• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENURUNKAN KENAKALAN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA COVERT SENSITIZATION PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENURUNKAN KENAKALAN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA COVERT SENSITIZATION PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

UPAYA MENURUNKAN KENAKALAN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA COVERT SENSITIZATION PADA SISWA

KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh :

YUNIS MUTIARA PUTRI AYOGO 0713052054

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

UPAYA MENURUNKAN KENAKALAN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA COVERT SENSITIZATION PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2012/2013 Abstract

EFFORT IN DECREASING THE JUNEVILS’ DELLIQUENCY SYMPTHOMS BY USING COVERT SENSITIZATION MEDIA IN STUDENTS GRADE XI AT SMA N 5 BANDAR LAMPUNG YEAR 2012/2013

By

Yunis Mutiara P. Ayogo (yunismutiara@ymail.com) Di bawah bimbingan Muswardi Rosra2 dan Shinta Mayasari3

Research found that delinquent students in could be decreased by using covert sensitization media . The research problem is “can juvenile delinquency sympthoms be decreased by using covert sensitization media . The purpose of research was to find out whether the juvenile delinquency sympthoms could be decreased by covert sensitization media. Research used One-Group Pretest-Posttest method. Design Subject were 5 delinquent students. Data was collected by structural observation and interview. Based on the result, it shows that juvenile delinquency sympthoms could be decreased by covert sensitization media. Data analysis of observation showed in pretest and posttest thitung =

11,19 compared with ttabel α=0,05 = 2,132. Because of thitung > ttabel, so Ha is accepted. It

means that juvenile delinquency could be decreased by covert sensitization media in students grade XI at SMA N 5 Bandar Lampung year 2012/2013. The conclusion is that juvenile delinquency could be decreased through covert sensitization media for students grade XI of SMA N 5 Bandar Lampung year 2012/2013. Suggestions are : (1). For can continue the research by implementing in different subject and variable.

Key word: delinquent students, covert sensitization media.guidance & counseling

1. Mahasiswa Bimbingan Konseling FKIP Universitas Lampung

(4)

Judul Skripsi : UPAYA MENURUNKAN KENAKALAN REMAJA MENGGUNAKAN MEDIA COVERT SENSITIZATION PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR

LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Nama Mahasiswa : Yunis Mutiara Putri Ayogo

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713052054

Program Studi : Bimbingan dan Konseling

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Muswardi Rosra, M.Pd. NIP 19550318 198503 1 002

Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi., Psi. NIP 19800510 200812 2 002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Muswardi Rosra, M.Pd. ... Sekretaris : Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi.,Psi. ... Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Yusmansyah M.Si. ... 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir tanggal 11 Juni 1989 di Bandar Lampung. Penulis adalah anak kedua

dari Bapak Drs. H. Siddik Ayogo M.IP dan Ibu Dra. Hj. Silmiawati Warganegara.

Penulis menempuh pendidikan formal yang diawali dari : TK Al Azhar II , lulus

tahun 1995; SD Al Azhar I Way Halim, lulus tahun 2001; SMP Negeri 23 Bandar

Lampung, lulus tahun 2004; kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 5 Bandar

Lampung, lulus tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan

dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Penerimaan

Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada tahun 2011

penulis melaksanakan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

(7)

MOTTO

Dan bagi tiap-tiap (golongan memperoleh) derajat

menurut apa yang mereka kerjakan, dan karena Allah

akan mencukupkan mereka (balasan) amal pekerjaan

mereka, sedang mereka tidak dirugikan

(QS. Al-Ahqaf:19)

RU-YI (Bahasa China) yang berarti bahwa apa yang

kita inginkan atau usahakan harus yakin tercapai

(Sriwijaya Airline)

Don’t give up on things when you think you can

fight for it.

It’s difficult to wait but it’s more difficult to

regret.

Don’t end things because you’re tired but end

things because you’re done.

(8)

PERSEMBAHAN

Bismillairrohmanirrohim...

Syukur Allhamdulillah ku ucapkan kepada Allah SWT atas

terselesaikannya penulisan skripsi ini,

karya kecilku sebagai tempat ku meletakan mimpi dan harapan

menjadi nyata, dengan segala kerendahan hati skripsi ini

kupersembahkan untuk :

Kedua orangtuaku Bapak Drs.H.Siddik Ayogo M.IP dan

Ibu Dra. Hj. Silmiawati Warganegara

“Pap, Mom.. I’m a Princess not because I have a Prince but because

My Father is a King and My Mother is a Queen, a honour to be your

daughter”

Kakak dan Adikku terhebat Anggraini D. Pratiwi Ayogo S.Pd dan

R. Fajrin Islamy Ayogo

bersama kalian “bendera” Ayogo akan

selalu berkibar ...

Keluarga besarku

Bapak dan Ibu pengajar dan pendidik dalam hidupku

Teman-temanku serta almamaterku.

(9)

SANWACANA

Dengan nama Allah SWT yang Maha pengasih dan Maha penyayang. Segala puji

bagi Allah SWT yang tak henti-hentinya melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga

tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang dinantikan syafaatnya di

yaumul akhir nanti.

Terimakasih tiada bertepi penulis ucapkan kepada Bapak dan Ibu yang tiada

hentinya mendoakan, memberikan kasih sayang dan memberi semangat kepada

penulis.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan, masukan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Karena itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Lampung dan selaku penguji yang telah banyak

(10)

4. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah

menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

5. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi.,M.Psi.,Psi., selaku Pembimbing II yang telah

banyak memberikan motivasi, bantuan, bimbingan dan arahan kepada

penulis selama ini;

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling Unila. Terimakasih atas

bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.

7. Bapak Drs. Soegiarto, selaku Kepala Sekolah, Ibu Dra. Ratna Ningrum

M.Pd selaku koordinator guru BK, Ibu Dra. Ika Budi Rahayu dan Ibu

Nurliana O.S yang telah membantuku untuk menjadi observer.

Siswa-siswi, dewan guru, staf TU dan seluruh warga SMA Negeri 5 Bandar

Lampung yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan selama

penelitian.

8. Bapak dan ibu yang telah memberikan kasih sayang, doa dan semangat

yang tak pernah berhenti kepadaku yang selalu sabar menghadapiku di

situasi bagaimanapun. My beloved sisters, brothers (Ses Anggi dan

suaminya Surya Menak Aditya , Adek Fajrin dan Farah Julia). My

Miracles (Abdul Jalil Husein Ayogo, M. Rezky Ar-rasyid Ayogo, M.

Taufiq Kurniawan Ivanda).

9. Seluruh keluarga besarku : Kakekku H. Syamsuddin Ayogo Alm dan H.

Raden Usman Warganegara Alm dan Nenekku Hj.Masuning Almh dan

(11)

semangat untuk bisa berada di satu barisan kesuksesan. Kangen kalian

semua.

10.Paman, Bibi yang berada dimanapun, Uwak Muter, Abah Sa’ad, Papah

Lim, Maksu Nur dan Ayah Rin semua saudaraku yg berada di Menggala.

Om dan Tante dari keluarga besar ibuku , Ayah Haidar, Uwak Oneh,

Amati Hanani, Abah Ikhsid dan Memeh, Pakngah Apri dan Bunda Rolina,

Papi Damanhuri dan Mami Erna, kalian yang selalu bertanya “Tiara,

kapan kamu wisuda?” dan sepupu-sepupuku yang selalu mendukungku

dengan cara apapun. Thanks for everything.

11.Untukmu Darto Mahfuddin asissten semata wayangku yang selalu sabar

melengkapi apa yang aku butuhkan, teman ngobrolku di rumah. “I’m not

big girl in the big world if you leave me..”

