bawah asuhan Pertamina) melalui Dekrit Presiden. Setelah pada tahun 1966

Nurtanio yang merupakan Bapak Penerbangan Indonesia meninggal dunia, pemerintah

menggabungkan KOPELATIP dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari menjadi

LIPNUR (Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio) untuk menghormati kepeloporan

almarhum Nurtanio dalam dunia Penerbangan Indonesia. Kemudian pada tahun yang sama,

melalui perantara Adam Malik yang merupakan Mentri Luar Negri Indonesia, B.J. Habibie

yang ketika itu bekerja di perusahaan Dirgantara MBB (Masserschmitt Blokow Blohm) di

Jerman setelah lulus dari Aachen Technial High Learning, Fakultas Aircraft Constraction,

diminta untuk menyumbangkan tenaganya untuk membangun Industri Penerbangan

Indonesia. B.J. Habibie kemudian membentuk team untuk mempelajari perakitan pesawat di

perusahaan MBB, tempatnya bekerja.

Kemudian pada awal Januari 1974, B.J. Habibie dipanggil Soeharto (Presiden RI kedua)

dan ditunjuk sebagai penasehat Presiden dalam bidang Teknologi. Pertemuan ini juga

melahirkan Badan ATTP (Advanced Technology dan Teknologi Penerbangan Pertamina)

yang dipimpin Habibie dan bertujuan mendapatkan lisensi pembuatan pesawat terbang dari

(21)

8

September 1974, ATTP berhaisl menandatangani perjanjian untuk kerjasama lisensi dengan

MBB (Jerman) dan CASA (Spanyol) untuk memproduksi Helikopter tipe BO-105 dan

pesawat sayap tetap tipe NC-212. Sebagai bagian dari program PELITA (Pembanguan Lima

Tahun) VI oleh Presiden Soeharto, pada tanggal 5 April 1976 dimulailah proses

penggabungan ATTP dengan LIPNUR menjadi PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang

dilanjutkan dengan pembuatan akta notaris no.15 di Jakarta yang mengesahkan B.J. Habibie

sebagai Presiden Direktur. Kemudian pada tanggal 11 Oktober 1985, PT. Industri Pesawat

Terbang Nurtanio mengalami perubahan naman menjadi PT. Industri Pesawat terbang

Nusantara (IPTN).

Kemudian sebagai Perusahaan Dirgantara Indonesia, IPTN melaksanakan program

pengembangan perusahaannya ke dalam 2 tahapan yaitu : Tahap alih teknologi yaitu tahapan

mendapatkan lisensi dari perusahaan dirgantara di luar negeri untuk merakit pesawat dan

helicopter di Indonesia sebagai upaya menyerap keahlian dan teknologi dari luar yang

ditandai dengan memperbarui perjanjian dengan pihak MBB (Jerman) untuk merakit

helicopter tipe BO-105 dan pihak CASA (Spanyol) untuk memproduksi pesawat sayap tetap

tipe NC-212, Perjanjian sebelumnya dilakukan dengan ATTP yang pada tahun 1976 telah

menjadi bagian dari IPTN. Pada tahap alih teknologi ini juga dilanjutkan dengan perjanjian

dengan perusahaan FZ dari Belgia untuk mendapatkan lisensi merakit Helicopter NSA 330

PUMA dan Helicopter NAS 332 Super PUMA. Setelah tahap alih teknologi ini dinilai cukup

sukses, maka IPTN melanjutkan program pengembangannya ke tahap berikutnya yaitu tahap

integrasi teknologi yaitu tahap mengintegrasikan keahlian dan teknologi yang didapatkan dari

luar negeri untuk mendesain dan memproduksi pesawat juga komponen pesawat buatan

dalam negeri. Tahap ini dimulai tahun 1980 yang ditandai dengan menandatangani perjanjian

kerjasama baru dengan perusahaan CASA untuk mendirikan perusahaan patungan bernama

Aercraft Technology Industry (Airtech) untuk merancang dan memproduksi pesawat angkut

serba guna CN-235. Pesawat ini mulai dipromosikan pada pameran ke Dirgantaraan ke 34 di

Perancis pada tanggal 10 Juni 1980. Kemudian tahun 1983, IPTN mendirikan Divisi Sistem

Bersenjata untuk merakit pesawat dan helicopter versi militer sebagai bagian dari

pengembangan usaha dan pasar. Pada tahun yang sama juga dibentuk Divisi Perawatan

Mesin (Universal Maintenence Center) untuk memperbaiki mesin-mesin pesawat terbang dan

(22)

9

IPTN kemudian memperluas pabriknya dengan membangun kawasan industri II, III dan IV.

Perluasan pabrik ini juga diikuti dengan penambahan jumlah karyawan yang mencapai

puncaknya pada tahun 1994 dengan jumlah karyawan 16.000 orang. Kemudian pada tahun

1999, IPTN mengembangkan produk pesawat baru sebagai bagian dari tahap integrasi

teknologi yaitu pesawat CN-250 dan N-2130, namun kedua proyek ini terpaksa dihentikan

sebagai akibat dari krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia dan Asia Tenggara

dimana Lembaga Keuangan Internasional IMF menetapkan syarat bahwa pemerintah

Indonesia harus menghentikan pengaliran dana ke Industri Dirgantara, apabila ingin

mendapatkan bantuan dari lembaga tersebut. Putusnya aliran dana dari pemerintah dan

ditambah dengan menurun tajamnya pesanan pesawat dan helicopter menyebabkan IPTN

dilanda krisis keuangan dan terancam bangkrut.

Pada tanggal 24 Agustus 2000 sebagai langkah dalam krisis keuangannya, IPTN

merampingkan perusahaannya dan sekaligus merubah namanya menjadi PT. Dirgantara

Indonesia. Program perampingan meliputi orientasi bisnis, pengalokasian SDM dalam

jumlah yang sesuai dengan beban kerja dan pengolahan capital dengan pasar yang lebih

terfokus dan tujuan bisnis yang terkonsentrasi.

Sebagai hasil program perampingan, pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an, PT.

Dirgantara Indonesia (PTDI) mulai menunjukan kebangkitannya kembali, banyak pesanan

pesawat datang dari luar negeri seperti negara Thailand, Malaysia, Brunei, Korea, Fillipina

dan negara lainnya. Mesekipun begitu, karena dinilai tidak mampu membayar utang berupa

kompensasi dan manfaat pensiun, dan juga jaminan hari tua kepada mantan karyawannya,

PT. Dirgantara Indonesia dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat 4 September 2007. Namun, pada tanggal 24 Oktober 2007 keputusan pailit

tersebut dibatalkan dan PT. Dirgantara Indonesia masih berjalan hingga sekarang.

Berkaitan dengan itu, sejak Oktober 1998 industri ini mempersiapkan paradigma baru.

