• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh feminisme liberal terhadap Counter legal draft kompilasi hukum Islam (CLD KHI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh feminisme liberal terhadap Counter legal draft kompilasi hukum Islam (CLD KHI)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FEMINISME LIBERAL TERHADAP

COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM (CLD KHI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Tohirin

NIM : 102044125024

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENGARUH FEMINISME LIBERAL TERHADAP COUNTER

LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM (CLD KHI) ini telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 30 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I.) pada Program Studi Peradilan Agama.

Jakarta, 30 Mei 2008

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA (……….) NIP. 150 275 509

2. Sekretaris : Kamarusdiana, S. Ag, M. Hum (……….) NIP. 150 285 972

(3)

4. Penguji I : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA (……….) NIP. 150 275 509

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatulah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Mei 2008

(5)

MOTTO

maut boleh menjemputku tapi tidak untuk menghapus jejakku

setidaknya aku telah mengikatnya dalam serakan tinta-tintaku

aku memang yang terakhir

tapi aku harus menjadi yang pertama dalam hal idealisme dan cinta ilmu

aku adalah aktor dalam sebuah pertunjukan aku adalah tokoh dalam sandiwara kehidupan aku tahu, bahwa aku harus menuntaskan misi sang tokoh

aku akan tetap hidup untuk mencapai titik kemenangan atau mati dengan menyisakan suritauladan

jika aku gagal bercinta dengan wanita, biarkan aku bercinta dengan buku jika aku gagal beristerikan wanita, biarkan aku beristri ilmu pengetahuan

dan jika aku gagal mewariskan harta benda, biarkan aku mewariskan tulisan dan sejarah kehidupan

(6)

ABSTRAK

Adalah sebuah keniscayaan memang, bahwa perubahan zaman senantiasa menuntut

adanya perubahan-perubahan di berbagai bidang. Apalagi di tengah arus globalisasi,

dimana pertukaran informasi berjalan sedemikian cepatnya yang membuat dunia seluas ini

tak ubahnya desa kecil (global village). Pada aras ini, penyesuaian-penyesuaian adaptif harus juga secepatnya dilakukan, selaras dengan laju perubahan tersebut.

Hukum, adalah bagian penting (kalau tidak malah terpenting) yang mau tidak mau

juga harus berubah selaras dengan dinamika perubahan zaman. Mandeg dalam

merumuskan formula hukum, membuatnya akan tertinggal di belakang (lag behind) dan

mangkir dari konteks yang semestinya. Dalam hal ini, Kompilasi Hukum Islam (KHI)

adalah di antara sekian hukum yang ditengarai oleh berbagai pihak telah mengalami

kemandegan itu. Karenanya, Tim Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI

Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengusulkan perubahan KHI dengan mengajukan Counter Legal Draft KHI (CLD KHI).

Sebagaimana kemandegan yang maniscayakan adanya kritik, demikian pula

perubahan. Demikianlah logika yang harus dijalankan supaya semuanya tetap berada dalam

koridor keseimbangan yang semestinya. Counter atas counter (al-tahâfut ‘alâ al-tahâfut),

demikian mungkin yang penulis lakukan dalam skripsi ini. Kritik ini tentu saja bukan

(7)

tesis, antitesis, dan sintesis-nya Hegel. Lebih dari itu, penulis melihat ada persoalan penting

yang harus diurai dan diangkat ke permukaan.

Dengan “dalih” perkembangan zaman, perubahan KHI agaknya menjadi

keniscayaan yang harus diterima. Hal ini tentu saja tak selamanya salah. Tapi penerimaan

perubahan secara taken for granted (baca: taklid buta/tidak sadar bahwa dirinya tidak sadar)

adalah satu hal yang tak dapat dibenarkan. Terlebih lagi jika mengingat tidak semua

perubahan berarti kebaikan dan berdampak positif.