12.Nadia Arissanti Wardhani, terima kasih untuk semua jasanya kakak. Kamu

teman pertama ku kenal saat berada di GSG Unila sebagai mahasiswi baru

dan kita akan kembali bersama-sama berada di GSG Unila sebagai

wisudawati. Amien

13.Teman-teman kuliahku Ema, Ambar, Izny, Diah, Bety, Marlinda, Ira,

Rafika, Ardian, Muharom, Boyce, Irfan, Ewintri, Resti, Prisda, Inoy, Citra,

Sisca, Asep, Wahid, Sulis. Terimakasih untuk kebersamaannya.

14.Teman-teman sekolah dulu dari SD, SMP, SMA rindu kalian semua.

15.Teman-teman adik tingkat dari angkatan 2008 sampai 2012 di Bimbingan

dan Konseling FKIP Unila terimakasih untuk kesan yang baik selama ini.

(12)

16.Untuk kalian semua orang yang pernah mengisi hari-hariku dengan

tertawa ataupun air mata. Terima kasih Mas Briptu. Norman Sujamto S.H

yang selalu membantuku menjadi mahasiswa yang rajin kuliah.

Teruntukmu Ega Arya Amanda S.E terimakasih atas segala pengalaman

bisnis yang diberikan selama bersama-sama . Ada pagi dimana aku

bersyukur telah berani mengambil sikap untuk melepaskan kalian dan

sampai saat ini aku tetap berkomitment pada pilihan itu.

17.Untuk seseorang yang menaruh tulang rusuknya dibadanku siapapun itu

datanglah disaat yang tepat dengan kesuksesan dunia akhirat yang akan

kita raih bersama. My Future is You.

18.Almamaterku tercinta.

Semoga Allah SWT membalas amal kebajikan semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga bermanfaat.

Amien Yaa Robb

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

2. Identifikasi Masalah ... 5

3. Pembatasan Masalah ... 6

2. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja ... 14

3. Cara Menanggulangi Kenakalan Remaja ... 18

B. Teknik Aversion Therapy ... 21

1. Pengertian Terapi Aversi ... 21

2. Tujuan Penggunaan Terapi Aversi ... 24

3. Hal Yang Diperhatikan Pada Terapi Aversi ... 24

4. Media Aversi ... 25

5. Prosedur Pelaksanaan Aversion Therapy (Covert Sensitization) 25

C. Penggunaan Media Covert Sensitization untuk Menurunkan Perilaku Kenakalan Remaja ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Metode Penelitian ... 29

B. Subjek Penelitian ... 31

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 31

1. Variabel Penelitian ... 31

2. Definisi Operasional Variabel ... 32

D. Metode Pengumpulan Data ... 33

1. Teknik Pokok ... 34

2. Teknik Pelengkap ... 38

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1. Gambaran Hasil Pra Pemberian Teknik Aversion Therapy ... 44

2. Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Teknik Aversion Therapy ... 48

3. Deskripsi Data Kenakalan Remaja Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Teknik Aversion Therapy ... 49

4. Grafik Perubahan Kenakalan Remaja Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan ... 51

5. Analisis Data Hasil Penelitian ... 51

6. Deskripsi Hasil yang Diperoleh dari Setiap Pertemuan Teknik Aversion Therapy ... 53

B. Pembahasan ... 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

1. Kesimpulan Statistik ... 75

2. Kesimpulan Penelitian ... 75

B. Saran ... 76

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-kisi Pengembangan Pedoman Observasi Perilaku Kenakalan

Remaja... 36 2. Daftar Pertanyaan Wawancara Perilaku Kenakalan Remaja ... 39 3. Data Siswa Yang Perilaku Meminum minuman Keras Tinggi ... 45 4. Data Siswa Yang Perilaku Pergi ke Diskotik atau Clubbing Tinggi .. 45 5. Kriteria Kenakalan Remaja (Lembar Observasi) ... 46 6. Data Pretest Siswa Sebelum Diberikan Perlakuan ... 47 7. Data Kenakalan Remaja Siswa Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Perlakuan Teknik Aversion Therapy ... 50 8. Analisis Data Observasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 52 9. Data Hasil Observasi Tingkat Kenakalan Remaja Subjek I

(Richard Noer) ... 55 10.Data Hasil Observasi Tingkat Kenakalan Remaja Subjek II

(Ranto Tua Manalu) ... 59 11.Data Hasil Observasi Tingkat Kenakalan Remaja Subjek III

(Britaniman Bagus) ... 62 12.Data Hasil Observasi Tingkat Kenakalan Remaja Subjek IV

(Jodie) ... 66 13.Data Hasil Observasi Tingkat Kenakalan Remaja Subjek V

(16)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Prosedur Pelaksanaan Teknik Aversion Therapy ... 112

2. Data Hasil Observasi Kenakalan Remaja ... 113

3. Normalitas Pretest Posttest ... 114

4. Wilcoxon Signed Ranks Test ... 115

5. Distribusi t Student ... 124

6. Narasi Percakapan Pertemuan Pada Klien ... 125

7. Pretest ... 130

8. Transkrip Pemberian Aversi ... 131

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang

Masa remaja mempunyai usia rentang waktu sekitar sejak usia 12-17 tahun.

Masa remaja adalah kelanjutan masa pubertas dimana ciri-ciri yang

menonjol dari masa ini adalah masa peralihan yang penuh dengan gejolak

dan ruang ketidakpastian serta ketidakjelasan. Masa remaja dapat dikatakan

sebagai masa transisi karena remaja dianggap sebagai manusia dewasa

tetapi terlihat masih bersifat kekanak-kanakan, dianggap masih anak-anak

tetapi ukuran tubuhnya sudah sangat besar. Sebagai masa peralihan, maka

dapat dimaklumi jika masa remaja adalah masa yang penuh dengan

masalah.

Seperti yang diungkapkan oleh Gunawan (2011:11) berikut : “Dilihat dari

ilmu psikologi, memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai

tanda keremajaan, namun sering kali perubahan itu hanya merupukan suatu

tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang.

Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin

(31)

2

Masalah itu muncul karena remaja mengalami tekanan dari dua faktor yaitu

faktor internal yang datang dari dalam dirinya dan faktor eksternal yang

datang dari tuntutan lingkungan yang seolah memaksa remaja untuk segera

cepat menyesuaikan diri. Tekanan itu kemudian akan direspon dengan

berbagai macam hal, baik yang positif maupun negatif.

Selain itu remaja dituntut untuk menyelesaikan tugas perkembangannya.

Tugas perkembangan adalah tahapan usia dimana individu mempunyai

tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, ketrampilan, pengetahuan, sikap

dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi itu

timbul dari dalam diri dan tuntutannya yang datang dari luar atau dari

masyarakat. Sebagai seorang remaja, tentu kita juga memiliki sejumlah

tugas perkembangan.

Tugas perkembangan remaja antara lain mencapai hubungan baru dan lebih

matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran

social, menerima keadaan fisiknya, mencapai perilaku sosial yang

bertanggung-jawab, mencapai kemandirian emosional memiliki nilai-nilai

dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku, mengembangkan

keahlian intelektual serta memilih dan menyiapkan bidang pekerjaan dan

mempersiapkan karir ekonomi, mempersiapkan diri untuk menikah dan

menghadapi kehidupan berkeluarga.

