ABSTRAK
PENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR
KOTA METRO TAHUN 2012
(Skripsi)
Oleh Yulia Ely Sesari
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu besar kecil pendapatan yang diperoleh petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari yang bergantung dari produksi tanaman pada pola tanam di lahan sawah irigasi yaitu tanaman padi dan tanaman selain tanaman padi. Hal ini berkaitan dengan luas lahan garapan dan modal usaha tani.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pendapatan petani pada penggunaan lahan sawah irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012. Titik tekan kajiannya pada (1) luas lahan garapan untuk melakukan usaha tani, (2) jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan untuk melakukan usaha tani, (3) pendapatan petani sawah irigasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasinya 222 KK petani sawah irigasi, sedangkan sampelnya 30% yaitu 66 KK. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara terstruktur.
Hasil penelitian: (1) Dalam usaha tani menanam padi sejumlah 25 (37,88%) petani menggarap luas rata-rata 0,64 ha, dan ada 19 (39,58%) petani menggarap luas rata-rata 0,61 ha dalam usaha tani menanam selain tanaman padi. (2) Untuk menanam padi ada 65 (98,48%) petani menggunakan modal usaha tani yaitu rata-rata Rp 1.363.504, dan sebanyak 46 (95,84%) petani menggunakan modal usaha tani menanam selain tanaman padi yaitu rata-rata Rp 650.361. (3) Sejumlah 46 (69,7%) petani pendapatan total usaha tani yaitu rata-rata-rata-rata Rp 447.101 per bulan.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung
oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya
potensi sumberdaya alam. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki setiap wilayah
berbeda-beda, tiap wilayah memiliki ciri-ciri khas dan kemampuan dalam
mengolah potensi sumberdaya alam khususnya lahan sawah irigasi yang
mempunyai nilai guna dilihat dari luas lahan, produksi, sumber air irigasi yang
dapat dimanfaatkan pengelolaanya dalam bidang pertanian sebagai sumber
memperoleh pendapatan bagi petani. Hal ini sesuai dengan konsep geografi yaitu
konsep nilai kegunaan, merupakan nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber
di muka bumi bersifat relatif, tidak sama bagi semua orang atau golongan
penduduk tertentu (Suharyono, 1994:32). Jadi nilai guna suatu tempat berbeda
jika dilihat dari fungsinya, dalam hal ini nilai lahan sawah irigasi memiliki nilai
kegunaan yang besar bagi petani sawah irigasi yaitu sebagai sumber produksi dan
mata pencaharian dalam memperoleh pendapatan guna mempertahankan
kehidupannya.
Pentingnya lahan sawah irigasi bagi sumber pendapatan petani sawah irigasi maka
jenis tanaman yang diusahakan harus ditingkatkan produksinya melalui
dengan pendapat Suhardjo (2008:45) bahwa bagi seorang petani, sejengkal tanah
memiliki nilai yang sangat berarti karena hanya melalui media inilah mereka bisa
berproduksi dan mempertahankan kehidupannya. Jadi lahan sawah irigasi sebagai
faktor produksi dalam meningkatkan produksi tanaman yang ditanam dan
berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh petani sawah irigasi.