Dalam pengamatan penulis, penetrasi cara pikir melalui – meminjam istilah

Gramsci – hegemoni telah merasuki CLD KHI dimana untuk mengurainya diperlukan

adanya analisa epistemologis-teoritis. Tidak kasat mata memang. Namun sangat urgen,

karena hal itu menyangkut asas di balik apa yang nampak. Konsepsi kesetaraan gender

yang diusung oleh CLD KHI ternyata sebangun dengan konsepsi Feminisme Liberal yang

tumbuh di Barat.

Gerakan serupa pernah muncul di Barat, terutama di beberapa negara sosialis. Uni

Soviet, Kibbutz-Israel, Cina, Kuba adalah beberapa contoh di antara negara-negara yang

pernah mengaplikasikan cara pandang kesetaraan gender sebagaimana gerakan perubahan CLD KHI. Eksperimen negara-nagera tersebut ternyata menuai kebuntuan. Pada ujungnya

memunculkan arus balik gerakan yang menamakan diri sebagai ekofenisme. Beberapa

feminis juga menyatakan sadar akan kekeliruannya. Titik klimaks perjuangan ini hanya

(8)

salah satu pentolan feminisme – disebut sebagai “kemenangan yang malang” (Pyrrhic victories).

Amerika, yang mendaku dirinya sebagai negara paling demokratis juga mengalami

pengalaman serupa. Khusus untuk gerakan Feminisme Liberal yang banyak muncul di

sana, meskipun gerakan ini tidak secara transparan menyerang institusi keluarga

sebagaimana yang dilakukan oleh feminis Marxis-Sosialis dan Feminisme Liberal, tapi

hasil akhirnya sama. Dalih kebebasan (liberty) dan kesetaraan gender (gender equality)

yang diperjuangkan oleh gerakan ini pada ujungnya mengeleminir keharmonisan keluarga

dan menimbulkan problematika sosial tersendiri.

Kesalahan utama yang dilakukan oleh para feminis ini (termasuk di dalamnya para

pengusul CLD KHI) adalah paradigma kesetaraan gender yang mereka pakai. Perbedaan peran sosial (baca: gender) yang selama ini mereka asumsikan sebagai konstruk sosial,

terbukti tidak benar. Sebab, perbedaan peran yang selama ini terjadi bukannya disebabkan

oleh struktur patriarkhat (setidaknya bukan itu faktor determinannya), namun disebabkan

oleh –terutama– komposisi biologis yang bersifat kodrati, selaras dengan “filosofi

penciptaan” dalam Islam.

Michael Gurian, dalam bukunya, What Could He Be Thinking? How a Man’s Mind

Really Works, mengatakan: sebelum para ilmuwan berhasil memfoto saraf otak manusia, kita hanya berkata; apa yang disebut sifat dasar manusia itu omong kosong. Manusia adalah

(9)

berkata; sifat dasar lelaki atau sifat dasar perempuan itu tidak ada. Semua orang

mempunyai otak yang sama, yang dibentuk jadi maskulin dan feminin oleh budaya. Jika

ingin mengubah manusia, kita hanya perlu mengubah apa yang disosialisasikan oleh

budaya kita. Akan tetapi, setelah kita melihat PET scan dan MRI scan, keyakinan tersebut tidak lagi sahih. Meskipun budaya (culture) mempengaruhi pakaian-pakaian psikologis

masing-masing, tapi tetap saja, laki-laki dan perempuan mempunyai karakter yang berbeda.

Budaya itu penting, tapi faktor biologi sekarang lebih penting.” Kemudian ia melanjutkan:

menerima kenyataan bahwa lelaki dan perempuan sangat berbeda merupakan sebuah

keniscayaan dan akan menopang keutuhan rumah tangga kami. Kami berdua adalah

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur terhatur ke hadhirat Dzat Yang Maha Ghafur, atas karunia, rahmat,

hidayah dan inayah-Nya, diri ini masih sempat menghirup udara segar dan menatap juntai

panorama nan indah. Atas kebesaran-Nya, diri ini masih tabah menghadang pongahnya

kehidupan yang bertabur debu problematika. Atas bimbingan-Nya, terbatik rasa sadar

bahwa hidup ini adalah sebuah ujian bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Syahdan, atas

pertolongan-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan.