Program restrukturisasi permodalan dan keuangan digulirkan. Melalui restrukturisasi ini

postur karyawan menyusut dari 16.000 menjadi 10.000 karyawan. Puncaknya adalah ketika

perubahan nama menjadi PT. DI, dilanjutkan dengan pengukuhan direksi baru. Nama PT.

Dirgantara Indonesia diharapkan melahirkan citra baru yang lebih baik.

Melalui paradigma ini PT. Dirgantara Indonesia lebih berorientasi bisnis dengan

(23)

10

tombak dalam menghasilkan produk dan jasa. Orientasi Dirgantara Indonesia 70% pada

bisnis inti pesawat terbang serta kompetensi lain yang terkait dengan pesawat terbang,

sementara 30% nya pada bisnis plasma. Dengan Paradigma baru ini Dirgantara Indonesia

melahirkan 6 profil center, dan 7 strategic bussines units, serta 5 usaha pendukung. Melalui

implementasi restrukturisasi sejak April 1999 lalu diharapkan industri ini menjadi institusi

bisnis yang adaptif, efisien dengan memberdayakan unit-unit bisnis melalui otonomi,

mempercepat pengambilan keputusan bisnis serta meningkatkan efisiensi operasi.

Nama Perusahaan : PT Dirgantara Indonesia

Bentuk perusahaan : Perseroan Terbatas

Visi

Menjadi perusahaan yang menjadi kelas dunia dalam Industri Dirgantara yang

berbasis pada penguasaan teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global,

dengan mengandalkan keunggulan biaya.

Misi

1. Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil, dan

dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya.

2. Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam rekayasa,

rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk aplikasi di luar

industri global yang mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri

dirgantara kelas dunia lainnya.

3. Menjadikan perusahaan sebagai pemain kelas dunia di Industri Global yang mampu

bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara kelas dunia

lainnya.

Bidang Usaha : Industri Pesawat Terbang

Alamat Kantor : Jl. Pajajaran no. 154 Bandung 40174, Indonesia

(24)

11

2.1.2. Logo Instansi

Setelah beberapa kali pergantian nama ada beberapa logo yang digunakan di PT Dirgantara

Indonesia diantaranya di Era PT IPTN dan Era PT Dirgantara Indonesia

Gambar 2.1. Logo PT. IPTN

Makna dari logo tersebut adalah:

Pada Logo PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)

1. Warna biru angkasa melambangkan langit tempat pesawat terbang.

2. Samping Gatot kaca sebagai perwakilan dari sosok Gatot Kaca yang dalam perwayangan

Indonesia merupakan pahlawan yang memiliki kemampuan untuk terbang di angkasa.

3. Tulisan IPTN adalah lambang dari nama perusahaan IPTN. Melalui kepres RI No.5 tahun

1986 dan RUSPS luar biasa tgl 8 april 1986. Perubahan nama PT Nurtanio menjadi IPTN

(25)

12

Gambar 2.2. Logo PT. Dirgantara Indonesia

Makna dari logo PT Dirgantara Indonesia adalah:

Pada Logo PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)

1. Warna biru angkasa melambangkan langit tempat pesawat terbang.

2. Sayap pesawat terbang sebanyak 3 buah, yang melambangkan fase PT.

Dirgantara Indonesia yaitu :

1. PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio.

2. PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara

3. PT. Dirgantara Indonesia.

3. Ukuran Pesawat terbang yang semakin membesar melambangkan keinginan PT. DI untuk

menjadi perusahaan dirgantara yang semakin membesar disetiap fasenya.

4. Lingkaran melambangkan bola dunia dimana PT.DI ingin menjadi perusahaan kelas

dunia.

2.1.3. Badan Hukum Instansi

PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan BUMN milik pemerintah

yang bergerak di bidang Industri pesawat terbang.

Perusahaan Dirgantara Indonesia berbadan hukum menurut peraturan pemerintah

No.12 tanggal 5 April 1975 dan mulai diresmikan pendiriannya pada tanggal 23 Agustus

(26)

13

BUYER AC

MUHAMMAD NASIR

PLANNER AC

ACHMAD RIZAL MUSTAFA

SPV MATERIAL PLANNER

SUNARYO

MANAGER SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

FERRY ARITONANG

SPV PROCUREMENT NAC

SULTANA WIJAYA

SPV PROCUREMENT AC

FAJAR RUMANTO

SPV PROCUREMENT OUTSOURCING

SUTOPO HADI M

BUYER N AC

SURYANDANA BUYER OUTSOURCING ADI SUDARSONO PLANNER AC ERY KRISTIYANTORO PLANNER AC TAMBA SILABAN PLANNER AC DUDUNG ABDULLAH PLANNER AC

EKO YUDHI P

PLANNER N AC

R ADANG NUGRAHA

PLANNER N AC

TEGUH PANCA R

PLANNER N AC

ROSITA MARIA E

BUYER N AC

KUSUMARJOKO

BUYER N AC

ACHMAD SAPRUDIN

BUYER N AC

NURHANDIYAN D P

BUYER N AC

DINAR MARTIA

BUYER N AC

SUNARYO BUYER AC HASTO SETIANTO BUYER AC SARTONO BUYER AC

SISCHA SRI K R

BUYER AC

FARA SHOFYA

BUYER AC

ADI SUPRIYADI

STAFF STAFF STAFF STAFF

2.1.4 Struktur Organisasi

Didalam perusahaan tentunya ada beberapa divisi yang akan menunjang

prekembangan perusahaan. Pada Gambar 2.3 merupakan Struktur Oraganisasi di PT

Dirgantara Indonesia dari mulai direktur utama sampai divisi-divisi yang mampu

menunjang perkembangan PT Dirgantara Indonesia. Pada Gambar 2.4 adalah Struktur

Organisasi dari SCM (Supply Chain Management) yang merupakan salah satu divisi yang

ada di PT Dirgantara Indonesia.

