• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) IMPLEMENTATION OF FAMILY PLANNING IN THE USE OF CONTRACEPTION IN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) IMPLEMENTATION OF FAMILY PLANNING IN THE USE OF CONTRACEPTION IN "

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTATION OF FAMILY PLANNING IN THE USE OF CONTRACEPTION IN POSTPARTUM IN BANDAR LAMPUNG

(Studies in Family Planning Board and Women's Empowerment)

By

Dora Sonia Purba

Postpartum of family planning program is government program that has been established to help reduce maternal mortality and control the growing of population. This study aims to describe and analyze the implementation of the Family Planning Program In Postpartum Contraceptive Use In Bandar Lampung and to analyze the supporting factors and inhibiting factors. The method used in this research is descriptive qualitative method, in which the main instrument in this study is the researcher's own.

From the results of research in the field found that the implementation of family planning programs in the Postpartum contraceptive use in the city of Bandar Lampung is not maximized. As shown that there are still many people who do not have knowledge about the program so that people are reluctant to use it. Judging from the executing agency, the program still needs more officers as well as competent in their fields. The state of the local economy and the city is still low cultural influences that many children are still a lot of luck goes inhibit the implementation of this program. And the condition of society which is difficult to accept even understand the importance of reproductive health and family welfare. The recommendations can be given is the Family Planning Board and Women's Empowerment needs to provide training to the Human Resources associated with postpartum family planning programs and disseminate on a large scale and improved installation tool procurement service activities Family Planning Postpartum free to the public on a regular basis poor.

(2)

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

(Studi pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan)

Oleh

Dora Sonia Purba

Implementasi program Keluarga Berencana Pasca Persalinan merupakan program pemerintah yang telah ditetapkan untuk membantu menekan angka kematian ibu dan menekan laju pertumbuhan penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis. Implementasi Program Keluarga Berencana Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Pasca Persalinan Di Kota Bandar Lampung serta menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan faktor penghambatnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dimana instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

(3)
(4)

(Studi pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan)

Oleh

DORA SONIA PURBA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

(Studi pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan)

Skripsi

Oleh

DORA SONIA PURBA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)
(8)
(9)

Halaman A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik ... 12

B. Bentuk-Bentuk Kebijakan Publik ... 14

C. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan ... 15

1. Pengertian Implementasi Kebijakan ... 15

2. Model-Model Implementasi Kebijakan Publik

E. Tinjauan Tentang Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi Pascapersalinan ... 30

1. Tinjauan Tentang Keluarga Berencana ... 30

2. Tinjauan tentang Alat Kontrasepsi Pasca Persalinan ... 32

F. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 34

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... 37

(10)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Implementasi Program Keluarga Berencana Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Pasca Persalinan Di Kota Bandar Lampung ... 68 B.Faktor Pendukung Dan Kendala Implementasi Program Keluarga

Berencana Pasca Persalinan ... 97 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 100 B.Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

Gambar Halaman

1. Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun

1994-2015 ... 7 2. Kerangka Pikir ... 36 3. Analisis Data Model Interaktif ... 48

4. Struktur Organisasi Badan Koordinasi Keluarga Berencana

dan Pemberdayaan Perempuan Kota Bandar Lampung ... 58 5. Suasana Rapat Koordinasi BKKB dan PP dengan BKKBN

(12)

Tabel Halaman

1. Persentase beberapa provinsi di Indonesia yang kekurangan Gizi ... 3

2. Kasus Angka Kematian Ibu Di Kota Bandar Lampung ... 7

3. Tabel Informan ... 43

4. Dokumen-Dokumen Pendukung Penelitian ... 44

5. Nama Pejabat Pemerintah yang pernah menjadi Kepala BKKB dan PP Bandar Lampung ... 57

(13)

“The best sword that you have is a limitless patience”

(Pedang terbaik yang Anda miliki adalah kesabaran tanpa batas)

Jalan terbaik dalam mencari kawan adalah kita harus berlaku sebagai

kawan

Menangislah ketika segala sesuatu tidak bisa dijelaskan dengan

kata-kata.

(14)

Persembahan

Skripsi ini dipersembahkan untuk mereka yang tersayang :

Ayahanda Jasiaman Purba dan Ibunda Rosmina Sipayung,

Kakak ku Sanni Purba dan Abangku Simson Purba, Abang Marsen, Abang

Ady, dan Abang Jasarno Purba ,

segenap Keluarga Besar dari Ayah dan Ibu.

Untuk teman hidup,

dan teman selamanya,

(15)

RIWAYAT HIDUP

PenulisbernamalengkapDora Sonia Purba, penulisdilahirkan di

DesaUrungPurbaKecamatanPurbaKabupatenSimalungunpadatanggal 9 September 1991, anakterakhirdaripasanganJasiamanPurbadenganRosminaSipayung.

PendidikanpertamapenulisditempuhpadaSekolahDasarNegeriGaja-PokkiNo. 091356 KecamatanPurbaKabupatenSimalungun, Sumatera Utara yang diselesaikanpadatahun 2002, dilanjtkankeSekolahMenengahPertamaNegeri 1 PurbaSimpangHaranggaol

Sumatera Utara padatahun 2005.

KemudiandilanjutkanpadaSekolahMenengahUmumSw. Van DuynhovenSaribudolok yang diselesaikanpadatahun 2009.

Padatahun 2010, penulisterdaftarsebagaimahasiswa di FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitikJurusanIlmuAdministrasi Negara Universitas Lampung, melaluiSeleksiNasionalMasukPerguruanTingggiNegeri (SNMPTN).Selainmengikutiperkuliahan,

(16)

sebagaiInfokomkesra (2011-2012) 3. PengurusPemudaGereja Kristen ProtestanSimalungun

(GKPS) sebagaiWakilSekretaris (2012-2013)

(17)

SANWACANA

Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan dan juruselamatku Yesus Kristus karena berkat kasih karuniaNya skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Skripsi yang berjudul: “Implementasi Program Keluarga Berencana Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Pasca Persalinan Di Kota Bandar Lampung (Studi Pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan)” adalah merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini. Karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:

1. Ibu Meiliyana, S.IP, M.A, selaku Pembimbing Utama atas kesetiaan dan kesabarannya membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis haturkan banyak terimakasih yang telah memberikan banyak nasehat dan kebaikannya serta mohon maaf yang tulus untuk setiap salah dan khilaf penulis lakukan selama ini.

2. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos, M.Si selaku Dosen Penguji sekaligus Dosen Pembimbing Akademik penulis atas kesediaan meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan kritik dan saran produktif terhadap perbaikan skripsi ini. Penulis haturkan banyak terimakasih atas nasehat dan bimbingannya dan mohon maaf atas setiap salah dan khilaf yang penulis lakukan.

(18)

4. Kakak dan abang-abangku terima kasih untuk kebaikan, perhatian, dan semangat yang kalian tunjukkan untuk adik kalian ini. Dan juga buat ponakan-ponakan aku, terima kasih ya sayang ya sudah merepotkan tantemu ini, kehadiran kalian membuat suasana rumah lebih rame. Miss you so much!

5. Semua keluarga yang telah mendukung dan menantikan keberhasilanku, inang tua, inanggi, tante, tulang, semua abang-abangku, adek-adekku, tante-tanteku, tulang-tulangku. Terima kasih, aku tetap memerlukan doa kalian semua.

6. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.S., selaku Dekan FISIP Universitas Lampung.

7. Bapak Dr. Dedy Hermawan S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara 8. Ibu Nur’Aini selaku pegawai jurusan yang sabar membantu dalam berbagai keperluan

yang penulis butuhkan

9. Bapak dan Ibu dosen Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khusunya dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara, yaitu : Pak Husnan Aksa, Pak Dedi, Pak Prof. Yulianto, Pak Eko, Pak Noverman, Pak Bambang, Pak Nana, Pak Syamsul, Pak Simon, Pak Fery, Bu Dian, Bu Devi, Bu Intan, Bu Novita, Bu Indri, Bu Dewi, Bu Ani, Bu Selvi, dan seluruh dosen yang telah mengajar serta memberikan ilmu yang bermanfaat bagi Penulis selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung

10.Seluruh staf akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(19)

adek mu ini yang kadang jugul dan bawel ini ya kakak, Miss you. Dan Kakak Imelda, makasih kakak atas teriakan-teriakannya dan kebaikan kakak buat adek mu ini. Kau kakak yang paling menyebalkan, sekaligus kakak yang paling baik. Dan juga buat kakak Novi Siboro, Maafin aku kakak, makasih sudah menjadi kakak yang baik selama ini, aku gak pernah lupa dengan mu kak. Dan kak Veny yang jauh di Bali sana jangan lupa samaku ya. Untuk kalian, cepat-cepat menikah ya, jangan sampe adek kalian ini yang duluan. hehe

13.Sahabat-sahabatku yang cantik-cantik sekaligus teman seperjuanganku. Buat Anie, jangan lelet-lelet dong sayang dan juga jangan plin-plan dan satu lagi jangan penakut. Shariput, sahabatku yang paling energik dan paling bawel, makasih atas semangatnya ya sayang. Pertahanin. Jenni, yang paling rajin, makasih atas hari-harinya yang tegar banget. Dan buat Selli, sahabatku yang anggun, sholatnya itu lho gak pernah lupa. Makasih ya atas semua persahabatan kita selama ini. Aku selalu merindukan saat-saat kita bersama.. 14.Sahabat-sahabatku dikosan tiga putri. Devi (jangan galau-galau terus kau nang dan

(20)

cewe nuzul, nona, carina, sela, cory, merry, maya, indah, bunga, eeng, hany, nurul genap, dewinta, marita, yulia, erisa, astria, yulia, cahya, nurul ganjil, maya utami, rahma, Maaf ya gak bisa disebut satu-satu, makasih atas kebersamaan kita dikampus selama perkuliahan, semangat terus dan semua kakak-kakak dan adik-adik tingkat semangat terus semoga kita bisa menjadi anak yang berbakti.

16.Jemaat yang ada di GKPS Bandar Lampung especially untuk Pemuda, Kakak-kakak, abang-abang, dan adik-adik, Bg Roy Purba, Bg Rudi, Bg Dias, Bg Ade, Bg Nando, Bg Ryan, Bg Andre, Bg Irwan, Bg sardo, Leo, Ryan, Duen, Citra, Elsa, Inggrid, Ruth, Dea Nainggolan, Ka Afrina, Yana, Sarah, Golda, ka Vivi, kak Ika, Enni dan juga bou Elida. Makasih atas jemputannya dan kebersamaannya. Keep spirit in Jesus.

17.Temen-temenku di PDO FISIP yang selalu ngajak untuk ikut persekutuan, bukan gak mau ya teman-teman tapi memang waktunya gak bisa (kak Netty, Cety, Fany, Dita, kak Maria, kak Adel, Ivan, dan semua kakak-kakak dan juga adek-adek PDO yang tidak bisa disebut satu-satu. Pelayanan kalian tidak akan sia-sia.

18.Semua kakak-kakak, abang-abang, dan adek-adek yang ada di UKM-K yang gak bisa disebut satu-satu semangat terus buat pelayanannya.

19.Abang-abangku, kakak-kakak dan adik-adikku yang ada di GMKI Bandar Lampung, (Bg Laikmen, Bg melky, Bg Sarman, Bg Tekel, Bg Dinan, Bg Ropinus, Bg Doni, Bg andreas, Bg Benny, kak Enda, Kak Chia, Kak Ellen, Kak yulia, frans, bram, nanda, vero dan yang lain yang gak bisa disebut satu-satu. Go GMKI, jangan patah semangat.

(21)

dalam hidupku.

Terimakasih Tuhan Yesus, sekali lagi terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu dan mendukung . God Bless Us.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia. Salah satu diantaranya adalah dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Adapun salah satu indikator keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah dilihat dari aspek kesehatan masyarakatnya. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional (www.Depkes.go.id diakses tanggal 20 Desember 2013 Pukul 22.10 WIB)

(23)

memiliki target pencapaiannya sampai tahun 2015. MDGs memiliki delapan tujuan yang memiliki target dan indikator tertentu, yaitu diantaranya memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan pelestarian lingkungan dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

(http://regional.kompasiana.com diakses tanggal 20 desember 2013 pukul 20.16

WIB)

Indonesia sebagai salah satu Negara yang ikut menyepakati sebuah pembangunan global Millennium Development Goals atau MDGs harus berkomitmen untuk mengintegrasikan MDGs tersebut kedalam program-program pembangunan nasional. MDGs bertujuan untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah, tetapi juga merupakan tugas seluruh komponen bangsa Indonesia. Hal ini membuat pencapaian tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat.