Salawat dan salam teriring mahabbah terindah semoga tercurah-ruahkan ke

haribaan Nabi Agung Muhammad SAW, suri tauladan sepanjang hayat. Semoga kita semua

di padang mahsyar nanti termasuk ke dalam barisan yang berada di balik liwâul hamdi, di

bawah naungan syafa’ah ‘uzma-nya, sebagai hamba-hamba yang diberi inayah untuk mengikuti segenap petunjuk risalah-nya.

Penulis sadar sepenuh hati bahwa skripsi ini hanya sejentik debu jalanan untuk

ukuran orang-orang besar. Namun dalam kapasitas penulis yang serba dlai’f dan dikepung dengan berbagai keterbatasan, skripsi ini rasanya sebuah pencapaian monumental yang

membuat diri ini merasa besar, atau minimal membesarkan perasaan penulis dan

mengobarkan bara semangat untuk memburu pencapaian-pencapaian berikutnya yang

dianggap besar oleh orang-orang besar. Penulis juga sadar sepenuhnya bahwa diri ini

(11)

bimbingan dan arahan untuk terselesaikannya skripsi ini. Lebih dari itu, skripsi ini

merupakan seteguk air dingin dalam rentang kemarau studi yang penulis tempuh selama

ini.

Sembah bhakti, penulis haturkan kepada Ayah (Ngaseri) dan Ibu (Thayyibah),

mohon maaf jika anak sulungmu ini belum dapat sesaleh yang Ayah dan Ibu inginkan.

Terima kasih Ayah, karena engkau tak pernah memanjakan anakmu, kini ia lebih mengerti

tentang kedewasaan dan memahami kerasnya cadas kehidupan. Terima kasih Ibu, kasih

sayang Ibu yang tak pernah kering telah membuat anakmu mampu bertahan di bawah

teriknya mentari kehidupan. Terima kasih jua teruntuk kedua adikku tersayang: Nur

Ngaliyah dan Siti Maesarah, juga adik ipar: Anshori dan Waluyo (terima kasih telah

menjaga adikku: sayangi mereka, karena mereka berdua adalah permataku).

Tak lupa, penulis juga menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada

orang-orang yang telah menanam jasa dalam diri penulis antara lain:

1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum;

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., selaku Ketua Program Studi

Akhwalusyakhsiyyah, dan Bapak Kamarusdiana, S. Ag., M.Hum., selaku

sekretaris.

3. Dr. Afifi Fauzi Abbas, MA., yang telah dengan sabar membimbing penulis

(12)

4. Keluarga besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta segenap dosen, karyawan, dan seluruh staf yang telah banyak membantu

dan memberikan fasilitas bagi penulis dalam rentang waktu selama studi di

“Kampus Pembaharu” tercinta ini.

5. Ayahanda (Ayah angkat) Drs. Said Sya’roni: terima kasih Ayah telah

mengubahku menjadi aku yang bukan aku lagi, Kang Nur Taufiq (engkaulah

tangan Tuhan yang menjadi penyebab studiku), Ayah Guruku: K.H.

Djamaluddin Hadi (almarhum): aku yakin, hanya surga yang pantas untuk

Ayah. Ayah, sekarang aku sudah kuliah, seperti yang Ayah inginkan dulu.

6. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat:

terima kasih IMM, engkau adalah kampus kedua bagiku. Karenamu, diri ini

telah berubah lebih dari apa yang kubayangkan. Perkenankan jua, penulis

menyicil kredit hutang jasa kepada teman-teman seperjuangan: Zul Hidayat

Sireger (terima kasih telah menemani disksusi. Terkadang aku sengit padamu,

tapi akhirnya aku mengerti, engkaulah yang paling berharga buatku), Dede

Sulaiman, Ma’ruf Mutaqien, (ingat ketika kita sama-sama mengurus Asrama),

Husnul Hakim, Syamsul Munir, Syamsul Asry, Muiza Fatma Wardani, Vicka

Rahmawardati, Syaefuddin (Kang Udin), Endi Ubaidillah, dan seluruh pengurus

IMM angkatan 2005-2006. Juga kakak-kakakku tercinta: Kak Fuad, Kak Fajri,

(13)

