• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR KOTA METRO TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR KOTA METRO TAHUN 2012"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR

KOTA METRO TAHUN 2012

(Skripsi)

Oleh Yulia Ely Sesari

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu besar kecil pendapatan yang diperoleh petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari yang bergantung dari produksi tanaman pada pola tanam di lahan sawah irigasi yaitu tanaman padi dan tanaman selain tanaman padi. Hal ini berkaitan dengan luas lahan garapan dan modal usaha tani.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pendapatan petani pada penggunaan lahan sawah irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012. Titik tekan kajiannya pada (1) luas lahan garapan untuk melakukan usaha tani, (2) jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan untuk melakukan usaha tani, (3) pendapatan petani sawah irigasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasinya 222 KK petani sawah irigasi, sedangkan sampelnya 30% yaitu 66 KK. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara terstruktur.

Hasil penelitian: (1) Dalam usaha tani menanam padi sejumlah 25 (37,88%) petani menggarap luas rata-rata 0,64 ha, dan ada 19 (39,58%) petani menggarap luas rata-rata 0,61 ha dalam usaha tani menanam selain tanaman padi. (2) Untuk menanam padi ada 65 (98,48%) petani menggunakan modal usaha tani yaitu rata-rata Rp 1.363.504, dan sebanyak 46 (95,84%) petani menggunakan modal usaha tani menanam selain tanaman padi yaitu rata-rata Rp 650.361. (3) Sejumlah 46 (69,7%) petani pendapatan total usaha tani yaitu rata-rata-rata-rata Rp 447.101 per bulan.

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya

potensi sumberdaya alam. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki setiap wilayah

berbeda-beda, tiap wilayah memiliki ciri-ciri khas dan kemampuan dalam

mengolah potensi sumberdaya alam khususnya lahan sawah irigasi yang

mempunyai nilai guna dilihat dari luas lahan, produksi, sumber air irigasi yang

dapat dimanfaatkan pengelolaanya dalam bidang pertanian sebagai sumber

memperoleh pendapatan bagi petani. Hal ini sesuai dengan konsep geografi yaitu

konsep nilai kegunaan, merupakan nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber

di muka bumi bersifat relatif, tidak sama bagi semua orang atau golongan

penduduk tertentu (Suharyono, 1994:32). Jadi nilai guna suatu tempat berbeda

jika dilihat dari fungsinya, dalam hal ini nilai lahan sawah irigasi memiliki nilai

kegunaan yang besar bagi petani sawah irigasi yaitu sebagai sumber produksi dan

mata pencaharian dalam memperoleh pendapatan guna mempertahankan

kehidupannya.

Pentingnya lahan sawah irigasi bagi sumber pendapatan petani sawah irigasi maka

jenis tanaman yang diusahakan harus ditingkatkan produksinya melalui

(3)

dengan pendapat Suhardjo (2008:45) bahwa bagi seorang petani, sejengkal tanah

memiliki nilai yang sangat berarti karena hanya melalui media inilah mereka bisa

berproduksi dan mempertahankan kehidupannya. Jadi lahan sawah irigasi sebagai

faktor produksi dalam meningkatkan produksi tanaman yang ditanam dan

berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh petani sawah irigasi.

Dalam bidang pertanian khususnya pertanian sawah irigasi tiap-tiap wilayah

memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengolah dan mengahasilkan

potensi sumberdaya alam yang ada. Perbedaan ini dapat dilihat dari produktivitas,

produksi dan luas lahan sawah irigasi. Secara Nasional produktivitas padi sawah

irigasi mampu menghasilkan 5,17 ton/ha, namun hasil produksi yang diperoleh

mampu menghasilkan 5,2 ton/ha dari produksi 63.018.116 ton dengan luas panen

12.118.779 ha. Provinsi Lampung produktivitas padi sawah irigasi mampu

menghasilkan 5,07 ton/ha, namun hasil produksi yang diperoleh hanya mampu

menghasilkan 4,96 ton/ha dari produksi 2.623.873 ton dengan luas panen 528.377

ha. Kota Metro produktivitas padi sawah irigasi mampu menghasilkan 5,05

ton/ha, namun hasil produksi yang diperoleh mampu menghasilkan 5,41 ton/ha

dari produksi 24.859 ton dengan luas panen 4.592 ha (Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Holtikultura Provinsi Lampung, 2011). Dari data tersebut maka dapat

dilihat bahwa kota Metro rata-rata produksi padi diatas rata-rata produksi

nasional, namun sumber pendapatan utama yang diperoleh petani sawah irigasi

belum dapat meningkatkan taraf kehidupan petani sawah irigasi dan keluarga dari

hasil produksi padi saja karena untuk menanam tanaman padi bergantung dari

(4)

Luas lahan garapan petani sawah irigasi mempengaruhi produksi tanaman yang

dihasilkan dan tentunya berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang

diperoleh. Beberapa masalah pokok yang dihadapi para petani adalah rendahnya

pendapatan usaha tani, sulitnya meningkatkan pendapatan usaha tani, dan

bagaimana cara meningkatkan pendapatan usaha tani. Kendala-kendala tersebut

nampaknya tidak dapat terlepas dari usaha tani yang dimiliki petani sawah irigasi,

sehingga dalam hal ini usaha tani dalam meningkatkan pendapatan pada

penggunaan lahan sawah irigasi perlu mendapat perhatian dalam pengkajian.

Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur memiliki luas wilayah 337 Ha

dengan jumlah penduduk sebesar 2.875 jiwa, yang terdiri dari 710 kepala keluarga

yang tersebar di 8 lingkungan Rukun Warga. Total luas lahan pertanian di

Kelurahan Tejosari adalah 237 Ha dan semuanya berupa sawah irigasi teknis yang

keseluruhan dimiliki dan dimanfaakan oleh petani sawah irigasi di Kelurahan

Tejosari, sehingga mata pencaharian pokok penduduk Kelurahan Tejosari

sebagian besar di sektor pertanian (Monografi Kelurahan Tejosari, 2010).

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah kepala keluarga berdasarkan jenis mata

(5)

Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010

No. Mata Pencaharian Jumlah (KK) Persentase (%)

1

Sumber: Monografi Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 1, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar kepala keluarga di

Kelurahan Tejosari yaitu 371 (52,25 %) kepala keluarga bekerja sebagai petani

sawah irigasi, sehingga mata pencaharian pokok penduduk sebagian besar di

sektor pertanian. Jadi sebagian besar penduduk bekerja bergantung dari

penggunaan lahan sawah irigasi. Banyak penduduk yang bekerja sebagai petani

sawah irigasi disebabkan luas lahan sawah 237 ha atau 2,37 km2. Berdasarkan

jumlah petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari dan luas lahan pertanian sawah

irigasi maka kepadatan penduduk agraris ditiap-tiap kilometer persegi lahan

pertanian 156 jiwa/km2. Banyak petani dan besar luas lahan pertanian

berpengaruh terhadap besar produksi dan pendapatan usaha tani.

Petani di Kelurahan Tejosari merupakan petani sawah irigasi. Hal ini karena

semua lahan pertanian berupa sawah irigasi teknis. Petani sawah irigasi di

Kelurahan Tejosari adalah petani yang mendapat air irigasi pada musim hujan

dengan sistem bergilir pemakaian air irigasi dengan daerah lain dan untuk

(6)

irigasi yang didapat, serta pada musim kemarau dapat diselingi dengan tanaman

selain tanaman padi seperti: palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan ketika

belum mendapatkan giliran pembagian pasokan air irigasi.