(27)

14

DIREKTUR UTAMA

SATUAN PENGAWASAN INTERN ASISTEN DIREKTUR

UTAMA

SEKERTARIS PERUSAHAAN

DIVISI PERENCANAAN

PERUSAHAAN DIVISI PENGAMANAN

DIREKTORAT KEUANGAN DIREKTORAT UMUM DAN

SUMBER DAYA MANUSIA

DIVISI KEUANNGAN PERUSAHAAN DIVISI PERBENDAHARAAN DIVISI AKUNTASI DIVISI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

DIVISI ADMINISTRASI SUMBER DAYA MANUSIA

DIVISI PENGADAAN UMUM DAN FASILITAS

DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI

UNIT BISNIS STRATEGIS AIRCRAFT SERVICE

DIVISI PEMASARAN DAN PENJUALAN AIRCRAFT SERVICE

DIVISI PERAWATAN DAN MODIFIKASI

DIVISI MANAJEMEN LOGIETIK AIRCRAFT SERVICES

DIVISI KEUANGAN DAN ADMINISTRASI AIRCRAFT SERVICE

DIREKTORAT NIAGA DAN RESTRUKTURASI DIVISI PENGEMBANGAN USAHA DIVISI PEMASARAN DIVISI PENJUALAN DIVISI RESTRUKTURASI

DIREKTORAT TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN

DIVISI MANAJEMEN PROGRAM

DIVISI PUSAT TEKNOLOGI

DIVISI PUSAT RANCANG BANGUN

DIVISI PUSAT UJI TERBANG

DIVISI SERTIFIKASI DAN KELANGSUNGAN UDARA DIREKTORAT PRODUKSI DIVISI PRODUKSI DIVISI REKAYASA MANUFAKTUR DIVISI MANAJEMEN PROGRAM PERANCANGAN

DIVISI PENGADAAN DAN LOGISTIK DIVISI KOMPONEN PERAKITAN DIVISI REKAYASA MANUFAKTUR

(28)

15

2.1.5 Job Deskripsi

Dari struktur organisasi akan diuraikan job deskrpsi dari setiap jabatan yang ada di PT

Dirgantara Indonesia, diantaranya:

1. Direktur Utama

1. Memimpin dan mengkoordinasikan anggota direksi dalam melaksanakan pengurusan

perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan,

meliputi :

a. Mentapkan Kebijaknan (policy), arah (Direction), dan strategi (Strategi)

perusahaan.

b. Penentuan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana kerja dan

Anggaran Perusahaan (RKAP) untuk disahkan oleh Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS).

c. Pemeliharaan dan pengurusan kekayaan perusahaan.

d. Pelaksanaan portofolio bisnis masing – masing direktorat.

2. Memimpin rapat – rapat direksi.

3. Sebagai kuasa pemegang saham pada anak – anak perusahaan.

4. Bertindak untuk dan atas nam perusahaan selaku pendiri dana pension

2. Asisten Dirut bidang Bisnis Pemerintah

1. Melakukan kajian dan merumuskan arah, sasaran, dan pengorganisasian fungsi bisnis

pemerintah, serta menetapkan kebijakan dan prosedur. Sebagai pedoman bagi

pelaksanaan kegiatan bisnis dan mengarahkan pelaksanaannya secara teknis dan

admministrasi.

2. Mengarahkan Mengarahkan penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan

(PKPT) dan Program Kerja Pengawasan Jangka Panjang (PKPJP) yang berbasis

(29)

16

3. Mengkomunikasikan hasil kajian atas performance gap dan adaptability gap, guna

memastikan bahwa tujuan bisnis internal telah sesuai, memadai, dan dapat

dipergunakan secara efektif untuk mencapai program kerja pemerintah.

4. Dalam melaksanakan fungsinya dapat melakukan akses terhadap semua informasi

baik berupa catatan, data, atau dalam bentuk lainnya, memasuki seluruh tempat atau

wilayah kerja perusahaan, melihat seluruh asset, dan seluruh aktifitas perusahaan,

serta meminta penjelasan yang diperlukan kepada karyawan dan manajemen

perusahaan guna melihat peluang bisnis yang ada.

3. Asisten Dirut Sistem Manajemen Mutu Perusahaan

Mewakili Direktur Utama untuk mengkoordinasikan dan memonitor pelaksanaan fungsi

– fungsi quality yang ada di perusahaan agar mampu memenuhi persyaratan para

pelanggan, sehingga mutu dapat menjadi salah satu citra diri perusahaan yang dikenal

secara positif dan meluas di dunia industry domestic dan internasional.

4. Sekertariat Perusahaan

1. Menjamin pekerjaan – pekerjaan direksi adalah sesuai dengan peraturan – peraturan

perusahaan dan ketentuan – ketentuan dari good corporate governance (GCG).

2. Memfasilitasi pelaksanaan GCG melalui kegiatan – kegiatan perusahaan.

3. Melakukan koordinasi dengan pemegang saham.

4. Mempertahankan citra perusahaan.

5. Menetapkan strategi – strategi kebijakan dan prosedur secara menyeluruh dan

meyakinkan.

6. Membuat laporan kepada eksekutif.

5. Satuan Pengawasan Intern

1. Mengelola fungsi Satuan Pengawasan Intern secara efektif dan efesien, guna

(30)

17

bagi perusahaan, melalui pendekatan penilaian yang sistematis dan teratur dalam

mengembangkan dan menjaga efektifitas system pengadilan internal, pengelolaan

resiko dan proses governance sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang –

undangan yang berlaku.

2. Mengendalikan pelaksanaan proses audit berbasis resiko berdasarkan standar profesi

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, rekomendasi, pelaporan serta pemantauan

tindak lanjut, seta melaksanakan aktifitas monitoring dan konsultatif.

3. Melakukan koordinasi dengan atau menjadi mitra bagi komite audit komisaris dan

aparat eksternak Auditor, serta memantau tindak lanjut temuan hasil audit.

4. Mengelola pelasksanaan audit khusus termasuk namun tidak terbatas untuk

mendalami hasil audit operasional yang berindikasi adanya tindakan kecurangan

sekaligus menilai efektifitas design dan operasi pengendalian internal dalam

pencegahan kecurangan.

5. Mengembangkan program jaminan kualitas audit melalui penilaian internal (Control

Selt Assessment – CSA), pengembangan metode audit dan perencanaan postur

Sumber Daya Manusia, serta program pendidikan dan latihan yang berkelanjutan

berdasarkan standar profesi.

6. Divisi Pengamanan

Melindungi dan mengamankan kawasan perusahaan baik yang berupa sarana maupun

yang berupa prasarana fisik termasuk personel, materil, informasi dan seluruh asset

perusahaan lainnya yang dilakukan melalui pencegahan dan penanggulangan terhadap

setiap tindak criminal yang ada, dari dalam maupun dari luar lingkungan perusahaan

yang dapat merugikan perusahaan.

7. Divisi Perencanaan dan Pengembangan Perusahaan

1. Menyususn Rencana Strategi Perusahaan (RSP) untuk 10 tahun dan rencana jangka

panjang perusahaan untuk 5 tahun kedepan yang adaptif terhadap perubahan

(31)

18

2. Menyususn Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan.

3. Melakukan pengendalian anggaran melalui Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) unit

Organisasi.

4. Melakukan evaluasi kinerja perusahaan, mengidentifikasi alternative tindakan

stratejik atas kesenjangan performansi terhadap rencana yang telah ditetapkan.

5. Menyusun Laporan Manajemen secara periodic dan tahunan (Un-audit & Audited)

atas realisasi kinerja usaha.

6. Menyusun laporan hasil kajian bisnis koorporasi sesuai kebutuhan Direksi, komisaris

dan pemegang saham serta pihak – pihak yang berkepentingan.