Ramdhan dan Kang Syauqi: terima kasih telah memaksaku untuk belajar

memimpin. Terima kasih juga buat Kang Boy Martri, Kang Ade Mulayana,

Kang Yayan, dan Kang Sudarno Fadli (untuk Kang Darno: terima kasih telah

banyak nraktir saat aku dalam kemiskinan). Adik-adikku: Mansur, Edi, Indra,

Cagia, Anyun, Medi, Evi Nurfaryanti (terima kasih pinjaman bukunya), Ghulam

Mubarak, Kusna, Rufi, Fajar, Halimah, Ewi, Nunung, Arfah, Nina, Yatmi (Ai),

Isna, Afnan (terima kasih telah membantu ngurus komputer), Saeful (terima

kasih atas pinjaman monitornya), juga semua penduduk ASTRA dan ASTRI

IMM Cabang Ciputat. Juga teruntuk teman-teman KOMITMEN (Komunitas

Mahasiswa Kebumen): teruskan apa yang telah kita gagas!

7. Babeh: Dr. Muslim Abdurrahman (Kang Muslim): terima kasih telah

menggugah kembali nalar studiku dan membuatku haus kembali akan ilmu.

8. Adik-adikku yang sedang berjuang: Cecep, Dzikril, Fadli, Indra, Toto, dan

seluruh pejuang IMM Cabang Ciputat angkatan Cecep: (jaga komitmen dan

kesolidan ya?).

9. Terakhir, buat teman karibku: Deni JT (Jamaah Tabligh), teman kos-ku (White House): Mas Aswin Batara, Mizzi Sastera 21, Yuri Ganteng, Alwan, dan Ustaz

(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….vii

KATA PENGANTAR ………...xi

DAFTAR ISI ……….xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Perumusan Masalah ……….………4

C. Pembatasan Masalah……….6

D. Kerangka Teoritis ……….7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………11

F. Metode Penelitian ………...12

G. Review Studi Terdahulu ……….14

H. Sistematika Penulisan ……….15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEP KESETARAAN GENDER DAN FEMINISME A. Pengertian Gender, dan Feminisme ………..18

1. Definisi Gender ………18

2. Pengertian Konsep Kesetaraan Gender ………21

B. Feminisme; Pengertian, Sejarah, dan Aliran-Alirannya …...37

1.Pengertian dan Sejarah Feminisme ………..37

2.Aliran-Aliran Feminisme ………...41

C. Seks dan Pengaruhnya terhadap Peran Sosial ………52

(15)

BAB III COUNTER LEGAL DRAFT KHI

A. Kronologi Pembentukan CLD KHI ………..61 B. Tujuan dan Pendekatan CLD KHI ………...63 C. Pasal-Pasal Bias Gender dalam Perspektif CLD KHI ………72

BAB IV ANALISIS KRITIS ATAS CLD KHI

A. Relevansi Antara Feminisme Liberal dan CLD KHI ………. 80 B. Deviasi Prinsip dan Tujuan CLD KHI ……….86 C. Analisis Kritis atas Pasal-Pasal CLD KHI ………...94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………110

B. Saran-saran ………...112

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam (Buku I: Hukum Perkawinan)

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Arus modernitas yang demikian santer telah menuntut perubahan di berbagai

bidang. Perubahan ini membawa dampak positif di satu sisi. Namun di sisi lain juga

mengundang decak kekhawatiran. Buah manis dari perubahan ini diantaranya adalah

semakin mudahnya pertukaran informasi yang memungkinkan proses belajar antara

satu dan lain pihak untuk mencapai kebaikan dan kemajuan.

Tapi terkadang proses ini juga menimbulkan keterkejutan (shock) pada saat nilai baru hadir dalam kondisi serba belum siap. Belum lagi jika kita melihat bahwa

masing-masing budaya mempunyai latar sejarah dan cara pandangnya (mindset) sendiri. Adopsi, universalisasi, dan import cara pandang terkadang bukan harmonisasi, tapi

malah hegemoni1 dan pemaksaan yang tidak proporsional.

