PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATIONS (TAI) TERHADAP
AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi kuasi Eksperimen Kelas XI IPA SMA Negeri 07
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh : Herlina 0643024024
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Herlina
ii ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATIONS (TAI) TERHADAP
AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Kuasi Eksperimen Kelas XI IPA SMA Negeri 07
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh
Herlina
Hasil observasi kelas XI di SMA Negeri 07 Bandar Lampung diketahui bahwa pada
kelas XI IPA semester genap tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan nilai rata-rata
penguasaan konsep materi Sistem Pernapasan masih rendah yakni baru mencapai 62
dengan ketuntasan 45%, kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah
yakni ≥ 70. Saat proses pembelajaran selama ini guru masih menggunakan metode ceramah dan kadang–kadang menggunakan metode diskusi. Oleh karena itu
diperlukannya suatu model pembelajaran yang terpusat pada siswa yakni
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI dalam meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh
siswa pada materi Sistem Pernapasan. Penelitian ini menggunakan desain pretes-postes
tak ekuivalen. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI4 sebagai kelas
Herlina
iii
cluster random sampling. Data penelitian diperoleh dari tes (pretes dan postes) dan lembar observasi aktivitas siswa. Analisis data menggunakan uji-t dengan program
SPSS 17.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata antara nilai pretes dan
postes yang di ukur dengan N-gain pada kelas eksperimen yaitu sebesar 61,20 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol sebesar 52,89. Indikator penguasaan
konsep yang memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu pada indikator pemahaman yaitu
sebesar 62,29 sedangkan rata-rata indikator penguasaan konsep terendah yaitu pada
indikator sintesis sebesar 58,75. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran TAI juga mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan III
dengan rata-rata peningkatan 17,34%. Aspek aktivitas siswa yang berkriteria baik
yakni pada aspek mengerjakan LKS, mendiskusikan jawaban LKS, dan bertukar
informasi.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
TAI berpengaruh dalam meningkatkan penguasaan konsep dan aktivitas beajar oleh
siswa pada materi Sistem Pernapasan.
PENGARUH PENGGUNAAN
Sebagai Salah Satu Syarat
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EAM ASSISTED INDIVIDUALISATIONS (TAI) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONS
PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN kuasi Eksperimen Kelas XI IPA SMA Negeri 07 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh HERLINA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG Kelas XI IPA SMA Negeri 07
ntuk Mencapai Gelar
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATIONS (TAI) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP
PADA POKOK MATERI SISTEM PERNAPASAN
(Studi Kuasi Eksperimen Kelas XI IPA SMA Negeri 07 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Herlina
Nomor Pokok Mahasiswa : 0623024024
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Tri Jalmo, M.Si. Berti Yolida, S.Pd.,M.Pd. NIP 196109101986031005 NIP 19831015 200604 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si. __________
Sekretaris : Berti Yolida, S.Pd, M.Pd. __________
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. __________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Muaradua OKU Selatan pada tanggal 9 April
1989, yang merupakan anak dari Bapak Supriadi dan Ibu Zainona.
Penulis memulai pendidikan formal di TK Aisyiyah Muaradua
tahun 1993/1994. Pada tahun 1994 diterima di SD Negeri 6
Muaradua yang diselesaikan pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis tercatat
sebagai siswa baru di SMP Muhammadiyah Muaradua yang diselesaikan pada tahun
2003. Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai siswa di SMA Negeri 5 OKU Selatan
sampai tahun 2006 dan di tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di
Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan
MIPA Program Studi Pendidikan Biologi.
Pada tahun 2010 penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program
Pengalaman Lapangan (PPL) dan ditempatkan di SMP Muhammadiyah 03 Bandar
Lampung, dan melaksankan penelitian di SMA Negeri 07 Bandar Lampung untuk
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
selalu melimpahkan rahmat, karunia dan nikmat-Nya yang tidak akan pernah
terhitung jumlahnya
Solawat serta salam tercurahkan kepada jujungan kita Rasulullah
Muhammad SAW
Ku persembahkan tulisan-tulisan penuh perjuangan dan kesabaran ini sebagai
bentuk cinta dan sayangku kepada:
Ibu dan ayahku, yang dengan sabar membesarkan ku hingga sekarang, dari hasil
keringat beliau aku bisa bersekolah hingga mencapai gelar sarjana ini. Beliau
selalu menguatkanku disaat aku rapuh dan selalu menopangku disaatku
terjatuh. Trimakasih dengan setulus hati aku ucapkan kepada kedua
orangtuaku.
Mak, bak, kakak, ngah dan abang terimakasih selalu memberiku semangat untuk
tetap sabar dan selalu mendukung setiap langkahku.
MOTTO
Selalu berprasangka baik kepada-Nya
Karena Allah sesuai prasangka hamba-Nya
(Aa gym)
Orang yang sukses tidak memiliki lidah pengacara,
Tapi memiliki telinga seorang murid.