Sumber air irigasi yang digunakan petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari

berasal dari Bendungan Argoguruh, namun pasokan air yang didapat petani sawah

irigasi di Kelurahan Tejosari setiap tahun yaitu sistem bergiliran dengan daerah

lain. Penggunaan air irigasi yang didapat oleh petani sawah irigasi di Kelurahan

Tejosari untuk menanam tanaman padi dikenakan biaya yaitu setara 15 kg padi

kering, jika dengan uang sebesar Rp 51.000 untuk ¼ ha lahan sawahnya dan

dibayar ketika panen.

Sistem pola tanam pada penggunaan lahan sawah irigasi di Kelurahan Tejosari

untuk usaha tani menanam tanaman padi yaitu bergantung dari pembagian

pasokan air irigasi. Dalam penelitian ini petani sawah irigasi di Kelurahan

Tejosari mengalami kesulitan air jika tidak mendapat jatah gadu karena dalam

setahun hanya satu kali dapat menanam dan memanen tanaman padi. Adapun

sistem pola tanam jika tidak mendapat jatah gadu yaitu selama empat bulan (pada

bulan Januari sampai April) petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari bisa

menanam dan memanen tanaman padi. Bulan berikutnya pada periode kedua

(pada bulan Mei sampai Desember) petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari

menanami lahan sawah irigasi dengan tanaman selain padi, misalnya: palawija,

sayur-sayuran, dan buah-buahan, akan tetapi bulan dalam penelitian ini tidak

(7)

melakukan tanam padi dan tanam selain tanaman padi karena bergantung dari

jadwal dan jatah pembagian pasokan air irigasi.

Periode menanam tanaman padi yang bergantung dari pembagian pasokan air

irigasi membuat petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari mengalami kesulitan

air, padahal usaha tani menanam tanaman padi merupakan sumber pendapatan

utama dilahan garapan sawah irigasi. Berdasarkan hal tersebut guna meningkatkan

pendapatan selain dari usaha tani menanam tanaman padi, ketika tidak mendapat

jatah gadu maka pada tanam periode kedua lahan garapan sawah irigasi ditanami

tanaman selain tanaman padi misalnya: palawija, sayur-sayuran dan buahan.

Berdasarkan data Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan

Kecamatan Metro Timur Tahun 2010, dari luas 237 ha lahan garapan sawah

irigasi di Kelurahan Tejosari sebesar 79,75 ha lahan garapan sawah irigasi yang

ditanami tanaman selain tanaman padi. Hal ini menunjukkan bahwa ketika tidak

mendapat jatah gadu petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari yang sebelumnya

pada tanam periode pertama semua menanami lahan garapan sawah irigasi dengan

tanaman padi, pada tanam periode kedua tidak semua lahan garapan sawah irigasi

ditanami tanaman selain tanaman padi.

Petani sawah irigasi yang tidak menanami lahan garapan sawah irigasi pada tanam

periode kedua karena dipengaruhi faktor modal, kondisi lahan yang tidak bisa

ditanami tanaman selain tanaman padi seperti kondisi lahan berawa, dan kondisi

cuaca yang kemarau serta tidak ada bantuan air ketika menanam tanaman selain

tanaman padi membuat petani takut mengalami resiko gagal panen dan rugi. Jadi

(8)

tanam periode kedua ketika tidak mendapat pasokan air irigasi maka akan

membiarkan lahan sawah irigasi begitu saja tanpa ditanami. Keadaan tersebut

berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh petani sawah irigasi di

Kelurahan Tejosari dari lahan sawah irigasi dan berdampak terhadap pemenuhan

kebutuhan pokok.

Tanaman yang biasa ditanam petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari pada

tanam periode ke dua ketika tidak mendapat pasokan air irigasi yaitu tanaman

jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang panjang, cabe, tomat,

mentimun, terong, dan semangka (Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan

Kehutanan Kecamatan Metro Timur, 2010). Petani sawah irigasi di Kelurahan

Tejosari yang menanam tanaman kacang panjang, tomat, mentimun, terong, ubi

jalar tidak memerlukan biaya yang besar. Khusus tanaman cabe, buah semangka,

kedelai dan kacang tanah umumnya ditanam oleh petani sawah irigasi di

Kelurahan Tejosari yang memiliki modal besar karena membudidayakan

komoditas tersebut memerlukan banyak biaya dan perawatan yang lebih rumit.

Budidaya tanaman singkong/ubi kayu pada umumnya dilakukan petani sawah

irigasi di Kelurahan Tejosari untuk dimakan sendiri dan sebagiannya dijual.

Untuk tanaman jagung paling banyak dibudidayakan petani sawah irigasi di

Kelurahan Tejosari karena membudidayakan tanaman jagung tidak memerlukan

biaya yang besar dan perawatannya relatif mudah.

Besar kecil pendapatan yang diperoleh petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari

bergantung dari produksi tanaman pada pola tanam di lahan garapan sawah irigasi

yaitu tanaman padi pada tanam periode pertama dan tanaman selain tanaman padi,

(9)

Besar kecil rata-rata produksi tanaman yang ditanam bergantung dari hasil

produksi tanaman dan luas lahan garapan sawah irigasi. Jadi luas lahan garapan

sawah irigasi yang digarap petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari

mempengaruhi besar kecil produksi tanaman dan berpengaruh terhadap

pendapatan yang diperoleh dari usaha tani. Semakin luas usaha tani, makin besar

persentase pengahasilan. Disamping luas usaha tani yang mempengaruhi produksi

adalah modal untuk mengolah usaha tani tersebut.

Modal merupakan bagian terpenting dalam kegiatan pertanian mulai dari

menanam sampai memanen, apabila petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari

tidak mempunyai modal, terutama pada tanam periode kedua maka lahan garapan

sawah irigasi akan dibiarkan begitu saja tanpa ditanami. Lahan garapan sawah

irigasi tidak produktif padahal bagi petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari

lahan garapan sawah irigasi merupakan sumber mata pencaharian untuk

berproduksi dalam memperoleh pendapatan, walaupun ada lahan garapan sawah

irgasi yang disewakan kepada petani sawah irigasi lain di Kelurahan Tejosari

yang mempunyai modal untuk menanam tanaman selain padi tetapi hasilnya

belum dapat meningkatkan pendapatan petani sawah irigasi, terutama jika lahan

garapan sawah irigasi bagi hasil.

Pentingnya modal dalam kegiatan usaha tani dalam menghasilkan produksi yang

diperoleh petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari dari lahan garapan sawah

irigasi, maka besar modal yang dimiliki berpengaruh terhadap jenis tanaman yang

diusahakan pada lahan garapan sawah irigasi dan produksi yang dihasilkan.

Produksi yang dihasilkan dari tanaman yang ditanam berpengaruh terhadap

(10)

nilai harga jual dikalikan dengan produksi. Keadaan tersebut tentu menyebabkan

pendapatan yang diterima berbeda-beda sesuai dengan besar modal yang

digunakan dalam usaha tani. Jadi apabila terbatasnya modal untuk melakukan

usaha tani menyebabkan terbatasnya jenis komoditi yang diusahakan, rendahnya

usaha pengembangan dan pengelolaan dalam usaha tani sehingga menyebabkan

produksi yang dihasilkan rendah dan pendapatan yang diperoleh dari usaha tani

juga rendah.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilihat pada Tabel 2 dari hasil penelitian

pendahuluan mengenai deskripsi pendapatan total petani sawah irigasi di

Kelurahan Tejosari ketika tidak mendapat jatah gadu artinya hanya mendapat

pasokan air irigasi satu kali dalam setahun, pendapatan ini diperoleh dari usaha

tani dalam penggunaan lahan sawah irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan

(11)

Tabel 2. Deskripsi Pendapatan Total Petani Sawah Irigasi Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2011.