Dalam bidang pertanian khususnya pertanian sawah irigasi tiap-tiap wilayah
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengolah dan mengahasilkan
potensi sumberdaya alam yang ada. Perbedaan ini dapat dilihat dari produktivitas,
produksi dan luas lahan sawah irigasi. Secara Nasional produktivitas padi sawah
irigasi mampu menghasilkan 5,17 ton/ha, namun hasil produksi yang diperoleh
mampu menghasilkan 5,2 ton/ha dari produksi 63.018.116 ton dengan luas panen
12.118.779 ha. Provinsi Lampung produktivitas padi sawah irigasi mampu
menghasilkan 5,07 ton/ha, namun hasil produksi yang diperoleh hanya mampu
menghasilkan 4,96 ton/ha dari produksi 2.623.873 ton dengan luas panen 528.377
ha. Kota Metro produktivitas padi sawah irigasi mampu menghasilkan 5,05
ton/ha, namun hasil produksi yang diperoleh mampu menghasilkan 5,41 ton/ha
dari produksi 24.859 ton dengan luas panen 4.592 ha (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Holtikultura Provinsi Lampung, 2011). Dari data tersebut maka dapat
dilihat bahwa kota Metro rata-rata produksi padi diatas rata-rata produksi
nasional, namun sumber pendapatan utama yang diperoleh petani sawah irigasi
belum dapat meningkatkan taraf kehidupan petani sawah irigasi dan keluarga dari
hasil produksi padi saja karena untuk menanam tanaman padi bergantung dari
Luas lahan garapan petani sawah irigasi mempengaruhi produksi tanaman yang
dihasilkan dan tentunya berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang
diperoleh. Beberapa masalah pokok yang dihadapi para petani adalah rendahnya
pendapatan usaha tani, sulitnya meningkatkan pendapatan usaha tani, dan
bagaimana cara meningkatkan pendapatan usaha tani. Kendala-kendala tersebut
nampaknya tidak dapat terlepas dari usaha tani yang dimiliki petani sawah irigasi,
sehingga dalam hal ini usaha tani dalam meningkatkan pendapatan pada
penggunaan lahan sawah irigasi perlu mendapat perhatian dalam pengkajian.
Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur memiliki luas wilayah 337 Ha
dengan jumlah penduduk sebesar 2.875 jiwa, yang terdiri dari 710 kepala keluarga
yang tersebar di 8 lingkungan Rukun Warga. Total luas lahan pertanian di
Kelurahan Tejosari adalah 237 Ha dan semuanya berupa sawah irigasi teknis yang
keseluruhan dimiliki dan dimanfaakan oleh petani sawah irigasi di Kelurahan
Tejosari, sehingga mata pencaharian pokok penduduk Kelurahan Tejosari
sebagian besar di sektor pertanian (Monografi Kelurahan Tejosari, 2010).
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah kepala keluarga berdasarkan jenis mata
Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010
No. Mata Pencaharian Jumlah (KK) Persentase (%)
1
Sumber: Monografi Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 1, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar kepala keluarga di
Kelurahan Tejosari yaitu 371 (52,25 %) kepala keluarga bekerja sebagai petani
sawah irigasi, sehingga mata pencaharian pokok penduduk sebagian besar di
sektor pertanian. Jadi sebagian besar penduduk bekerja bergantung dari
penggunaan lahan sawah irigasi. Banyak penduduk yang bekerja sebagai petani
sawah irigasi disebabkan luas lahan sawah 237 ha atau 2,37 km2. Berdasarkan
jumlah petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari dan luas lahan pertanian sawah
irigasi maka kepadatan penduduk agraris ditiap-tiap kilometer persegi lahan
pertanian 156 jiwa/km2. Banyak petani dan besar luas lahan pertanian
berpengaruh terhadap besar produksi dan pendapatan usaha tani.
Petani di Kelurahan Tejosari merupakan petani sawah irigasi. Hal ini karena
semua lahan pertanian berupa sawah irigasi teknis. Petani sawah irigasi di
Kelurahan Tejosari adalah petani yang mendapat air irigasi pada musim hujan
dengan sistem bergilir pemakaian air irigasi dengan daerah lain dan untuk
irigasi yang didapat, serta pada musim kemarau dapat diselingi dengan tanaman
selain tanaman padi seperti: palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan ketika
belum mendapatkan giliran pembagian pasokan air irigasi.
Sumber air irigasi yang digunakan petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari
berasal dari Bendungan Argoguruh, namun pasokan air yang didapat petani sawah
irigasi di Kelurahan Tejosari setiap tahun yaitu sistem bergiliran dengan daerah
lain. Penggunaan air irigasi yang didapat oleh petani sawah irigasi di Kelurahan
Tejosari untuk menanam tanaman padi dikenakan biaya yaitu setara 15 kg padi
kering, jika dengan uang sebesar Rp 51.000 untuk ¼ ha lahan sawahnya dan
dibayar ketika panen.