7. Melaksanakan pembinaan dan mengevaluasi kinerja Anak perusahaan dan

Perusahaan Patungan.

8. Merencanakan, mengevaluasi dan mengelola portofolio bisnis perusahaan serta

mengembangkan bisnis perusahaan.

9. Memfasilitasi, mengevaluasi dan memantau pelaksanaan manajemen resiko

perusahaan.

8. Direktorat Aerostructure

1. Mengelola bisnis jasa manufacture pesawat dan helicopter baik yang merupakan

rancangan perusahaan aeroscape lain yang dilisensi untuk manufacture di PT. DI.

2. Pertumbuhan detail part dan komponen pesawat terbang sesuai ketentuan

keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan Hidup (K3LH).

3. Pembuatan detail part dan pembuatan komponen helicopter sesuai dengan ketentuan

K3LH.

4. Memasarkan produk pesawat dan helicopter yang di produksi PT.DI.

5. Layanan Purna jual berupa jaminan dari produk pesawat dan helicopter PT.DI.

6. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan aktifitas produksi yang meliputi

proses : metal forming, machining,bonding dan composite, special process dan

surface treatment.

7. Merencanakan , melaksanakan dan mengendalikan pengadaan material yang

(32)

19

8. Mengelola dana operasional yang dialokasikan perusahaan secara efesien dan efektif.

9. Mengelola asset yang disediakan perusahaan secara efesien dan efektif.

9. Direktorat Aircraft Integration

1. Mengelola bisnis layanan modifikasi pesawat dan helicopter hasil produksi PT.DI

maupun produk pesawat dan helicopter hasil produksi aerospace lain yang telah

memberikan lisensi kepada PT.DI untuk memodifikasi produknya.

2. Melakukan modifikasi pesawat dan helicopter sesuai permintaan pelanggan.

3. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan aktifitas produksi yang meliputi

:integrasi peralatan yang dimodifikasi sesuai dengan permintaan pelanggan serta

pengujian pesawat terbang dan helicopter yang telah dimodifikasi tersebut dengan

mematuhi ketentuan keselamatan, kesehatan kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH).

4. Memasarkan layanan modifikasi produk pesawat dan helicopter yang dapat

dilakukan oleh PT.DI.

5. Merencanakan, melaksankan dan mengendalikan pengadaan material yang

dibutuhkan dalam proses modifikasi pesawat dan helicopter.

6. Mengelola dana operasional yang dialokasikan perusahaan secara efesien dan efektif.

7. Mengelola asset yang disediakan perusahaan secara efesien dan efektif.

10.Direktorat Aircraft Service

1. Mengelola bisnis jasa pemeliharaan (maintenance), overhaoul dan perbaikan (repair).

Produk pesawat dan helicopter hasil produksi PT.DI maupun produksi perusahaan

aerospace lain yang telah memberikan lisensi kepada PT. DI untuk memelihara dan

memperbaiki produk pesawat, helicopter serta komponen dan mesinnya.

2. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan aktifitas produksi yang meliputi :

pemeliharaan (maintenance), overhaoul dan perbaikan (repair), produk pesawat dan

helicopter serta komponen dan mesinnya.

(33)

20

4. Bekerjasama dengan Direktorat Aerostructure dalam memasarkan layanan

pemeliharaan (maintenance), overhaoul dan perbaikan (repaiar), produk pesawat dan

helicopter serta komponen dan mesinnya.

5. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pengadaan material yang

dibutuhkan dalam proses pemeliharaan (maintenance), overhaoul dan perbaikan

(repair), produk pesawat dan helicopter serta komponen dan mesinnya.

6. Mengelola dana operasional yang dialokasikan perusahaan secara efektif dan efesien.

7. Mengelola asset yang disediakan perusahaan secara efesien dan efektif

11.Direktorat Teknologi dan Pengembangan

1. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan aktifitas penelitian, rekayasa ,

rancang bangun, pengembangan produk bari baik yang terkait dengan produk pesawat

dan helicopter (aeronautica) maupun produk non aeronautica yang terkait dengan

persenjataan (Hankam), produksi dan pengujian prototype.

2. Membina dan melindungi Hak Kekayaan Intelektual dari produk baru (aeronautica

dan non aeronautica), yang dihasilkan oleh direktorat ini.

3. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pengadaan material yang

dibutuhkan dalam proses pengembangan produk (aeronautica dan non aeronautica).

4. Memasarkan produk baru (aeronautica dan non aeronautica) yang dikembangkan ke

pasar yang sesuai.

5. Mengelola dana operasional yang dialokasikan perusahaan secara efesien dan efektif.

6. Mengelola asset yang disediakan perusahaan secara efesien dan efektif.

12.Direktorat Keuangan dan Administrasi

1. Mengelola keuangan, akutansi dan Sumber Daya Manusia di PT. DI.

2. Melaksanakan hubungan dengan institusi penyedia dana, pemegang saham dan

komunitas keuangan dalam hal provision of capital, investor relation dan short term

finishing.

(34)

21

4. Membina dan melaksanakan penyusunan informasi akuntansi perusahaan secara

efesien dan efektif sehingga informasi akuntansi direktorat agar dapat disajikan dan

dilaporkan secara tepat waktu, tepat saji dan akurat.

5. Melaksanakan pengembangan, implementasi dan koordinasi program sumber daya

manusia di seluruh perusahaan, termasuk melaksanakan fungsi administrasi sumber

daya manusia.

6. Menyediakan pelayanan fasilitas umum.

7. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemanfaatan sumber daya dan fasilitas yang

dialokasikan kepada direktorat – direktorat dengan sumber daya dan fasilitas lain

milik perusahaan untuk

meningkatkan daya saing perusahaan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Supply Chain Management (SCM)

Supply Chain merupakan sistem organisasi, kelompok, aktivitas, informasi, dan

sumber daya yang terlibat dalam memindahkan suatu produk atau jasa dari supplier ke

customer. Aktivitas supply chain mengubah suatu sumber daya, material, dan komponen

menjadi suatu produk yang akan disampaikan ke tangan pelanggan. Aktivitas supply chain

mencakum semua dari pengembangan produk, modal, produksi, dan logistik, serta seistem

informasi untuk mengkoordinasi aktivitas tersebut

Supply Chain merupakan suatu kesatuan rantai pemasok dimana salah satu dan yang

lainnya harus saling melengkapi satu sama lain, atau dengan kata lain Supply Chain

berari jaringan suatu kesatuan antar perusahaan untuk suatu tujuan akhir dimana dalam

hal ini adalah konsumen.

Supply Chain Management (SCM) adalah suatu pengetahuan dan seni dimana suatu

perusahaan berusaha menemukan metode bagaimana menyuplai suatu material agar

dijadikan suatu produk atau jasa dan akhirnya menyuplaikannya hingga sampai ke tangan

pelanggan yang semuanya harus dilakukan seefektif dan seefisien mungkin sehingga

(35)

22

Supply Chain Management mencakup aktivitas dimulai dari supplier, pabrik,

distributor, toko atau ritel, serta perusahaan pendukung seperti jasa logistic dan lain – lain.