NO Nama Tanaman Padi (Periode Tanam Pertama) Tanaman Selain Tanaman Padi (Periode Tanam Kedua) Pendapatan Total Per

Jenis tanaman Status Lahan Luas Lahan Sumber: Data Hasil Penelitian Pendahuluan Tahun 2011

(12)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa pendapatan petani di Kelurahan Tejosari

tergolong rendah bila dilihat dari UMR Kota Metro Tahun 2011 yang jumlahnya sebesar Rp

855.000 perbulan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pendapatan total petani sawah irigasi

yaitu sebesar Rp 4.429.562 per tahun atau Rp 369.129 per bulan. Pendapatan tersebut didapat

dari hasil usaha tani menanam tanaman padi dan tanaman selain tanaman padi. Usaha tani

menanam tanaman padi rata-rata produksi 4,8 ton/ha dari besar produksi 16,6 ton dan luas

lahan garapan 3,45 ha. Rata-rata modal usaha tani yang digunakan untuk menanam tanaman

padi Rp 1.125.625. Usaha tani menanam tanaman selain tanaman padi rata-rata produksi 3,84

ton/ha dari besar produksi 15,1 ton dan luas lahan garapan 3,93 ha. Rata-rata modal usaha

tani yang digunakan untuk menanam tanaman selain tanaman padi Rp 1.523.928.

Pendapatan petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari tergolong rendah karena bergantung

dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan di luas lahan garapan sawah irigasi apalagi bagi

petani sawah irigasi yang tidak mempunyai lahan garapan sawah irigasi mereka bertani

dengan sistem bagi hasil. Hal tersebut akan lebih sulit untuk meningkatkan pendapatan

karena hasil panen yang didapat dibagi dengan pemilik lahan. Selain itu pendapatan total

rendah dari penggunaan lahan sawah irigasi terutama dari hasil usaha tani bercocok tanam

selain tanaman padi pada tanam periode kedua.

Rendahnya pendapatan petani sawah irigasi pada tanam periode kedua disebabkan ada yang

gagal panen akibat kondisi cuaca kemarau. Bagi petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari

yang takut mengalami resiko gagal panen, rugi, kondisi lahan berawa dan kurang modal

mereka lebih memilih tidak menanami lahan garapan sawah irigasi dengan tanaman selain

tanaman padi pada tanam periode kedua. Hal ini tentu mempengaruhi peningkatan

(13)

sawah irigasi di Kelurahan Tejosari dari penggunaan lahan sawah irigasi akan menyebabkan

sulitnya terpenuhi kebutuhan pokok.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut

penelitian tentang pendapatan petani pada penggunaan lahan sawah irigasi di Kelurahan

Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengidentifikasi masalah yang berkaitan

dengan pendapatan petani pada penggunaan lahan sawah irigasi dan modal petani di

Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur sebagai berikut:

1. Luas lahan garapan

2. Modal usaha tani

3. Pendapatan petani

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas maka rumusan masalahnya

sebagai berikut:

1. Berapakah luas lahan sawah irigasi yang digarap petani sawah irigasi di Kelurahan

Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012?

2. Berapakah jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan petani sawah irigasi di Kelurahan

Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012?

3. Berapakah pendapatan total petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro

(14)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi mengenai

luas lahan sawah irigasi yang digarap, jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan, dan

pendapatan total petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Metro Tahun 2012.

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Untuk bahan informasi mengenai pendapatan petani pada penggunaan lahan sawah irigasi

di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro.

3. Bagi penulis untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan secara teori

tentang geografi pertanian untuk diterapkan di lapangan.

4. Sebagai suplemen bahan ajar dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Pertama

(SMP) kelas VII Semester II pada pokok bahasan Kegiatan Ekonomi Penduduk dan

Bentuk Penggunaan Lahan sub pokok bahasan Mata Pencaharian Penduduk.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subyek penelitian adalah petani sawah irigasi yang bertempat tinggal di

Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro.

2. Ruang lingkup obyek penelitian yaitu pendapatan petani pada penggunaan lahan sawah

(15)

3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

Kota Metro.

4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah Tahun 2012.

5. Ruang lingkup ilmu adalah Geografi Pertanian.

Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:166) berdasarkan tinjauan studi geografi, pertanian sebagai suatu sistem keruangan merupakan perpaduan subsistem fisis dan subsistem manusia. Ke dalam subsistem fisis termasuk komponen tanah, iklim, hidrografi, topografi, dengan segala proses alamiahnya. Sedangkan ke dalam subsistem manusia termasuk tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi yang berlaku dalam masyarakat, kemampuan ekonomi dan kondisi politik setempat.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dalam penelitian ini ruang lingkup geografi pertanian

yang digunakan karena geografi pertanian mengkaji tentang aspek keruangan yang sangat

terkait dengan subsistem fisis dan subsistem manusia. Dalam penelitian ini yaitu mengenai

masalah yang berkaitan dengan aktivitas petani dari penggunaan lahan sawah irigasi dan

kegiatan pertanian, yang tujuannya untuk memperoleh hasil atau pendapatan agar petani

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Geografi

Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

memperhatikan tiap-tiap gejala secara teliti (yang merupakan bagian dari keseluruhan tadi)

dalam hubungan interaksi-interelasi-integrasi keruangannya (Nursid Sumaatmadja, 1988:33).

Lebih lanjut Bintarto (1977:9) menyatakan bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang

mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan

penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari

fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.

Berdasarkan pendapat Bintarto di atas, ilmu geografi sangat berperanan penting dalam

mendiskripsikan fenomena-fenomena fisik maupun sosial di permukaan bumi secara teliti,

terarah dan harus rasional khususnya mengenai keberadaan lokasi yang berbeda-beda di

permukaan bumi sebagai tempat beraktivitas dan tempat hidup manusia.

Berdasarkan tinjauan studi geografi, pertanian sebagai suatu sistem keruangan merupakan

perpaduan subsistem fisis dan subsistem manusia. Ke dalam subsistem fisis termasuk

komponen tanah, iklim, hidrografi, topografi, dengan segala proses alamiahnya. Sedangkan

ke dalam subsistem manusia termasuk tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi yang

(17)

bidang pertanian khususnya petani sawah irigasi banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan

dimana para petani memanfaatkan sumber daya alam, penggunaan lahan sawah dan

khususnya sungai sebagai sumber mata air untuk mengairi sawahnya melalui saluran irigasi.

2. Pengertian Sawah Irigasi

Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan pengairan.

Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan

merupakan cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan cara

dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk.

Irigasi menurut Kartasapoetra dan Mul Mulyani Sutedjo (1990:8), bahwa irigasi merupakan

kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kepentingan pertanian dengan

memanfaatkan air yang berasal dari air permukaan dan air tanah.

Jadi sawah irigasi adalah sawah yang selalu mendapat air secara teratur pada musim hujan

dan minimum dua kali panen padi dalam satu tahun serta pada musim kemarau dapat

diselingi dengan tanaman palawija.

