• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki dalam persepektif hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki dalam persepektif hukum Islam"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEMITRASEJAJARAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh:

Muhammad Gusmakin NIM : 102044225097

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KEPERDATAN ISLAM JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

(5)

v

Persembahan

Halaman khusus ini penulis persembahkan untuk ibunda serta ayahanda tercinta

yang senantiasa memberikan cinta kasihnya dengan ikhlas sehingga penulis dapat

melaksanakan tugasnya sebagai hamaba ALLAH. Kakak

kakak saya yang selalu

memberikan dukungan dengan tulus sepenuh hati serta para sahabat yang

senantiasa setia membantu penulis..

Jika saja aku dapat mengulang kembali hari-hari yang telah aku lewati bersama

ibunda dan ayahanda, aku tidak akan menyakiti mereka dengan kata-kata ataupun

perlakuanku yang tidak pantas untuk mereka sehingga membuat luka di hati

mereka.

Aku akan berusaha untuk membahagiakan mereka walau semua cinta dan kasihnya

tak akan dapat terbalas.

Ibunda dan Ayahanda, terima kasih semua yang telah ibu dan ayah perjuangkan

untuk ananda. Hanya maaf yang baru ananda bisa berikan untuk semua yang telah

diberikan kapada ananda. Sekali lagi trimakasih ibunda dan ayahanda, aku masih

butuh bimbingan dan nasehat-nasehatmu untuk meneruskan perjuangn hidupku

(6)

vi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Muhammad Gusmakin

NIM : 102044225097

Tempat, Tanggal Lahir : Grobogan, 11 Juli 1982

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “ Kemitrasejajaran Perempuan Dan Laki-Laki Dalam Perspektif Hukum Islam”, benar-benar merupakan karya asli, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumber asalnya. Segala kesalahan dan kekurangan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya dengan pencabutan gelar akademik.

Jakarta, 25 Agustus 2010

(7)
(8)

viii

KATA PENGANTAR











Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, puji dan syukur bagi Allah Al-Khalik yang telah menciptakan langit dan bumi beserta seluruh makhluk yang hidup di dalamnya, dan tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada seorang manusia agung yang dipercaya Allah sebagai pengemban wahyu terakhir-Nya Nabi besar Muhammad SAW yang menyeru manusia untuk mengikuti jalan Allah SWT.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang banyak membantu serta mendorong penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian pembuatan skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, MA, SH, MM, selaku dekan fakultas syariah dan hukum yang selalu membina dan membantu penulis dalam proses belajar dan mengajar di fakultas yang dipimpinnya hingga terselesaikannya penulisan ini.

(9)

ix

3. Ibu Hj. Ummu Hanna Yusuf. MA. Dosen pembimbing yang memberikan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen dan seluruh karyawan Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.

5. Ibu dan bapak serta kakak-kakak tercinta, yang banyak memberikan dorongan dan motivasi baik moril maupun materil

6. Istri dan anak ku tercinta yang selalu memberikan semangat bagi penulis

7. Saudara-saudara yang banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini 8. Para sahabat yang telah memberikan penulis hari-hari indah yang tak terlupakan selama kuliah di Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta. 9. Semoga penelitian ini membawa manfaat bagi orang tua, pendidik dan

masyarakat pada umumnya. Amin.

Tangerang, 4 Mei 2010 Penulis

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

Lembar peersetujuan pembimbing……… i

Surat pernyataan………. ii

Persembahan……… iii

Kata pengantar……… vi

Daftar isi……….. viii

BAB I. PENDAHUHAN A. Latarbelakang masalah ……….… 1

B. Pembatasan dan perumusan masalah……… 8

C. Tujuan penulisan ………. 9

D. Metode penelitian ………. 10

E. Sistematika penulisan ……… 12

BAB II MITRA SEJAJAR PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF FIKIH A. Mitra sejajar ……… 14

B. Kemitraan perempuan dan laki-laki dalam islam ……… 22

C. Dasar-dasar yang dipakai kesejajaran perempuan dan laki-laki dalam islam ……… 26

(12)

xii

B. Mengelola Usaha kerajinan ………..31

C. Bekal yang harus dimiliki oleh seorang perempuan yang

Berkarir ………..36

BAB IV KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

A. Perempuan dalam pandangan islam ……… 39

B. Kemuliaan perempuan ………. 43

C. Kemuliaan perempuan dalam pandangan islam ………..47

BAB V TINJAUAN KRITIS TERHADAP MITRA SEJAJAR

DALAM ISLAM

A. Asal usul dan substansi kejadian manusia ………..51

B. Kodrat laki-laki dan perempuan ………60

C. Perbedaan perempuan dan laki-laki………. 62

BAB VI MASALAH-MASALAH ATUAU HAMBATAN – HAMBATAN

YANG YANG DI HADAPI DALAM MELAKSANAKAN MITRA

SEJAJAR PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI ERA

SEKARANG INI

A. Budaya membedakan perempuan dan laki-laki ………..70 B. Doktrin islam yang mengajarkan bahwa perempuan harus tunduk

pada laki-laki ………72

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan……… 74

(13)

xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)
(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang masalah

Dalam sejarah parkembangan peradaban manusia, Laki-laki selalu mendominasi perempuan disegala bidang, baik di bidang agama maupun bidang kehidupan sosial masyarakat. Bukti sejarah ini kemudian dipolitisir menjadi alasan untuk mengatakan bahwa laki-laki lebih berkuassa dan superioritas atas perempuan. Dalam hal-hal demikian perempuan selalu tidak mendapatkan hak-hak sebagaimana yang diperoleh laki-laki, termasuk hak-hak kebendaan dan pemanfaatan atas kebendaan itu, sebagai bukti yaitu dalam institusi keluarga maupun dalam berbagai aspek kehidupan. Perempuan terpaksa selalu menanti dan mengharapkan belas kasihan dari pihak laki-laki. Dalam kehidupan berpolitik, laki-laki berada dalam hak yang berkuasa, sedangkan perempuan selalu tidak mendapatkan haknya sebagaimana yang di dapat oleh laki-laki, bahkan dalam kehidupan beragamapun pihak perempuan terpinggirkan dengan alasan banyak “pantangan” yang harus dihindari oleh perempuan dalam pengamalan agama.1 Padahal kalau kita cermati secara mendalam kalangan islam sendiri sudah banyak memberikan dalil-dalil yang menerangkan tentang kemuliaan sosok kehidupan perempuan, akan tetapi dalil-dalil yang ada tersebut masih nampaknya dipahami secara sepihak oleh dominasi laki-laki. Padahal

1

(16)

2

kalau kita cermati, Al-Qur‟an dalam menempatkan perempuan itu tanpa adanya perbedaan dengan laki-laki walaupun dalam beberapa ayat-ayat tertentu ada kelebihan hak bagi laki-laki dibanding perempuan. Berbagai usaha kaum perempuan sudah dilakukan akan tetapi yang terjadi yaitu bukannya didukung usaha-usahanya malah timbul pertentangan dan perdebatan yang sangat dahsyat dikalangan islam itu sendiri.