(Bong Chandra)
Saya datang, saya bimbingan, saya perbaikan,
saya seminar, saya menang
(Penulis)
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Herlina
Nomor Pokok Mahasiswa : 0643024024
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang pernah
diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, November 2012
Yang menyatakan
Herlina
xi
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED
INDIVIDUALISATIONS (TAI) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN
PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN
(Studi Kuasi Eksperimen Kelas XI IPA SMA Negeri 07 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2011/2012)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
5. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II sekaligus Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini
xii
6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan
motivasi yang sangat berharga;
7. Drs. Suharto, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 7 Bandar Lampung dan Yanti
Irmasari, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan
selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
8. Orangtuaku yang selalu mendoakan aku di setiap sujudnya, terimakasih selalu
menyayangi dan membimbingku selama ini;
9. Ditto Esdik Wasiso, terimakasih atas dukungannya selama ini;
10. Sahabat-sahabatku Eliya Rosa, Tri Apri Utami, Deki Priasih S.Pd., dan
Isnawati, terimakasih selalu bersedia mendengarkan cerita-ceritaku, berbagi
suka dan duka selama ini, dan memberikan warna dihidupku dengan
persahabatan yang kita jalin;
11. Teman-teman di kostan Jayanti dan Residen, terimakasih atas kebersamaan
selama kita tinggal bersama berbagi canda tawa dan duka;
12. Teman-teman seperjuanganku Yulisa Wulandari, S.Pd., Tri Wahyuni, S.Pd.,
Aprilia, Weni Arisma, S.Pd., dan semua anak bimbingan bapak Dr. Tri Jalmo,
M.Si., lainnya, terimakasih untuk kebersamaan selama menunggu bimbingan;
13. Teman-teman di Biologi ’06 dan mahasiswa Pendidikan Biologi lainnya.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, November 2012 Penulis
xiii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
I. PENDAHULUAN
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
xiv V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN 1. Silabus ... 57
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 61
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Tugas ... 82
4. Rubrik Penilaian LKS dan Tugas ... 125
5. Soal Pretes dan Postes ... 132
6. Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ... 138
7. Data Hasil Penelitian ... 141
8. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 162
9. Foto-Foto Penelitian ... 170
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Klasifikasi Persentase Aktivitas Siswa ... 25
2. Kriteria Penguasaan Konsep ... 21
3. Kriteria N-gain yang diperoleh siswa ... 38
4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 39
5. Hasil aktivitas belajar siswa kelas eksperimen ... 45
6. Hasil uji normalitas, homogenitas, uji Mann-Whitney dan uji t data pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 43
7. Hasil analisis N-gain per indikator penguasaan konsep siswa ... 44
8. Data nilai pretes, postes, dan N-gain siswa kelas eksperimen ... 140
9. Data nilai pretes, postes, dan N-gain siswa kelas kontrol ... 141
10.Nilai pretes kognitif siswa per indikator kelas eksperimen ... 142
11.Nilai postes kognitif siswa per indikator kelas eksperimen ... 144
12.Nilai pretes kognitif siswa per indikator kelas kontrol ... 146
13.Nilai postes kognitif siswa per indikator kelas kontrol ... 148
14.Data nilai kognitif per indikator kelas eksperimen ... 150
15.Data nilai kognitif per indikator kelas kontrol ... 152
16.Data Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Pada Pertemuan Pertama... 154
xvi
18.Data Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Pada Pertemuan ke Tiga... 158 19.Data Nilai LKS Kelas Eksperimen ... 160 20.Data Nilai Tugas Kelas Kontrol ... 161 21.Hasil uji normalitas data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 162 22.Hasil uji Mann-Whitney U pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 162 23.Hasil uji normalitas data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol .. 163 24.Hasil uji homogenitas postes dan uji kesamaan dua rata-rata kelas
eksperimen dan kelas kontrol ... 163 25.Hasil uji satu pihak postes ... 164 26.Hasil uji normalitas N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 165 27.Hasil uji homogenitas N-gain dan uji kesamaan dua rata-rata kelas
eksperimen dan kelas kontrol ... 165 28.Hasil uji satu pihak N-gain ... 166 29.Hasil uji normalitas N-gain indikator C2 (pemahaman) kelas
eksperimen dan kelas kontrol ... 167 30.Hasil uji Mann-Whitney UN-gain indikator C2 (pemahaman) kelas
eksperimen dan kontrol ... 167 31.Uji normalitas N-gain indikator C4 (analisis) kelas eksperimen dan
kelas kontrol ... 168 32.Hasil uji homogenitas N-gain indikator C4 (analisis) dan uji
kesamaan dua rata-rata Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 168 33.Uji normalitas N-gain indikator C5 (sintesis) kelas eksperimen dan
kelas kontrol ... 169 34.Hasil uji Mann-Whitney UN-gain indikator C5 (sintesis) kelas
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 8
2. Skema Pembelajaran kooperatif TAI ... 14
3. Desain pretes-postes tak ekuivalen ... 29
4. Peningkatan nilai rata-rata postes, pretes dan N-gain... ... 47
5. Jawaban LKS pada indikator pemahaman yang dikerjakan siswa kelas eksperimen ... 48
6. Jawaban LKS pada indikator sintesis yang dikerjakan siswa kelas eksperimen ... 48
7. Jawaban LKS pada indikator analisis yang dikejakan siswa kelas eksperimen ... 49
8. Siswa sedang mengerjakan pretes dan postes ... 170
9. Siswa sedang mengerjakan LKS dalam kelompok heterogen ... 170
10.Pemilihan kelompok homogen ... 171
11.Siswa sedang mengerjakan pretes dan postes ... 171
12.Guru sedang menjelaskan materi sistem pernapasan dengan menggunakan metode ceramah ... 172
1
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses
pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat
merespon siswa untuk terlibat aktif setiap prosesnya. Hal ini berarti berhasil
atau tidaknya suatu tujuan pendidikan salah satunya bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa selama pembelajaran berlangsung. Selain itu,
suasana belajar yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap keberhasilan belajar (Yamin, 2011:69).
Proses pembelajaran yang baik adalah melibatkan siswa sepenuhnya untuk
merumuskan sendiri suatu penguasaan materi. Dalam proses pembelajaran,
nampaknya belum banyak guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang
memungkinkan siswa untuk melakukan proses pembelajaran dengan baik
(Depdiknas, 2003).
Salah satu tujuan dalam pembelajaran adalah tercapainya penguasaan konsep
oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran sering kali siswa sulit menangkap
materi yang disampaikan oleh guru sehingga perlu adanya usaha untuk
2
beberapa faktor diantaranya adalah input (masukan), dan proses pembelajaran
itu sendiri. Faktor-faktor ini tentu bervariasi pada tiap sekolah (Masrukhan:
2009:1).
Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi kelas XI di SMA Negeri
07 Bandar Lampung, selama ini guru masih menggunakan metode ceramah
dan kadang–kadang menggunakan metode diskusi. Diketahui juga bahwa pada
kelas XI IPA semester genap tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkaan nilai
rata-rata penguasaan konsep materi Sistem Pernapasan masih rendah yakni
baru mencapai 62 dengan ketuntasan 45%, kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yang ditetapkan sekolah yakni ≥ 70. Diduga faktor yang mempengaruhi
rendahnya penguasaan konsep dan aktivitas belajar siswa ialah tingkat
kemampuan siswa memahami dan mengolah informasi yang berbeda serta
pada saat kegiatan pembelajaran guru masih berperan terlalu aktif yakni
menggunakan metode ceramah. Pada proses pembelajaran siswa cenderung
pasif sehingga aktivitas siswa menjadi rendah dan dapat berpengaruh pada
penguasaan konsep materi pelajaran.
Oleh karena itu diperlukannya suatu model pembelajaran yang terpusat pada
siswa, yakni menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan
pembelajaran yang mengkombinasikan kemampuan pembelajaran kelompok
dan pembelajaran individu. Model pembelajaran tipe TAI dikembangkan oleh
Slavin (1995:102) memiliki beberapa alasan yaitu model ini
3
TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran misalnya
dalam hal kesulitan belajar secara individu.