Sawah di Kelurahan Tejosari mendapat air irigasi pada musim hujan dengan sistem bergilir

pemakaian air irigasi dengan daerah lain untuk menanam tanaman padi dalam satu tahun

tergantung dari jadwal pembagian air irigasi yang didapat, serta pada musim kemarau dapat

diselingi dengan tanaman selain tanaman padi seperti: palawija, sayur-sayuran dan

buah-buahan ketika belum mendapatkan giliran pembagian pasokan air irigasi.

(18)

Daniel dalam Ken Suratiyah (2009:8) usaha tani adalah cara-cara petani mengkombinasikan

dan mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan, tenaga, dan modal sebagai dasar

bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usaha tani berupa tanaman atau ternak

sehingga memberikan hasil maksimal dan kontinyu. Jadi ada tiga faktor penting yang dapat

memengaruhi peningkatan usaha tani yaitu lahan, modal, dan tenaga kerja untuk

menghasilkan barang dan jasa dengan hasil yang maksimal dan kontinyu

Produksi tanaman merupakan budidaya tanaman atau komoditas pertanian dengan proses

usaha bercocok tanam melalui penerapan potensi alam, lingkungan, dan teknologi budidaya

untuk menghasilkan bahan segar. Besarnya produksi bergantung dari tanaman yang ditanam

pada luas lahan yang digarap. Menurut Rahim dan Hastuti (2007:98), proses produksi atau

lebih dikenal dengan budidaya tanaman atau komoditas pertanian merupakan proses usaha

bercocok tanam atau budidaya di lahan untuk menghasilkan bahan segar (raw material). Jadi

Produksi tanaman adalah produksi yang mendatangkan produk yang menguntungkan ditinjau

dari sudut ekonomi ini berarti biaya faktor-faktor input yang berpengaruh pada produksi jauh

lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh sehingga petani dapat memperoleh

keuntungan dari usaha tani.

Produksi tanaman dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya hasil tanaman padi dan

tanaman selain tanaman padi yang dihasilkan oleh setiap hektar sawah baik dari proses

bercocok tanam padi dan tanaman selain tanaman padi yang dilakukan oleh petani sawah

irigasi pada satu kali musim tanam. Produksi tanaman padi dan tanaman selain tanaman padi,

seperti: palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan berasal dari lahan garapan

milik sendiri maupun lahan garapan milik orang lain yang digarap atau disewa oleh petani

(19)

Berdasarkan data Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Metro

Timur Tahun 2011 besar produksi tanaman padi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro

Timur Kota Metro sebesar 5,8 Ton/Ha yakni dari produksi 1376,9 Ton dengan luas lahan 237

Ha. Untuk tanaman selain tanaman padi petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari sebagian

besar menanam tanaman jagung. Besar produksi tanaman jagung di Kelurahan Tejosari

Kecamatan Metro Timur Kota Metro sebesar 4,5 Ton/Ha yakni dari produksi 144 Ton dengan

luas lahan 32 Ha.

Dari pengertian yang telah diuraikan bahwa produksi tanaman dalam bidang pertanian

menentukan besar pendapatan yang diperoleh petani dari usaha tani. Besar luas lahan garapan

menentukan besar kecil produksi tanaman yang ditanam. Jadi produksi yang dihasilkan dari

luas lahan garapan memegang peranan penting terhadap besar kecil pendapatan dari usaha

tani. Dalam penelitian ini penggolongan besar produksi didasarkan pada hasil penelitian.

Selanjutnya besar produksi dibagi menjadi tiga kategori yaitu produksi rendah, produksi

sedang, dan produksi tinggi. Pengklasifikasian yang dipergunakan untuk menghitung kategori

atau kelas pada besar produksi mengacu pada rumus Struges (Dajan,1996:141) sebagai

berikut.

Rumus:

Z Y -X S

Keterangan:

S = lebar selang kelas atau kategori X = nilai skor tertinggi

Y = nilai skor terendah

Z = banyaknya kelas atau kategori

4. Deskripsi Pendapatan Petani Sawah irigasi

(20)

Lahan menunjukkan keterkaitan aktivitas manusia dengan sebidang lahan. Lahan merupakan

faktor-faktor iklim, relief, tanah, hidrologi, vegetasi, aktivitas manusia masa lampau dan

sekarang. Pentingnya lahan bagi petani karena lahan merupakan tempat berproduksi bagi

usaha tani dalam meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan pokok keluarga.

Lahan garapan yang dimaksud dalam penelitian ini mengenai status penguasaan lahan

garapan dan dan luas lahan garapan petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari.

1) Status Penguasaan Lahan Garapan

Status penguasaan lahan garapan berperan dalam mengetahui status lahan yang digarap

petani. Status penguasaan lahan garapan milik sendiri dengan status penguasaan lahan

garapan bukan milik sendiri tentu pendapatan yang diperoleh berbeda. Dalam penelitian ini

status penguasaan lahan garapan petani sawah irigasi apakah milik sendiri atau milik orang

lain. Menurut Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:39), status penguasaan lahan

pertanian diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:

a) Milik sendiri

b) Milik orang lain

c) Milik sendiri dan orang lain

2) Luas Lahan Garapan

Faktor penentu besar kecil pendapatan petani sawah irigasi yaitu bergantung dari luas atau

sempit lahan yang diusahakan untuk berproduksi. Jadi luas lahan sawah irigasi memegang

peranan penting terhadap besar kecil produksi tanaman yang dihasilkan dari lahan sawah

irigasi dan akan berpengaruh terhadap pendapatan dari usaha tani. Semakin luas lahan

(21)

dan pendapatan yang akan diperoleh bila disertai pengolahan yang baik (Soekartawi 1990:4).

Jadi apabila lahan pertanian yang diusahakan sempit maka akan semakin rendah pula

persentase pendapatan yang petani sawah irigasi dapatkan dari sektor pertanian. Selain faktor

luas lahan, faktor lain yang bisa menentukan besar kecil pendapatan petani sawah irigasi

antara lain: produktivitas, kesuburan tanah, dan jenis komoditi yang diusahakan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sayogyo (1983:102) bahwa makin luas usaha tani maka makin besar

persentase penghasilan rumah tangga petani.

Luas lahan menurut Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:88) mengemukakan bahwa:

Luas lahan pertanian adalah jumlah tanah sawah, tegalan, dan perkarangan yang digarap selama satu tahun dihitung dalam satuan hektar (ha). Luas lahan pertanian digolongkan dalam empat kelompok masing-masing: sangat sempit ( kurang dari 0,25 ha), sempit (antara 0,25-0,49 ha), sedang (antara 0,50-0,99 ha), dan luas (lebih dari 1,00 ha).

Besar kecil luas lahan dapat mempengaruhi produksi tanaman yang ditanam dan berpengaruh

terhadap pendapatan karena apabila lahan pertanian yang diusahakan sempit maka akan

semakin rendah pendapatan yang petani sawah irigasi dapatkan dari sektor pertanian dan ini

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pokok.

Dalam penelitian ini luas lahan yang dimaksud yaitu jumlah luas lahan yang mempengaruhi

besar kecil produksi tanaman yang dihasilkan baik dari tanaman padi pada tanam periode

pertama maupun tanaman selain tanaman padi pada tanam periode kedua, seperti: palawija,

sayur-sayuran dan buah-buahan dalam pemanfaatan penggunaan lahan sawah irigasi yang

akan dihitung selama satu tahun dalam satuan hektar (ha). Besar kecil luas lahan berpengaruh

terhadap produksi tanaman yang dihasilkan dalam kegiatan pertanian.