Dan cakupan kegiatannya dimulai dari kegiatan merancang produk baru (product

development) kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement), kegiatan merencanakan

produksi dan persediaan (planning and control), kegiatan melakukan produksi

(production), dan kegiatan melakukan pengiriman (distribution).

Pada ketika mengelola Supply Chain Management yang harus kita perhatikan ialah

mencakup pada aliran barang dari hulu ke hilir. Contohnya bahan baku yang dikirim dari

supplier ke pabrik, setelah produksi selesai dikirim ke distributor, pengecer, kemudian ke

pemakai akhir. Kemudian aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Dan

aliran informasi yang terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.

Peranan mediasi pasar sangatlah berpengaruh penting agar pengelolaan SCM bisa

berjalan baik. Karena mediasi pasar berhubungan dengan pemakai akhir (konsumen), dan

tentu kita harus mengenal bahkan harus mengetahui perkembangan trend atau mode yang

terjadi di masyarakat. Peranan tekhnologi dewasa ini tentu suatu hal yang mutlak harus

kita ikuti dan kita pelajari agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Dalam Supply Chain

Management peranan teknologi internet sangatlah berguna penting agar usaha

mendapatkan informasi perbekalan dari pemasok / suplier dan serta untuk pemenuhan

penyelesaian proses yang telah direncanakan dengan rekan kerja kepada pelanggan agar

lebih efektif dan efisien dalam segi apapun.

Supplier dalam Supply Chain Management berperan sebagai pemasok bahan baku

untuk diproses atau diolah ke tahap selanjutnya. Supplier bisa lebih dari satu dalam

Supply Chain Management. Manufacturer berarti pabrik atau perusahaan pengolah produk

dari supplier, atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng

asembling, merakit, mengkonversikan ataupun menyelesaikan barang (finishing).

Distributor dalam Supply Chain Management berperan sebagai pengirim produk agar

sampai di tangan pelanggan pada waktu dan tempat yang tepat. Outlet atau Retail

berfungsi untuk menerima pruduk yang dkirim oleh distributor untuk dipasarkan / dijual

kepada coustomer. Dan Customer ialah sebagai titik akhir dalam tujuan Supply Chain

(36)

23

Supplier Partnership bisa diartikan sebagai rekan kerja yang bekerjasama hanya

dengan suatu perusahaan tertentu saja, dan hal ini merupakan Strategic Alliance agar

proses pergerakan rantai Supply Chain lebih efektif dan efisien. Dan konsep ini

menganggap bahwa hanya dengan supplier partnership, key suppliers untuk barang

tertentu merupakan strategic sources yang dapat dihandalkan dan dapat menjamin

lancarnya pergerakan barang dalam supply chain. Agar Supply Chain yang kita kelola bisa

berjalan dengan baik tentu kita harus mengetahui gambaran sesungguhnya dan lengkap

mencakup seluruh mata rantai mulai dari awal sampai ke mata rantai yang terakhir.tentu

sudah bisa dibayangkan apabila kita bisa mengelola Supply Chain Management dengan

baik dan salah satu diantaranya yaitu dapat mengurangi stok atau persediaaan yang

mungkin bisa diminimalisir seefektif dan seefisien mungkin, dan tentu juga hal ini bisa

menjadi sebagai jaminan atas proses kelancaran pergerakan produk dari hulu hingga

sampai ke end user.

Adapun beberapa kunci penting untuk menunjang proses bisnis supply chain

management:

a) Customer service management process

Menyangkut hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya. Diperlukan

sistem informasi pelanggan agar perusahaan mampu memberikan info secara

real-time mengenai penjadwalan dan ketersediaan produk

b) Procurement process

Merupakan rencana strategis dengan supplier untuk membantu proses manjemen

manufaktur dan pengembangan produk. Aktivitasnya berhubungan dengan

bagaimana mendatangkan produk dan material dari luar dengan resource

planning, supply sourcing, negotiation, order placement, inbound transportation,

storage, handling dan quality assurance, yang meliputi tanggungjawab

koordinasi dengan penyuplai saat melakukan penjadwalan, kontinuitas suplai,

pembatasan, dan riset sumber daya baru.

c) Product development and commercialization

Pelanggan dan penyuplai harus terintegrasi dalam pengembangan produk agar

(37)

24

d) Manufacturing flow management process

Proses manufaktur harus flexible merespon perubahan pasar dan mampu

mengakomodasi penyesuaian massal. Aktivitasnya berhubungan dengan

planning, scheduling and operasi-opersai pendukung manufaktur seperti:

work-in-process storage, handling, transportasi , waktu perpindahan komponen,

inventory di lantai produksi, dan fleksibilitas maksimal koordinasi geografis.

e) Physical distribution

Distribusi fisik menyangkut perpindahan produk jadi hingga ke tangan

pelanggan. Dan ketersedian produk merupakan bagian vital bagi setiap pelaku

proses pemasaran.

f) Outsourcing/partnerships

Tujuan utamanya adalah memudahkan seluruh proses penyedian material dan

layanan. Dengan adanya outsourcing/partnership, perusahaan dapat fokus ke

aktivitas lain yang lebih menguntungkan

g) Performance measurement

Karena kompetensi logistik menjadi faktor kritis dalam mempertahankan

keunggulan kompetitif, evaluasi performansi logistik menjadi sangat penting.

Pengukuran ini meliputi: biaya, customer service, kapasitas produktivitas,

kemampuan aset, kualitas, persepsi pelanggan, dan benchmarking.

h) Warehousing management

Untuk mengurangi biaya dan pengeluaran perusahaan, manajemen gudang

memegang peran penting. Area gudang sangat penting yang dapat

mempengaruhi resiko kerusakan barang, waktu loading dan unloading, jumlah

stock dan biaya simpan, waktu delivery, jarak dengan lantai produksi, dan

sebagainya.

2.2.2 Logistik

Logistik adalah manajemen aliran sumber daya antara titik awal sampai konsumsi

baik oleh pelanggan atau perusahaan dalam memenuhi suatu kebutuhan. Sumber daya ini

bisa berbentuk fisik seperti material, komponen, makanan, peralatan, dan sebagainya atau

(38)

25

meliputi material handling, produksi, packaging, inventori, transportasi, gudang, dan

keamanan

Manajemen Logistik adalah bagian dari manajemen rantai suplai (SCM) yang

membuat perencanaan, implementasi dan mengontrol dengan efisien, efektif, aliran

barang, layanan, dan informasi yang berhubungan antara titik awal sampai konsumsi

dalam memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan.