Pranata hukum (the rule of law) adalah bagian yang mau tidak mau harus ikut berubah mengikuti arus jaman. Tak pelak, hukum keluarga Islam pun menuai kritik di

berbagai belahan dunia. Perubahan hukum keluarga tercatat merebak sejak abad

ke-20, dimulai dari Turki pada tahun 1917 dengan Qanûn Qarâr

1

Istilah ‘hegemoni’ dipopulerkan oleh Antonio Gramsci, sosiolog aliran Marxis. Hegemoni, dalam terminologi Gramsci adalah penguasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara persuasif, sebagai lawan dari dominasi (penguasan dengan tekanan otoritarian dan kekerasan). Hegemoni juga berarti penguasaan atas pihak lain dengan jalan konsensus, dimana pihak yang dikuasai menyetujui ide, gagasan, dan cara pandang pihak yang mengusainya. Lebih lanjut baca: Roger Simon, Gagasan-Gagasan Politik Gramsci,

(17)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG

KONSEP KESETARAAN GENDER DAN FEMINISME A. Pengertian Gender dan Kesetaran Gender

1. Definisi Gender

Istilah gender pertama kali dikembangkan oleh Oakley (1972). Menurutnya,

gender adalah: behavior differences between women and men that are socially

constructed-created by men and women themselves therefore they are matter of culture (perbedaan-perbedaan sifat antara perempuan dan laki-laki yang dikonstruksi secara sosial yang dibuat baik oleh laki-laki maupun perempuan untuk

menyesuaikan diri dengan ukuran budaya yang ada).2Gender, dalam kamus bahasa Inggris berarti seks atau jenis kelamin. Sedangkan menurut istilah, gender adalah

pembedaan antara perempuan dan laki-laki dalam peran, fungsi, hak, dan perilaku

yang dibentuk dalam masyarakat dan budaya setempat.3 Definisi lain menyebutkan:

”gender is term for socially imposed division between the sexes wheares sex refers to the biological, anatomical, differences betweem male and female. Gender refers to the emotional and psikological attributes which a given culture expects to coincidde with physical maleness or femaleness” (Tutle, 1987). (gender adalah sebuah istilah

2

Rahima, Membangun Relasi yang Setara dan Berkeadilan untuk Laki-laki dan Perempuan; Bahan bacaan untuk acara tadarus I Madrasah Rahima Bagi Aktifis Mahasiswa, (RAHIMA: Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-Hak Perempuan, Wisma Hijau, Cimanggis Depok, 25-28 Juni 2006).

3

(18)

BAB III

COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM (CLD KHI) A. Kronologi Pembentukan CLD KHI

Latar belakang digagasnya CLD KHI bermula dari fenomena semakin

maraknya tuntutan formalisasi Syari’at Islam secara kâffah di negeri ini. Tuntutan ini –

menurut para pengggas CLD KHI – selain tidak sejalan dengan sistem hukum nasional,

juga akan membuat diskriminasi terhadap warga negara non-muslim.4 Dus, formalisasi

syari’at Islam di negeri ini sebenarnya sudah berjalan sejak lama. Kompilasi Hukum

Islam (KHI) adalah representasi dari syari’at Islam yang meskipun eksistensinya baru

berupa Inpres, namun terlihat sangat efektif dan menjadi rujukan Pengadilan Agama di

setiap level.

KHI sendiri adalah sebuah produk hukum yang tidak netral. KHI –

sebagaimana hukum-hukum lainnya – tentu saja dipengaruhi oleh faktor ruang dan

waktu. Ia tidak bisa terlepas dari ranah sosiologis yang melatarbelakanginya. Dus, ia

tidak bebas kuasa. KHI adalah produk kekuasaan pada satu waktu dengan berbagai

situasi, kondisi, bahkan pretensi yang mengitarinya. Seiring dengan berjalannya waktu,

perubahan dan dinamika masyarakat yang terus bergerak maju mengharuskan

peninjauan ulang atas rumusan KHI. Untuk itu, Tim Pengarusutamaan Gender (PUG)

Departemen Agama berinisiatif untuk mengkaji

4

(19)