Sistem pola tanam pada penggunaan lahan sawah irigasi di Kelurahan Tejosari
untuk usaha tani menanam tanaman padi yaitu bergantung dari pembagian
pasokan air irigasi. Dalam penelitian ini petani sawah irigasi di Kelurahan
Tejosari mengalami kesulitan air jika tidak mendapat jatah gadu karena dalam
setahun hanya satu kali dapat menanam dan memanen tanaman padi. Adapun
sistem pola tanam jika tidak mendapat jatah gadu yaitu selama empat bulan (pada
bulan Januari sampai April) petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari bisa
menanam dan memanen tanaman padi. Bulan berikutnya pada periode kedua
(pada bulan Mei sampai Desember) petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari
menanami lahan sawah irigasi dengan tanaman selain padi, misalnya: palawija,
sayur-sayuran, dan buah-buahan, akan tetapi bulan dalam penelitian ini tidak
melakukan tanam padi dan tanam selain tanaman padi karena bergantung dari
jadwal dan jatah pembagian pasokan air irigasi.
Periode menanam tanaman padi yang bergantung dari pembagian pasokan air
irigasi membuat petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari mengalami kesulitan
air, padahal usaha tani menanam tanaman padi merupakan sumber pendapatan
utama dilahan garapan sawah irigasi. Berdasarkan hal tersebut guna meningkatkan
pendapatan selain dari usaha tani menanam tanaman padi, ketika tidak mendapat
jatah gadu maka pada tanam periode kedua lahan garapan sawah irigasi ditanami
tanaman selain tanaman padi misalnya: palawija, sayur-sayuran dan buahan.
Berdasarkan data Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
Kecamatan Metro Timur Tahun 2010, dari luas 237 ha lahan garapan sawah
irigasi di Kelurahan Tejosari sebesar 79,75 ha lahan garapan sawah irigasi yang
ditanami tanaman selain tanaman padi. Hal ini menunjukkan bahwa ketika tidak
mendapat jatah gadu petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari yang sebelumnya
pada tanam periode pertama semua menanami lahan garapan sawah irigasi dengan
tanaman padi, pada tanam periode kedua tidak semua lahan garapan sawah irigasi
ditanami tanaman selain tanaman padi.
Petani sawah irigasi yang tidak menanami lahan garapan sawah irigasi pada tanam
periode kedua karena dipengaruhi faktor modal, kondisi lahan yang tidak bisa
ditanami tanaman selain tanaman padi seperti kondisi lahan berawa, dan kondisi
cuaca yang kemarau serta tidak ada bantuan air ketika menanam tanaman selain
tanaman padi membuat petani takut mengalami resiko gagal panen dan rugi. Jadi
tanam periode kedua ketika tidak mendapat pasokan air irigasi maka akan
membiarkan lahan sawah irigasi begitu saja tanpa ditanami. Keadaan tersebut
berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh petani sawah irigasi di
Kelurahan Tejosari dari lahan sawah irigasi dan berdampak terhadap pemenuhan
kebutuhan pokok.
Tanaman yang biasa ditanam petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari pada
tanam periode ke dua ketika tidak mendapat pasokan air irigasi yaitu tanaman
jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang panjang, cabe, tomat,
mentimun, terong, dan semangka (Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
Kehutanan Kecamatan Metro Timur, 2010). Petani sawah irigasi di Kelurahan
Tejosari yang menanam tanaman kacang panjang, tomat, mentimun, terong, ubi
jalar tidak memerlukan biaya yang besar. Khusus tanaman cabe, buah semangka,
kedelai dan kacang tanah umumnya ditanam oleh petani sawah irigasi di
Kelurahan Tejosari yang memiliki modal besar karena membudidayakan
komoditas tersebut memerlukan banyak biaya dan perawatan yang lebih rumit.
Budidaya tanaman singkong/ubi kayu pada umumnya dilakukan petani sawah
irigasi di Kelurahan Tejosari untuk dimakan sendiri dan sebagiannya dijual.
Untuk tanaman jagung paling banyak dibudidayakan petani sawah irigasi di
Kelurahan Tejosari karena membudidayakan tanaman jagung tidak memerlukan
biaya yang besar dan perawatannya relatif mudah.