Contoh kajian logistik:

1. Procurement logistics

Menyangkut penyediaan sumber daya. Aktivtas yang terlibat seperti riset pasar,

perencanaan kebutuhan pelanggan, keputusan make-or-buy, supplier managemen,

pemesanan, dan kontrol pesanan.

2. Production logistics

Menghubungkan penyediaan dengan logistik distribusi. Fungsi utamanya adalah

menggunakan kapasitas produksi yang tersedia untuk memproduksi produk yang

dibutuhkan logistik distribusi. Logistik produksi berhubungan dengan konsep

organisasi, perencanaan layout, dan pengontrolan.

3. Distribution logistics

Memiliki tugas utama yaitu bagaimana mengantar suatu produk jadi ke

pelanggan. Logistik distribusi meliputi pemrosesan pesanan, warehousing, dan

transportasi.

4. Disposal logistics

Fungsi utamanya adalah bagaimanan mengurangi biaya logistik dan

meningkatkan layanan yang berhubungan dengan pembuangan limbah yang

muncul saat operasi bisnis dilakukan.

5. Reverse logistics

Menyangkut seluruh operasi yang berhubungan dengan penggunaan kembali

suatu produk atau material. Prosesnya meliputi manajemen kelebihan produksi

dan produk yang dikembalikan oleh pelanggan.

6. Green Logistics

Menyangkut seluruh aktivitas yang bertujuan mengukur dan meminimalisir

(39)

26

7. After-sale Logistics

Menyangkut kegiatan logistik yang dilakukan untuk menjamin produk tetap

berfungsi tanpa masalah dalam jangka panjang dan memenuhi standar perusahaan

sesuai ketika produk sebelum dijual yang masih bernilai tinggi, seperti perbaikan

dan perawatan.

8. Domestic Logistics dan Global Logistics

Merupakan rentetan kegiatan logistik yang kompleks, yang dilakukan baik di

dalam negeri maupun di luar negeri dalam status ekspor-impor. Di dalam kegiatan

logistik, pemerintah menjadi organisasi yang terlibat baik sebagai pelaku ataupun

pengawas.

Uncontrolable

1. Ekonomi

2. Kompetisi

3. Teknologi

4. Geografi

5. Sosiologi

6. Politik dan regulasi

Control

1. Cost services

2. Inventory

3. Packaging

4. Transportation

5. Warehousing/storage

(40)

27

2.2.3 SAP

SAP atau System Aplication and Product adalah satu aplikasi bisnis manajemen

yang terintegrasi, dibangun dalam modul-modul yang terstruktur.

“SAP AG (FWB: SAP NYSE: SAP) adalah perusahaan Jerman yang merupakan

perusahaan perangkat lunak terbesar di Eropa. SAP didirikan pada tahun 1972 dengan

nama Systemanalise und Programmentwicklung oleh 5 mantan karyawan IBM di

Mannheim, Jerman. Kantor pusatnya di Walldorf, Jerman. Perusahaan ini mempekerjakan

35.873 pekerja pada tahun 2005″

Secara bebas SAP dapat diterjemahkan sebagai sebuah sistem aplikasi yang

dikembangkan oleh SAP AG Jerman. Aplikasi ini digunakan untuk memproses semua

data yang diperlukan untuk mengelola semua sumber daya yang dimiliki oleh suatu

perusahaan. Untuk mencapai kondisi ideal tersebut, SAP dilengkapi oleh tiga buah module

besar yaitu modul Finance (mengurus segala hal berkaitan dengan keuangan perusahaan),

Logistic (mengurus segala hal berkaitan dengan sumber daya yang berbentuk barang baik

asset bergerak ataupun tetep), dan Human Resource (mengurus segala hal berkaitan

dengan personalia). Dari ketiga module tersebut masih bisa di breakdown lagi menjadi

submodul submodul yang jumlahnya bisa mencapai puluhan submodul.

Finance : Financial Accounting, Treasury, Controlling, etc

Logisitic : Material Management, Sales and Distribution, Plant Maintenance, etc

Human Resource : Payroll, Time Management, Personel Management, etc

Dari sisi teknikal ketiga modul diatas akan disupport oleh sebuah middleware

(aplikasi antara) yang akan menjembatani antara SAP dengan Database dan Sistem

Operasi yang digunakan. Pada awal perkembangannya middleware ini disebut sebagai

modul Basis yang pada perkembanganya kemudian dikenal sebagai Aplication Server

(AS). Selain dilengkapi dengan customizing tools standard, para pengguna SAP juga dapat

melakukan modifikasi pada aplikasi ataupun program yang dibangun menggunakan

bahasa pemrograman SAP yang biasa dikenal dengan ABAP (Advance Business

(41)

28

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Departemen Supply Chain Management

Sistem yang ada di dalam ruang lingkup SCM yang ada PT Dirgantara Indonesia adalah

beberapa tahapan masukan serta keluaran untuk pengadaan suatu barang/material seperti

[image:41.612.97.516.252.453.2]

yang terdapat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Ruang Lingkup Logistik PT. Dirgantara Indonesia

Disini menjelaskan untuk tahapan yang digunakan di PT Dirgantara Indonesia adalah

masukkan dan keluaran yang bergaris warna biru. Mulai dari Approved Proposal sehingga

mengkasilkan budget yang diajukan untuk pengadaan barang/material sampai Schedule yang

disiapkan untuk melakukan pemesanan barang/material.

3.2. Manufacturing Planning

Manufacturing Planning merupakan departemen yang membuat perencanaan penggunaan

material dalam produksi, dari mulai pemesanan, pemeliharaan sampai penjadwalan harus

sudah terkoordinasi denga baik didalam proses perencanaan.

0 $0

Manag e Logistics

Budg et Peng adaan Material , Outsourcing dan Investasi

MR & OR

PA Approved RKA

TM/TJ

RKM & RKO

Approved Proposal (Investasi)

MBOM & MRL

Prod. Schedule

QSL QPL

Quotation

Vendor Invoice

RKM, RKO & RKI

Jadual Pengadaan Material, Outsourcing, Investasi

PO/ Contract/IWO & Schedule

Payment Request Material Return to Supplier

Outgoing Material Prod. Material AE Product & Document Business

Strategy/Regulation/ Policy/RJPP/RSP

RFQ

Material Return to Store Production Order Incoming Material / Document

(42)

29

3.3. Material Planner

Material Planner merupakan perencanaan pengadaan barang/material. Tugas seorang

planner pada umumnya adalah pelayanan pengadaan material yang diperlukan untuk

[image:42.612.112.512.176.422.2]

produksi. Berikut adalah diagram Ruang Lingkup Job Planner pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Ruang Lingkup Supply Chain Management

Pada gambar diatas ini ada beberapa tahapan sebagai seorang planner yang bertugas

untuk pelayanan pengadaan barang, pada garis berwarna biru itu adalah ruang lingkup job

planner untuk proses pengadaan barang, dari mulai approved proposal menuju penyusunan

budget kemudian membuat Purchase Requisition kemudian persetujuan Purchase

Requisition sampai penjadwalan pengadaan barang.