(22)

Modal merupakan bagian terpenting dalam kegiatan pertanian mulai dari menanam tanaman

yang diusahakan petani sampai dengan proses produksi yang dihasilkan. Besar kecil modal

yang dimiliki petani berpengaruh terhadap keberhasilan dari usaha tani. Jadi apabila petani

tidak mempunyai modal dalam kegiatan usaha tani maka lahan yang dimiliki menjadi kurang

produktif karena lahan akan dibiarkan saja tanpa ditanami. Padahal petani berproduksi

bergantung dari lahan yang digarap untuk meningkatkan pendapatannya dan memenuhi

kebutuhan pokok keluarga.

Menurut Mubyarto (1989:91), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor

produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian. Jadi

faktor-faktor produksi berperan dalam mengasilkan barang-barang baru agar memperoleh

pendapatan dari usaha tani guna mencukupi kebutuhan pokok. Sesuai dengan pendapat

Mosher, A.T (1987:7), bahwa dalam melaksanakan usahatani dan meningkatkan produksi.

Petani mengorbankan sejumlah faktor-faktor produksi agar memperoleh pendapatan dari

usahataninya (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7443/1/010334021.pdf.

Diakses Rabu, 11 juli 2012 pada pukul 14:51 WIB).

Faktor-faktor produksi berupa luas lahan, tenaga kerja dan modal dimanfaatkan seefektif dan

seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.

Jadi faktor-faktor produksi seperti lahan, modal, tenaga kerja dan sebagainya sangat

mempengaruhi terhadap besar kecil produksi yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rifa’i, 1993), bahwa usaha tani pada dasarnya mengandung kegiatan organisasi pada

sebidang tanah dalam hal mana seseorang atau sekelompok orang berusaha mengatur

unsur-unsur alam, tenaga kerja dan modal untuk memperoleh hasil produksi pertanian yang dinilai

(23)

(http://pustakapertanianub.staff.ub.ac.id/files/2012/07/RINGKASAN1.pdf.Diakses pada Rabu

11 juli 2012 pada pukul 14:28 WIB).

Modal dalam usaha tani sangat berhubungan erat dengan uang atau barang yang bernilai

ekonomis dan berguna dalam proses produksi. Kepemilikan modal yang cukup merupakan

salah satu syarat yang sangat penting dalam keberhasilan kegiatan pertanian. Jadi apabila

terbatasnya modal untuk melakukan usaha tani menyebabkan terbatasnya jenis komoditi yang

diusahakan, rendahnya usaha pengembangan dan pengelolaan dalam usaha tani sehingga

menyebabkan produksi yang dihasilkan rendah dan pendapatan yang diperoleh dari usaha

tani juga rendah.

Dalam hal ini Soekartawi (1990:10) menyatakan bahwa dalam kegiatan usaha tani maka modal dibedakan menjadi 2 yaitu modal tidak bergerak (modal tidak tetap) adalah semua biaya yang habis digunakan pada masa produksi seperti biaya yang habis dikeluarkan untuk membeli pupuk, bibit, obat-obatan atau biaya ntuk tenaga kerja, sedangkan modal tetap adalah modal yang tidak habis digunakan dalam satu kali masa produksi seperti alat-alat pertanian.

Petani kecil dalam memperoleh modal dari menyisihkan sebagian hasil panen. Petani kecil

umumnya kurang memahami prosedur peminjaman modal dari Bank atau sumber lain yang

disebabkan rendahnya tingkat pendidikan petani. Penciptaan modal oleh petani melalui dua

cara, pertama dengan menyisikan kekayaan atau sebagian hasil produksi untuk disimpan dan

diinvestasikan kembali ke dalam usaha tani atau usaha lain yang produktif. Kedua, melalui

pinjaman (kredit) dari Bank atau sumber lain (Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:106).

Berdasarkan pendapat Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad maka status modal dalam

penelitian ini dikriteriakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

1) Modal pribadi

2) Modal pinjaman

(24)

Penggunaan modal akan diukur berdasarkan banyak uang yang dipakai dalam pembelian

pupuk, bibit, obat-obatan, dan upah tenaga kerja serta ongkos lainya yang ada kaitannya

dengan usaha tani yang dinyatakan dalam satuan dengan uang (rupiah).

Dari pengertian yang telah diuraikan bahwa modal dalam usaha tani sangatlah menentukan

keberhasilan usaha tani, dalam penelitian ini dapat dilihat dari besarnya modal yang

dipergunakan oleh masing-masing petani sawah irigasi per hektar (ha). Penggolongan

besarnya modal usaha tani yang digunakan petani sawah irigasi untuk usaha tani menanam

tanaman padi dan tanaman selain tanaman padi didasarkan pada rata-rata biaya yang

dikeluarkan untuk usaha tani di daerah penelitian. Selanjutnya besar modal dibagi menjadi

dua kategori yaitu;

1) Modal usaha tani dikatakan rendah apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari

rata-rata biaya produksi di daerah penelitian

2) Modal usaha tani dikatakan tinggi apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar dari

rata-rata biaya produksi di daerah penelitian

Penggunaan besar kecil modal tidak terlepas dari jumlah luas lahan yang digarap. Semakin

besar lahan garapan maka semakin besar pula jumlah modal yang habis terpakai. Modal

dalam penelitian ini berhubungan erat dengan uang atau barang yang bernilai ekonomis dan

berguna dalam proses produksi padi pada tanam periode pertama maupun tanaman selain

tanaman padi pada tanam periode kedua yang diukur berdasarkan banyak uang yang dipakai

dalam pembelian pupuk, bibit, obat-obatan, dan pengolahan lahan serta ongkos lainya yang

ada kaitannya dengan usaha tani. Pengukuran modal usaha tani yaitu jumlah biaya yang

dikeluarkan untuk usaha tani per panen dalam satuan per hektar selama satu tahun terakhir.

(25)

Pendapatan merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung kelangsungan hidup suatu

rumah tangga, yang akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga yang

bersangkutan. Pendapatan petani sawah irigasi adalah gambaran yang jelas tentang posisi

ekonomi keluarga petani dalam masyarakat yang merupakan jumlah pendapatan yang

diperoleh dari hasil pekerjaan pokok yang berupa pendapatan bersih perpanen selama setahun

dan dijadikan perkapita perbulan yang digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu pendapatan

tinggi dan rendah.

Pendapatan petani ditentukan dari lahan garapan dan besar produksi yang dihasilkan karena

pendapatan usaha tani merupakan penerimaan nilai harga jual dikalikan dengan produksi. Hal

ini sesuai dengan pendapat Rahim dan Hastuti (2007:117), lahan pertanian merupakan

penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan semakin

luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh

lahan tersebut.

Menurut Mubyarto (1989:89), luas lahan yang dimiliki petani sangat mempengaruhi besar

kecilnya pendapatan petani dari usaha taninya. Besar kecil pendapatan akan membawa

pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok petani sawah irigasi. Sesuai dengan pendapat

Emil Salim (1994:44) bahwa rendahnya pendapatan ini juga menyebabkan berbagai

kebutuhan yang paling pokok tidak bisa dipenuhi seperti air bersih, tempat berteduh, fasilitas

mandi-cuci-kakus yang sehat, fasilitas kesehatan, dan lain-lain.

Hans Dieter dalam Muljanto Sumardi (1982:224) membedakan pendapatan menjadi 3 yaitu:

1) Pendapatan pokok: pendapatan yang utama atau pokok, yaitu hasil yang diperoleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

(26)

3) Pendapatan keseluruhan: pendapatan pokok ditambah pendapatan tambahan yang diperoleh pada setiap bulan.