Akan tetapi keinginan kaum perempuan untuk menyamakan dirinya terhadap kaum laki-laki tidak sampai disitu saja. Bahkan sampai melakukan perbuatan yang tidak dapat dilakukan oleh kaum perempuan pun mereka lakukan demi menuntut persamaanya dengan kaum laki-laki, sebagai bukti keinginan kaum perempuan tersebut yaitu dengan sengaja masuk ke toilet khusus laki-laki dan buang air kecil dengan cara berdiri, seharusnya para perempuan tersebut paham betul kalau buang air kecil dengan cara berdiri itu hanya dapat dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan kaum perempuan tidaklah mungkin melakukan hal yang sekonyol itu, namun hal seperti itupun dilakukan demi menuntut haknya.2

Sebagai umat islam dalam hidup bermasyarakat diatur dalam nilai-nilai agama yang secara tekstual aturan itu terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadis Nabi. Sedang aturan tentang hubungan antara perempuan dengan laki-laki itu sudah ditetapkan sebagaimana layaknya teks hukum agama. Tidak akan mengalami perubahan, adapun yang mengalami perubahan yaitu pemahaman atas teks yang tidak berubah sesuai dengan konteksnya.

2

(17)

3

Salah satu contoh Negara yang belum siap menerima kedatangan arus emansipasi yaitu Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam dan yang pernah dijajah oleh bangsa asing, hal ini terbukti ketika mereka menghadapi arus deras dan inspirasi yang menuntut kesamaan hak perempuan dan laki-laki dan tidak menginginkan domminasi laki-laki atas perempuan. Terlihat jelas ketika mereka menghadapi aturan yang terdapat dalam sumber pokok agama islam, mereka menghadapi jarak antara arus yang berlaku di tengah kehidupan masyarakatnya dengan ajaran agama yang dianutnya. Mereka menghadapi perbenturan antara tuntutan agama dan tuntutan kemajuan yang telah mulai dirasakannya.

(18)

4

perempuan dari kungkungan budaya yang berlaku dan kemerdekaannya dari penjajahan kaum laki-laki, dan sudah waktunya untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum perempuan sebagaimana yang terdapat dalam teks Al-Qur‟an

Memang ada benarnya, karena selama ini perempuan selalu berada pada pihak dibawah laki-laki dalam rumah tanggapun perempuan didominasi oleh laki-laki, keadaan seperti ini dirasakan oleh semua pihak terutama pihak perempuan. Keadaan yang demikian itu dianggap sebagai sesuatu keterbelakangan dan kemunduran yang harus dihilangkan, oleh karena itu perempuan menuntut haknya yang selama ini tidak dimilikinya, dan saat ini perempuan minta diberlakukanya sebagai mitra atau partner. Meskipun yang dilakukan oleh perempuan tidak mesti sama secara persis dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki, namun antara dua tugas itu terdapat perimbangan atau kesejajaran.

(19)

5

sebagai mitra sejajar pria ditujukan untuk meningkatkan peran aktif dalam kegiatan pembangunan. Meskipun sudah dijelaskan bahwa peran aktifnya perempuan dalam pembangunan namun tidak meninggalkan tugas pokoknya dalam keluarga.peningkatan peran wanita dalam pembangunan bangsa selalu dikaitkan

dengan suatu persyaratan “dengan memperhatikan kodrat dan martabatnya.

Dari ketentuan GBHN tersebut, terlihat emansipasi yang dilakukan bangsa Indonesia dengan apa yang terjadi di Barat. Di Indonesia diarahkan pada persamaan hak dan kewajiban serta peranan dalam pembangunan dan tetap memelihara harkat dan martabatnya sebagai perempuan.

Dengan demikian, arah emansipasi menempatkan perempuan sebagai mitra sejajar dari laki-laki dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Penggunaan kata

”sejajar”disini mengandung arti bahwa dalam menjalankan peran nya, apa yang dilakukan oleh perempuan tidak harus sama dengan yang di lakukan laki-laki. Sedangkan peningkatan peranannya dalam keluarga tidak harus menempati sebagai kepala dalam keluarga. Penggunaan kata “mitra”tidak harus diartikan bahwa perempuan akan mengambil alih peranan laki-laki dalam masyarakat; tetapi yang dituntut adalah adanya sikap saling menghormati, saling menghargai, saling mengisi, saling bantu serta saling melengkapi.

(20)

6

dirintis oleh Islam semenjak 14 abad yang lalu. Hal itu terdapat dalam beberapa ayat al-Qur‟an dan telah mengajarkannya sebelum orang Barat memikirkannya. Dengan begitu penempatannya sebagai mitrasejajar dengan laki-laki sebenarnya bukan masalah dalam Islam. Namun yang perlu dipertanyakan adalah sejauhmana Islam telah memberikan peranan dan kedudukan terhadap perempuan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. Untuk mengetahui tinjauan ajaran Islam terhadap peran dan kedudukan perempuan dan kemitrasejajaranya dengan laki-laki itu perlu digali dari sumber pokoknya yaitu al-Qur‟an dan beberapa penjelasan Nabi dan hadisnya. Selanjutnya kita berusaha untuk meningkatkan kedudukan dan peran perempuan tersebut melalui pemahaman kontekstual terhadap kedua sumber tersebut.

Ada beberapa ayat al-Qur‟an yang menyatakan samanya hak dan kewajiban perempuan dengan laki-laki antara lain dalam ayat sebagai berikut.

firman Allah dalam surat al-Baqoroh ayat 228:



( ق / (

Artinya:

“Dan para perempuan mempunyai hak yang semisal dengan kewajiban secara

patut”3

(Q.S.2( al-Baqoroh) 228.

Ayat tersebut sudah jelas sekali atas persamaan hak dan kewajiban tersebut. Hak bagi perempuan (istri) merupakan kewajiban bagi laki-laki (suami), sedangkan yang

3

(21)

7

kewajiban perempuan adalah hak bagi laki-laki, perbandingan hak dengan kewajiban

itu diibaratkan dengan kata „semisal‟ yang berarti „sama.‟

Muhammad Rasyd Ridha, salah seorang tokoh pemikir islam kontemporer dalam kitabnya Al Mana‟jilid II, mengatakan bahwa ayat tersebut merupakan kaidah umum yang berbicara tentang kedudukan yang sama antara perempuan dan laki-laki dalam segala bidang, kecuali dalam masalah kepemimpinan dalam rumah tangga.