Besar kecil pendapatan yang diperoleh petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari
bergantung dari produksi tanaman pada pola tanam di lahan garapan sawah irigasi
yaitu tanaman padi pada tanam periode pertama dan tanaman selain tanaman padi,
Besar kecil rata-rata produksi tanaman yang ditanam bergantung dari hasil
produksi tanaman dan luas lahan garapan sawah irigasi. Jadi luas lahan garapan
sawah irigasi yang digarap petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari
mempengaruhi besar kecil produksi tanaman dan berpengaruh terhadap
pendapatan yang diperoleh dari usaha tani. Semakin luas usaha tani, makin besar
persentase pengahasilan. Disamping luas usaha tani yang mempengaruhi produksi
adalah modal untuk mengolah usaha tani tersebut.
Modal merupakan bagian terpenting dalam kegiatan pertanian mulai dari
menanam sampai memanen, apabila petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari
tidak mempunyai modal, terutama pada tanam periode kedua maka lahan garapan
sawah irigasi akan dibiarkan begitu saja tanpa ditanami. Lahan garapan sawah
irigasi tidak produktif padahal bagi petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari
lahan garapan sawah irigasi merupakan sumber mata pencaharian untuk
berproduksi dalam memperoleh pendapatan, walaupun ada lahan garapan sawah
irgasi yang disewakan kepada petani sawah irigasi lain di Kelurahan Tejosari
yang mempunyai modal untuk menanam tanaman selain padi tetapi hasilnya
belum dapat meningkatkan pendapatan petani sawah irigasi, terutama jika lahan
garapan sawah irigasi bagi hasil.
Pentingnya modal dalam kegiatan usaha tani dalam menghasilkan produksi yang
diperoleh petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari dari lahan garapan sawah
irigasi, maka besar modal yang dimiliki berpengaruh terhadap jenis tanaman yang
diusahakan pada lahan garapan sawah irigasi dan produksi yang dihasilkan.
Produksi yang dihasilkan dari tanaman yang ditanam berpengaruh terhadap
nilai harga jual dikalikan dengan produksi. Keadaan tersebut tentu menyebabkan
pendapatan yang diterima berbeda-beda sesuai dengan besar modal yang
digunakan dalam usaha tani. Jadi apabila terbatasnya modal untuk melakukan
usaha tani menyebabkan terbatasnya jenis komoditi yang diusahakan, rendahnya
usaha pengembangan dan pengelolaan dalam usaha tani sehingga menyebabkan
produksi yang dihasilkan rendah dan pendapatan yang diperoleh dari usaha tani
juga rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilihat pada Tabel 2 dari hasil penelitian
pendahuluan mengenai deskripsi pendapatan total petani sawah irigasi di
Kelurahan Tejosari ketika tidak mendapat jatah gadu artinya hanya mendapat
pasokan air irigasi satu kali dalam setahun, pendapatan ini diperoleh dari usaha
tani dalam penggunaan lahan sawah irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan
Tabel 2. Deskripsi Pendapatan Total Petani Sawah Irigasi Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2011.
NO Nama Tanaman Padi (Periode Tanam Pertama) Tanaman Selain Tanaman Padi (Periode Tanam Kedua) Pendapatan Total Per
Jenis tanaman Status Lahan Luas Lahan Sumber: Data Hasil Penelitian Pendahuluan Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa pendapatan petani di Kelurahan Tejosari
tergolong rendah bila dilihat dari UMR Kota Metro Tahun 2011 yang jumlahnya sebesar Rp
855.000 perbulan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pendapatan total petani sawah irigasi
yaitu sebesar Rp 4.429.562 per tahun atau Rp 369.129 per bulan. Pendapatan tersebut didapat
dari hasil usaha tani menanam tanaman padi dan tanaman selain tanaman padi. Usaha tani
menanam tanaman padi rata-rata produksi 4,8 ton/ha dari besar produksi 16,6 ton dan luas
lahan garapan 3,45 ha. Rata-rata modal usaha tani yang digunakan untuk menanam tanaman
padi Rp 1.125.625. Usaha tani menanam tanaman selain tanaman padi rata-rata produksi 3,84
ton/ha dari besar produksi 15,1 ton dan luas lahan garapan 3,93 ha. Rata-rata modal usaha
tani yang digunakan untuk menanam tanaman selain tanaman padi Rp 1.523.928.