(24)

sendiri pada tahun 2015 diharapkan sudah mencapai angka 15,5 %. Prevalensi merupakan jumlah individu atau persentasi populasi yang terinfeksi pada waktu tertentu. (http://kamuskesehatan.com diakses tanggal 16 Januari 2014 pukul 15.45 WIB)

Jika dilihat pada tingkat nasional prevalensi balita kurang gizi telah hampir mencapai target MDGs, namun masih terjadi disparitas antar provinsi. Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, disparitas antar provinsi dalam prevalensi kekurangan gizi pada balita pada beberapa provinsi di Indonesia akan ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 1.1 Persentase beberapa provinsi di Indonesia yang kekurangan Gizi

No Provinsi Persentase (%)

1 DI Yogyakarta 10,9

2 Nusa Tenggara Timur 33,6

3 Maluku 27,8

4 Sulawesi Tengah 27,6

5 Kalimantan Selatan 26,6

6 Aceh 26,5

7 Lampung 17,5

Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/ diakses tanggal 20 Desember 2013 Pukul 22.20 WIB

(25)

melahirkan masih sulit untuk dicapai negara Indonesia pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang belum menyadari arti pentingnya sebuah kesehatan tubuhnya. Ada juga karena diakibatkan oleh gaya hidup masyarakat Indonesia yang memiliki keragaman budaya, kelakuan, sifat dan kebiasaan. Padahal memerangi HIV, meningkatkan kesehatan ibu, dan menurunkan angka kematian anak adalah tujuan tiga, empat, dan lima yang seharusnya dicapai pada tahun 2015 mendatang.

Tujuan kelima dari MDGs adalah meningkatkan kesehatan bagi seorang ibu untuk mengurangi angka kematian ibu. Kesehatan seorang ibu tentu penting, terutama saat sedang hamil. Hal ini disebabkan karena dapat berpengaruh kepada kesehatan dan kelangsungan hidup anaknya. Contohnya ketika seorang ibu yang hamil terkena flu selama beberapa waktu, kemungkinan anaknya akan lahir kurang gizi. Kecacatan yang dialami seorang anak juga bisa bergantung pada kesehatan ibunya. Seorang ibu yang kesehatannya tidak stabil juga dapat mengakibatkan kematian untuk dirinya sendiri maupun anaknya. (http://media.kompasiana.com diakses tanggal 20 Desember 2013 pukul 22.21 WIB)

(26)

yang kompleks ini masih butuh banyak perhatian. Masalah kesehatan baik layanan maupun tenaga sebaiknya lebih disikapi dengan baik. Dari situlah muncul program KB dan kini ditangani oleh BKKBN. (http://www.metrotvnews.com diakses tanggal 20 Desember pukul 20.30 WIB)

Undang-undang Republik Indonesia nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga telah memberikan landasan yang kuat dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana. Salah satu tujuan Program Keluarga Berencana yang tercantum dalam undang-undang tersebut adalah menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak. Direktorat kelangsungan hidup Ibu, Bayi dan Anak yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan/Kepala BKKBN No. 150/HK-010/2001 tertanggal 17 Juli 2001 mempunyai tugas untuk melaksanakan perumusan dan kebijakan program upaya peningkatan kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak melalui pelayanan promosi dan konseling. (Suparto, H. Sumbangsih Program KB Terhadap Pendidikan, Arsip online diakses tanggal 21

Desember 2013 pukul 22.00 WB)

(27)

Berencana Pasca Persalinan Dalam Jaminan Persalinan. Saat ini kondisi kesehatan ibu dan bayi di Indonesia masih rendah, hal ini terlihat dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu begitu memprihatinkan dimana sebelumnya pemerintahan telah bertekad akan menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Penurunan Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.

(28)

Grafik 1.1 Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015

Sumber data: SDKI, 1994, 2002/2003, 2007, MDGs dan Bappenas

Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. AKI yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus (Dinkes Provinsi Lampung, 2012 diakses tanggal 18 November 2013 pukul 21.25 WIB).

(29)

Tabel 1.2 Kasus Angka Kematian Ibu Di Kota Bandar Lampung

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 2012

Untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), diperlukan upaya terobosan. Salah satunya adalah dengan peningkatan KB pasca persalinan, yaitu penggunaan metode kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Melalui program ini juga dapat mencegah kehilangan kesempatan ber-KB (missed opportunity) yang artinya melalui para pemberi informasi KB ibu hamil akan diberi penjelasan tentang pentingnya berKB, mendapatkan pelayanan yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak reproduksinya dapat terpenuhi. (Sarwono : 2006).

(30)

yang mengacu kepada fokus pembangunan pada rencana Pembangunan jangka Panjang nasional tahun 2005-2015 maka salah satu prioritas pembangunan nasional adalah “Penduduk tumbuh seimbang 2015” yaitu mewujudkan

pertumbuhan pendudukan yang seimbang dan keluiarga berkualitas yang ditandai dengan menurunnya angka fertilitas (angka kelahiran) menjadi 2,1.

Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dalam program KB harus melalui jalan yang tepat guna. Upaya ini dikaitkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015, yakni untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup yaitu dengan salah satu program pemerintah yang dijalankan adalah Program KB Pasca Persalinan. Pertambahan (pertumbuhan) jumlah penduduk merupakan fenomena alamiah yang tidak bisa dihindari. Konsekuensi dari pertambahan jumlah penduduk baik secara langsung ataupun tidak menimbulkan permasalahan baru yang harus dihadapi misalnya permasalahan lingkungan, keterbatasan sumber daya alam, kesehatan, ketenagakerjaan, akses pangan, ekonomi dan pendidikan. Pemerintah pun telah menggalakkan begitu banyak program untuk mengatasi masalah kependudukan, salah satunya adalah dengan program KB Pasca Persalinan meskipun demikian masalah kependudukan ini masih belum terwujud dengan baik sehingga peneliti tertarik ingin meneliti tentang masalah yang berbaur kependudukan yaitu dengan meneliti Program KB Pasca Persalinan.

(31)

pemerintah sebelumnya dapat dicapai. Program KB Pasca Persalinan ini memiliki tujuan khusus yakni Tujuan ini harus dimulai dari keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan juga keluarga sebagai titik sentral pembangunan. Program Keluarga Berencana secara mikro berdampak terhadap kualitas individu dan secara mikro berkaitan dengan tujuan pembangunan pada umumnya. Secara mikro, KB Pasca Persalinan berkaitan dengan kesehatan dan kualitas hidup ibu/perempuan, juga kualitas bayi dan anak. Secara makro, KB Pasca Persalinan dan kesehatan reproduksi berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meraih tujuan MDG’s tersebut.Penggunaan KB Pasca Persalinan berkaitan dengan rendahnya kematian ibu dan kematian anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Memiliki anak lebih sedikit dan lebih sehat dapat mengurangi beban ekonomi pada keluarga miskin, dan memungkinkan mereka menginvestasikan sumber dayanya dalam pengasuhan, perawatan, dan sekolah anak, sehingga nantinya diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan.