Tahap-tahap model pembelajaran TAI antara lain: tes penempatan dan
pembentukan kelompok, belajar secara individu, belajar kelompok, tes,
perhitungan nilai kelompok dan penghargaan kelompok. TAI mempunyai
dinamika motivasi seperti STAD dan TGT. Meskipun demikian individualisasi
adalah bagian dari TAI yang membuatnya berbeda dari STAD dan TGT. Jika
siswa dapat berkembang dengan cepat maka mereka tidak harus menunggu
sampai selesainya kelas (Slavin, 1995:7-8).
Pelajaran biologi materi pokok Sistem Pernapasan kelas XI memiliki
kompetensi dasar yaitu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan
proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan pada
manusia dan hewan (misalnya burung) (Depdiknas, 2003). Siswa dituntut
untuk menjelaskan, mengidentifikasi, membandingkan dan mengumpulkan
informasi mengenai struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang
dapat terjadi pada sistem pernapasan pada manusia dan hewan. Sehingga
mungkin TAI cocok digunakan untuk pembelajaran materi sistem pernapasan
karena model TAI merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan
pada efek sosial dari model pembelajaran kooperatif, siswa saling bekerjasama
dalam kelompok, saling bertukar informasi, dan berdiskusi dalam
menyelesaikan masalah.
Salah satu penelitian yang menguji efektivitas model pembelajaran TAI ialah
4
tersebut diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
lebih baik, aktivitas siswa selama pembelajaran terus mengalami peningkatan,
dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus meningkat,
sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih
efektif terhadap pemahaman konsep siswa. Selain itu dalam penelitian Isharni
(2010:34) juga menyatakan bahwa penguasaan materi siswa kelas VIIID SMP
Negeri 1 Ngambur Bandar Lampung TP 2009/2010 dengan menggunakan
model pembelajaran TAI memiliki persentase rata-rata nilai pretes postes pada
kemampuan mengingat 35,23%, memahami 24,76%, mengaplikasi 32,38%,
dan menganalisis 12,38% dengan rata-rata penguasaan materi 78,09.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perlu diadakan penelitian
pada pembelajaran materi Sistem Pernapasan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI yang diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas belajar dan penguasaan konsep.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa?
2. Apakah ada pengaruh peningkatan yang signifikan dari penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam meningkatkan penguasaan konsep
5
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
2. Mengetahui pengaruh peningkatan yang signifikan dari penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam meningkatkan penguasaan konsep
siswa pada materi Sistem Pernapasan.
D.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti, sebagai calon guru maka dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan materi pelajaran.
2. Guru, memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa pada materi Sistem Pernapasan.
3. Siswa, memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan dapat mengurangi
kejenuhan siswa dalam pembelajaran di kelas.
4. Sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
kualitas kegiatan belajar mengajar di sekolah.
E.Ruang Lingkup Penelitian
6
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI1 dan XI4 SMA Negeri 07
Bandar Lampung. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI4
sebagai kelas eksperimen dan kelas XI1 sebagai kelas kontrol.
2. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa bekerja dalam
kelompok heterogen untuk memecahkan masalah.
3. Pembelajaran kooperatif tipe TAI yakni pembelajarannya berlangsung
secara berkelompok namun bekerja secara individu. Langkah-langkahnya
pembentukan kelompok heterogen, pembelajaran kelompok heterogen,
mengerjakan soal LKS secara individu, mengoreksi LKS yang telah
dikerjakan, siswa yang memiliki kemampuan lebih baik dari pada siswa lain
dalam kelompok ditunjuk guru sebagai asisten yang berperan dalam
membantu siswa lain dalam kelompok yang memiliki kemampuan sedang
untuk memahami materi pelajaran, mengulas materi bagi siswa yang sudah
memahami materi, sedangkan siswa yang belum memahami materi
dikelompokkan menjadi kelompok homogen untuk mendapatkan
bimbingan dari siswa, kemudian memberikan penghargaan kelompok untuk
kelompok terbaik.
4. Aktivitas siswa dilihat dari proses pembelajaran dengan menggunakan
lembar observasi. Aktifitas yang diamati yakni mengerjakan LKS,
mendiskusikan jawaban LKS, membimbing teman satu kelompok, bertukar
informasi, dan menguasai materi pembelajaran.
5. Penguasaan konsep yang diperoleh dari hasil pretes dan postes pada materi
Sistem Pernapasan.
7
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran biologi bukan hanya merupakan mata pelajaran hafalan, namun
juga membutuhkan pemahaman suatu konsep. Pada proses belajar siswa harus
aktif mencari tahu, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu
berjalan baik. Belajar sebaiknya dilakukan oleh siswa secara aktif baik
individual maupun kelompok, guru bertindak sebagai pembimbing dan
fasilitator. Pada proses pembelajaran jika siswa ikut terlibat dengan melihat
dan melakukan sesuatu daripada hanya mendengarkan penjelasan guru,
aktivitas siswa yang aktif pada saat proses pembelajaran akan berdampak pada
penguasaan konsep yang meningkat, hal ini akan terlihat pada hasil belajar
yang diperolehnya.
Setiap siswa memiliki pengetahuan, motivasi, dan tingkat kemampuan
memahami yang berbeda maka dari itu perlu penanganan secara individu.
Namun pembelajaran secara individu bisa saja pada beberapa siswa akan
mengalami kesulitan. Untuk mengatasi hal tersebut maka pada penelitian ini
pembelajaran materi Sistem Pernapasan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI. Pembelajarannya berlangsung secara berkelompok namun
bekerja secara individu. Apabila terdapat kesulitan siswa dapat bertanya
kepada siswa lain yang masih dalam satu kelompok, dan jika belum
mendapatkan jawaban yang memuaskan dapat pula bertanya dengan guru.
Langkah – langkah model pembelajaran kooperatif tipe TAI yakni
pembentukan kelompok heterogen, pembelajaran kelompok heterogen,
8
dikerjakan, siswa yang memiliki kemampuan lebih baik dari pada siswa lain
dalam kelompok ditunjuk guru sebagai asisten yang berperan dalam membantu
siswa lain dalam kelompok yang memiliki kemampuan sedang untuk
memahami materi pelajaran, mengulas materi bagi siswa yang sudah
memahami materi, sedangkan siswa yang belum memahami materi
dikelompokkan menjadi kelompok homogen untuk mendapatkan bimbingan
dari siswa, kemudian memberikan penghargaan kelompok untuk kelompok
terbaik.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas
adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI, dan variabel terikat adalah
penguasaan konsep dan aktivitas belajar siswa pada materi Sistem Pernapasan.