Pendapatan petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari tergolong rendah karena bergantung
dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan di luas lahan garapan sawah irigasi apalagi bagi
petani sawah irigasi yang tidak mempunyai lahan garapan sawah irigasi mereka bertani
dengan sistem bagi hasil. Hal tersebut akan lebih sulit untuk meningkatkan pendapatan
karena hasil panen yang didapat dibagi dengan pemilik lahan. Selain itu pendapatan total
rendah dari penggunaan lahan sawah irigasi terutama dari hasil usaha tani bercocok tanam
selain tanaman padi pada tanam periode kedua.
Rendahnya pendapatan petani sawah irigasi pada tanam periode kedua disebabkan ada yang
gagal panen akibat kondisi cuaca kemarau. Bagi petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari
yang takut mengalami resiko gagal panen, rugi, kondisi lahan berawa dan kurang modal
mereka lebih memilih tidak menanami lahan garapan sawah irigasi dengan tanaman selain
tanaman padi pada tanam periode kedua. Hal ini tentu mempengaruhi peningkatan
sawah irigasi di Kelurahan Tejosari dari penggunaan lahan sawah irigasi akan menyebabkan
sulitnya terpenuhi kebutuhan pokok.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
penelitian tentang pendapatan petani pada penggunaan lahan sawah irigasi di Kelurahan
Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengidentifikasi masalah yang berkaitan
dengan pendapatan petani pada penggunaan lahan sawah irigasi dan modal petani di
Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur sebagai berikut:
1. Luas lahan garapan
2. Modal usaha tani
3. Pendapatan petani
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas maka rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Berapakah luas lahan sawah irigasi yang digarap petani sawah irigasi di Kelurahan
Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012?
2. Berapakah jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan petani sawah irigasi di Kelurahan
Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012?
3. Berapakah pendapatan total petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi mengenai
luas lahan sawah irigasi yang digarap, jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan, dan
pendapatan total petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota
Metro Tahun 2012.
E. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Untuk bahan informasi mengenai pendapatan petani pada penggunaan lahan sawah irigasi
di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro.
3. Bagi penulis untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan secara teori
tentang geografi pertanian untuk diterapkan di lapangan.
4. Sebagai suplemen bahan ajar dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Pertama
(SMP) kelas VII Semester II pada pokok bahasan Kegiatan Ekonomi Penduduk dan
Bentuk Penggunaan Lahan sub pokok bahasan Mata Pencaharian Penduduk.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup subyek penelitian adalah petani sawah irigasi yang bertempat tinggal di
Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro.
2. Ruang lingkup obyek penelitian yaitu pendapatan petani pada penggunaan lahan sawah
3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
Kota Metro.
4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah Tahun 2012.
5. Ruang lingkup ilmu adalah Geografi Pertanian.
Menurut Nursid Sumaatmadja (1988:166) berdasarkan tinjauan studi geografi, pertanian sebagai suatu sistem keruangan merupakan perpaduan subsistem fisis dan subsistem manusia. Ke dalam subsistem fisis termasuk komponen tanah, iklim, hidrografi, topografi, dengan segala proses alamiahnya. Sedangkan ke dalam subsistem manusia termasuk tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi yang berlaku dalam masyarakat, kemampuan ekonomi dan kondisi politik setempat.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dalam penelitian ini ruang lingkup geografi pertanian
yang digunakan karena geografi pertanian mengkaji tentang aspek keruangan yang sangat
terkait dengan subsistem fisis dan subsistem manusia. Dalam penelitian ini yaitu mengenai
masalah yang berkaitan dengan aktivitas petani dari penggunaan lahan sawah irigasi dan
kegiatan pertanian, yang tujuannya untuk memperoleh hasil atau pendapatan agar petani
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Geografi
Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan
memperhatikan tiap-tiap gejala secara teliti (yang merupakan bagian dari keseluruhan tadi)
dalam hubungan interaksi-interelasi-integrasi keruangannya (Nursid Sumaatmadja, 1988:33).