(32)

B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas, maka permasalahan yang hendak dikemukakan adalah :

1. Bagaimana implementasi kebijakan program keluarga berencana dalam penggunaan alat kontrasepsi pasca persalinan di kota Bandar Lampung untuk mengurangi angka kematian Ibu?

2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menjalankan program keluarga berencana dalam penggunaan alat kontrasepsi pasca persalinan di kota Bandar Lampung untuk mengurangi angka kematian ibu?

C. Tujuan Penelitian

(33)

D. Kegunaan Penelitian

Selain untuk mencapai tujuan, penelitian ini juga diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara teoritis yaitu dapat menambah wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan Administrasi Negara di Indonesia dan khususnya implementasi kebijakan.

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kebijakan Publik

Istilah kebijakan (policy term) mungkin sering dipakai untuk menunjuk sesuatu yang lebih khusus, seperti misalnya kebijakan pemerintah tentang debikrotisasi dan deregulasi. Secara umum, istilah kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjuk perilaku seseorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Harold Laswell dan Abraham Kaplan dalam Nugroho (2009:93) mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu (a projected of goals, values, and practices).

(35)

Menurut Winarno (2012:21) Kebijakan merupakan suatu proses mencakup pula terhadap implementasi dan evaluasi sehingga definisi kebijakan yang menekankan pada apa yang diusulkan menjadi kurang memadai. Oleh karena itu, definisi mengenai kebijakan publik akan lebih tepat apabila kebijakan tersebut mencakup pula arah tindakan atau apa yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan. Menurut James Anderson kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi masalah atau suatu persoalan. Sedangkan Dunn (2000:132) mengemukakan bahwa, kebijakan publik (public polic) adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan yang tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau aktor pemerintah.

(36)

Dengan demikian, kebijakan publik adalah sebuah fakta strategis daripada fakta politis ataupun teknis. Sebagai sebuah strategi, dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-preferensi politis dari para aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya pada proses perumusan. Dan menurut peneliti kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang diusulkan oleh sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu masalah publik, yang memiliki maksud/tujuan yang jelas, sehingga dapat berguna untuk mengatasi masalah tersebut dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

B. Bentuk-Bentuk Kebijakan Publik

Bentuk pertama kebijakan publik yaitu peraturan perundangan yang terkodifikasi secara formal dan legal. Setiap peraturan dari tingkat pusat atau nasional hingga tingkat desa atau kelurahan adalah kebijakan publik karena mereka adalah aparat publik yang dibayar oleh uang publik melalui pajak dan penerimaan negara lainnya, karenanya secara hukum formal bertanggung jawab kepada publik. (Nugroho, 2009: 104).

Jadi, rentetan kebijakan publik sangat banyak, namun demikian secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

(37)

2. Kebijakan publik yang bersifat messo atau menengah, atau penjelas pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berbentuk Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati, dan Peraturan Walikota. Kebijakannya dapat pula berbentuk Surat Keputusan Bersama atau SKB antar-menteri, gubernur, dan bupati atau walikota.

3. Kebijakan publik yang bersifat mikro adalah kebijakan yang mengatur pelaksanaan atau implementasi kebijakan diatasnya. Bentuk kebijakannya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh aparat publik di bawah menteri, gubernur, bupati, dan wali kota. (Nugroho, 2009: 104)

C.Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan

1. Implementasi Kebijakan

(38)

mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk yang mereka anggap klien.

Dalam derajat lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya Implementation and Public Policy dalam Agustino (2006:139) mendefenisikan Implementasi Kebijakan sebagai: Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, kepeutusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin dibatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.

Sedangkan, Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2012:139), mendefenisikan implementasi kebijakan, sebagai: Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Dari tiga defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu: (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; (3) adanya hasil kegiatan. Secara umum, Winarno (2012:19) istilah kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

(39)

atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart Jr. dalam Agustino (2000:104) dimana mereka katakan bahwa implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output). Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih. Hal ini tak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Merrile Grindle 1980 dalam Agustino (2006:139) sebagai berikut: Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual projects dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai.

(40)

dalam suatu sistem, dimana kebijakan dibuat mencakup hubungan timbal balik antara tiga elemen yaitu kebijakan publik, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan.

2. Model-Model Implementasi Kebijakan Publik

Beberapa model implementasi Agustino (2012:141) akan dipaparkan secara ringkas ide-ide dasar yang disampaikan oleh para ahlinya.

a. Model Van Meter dan Van Horn

Model pendekatan top-down yang dirumuskan oleh Donald Van Metter dan Carl Van Horndalam Winarno (2012:40) disebut dengan A Model Of The Policy Implementation. Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik.

(41)

Model Implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2012: 141) mengandaikan implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Implementasi ini terdapat enam variabel yang membentuk hubungan antara kebijakan dan pelaksanaan, antara lain:

1) Standar dan tujuan kebijakan

Standar dan tujuan kebijakan merupakan apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan, baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek, menengah atau panjang. Selain itu, sebagai penentu arah pelaksanaan kegiatan atau sebagai batasan dan fokus agar tujuan dan sasaran dapat dicapai.

Standar dan tujuan suatu kebijakan program, kegiatan yang jelas maka akan lebih mudah untuk melaksanakannya. Tetapi akan sebaliknya, jika standar dan tujuan dari suatu kebijakan tidak jelas maka akan sulit untuk menentukan pencapainnya dan sering mengalami kegagalan dalam mencapai standar dan tujuan tersebut.

2) Sumberdaya

Sumber daya manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Sumber daya manusia menuntut adanya kualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan disamping kuantitas yang memadai. Tapi jika kualitas dari sumber daya manusia tersebut rendah, maka keberhasilan implementasi kebijakan publik akan sulit untuk dicapai.