Firman Allah dalam surat al-Nisa‟ ayat 32:























( ء س / .

“bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi

para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan,4( Q.S.4( al-Nisa‟) 32.

Dari ayat tersebut secara jelas mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk berusaha dan hak untuk memperoleh apa yang di usahakan masing-masing.

Dua ayat tersebut merupakan contoh yang jelas tentang peran perempuan dan kedudukannya sebagai mitra sejajar bagi laki-laki. Pergaulan antara suami dengan istri dalam rumah tangga sebagaimana tersebut dalam surat al-Baqarah ayat 187:

( ق

/







Artinya: “….mereka (istri-istri) adalah pakaian untukmu dan kamu adalah pakaian

untuk mereka (istri-istri)…”.(QS.2(al-Baqarah) 187.

4

(22)

8

Ahli tafsir yang bernama Mujahid sebagaimana dinukilkan oleh al-Qurltubi

mengatakan bahwa ayat itu berarti “masing-masing pihak merupakan mitra tempat

menemukan ketenangan bagi pihak lain”.

Tiga contoh di atas menunjukan kesamaan dalam hak-hak keduniaan atau sosial kemasyarakatan. Al-Qur‟an banyak berbicara tentang kesamaan keduanya dalam kehidupan beragama dan mendapatkan pahala atas usaha dan amal baik yang dilakukannya.5

B. Pembatasan dan perumusan masalah

Studi ini tidak berambisi untuk mengkaji secara menyeluruh problem mitrasejajar di seluruh penjuru dunia. Studi ini akan membatasi daripada kajian atas respon masyarakat islam terhadap kemitra sejajaran perempuan dan laki-laki. Sebagai bahan perbandingan penulis juga akan melacak arus mitra sejajar yang terjadi di Indonesia. Untuk lebih memfokuskan kajian ini, penulis membatasi studi ini dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana masyarakat islam dalam menghadapi mitra sejajar antara perempuan dan laki-laki

2. Bagaimana pandangan islam tehadap kebebasan perempuan dalam ber ekspresi

3. Bagaimana kedudukan perempuan dalam islam

5

(23)

9

4. Bagaimana konsep mitra sejajar perempuan dan laki-laki dalam pandangan islam, dan

5. Apa saja Masalah-masalah atau hambatan-hambatan yang di hadapi dalam melaksanakan mitra sejajar perempuan dan laki-laki di era sekarang ini. C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah:

1. Melakukan studi deskriptif atas kebijakan pemerintah di bidang hak asasi manusia yang menjurus kepada kemitra sejajaran perempuan dan laki-laki. Sekaligus melakukan monitoring penerapan kebijakan tersebut.

2. Merekomendasikan dan menawarkan gagasan baru di bidang pengaturan masalah mitra sejajar perempuan dan laki-laki dalam pandangan islam. Secara teoritik, study ini juga akan menegaskan pilihan negara dalam mengadopsi teori-teori pembangunan demokrasi atau hak asasi manusia.

3. Untuk mengetahui sejauh mana masyarakat islam dalam menghadapi konsep mitra sejajar perempuan dan laki-laki yang terjadi di Indonesia

4. Secara khusus, study ini akan menampilkan performance baru kemitra sejajaran perempuan dan laki-laki, baik dalam pandangan hukum islam maupun dalam pandangan negara, termasuk dalam hak asasi manusia.

(24)

10

Argumen lain yang mengukuhkan signifikasi gagasan pembahasan ini terlihat pada ambisi studi ini yang bermaksud mengkontruksikan pandangan masyarakat islam terhadap kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki, Dimana kehadiran emansipasi perempuan yang di canangkan oleh dunia barat itu telah menghilangkan harkat dan martabatnya sebagai perempuan.

D. Metode penelitian

Dalam penulisan ini penulis diharapkan pada usaha untuk memperoleh data, baik yang berhubungan dengan teori maupun masalah yang langsung dari lapangan.

1. Jenis penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif tidak mensyaratkan adanya obyek lokasi dan meniscayakan adanya populasi. karena penelitian kualitatif selalu berorientasi pada penemuan konsep-konsep atau temuan evaluasi yang baru.

2. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah para ahli yang mengerti dan memahami tentang demokrasi, hak asasi manusia dan kemitra sejajaran perempuan dan laki-laki dalam pandangan islam.Sementara unit analisis teoritiknya adalah konsep-konsep yang dikemukakan dalam rumusan permasalahan..

3. Tipe penelitian

(25)

11

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan-hubungan antar konsep yang diselidiki. Disamping itu penelitian ini juga bertujuan untuk menjelajah dalam rangka mencari gagasan baru sebagai output penelitian yang sebelumnya belum tersedia. Penemuan konsep baru itulah yang menjadi prodak utama penelitian ini.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik utama pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penggunaan bahan kepustakaan. Sementara itu, observasi dan wawancara dimungkinkan jika diperlukan.

Wawancara; untuk mendapatkan informasi, peneliti akan melakukan wawancara

mendalam (depth interview), berbentuk terbuka dan tak berstruktur (unstructured).

Teknik ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan berekspresi bagi informan sebagai unut analisis penelitian sehingga dimungkinkan berbagai gagasan dan pemikiran berkait dengan kebijakan dan implementasinya dapat tergali.

Observasi; teknik ini dilakukan untuk mengkonfrontir berbagai temuan dalam wawancara dengan situasi riil lapangan. Observasi juga sekaligus merupakan teknik untuk membaca secara obyektif obyek-obyek mitra sejajar dalam islam.

Penggunaan dokumen dan bahan pustaka; Kedua bahan itu dihadirkan sebagai data

pijakan bagi proses penelitian sejak perencanaan hingga penulisan laporan. Penggunaan bahan ini meliputi sumber primer, skunder dan tertier dalam terminology penelitian hukum.

5. Teknik pengambilan sample

Proses penelitian kualitatif tidak mengenal konsep keterwakilan (representativeness)

(26)

12

Informan yang akan di ambil adalah para ahli di bidangnya, yang itu tidak menggambarkan secara umum kecenderungan dalam suatu lokasi dan komunitas.