Adanya masa peralihan dan perubahan seperti yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tak aneh bila masa remaja disebut sebagai usia

(32)

3

pertama karena dimasa anak-anak dulu remaja (karena tradisi dan

kebiasaan) sudah terbiasa bila masalahnya diselesaikan oleh guru dan orang

dewasa, sehingga saat remaja ingin menyelesaikan sendiri tidak mempunyai

pengalaman dan keberanian. Selain itu karena remaja kini merasa sudah

mandiri sehingga menolak campur tangan orang dewasa untuk membantu

masalahnya. Kedua hal inilah yang menyebabkan permasalahan demi

permasalahan datang silih berganti.

Gunarsa (dalam Gunawan, 2011:28) menerangkan beberapa karakteristik

remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja,

yaitu kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan,

ketidakstabilan emosi, adanya perasaan kosong akibat perombakan

pandangan dan petunjuk hidup, adanya sikap menentang dan menantang

orang tua, pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab

pertentangan-pertentangan dengan orang tua, kegelisahan karena banyak

yang diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya, senang

bereksperimentasi, senang berekplorasi, mempunyai banyak fantasi,

khayalan, dan bualan dan kecenderungan membentuk kelompok dan

kecenderungan berkegiatan berkelompok

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 5

Bandar Lampung, ditemui beberapa siswa yang berlaku tidak sopan

terhadap guru, seperti membentak dan keluar kelas tanpa permisi saat guru

(33)

4

Selain itu ada pula siswa yang melanggar tata tertib sekolah seperti

terlambat datang ke sekolah dan ada juga yang tidak mau masuk kelas untuk

menerima materi pelajaran. Sebelumnya siswa tersebut sudah mendapat

peringatan dari guru yang bersangkutan. Mereka mengalami perubahan

dalam satu sampai dua hari namun pada hari selanjutnya mereka

mengulangi kesalahan tersebut.

Arikunto (1990;114), didalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang

pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua

istilah itu adalah disiplin dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada

kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong oleh

sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan.

Selanjutnya pengertian disiplin menunjuk pada kepatuhan seseorang

mematuhi tata tertib karena di dorong oleh kesadaran yang ada pada kata

hatinya.

Imron (2011:173) menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib dan

teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah, tanpa ada

pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun secara tidak

langsung terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.

Ditemui pula siswa yang merokok di lingkungan sekolah SMA Negeri 5

Bandar Lampung. Tentunya perbuatan itu dapat mencoreng citra sekolah

tersebut. Perbuatan itu sering dilakukan siswa di toilet sekolah ataupun

kantin. Bila sedang merokok siswa tersebut tidak sendiri melainkan bersama

(34)

5

Selain itu terdapat siswa yang pergi ke tempat hiburan malam atau clubbing.

Efek dari clubbing membuat siswa terbiasa meminum minuman keras dan

merasa kecanduan untuk pergi clubbing setiap malam. Selain itu setiap ada

acara (event-event) tertentu mereka merasa antusias untuk datang ke acara

tersebut.

Mereka biasanya tertarik datang ke event karena adanya bintang tamu dari

kalangan artis dan pengisi acara baik artis lokal maupun internasional.

Kebiasaan siswa tersebut kurang baik untuk dilakukan mengingat usia

mereka yang masih muda di bawah 17 tahun. Padahal pihak tempat hiburan

sendiri memiliki aturan untuk melarang anak di bawah usia 18 tahun

berkunjung ke tempat hiburan mereka.

Disinilah peran orang tua dan guru Bimbingan Konseling dianggap penting.

Salah satu yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan konseling adalah

upaya menanggulangi kenakalan remaja dengan teknik aversion therapy

atau merubah perilaku negatif dari remaja.

Teknik aversion therapy merupakan salah satu teknik yang terdapat pada

konseling behavioral. Konseling behavioral merupakan pandangan yang

ilmiah tentang perilaku manusia adapun tujuannya untuk memperoleh

perilaku baru, dan penghapusan perilaku yang maladaptif, serta memperkuat

dan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Beberapa tekhnik

konseling behavioral yang dapat dilakukan salah satunya adalah aversion

therapy dan teknik ini bertujuan untuk mengurangi perilaku negatif dan

(35)

6

pelaksanaan konseling ini adalah dengan Covert Sensitization, yaitu dengan

meminta konseli membayangkan perilaku maladaptif yang biasa dilakukan

dan akibat negatif untuk menimbulkan rasa menyesal atau merasa bersalah.

Dari uraian diatas peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang

“Upaya Menurunkan Perilaku Kenakalan Remaja Dengan Menggunakan

Media Covert Sensitization Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Bandar

Lampung T.A. 2012/2013”.

2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat beberapa siswa yang terbiasa meminum minuman keras.

2. Terdapat beberapa siswa yang berlaku tidak sopan terhadap guru seperti

membentak.

3. Terdapat beberapa siswa keluar kelas tidak permisi saat guru mengajar

di kelas.

4. Terdapat beberapa siswa yang suka melanggar tata tertib sekolah seperti

terlambat datang ke sekolah

5. Terdapat beberapa siswa tidak ingin masuk kelas untuk menerima mata

pelajaran.

6. Terdapat beberapa siswa yang senang bergaul di tempat hiburan malam

(clubbing).

7. Terdapat beberapa siswa yang merokok baik dilingkungan sekolah

(36)

7

3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memperjelas arah dalam penelitian ini, maka akan dibatasi pada

upaya menurunkan perilaku kenakalan remaja dengan menggunakan media

covert sensitization pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Bandar Lampung T.A. 2012/2013”.

4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka masalah dalam penelitian ini adalah terdapat siswa yang

nakal. Permasalahannya adalah bagaimana penurunan kenakalan remaja

dengan mengunakan media covert sensitization disekolah.

B. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan

kenakalan remaja dengan media covert sensitization pada siswa kelas XI

SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2012-2013.

2.Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini secara umum terbagi menjadi 2, yaitu :

1) Kegunaan teoritis

Secara teoritis penelitian berguna untuk menambah khasanah keilmuan

Bimbingan dan Konseling dalam bidang bimbingan pribadi dan bidang

(37)

8

2) Kegunaan praktis

Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

mengetahui bahwa dengan media covert sensitization dapat menurunkan

perilaku kenakalan remaja di sekolah tersebut.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah dasar dari penelitian yang disintesiskan dari

fakta-fakta hasil observasi dan telaah kepustakaan yang memuat mengenai

teori, dalil atau konsep-konsep.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 5

Bandar Lampung, ditemui beberapa siswa yang berlaku tidak sopan

terhadap guru, seperti membentak dan keluar kelas tanpa permisi saat guru

sedang mengajar di kelas.

Selain itu ada pula siswa yang melanggar tata tertib sekolah seperti

terlambat datang ke sekolah dan ada juga yang tidak mau masuk kelas untuk

menerima materi pelajaran. Sebelumnya siswa tersebut sudah mendapat

peringatan dari guru yang bersangkutan. Mereka mengalami perubahan

dalam satu sampai dua hari namun pada hari selanjutnya mereka

mengulangi kesalahan tersebut.

Ditemui pula siswa yang merokok di lingkungan sekolah SMA Negeri 5

Bandar Lampung. Tentunya perbuatan itu dapat mencoreng citra sekolah

(38)

9

kantin. Bila sedang merokok siswa tersebut tidak sendiri melainkan bersama

teman-temannya.

Selain itu terdapat siswa yang pergi ke tempat hiburan malam atau clubbing.

Efek dari clubbing membuat siswa terbiasa meminum minuman keras dan

merasa kecanduan untuk pergi clubbing setiap malam. Selain itu setiap ada

acara (event-event) tertentu mereka merasa antusias untuk datang ke acara

tersebut.