Untuk menghitung total pendapatan yang diperoleh petani pada penggunaan lahan sawah

irigasi yaitu dengan menghitung total pendapatan petani baik dari musim tanam padi pada

tanam periode pertama maupun musim tanam tanaman selain padi pada tanam periode kedua

misalnya: palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan dalam satu tahun. Pendapatan yang

diperoleh petani tersebut akan dihitung secara keseluruhan. Pendapatan yang akan dihitung

yaitu pendapatan keseluruhan dari hasil penggunaan lahan sawah irigasi. Semua pendapatan

tersebut nanti akan ditotal yang menghasilkan total pendapatan bersih petani dalam satu tahun

kemudian dibagi 12 bulan untuk mengetahui pendapatan petani sawah irigasi perbulan.

Pengukuran pendapatan petani sawah irigasi akan dihitung dalam nilai mata uang rupiah,

yang didasarkan pada Upah Minimum Regional (UMR) Tahun 2011 yaitu Rp 855.000 per

bulan. Digunakan UMR sebagai pengukuran pendapatan petani sawah irigasi di Kelurahan

Tejosari sebagai tolak ukur besar kebutuhan pokok dan sebagai pembanding pendapatan.

Adapun kriteria pendapatan Menurut Upah Minimum Regional (UMR) Kota Metro

digolongkan sebagai berikut:

1) Tinggi, jika pendapatan lebih dari Rp 855.000 per bulan

2) Rendah, jika pendapatan kurang dari atau sama dengan Rp 855.000 perbulan

Berdasarkan pernyataan tersebut semakin tinggi pendapatan petani maka akan tercukupi

kebutuhan hidup petani dan keluarga, sedangkan semakin rendah pendapatan maka akan

semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan petani dan keluarganya. Dalam penelitian ini

pendapatan petani sawah irigasi merupakan pendapatan total petani dari jumlah pendapatan

(27)

rupiah dibagi 12 bulan kemudian baru dapatlah pendapatan petani dalam satuan rupiah

perbulan.

5. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang mengambil pokok permasalahan hampir sama dengan penelitian ini dirujuk

guna kesempurnaan dan kelengkapan penelitian ini sebagai berikut:

a. Hartadi (2005) yaitu mengkaji tentang Karakteristik Sosial Ekonomi Kepala Keluarga

Miskin Pada Petani Sawah Irigasi di Desa Braja Gemilang Kecamatan Braja Selebah

Kabupaten Lampung Timur Tahun 2005.

b. Ii Jopizi (2007) yaitu mengkaji tentang Studi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Petani di

Lahan Rawa Gambut Kelurahan Kenten Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyu

Asin Sumatera Selatan Tahun 2007.

c. Rajanami Yun Sukatami (2009) yaitu mengkaji tentang Analisa Determinan Produksi

Usaha Tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.

B. Kerangka Pikir

Sumber-sumber di muka bumi bersifat relatif, tidak sama bagi semua orang atau golongan

penduduk tertentu. Bagi petani sawah irigasi potensi sumberdaya alam khususnya lahan

sawah irigasi memiliki nilai kegunaan yang besar dilihat dari luas lahan, produksi, sumber air

irigasi dan sebagai mata pencaharian dalam memperoleh pendapatan guna mempertahankan

kehidupan. Selain itu lahan sawah irigasi sebagai faktor produksi dalam meningkatkan

produksi tanaman yang dihasilkan dan akan berpengaruh terhadap besar kecil pendapatan

(28)

Adanya sistem pembagian pasokan air irigasi, maka pola tanam di lahan sawah irigasi

sistemnya bergantian, hal ini berpengaruh terhadap penggunaan lahan sawah irigasi dan

pendapatan yang diperoleh petani sawah irigasi. Lahan sawah irigasi tidak menentu untuk

menanam dan memanen padi dua kali setiap tahun, padahal tanaman padi merupakan sumber

pendapatan utama. Hal ini bergantung dari gilaran mendapat jatah gadu. Petani sawah irigasi

bisa menanam tanaman padi ketika petani sawah irigasi mendapatkan pasokan air irigasi,

ketika petani sawah irigasi belum mendapatkan giliran pembagian air irigasi maka lahan

sawah irigasi akan ditanami dengan tanaman selain tanaman padi, seperti: palawija,

sayur-sayuran, dan buah-buahan. Begitulah seterusnya sampai mendapatkan pasokan air irigasi baru

petani sawah irigasi bisa menanam tanaman padi.

Tingkat pendapatan petani sawah irigasi akan dipengaruhi oleh faktor luas lahan garapan dan

besar modal usaha tani. Faktor luas lahan garapan sawah irigasi mempengaruhi besar kecil

produksi tanaman yang ditanam petani sawah irigasi dan berpengaruh terhadap besar kecil

pendapatan yang diperoleh. Besar kecil jumlah modal yang dimiliki petani sawah irigasi

mempengaruhi penggunaan lahan sawah irigasi dalam usaha tani sehingga mempengaruhi

pendapatan yang diperoleh dari lahan sawah irigasi. Semakin Luas lahan garapan yang

dimiliki petani sawah irigasi, penggunaan lahan sawah irigasi sebaik mungkin serta didukung

ketersediaan modal yang cukup besar, kemungkinan akan menambah pendapatan yang lebih

tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, untuk lebih jelas mengenai kerangka pikir dalam penelitian ini

(29)

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Pendapatan Petani Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro.

Penggunaan Lahan Sawah Irigasi

Produksi

Pendapatan Petani Sawah irigasi -Luas

-Modal Pembagian

Pasokan Air Irigasi

-Padi

(30)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.

Menurut Sumadi Suryabrata (2009:76), metode penelitian deskriptif adalah metode yang

bermaksud untuk membuat pencandraan (diskripsi) mengenai situasi-situasi atau

kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian diskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara

diskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest

hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian

yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode

diskriptif.

B. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:117). Populasi dalam penelitian ini adalah

kepala keluarga yang bekerja sebagai petani sawah irigasi yang bermukim di Kelurahan

Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2011 yang berjumlah 222 kepala

keluarga yang tersebar di 4 lingkungan Rukun Warga.

(31)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006:131).

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan teknik sampel proporsi

atau proportional sampel. Peneliti menggunakan teknik ini karena wilayah penelitian

memiliki jumlah subjek yang berbeda.

Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini berpedoman pada pendapat Suharsimi

Arikunto (2006:134) yaitu; untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari

100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Akan

tetapi jika subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.

Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 30% dari

empat lingkungan yaitu RW I, RW II, RW III, dan RW IV yaitu sebanyak 66 KK dari 222

KK. Untuk lebih jelasnya mengenai populasi dan sampel dapat dilihat pada Tabel 3 berikut

ini.

Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2011.

No Lingkungan Populasi (KK) Sampel (KK)

1

Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2011

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

(32)

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2009:60).

Berdasarkan pengertian di atas bahwa dalam suatu penelitian variabel penelitian haruslah

jelas sehingga dapat diperoleh informasi sesuai data yang dibutuhkan untuk ditulis di skripsi.

Dalam penelitian ini variabel penelitian yaitu pendapatan petani pada penggunaan lahan

sawah irigasi yang meliputi: luas lahan garapan, modal usaha tani, tingkat pendapatan petani.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang

didefinisikan dapat diamati (Cholid Narbuko, 2007:129). Jadi definisi operasional merupakan

petunjuk pelaksanaan pengukuran suatu variabel dalam proses penelitian.