6. Teknik analisis data

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, akan mengikuti secara ketat struktur logis gaya berfikir ilmiah. Data kualitatif akan di analisis dengan menggunakan metode deduktif, content analis, dan fenomenologi, Kesemuanya itu dilakukan dengan menurut data yang disesuaikan dengan sistematika penulisan laporan.

E. Sistematika penulisan

Penulisan laporan penelitian, secara umum memuat tiga hal pokok; pendahuluan, temuan-temuan dalam riset yang dilakukan, dan terahir kesimpulan dan saran atau rekomendasi. Secara garis besar sistematika penulisan dalam studi ini adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan; sebagai bagian pembuka, dalam bagian ini penulis akan memaparkan proses awal perencanaan penelitian meliputi latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan signifikasi gagasan, metodologi penelitian dan terakhir sitematika penulisan laporan.

(27)

13

a. Mitra sejajar perempuan dan laki-laki dalam perspektif fikih; b. Kebebasan perempuan untuk berexspresi.

c. Kedudukan perempuan dalam islam

d. Tinjauan kritis terhadap mitra sejajar dalam Islam

e. Masalah-masalah atau hambatan-hambatan yang di hadapi dalam melaksanakan mitra sejajar perempuan dan laki-laki di era sekarang ini. 3. Bagian terahir berisi kesimpulan dan saran.kesimpulan berarti jawaban dan

(28)
(29)

15 BAB II

MITRA SEJAJAR PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI

A. Kemitrasejajaran

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata “Kemitraan”1 mengandung arti jalinan kerja sama. Kemitraan pada suami istri dalam kehidupan rumah tangga dapat diartikan suatu jalinan kerja sama, kalau dalam suatu sistem kehidupan berumah tangga dikatakan suami mencari nafkah dan istri mengasuh anak dirumah, inipun mencerminkan makna suatu jalinan kerja sama.

Adapun kata “sejajar” sepadan dengan baris, deret, sebaris, sederet, sejalan,(sama arah dan jarak) sama derajat, tingkat dan parallel. Laki-laki dan perempuan dapat menjadi mitra sejajar yang harmonis apabila keduanya memiliki persamaan tingkat, derajat hak dan kewajiban, kedudukan peranan dan kesempatan dalam berbagai bidang, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, kesejajaran seperti itu belum terwujud sepenuhnya karena berbagai faktor penyebab kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam mewujudkan kemitrasejajaran.

(30)

16

Dengan demikian kemitrasejajaran tidak dilandasi oleh keinginan untuk menciptakan persaingan antara laki-laki dan perempuan. Dalam islam, pada hakikatnya Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling menghormati, saling membantu sesuai dengan kodrat masing-masing, Apabila dalam kehidupan riil antara laki-laki dan perempuan, kususnya dalam kehidupan berumah tangga suami dan istri menjadi mitrasejajar yang harmonis, potensi sumber daya keduanya secara maksimal dapat bermanfaat. Itulah tujuan islam, sebagaimana tujuan Tuhan menciptakan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Dalam hal ini kita dapat mengetahui apakah laki-laki dam perempuan telah menjadi mitrasejajar atau belum kita dapat menggunakan berbagai kriteria, di antaranya sebagai berikut:

1. Partisipasi aktif perempuan sebagai mitrasejajar laki-laki dalam perumusan kebijakan pengambilan keputusan, perencanaan dan dalam kegiatan sehari-hari. 2. Manfaat yang diperoleh perempuan dari hasil pelaksanaan berbagai kegiatan.

Baik sebagai pelaku maupun sebagai penikmat hasilnya.

3. Akses dan kontrol/penguasaan perempuan terhadap berbagai sumber daya. 4. Dampak terhadap kedudukan dan peranan perempuan.

(31)

17

jawa) yaitu duduk sama rendah berdiri sama tinggi6, Dalam kehidupan nyata sehari-hari tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dan tidak ada hak-haknya yang lebih besar, serta tidak ada yang peranannya lebih penting dari yang lain. Jadi

“Kemitrasejajaran” adalah kesejajaran hak dan kewajiban serta kesempatan antara laki-laki dan perempuan baik dilingkungan kehidupan berkeluarga khususnya, maupun dalam masyarakat. Laki-laki dan perempuan dapat bekerja sama sebagai mitra sejajar yang harmonis dalam arti selaras, serasi, seimbang yang ditandai dengan sikap dan perilaku yang saling peduli, menghormati, menghargai, serta membantu dan mengisi, serta dilandasi rasa saling asih, asah dan saling asuh.

Kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki secara normatif dalam ajaran islam mempunyai prinsip pokok yaitu persamaan antara manusia sebagai mahluk Allah, baik antara perempuan dan laki-laki, bangsa atau suku dan keturunan.Sedangkan perbedaan yang meninggikan dan merendahkan seseorang hanya dapat di nilai dari pengabdian dan ketaqwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.











(

جح / :

(

Artinya :

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang

paling taqwa diantara kamu.(QS.49(al-Hujarat):13.

Kemitrasejajaran antara perempuan dan laki-laki dalam ajaran qoth‟I (fundamental) secara normative adalah setara, kendati ada perbedaan biologis, di dalam berbagai

6

(32)

18

ayat dalam berbagai surat misalnya kata yang menunjuk laki-laki selalu bergandengan dengan kata yang menunjuk perempuan

)

ث

ك

(

kata dzakaro

dan unsa”(laki-laki dan perempuan(

Adapun ajaran yang bersifat juz‟iyah (particular) adalah ajaran yang bersifat kontekstual, terkait dengan dimensi, ruang dan waktu.ajaran ini bersifat dhonni (tidak mutlak), bisa terjadi modifikasi atau tetap dipertahankan sebagaimana bunyi harfiahnya sehingga terwujud nilai-nilai keadilan bagi orang yang terkait misalnya dalam kesaksian dan waris.

Kaum perempuan yang berpendidikan menurut status yang sejajar dengan laki-laki. Sebagian masyarakat menyatakan secara tegas bahwa perempuan diberikan status yang lebih rendah. Sebagian modernis dikalangan ulama‟ islam cenderung menyakini bahwa al-Qur‟an memberikan status yang sejajar bagi kedua jenis kelamin ini yaitu (perempuan dan laki-laki)

Ajaran islam yang bersumberkan al-Qur‟an dalam hal ini merujuk kepada normative dan sekaligus konstektual. Al-Qur‟an secara normative memihak kesetaraan status bagi kedua jenis kelamin (perempuan dan laki-laki). Secara konstektual al-Qur‟an memang menyatakan adanya kelebihan tertentu kaum laki-laki atas kaum perempuan. Para ahli hukum islam dengan mengabaikan konteksnya berusaha memberikan status yang lebih unggul bagi laki-laki dari pengertian normative.