1 $0 Receive & Compile Data 2 $0 Define Net Requir ement 3 $0 Search for New Supplier 4 $0 Make PR 5 $0 Penyusunan Budget Material, Outsourcing dan investasi 6 $0 Manag e PR Approval

7 $0 Visibility & Control Logitics Report

RKM & RKO MR & OR

Incoming Material Report

QSL

Reject Tag

New Material Price

Data Base Material Price Approved PR Rough Material Requir ed & Schedule

MBOM & MRL

RKM, RKO & RKI Jadual Peng adaan Material, Outsourcing , Investasi

Approved RKA QPL

Material Purchasing Survey Request Draft PR Data Base Material Price Approved Pr oposal (Investasi) Material on hand data IWO Request PO/Contract/IWO Status QPR

Pr od. Schedule

(43)

30

3.3.1 Alur Proses Bisnis Inventori

Proses ini berjalan agar mudah untuk melakukan aktivitas pengadaan

barang/material dari mulai awal pemesanan sampai pesawat jadi dan diberikan ke

customer. Proses ini digambarkan secara keseluruhan yang terdapat pada Gambar

[image:43.612.147.456.169.470.2]

3.3.

Gambar 3.3. Alur Bisnis Proses Inventori

Keterangan:

SCM : Supply Chain Management

PR : Purchase Request

S/P : Surat Pembelian

PO : Purchase Order

RV : Receiving Voucher

DR : Descrepancy Report

MT : Material Ticket

(44)

31

Penjelasan dari alur diatas yaitu mulai dari SCM Supply Chain Management,

sebenarnya untuk proses pengadaan dimulai dari Planner Material yang bertugas

untuk membuat PR (Purchase Request) yaitu permintaan barang/material apa saja

yang dibutuhkan. Kemudian setelah selesai pembuatan PR (Purchase Request),

diserahkan ke Procurement atau bisa disebut Buyer, disini Buyer setelah menerima

PR (Purchase Request) dari Planner, Buyer langsung membuat S/P (Surat

Pemberlian) atau PO (Purchase Order), lalu Buyer mencari vendor atau supplier

untuk pembelian barang/material.

Proses selanjutnya setelah negosiasi dengan vendor atau supplier selesai dan ada

kesepakatan spesifikasi, harga dan lain-lain, barang/material yang dikirim dari

vendor atau supplier akan dilakukan receiving sebelum barang/material masuk ke

storage. Tahapan receiving ini dikamsudkan agar ketika ada barang yang tidak sesuai

dengan kebutuhan bisa langsung dikembalikan ke vendor nya dengan cara

memberikan report ke Buyer sehingga Buyer akan langsung negosiasi kembali

dengan vendor nya. Pada proses receiving ini barang/material yang masuk akan

disertai dokumen RV (Receiving Voucher) dan DR (Descrepancy Report).

Setelelah proses receiving selesai kemudian ke tahapan selanjutnya yaitu

Storage. Barang/material yang selesai diperiksa dan sesuai dengan kebutuhan yang

dipesan maka akan langsung dipindahkan ke Storege dengan disertai dokumen MT

(Material Ticket). Barang/material yang sudah tersimpan di Storage kemudian akan

digunakan untuk proses produksi sesuai dengan kebutuhan produksinya.

Proses yang terakhir yaitu Shipping, disini adalah proses finishing pembuatan

pesawat dimana pesawat yang sudah jadi akan langsung diberikan kepada customer

dengan disertai MD (Material Delivery).

Semua dokumen yang terkait dalam proses ini merupakan traceabillity atau

ditelusuri dari aspes dokumen dan barang/material yang memenuhi persyaratan

spesifikasi pelanggan.

Alur proses ini juga dapat dilihat pada Gambar 3.4. dimana proses digambarkan

(45)
[image:45.612.251.379.52.368.2]

32

Gambar 3.4. Flowchart Alur Bisnis Proses Inventori

3.3.1 Alur Proses Pengadaan Barang

Proses pengadaan barang dimulai ketika datang order material. Spesifikasi dan

jumlah material yang diperlukan berasal dari MBOM (Manufacturing Bill of

Material) yang akan diproses oleh planner sehinggal material apa yang dibutuhkan

akan segera dicek atau jika barang tidak ada atau habis planner akan membuat

permintaan pemesanan barang/material.

(46)

33

[image:46.612.221.368.71.337.2]

Gambar 3.5. Alur Pengadaan Material

Gambar diatas ini menggambarkan alur proses pengadaan barang/material,

MBOM (Manufacturing Bill of Material) didalam proses MBOM ini, planner

melakukan pemesanan barang/material sampai proses itu selesai, barang/material

sampai di gudang kemudian apabila tim produksi membutuhkan barang/material

tetapi material itu tidak ada maka akan dilaporkan ke planner sehinggal planner bisa

melakukan pemesanan lagi atau mengganti barang/material yang ada yang fungsinya

dapat dikatakan sama yaitu dinamakan SOM (Subtitute of Material).

Untuk melakukan pengadaan material, planner harus membuat permintaan

pembelian atau Purchase Requisition (PR). Selanjutnya buyer melakukan riset pasar

untuk mendapatkan kesepakatan harga terbaik dengan vendor atau supplier. Dokumen

(47)
[image:47.612.143.536.73.284.2]

34

Gambar 3.6. Alur Purchase Requisition (PR)

Dokumen Purchase Requisition (PR) ini harus melalui beberapa apporve, mulai

dari approve PR by SPV, apporve PR by QC, appove PR by Manager, approve PR by

Kadiv LB, trakhir melalui approve PR by Budget control div. Perencanaan, setelah

semua beres baru diserahkan ke buyer untuk proses selanjutnya yaitu proses penarian

barang/material.

Pada Gambar 3.7 ini menjelaskan alur Requisition for Quation (RFQ) yaitu proses

dimana planner memberikan Purchase Requisition (PR) kepada buyer.

Gambar 3.7. Alur Requisition for Quation (RFQ)

1 $0 Approve PR by SPV 2 $0 Approve PR by QC 3 $0 Approve PR by Manag er

4 $0 Approved PR by GM/ Kadiv LB 5 $0 Approve PR by Budg et Control/

Div. Perencanaan

Jadual Peng adaan Material, Outsourcing, InvestasiRKM, RKO & R KI

Approved PR Draft PR 1 $0 Create RFQ/ Undangan Lelang 2 $0 Approve RFQ 3 $0 Send RFQ 4 $0 Anwijzing 5 $0

[image:47.612.148.533.484.684.2]
(48)

35

Pembelian barang/materia hanya dapat terjadi setelah ada persetujuan dari Kepala

Divisi Pengadaan dan Logistk, Manager SCM, Supervisor Buyer, Buyer. Selanjutnya

dikeluarkan Purchase Order (PO). Dengan dikeluarkan Purchase Order (PO), maka

buyer dapat melakukan pembelian material dengan melakukan riset pasar terlebih

dahulu untuk mendapatkan harga dan kualitas yang baik dari vendor atau supplier.