BAB IV

ANALISIS KRITIS ATAS CLD KHI D. Relevansi Antara Feminisme Liberal dan CLD KHI

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat dengan jelas relevansi antara CLD KHI dan

apa yang telah dilakukan oleh gerakan Feminisme Liberal yang berkembang di Barat,

melalui beberapa persamaan, antara lain: (a) cara pandang tentang kesetaraan gender. Apa yang dimaksud dengan “kesetaraan”, menurut CLD KHI adalah “kesetaraan lot”, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Feminisme Liberal. Kesetaraan ini – terutama dalam

tataran konsep5 – mengabaikan bahkan menafikan sama sekali pengaruh struktur biologis.

Dua jenis manusia, laki-laki dan perempuan sama sekali tak ada bedanya dalam hal peran

sosial. Struktur biologis tak ada pengaruhnya terhadap peran sosial. Perbedaan peran sosial,

semata-mata disebabkan oleh konstruk budaya (nurture); (b) akar mula dari cara pandang ini adalah inspirasi human right (baca: HAM) sebagaimana yang dipakai oleh Feminisme

Liberal. Menurut cara pandang ini, laki-laki diciptakan Tuhan dengan hak-hak dan

kewajiban yang serupa (sama), tak ada pebedaaan tugas dan signifikansi peran yang

ditunjukkan oleh realitas penciptaan dan perbedaan biologis; (c) basis episteme dari

human right ini adalah materialisme-antroposentris. Ukuran-ukuran hak dan kewajiban, dalam

5

(20)

hal ini, diukur dengan kepuasan dan persamaan secara materi, melalui hal-hal verbal (kasat

(21)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Memperhatikan penjelasan dan analisa di atas, penulis dapat menyimpulkan

beberapa hal penting yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini anatara lain:

1. Apa yang terdapat dalam CLD KHI jelas banyak kesamaannya dengan

beberapa usulan aturan yang pernah dilakukan oleh Feminisme Liberal di

Barat.

2. Kesamaan ini bukan suatu kebetulan belaka, namun secara transparan,

CLD KHI jelas mengadopsi mindset dan paradigma yang dipakai oleh Feminisme Liberal dalam mengukur kesetaraan.

3. Apa yang dilakukan oleh CLD KHI (baca: para pengusulnya) adalah respon

dari gerakan feminisme di seluruh dunia. Dengan kata lain, para pengusul

CLD KHI, dalam merumuskan usulan mereka terpengaruh oleh

gerakan-gerakan feminisme ini.

4. Parameter kesetaraan yang digunakan CLD KHI jelas tidak tepat (kalau

tidak boleh dibilang “menyesatkan”). Riset biologis dan fakta sosiologis

(22)

5. Dalam pengamatan penulis, apa yang dilakukan gerakan feminisme

Indonesia, termasuk di dalamnya para pengusul CLD KHI, sering terjadi

inkonsistensi antara teori dan praktik di lapangan, dengan

berbagai dalih simpang-siur yang mereka berikan. Inilah sebabnya, penulis

menyebut kelompok ini dengan “feminisme hipokrit”.

6. Khusus untuk farian feminisme Islam, khususnya pengusul CLD KHI,

penulis menyebut farian ini dengan “feminisme hipokrit apologetik”.

Hipokrit, karena terjadi inkonsistensi antara teori dan praktik tadi.

Aplogetik, karena mereka sebenarnya juga sering menggunakan ayat dan

term Al Quran Sunah dalam berargumen. Namun, cara pandang atau pun

epistemologi yang dipakai, tak lain adalah episteme yang dipakai oleh

feminisme Barat. Penting untuk penulis tegaskan, ini bukannya penulis anti

Barat, atau pun mempunyai cara pandang fragmentatif “Timur vs Barat”.

Namun, paradigma yang dipakai para Feminis pada umumnya memang

tidak membuahkan hasil. Ibarat orang dagang, gerakan Feminisme merugi.

Muhammad Khan menyebut gerakan ini: benar dalam teori, tidak benar

dalam kenyataannya.