(33)

19

mengalami pergeseran dan perbedaan yang signifikan secara sosiologis antropologis diantaranya yaitu:

1. Nomad (bangsa pengembara) termasuk masyarakat arab. Ketika al-Qur‟an diturunkan. Pada masyarakat ini menurut Engels bahwa kaum laki-laki harus pergi berburu menghadapi binatang-binatang buas dan berperang, sementara kaum perempuan harus diam dirumah karena kodradnya (hamil, melahirkan dan menyusui7) karena yang demikian ini akan membawa implikasi ekonomis politis. ketika kaum laki-laki pulang dari berburu, perang dan lain sebagainya membawa aset ekonomis dan politis. Sedangkan kaum perempuan tidak memiliki jasa seperti itu. Situasi inilah yang kemudian mengantarkan adanya dominasi laki-laki atas perempuan.

2. Agraris; secara statistik sistem matrilinial dan matrilokal timbul bukan pada masyarakat yang berburu, tetapi pada masyarakat yang bertani ketika secara ekonomis suatu pekerjaan tidak memerlukan otot kuat, tetapi dikarenakan alam. Maka perempuan lebih dominan atau setidak-tidaknya sejajar sehingga ada ungkapan ibu pertiwi. Hal ini adalah refleksi sosiologis antropologis yang serba murah kepada penghuninya seperti Dewi Sri dan sebagainya.

3. Modern; pada masyarakat ini tidak lagi pekerjaan di dominasi oleh kekuatan fisik namun oleh keterampilan. Perempuan dirumah dengan industri rumahan

7

(34)

20

komputer, pekerjaan di Bank menjadi sama nilainya dengan kaum laki-laki, implikasinya pada aspek pendidikan ekonomi dan politik.

Oleh karena itu, diskusi mengenai kemitrasejajaran diperlukan rekontruksi penafsiran al-Qur‟an atau rekonstruksi sosial mengikuti al-Qur‟an atau hadist.

Dari sinilah adanya pendekatan tekstual problematic, kontekstual dan reinter pretatip. Implikasinya antara lain pada kepemimpinan, kewarisan dan kesaksian.

Per-Undang-undangan di Indonesia memandang bahwa Kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan bermula dan tumbuh pada era Repelita IV yaitu dari gagasan Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Ny.Lasiah Sutanto SH, (alm). Gagasan-gagasan tersebut kemudian disusun menjadi suatu konsep dan diperjuangkan oleh para anggota MPR hingga dapat di tuangkan dalam TAP MPR nomor II/TAP/1993 tentang Garis-garis Basar Haluan Negara pada era Repelita V.

Pada era Kabinet Pembangunan VI (tahun 1993) Kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan dicanangkan sebagai wawasan dan strategi untuk mencapai sasaran dan tujuan peningkatan dan kedudukan dan peranan perempuan disegala bidang kehidupan, khususnya dalam bidang kehidupan berkeluarga. Di situ masih terdapat adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, baik dalam hak maupun kwajiban8.

Prinsip–prinsip kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan dicerminkan dalam pancasila (sebagai landasan idiil), UUD 1945 (sebagai landasan konstitusional)dan GBHN (sebagai landasan operasional)dan telah menempatkan perempuan dalam

8

(35)

21

keluhuran kodrat, harkat dan martabatnya sebagai warga Negara yang mempunyai kedudukan, hak, kewajiban, serta peranan yang sama. Kemitrasejajaran laki-laki dan paerempuan ini di cananngkan oleh presiden sebagai tema pidato pada peringatan Hari Ibu (22 Desember 1995) di Mojokerto, Jawa Timur.

Wawasan kemitrasejajaran ini juga telah di muat dalam Deklarasi Jakarta (1994), dan telah disepakati untuk dikembangkan dikawasan Asia pasifik sesuai dengan kondisi Negara masing-masing. Hasil konferensi tersebut disampaikan sebagai bahan masukan pada konferensi (Internasional) Wanita ke-4 di Beijing (1995), Dengan demikian, wawasan kemitrasejajaran tidak saja membudaya di kalangan masyarakat Indonesia, tetapi juga masyarakat di Negara-negara kawasan Asia Pasifik dan berkembang diseluruh dunia.

Di dalam masyarakat Indonesia yang terdiri dari ribuan suku dengan adat dan karasteristik yang heterogen, kedudukan laki-laki dan perempuan cukup bervariasi. Ada hukum adat yang menempatkan perempuan lebih dominan (matriarkhat, misalnya Minangkabau). Ada hukum adat yang menempatkan laki-laki lebih dominan (patriarkhat, misalnya Batak dan Bali). Ada pula yang menempatkan kedudukan laki-laki dan perempuan seimbang (parental, misalnya Jawa).

Untuk menelaah masalah tersebut pada bagian ini akan di uraikan bagaimana ketentuan perundang-undangan yang mengatur kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan. yaitu:

1. Undang-Undang Dasar 1945 (pasal 27 – 34)

(36)

22 3. Undang – Undang, dan

4. Peraturan pemerintah.

Undang-Undang Dasar 1945 (pasal 27–34) menyatakan bahwa semua warga Negara berkedudukan sama. Secara implisit, warga Negara tidak hanya kaum laki-laki tetapi termasuk juga kaum perempuan, jadi Undang-Undang Dasar 1945 menempatkan perempuan dan laki-laki sebagai mitra sejajar.

Ketetapan MPR merupakan ketetapan perundang-undangan tingkat kedua setelah UUD 1945. Didalam dua ketetapan MPR tersebut, dapat diamati peranan perempuan dalam pembangunan pada PJPT I dan PJPT II yaitu Tap MPR Nomor II / MPR /1988 pada butir 10, sedang dalam ketetapan MPR Nomor II /MPR /1993 pada butir 9, 13, dan 329.

Ketetapan tersebut pada awalnya memberikan kedudukan yang sama pada laki-laki dan perempuan atau menempatkan laki-laki dan perempuan sebagai mitrasejajar, namun pada akhir kalimat masih diikuti dengan pernyataan bahwa kemitrasejajaran

tersebut “sesuai atau dengan memperhatikan kodrat, harkat dan martabatnya

seseorang sebagai perempuan”.