Lebih lanjut Bintarto (1977:9) menyatakan bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang
mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan
penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari
fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Berdasarkan pendapat Bintarto di atas, ilmu geografi sangat berperanan penting dalam
mendiskripsikan fenomena-fenomena fisik maupun sosial di permukaan bumi secara teliti,
terarah dan harus rasional khususnya mengenai keberadaan lokasi yang berbeda-beda di
permukaan bumi sebagai tempat beraktivitas dan tempat hidup manusia.
Berdasarkan tinjauan studi geografi, pertanian sebagai suatu sistem keruangan merupakan
perpaduan subsistem fisis dan subsistem manusia. Ke dalam subsistem fisis termasuk
komponen tanah, iklim, hidrografi, topografi, dengan segala proses alamiahnya. Sedangkan
ke dalam subsistem manusia termasuk tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi yang
bidang pertanian khususnya petani sawah irigasi banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dimana para petani memanfaatkan sumber daya alam, penggunaan lahan sawah dan
khususnya sungai sebagai sumber mata air untuk mengairi sawahnya melalui saluran irigasi.
2. Pengertian Sawah Irigasi
Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan pengairan.
Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan
merupakan cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan cara
dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk.
Irigasi menurut Kartasapoetra dan Mul Mulyani Sutedjo (1990:8), bahwa irigasi merupakan
kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kepentingan pertanian dengan
memanfaatkan air yang berasal dari air permukaan dan air tanah.
Jadi sawah irigasi adalah sawah yang selalu mendapat air secara teratur pada musim hujan
dan minimum dua kali panen padi dalam satu tahun serta pada musim kemarau dapat
diselingi dengan tanaman palawija.
Sawah di Kelurahan Tejosari mendapat air irigasi pada musim hujan dengan sistem bergilir
pemakaian air irigasi dengan daerah lain untuk menanam tanaman padi dalam satu tahun
tergantung dari jadwal pembagian air irigasi yang didapat, serta pada musim kemarau dapat
diselingi dengan tanaman selain tanaman padi seperti: palawija, sayur-sayuran dan
buah-buahan ketika belum mendapatkan giliran pembagian pasokan air irigasi.
Daniel dalam Ken Suratiyah (2009:8) usaha tani adalah cara-cara petani mengkombinasikan
dan mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan, tenaga, dan modal sebagai dasar
bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usaha tani berupa tanaman atau ternak
sehingga memberikan hasil maksimal dan kontinyu. Jadi ada tiga faktor penting yang dapat
memengaruhi peningkatan usaha tani yaitu lahan, modal, dan tenaga kerja untuk
menghasilkan barang dan jasa dengan hasil yang maksimal dan kontinyu
Produksi tanaman merupakan budidaya tanaman atau komoditas pertanian dengan proses
usaha bercocok tanam melalui penerapan potensi alam, lingkungan, dan teknologi budidaya
untuk menghasilkan bahan segar. Besarnya produksi bergantung dari tanaman yang ditanam
pada luas lahan yang digarap. Menurut Rahim dan Hastuti (2007:98), proses produksi atau
lebih dikenal dengan budidaya tanaman atau komoditas pertanian merupakan proses usaha
bercocok tanam atau budidaya di lahan untuk menghasilkan bahan segar (raw material). Jadi
Produksi tanaman adalah produksi yang mendatangkan produk yang menguntungkan ditinjau
dari sudut ekonomi ini berarti biaya faktor-faktor input yang berpengaruh pada produksi jauh
lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh sehingga petani dapat memperoleh
keuntungan dari usaha tani.