Kartono (2010:6) mengemukakan kenakalan remaja adalah “ perilaku jahat

atau dursila, atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda merupakan

gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang

disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang ”.

Cara yang akan digunakan peneliti adalah dengan menggunakan suatu

pendekatan konseling. Pendekatan konseling yang akan dipakai dalam

penelitian ini adalah pendekatan konseling behavioral dengan teknik

aversion therapy.

Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kenakalan remaja. Teknik

ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati

respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus

tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut

diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak

(39)

10

Dalam Rosra (2008:11) teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku

negatif dan memperkuat perilaku positif. Hukuman bisa dengan kejutan

listrik, atau memberi ramuan yang membuat orang muntah. Secara

sederhana anak yang suka marah di hukum dengan membiarkannya.

Perilaku maladjustive diberi kejutan listrik, misalnya anak yang suka

berkata bohong. Perilaku homoseksual dihukum dengan memberi

pertunjukan film yang disenanginya lalu dilistrik tangannya dan film mati.

Teknik aversion therapy digunakan untuk membantu mengubah perilaku

subjek, karena masalah yang dihadapi subjek adalah perilaku kenakalan

remaja yang tidak sesuai dengan usianya. Perilaku tersebut antara lain cara

berpakaian yang kurang sopan, cara berbicara yang kurang sesuai untuk

anak seusianya, cara bergaulnya kurang sesuai dengan usianya, sikap yang

kurang sopan terhadap guru, atau kebiasaan suka melanggar tata tertib

sekolah dan bergaul di tempat hiburan malam (clubbing).

Teknik ini sesuai untuk digunakan karena dapat membantu klien mengubah

perilaku kenakalan remajanya dengan cara therapy yang akan dilaksanakan

sesuai dengan tahap-tahap dan prosedur teknik aversion therapy. Upaya

pemberian konseling kepada klien atau remaja menggunakan teknik

aversion therapy membuat perilaku kenakalan remaja dapat dikurangi

ataupun dihilangkan.

Salah satu media yang mendukung dalam pelaksanaan konseling ini adalah

(40)

11

perilaku maladaptif yang biasa dilakukan dan akibat negatif untuk

menimbulkan rasa menyesal atau merasa bersalah.

Dengan demikian setelah perilaku kenakalan remaja hilang maka akan

menghasilkan perubahan perilaku pada subjek yang sebelumnya mempunyai

perilaku cara berpakaian yang kurang sopan, cara berbicara kurang sesuai

untuk anak seusianya, cara bergaul yang kurang sesuai dengan usianya,

sikap yang kurang sopan terhadap guru, atau kebiasaan melanggar tata tertib

sekolah dan bergaul di tempat hiburan malam (clubbing), menjadi menurun

atau menghilang hal tersebut membuat subjek memiliki perilaku yang baik

dan sesuai untuk anak seusianya.

Gambar 1.1 Kerangka pikir penurunan perilaku kenakalan remaja

D. Hipotesis

Menurut Arikunto, 2006, hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Berdasarkan pengertian di atas, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah upaya menurunkan perilaku kenakalan remaja

dengan media covert sensitization.

(41)

12

Sedangkan hipotesis statistiknya adalah :

Ho : Tidak terdapat penurunan kenakalan remaja di sekolah dengan

menggunakan media covert sensitization pada siswa kelas XI

SMAN 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013.

Ha : Terdapat penurunsn kenakalan remaja di sekolah dapat diturunkan

dengan menggunakan media covert sensitization pada siswa kelas

(42)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kenakalan Remaja

1. Pengertian Kenakalan Remaja

Berbagai tulisan, ceramah maupun seminar yng mengupas berbagai segi

kehidupan remaja termasuk kenakalan remaja menunjukkan betapa

seriusnya masalah ini dirasakan oleh masyarakat, dengan kata lain

kenakalan remaja sudah menjadi kenyataan sosial dalam masyarakat kita,

terlebih lagi jika di pertimbangkan bahwa remaja sebagai generasi yang

akan mengisi berbagai posisi dalam masyarakat dimasa yang akan datang,

maka pembahasan mengenai kenakalan remaja tidak dapat dihindari lagi.

Kenakalan remaja merupakan suatu pola tingkah lakunya tersebut terlalu

berlebihan dalam artian tingkah lakunya tersebut dapat merugikan dirinya

sendiri dan terkadang merugikan orang lain. Perilaku kenakalan remaja

juga akan sangat meresahkan masyarakat, apalagi bila perilaku kenakalan

tersebut dianggap melanggar hukum. Menurut Mussen dkk (dalam

Gunawan , 2011: 29-30) kenakalan remaja adalah :

“ perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh remaja berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini

(43)

14

Sedangkan menurut Fuhrmann (dalam Gunawan , 20011 :30) yang

dimaksud dengan kenakalan remaja adalah :

”suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan mengganggu, baik

terhadap diri sendiri maupun orang lain.”

Perilaku kenakalan remaja yang melanggar norma hukum, norma sosial

dan norma agama disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya keadaan

kejiwaan yang tidak sehat. Pada umumnya remaja mempunyai perilaku

tidak sehat atau perilaku nakal untuk memperoleh suatu kepuasan bagi

dirinya kepuasan yang diperoleh tersebut biasanya tidak hanya berupa

materi atau fisik tetapi dapat menjadi suatu kepuasan bagi psikologisnya.

Perilaku tidak sehat yang dilakukan oleh remaja disebabkan oleh berbagai

faktor, baik faktor dalam dirinya maupun faktor dari luar dirinya.

Seperti yang diungkapkan oleh Kartono (1986:7) Kenakalan remaja

adalah:

“ Perilaku jahat atau dursila, atau kejahatan atau kenakalan anak-anak

muda merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang

menyimpang ”.

Ditinjau dari usia remaja, usia tersebut merupakan usia sekolah bagi anak.

Di lingkungan sekolah posisi remaja adalah sebagai siswa, jadi kenakalan

remaja yang dilakukan oleh peserta didik dapat disebut sebagai kenakalan

siswa. Dari pengertian ini dapat disimpulkan kenakalan siswa adalah

(44)

15

tertib, dan norma kehidupan di sekolah dan masyarakat. Menurut para ahli

sosiologi, antropologi, psikologi sependapat bahwa

“pendidikan meningkatkan proses perkembangan intelek, perasaan dan

sosial yang sudah dimulai dari rumah. Dengan kata lain, sekolah ikut serta/berperan aktif dalam rangka pembentukan kepribadian dengan jalan anak mempelajari kebiasaan, sikap individu lain, pengalaman baru dan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan.” (Santoso, 2010:95).

Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar

anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak

didik untuk berperilaku menyimpang.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa yang

dimaksud dengan kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang

merupakan gejala sakit atau patologis secara sosial yang dilakukan oleh

remaja dan perbuatan tersebut merupakan penyimpangan atau pelanggaran

terhadap norma-norma sosial, norma hukum maupun norma agama.

2. Bentuk – Bentuk Kenakalan Remaja

Perilaku kenakalan yang dilakukan remaja pada saat ini sangat beragam

bentuknya, dari kenakalan yng bersifat merugikan diri sendiri sampai

bentuk kenakalan yang akan merugikan orang lain, disamping itu bentuk

kenakalan ada yang bersifat biasa atau tidak melanggar hukum sampai

kenakalan yang bersifat melanggar hukum. Seperti yang dikemukakan oleh

Mulyono, (1991:22) kenakalan remaja mempunyi sifat yang dapat

(45)

16

“ kenalan yang bersifat a-moral dan anti sosial yaitu yang tidak di

atur dalam undang-undang sehingga tidak dapat di golongkan sebagai pelanggaran hukum dan kenakalan yang bersifat

melanggar hukum “.