Tingkat ke tiga dari urutan perundang-undangan yang mengatur kedudukan laki-laki dan perempuan adalah undang-undang nomor 1 tahun 1974, peraturan pemerintah (PP) nomor 9 tahun 1975 dan PP nomor 10 tahun 1990. Pasal 31 UU 1/1974,ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa perempuan (isrti) merupakan mitrasejajar dari laki-laki (suami), sedangkan dalam ayat (3) menyatakan bahwa suami adalah kepala keluarga

9

(37)

23

dan istri menjadi ibu rumah tangganya, sehingga dalam masyarakat tumbuh pemahaman yang kurang menguntungkan.

B. Kemitraan perempuan dan laki-laki dalam islam

Kemitraan laki-laki dan perempuan, dalam menempati posisi kepala rumah tangga, Islam pun telah memberikan posisi yang sama kepada suami maupun istri. masing-masing menduduki posisi sebagai kepala rumah tangga, hanya bidangnya yang berbeda sesuai dengan kodratnya masing-masing. (laki-laki memegang urusan keluar sedang perempuan memegang urusan kedalam) dan hal ini kemudian menjadi suatu aturan modern yang dimuat oleh prinsip-prinsip modern yaitu;”the right man in the

right place,”di samping adanya pembagian tugas pekerjaan spesifik. Jauh belasan abat yang lalu Nabi telah bersabda

ب

ق ق ه

س

ا س إ س

ه اص ه

س

ف

غ

( )

Bila sesuatu urusan di berikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat

kehancuran,10”

Nabi juga telah bersabda;

ب ه

س

.

ص

.

س ك ق أ

س أ ف ج

س ا ف

10Imam Jalaluddin Assuyuti, Jhami‟ usshoghir juz awal hal.

(38)

24

س ج ب ف أ

...

(

س حأ ا

ب )

Kamu semua adalah pemimpin dan masing-masing akan dimintai pertanggung

jawaban atas kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya, dan akan

diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.11”

Jadi, betapapun seseorang menginginkan kebebasan dan kesamaan masih harus tunduk dengan kenyataan adanya job desckription sesuai dengan kemampuan dan kualitas yang tersedia pada dirinya. Tidak mungkin pada suatu rumah tangga kedudukan suami–istri harus sama-sama sekali. Karena hal seperti itu akan menimbulkan anarki dalam suatu kelompok. Lebih tegasnya lagi dapat dikemukakan bahwa kepemimpinan suami dan istri adalah kepemimpinan komplementer, artinya masing-masing tidak mandiri, dan harus saling menyempurnakan.

Selain itu, dapat di kemukakan bahwa untuk memperkuat terjadinya kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan agar masing - masing tidak mendominasi, Nabi menyampaikan pesan yang sangat mendalam agar terjadi saling menghormati terhadap peran dan posisi masing-masing. Nabi bersabda,

ق

ثإ

ب ك ه س ق ق

.

ف

. . ب س ف ح .

ك ح . ق

.

Cukup besar dosa seseorang yang menyia-nyiakan keluarganya12.”dan yang lainya,”

11

Muhammad ibnu Umar Nawawi, Banten Syarah ukudulijain, hal.6

(39)

25

ق ه

ب

:

س

ه اص ه س ق

.

ج

ح

ح ئا

غ ف أ ف ش ف إ

.

.

\

Bila seseorang laki-laki meminta istrinya memenuhi hajatnya kemudian ia

menolaknya, maka malaikat melaknat istrinya tersebut sampai pagi hari.”

Apabila terjadi dominasi atau pelanggaran hak oleh salah satu pihak kepada orang lain, maka pihak yang di langgar tidak dibiarkan begitu saja oleh islam tanpa ada jalan keluar dari keadaan tersebut. Bagi laki-laki di beri hak talak (mencerai istrinya) yang harus di gunakan setepat dan sebenar mungkin, sehingga tidak digunakan sekedar untuk mempermainkan perempuan tanpa alasan dan dasar yang bisa diterima. Dalam hadis di jelaskan bahwa barang halal yang paling di benci Allah Swt. Adalah

„talak”13

(

ب

ق ه

:

س

ه اص ه س ق

غب

اح

اط ه إ

.

ك ح ج ب ب

dan pada hadish lain di nyatakan bahwa talak mengguncangkan „arsy. ini di maksudkan agar laki-laki tidak mempermainkan talak. Bagi perempuan juga di beri jalan keluar dari kondisi rumah tangga yang mencekam dirinya,yakni melalui „khulu‟

(perceraian dengan pembayaran ganti)‟faskh‟ (permintaan pembubaran akat nikah melalui hakim), dan Syiqoq‟ ( adanya suatu kondisi kerenggangan dan perpecahan yang hebat antar suami–istri). Yang disebut terahir datangnya dari istri yang tidak

13Jhami‟usshoghir

(40)

26

menghendaki lembaga rumah tangganya berlangsung terus dan pada akhirnya bila tidak dapat di upayakan secara baik, maka dapat dilakukan perceraian antara suami-istri, bila jalan perceraian yang dipilih dan merupakan jalan yang terbaik bagi keduanya, Allah swt berjanji akan memberikan kelapangan bagi masing-masing pihak. Allah Swt telah berfirman.









( ء سـ / :

“jika kedua orang hakam14

itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah

memberi taufik kepada suami-isteri itu.”(QS.4( Al-Nisa‟). 35)15



( ء سـ / .

“Jika keduanya bercerai, (karena itu jalan yang terbaik) Maka Allah akan memberi

kecukupan kepada masing-masingnya.” (QS.4( Al-Nisa‟).130)16

Dalam islam istilah-istilah gender yang digunakan dalam al-Qur‟an untuk menyebut laki-laki dalam makna kemitraan dengan perempuan tidak selalu menggunakan kata yang sama baik laki-laki maupun perempuan. Hal yang demikian bisa saja di pahami sebagai kemukjizatan al-Qur‟an yang mengandung prediksi kemasa depan atau bisa juga dipahami untuk memperkuat pandangan al-Qur‟an berbicara pada tema-tema

14

Hakam adalah Juru pendamai 15

Al-Qur‟an. 4.35

16

(41)

27

tertentu secara detil, namun dalam banyak hal hanya bersifat universal dan global, sehingga memberikan akomodasi bagi penafsiran baru.17

Kata rijal (laki-laki) bergandengan atau berpasangan dengan kata nisa‟ (perempuan), misalnya dalam masalah kepemimpinan. Sedangkan kata al-zakar (laki-laki) bergandengan atau berpasangan dengan kata unsa (perempuan), misalnya dalam masalah waris. Dari sini tentu ada makna yang signifikan (penting, berarti).