Produksi tanaman dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya hasil tanaman padi dan
tanaman selain tanaman padi yang dihasilkan oleh setiap hektar sawah baik dari proses
bercocok tanam padi dan tanaman selain tanaman padi yang dilakukan oleh petani sawah
irigasi pada satu kali musim tanam. Produksi tanaman padi dan tanaman selain tanaman padi,
seperti: palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan berasal dari lahan garapan
milik sendiri maupun lahan garapan milik orang lain yang digarap atau disewa oleh petani
Berdasarkan data Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Metro
Timur Tahun 2011 besar produksi tanaman padi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro
Timur Kota Metro sebesar 5,8 Ton/Ha yakni dari produksi 1376,9 Ton dengan luas lahan 237
Ha. Untuk tanaman selain tanaman padi petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari sebagian
besar menanam tanaman jagung. Besar produksi tanaman jagung di Kelurahan Tejosari
Kecamatan Metro Timur Kota Metro sebesar 4,5 Ton/Ha yakni dari produksi 144 Ton dengan
luas lahan 32 Ha.
Dari pengertian yang telah diuraikan bahwa produksi tanaman dalam bidang pertanian
menentukan besar pendapatan yang diperoleh petani dari usaha tani. Besar luas lahan garapan
menentukan besar kecil produksi tanaman yang ditanam. Jadi produksi yang dihasilkan dari
luas lahan garapan memegang peranan penting terhadap besar kecil pendapatan dari usaha
tani. Dalam penelitian ini penggolongan besar produksi didasarkan pada hasil penelitian.
Selanjutnya besar produksi dibagi menjadi tiga kategori yaitu produksi rendah, produksi
sedang, dan produksi tinggi. Pengklasifikasian yang dipergunakan untuk menghitung kategori
atau kelas pada besar produksi mengacu pada rumus Struges (Dajan,1996:141) sebagai
berikut.
Rumus:
Z Y -X S
Keterangan:
S = lebar selang kelas atau kategori X = nilai skor tertinggi
Y = nilai skor terendah
Z = banyaknya kelas atau kategori
4. Deskripsi Pendapatan Petani Sawah irigasi
Lahan menunjukkan keterkaitan aktivitas manusia dengan sebidang lahan. Lahan merupakan
faktor-faktor iklim, relief, tanah, hidrologi, vegetasi, aktivitas manusia masa lampau dan
sekarang. Pentingnya lahan bagi petani karena lahan merupakan tempat berproduksi bagi
usaha tani dalam meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
Lahan garapan yang dimaksud dalam penelitian ini mengenai status penguasaan lahan
garapan dan dan luas lahan garapan petani sawah irigasi di Kelurahan Tejosari.
1) Status Penguasaan Lahan Garapan
Status penguasaan lahan garapan berperan dalam mengetahui status lahan yang digarap
petani. Status penguasaan lahan garapan milik sendiri dengan status penguasaan lahan
garapan bukan milik sendiri tentu pendapatan yang diperoleh berbeda. Dalam penelitian ini
status penguasaan lahan garapan petani sawah irigasi apakah milik sendiri atau milik orang
lain. Menurut Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:39), status penguasaan lahan
pertanian diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
a) Milik sendiri
b) Milik orang lain
c) Milik sendiri dan orang lain
2) Luas Lahan Garapan
Faktor penentu besar kecil pendapatan petani sawah irigasi yaitu bergantung dari luas atau
sempit lahan yang diusahakan untuk berproduksi. Jadi luas lahan sawah irigasi memegang
peranan penting terhadap besar kecil produksi tanaman yang dihasilkan dari lahan sawah
irigasi dan akan berpengaruh terhadap pendapatan dari usaha tani. Semakin luas lahan
dan pendapatan yang akan diperoleh bila disertai pengolahan yang baik (Soekartawi 1990:4).
Jadi apabila lahan pertanian yang diusahakan sempit maka akan semakin rendah pula
persentase pendapatan yang petani sawah irigasi dapatkan dari sektor pertanian. Selain faktor
luas lahan, faktor lain yang bisa menentukan besar kecil pendapatan petani sawah irigasi
antara lain: produktivitas, kesuburan tanah, dan jenis komoditi yang diusahakan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sayogyo (1983:102) bahwa makin luas usaha tani maka makin besar
persentase penghasilan rumah tangga petani.