Keterangan:
X = Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
Y1 = Penguasaan konsep biologi siswa pada materi Sistem Pernapasan
Y2 = Aktivitas belajar siswa pada materi Sistem Pernapasan
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0=Tidak ada pengaruh peningkatan yang signifikan dari penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI terhadap penguasaan konsep X
Y1
9
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 07 Bandar Lampung tahun pelajaran
2011/2012 pada materi Sistem Pernapasan.
H1= Ada pengaruh peningkatan yang signifikan dari penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI terhadap penguasaan konsep siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 07 Bandar Lampung tahun pelajaran
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama
dalam kelompok heterogen, berbeda jenis kelamin, latar belakang, suku, dan
tingkat kemamapuan (Anonim, 2008:1). Hal ini didukung oleh pendapat
Slavin (1995:226) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas
dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang
untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota
kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang
bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain (Anonim,
2008:1). Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Enggen dan Kauchak
11
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa
bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Adapun tujuan yang diharapkan yakni mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang membawa siswa untuk bersosialisasi dalam kerja
kelompok. Roger dan Johnson dalam Lie (2004:31-37) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning.
Pembelajaran kooperatif mengandung lima unsur yang harus diterapkan
yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3)
tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.
Model pembelajaran kooperatif terdapat struktur dorongan atau tugas yang
sengaja dirancang dan diberikan kepada siswa yang mana tugas tersebut
bersifat kooperatif sehingga siswa tidak hanya sekedar belajar berkelompok
atau bekerja dalam kelompok (Anonim, 2011:1). Model pembelajaran
kooperatif menurut Muhfida (2011:1) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara bekerja sama.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah.
3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya,
dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat
keheterogenan tersebut.
12
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas (dalam
anonim, 2008:1) tujuan pertama pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara
sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan
bahasa yang sama.
2. Pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar.
Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan
akademik, dan tingkat sosial.
3. Pembelajaran kooperatif mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok
dan sebagainya.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yakni TAI dikembangkan oleh
Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individual. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini
dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh
karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk
pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara
individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru.
13
dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab
bersama (Wahyudi, 2010:1).
Pada pembelajaran TAI akan memotivasi siswa untuk saling membantu
anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi
yang lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek
kooperatif. Model pembelajaran tipe TAI ini memiliki komponen-komponen
dalam proses pembelajaran. Menurut Slavin (2010:195) pembelajaran
kooperatif tipe TAI mengandung beberapa komponen yaitu:
1. Teams / Kelompok
Siswa dibagi kedalam team-team yang beranggotakan 4 sampai 5 orang, seperti pada STAD dan TGT dengan kemampuan setiap anggota
kelompoknya heterogen. 2. Tes Penempatan
Siswa diberikan tes awal pada pembelajaran, tes ini dilakukan untuk melihat kemampuan pada siswa.
3. Kelompok Belajar
Dalam kelompok belajar, siswa diberi LKS yang telah dipersiapkan guru sebagai bahan untuk diskusi siswa dan tes formatif. Kemudian LKS tersebut dikoreksi antar kelompok.
4. Pengajaran Kelompok
Berupa pengajaran langsung terhadap siswa yang tidak dapat mengerjakan pertanyaan dari LKS pada kelompok heterogen, kemudian dijadikan kelompok homogen.
5. Evaluasi
Setelah semua siswa menguasai materi yang telah diberikan guru, maka guru akan memberikan evaluasi berupa tes formatif yang dikerjakan siswa secara individu.
6. Nilai kelompok dan penghargaan kelompok.
14
Berikut ini merupakan skema pembelajaran kooperatif tipe TAI.
Model Pembelajaran TAI Tes Penempatan
Pembentukan kelompok heterogen
Pembelajaran kelompok heterogen (mengerjakan LKS)
Memahami materi Belum memahami materi Melanjutkan materi/Pemantapan materi Pembelajaran kelompok homogen
Memahami materi Memahami maetri
Tes formatif
Gambar 2 : Skema Pembelajaran Kooperatif TAI modifikasi dari Magdalena, (2008: 9)
Langkah – langkah model pembelajaran kooperatif tipe TAI yakni
pembentukan kelompok heterogen, pembelajaran kelompok heterogen,
mengerjakan soal LKS secara individu, mengoreksi LKS yang telah
dikerjakan, siswa yang memiliki kemampuan lebih baik dari pada siswa lain
dalam kelompok ditunjuk guru sebagai asisten yang berperan dalam
membantu siswa lain dalam kelompok yang memiliki kemampuan sedang
untuk memahami materi pelajaran, mengulas materi bagi siswa yang sudah
15
dikelompokkan menjadi kelompok homogen untuk mendapatkan bimbingan
dari siswa, kemudian memberikan penghargaan kelompok untuk kelompok
terbaik.
Pada aplikasinya model pembelajaran tipe TAI terbagi menjadi tiga menurut
Anonim (2009:1) yaitu:
1. Pengelompokkan
Dalam proses pembagian kelompok heterogen didasarkan pada proses
belajar sebelumnya. Dalam hal ini yakni tes penempatan.
2. Tahap penyajian materi
Pada tahap ini materi pelajaran diperkenalkan melalui penyajian kelas.
Pada penyajian materi pelajaran ini dilakukan melalui:
a. Pengajaran kelompok
Jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami dalam suatu
kelompok homogen maka kelompok tersebut dapat meminta guru
menjelaskan materi yang belum dipahami tersebut, sedangkan
kelompok lain yang sudah paham dapat melanjutkan pekerjaannya.
b. Pengajaran seluruh kelas
Pengajaran ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Guru
menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting dalam
pembelajaran, keaktifan siswa sangat diharapkan melalui pengajaran
ini.
16
Dari uraian diatas dapat kita diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe TAI memiliki kelebihan dan juga kekurangan, seperti yang dikemukakan
oleh Anonim (2009:1) yaitu:
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI:
1. Memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya
sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi.
2. Lebih menekankan kerjasama kelompok.
3. Tiap kelompok mempelajari materi yang sama sehingga memudahkan
guru dalam penanganannya.