Pada Gambar 3.8 merupakan alur proses dari Purchase Order (PO) dari mulai keluar

Purchase Order (PO) dengan budget penawaran baru hinggal approve Purchase Order

(PO). Purchase Order (PO) hanya untuk pembelian barang/material di pasar luar

negeri, untuk pembelian di dalam negeri semacam Purchase Order (PO) tapi namnya

[image:48.612.150.497.301.461.2]

S/P atau Surat Pembelian.

Gambar 3.8. Alur Purchase Order (PO)

1 $0

Create PO/Contract/IWO

2 $0

Approve PO/IWO/Contract New Price

PO/ Contract/IWO & Schedule

IWO Request

Decided Supplier Draft PO/IWO/Contract

(49)

36

Pada Gambar 3.9 merupakan alur dari proses negosiasi dimana buyer akan

negosiasi harga dengan vendor atau supplier hingga mencapai kesepakatan antara

[image:49.612.145.498.155.331.2]

buyer dan vendor atau supplier.

Gambar 3.9. Alur Negosiasi

3.3.2 Update Stok Barang/Material

Data stock material planner harus selalu disesuaikan dengan kondisi secara

aktual, di gudang secara periodik agar planner dapat melakukan pengontrolan jumlah

barang/material dengan akurat. Tujuannya adalah agar planner dapat melayani

permintaan dan membuat permintaan pengadaan material dengan jumlah dan waktu

yang tepat, jadi planner tahu kapan untuk melakukan permintaan pengadaan

barang/material dengan interval waktu yang tepat. Dengan pengontrolan yang baik

akan menjamin kelancaran proses produksi.

Update stock barang/material ini dilakukan pada matriks atau MBOM

(Manufacturing Bill of Material) salah satu program produksi pesawat. Dibawah ini

adalah contoh matriks untuk CN-235 pada Gambar 3.10.

1 $0 Receive Quotation 2 $0 Process Lelang 3 $0 Negotiate Price 1 4 $0 Resume & Evaluate Quotation RFQ Quotation Evaluation Sheet Quotation

(50)
[image:50.612.109.561.70.343.2]

37

Gambar 3.10. Matriks CN-235

3.3.3 Subtitute of Material (SOM)

SOM (Subtitute of material) merupakan langkah pergantian suatu material asal

dengan material alternatif dikarenakan persediaan material yang asal habis no stock

atau ada masalah perbedaan dimensi material. Dengan SOM (Subtitute of material)

mesikpun material yang dibutuhkan tidak ada atau habis, tidak mengganggu proses

produksi . SOM (Subtitute of material) ini berlaku untuk material metal, nonmetal,

standar part, maupun asesoris dengan syarat material alternatif memiliki persediaan

yang mencukupi.

Proses SOM melibatkan tiga pihak yang berbeda dan proses ini bisa dilaksanakan

apabila ketiga pihak tersebut menemukan kata sepakat acceptable, ketiga pihak

tersebut adalah:

1. Planner, sebagai pengaju material pengganti (alternatif)

2. Engineering, sebagai pihak yang menyetujui pengajuan material pengganti

(51)

38

3. Planning, bertindak sebagai pengeksekusi atau pihak yang merubah material

asal menjadi material alternatif di dalam proses sheet serta melampirkan

operasi tambahan apabila engineering meminta untuk menambahkan operasi

tambahan.

SOM (Subtitute of material) ini dilakukan dengan melihat stok barang/material di

matriks atau MBOM (Manufacturing Bill of Material) atau sekarang sudah lebih

mudah untuk melihat stok barang/material yaitu dengan menggunakan program SAP.

Pada Gambar 3.11 merupakan alur dari pengadaan material dan SOM (Subtitute

of material). Pertama itu cek matriks atau MBOM (Manufacturing Bill of Material)

jiga matrial tidak ada atau habis, tugas planner untuk membuat Purchase Requisition

(PR) yang diserahkan ke buyer untuk negosiasi dengan vendor atau supplier, lalu

dilakukan pengecekan sebelum material disimpan ke gudang. Untuk proses SOM

(Subtitute of material) diawali dengan permintaan barang/material yang tidak ada

tetapi ada barang/material yang dimensi atau spesifikasi nya hampir sama dengan

barang/material yang diminta. Pertama dari planner melakukan pengecekan ke gudang

lewat matriks atau MBOM (Manufacturing Bill of Material) jika barang/material

tersebut cocok untuk di SOM (Subtitute of material), maka oleh planner akan langsung

di SOM (Subtitute of material) tetapi jika barang/material tidak ada sama sekali maka

kembali ke proses pembuatan Purchase Order (PO).

[image:51.612.147.541.494.665.2]

(52)

39

Tujuan dilakukannya SOM (Subtitute of material) adalah efisiensi waktu dan

biaya. Dengan melakukan SOM (Subtitute of material), departemen produksi tidak

perlu menunggu pemesanan

Gambar

Gambar 2.1. Logo PT. IPTN
Gambar 2.2. Logo PT. Dirgantara Indonesia
Gambar 2.3. Struktur Organisasi SCM PT Dirgantara Indonesi
Gambar 2.4. Bagan Struktur Organisasi PT Dirgantara Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanabe Indonesia dalam menjaga persediaan produk obat yang harus tersedia di gudang obat agar dapat memenuhi distribusi karena terdapat proses- proses dalam sistem

Administrator mengelola data staff user, partner user, customer, supplier, produk, model, warna, pengemasan, material pengemasan, tipe produk, material, jenis material,

Sistem Informasi (SI) adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan, dan menyebarluaskan data dan informasi dan

Hal ini yang menyebabkan wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati ( biodiversity ) laut terbesar di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi Supply Chain Management PT Unilever Tbk memiliki empat komponen yang diterapkan yaitu ketidakpastian rantai pasok, pengelolaan skala

Laporan kerja praktik ini berjudul “Tugas Sekretaris Dalam Melaksanakan Prosedur Arsip Secara Digital Pada Divisi Perawatan dan Modifikasi di PT Dirgantara

Untuk melihat gambaran perbandingan terhadap alternatif proses pengelolaan sisa bahan baku PT Dirgantara Indonesia berupa potongan aluminium yang dihasilkan dari proses

Pada usulan rancangan situs web e-SCM PT Terra Factor Indonesia, dilengkapi dengan media community yang menampilkan thread yang berhubungan dengan promo dari PT Terra