7. Aliran biologically oriented contestants dengan corak masyarakat

strukutural fungsionalnya lebih relevan dijadikan parameter kesetaraan,

(23)

selama ini terjadi bukannya disebabkan oleh struktur patriarkhat (setidaknya

bukan itu faktor determinannya), namun disebabkan oleh –terutama –

komposisi biologis yang bersifat kodrati, selaras dengan “filosofi

penciptaan” dalam Islam.

8. Laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan dengan komposisi yang sangat

berbeda (bahkan berlawanan) untuk maksud dan peran yang berbeda.

Kendati demikian, satu-sama lain harus bekerja sama dan saling

lengkap-melengkapi dalam mencapai tujuan. Laki-laki dan perempuan adalah dua

bagian yang sama penting antara rem dan gas pada sebuah kendaraan.

Berbeda, tapi harus padu dan bekerjasama demi lancarnya laju kendaraaan

tersebut. Tanpa memenuhi syarat ini, kendaraan tidak akan pernah sampai

tujuan.

B. Saran-saran

Dari semua penjelasan ini, hemat penulis, ada beberapa hal yang pantas

dijadikan saran konstruktif antara lain:

1. Di era global sekarang ini, semua pihak (terutama kaum intelektual)

hendaknya lebih selektif dan analitik dalam menerima setiap informasi.

Sebab, globalisasi bukan hanya menjanjikan pencerahan, namun di sisi lain,

(24)

gaya baru bagi dunia ketiga, termasuk penjajahan melalui hegemoni cara

pikir dan paradigma.

2. Alangkah bijaknya, jika feminisme Indonesia (terutama pengusul CLD KHI)

berkenan untuk berkaca pada pengalaman feminsime Barat yang telah

menuai kritik dan kegagalan di belahan dunia.

3. Betapa baiknya, jika feminisme Indonesia (terutama pengusul CLD KHI)

berkenan melihat kembali overlapping teori yang digunakan, sehingga dapat

menentukan kembali garis kesetaraan yang lebih realistis dan Islami.

4. Hendaknya dibentuk gerakan feminisme “aliran baru” secara masif, dengan

episteme dan paradigma biologically oriented contestants dengan corak

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Laela. Wanita dan Gender dalam Islam; Akar-Akar Historis Perdebatan Modern.

Jakarta: PT Lentera Basritama, 2000.

Al-Buthi, M. Sa’id Ramadhan, Dr. Perempuan antara Kezaliman Sistem Barat dan Keadilan Islam. Solo: Era Intermedia, 2002.

Asy-Syaikh, Abdullah bin Wakil. Wanita dan Tipu Daya Musuh. Bandung: Pustaka Hidayah, 1996.

Bahan bacaan untuk acara tadarus I Madrasah Rahima Bagi Aktifis Mahasiswa.

Membangun Relasi yang Setara dan Berkeadilan untuk Lelaki dan Perempuan.

RAHIMA: Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-Hak Perempuan, Wisma Hijau, Cimanggis Depok, 25-28 Juni 2006.

Beachler, Jean. Demokrasi, Sebuah Tinjauan Analisis. Yogyakarta: Kanisius, 2001.

D’Amico, Francine and Peter R. Beckman. Women in World Politics: An Introduction. London: Bergin dan Garvey, Wesport, Connection, 1995.

Faiqoh, Dra, M.Hum. Nyai Agen Perubahan di Pesantren. Jakarta: Kucica, 2003.

Fakih, Mansour, Dr. Analisis Gender dan Transfomasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. cet. VII.

Fadhlullah, Sayid Muhammad Husain. Dunia Wanita dalam Islam. Jakarta: PT Lentera Basritama, 2000.

Gurian, Michael. Apa Sih Yang Abang Pikirkan? Membedah Cara Kerja Otak Laki-Laki,

penerjemah: Agung Prihantoro. Jakarta: Serambi, 2005.

Jaggar, Alison M. dan Paula S. Rothenberg. Feminist Frameworks, Alternative Theoretical Accounts of The Relations between Women and Men. New York: McGraw-Hill, Inc., 1978).

(26)

Kamil, Syukron. Islam dan Demokrasi: Telaah Konseptual dan Historis. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002.