(42)

Komunikasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Dengan begitu sangat penting untuk member perhatian yang besar kepada kejelasan ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan, ketepatan komunikasinya dengan para pelaksana, dan konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan-tujuan yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber informasi. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan-tujuan tidak dapat dilaksanakan kecuali jika ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan-tujuan tersebut dinyatakan dengan cukup jelas, sehingga para pelaksana dapat mengetahui apa yang diharapkan dari ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan itu. Oleh karena itu, menurut Van Meter Van Horn, prospek-prospek tentang implementasi yang efektif ditentukan oleh kejelasan ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan yang dinyatakan dan oleh ketepatan dan konsistensi dalam mengomunikasikan ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan tersebut. (Winarno, 2012: 162).

4) Karakteristik agen pelaksana

(43)

berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan: (1) kompetensi dan ukuran staf suatu badan, (2) tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan-keputusan sub-unit dan proses-proses dalam badan-badan pelaksana, (3) sumber-sumber politik suatu organisasi, (4) vitalitas suatu organisasi, (5) tingkat komunikasi-komunikasi terbuka, yang didefenisikan sebagai jaringan kerja komunikasi horizontal dan vertikal secara bebas serta tingkat kebebasan yang secara relatif tinggi dalam komunikasi dengan individu-individu diluar organisasi, (6) kaitan formal dan informal suatu badan pembuat keputusan atau pelaksana keputusan. (Winarno, 2012: 166)

5) Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Politik

Kondisi ini mengacu pada, sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah diterapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber kegagalan kinerja implementasi kebijakan publik. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal. (Agustino, 2008: 144).

6) Sikap /kecenderungan para pelaksana

(44)

kebijakan, yaitu: (1) pengetahuan (cognition), pendalaman dan pemahaman (comprehension and understanding) terhadap kebijakan. (2) Arah respon mereka, apakah menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality, or rejection). (3) Intensitas tanggapan terhadap kebijakan. Bila para pelaksana menolak untuk melaksankan suatu kebijakan, maka menurut Van Meter Van Horn ada beberapa alas an penyebabnya, yakni: tujuan-tujuan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya mungkin bertentangan dengan system nilai pribadi-pribadi para pelaksana, kesetiaan-kesetiaan ekstra organisasi, perasaan akan kepentingan diri sendiri, atau karena hubungan-hubungan yang ada dan yang lebih disenangi (Winarno, 2012: 168).

Keunggulan model ini dapat menawarkan kerangka berpikir untuk menjelaskan dan menganalisa proses implementasi kebijakan, dan memberikan penjelasan-penjelasan bagi pencapaian-pencapaian dan kegagalan program. Model ini menitikberatkan pada sikap, perilaku dan kinerja para pelaku di dalam implementasi kebijakan.

b. Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

(45)

1. Mudah atau Tidaknya Masalah yang akan Digarap, meliputi: a. Kesukaran-kesukara Teknis

b. Keberagaman Perilaku yang Diatur

c. Persentase Totalitas Penduduk yang Tercakupmdalam Kelompok Sasaran d. Tingkat dan runag lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki

2. Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara Tepat

Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:

a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai

b. Keterandalan teori kausaliats yang diperlukan c. Ketetapan alokasi sumberdana

d. Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau instansi-instansi pelaksana

e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana

f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang-undang

g. Akses formal pihak-pihak luar

3. Variabel-variabel diluar Undang-Undang yang Mempengaruhi Implementasi a. Kodisi sosial-ekonomi dan teknologi

b. Dukungan politik

(46)

c. Model George C. Edward III

George C.Edwards III yang menyatakan bahwa variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan adalah Komunikasi, Sumber daya, Disposisi dan Struktur birokrasi Agustino (2006:149).

1. Komunikasi

Menurut George C. Edwards, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus ditransmisikan (dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat. Komunikasi diperlukan agar pembuat keputusan di dan para implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.

Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi Agustino (2006:150) yaitu :

(47)

b. Kejelasan: komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu/mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada tataran lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.

c. Konsistensi: perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan dan dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

2. Sumber Daya

Ketersediaan dan kelayakan sumberdaya dalam implementasi kebijakan memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif bilamana sumber-sumber yang dibutuhkan tidak cukup memadai. Indikator Sumber-sumber daya dalam mengimplementasikan kebijakan menurut George C. Edwards III adalah : (a) Staf, (b) Informasi, (c) Wewenang merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik, (d) Fasilitas (Agustino, 2006: 151).

3. Disposisi

(48)

a. Respons Implementator terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan

b. Kognisi yakni pemahaman para implementator terhadap kebijakan yang dilaksanakan

c. Intensitas Disposisi Implementator, yakni freferensi nilai yang dimiliki oleh implementator. (Subarsono 2005: 101)

Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi, menurut George C. Edward III adalah:

1. Pengangkatan Birokrat, disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu, pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan

2. Insentif, Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. (Agustino, 2012: 152)

4. Struktur Organisasi

(49)

rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana kebijakan/administrator/birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada setiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Sedangkan pelaksanaan fragmentasi adalah upaya penyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit kerja.

d. Model Merilee S. Grindle

Pendekatan model ini dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process. Keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual projects dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai. Keberhasilan implementasi kebijakan publik sangat dipengaruhi oleh implementability kebijakan itu sendiri, meliputi:

1. Content of policy meliputi: kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, tipe manfaat, derajat perubahan yang ingin dicapai, letak pengambilan keputusan, pelaksana program, sumber-sumberdaya yang digunakan,

2. Context of policy meliputi: kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor-aktor yang terlibat, karakteristik lembaga-lembaga dan rezim yang berkuasa, tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana.

(50)

kebijakan, Sumber Daya, Karakteristik Agen Pelaksana, Sikap/kecenderungan (Disposition) para Pelaksana, Komunikasi antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana dan Lingkungan Ekonomi, sosial, dan Politik.

Peneliti mengadopsi model tersebut dikarenakan model ini dapat menawarkan kerangka berpikir untuk menjelaskan dan menganalisa proses implementasi kebijakan, dan memberikan penjelasan-penjelasan bagi pencapaian-pencapaian dan kegagalan program. Model ini menitikberatkan pada sikap, perilaku dan kinerja para pelaku di dalam implementasi kebijakan. Dibandingkan dengan model lain, model Van Meter Van Horn lebih menekankan pada pentingnya partisipasi implementor dalam penyusunan tujuan kebijakan dan juga model ini lebih tepat digunakan pada kebijakan yang bersifat Top-down dan salah satunya adalah program KB. Implementasi Program Keluarga dalam Penggunaan Berencana Alat Kontrasepsi Pasca Persalinan, yang berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga telah memberikan landasan yang kuat dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana. Kemudian ditindaklanjuti oleh Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan/Kepala BKKBN No. 150/HK-010/2001 menurut peneliti model Van Meter Van Horn lebih tepat digunakan. Dimana hal ini mempunyai tugas untuk melaksanakan perumusan dan kebijakan program upaya peningkatan kelangsungan hidup ibu.