Selain itu TAI juga memiliki kelemahan yaitu:
1. Lebih banyak membutuhkan waktu dibandingkan dengan metode
ceramah.
2. Siswa dalam satu kelompok mempelajari bagian materi yang sama
sehingga tidak menutup kemungkinan ada siswa yang tidak
mempelajarinya dan hanya bergantung pada teman satu kelompoknya.
3. Seorang asisten belum tentu siswa yang benar – benar paling pintar
dalam suatu kelompok.
B. Aktivitas Belajar Siswa
Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan
kegiatan. Tidak ada belajar berarti tidak ada aktivitas. Oleh karena itu
aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi
belajar mengajar (Sardiman, 2004:95). Hal yang sama juga dikemukakan oleh
17
belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran.
Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara
sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam
dirinya, berupa perubahan pengetahuan dan kemahiran yang sifatnya
tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan siswa yang menghasilkan suatu
perubahan khas yaitu penguasaan konsep yang nampak melalui hasil belajar
yang dicapai. Salah satu hasil belajar yang diperoleh siswa ditandai dengan
kemampuan siswa dalam menguasai konsep pembelajaran. Jika siswa mampu
menguasai konsep materi pembelajaran maka hasil belajar akan meningkat,
dan dapat dikatakan berhasil dalam belajar. Namun sebaliknya, jika belum
tuntas belajar maka siswa belum mampu menguasai konsep pembelajaran.
Dengan kata lain hasil belajarnya masih rendah (Anonim, 2010:1).
Aktivitas siswa dalam pembelajaran memiliki peranan yang penting. Sesuai
dengan pendapat Sardiman (2004:99) bahwa dalam belajar sangat diperlukan
adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung
dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian
kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya
hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala
kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.
Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam
berpikir maupun berbuat. Pembelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri,
18
dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya,
mengajukan pendapat, berdiskusi, melaksanakan tugas, dan kegiatan lain
yang berkaitan dengan pembelajaran (Slameto, 1995:36). Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman (1994:96) bahwa segala
pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman
sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang
diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.
Diedrich (dalam Sardiman, 2004:101) mengelompokkan aktivitas belajar
siswa sebagai berikut:
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawan cara, diskusi,
interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6. Motor activities, yang temasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
19
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Aktivitas-aktivitas dalam belajar juga dapat dibedakan menjadi aktivitas yang
relevan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak relevan (off
task). Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task) contohnya adalah
memperhatikan penjelasan guru, bertanya, mengemukakan pendapat, aktif
memecahkan masalah, berdiskusi, dan bekerja sama. Aktivitas yang tidak
relevan dengan pembelajaran (off task) contohnya adalah tidak memperhatikan
penjelasan guru, mengobrol dengan teman, dan keluar masuk
kelas. Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran (off task) akan lebih
mudah diamati ketika proses pembelajaran berlangsung, jika dibandingkan
aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task), dengan demikian siswa
dikatakan aktif dalam kegiatan pembelajaran jika siswa sedikit melakukan
aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran (Hamalik, 2004:57).
Kegiatan atau aktivitas siswa dalam pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa
menurut Hamalik (2004:74) yaitu siswa memperoleh pengalaman langsung,
memupuk kerja sama, disiplin dalam belajar, kemampuan berfikir kritis, dan
suasana pembelajaran di kelas menjadi hidup dan dinamis.
Siswa dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang
20
peristiwa yang terjadi, dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam
proses belajarnya, untuk itu aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu
diperhatikan. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan
salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:
sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang
diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan
lain sebagainya. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan
siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan
kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya
semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan
pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi (Anonim, 2011:1).
Dari jenis aktivitas tesebut untuk mengidentifikasi aktivitas belajar siswa
penulis membatasi penelitian ini pada oral activities, listening activities,
writing activities, dan mental activities dengan aspek dan indikator yang
disesuaikan dengan keperluan pembelajaran dan penelitian, sedangkan untuk
menentukan klasifikasi aktivitas siswa, dalam penelitian ini menggunakan
skala persentase yang dimodifikasi dari Hidayati (2011:17) pada tabel berikut
21
Tabel 1. Kriteria Persentase Aktivitas Siswa
Persentase (%) Kategori 87,50-100 Sangat baik 75,00-87,49 Baik 50,00-74,99 Cukup
0-49,99 Kurang
C. Penguasaan Konsep oleh Siswa
Materi pembelajaran yang disampaikan guru memungkinkan siswa dapat
mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan
sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi
secara utuh dan terpadu. Materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan
teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran (Awaluddin, 2010:1).
Salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa ketika mempelajari
materi pembelajaran yakni mengetahui konsep. Hamalik (2001:161)
menyatakan bahwa konsep merupakan suatu kelas stimuli yang memiliki
sifat-sifat (atribut-atribut) umum. Prinsip - prinsip untuk mempelajari konsep,
seperti halnya mempelajari informasi fakta, dinyatakan sebagai
kondisi-kondisi atau pengerjaan (operations) yang dilaksanakan siswa untuk
memudahkannya dalam mempelajari konsep-konsep. Penguasaan informasi
adalah penting untuk mempelajari konsep dan informasi tentang konsep serta
penerapannya dapat diperoleh melalui membaca dan mempelajari
22
Apabila sebuah konsep telah dikuasai siswa, menurut Slameto (1995:141) ada
empat kemungkinan untuk menggunakannya yakni:
1. Siswa dapat menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapi
sekarang termasuk konsep yang sama atau dalam konsep lain.
2. Siswa dapat mengenal konsep-konsep lain.
3. Siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah.
4. Penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep lain.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Hamalik (2001:164) tentang kegunaan
konsep yaitu:
1. Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.
2. Konsep membantu kita untuk mengidentifikasi sejumlah konsep.
3. Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih
luas,dan lebih maju.
4. Konsep mengarahkan kita untuk menentukan tindakan apa yang
selanjutnya perlu dikerjakan.
5. Konsep memungkinkan kita untuk pelaksanaan pengajaran, pengajaran
bisa berlangsung secara efektif jika peserta didik telah memiliki konsep
berbagai mata pelajaran sebelumnya.
6. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda.
Penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Penguasaan
merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari.
23
dipelajari, tetapi menguasai lebih dari itu yakni melibatkan berbagai proses
kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2008).
Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hierarki atau bertingkat-tingkat.
Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2)
informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4)
pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau
dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan
peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal
atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan
membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep.
Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip.
Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di
dalam kreativitas (Slameto, 2001:131).
Berdasarkan rumusan Bloom yang dikutip oleh Hajarto (dalam Hanafiah dan
Suhana, 2010:21) indikator aspek kognitif terdiri dari enam jenis prilaku
yakni:
1. Ingatan atau pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat bahan yang dipelajari.
2. Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan menangkap pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan.
3. Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.
4. Analisis (analisys), yaitu kemampuan menguraikan, mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan antarbagian guna membangun suatu keseluruhan.
5. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan, mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan, dan
24
6. Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan suatu kriteria.
Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan
evaluasi. Menurut Arikunto (2008:25) evaluasi merupakan suatu kegiatan
pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran sudah
tercapai. Untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tersebut, maka perlu
dilakukan evaluasi. Evaluasi pembelajaran dilakukan bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Daryanto (1999:11) mengatakan bahwa
tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar-mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan
instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.
Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi
adalah tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,
2008:32).
Bila evaluasi dilakukan disekolah, khususnya disuatu kelas, maka tes
mempunyai fungsi ganda yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur
keberhasilan program pengajaran. Tes untuk mengukur berapa banyak atau
berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau
satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena
sebelum memulai pelajaran guru mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan
25
memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut
dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto,
1999:195). Melalui hasil tes kita dapat mengetahui sejauh mana tingkat
penguasaan konsep siswa.
Pencapaian penguasaan konsep dapat diukur dengan menggunakan tes
formatif. Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah
menguasai bahan pelajaran secara menyeluruh. Tes formatif dapat juga
dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran, sehingga dapat
diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah guru
berikan. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat
mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. Tes
ini merupakan post-test atau tes akhir proses pembelajaran (Arikunto,
2006:36).
Taraf penguasaan konsep siswa dapat diketahui dengan kriteria yang
digunakan sekolah yaitu:
Tabel 2. Kriteria Penguasaan Konsep
Taraf Nilai Rata-Rata Kualifikasi Nilai
≥ 70 Baik
6,5 – 70 Cukup
≤ 6,5 Kurang
Sumber : Dokumentasi penilaian SMA Negeri 07 Bandar Lampung
D. Materi Sistem Pernapasan
Pernapasan adalah kegiatan mengambil dan mengeluarkan udara pernapasan
melalui paru-paru. Pernapasan manusia dan sebagian besar vertebrata lainnya,
26
tubuh tidak dapat langsung masuk ke dalam sel melalui permukaan tubuh,
tetapi melalui selaput tipis yang terdapat didalam saluran pernapasan, yaitu
didalam gelembung paru-paru. Pada pernapasan manusia udara dari atmosfer
masuk kedalam tubuh dengan perantara organ-organ pernapasan selanjutnya
oksigen yang diperlukan dalam proses pernapasan masuk kedalam sel-sel
darah kapiler menuju ke sel-sel jaringan tubuh dengan bantuan sistem
transpor.
Organ pernapasan manusia dan mamalia lain:
1. Rongga hidung,
2. Faring/tekak,
3. Batang tenggorokan/trakea,
4. Paru-paru,terdiri atas bronkus, bronkiolus, dan alveolus.
Pada hakikatnya bernapas adalah proses masuknya udara pernapasan dari
udara bebas kedalam tubuh serta mengeluarkan gas sisa ke udara bebas.
Proses pemasukan uadar pernapasan ini dikenal dengan inspirasi, sedangkan
pengeluarnya dikenal dengan ekspirasi. Seruap satu menit kita mampu
melakukan insipirasi dan ekspirasi 15 sampai 18 kali pernapasan dibagi
menjadi dua yaitu: pernapasan dada dan pernapasan perut (Prawirohartono
dan Hidayati, 2007:201).
Volume udara yang digunakan dalam pernapasan dapat dibedakan menjadi
enam macam, yaitu sebagai berikut:
a. Udara Pernapasan (tidal volume),
b. Udara Komplementer,
27
d. Udara Residu,
e. Kapasitas vital paru-paru,
f. Volume Total Paru-paru.
(Prawirohartono dan Hidayati, 2007:203)
Sistem alat pernapasan pada manusia dapat mengalami berbagai kelainan dan
penyakit, antara lainnya ialah asfiksi, pembengkakan kelenjar limfa di daerah
hidung, penyakit akibat infeksi (TBC, Difteri, Pneumnia, Bronkitis,
Tonsilitis, Faringitis, Pleuritis, SARS), penyakit yang tidak disebabkan
infeksi (asma, rinitis, kanker paru-paru, emfisema) (Saktiyono, 2008:79).
Sistem pernapasan pada hewan berbeda-beda sesuai dengan strukstur tubuh
dan tempat hidupnya. Sistem pernapasan pada mamalia sama dengan
pernapasan pada manusia, sebab manusia termasuk mamalia. Pada materi ini
dibahas juga mengenai sistem pernapasan pada hewan serangga, ikan, katak,
1
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei semester genap di SMA
Negeri 07 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI semester genap SMA
Negeri 07 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Sampel tersebut adalah
siswa kelas XI4 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 40 siswa dan siswa
kelas XI1 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 40 siswa.Cluster random
sampling digunakan jika populasi tidak terdiri dari individu-individu
melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu misalnya kelas (Zuriah,
2007:124).
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain
29
menggunakan model kooperatif tipe TAI, sedang kelas kontrol menggunakan
metode ceramah. Kedua kelas mendapatkan soal tes yang sama, yaitu pretes
dan postes. Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok kelas ini
dibandingkan.
Keterangan:
R1 = Kelas eksperimen dengan model TAI
R2 = Kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah
O1 = Pretes O2 = Postes
X = Perlakuan eksperimen dengan model pembelajaranTAI
C = Perlakuan kontrol dengan menggunakan metode ceramah
Gambar 3. Desain pretes-postes tak ekuivalen (modifikasi Sugiyono, 2009:76)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
1. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah tempat
diadakannya penelitian.
2. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
3. Menetapkan sampel penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). R1 O1 X O2
30
5. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes/postes serta lembar
observasi aktivitas siswa.
6. Melakukan uji ahli pada tiap butir soal yang akan digunakan pada
pretes/postes.
7. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas eksperimen
berdasarkan nilai akademik siswa, dua siswa dengan nilai tinggi, satu
siswa dengan nilai sedang, dan dua siswa dengan nilai yang rendah.