Khan, Wahiduddin. Antara Islan dan Barat: Perempuan di Tengah Pergumulan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001.

Khumaini, Imam. Kedudukan Wanita dalam Pandangan Imam Khumaini. Jakarta: PT Lentera Basritama.

Kodir, Faqihuddin Abdul. Bergerak Menuju Keadilan; Pembelaan Nabi Terhadap Perempuan. Jakarta: Rahima, 2006.

Lawang, Robert M.Z. Sociological Theory, Clasical Founders and Contemporary Perspectives, Doyle Paul Johnson, terj. dalam, Teori Sosiologi Klasik dan Modern.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1994.

Megawangi, Ratna. Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru Relasi Gender. Bandung: Mizan, 1999.

Murata, Sachiko. The Tao of Islam. Bandung: Mizan, 2000), cet. VIII.

Muttahari, Murtadha. Hak-Hak Wanita Dalam Islam. Jakarta: Lentera, 2000.

Nasif, Fatima Umar. Menggugat Sejarah Perempuan, Mewujudkan Idealisme Gender Sesuai Tuntutan Islam. Jakarta: CV Cendekia Sentra Muslim, 2001.

Ridha, Muhammad Rasyid. Perempuan Sebagai Kekasih. Jakarta: Hikmah, 2004.

Simon, Roger. Gagasan-Gagasan Politik Gramsci. Jakarta: INSIST bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2001.

Sya’rawi, Muhammad Mutawali. Qodhoya al-Ma’ati al-Muslimah, edisi terj. Problema Wanita Islam. Jakarta: Mahkota Press.

Syahrur, Muhammad. Prinsip dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam Kontemporer.

Yogyakarta: eLSAQ Press, 2007.

(27)

Tong, Rosimarie Putnam. Feminist Thought. London: The Macmillan Press LTD, 1992. Turkamini, Husain Ali. Family The Center Stability. Terj. M.S. Nasrulloh dan Ahsin M.,

Bimbingan Keluarga dan Wanita Islam; Mengungkap Rahasia Isu Emansipasi.

Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992).

Zain, Muhammad dan Mukhtar Alshadiq. Membangun Keluarga Humanis. Jakarta: Graha Cipta, 2005.

www.alislamu.com

www.angelfire.com/id/dialogis/Keluarga.html

www.humanrights.go.id/spt_sejarah.asp

www.irenehandono.or.id

www.irib.ir /worldservice/melayuRADIO/keluarga/nasib.htm

www.politea.woedpress.com/2007/01/feminisme

www.syariah.org/portal/index.php? &task=view&id=44&Itemid=41.

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut ulama fiqh, pematokan harga oleh pihak pemerintah harus memenuhi persyaratan syariah, yaitu (a) komoditas atau jasa itu sangat dibutuhkan masyrakat luas,

ini, ekstrak air buah pepaya muda tidak menyebabkan perubahan pada jumlah leukosit secara umum yang melebihi nilai rujukan dalam waktu 24 jam. Adapun peningkatan lekosit yang

Pengukuran diameter rambut dilakukan dengan menggantungkan beban pada salah satu ujung rambut secara vertikal dan ditempatkan di depan laser seperti pada Gambar 1, kemudian

Kultivasi mikroalga dalam kondisi yang sesuai dengan jenisnya dilakukan agar dapat menghasilkan biomassa yang melimpah.Menurut Bold and Wynne (1985), perkembangbiakan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi akademisi dalam mengembangkan pengetahuan di bidang Akuntansi Pemerintahan khususnya mengenai pengaruh

Pengambilan putusan oleh hakim pengadilan adalah di dasarkan pada surat dakwaan dan segala buktidalam sidang pengadilan, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 191

Kemudian di dalam mengenali kebutuhan pengunjung dan menampung aspirasi dari pengunjung, UPTD Kampoeng Wisata Taman Lele belum memiliki wadah untuk menampungnya

Berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dilakukan dalam pembuatan media pembelajaran game tebak gambar, media dibuat sesuai dengan materi dan silabus atau sesuai