3. Tinjauan Tentang Program

(51)

Sedangkan menurut Sumar dalam Rinzani juga mengatakan bahwa program dibedakan sebagai usaha-usaha jangka panjang yang mempunyai tujuan pada meningkatnya pembangunanpada suatu sektor tertentu untuk mencapai beberapa proyek. Program juga dapat dipahami sebagai kegiatan sosial yang teratur mempunyai tujuan yang jelas dan khusus serta dibatasi atas proyek-proyek pembangunan. Konsep program menurut World Bank dalam Badaruddin (2012: 31) adalah usaha-usaha jangka panjang yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan pada sektor tertentu mencapai beberapa proyek. Program juga dapat dipahami sebagai, kegiatan sosial yang teratur, mempunyai tujuan yang jelas dan khusus serta dibatasi oleh tempat dan waktu tertentu. Program pembangunan dibagi atas proyek-proyek pembangunan.

(52)

Berdasarkan berbagai defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa program adalah suatu sajian atau tampilan mengenai kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh organisasi secara teratur dan mempunyai tujuan yang jelas dan khusus dalam rangka meningkatkan pembangunan dalam sektor pembangunan tertentu yang memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

4.Tinjauan Tentang Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi Pasca Persalinan

1. Tinjauan Tentang Keluarga Berencana

Pengertian sederhana dari Keluarga Berencana memiliki arti pencegahan kehamilan. Namun, arti yang lebih luas Widiyanti (2000:157) keluarga berencana ialah merencanakan keluarga atau perencanaan keluarga, sehingga persoalannya bukannya sekedar mengatur besarnya atau jumlah anak atau menjarangkan anak, akan tetapi lebih luas dari itu semua, yaitu merencanakan dan mengatur segala aspek kehidupan keluarga supaya tercapai suatu keluarga yang bahagia.

(53)

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama, menjarangkan anak atau membatasi jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan. Kebijakan program Keluarga Berencana (KB) tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam analisa keluarga berencana (KB) beserta definisinya :

1. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami isteri yang isterinya berusia 15-49 tahun. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.

(54)

3. Pernah pemakai alat/cara KB (ever user) adalah seseorang yang pernah memakai alat/cara KB.

4. Pemakai alat/cara KB aktif (current user) adalah seseorang yang sedang memakai alat/cara KB.

5. Alat/cara KB adalah alat/cara yang digunakan untuk mengatur kelahiran. 6. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) adalah persentase

perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau ingin menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB. (www.datastatistik-indonesia.com)

2. Tinjauan Tentang Alat Kontrasepsi Pasca Persalinan

Kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk mengatasi atau menyelesaikan salah satu persoalan keluarga untuk mencapai keluarga bahagia. Program KB Pasca Persalinan menyatu dengan program Jaminan Persalinan sehingga setiap ibu yang bersalin yang ikut program ini dapat segera ber-KB. KB Pascapersalinan yaitu pemanfaatan/ penggunaan metode kontrasepsi sesudah bersalin. Ada dua jenis pelayanan KB pasca salin yaitu: Immediate postpartum sesudah melahirkan sampai 48 jam serta Early Postpartum sesudah 48 jam sampal minggu ke 6 sesudah melahirkan.

Adapun Tujuan KB Pasca Persalinan adalah:

(55)

b. Berkontribusi secara tidak langsung terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk beserta dampaknya

Upaya peningkatan KB pasca persalinan diperlukan mengingat kembalinya kesuburan perempuan pada keadaan pasca persalinan tidak terduga dan kadang dapat terjadi sebelum datangnya menstruasi. Rata-rata pada ibu yang tidakmenyusui, ovulasi terjadi pada 45 hari pasca persalinan atau lebih awal. Dua dari tiga ibu yang tida kmenyusui akan mengalami ovulasi sebelum datangnya menstruasi. (Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementrian Kesehatan Republik Indonesia).

Metode KB pasca persalinan terbagi atas 2 jenis, yaitu: 1. Non Hormonal yang terdiri atas:

a. Metode Amenore Laktasi (MAL) b. Kondom

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) d. Abstinensia (Kalender)

e. KontrasepsiMantap (Tubektomi dan Vasektomi)

2. Hormonal terdiri atas:

a. Progestin: pil, injeksi ,dan implan

b. Kombinasi: pil dan injeksi

5. Kerangka Pemikiran Penelitian

(56)

yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Pada target ini diharapkan angka kematian ibu dapat menurun dari tahun ke tahun.

Beberapa program memang sudah diupayakan seperti program yang memprioritaskan penanganan dan pemberian fasilitas layanan kesehatan prima pada ibu dan anak, namun masalah kesehatan yang kompleks ini masih butuh banyak perhatian.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga telah memberikan landasan yang kuat dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana. Salah satu tujuan Program Keluarga Berencana yang tercantum dalam undang-undang tersebut adalah menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak.Tujuan program Keluarga Berencana yang tercantum dalam undang-undang sebagaimana yang telah tercantum diatas adalah melalui program KB Pascapersalinan.

(57)

Selain ini, peneliti juga akan melihat faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan program keluarga berencana penggunaan alat kontrasepsi pasca persalinan di kota Bandar Lampung dalam mengurangi angka kematian ibu. Alur kerangka pikir dalam tulisan ini akan peneliti gambarkan dalam bagan berikut:

Bagan 1. Kerangka Pikir

Program KB dalam Penggunaan alat Kontrasepsi Pasca Persalinan

Implementasi Program KB Pasca Persalinan dapat dianalisis melalui model Kebijakan Oleh Van Meter Van Horn yaitu:

(1) Standar dan tujuan kebijakan serta dukungan politik, (2) sumber-sumber kebijakan (3) komunikasi antara organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksana (4) sifat badan/instansi pelaksana, (5) disposisi (6) Pengaruh kondisi ekonomi, sosial, dan politik

(58)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian menurut Nazir (2005:5), merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif (menggambarkan), yakni jenis penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, hal tersebut didasarkan karena penelitian ini menghasilkan data-data berupa kata-kata menurut responden, apa adanya sesuai dengan petanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata yang melatar belakangi responden berprilaku (berpikir, berperasaan, dan bertindak), direduksi, ditriangulasi, disimpulkan (diberi makna oleh peneliti), dan diverifikasi, adapun tujuannya adalah untuk menggambarkan secara tepat mengenai suatu keadaan, sifat-sifat individu atau gejala yang terjadi terhadap kelompok tertentu. Oleh karena itu penelitian ini akan menitik beratkan pada upaya untuk memberikan gambaran umum secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat fenomena yang diselidiki dari suatu objek penelitian serta dipaparkan dengan apa adanya.