Mengenai bentuk-bentuk kenakalan remaja Mulyono (1991:23-24)

menyebutkan sebagai berikut :

“ 1). Kenakalan yang tidak dapat digolongkan kepada pelanggaran

hukum, 2). Kenakalan yang dapat digolongkan ke dalam

pelanggaran hukum dan mengarah kepada tindak kriminal “.

Dari kedua golongan pelanggaran yang disebutkan oleh Mulyono akan di

uraikan dibawah ini :

1. Kenakalan yang tidak digolongkan ke dalam pelanggaran hukum yang

dimaksud antara lain :

b. Berbohong, memutar balikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan.

c. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.

d. Meminum minuman keras, kabur kemudian meninggalkan rumah tanpa izin orang tua atau menentang keinginan orang tua.

e. Keluyuran tanpa arah tujuan.

f. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga terangsang untuk mempergunakan. Misalnya pisau, pistol. g. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, sehingga

mudah terjerat ke dalam perkara yang benar-benar kriminal, antara lain : ganja sehingga merusak dirinya.

h. Begadang pada malam hari sambil bernyanyi keras di tempat umum.

2. Kenakalan yang dapat digolongkan ke dalam pelanggaran terhadap

norma hukum dan mengarah pada tindak kriminal, antara lain :

a. Mencuri, mencopet, menjambret, merampas dengan kekerasan. b. Penggelapan barang, penipuan dan pemalsuan

c. Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno, pemerkosaan.

d. Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan resmi.

(46)

17

Bentuk kenakalan siswa di sekolah seperti dibawah ini : Sedangkan

menurut Sudarsono (1995:13) yang termasuk kenakalan siswa atau remaja

meliputi:

a. perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;

b. perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar; c. mengganggu teman;

d. memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;

e. menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;

f. menonton pornografi; dan g. corat-coret tembok sekolah

Menurut bentuknya, Sunarwiyati (1985:98) menyebutkan kenakalan

remaja atau kenakalan siswa yang sering dilakukan di sekolah , yaitu :

a. Kurang hormat kepada guru dan karyawan. Perilaku ini tampak dalam hubungan siswa dengan guru atau karyawan di mana siswa sering acuh tak acuh terhadap keberadaan guru dan karyawan sekolah.

b. Kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan peraturan. Siswa masih sering terlambat masuk kelas, membolos, tidak memakai seragam dengan lengkap, dan menggunakan model baju yang tidak sesuai ketentuan sekolah dan membawa senjata tajam. c. Kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan. Perilaku

ini tampak dengan adanya perbuatan mencorat-coret dinding sekolah atau kelas, merusak tanaman, dan membuang sampah seenaknya.

d. Perkelahian antar pelajar, sering terjadi perkelahian antar siswa satu sekolah bahkan perkelahian antar sekolah.

e. Merokok di sekolah pada jam istirahat.

f. Berbuat asusila, seperti adanya siswa putra yang mengganggu siswa putri dan melakukan perbuatan asusila di lingkungan sekolah.

Berbagai bentuk tindak kenakalan yang dapat dilakukan oleh para remaja

saat ini akan menimbulkan keresahan di masyarakat. Permasalahan

(47)

18

kenakalan remaja ini tidak cepat di berikan pencegahan akan sangat

berpengaruh buruk bagi generasi selanjutnya karena perilaku tersebut akan

di tiru oleh anak-anak. Perilaku kenakalan juga sangat berpengaruh buruk

bagi remaja lain yang masih berperilaku baik. Maka dari itu diperlukannya

informasi yang dapat disalurkan kepada remaja agar perilaku yang tidak

sehat yang belum diketahui ataupun disadari oleh remaja dapat dicegah

sehingga kenakalan remaja yang terjadi dapat berkurang dan

mempertahankan sisi positif atau sikap positif pada diri remaja.

Melihat dari beberapa bentuk kenakalan remaja yang telah dikemukakan di

atas maka perilaku kenakalan juga sangat berpengaruh buruk bagi remaja

lain yang masih berperilaku baik. Adapun bentuk penelitian ini adalah

untuk mengetahui penggunaan konseling behavioral dengan teknik

Aversion Therapy dalam menanggulangi kenakalan remaja.

3. Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada

masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

menampilkan beragam gejolak emosi serta mengalami banyak masalah,

baik disekolah atau di lingkungan pertemanannya.

Yang menjadi faktor pemicunya kenakalan yang dilakukan oleh remaja

tidak sepenuhnya karena kesalahan dari remaja itu sendiri, akan tetapi

banyak faktor yang menyebabkan remaja tersebut melakukan perilaku

(48)

19

Asyari, 1986:85-86) bahwa ada 11 sebab alasan kemungkinan terjadinya

kenakalan remaja itu :

“keadaan rumah tangga, status ekonomi, perumahan yang jelek,

lingkungan keluarga yang kurang baik, tidak ada ajaran agama, konflik mental, teman-teman yang kurang baik, perasaan yang terganggu, lingkungan sekolah kurang baik, waktu luang yang

tidak teratur, konflik kebudayaan”.

Perilaku kenakalan sebagai suatu fenomena sosial yang terjadi disekitar

kita dapat timbul karena disebabkan oleh beberapa hal. Zakiah Daradjat

(1973:356) mengungkapkan sebab-sebab timbulnya kenakalan remaja,

antara lain :

1. Lemahnya pendidikan agama dilingkungan keluarga 2. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa 3. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik 4. Adanya dampak negatif dari kemajuan teknologi 5. Tidak stabilnya kondisi sosial, politik, ekonomi.

Faktor selanjutnya adalah yang dapat mempengaruhi seorang remaja

melakukan hal-hal menyimpang adalah pengaruh lingkungan. Menurut

Eitzen (1986:10)

“seseorang menjadi buruk atau jelek karena hidup dalam lingkungan yang buruk. Kondisi psikologis remaja yang labil membuat remaja mudah untuk dipengaruhi. Pengaruh terbesar seseorang saat usia remaja adalag teman sepermainan. Karena, pada masa-masa ini mereka berpikir bahwa banyak kawan merupakan suatu hal yang bisa dibanggakan.”

Sedangkan penyebab kenakalan remaja menurut Karol Kumpfer dan Rose

Alvarado (dalam Sodiq, 2012:16-18) menyebutkan bahwa kenakalan dan

kekerasan yang dilakukan oleh anak dan remaja secara umum berakar dari

masalah-masalah sosial yang saling berkaitan. Dan faktor-faktor penyebab

(49)

20

1. Kurangnya sosialisasi dari orangtua kepada anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.

2. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah).

3. Kurangnya disiplin yang diterapkkan orangtua pada anak.

4. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.

5. Kemiskinan dalam lingkungan keluarga. 6. Perbedaan budaya tempat tinggal anak.

7. Adanya saudara kandung atau tiri yang mencontohkan (modeling) melakukan kenakalan remaja.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli yang telah diuraikan tersebut

dapat disimpulkan bahwa penyebab kenakalan remaja diantaranya adalah

lemahnya pendidikan agama di lingkungan keluarga, adanya dampak

negatif dari kemajuan teknologi, pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak

seimbang dengan keinginan remaja, lemahnya kemampuan pengawasan

diri sendiri, pengawasan yang kurabf dari orangtua, guru dan masyarakat

serta terbukanya kesempatan terhadap minat buruk remaja untuk berbuat

nakal.”