Setiap kelompok terdiri dari lima sampai enam orang siswa (Lie,
2004:42). Nilai akademik yang digunakan berdasarkan nilai dari
dokumentasi pada guru kelas.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran untuk mengukur penguasaan konsep
dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI untuk kelas eksperimen dan untuk kelas kontrol
menggunakan metode ceramah. Penelitian ini direncanakan sebanyak 3
kali pertemuan. Pertemuan I membahas sub materi organ-organ pada
sistem pernapasan manusia dan mekanisme pernapasan pada manusia,
Pertemuan II membahas sub materi volume dan kapasitas paru-paru serta
gangguan/kelainan pada sistem pernapasan manusia, pertemuan III
membahas sistem pernapasan hewan vertebrata (misalnya burung dan
31
Kelas Eksperimen
Kegiatan Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan I untuk materi
organ-organ pada sistem pernapasan pada manusia dan hewan
vertebrata, mekanisme pernapasan pada manusia, volume dan
kapasitas paru-paru, serta gangguan/kelainan pada sistem
pernapasan pada manusia.
2. Siswa mendengarkan guru membacakan tujuan pembelajaran.
3. Siswa menjawab apersepsi yang diberikan guru:
Pertemuan I: “Coba kalian tarik napas lalu hembuskan, apa yang
kalian lakukan tadi adalah bernapas. Taukah kalian organ apa saja
yang terlibat pada sistem pernapasan?
Pertemuan II: “Perlukah kalian menutup hidung ketika melintasi
jalan yang berdebu?”
Pertemuan III “ Pernahkah kalian melihat burung terbang?
Apakah ketika burung terbang tetap bernapas? Organ apa saja
yang terlibat pada sistem pernapasannya?”
4. Siswa mendengarkan motivasi yang diberikan guru:
Pertemuan I: “Setiap saat kita bernapas, dalam keadaan tidak
sadarpun kita tetap bernapas, karena dengan bernapas kita
memperoleh oksigen yang digunakan untuk melakukan oksidasi
makanan sehingga kita bisa mendapatkan energi untuk melakukan
semua aktivitas. Apabila terjadi gangguan dalam sistem
32
lainnya. Untuk itu penting bagi kita mempelajari tentang sistem
pernapasan pada tubuh kita agar dapat melakukan semua
aktivitas, salah satunya belajar. Siap belajar hari ini?”
Pertemuan II: “Siapa yang belum pernah terkena flu? Flu atau
influenza disebabkan infeksi virus pada saluran pernapasan.
Selain flu masih ada beberapa penyakit pada sistem pernapasan
yang perlu kita waspadai. Hari ini kita akan membahas penyakit
pada sistem pernapasan tersebut”.
Pertemuan III: “Kalian pasti pernah melihat burung, organ
pernapasannya berbeda dengan manusia. Burung memiliki organ
yang khas pada sistem pernapasannya yakni memiliki
pundi-pundi udara. Pertemuan kali ini kita akan membahas keunaikan
tersebut”.
5. Siswa mendengarkan penjelasan langkah – langkah model
pembelajaran kooperatif tipe TAI yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran.
6. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok heterogen berdasarkan
nilai dokumentasi guru. Siswa kelas XI4 berjumlah 40 siswa yang
akan dibagi kedalam 8 kelompok. Siswa diminta duduk dalam
kelompoknya masing-masing.
Kegiatan Inti
1. Siswa diberi LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi ringkasan
materi tentang organ-organ dan mekanisme pernapasan pada
33
gangguan/kelainan pada sistem pernapasan manusia (pertemuan
II), sistem pernapasan pada hewan (pertemuan III), dan soal
latihan sebagai bahan diskusi. Siswa membaca lembar materi
dalam kelompok masing-masing, mereka melakukan tugas
individual yang berupa kegiatan mengerjakan soal latihan dengan
tetap berada dalam kelompoknya.
2. LKS yang telah dikerjakan kemudian dikoreksi dengan bertukar
lembar LKS antar kelompok yang berbeda. Ketua kelompok
memimpin anggota kelompoknya untuk mengoreksi LKS
kelompok lain berdasarkan buku literatur. Pada tahap ini terjadi
kerja sama antara anggota kelompok, pemahaman tiap anggota
kelompok dalam memahami materi pelajaran akan menjadi
tanggung jawab kelompok. Jika kelompok mempunyai jawaban
yang berbeda maka akan menjadi bahan diskusi untuk mencari
jawaban yang benar. Siswa dapat meminta bantuan dengan teman
satu kelompok atau guru jika mengalami kesulitan. Pada tahap
ini guru hanya sebagai fasilitator dan memberikan bantuan jika
siswa mengalami kesulitan.
3. Setelah LKS dikoreksi, ketua kelompok mengumpulkan LKS
anggota kelompoknya untuk dikumpulkan kepada guru. LKS ini
akan dipakai guru untuk melihat siswa yang belum menguasai
materi pelajaran yang diberikan. Dari setiap kelompok heterogen
yang belum menguasai materi pelajaran akan dikelompokkan
34
kelompok homogen yakni siswa yang tidak dapat menjawab
dengan tepat pada soal nomor tertentu. Siswa tersebut akan
dibimbing oleh siswa lain yang dapat menjawab dengan tepat soal
tersebut. Jika penjelasannya masih kurang maka akan ditegaskan
lagi oleh guru. Siswa yang telah menguasai materi pelajaran dapat
melanjutkan membaca materi berikutnya.
Kegiatan Penutup
1. Beberapa siswa diminta membuat kesimpulan dalam setiap
pertemuan untuk mengetahui penguasaan konsepnya.
2. Setelah semua siswa memahami materi pelajaran yang telah
diberikan maka guru akan memberikan evaluasi yang berupa tes
akhir (postes) pada pertemuan III yang dikerjakan siswa secara
individu, soal yang digunakan sama dengan tes awal (pretes).
3. Setelah dilaksanakan tes formatif maka dilakukan penilaian
kelompok. Penilaian berdasarkan prestasi belajar yang dicapai
anggota kelompoknya. Penilaian ini akan menjadi motivator
siswa untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.
Kelas Kontrol
Kegiatan Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan I untuk materi
organ-organ pada sistem pernapasan manusia dan hewan vertebrata,
paru-35
paru serta gangguan/kelainan pada sistem pernapasan pada
manusia. Pretes ini digunakan untuk memperoleh skor awalnya
2. Siswa mendengarkan guru membacakan tujuan pembelajaran.
3. Siswa menjawab apersepsi yang diberikan guru:
Pertemuan I: “Coba kalian tarik napas lalu hembuskan, apa yang
kalian lakukan tadi adalah bernapas. Taukah kalian organ apa saja
yang terlibat pada sistem pernapasan?