(59)

manusia, berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.

Moleong (2005:4), penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang dikumpulkan di lapangan adalah data-data yang berbentuk kata atau prilaku, kalimat dan gambar alamiah, manusia sebagai instrumen. Kemudian data-data tersebut digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena sosial yang diteliti.

Penelitian ini ditekankan pada metode kualitatif deskriptif yang menekankan proses penelitian dari pada hasil penelitian sehingga bukan kebenaran mutlak yang dicari tetapi pemahaman yang mendalam tentang sesuatu. Penelitian ini memberikan pemahaman menyeluruh dan mendalam mengenai implementasi program Keluarga Berencana dalam penggunaan alat kontrasepsi Pasca Persalinandi kota Bandar Lampung. Melalui proses wawancara kepada aktor-aktor yang terkait serta data-data yang diperoleh.

B. Fokus Penelitian

(60)

menghendaki adanya batasan yang ditimbulkan oleh fokus yang didasarkan atas masalah penelitian. Fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah maupun kepustakaan lainnya. Melihat betapa pentingnya merumuskan fokus penelitian dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah menurut Van Meter Van Horn dimana keberhasilan Implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah serta swasta yang diarahkan agar tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan.

Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

1. Implementasi program program Keluarga Berencana dalam penggunaan alat kontrasepsi Pasca Persalinan di kota Bandar Lampung yang meliputi:

a) Standar dan tujuan Program.

(61)

angka kematian ibu, bayi dan anak. Serta berkontribusi secara tidak langsung terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk.

b) Sumber daya

1) Sumber daya manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi.

2) Dana

3) Fasilitas yang tersedia di Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

c) Komunikasi yang tepat antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan terdiri dari:

1) Tingkat kejelasan cara penyampaian informasi dalam menetapkan keputusan-keputusan, peraturan, instruksi dan arahan dari sumber pembuat kebijaksanaan kepada para pelaksanan untuk melaksanakan bidang tugas masing-masing serta Bentuk komunikasi

2) dari petugas kepada klien atau kelompok sasaran, tanggapan kelompok sasaran serta penggunaan media komunikasi

3) Koordinasi antara Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional serta stakeholders yang terkait.

d) Karakteristik agen pelaksana

(62)

e) Sikap pelaksana dari kebijakan tersebut (Disposisi)

1) Tingkat penerimaan atau penolakan para pelaksana untuk menaati, menerapakn peraturan, dan instruksi yang ditetapkan dalam program Keluarga berencana pasca persalinan

2) Tingkat penerimaan atau penolakan pelaksanaan sanksi-sanksi yang dilaksanakan para pelaksanan dalam menerapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

3) Tingkat kesadaran para pelaksana untuk menerima tugas dan kewajiban sesuai dengan wewenang dan tanggung-jawabnya masing-masing. f) Pengaruh kondisi ekonomi, sosial, dan politik.

Kondisi sosial, ekonomi dan politik mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Kondisi ekonomi masyarakat yang masih dalam ekonomi rendah akan mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk menggunakan KB pasca persalinan. Kondisi sosial dengan taraf pendidikan masyarakat yang masih rendah sehingga kurang memahami KB Pasca persalinan. Kondisi politik mengacu pada pengaruh pembuat keputusan Program KB Pasca persalinan terhadap implementasi program KB Pasca persalinan di Bandar Lampung.

(63)

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data yang akurat. Mempertimbangkan hal diatas dan membatasi penelitian maka penelitian ini dilakukan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan di Bandar Lampung.

Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive)

yaitu di Kota Bandar Lampung dan untuk mengetahui keadaaan ini maka peneliti melakukan survei Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan di Bandar Lampung. Pemilihan ini didasarkan dengan alasan bahwa, Badan ini merupakan instansi pemerintahan untuk mengimplementasikan program Keluarga Berencana dalam penggunaan alat kontrasepsi Pasca Persalinan di kota Bandar Lampung. Selain itu, alasan geografis dan praktis, letak lokasi yang tidak terlalu jauh sehingga dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.

(64)

D. Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data gabungan dari:

1. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara tatap muka dengan informan. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan panduan wawancara yang dilakukan pada sumber data mengenai program Keluarga Berencana dalam penggunaan alat kontrasepsi Pasca Persalinan.

Adapun informan kunci (key informan) yang berhasil ditemui dapat dilihat didalam tabel berikut.

Tabel 1.5 Tabel Informan

No. Nama Informan Jabatan

1. Ir. Yurida M.Si Kepala BKKB & PP

2. Ansori Abuhasan, SH Staf Bidang Data dan Informasi BKKB & PP

3. Sri Srunarti, SE Staf Sub Bagian Penyusunan Program

4. Kader Staf Bagian Umum dan

Kepegawaian Sumber: Diolah Peneliti, 2014

(65)

Tabel 1.6 Dokumen-Dokumen Pendukung Penelitian

No. Nama Dokumen

1. Profil Kota Bandar Lampung

2. Profil Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

Perempuan

3. UUD RI Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kepemdudukan dan

Pembangunan Keluarga

4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Keluarga Sejahtera

5. Perpres RI Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudukan Dan

Keluarga Berencana Nasional

6. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Nomor 72/Per/B5/2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Sumber: Diolah Peneliti, 2014

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti dalam penelitian kualitatif mempunyai peran yang sangat kompleks yaitu sebagai pereencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya ia memberikan laporan hasil penelitian (Moleong, 2005: 168). Pada hakekatnya instrumen utama penelitian yaitu si peneliti sendiri. Untuk memudahkan peneliti maka digunakan alat bantu berupa catatan, recorder dan panduan wawancara.

Pada tahap ini peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut: a. Wawancara Mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh

(66)

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama. Bungin (2007:108).

Upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus penelitian, maka dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik “purposive sampling” pada tahap awal dan dalam perkembangannya

dilakukan secara “snowball sampling” sampai di peroleh data dan informasi

yang lengkap. Keterangan awal yang didapatkan berasal dari pihak yang dikategorikan sebagai informan awal yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian dan kemudian berkembang menjadi luas (snow balling) sampai ditemukan informasi yang berkenaan dengan tujuan penelitian tersebut. Adapun informan yang berhasil dimintai informasi dalam penelitian ini meliputi :

1) Ir. Yurida, M.Si selaku Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

2) Ansori Abuhasan, SH selaku Bidang Data dan Informasi BKKB dan PP Kota Bandar Lampung

3) Sri Srunarti, SE selaku Sub Bagian Penyusunan Program, Monitoring dan Evaluasi

4) Kader selaku Staf Bagian Umum dan Kepegawaian BKKB dan PP 5) Beberapa sampel dari masyarakat pengguna KB Pasca Persalinan

(67)

observasi yang peneliti lakukan yaitu mengamati program Keluarga Berencana dalam penggunaan alat kontrasepsi Pasca Persalinan mulai dari pembagian, penyerahan sampai pedataan serta menganalisa kinerja para implementator.

c. Dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan-catatan tertulis yang ada sebagai bahan informasi yang mendukung terhadap penelitian. Teknik ini digunakan untuk menghimpun berbagai data sekunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan program Keluarga Berencana dalam penggunaan alat kontrasepsi Pasca Persalinan.

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2009), analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(68)

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, dianalisis melalui tahapan penajaman informasi, penggolongan berdasarkan kelompoknya, pengarahan atau diarahkan dari arti data tersebut.

2. Penyaji data (Data Display), yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Pada penelitian ini, secara teknis data-data yang telah diorganisir kedalam matriks analisis data akan disajikan kedalam bentuk teks naratif, gambar, tabel, dan bagan. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan dalam wawancara terhadap informasi serta menghadirkan dokumen sebagai penunjang data;

3. Penarikan kesimpulan dan melakukan verifikasi (Conclusoin drawing/verification), penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif. Akan tetapi dengan bertambahnya data melalui verifikasi secara terus menerus, maka akan memperoleh kesimpulan yang bersifat “grounded”,

(69)

Berikut ini adalah bagan analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009:92). Bagan tersebut akan menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis data kualitatif dapat dilakukan bersamaan dengan pengambilan data, proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus sampai data yang ditemukan jenuh.

Bagan 2. Analisis Data Model Interaktif

Sumber: Sugiyono (2009: 92)

Bagan analisis data model interaktif Miles dan Huberman di atas menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis data kualitatif dapat dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Proses yang bersamaan tersebut meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

G. Teknik Keabsahan Data

Sugiyono (2006 :299), keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh.Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda anatara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi dengan objek penelitian.

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data Penarikan

(70)

Menurut Moleong (2005:173) ada empat kriteria yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data yaitu: kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Namun, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan data dengan derajat kepercayaan. Upaya yang telah peneliti lakukan agar hasil penelitian ini dapat dipercaya adalah dengan triangulasi. Triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran data dan membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber lain dari berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan. Adapun triangulasi yang dilakukan dengan empat macam teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber data, metode, dan teori, sebagai berikut:

1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan kepada: (1) Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan; (2) Bidang Data dan Informasi BKKB dan PP (3) Staf Bagian Umum dan Kepegawaian (4) Beberapa perwakilan masyarakat dalam penggunaan KB Pasca Persalinan 2) Kecukupan referensial dalam melakukan penelitian;

3) Mengeceknya dengan berbagai sumber data seperti hasil wawancara dengan berbagai stakeholders yang terkait, dan dokumentasi tentang penggunaan keluarga berencana;

(71)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Kota Bandar Lampung

1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung

Kotamadya Bandar Lampung selain Ibu Kota Provinsi Lampung juga merupakan Ibu Kota Bandar Lampung. Provinsi Lampung dibentuk dengan Peraturan Pemerintah UU No. 3 Tahun 1964 pengganti UU No. 14 Tahun 1964. Sebelum menjadi Provinsi Lampung, Lampung merupakan suatu Keresidenan. Sebagai tindak lanjut statusnya di zaman Hindia Belanda dahulu dengan sebutan Residentie der Lapongohe Districten,

sewaktu zaman Hindia Belanda dahulu keresidenan Lampung merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan.

Wilayah Kota Bandar Lampung di zaman Hindia Belanda dahulu termasuk wilayah

onder afdeling Telokbetong yang dibentuk dengan Staatsbalat 1912 Nomor 462, terdiri dari Ibu Kota Telukbetong sendiri dan daerah-daerah sekitarnya. Sebelum tahun 1912 Ibu Kota Telukbetong ini meliputi juga Tanjungkarang yang terletak sekitar 5 km di sebelah utara Kota Telukbetong. Ibu Kota onder afdeling Telokbetong adalah Tanjungkarang, sementara Kota Telokbetong sendiri berkedudukan sebagai Ibu Kota Keresidenan Lampung, kedua kota tersebut tidak termasuk dalam Marga

Gambar

Tabel 1.1 Persentase beberapa provinsi di Indonesia yang kekurangan Gizi
Grafik 1.1 Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun
Tabel 1.2 Kasus Angka Kematian Ibu Di Kota Bandar Lampung
Tabel 1.5 Tabel Informan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap perubahan densitas zooxanthellae, Mitotic Index (MI), ukuran zooxanthellae dan kandungan klorofil-a

Dengan ini diberitahukan setelah diadakan penelitian/evaluasi oleh Panitia Pengadaan Barang / Jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor

Saib Suwilo, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Magister Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan

Kedua, Peran Pemerintah dalam Menghapus Diskriminasi Bagi Penyandang Difabilitas adalah meratifikasi The Convention on The Rights of Persons with Disabilities (CRPD),

Dimana konsumen kerap kali memberi produk lebih didasarkan pada mereknya baru kemudian kualitas yang ditawarkan oleh produk ataupun jasa (Aaker, 1996) Lebih

auditee dengan audit dan persepsi auditee dari kegunaan audit bagi pemangku kepentingan eksternal pada audit laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan

Tujuan program ini untuk mengawasi peredaran makanan agar tidak tercemar dari mikroba dan bahan-bahan kimia yang dilarang mulai dari produksi sampai makanan di

Berdasarkan Surat Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo Nomor : 961/KPP- SKR/VIII/2011 perihal Pemilihan Langsung, maka Panitia Pengadaan barang dan