4. Cara Menanggulangi Kenakalan Remaja

Berbagai cara dapat dilakukan untuk menanggulangi kenakalan remaja,

namun hal itu dapat dilakukan bila ada kemauan dari semua pihak, baik

dari remaja itu sendiri maupun dari pihak-pihak lain yang berkaitan dengan

masalah ini . Pihak-pihak yang dapat membantu menanggulangi kenakalan

remaja tersebut diantaranya orangtua, masyarakat dan pemerintah. Bila

(50)

21

pihak seperti orang tua, masyarakat dan pemerintah maka kemungkinan

masalah ini dapat diatasi akan sangat kecil. Kerjasama yang baik sangat di

butuhkan dalam membantu menanggulangi kenakalan remaja ini.

Adams dan Gullota (dalam Wirawan, 2008:232-234) mengemukakkan

bahwa ada lima ketentuan yang harus dipenuhi untuk membantu

menanggulangi kenakalan remaja antara lain :

“1). kepercayaan, 2). kemurnian hati , 3). kemampuan mengerti dan

menghayati (emphaty), 4). kejujuran dan 5). mengutamakan persepsi

remaja itu sendiri.“

Dengan dipenuhi dan dapat dilakukannya 5 ketentuan untuk membantu

menanggulangi kenakalan remaja maka usaha untuk membantu remaja

yang bermasalah akan semakin mudah dicapai. Apabila perilaku

kenakalan remaja tidak cepat di tanggulangi maka hal ini akan cepat di tiru

anak-anak yang akan beranjak remaja karena pada era yang semakin maju

ini akan sangat mudah pengaruh-pengaruh buruk dari berbagai media di

tiru oleh para remaja, karena memang pada masa remaja merupakan masa

kritis.

Remaja cenderung ingin meniru sesuatu yang sifatnya baru dikenalinya

yang dianggapnya menarik, padahal terkadang apa yang ditirunya tersebut

tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku, ini lah yang akan

menimbulkan perilaku kenakalan pada remaja. Selain pengaruh buruk

(51)

22

di era yang semakin maju ini banyak cara atau solusi yang dapat dilakukan

untuk membantu menanggulangi kenakalan remaja.

Menurut Adams dan Gullota , (dalam Wirawan, 2008:235-240) dalam

prakteknya ada beberapa teknik yang bisa dilakukan oleh para tenaga

profesional dalam membantu masalah remaja antara lain :

“1). penanganan individual dengan beberapa tekhnik diantaranya :

pemberian petunjuk nasihat (guidance), konseling dan psikoterapi, 2), penanganan keluarga, 3). penanganan kelompok, 4),

penanganan pasangan”.

Berbagai teknik dapat dilakukan untuk membantu menanggulangi

kenakalan remaja, maka beberapa cara tersebut akan sangat membantu

masyarakat dan khususnya para orangtua untuk merubah perilaku

kenakalan remaja yang pada saat ini banyak dilakukan oleh para remaja.

Menurut Mulyono (1991:29-30): “akibat perilaku menyimpang yang

dilakukan oleh para remaja ada yang bersifat intern dan ada pula yang

bersifat ekstern”. Menurut Mulyono (1991;29-30) akibat perilaku

menyimpang yang dilakukan remaja adalah :

a. Akibat intern dari perilaku nakal misalnya :

1) Penderitaan fisik, bilamana yang bersangkutan berbuat kenakalan yang dapat menimbulkan kerusakan badaniah seperti alkoholisme, perkelahian fisik yang berbahaya, narkotika.

2) Tekanan psikologis, akibat dari perbuatan nakal bisa menjadi frustasi, dan ini berarti mengarah kepada hal-hal negatif.

b. Akibat ekstern dari perilaku tidak sehat atau perilaku nakal misalnya :

(52)

23

2) Perilaku kenakalan remaja juga mengakibatkan ketentraman umum menjadi terganggu.

3) Merangsang terjadinya peningkatan perilaku kenakalan pada remaja di masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan tersebut dapat

disimpulkan bahwa cara menanggulangi kenakalan remaja yaitu dengan

cara adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya. Remaja harus

pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi

arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Dan hal

yang penting lagi untuk menanggulangi kenakalan remaja tersebut yaitu

remaja sebaiknya membentuk ketahanan diri agar tidak mudah

terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak

sesuai dengan harapan.

B. Teknik Aversion Therapy

1. Pengertian Terapi Aversi

Salah satu teknik khusus dalam konseling behavioral yaitu Pengkondisian

Aversi (Aversion Therapy). Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya

dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan

yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya

perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Terapi aversion adalah

bentuk pengobatan psikologis di mana pasien yang terkena stimulus

(53)

24

Hal ini dimaksudkan untuk menyebabkan pasien untuk mengasosiasikan

stimulus dengan sensasi tidak menyenangkan dalam rangka untuk

menghentikan perilaku tertentu yang tidak diinginkan.

Terapi aversion dapat digunakan sebagai pengobatan psikologis. Ini

menggunakan sejumlah teknik perubahan perilaku yang telah terbukti

bermanfaat di masa lalu. Terapi aversion dapat mengobati sejumlah

kondisi, yang meliputi pikiran yang tidak diinginkan dan perilaku,

meskipun itu tidak terbatas pada mereka.

Terapi ini juga dapat digunakan untuk melawan obsesi dan kompulsi, untuk

tingkat tertentu. Bahkan meskipun dalam kebanyakan kasus, terapi

keengganan cenderung digunakan untuk kondisi yang lebih serius, dalam

beberapa kasus dapat digunakan untuk sesuatu yang kecil juga. Karena

Anda dapat bekerja untuk mendapatkan enggan untuk semua jenis tindakan

atau pikiran, metode terapi dapat berguna dalam berbagai situasi.

Mengenai pengertian terapi aversi Komalasari, Wahyuni, Karsih (2011;

191-192) berpendapat pada

“kontrol diri aversi dilakukan sendiri oleh konseli, tetapi pada terapi pengaturan kondisi aversi dilakukan terapis.”

Misalnya remaja senang berkelahi, ditunjukkan foto teman yang kesakitan,

saat yang sama diberi kejutan listrik yang menimbulkan rasa sakit. Dengan

terapi aversi diharapkan terjadi proses pembalikan reinforcement dari

perasaan senang atau bangga menyakiti orang lain, menjadi reinforcement

(54)

25

karena listrik. Stimuli yang tidak disukai (aversive stimuli) akan

menciptakan stimulus yang tidak menyenangkan bersamaan dengan

stimulus yang ingin dikontrol.

Stimulus aversi biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau

ramuan yang membuat mual. Kendali aversi bisa melibatkan penarikan

penguatan positif atau penggunaan hukuman. Area penggunaan aversi

adalah untuk tingkah laku maladaptif atara lain; ketergantungan alkohol,

obat-obatan, merokok, obsesi, kompulsi, berjudi, homoseksualitas,

penyimpangan seksual seperti pedofilia.

Prosedur aversif menyajikan cara-cara menahan respons maladaptif pada

satu periode, sehingga ada kesempatan untuk memperoleh tingkah laku

alternatif yang adaptif.

Seperti yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa terapi aversi adalah

bentuk pengobatan yang menggunakan prinsip-prinsip perilaku untuk

menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Dalam metode terapi,

stimulus yang tidak diinginkan berulang kali dipasangkan dengan

ketidaknyamanan dengan harapan perilaku yang tidak diinginkan atau

tindakan yang menyimpang akan mulai mengalami penurunan frekuensi

atau bahkan berhenti dan dihilangkan.