C. Prisip atau dasar-dasar yang dipakai kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki dalam islam

Islam memiliki beberapa dasar atau beberapa prinsip yang dipakai dalam kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan diantaranya yaitu:

1. Islam memandang laki-laki dan perempuan adalah sama-sama sebagai hamba, dan salah satu tujuan diciptakannya manusia adalah untuk menyembah kepada Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam sutat al-Zariyat ayat 56”





/ .

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku(QS.51(al-Zariyat).56)”18

Dari segi kejadiannya. islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan.Hal ini dapat kita ketahui dari surat an-Nisa ayat 1 yang menerangkan

17

Komarudin Hidayat,Memahami Bahasa Agama;Sebuah Kajian Hemeneutik (Jakarta,Paramadina,1996)hlm.135

18

(42)

28

bahwa perempuan tidak di jadikan dari tulang rusuk laki-laki melainkan dari substansi yang sama dengan laki-laki. dan yang membedakan keduanya hanyalah ketaqwaanya.surat al-Hujarat ayat 13)dan amalannya dari surat al-Nahl ayat 97).

























( جح / .

“‟Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS.49 (al-Hujarat).13)















( ح / .

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan

dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya

kehidupan yang baik, dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka

dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.”19 (QS.16(al-Nahl).97)

19

(43)

29

Kita sebagai umat Islam sudah tentulah merujuk kepada al-Qur‟an. Sedangkan dalam al-Qur‟an banyak ditemukan ayat-ayat yang menggambarkan hubungan laki-laki dan perempuan dan suami istri yang setara untuk saling menyempurnakan.

2. Islam memandang laki-laki dan perempuan

adalah sama-sama sebagai kholifah dimuka bumi, maksud dan tujuan penciptaan manusia dimuka bumi ini adalah.disamping menjadi hamba yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah Swt juga untuk menjadi kholifah di bumi,dalam hal ini di tegaskan dalam surat al-Baqoroh ayat 30, yaitu”





























ق / .

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa

Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih

dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya

Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."20(QS.2(al-Baqoroh).30)

3. Islam memandang laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan tuhanya, seperti diketahi, menjelang seorang anak keluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu harus menerima

20

(44)

30

perjanjian dengan tuhanya, sebagaimana disebutkan dalam surat al-A‟raf ayat 172, yaitu”



























( ف ا / .

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau

Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari

kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah

(45)
(46)

32 BAB III

KEBEBASAN PEREMPUAN UNTUK BEREKPRESI A. Peran Perempuan di dalam berbagai organisasi

Dalam berbagai kegiatan perempuan juga ikut terlibat, misalnya dalam bidang politik, keterlibatan perempuan dalam bidang politik atau yang berkaitan dengan urusan Negara dan masyarakat, al-Quran menjelaskan sebagaimana yang tercantum dalam surat at-Taubah ayat 71 yaitu:































( ب / .

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi

rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana.”21

(QS.9(at-Taubah).71)

Maksudnya adalah kerja sama, memberikan bantuan dan penguasaan.dan sebagai bukti keterlibatan perempuan dalam berpolitikan yaitu Ummu Hani,r.a yang telah dibenarkan sikapnya oleh nabi ketika memberikan jaminan keamanan kepada kedua orang musrik. Dan jaminan keamanan itu merupakan salah satu dari aspek bidang politik, bukti lain yaitu sewaktu Aisyah meninggalkan rumahnya di Madinah menuju Basroh di Irak untuk memimpin pasukannya melawan Ali ibnu Abi Tholib, isu

21

(47)

33

terbesar dalam peperangan tersebut, soal suksesi setelah terbunuhnya kholifah ke tiga yaitu Ushman, dalam hal ini berarti terlibat dalam politik praktis.

B. Mengelola Usaha kerajinan

Berusaha (kerja) dalam pandangan islam adalah suatu keniscayaan, al-Qur‟an menjelaskan dalam surat al-Mulk, ayat 2, yang berbunyi sebagai berikut





( ك . /

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu

yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,”

Yang lebih baik “amalnya” yakni pekerjaan. Kerja adalah menggunakan daya fisik, daya fikir dan daya kalbu serta daya hidup. Akan tetapi tidak semua pekerjaan itu di restui oleh agama, namun amal shaleh lah yang direstui dan yang paling di anjurkan oleh agama, sebab pekerjaan itu telah memenuhi nilai-nilai yang di amanatkan agama.(QS.76 (al-Mulk).2)

Dalam teks al-Qur‟an surat al-Imron ayat 195, yang berbunyi :

(48)

34





























( / .

Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):

"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.22 Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, Pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan Pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.”(QS.3(al-Imran).195)

Dalam surat yang lain yaitu, Surat an-Nisa‟ ayat 124, yang bunyinya :















( ء سـ / .

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita

sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka

tidak dianiaya walau sedikitpun.”(QS.4(al-Nisa‟).124)

Dalam teks keagamaan, tidak di temukan satupun teks yang jelas dan pasti yang mengarah pada larangan perempuan untuk bekerja, walau di luar rumah.Pada prinsipnya, perempuan tidak dilarang untuk bekerja. Sebab pada dasarnya agama telah menetapkan suatu kaidah yang berbunyi, dalam hal kemasyarakatan, semuanya

22

(49)

35

boleh selama tidak ada larangan, dan dalam hal ibadah murni semuanya boleh selama tidak ada tuntutan.

Pada zaman Nabi saw perempuan-perempuan telah bekerja dengan berbagai aneka pekerjaan, bahkan pada masa kholifah Umar r.a seorang perempuan ditugaskannya untuk mengurus semacam administrasi pasar.

Jadi dalam berbagai usaha kerajinan, perempuan juga ikut terlibat di dalamnya, misalnya dalam hal sebagi berikut :

Menjahit baju dan merancang. Banyak orang membutuhkan hijab dengan harga terjangkau dalam segala mode dan ukuran. Para wanita yang bisa merancang atau menjahit dapat menyumbangkan jasanya untuk saudari-saudarinya, selain itu dapat mencari uang di rumahnya sendiri. Memang ini merupakan saran yang ambisius. Namun bisa saja sekelompok perempuan bekerja sama membuat pakaian dan menjualnya via pos, ini pasti akan membantu saudari-saudari kita yang tinggal di tempat-tempat terpencil yang tak mudah mencapai toko-toko yang menyediakan pakaian bagi para wanita yang ingin berbusana secara Islami23.