Pertemuan II: “Perlukah kalian menutup hidung ketika melintasi
jalan yang berdebu?”
Pertemuan III: “ Pernahkah kalian melihat burung terbang?
Apakah ketika burung terbang tetap bernapas? Organ apa saja
yang terlibat pada sistem pernapasannya?”
4. Siswa mendengarkan motivasi yang diberikan guru:
Pertemuan I: “Setiap saat kita bernapas, dalam keadaan tidak
sadarpun kita tetap bernapas, karena dengan bernapas kita
memperoleh oksigen yang digunakan untuk melakukan oksidasi
makanan sehingga kita bisa mendapatkan energi untuk melakukan
semua aktivitas. Apabila terjadi gangguan dalam sistem
pernapasan kita, maka dapat mengganggu sistem kerja tubuh yang
lainnya. Untuk itu penting bagi kita mempelajari tentang sistem
pernapasan pada tubuh kita agar dapat melakukan semua
aktivitas, salah satunya belajar. Siap belajar hari ini?”
Pertemuan II: “Siapa yang belum pernah terkena flu? Flu atau
36
Selain flu masih ada beberapa penyakit pada sistem pernapasan
yang perlu kita waspadai. Hari ini kita akan membahas penyakit
pada sistem pernapasan tersebut”.
Pertemuan III: “Kalian pasti pernah melihat burung, organ
pernapasannya berbeda dengan manusia. Burung memiliki organ
yang khas pada sistem pernepasannya yakni memiliki
pundi-pundi udara. Pertemuan kali ini kita akan membahas keunaikan
tersebut”.
Kegiatan Inti
1. Siswa mendengarkan guru menyajikan materi tentang
organ-organ dan mekanisme pernapasan pada manusia (pertemuan I),
volume dan kapasitas paru–paru serta gangguan/kelainan pada
sistem pernapasan manusia (pertemuan II), sistem pernapasan
pada hewan (pertemuan III).
2. Siswa diberi tugas untuk materi organ-organ dan mekanisme
pernapasan pada manusia (pertemuan I), volume dan kapasitas
paru – paru serta gangguan/kelainan pada sistem pernapasan
manusia (pertemuan II), sistem pernapasan pada hewan
(pertemuan III) yang dikerjakan secara individu.
Kegiatan Penutup
1. Beberapa siswa diminta guru untuk membuat kesimpulan setiap
pertemuan untuk mengetahui penguasaan konsepnya.
2. Setelah semua siswa memahami materi pelajaran yang telah
37
akhir (postes) pada pertemuan ke III yang dikerjakan siswa secara
individu, soal yang digunakan sama dengan soal tes awal (postes).
E. Jenis Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
adalah penguasaan konsep siswa materi Sistem Pernapasan yang diperoleh
dari nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada awal pertemuan I
sedang nilai postes diambil pada akhir pertemuan III.
Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a) Pretes dan Postes
Data penguasaan konsep siswa berupa nilai pretes diambil pada
pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke III. Bentuk soal
yang diberikan adalah berupa soal esei. Teknik penskoran nilai pretes
dan postes yaitu:
S = R x 100 N
Keterangan:
38
b) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin
kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar
observasi sesuai dengan aspek yang akan diamati.
F. Teknik Analisis Data
1. Data Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang
dinormalisasi (N-gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula
Hake (Loranz, 2008:3) sebagai berikut:
X – Y
Z - Y
Keterangan : X = Nilai rata-rata postes Y = Nilai rata-rata pretes Z = Skor maksimal
Tabel 3. Kriteria N-gain yang diperoleh siswa
Nilai rata-rata
N-gain (g) Kriteria
g > 70 Tinggi
30 < g ≤ 70 Sedang
g < 30 Rendah
Dimodifikasi dari Hake (dalam Loranz, 2008:3)
2. Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan
data yang diambil melalui observasi. Berikut ini merupakan rancangan
39
lembar observasi yang akan diamati pada pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran TAI yaitu:
Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Keterangan:
A.Mengerjakan LKS
1. Siswa tidak mengerjakan LKS karena tidak memahami materi
pembelajaran.
2. Siswa mengerjakan LKS tapi belum tepat, tidak sesuai dengan printas pada LKS, dan masih minta bantuan siswa lain.
3. Siswa mengerjakan LKS dengan tepat, sesuai perintah pada LKS, dan mampu mengerjakan sendiri.
B. Mendiskusikan jawaban LKS
1. Tidak berdiskusi karena tidak mengerti materi pembelajaran, malas. 2. Kurang serius dalam berdiskusi karena masih sering bermain-main. 3. Serius dalam berdiskusi karena ingin memecahkan masalah yang ada.
C.Membimbing teman satu kelompok
1. Siswa tidak mampu membimbing teman satu kelompok karena tidak
menguasai materi pelajaran.
2. Siswa kurang mampu membimbing dengan baik teman satu kelompok
karena masih ada materi yang sulit dipahami sehingga kurang menguasai materi pelajaran.
3. Siswa mampu membimbing dengan baik teman satu kelompok karena
telah menguasai materi pelajaran.
D. Bertukar informasi
1. Siswa tidak berkomunikasi untuk bertukar informasi/pendapat dengan teman satu kelompok (diam saja).
2. Siswa berkomunikasi dalam betukar informasi/pendapat dengan teman
satu kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan dalam LKS.
40
3. Siswa berkomunikasi dalam bertukar informasi/pendapat dengan teman satu kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS.
E. Menguasai materi pelajaran
1. Siswa tidak menguasai materi pembelajaran sehingga masih banyak pertanyaan yang tidak dapat dikerjakan maka dari itu masuk kedalam kelompok homogen.
2. Siswa kurang menguasai materi pembelajaran sehingga masih ada beberapa pertanyaan yang tidak dapat dikerjakan maka dari itu masuk juga kedalam kelompok homogen.
3. Siswa menguasai materi pembelajaran sehingga semua pertanyaan
dapat dikerjakan.
Data lembar observasi kemudian dianalisis dengan menggunakan
persentase aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu
menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:
%
Untuk menafsirkan atau menentukan kategori persentase aktivitas siswa
sesuai klasifikasi pada Tabel 2.
Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelompok
kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS
17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
a. Uji normalitas data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji lilliefors dengan program