Dari beberapa teknik dalam pendekatan konseling behavioral salah satunya

yaitu teknik aversion therapy seperti yang telah di uraikan di atas maka

(55)

26

(aversion therapy). Digunakan teknik aversion therapy ini karena teknik ini

cocok atau sesuai dengan masalah yang sedang dilami klien yaitu

kenakalan remaja. Sehingga diharapkan perilaku kenakalan remaja yang

terindikasi di sekolah dapat berkurang.

2. Tujuan Penggunaan Terapi Aversi

Tujuan terapi adalah untuk mengurangi keengganan atau menghilangkan

perilaku yang tidak diinginkan. Perawatan berfokus pada perubahan

perilaku tertentu, tidak seperti pendekatan-pendekatan berorientasi

wawasan yang berfokus pada mengungkap motif sadar untuk menghasilkan

perubahan.

Komalasari, Wahyuni, Karsih (2011; 192) mengungkapkan tujuan dari

terapi aversi adalah

“untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.”

3. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Penggunaan Terapi Aversi

Komalasari, Wahyuni, Karsih (2011; 192-193) mengungkapkan beberapa

poin yang perlu menjadi perhatian bagi konselor dalam menerapkan terapi

aversi, diantaranya adalah :

a. Hukuman jangan sering digunakan, meskipun konseli menginginkannya. Apabila masih ada alternatif baiknya digunakan cara-cara pemberian reinforcement positif, untuk mengurangi efek samping hukuman.

(56)

27

c. Selain itu hukuman digunakan dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan konseli merasa ditolak sebagai pribadi.

d. Konseli harus tahu bahwa konsekuensi aversif diasosiasikan dengan tingkah laku maladaptif spesifik.

4. Media Aversi

Komalasari, Wahyuni, Karsih (2011; 193) dalam bukunya mengungkapkan

berbagai media yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan konseling aversi

yaitu :

a. Aversi kimia, yaitu dengan memasukkan bahan kimia yang menimbulkan mual ke dalam alkohol

b. Kejutan listrik, yaitu dengan menggunakan 2 elektroda yang dipasang di lengan, betis, atau jari

c. Covert Sensitization, yaitu dengan meminta konseli

membayangkan perilaku maladaptif yang biasa dilakukan dan akibat negatif untuk menimbulkan rasa menyesal atau merasa bersalah.

5. Prosedur Pelaksanaan Aversion Therapy dengan Media Covert Sensitization

Area penggunaan aversi adalah untuk tingkah laku maladaptif atara lain;

ketergantungan alkohol, obat-obatan, merokok, obsesi, kompulsi, berjudi,

homoseksualitas, penyimpangan seksual seperti pedofilia. Hal ini sesuai

dengan pendapat Cautela 1967, yang mengembangkan covert sensitization

untuk pengobatan perilaku pendekatan seperti homoseksualitas,

alkoholisme, dan obesitas.

Alasan peneliti memilih media covert sensitization adalah media ini relatif

bebas dari resiko. Berbeda dengan media lain yang diajukan oleh beberapa

media terapi aversion lainnya seperti aversi kimia dan stimulan

(57)

28

Langkah-langkah Pelaksanaan Teknik Avesion Therapy dengan media Covert Sensitization :

Memperkenalkan diri pada klien, menjelaskan tentang terapi yang akan

diberikan kepada klien, meminta kesediaan klien untuk mendapatkan

aversion terapi dengan media covert sensitization. Teknik-teknik yang akan

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi terhadap perilaku kenakalan remaja yang dilakukan oleh

klien.

2. Mengamati apa yang dilakukan klien pada situasi tersebut.

3. Memperkenalkan diri kepada klien

4. Menjelaskan tentang terapi yang akan diberikan pada klien

5. Menjelaskan tujuan dari terapi yang akan diberikan pada klien

6. Meminta kesediaan klien untuk mengikuti terapi. Setelah klien bersedia,

maka peneliti akan melakukan terapi. Disini peneliti meminta klien

untuk membayangkan perilaku maladaptif yang biasa dilakukan dan

akibat negatif untuk meinimbulkan rasa menyesal atau bersalah. Setelah

itu klien diajarkan untuk mengatur pernapasan secara tepat, menahan

nafas untuk beberapa saat, ketika rasa ketidaknyamanan muncul yang

diakibatkan oleh dorongan-dorongan untuk melakukan perilaku

(58)

29

7. Setelah klien selesai diberikan terapi peneliti melakukan pencatatan

hasil terapi.

C. Penggunaan Media Covert Sensitizationuntuk Menurunkan Perilaku Kenakalan Remaja

Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara anak-anak ke masa

dewasa, atau masa belasan tahun dimana pada masa ini seseorang

menunjukkan tingkah laku tertentu seperti sikap susah di atur, mudah

terangsang perasaannya dan lain sebagainya.

Dengan adanya masa peralihan dan perubahan seperti yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tak aneh bila masa remaja disebut sebagai usia

bermasalah yang sulit diatasi. Kesulitan itu disebabkan karena dua hal,

pertama karena dimasa anak-anak dulu remaja (karena tradisi dan

kebiasaan) sudah terbiasa bila masalahnya diselesaikan olleh guru dan orang

dewasa, sehingga saat remaja ingin menyelesaikan sendiri tidak mempunyai

pengalaman dan keberanian. Ke dua, karena remaja kini merasa sudah

mandiri sehingga menolak campur tangan orang dewasa untuk membantu

masalahnya. Kedua hal inilah yang menyebabkan permasalahan demi

permasalahan datang silih berganti.

Disinilah peran orang tua dan guru Bimbingan Konseling dianggap penting.

Salah satu yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan konseling adalah

upaya menanggulangi kenakalan remaja dengan teknik aversion therapy

(59)

30

Digunakan teknik aversion therapy dengan media covert sensitization ini

karena teknik ini cocok atau sesuai dengan masalah yang sedang dilami

klien yaitu kenakalan remaja. Sehingga diharapkan perilaku kenakalan

remaja yang terindikasi di sekolah dapat berkurang. Salah satu media yang

mendukung dalam pelaksanaan konseling ini adalah dengan Covert

Sensitization, yaitu dengan meminta konseli membayangkan perilaku

maladaptif yang biasa dilakukan dan akibat negatif untuk menimbulkan rasa

(60)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini merupakan

penelitian quasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah desain eksperimen subjek tunggal. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian eksperimen semu. Menurut Sugiyono

(2010:107) penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen.

Alasan peneliti menggunakan metode ini karena tidak menggunakan

kelompok kontrol dan subyek tidak dipilih secara random. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Seniati (2005:37) yang menyatakan bahwa

eksperimen kuasi berbeda dengan penelitian eksperimen karena tidak

memenuhi tiga syarat utama dari suatu penelitian eksperimen yaitu

manipulasi, kontrol dan randomisasi. Pada penelitian ini, peneliti tidak

menggunakan kelompok kontrol dan randomisasi, peneliti hanya melihat

hasil dari pemberian aversion therapy dengan media covert sensitization

pada siswa yang berperilaku kenakalan remaja di SMA Negeri 5 Bandar

(61)

32

Desain penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen yang digunakan

adalah One-Group Pretest-Posttest Design, yaitu pelaksanaan eksperimen

yang dilakukan dengan memberikan perlakuan X terhadap subyek.

Sebelum diberikan perlakuan subyek diberikan pre-observation (O1), dan

setelah diberi perlakuan diberi post-observation (O2).