Seni dan ketrampilan. Banyak orang kini merasakan bahwa Islam”terlalu kering”, jika anda melihat karya-karya yang luar biasa di museum-museum, atau melihat pasar-pasar, bazaar, dan masjid-masjid di negara-negara Islam, anda akan heran mengapa orang-orang Islam tidak menciptakan benda-benda itu lagi. Kini kita tahu bahwa orang-orang Islam yang mempunyai bakat seni telah tak berani lagi menekuninya (karena orang tua yang terlalu keras atau karena hal-hal lainnya),

23

(50)

36

sehinga mereka kehilangan karunia yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada mereka. Setiap kebudayaan menghasilkan karya seni; orang Islam melakukannya di masa yang lalu, dan tidak ada alasan mengapa mereka tidak melakukannya lagi sekarang. Tidak semua media seni bertentangan dengan Islam; kita membutuhkan seniman (baik laki-laki maupun perempuan) untuk memperkaya kebudayan kita dalam batas-batas syari‟at24.

Kesekretarisan. Banyak usahawan Muslim yang lebih suka sekretaris Muslim, tetapi sulit mendapatkannya. Banyak pemilik perusahan yang memerlukan orang-orang dengan kemampuan kesekretarisan: itu merupakan pekerjaan yang sangat baik dan bernilai tinggi. Akan tetapi wanita yang melakukan pekerjaan itu harus berperilaku Islami, dan menghindari situasi-situasi yang tidak dibenarkan dalam Islam, misalnya hanya berdua dengan laki-laki dalam satu ruangan. Pekerjaan kesekretarisan dan mengetik dapat dikerjakan di rumah, terutama dengan dimungkinkannya hubungan dengan computer, mesin faksimili, dan berbagai keajaiban tehnologi lainnya; orang memerlukan dokumen-dokumen, laporan-laporan, dan semua itu perlu di ketik-pekerjaan semacam itu dapat dilakukan di rumah. Karena itu juga perempuan harus berhenti bekerja untuk sementara waktu karena melahirkan anak, perempuan akan tetap dapat melakukan sedikit pekerjaan jika perempuan itu menginginkan atau membutuhkannya.

Media dan penerbitan. Bidang ini merupakan bidang pekerjaan yang cocok untuk dikerjakan di rumah. Seorang penulis atau editor paruh waktu dapat mengambil porsi

24

(51)

37

pekerjaan sebanyak atau sedikit yang diinginkannya sesuai dengan tugas-tugasnya dalam mengurus rumah tangga dan merawat anak. Di bidang lainnya, dibutuhkan juga suara-suara orang Islam; radio dan televisi adalah yang pertama muncul di benak kita, akan tetapi surat kabar dan majalah umum pun tak kalah pentingnya. Ada beasiswa untuk pelatihan kewartawanan dan semacamnya, anda harus teliti melihatnya di koran-koran25.

Dalam Islam semua pekerjaan dapat di anggap sebagai ibadah, jika seorang perempuan melakukannya dengan motif yang suci dan mencari ridho Allah dengan cara melakukan pekerjaan perempuan dengan baik. Baik seorang ibu rumah tangga yang mengepel lantai dapur, seorang ibu yang selalu menganti popok anaknya, ataupun menejer tingkat tinggi dalam perusahaan besar yang berhasil, pekerjaan anda adalah sesuatu yang bernilai. Apapun yang dilakukan dapat dipergunakan sebagai kesempatan untuk berdakwah juga, baik dengan penampilan sebagai seorang yang pandai, berdaya guna dan bergaya hidup bersih, maupun secara lebih langsung dengan berbicara kepada orang-orang yang kita temui dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mereka tanyakan.Harus selalu siap untuk menggunakan kesempatan yang ada sebaik-baiknya.

Paling sedikit kita dapat membuat orang berpikir dua kali tentang sesuatu yang negative; yang terbaik adalah jika kita dapat menunjukan jalan hidup yang lebih baik bagi mereka.

25

(52)

38

C. Bekal yang harus dimiliki oleh seorang perempuan yang berkarir

Bekal yang harus dimiliki oleh seseorang yang berkarir di antaranya yaitu memahami tugas pokoknya sebagai seorang perempuan.dan karir seorang perempuan sebaiknya di kerjakan setelah tugas pokoknya sebagai perempuan telah terselesaikan.

Seorang pakar hukum islam Mesir, Abu Zahra, telah menulis bahwa, Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja, akan tetapi yang perlu di perhatikan adalah bahwa pekerjaan pokok perempuan adalah membina rumah tangganya, sebab hanya perempuanlah yang mampu melindungi rumah tangganya dengan kasih dan sayang mereka. Perempuanlah yang mendidik anak-anak mereka dan membekalinya dengan perasaan-perasaan positif, menyangkut masyarakat. Merekalah yang menanamkan keharmonisan dalam masyarakat, sehingga anak-anak itu dapat berkembang di tengah-tengah masyarakat, dengan mencintai anggotanya serta di cintai oleh anggota masyarakatnya.

Selain itu seorang perempuan juga harus mengetahui posisinya sebagai perempuan. dalam artian tidak menghilangkan kodrat, harkat dan martabatnya sebagai perempuan. sebab dalam islam segala sesuatu itu di ciptakan dengan kodrat, sebagaimana yang tercantum dalam surat al-Qomar ayat 49,yaitu :



( ق / .

Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.

(53)

39

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan pengawasan terhadap tingkah laku Hakim, Panitera/Wakil Panitera/Panitera Muda/Panitera Pengganti dan Jurusita/Jurusita Pengganti, dalam pelaksanaan tugas

Kepala Kantor Pertanahan Kota Batam memberikan kepada pemohon perpanjangan HGB yang dimohon- kan perpanjangannya dengan ketentuan dan persya- ratannya, yaitu segala akibat, biaya

Model terbaik adalah hasil pemodelan dari metode RKU yang ditambahkan peubah boneka pada data presipitasi GCM dengan time lag berdasarkan bentuk model yang lebih

Kelurahan yang memiliki luas lahan terbesar yang masuk dalam kelas sangat sesuai yaitu Kelurahan Sorosutan dengan luas 130,94 Ha sedangkan yang paling sedikit yaitu Kelurahan

Aliran ini sambil mengalir melakukan pengikisan tanah dan bebatuan yang dilaluinya (Ilyas, 1990 dalam Setijanto, 2005). Sungai merupakan bentuk ekosistem perairan mengalir

Dalam menerapkan ayat ini, kejahatan dan pelanggaran candu hanya dianggap sebagai perkara mengenai pengahasilan negara, jika terhadap kejahatan dan pelanggaran itu

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa dalam pembelajaran matematika melalui Pembelajaran Berbasis

Hasil uji statistik menggunakan Spearmank Rank dari hubungan dukungan instrumental keluarga dengan beban pada anggota keluarga yang mengalami skizofrenia di Poli