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Lahan garapan

Lahan garapan dalam penelitian ini yaitu status penguasaan lahan garapan dan luas lahan

garapan.

1) Status Penguasaan Lahan Garapan

Status penguasaan lahan garapan dalam penelitian ini yaitu status kepemilikan lahan garapan

untuk menanam tanaman padi dan tanaman selain tanaman padi seperti: palawija,

(33)

pada pendapat Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:39), status penguasaan lahan

pertanian diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:

a) Milik sendiri

b) Milik orang lain

c) Milik sendiri dan orang lain

2) Luas lahan Garapan

Luas lahan garapan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jumlah luas lahan yang

mempengaruhi besar kecil produksi tanaman yang dihasilkan baik dari tanaman padi pada

tanam periode pertama maupun tanaman selain tanaman padi pada tanam periode kedua,

seperti: palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan dalam pemanfaatan penggunaan lahan

sawah irigasi yang akan dihitung selama satu tahun dalam satuan hektar (ha). Besar kecil luas

lahan berpengaruh terhadap produksi tanaman yang dihasilkan dan pendapatan yang diterima

dalam kegiatan pertanian. Luas lahan garapan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat

Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:88), adapun kriteria luas lahan pertanian

digolongkan dalam empat kelompok yaitu:

a) Sangat sempit, jika luas lahan < 0,25 ha

b) Sempit, jika luas lahan 0,25-0,49 ha

c) Sedang, jika luas lahan 0,50-0,99 ha

d) Luas, jika luas lahan > 1,00 ha.

b. Modal usaha tani

Modal usaha tani dalam penelitian ini yaitu status kepemilikan modal usaha tani (asal modal),

modal usaha tani dan penggunaan modal usaha tani.

(34)

Status kepemilikan modal usaha tani dalam penelitian ini berdasarkan penciptaan modal yang

yang dilakukan petani untuk melakukan usaha tani menanam tanaman padi dan tanaman

selain tanaman padi seperti: palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dalam penelitian ini

status kepemilikan modal usaha tani mengacu pada pendapat Hadi Prayitno dan Lincolin

Arsyad (1987:106) maka status modal dalam penelitian ini dikriteriakan menjadi tiga yaitu

sebagai berikut:

a) Modal pribadi

b) Modal pinjaman

c) Modal pribadi dan pinjaman

2) Modal Usaha Tani

Modal usaha tani dalam penelitian ini berhubungan erat dengan uang atau barang yang

bernilai ekonomis dan berguna dalam proses produksi padi pada tanam periode pertama dan

tanaman selain tanaman padi pada tanam periode kedua yang diukur berdasarkan banyak

uang yang dipakai dalam pembelian pupuk, bibit, obat-obatan, dan pengolahan lahan serta

ongkos lainya yang ada kaitannya dengan usaha tani. Pengukuran modal usaha tani yaitu

jumlah biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani per panen dalam per hektar selama satu

tahun terakhir. Penggolongan besar modal usaha tani didasarkan pada rata-rata biaya yang

dikeluarkan untuk usaha tani di daerah penelitian. Selanjutnya besar modal dibagi menjadi

dua kategori yaitu;

a) Modal usaha tani dikatakan rendah apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari

rata-rata biaya produksi di daerah penelitian

b) Modal usaha tani dikatakan tinggi apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar dari

(35)

3) Penggunaan Modal Usaha Tani

Dalam penelitian ini penggunaan modal usaha tani adalah biaya yang dipergunakan untuk

proses produksi menanam tanaman padi pada tanam periode pertama dan tanaman selain

tanaman padi pada tanam periode kedua. Penggunaan modal usaha tani menanam tanaman

padi digunakan untuk biaya membajak, pupuk, bibit, obat-obatan, tanam, cabut benih,

perbaiki galengan dan pemakain air irgasi. Penggunaan modal usaha tani menanam tanaman

selain tanaman padi digunakan untuk biaya pupuk, bibit, obat-obatan, tanam, dan panen.

Penggunaan modal usaha tani disesuaikan dengan kebutuhan produksi dalam usaha tani yang

ada di Kelurahan Tejosari per ha. Penggolongan besar penggunaan modal usaha tani yang

digunakan petani sawah irigasi didasarkan pada rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usaha

tani di daerah penelitian. Selanjutnya penggunaan modal usaha tani dibagi menjadi dua

kategori. Pengukuran penggunaan modal usaha tani menanam tanaman padi pada tanam

periode pertama dan usaha tani menanam tanaman selain tanaman padi pada tanam periode

kedua yaitu sebagai berikut:

a) Modal usaha tani dikatakan rendah apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari

rata-rata biaya produksi di daerah penelitian

b) Modal usaha tani dikatakan tinggi apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar dari

rata-rata biaya produksi di daerah penelitian

c. Pendapatan petani

Pendapatan petani sawah irigasi dalam penelitian ini merupakan pendapatan total petani dari

jumlah pendapatan bersih yang diperoleh petani dari usaha tani dalam satu tahun yang

dihitung dalam satuan rupiah dibagi 12 bulan kemudian baru dapatlah pendapatan petani

dalam satuan rupiah perbulan. Pendapatan petani sawah irigasi dalam penelitian ini mengacu

(36)

tolak ukur besar kebutuhan pokok dan sebagai pembanding pendapatan. Pendapatan yang

diperoleh petani dapat dikriteriakan sebagai berikut:

1) Tinggi, jika pendapatan lebih dari Rp 855.000 per bulan

2) Rendah, jika pendapatan kurang dari atau sama dengan Rp 855.000 perbulan

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Teknik Observasi

Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:44), observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data

dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau

fenomena yang ada pada objek penelitian. Pengambilan data dalam penelitian di lakukan

pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian. Peneliti mengamati hal-hal sehubungan

dengan objek yang akan diteliti, kemudian mencatat keadaan atau informasi sesuai dengan

data yang dibutuhkan. Data-data tersebut seperti: aktivitas penggunaan lahan sawah irigasi

yang dilakukan petani dalam usaha tani, jenis tanaman apa yang ditanam dan sebagainya

sesuai data yang dibutuhkan yang berhubungan dengan penelitian.

(37)

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:231), teknik dokumentasi adalah suatu cara mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Teknik dokumentasi digunakan

dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan data sekunder yang berhubungan dengan

penelitian guna melengkapi data yang telah diperoleh. Dalam hal ini menggunakan

buku-buku dan dokumentasi dari kantor kelurahan serta instansi yang berhubungan dengan

penelitian ini.

3. Teknik Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau

pengumpul mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam

melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan (Sugiyono,

2009:319).

Kegunaan teknik wawancara terstruktur dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan

informasi atau gambaran mengenai penggunaan lahan sawah irigasi petani yang meliputi:

luas lahan garapan, modal usaha tani, pendapatan petani dari usaha tani menanam tanaman

padi pada tanam periode pertama dan usaha tani meenanam tanaman selain tanaman padi

seperti: palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan pada tanam periode kedua.