Dalam penelitian ini sebelum diberikan perlakuan dengan diberikan media

covert sensitization klien terlebih dahulu di amati oleh peneliti

berdasarkan indikator kenakalan remaja untuk mengukur kondisi awal dari

perilaku kenakalan remaja yang dilakukan. Setelah diberikan perlakuan

dengan media tersebut siswa tersebut di amati kembali untuk menentukan

skor setelah diberikan perlakuan.

Dan hasil dari kedua tes tersebut dibandingkan untuk menguji apakah

perlakuan yang telah diberikan memberi perubahan pada perilaku

kenakalan remaja yang dialami oleh siswa.

Berikut akan digambarkan dalam bentuk bagan:

Sebelum perlakuan Treatment Setelah perlakuan

Bagan 1.1 One Group Pretest-Posttest Design

Keterangan :

O1 : Observasi sebelum diberikan perlakuan

X : Perlakuan dengan media covert sensitization

O2 : Observasi setelah diberikan perlakuan

(62)

33

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Penentuan

subjek ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang

ingin dikumpulkan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu terkait dengan tujuan penelitian, jumlah populasi

dan waktu penelitian (Sugiyono, 2010:124).

Dengan mempertimbangkan hasil observasi yang didasarkan pada ciri-ciri

kenakalan remaja yang tidak digolongkan dalam pelanggaran hukum,

maka peneliti menemukan 5 orang siswa kelas XI yang akan dijadikan

subjek penelitian. Ke 5 orang tersebut direkomendasi guru pembimbing di

SMA Negeri 5 Bandar Lampung kemudian peneliti memberikan

wawancara mengenai perilaku kenakalan remaja disekolah dengan tujuan

untuk melihat ke 5 orang tersebut terindikasi ciri-ciri kenakalan remaja di

sekolah.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dapat dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan

dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

(63)

34

Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2010:61)

Berdasarkan pengertian variabel diatas, maka penelitian ini menggunakan

dua variabel yaitu varibel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas

penelitian ini adalah media covert sensitization dan variabel terikatnya

adalah perilaku kenakalan remaja.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan tentang

perincian sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk

mengidentifikasikan variabel atau konsep yang digunakan (Purwanto,

2007:18). Perilaku kenakalan remaja adalah suatu tindakan anak muda

yang dapat merusak dan mengganggu, baik terhadap diri sendiri maupun

orang lain. Adapun indikator yang bisa dilihat dari penelitian ini

merupakan bentuk-bentuk kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut :

a. berbohong,

b. membolos,

c. meminum minuman keras,

d. bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk,

Berdasarkan indikator di atas maka dalam penelitian ini digunakan teknik

aversion therapy untuk menurunkan perilaku kenakalan remaja di sekolah.

Salah satu media yang mendukung dalam pelaksanaan konseling ini adalah

(64)

35

membayangkan perilaku maladaptif yang biasa dilakukan dan akibat

negatif untuk menimbulkan rasa menyesal atau merasa bersalah.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data untuk

memperoleh data yang sejelas-jelasnya. Menurut Suarsimi Arikunto

(2002:126) metode pengumpulan data ialah cara memperoleh data.

Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan cara-cara sebagai berikut dalam mengumpulkan data :

1. Teknik pokok

Observasi

Hadi (dalam Sugiyono , 2010 : 203) mengemukakan bahwa observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Dalam observasi ini peneliti

sebagai participants observation, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian (Sugiyono 2010:204).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi selama lebih kurang 4

minggu dengan 1 kali pertemuan dengan klien dalam setiap minggunya.

Observasi yang dilakukan berguna untuk melihat perubahan perilaku

kenakalan remaja sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Teknik

observasi yang akan digunakan peneliti yaitu observasi terstruktur.

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara

(65)

36

Pada penelitian ini, peneliti akan mengamati perilaku siswa yang berkaitan

dengan kenakalan remaja. Setelah dilakukan pengamatan dan didapatkan

subjek maka diberikan bentuk pengkondisian aversion therapy yang

digunakan adalah dengan media Covert Sensitization, yaitu dengan

meminta konseli membayangkan perilaku maladaptif yang biasa dilakukan

dan akibat negatif untuk menimbulkan rasa menyesal atau merasa

bersalah.

Covert Sensitization di berikan sesegera mungkin ketika perilaku

menyimpang muncul. Jadi saat perilaku yang tidak diharapkan itu muncul

akan diberikan teknik aversi oleh konselor. Pemberian teknik aversion

therapy dengan media covert sensitization dilakukan selama 2 kali

pertemuan yaitu di minggu ke 2 dan minggu ke 3 dengan durasi lima belas

sampai tiga puluh menit setiap pemberian aversi.

Sebelum diberikan media covert sensitization klien terlebih dahulu di

amati oleh peneliti berdasarkan indikator kenakalan remaja yang dapat

dijadikan sebagai acuan untuk mengukur kondisi awal dari perilaku

kenakalan remaja yang dilakukan sehingga pengamatan terhadap

perubahan perilakunya akan lebih mudah dilakukan. Dengan memberikan

perlakuan seperti itu diyakini dapat mengurangi perilaku kenakalan

tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti juga dibantu oleh seorang guru pembimbing

yang akan mengamati perilaku siswa yang berkaitan dengan kenakalan

(66)

37

peneliti merancang pedoman observasi yang nantinya akan digunakan

dalam kegiatan observasi.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pengembangan Pedoman Observasi Perilaku Kenakalan Remaja

Indikator Deskriptor Target Behaviour / Perilaku yang diamati

 Tidak masuk sekolah dengan membuat keterangan palsu

 Terlambat hadir kesekolah dan memberikan alasan palsu

 Meminta izin ke UKS untuk beristirahat saat jam pelajaran berlangsung

 Meminta izin ke kamar mandi sebagai alasan untuk makan dikantin saat jam pelajaran berlangsung

 Tidak masuk sekolah tanpa keterangan

 Keluar kelas karena urusan ekstrakulikuler tanpa izin dari guru piket/ guru yang mengajar pada saat itu

 Keluar kelas karena tidak suka dengan mata pelajaran yang diberikan

 Kekantin tanpa izin saat KBM berlangsung

 Kedapatan sedang membeli minuman keras

 Kedapatan sedang menenggak minuman keras

 Meluangkan waku hanya untuk kumpul dan

meminum-minuman keras secara berkelompok.

Gambar

Gambar 1.1  Kerangka pikir penurunan perilaku kenakalan remaja
Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan Wawancara Perilaku Kenakalan Remaja

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melakukannya, bahan yang diperlukan adalah belimbing wuluh (sayur), sikat plastik atau sikat gigi, lap kering atau basah, sabun colek, dan sarung tangan plastik. Kupas

Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi salah satu senyawa kimia dari fraksi etil asetat herba sasaladaan ( Peperomia pellucida [L.] Kunth.) yang

PENELITIAN GIZI DAN MAKANAN merupakan jurnal berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat dua kali setahun.. Tulisan

Analogi yang bisa diambil dari perhitungan komplemen di atas adalah, komplemen satu dari bilangan biner diperoleh dengan jalan mengurangkan masing-masing digit

Pada sesi materi, Yatimul Ainun selaku Pimred Media Online Times Indonesia mengatakan hubungan yang baik harus terjalin antara Humas Perguruan tinggi dan Media Online, salah satunya

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Budaya Universitas

pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga swasta atau lembaga lainnya. 4) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang selanjutnya disebut Badan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku merokok (82,7%), terdapat 51,2% yang mengetahui adanya kawasan tanpa rokok pada