F. Teknik Analisis Data

(38)

Analisis data adalah pengolahan dan interpretasi data untuk menarik kesimpulan dari hasil

penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel

dalam bentuk persentase. Langkah pertama dalam menyusun distribusi persentase adalah

membagi jumlah observasi dalam masing-masing kategori variabel (f) dengan jumlah

frekuensi (N). Setelah pembagian dilakukan hasilnya dikalikan dengan 100 untuk

menghasilkan persentase. Selanjutnya hasil penelitian dideskripsikan secara sistematis

sebagai laporan hasil penelitian dan akhirnya ditarik kesimpulan sebagai laporan akhir

penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut :

% = x100 N

f

Keterangan :

% = Persentase

f = Nilai yang diperoleh

N = Jumlah Nilai

(39)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari dalam penelitian dan uraian pembahasan, maka

penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Dalam usaha tani menanam padi sejumlah 37,88% petani menggarap luas rata-rata 0,64

ha pada tanam periode pertama, dan ada 39,58% petani menggarap luas rata-rata 0,61 ha

dalam usaha tani menanam selain tanaman padi pada tanam periode kedua

2. Untuk menanam padi ada 98,48% petani menggunakan modal usaha tani yaitu rata-rata

Rp 1.363.504 pada tanam periode pertama, dan sebanyak 95,84% petani menggunakan

modal usaha tani menanam selain tanaman padi yaitu rata-rata Rp 650.361 pada tanam

periode kedua.

3. Sejumlah 69,7% petani pendapatan total usaha tani yaitu rata-rata Rp 447.101 per bulan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang penulis ajukan sebagai berikut:

1. Untuk memperluas lahan usahatani sangat sulit karena dipengaruhi oleh kondisi sosial

ekonomi petani sawah irigasi, diharapkan kepada petani sawah irigasi dengan luas lahan

garapan yang ada dapat memanfaatkan lahan garapan yang ada melalui intensifikasi dan

(40)

2. Penggunaan modal usaha tani dan pendapatan petani, diharapkan pemerintah untuk lebih

memperhatikan kesejahteraan petani sawah irigasi dengan ketersediannya bantuan modal

dengan pemberian bibit yang bermutu, bukan murah tapi kualitas bibit rendah, dan

menyubsidi pupuk dan mengawasi pendistribusiannya, serta memberikan jaminan harga

pasar atau harga jual diluar komoditas tanaman padi dan menjaga kesetabilan harga pada

(41)

PENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR

KOTA METRO TAHUN 2012

(Skripsi)

Oleh Yulia Ely Sesari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(42)

PENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR

KOTA METRO TAHUN 2012

(Skripsi)

Oleh Yulia Ely Sesari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Prabumulih pada tanggal 18 Maret 1989, sebagai

anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Misranto dan Ibu Ngatiyem.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) tamat di SDN 1 Kota Prabumulih pada tahun 2001, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) tamat di SMPN 1 Kota Prabumulih pada tahun 2004, dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) tamat di SMAN 1 Kota Prabumulih pada tahun 2007.

Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur Non Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB).

Pada tanggal 11 sampai 18 Juni 2010, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Terpadu di Propinsi Jawa Timur, Bali dan D.I. Yogyakarta. Pada Tahun 2011, Penulis

(44)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerangka Pikir Pendapatan Petani Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

Kota Metro ... 30

2. Peta Administratif Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

Kota Metro Tahun 2010 ... 43

3. Peta Administratif Kota Metro Tahun 2012 ... 44

4. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro

Timur Kota Metro Tahun 2010 ... 47

5. Piramida Penduduk Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

Kota Metro Tahun 2010 ... 53

6. Diagram Batang Petani Sawah Irigasi Menurut Umur di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun

2012 ... 60

7. Diagram Batang Petani Sawah Irigasi Menurut Pendidikan di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun

2012 ... 62

8. Diagram Batang Petani Sawah Irigasi Menurut Jumlah Anak Yang Dimiliki di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

Kota Metro Tahun 2012 ... 64

9. Diagram Batang Status Penguasaan Lahan Garapan Usaha Tani Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro

Tahun 2012 ... 70

10. Diagram Batang Status Penguasaan Lahan Garapan Usaha Tani Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

(45)

ix

Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun

2012 ... 79 Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro

Tahun 2012 ... 95

14. Diagram Batang Status Kepemilikan Modal Usaha Tani Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

Kota Metro Tahun 2012 ... 98

15. Diagram Batang Modal Usaha Tani Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari

Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012 ... 102

16. Diagram Batang Modal Usaha Tani Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun

2012 ... 105

17. Diagram Batang Biaya Membajak Lahan Garapan Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun

2012 ... 108

18. Diagram Batang Biaya Pupuk Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro

Tahun 2012 ... 110

19. Diagram Batang Biaya Bibit Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun

2012 ... 112

20. Diagram Batang Biaya Obat-obatan Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro

(46)

x

Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro

Tahun 2012 ... 116

22. Diagram Batang Biaya Upah Cabut Benih Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Metro Tahun 2012 ... 119

23. Diagram Batang Biaya Perbaiki Galengan Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Metro Tahun 2012 ... 121

24. Diagram Batang Biaya Pemakaian Air Irigasi Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Metro Tahun 2012 ... 123

25. Diagram Batang Biaya Pupuk Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

Kota Metro Tahun 2012 ... 126

26. Diagram Batang Biaya Bibit Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Metro Tahun 2012 ... 129

27. Diagram Batang Biaya Obat-obatan Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

Kota Metro Tahun 2012 ... 131

28. Diagram Batang Biaya Upah Tanam Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

Kota Metro Tahun 2012 ... 134

29. Diagram Batang Biaya Upah Panen Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur

(47)

xi

Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012 ... 139

31. Diagram Batang Pendapatan Petani Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun

2012 ... 143

32. Diagram Batang Pendapatan Total Petani Menanam Tanaman Padi Pada Tanam Periode Pertama dan Tanaman Selain Tanaman Padi Pada Tanam periode Kedua di Kelurahan Tejosari

(48)

i

4. Deskripsi Pendapatan Petani Sawah Irigasi ... 19

a. Lahan Garapan ... 19

1)Status Penguasaan Lahan Garapan ... 19

2)Luas Lahan Garapan ... 20

b. Modal Usaha Tani ... 21

c. Tingkat Pendapatan Petani ... 25

5. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 27

B.Kerangka Pikir ... 28

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A.Metode Penelitian ... 31

B.Populasi ... 31

C.Sampel ... 32

D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 33

1. Variabel Penelitian ... 33

2. Definisi Operasional Variabel ... 33

E.Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Teknik Observasi ... 38

2. Teknik Dokumentasi ... 38

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010
Tabel 2. Deskripsi Pendapatan Total Petani Sawah Irigasi Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2011
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Pendapatan Petani Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro
Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penanggulangan kelelahan kerja menurut Setyawati (1997) yaitu : 1) Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai sesuai dengan jenis pekerjaan yang

The act of running the Program is not restricted, and the output from the Program is covered only if its contents constitute a work based on the Program (independent of having

Guru perlu Guru perlu memberikan memberikan contoh teladan contoh teladan yang baik dalam yang baik dalam berkata, berkata, bersikap, dan bersikap, dan bertingkah laku bertingkah

Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian motivasi terhadap kemampuan teknik menyusui yang benar pada Ibu nifas..

[r]

Diskusi: bahwa Ho ditiolak dan HI diterima artinya ada terapi musik klasik terhadap tingkat stress dalam menyusun tugas akhir pada mahasiswa tingkat akhir

6) 100VG-Any LAN, bukan merupakan Ethernet murni karena metode akses medianya berdasarkan demand priority, dan dapat digunakan pada sistem arsitektur

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai pergeseran penerjemahan kata kerja dalam BSu yaitu bahasa Jepang yang merujuk pada kata kerja: Doutaidoushi 「動態動 詞 」 ,