Luas lahan menurut Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:88) mengemukakan bahwa:
Luas lahan pertanian adalah jumlah tanah sawah, tegalan, dan perkarangan yang digarap selama satu tahun dihitung dalam satuan hektar (ha). Luas lahan pertanian digolongkan dalam empat kelompok masing-masing: sangat sempit ( kurang dari 0,25 ha), sempit (antara 0,25-0,49 ha), sedang (antara 0,50-0,99 ha), dan luas (lebih dari 1,00 ha).
Besar kecil luas lahan dapat mempengaruhi produksi tanaman yang ditanam dan berpengaruh
terhadap pendapatan karena apabila lahan pertanian yang diusahakan sempit maka akan
semakin rendah pendapatan yang petani sawah irigasi dapatkan dari sektor pertanian dan ini
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pokok.
Dalam penelitian ini luas lahan yang dimaksud yaitu jumlah luas lahan yang mempengaruhi
besar kecil produksi tanaman yang dihasilkan baik dari tanaman padi pada tanam periode
pertama maupun tanaman selain tanaman padi pada tanam periode kedua, seperti: palawija,
sayur-sayuran dan buah-buahan dalam pemanfaatan penggunaan lahan sawah irigasi yang
akan dihitung selama satu tahun dalam satuan hektar (ha). Besar kecil luas lahan berpengaruh
terhadap produksi tanaman yang dihasilkan dalam kegiatan pertanian.
Modal merupakan bagian terpenting dalam kegiatan pertanian mulai dari menanam tanaman
yang diusahakan petani sampai dengan proses produksi yang dihasilkan. Besar kecil modal
yang dimiliki petani berpengaruh terhadap keberhasilan dari usaha tani. Jadi apabila petani
tidak mempunyai modal dalam kegiatan usaha tani maka lahan yang dimiliki menjadi kurang
produktif karena lahan akan dibiarkan saja tanpa ditanami. Padahal petani berproduksi
bergantung dari lahan yang digarap untuk meningkatkan pendapatannya dan memenuhi
kebutuhan pokok keluarga.
Menurut Mubyarto (1989:91), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor
produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian. Jadi
faktor-faktor produksi berperan dalam mengasilkan barang-barang baru agar memperoleh
pendapatan dari usaha tani guna mencukupi kebutuhan pokok. Sesuai dengan pendapat
Mosher, A.T (1987:7), bahwa dalam melaksanakan usahatani dan meningkatkan produksi.
Petani mengorbankan sejumlah faktor-faktor produksi agar memperoleh pendapatan dari
usahataninya (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7443/1/010334021.pdf.
Diakses Rabu, 11 juli 2012 pada pukul 14:51 WIB).
Faktor-faktor produksi berupa luas lahan, tenaga kerja dan modal dimanfaatkan seefektif dan
seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Jadi faktor-faktor produksi seperti lahan, modal, tenaga kerja dan sebagainya sangat
mempengaruhi terhadap besar kecil produksi yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rifa’i, 1993), bahwa usaha tani pada dasarnya mengandung kegiatan organisasi pada
sebidang tanah dalam hal mana seseorang atau sekelompok orang berusaha mengatur
unsur-unsur alam, tenaga kerja dan modal untuk memperoleh hasil produksi pertanian yang dinilai
(http://pustakapertanianub.staff.ub.ac.id/files/2012/07/RINGKASAN1.pdf.Diakses pada Rabu
11 juli 2012 pada pukul 14:28 WIB).
Modal dalam usaha tani sangat berhubungan erat dengan uang atau barang yang bernilai
ekonomis dan berguna dalam proses produksi. Kepemilikan modal yang cukup merupakan
salah satu syarat yang sangat penting dalam keberhasilan kegiatan pertanian. Jadi apabila
terbatasnya modal untuk melakukan usaha tani menyebabkan terbatasnya jenis komoditi yang
diusahakan, rendahnya usaha pengembangan dan pengelolaan dalam usaha tani sehingga
menyebabkan produksi yang dihasilkan rendah dan pendapatan yang diperoleh dari usaha
tani juga rendah.
Dalam hal ini Soekartawi (1990:10) menyatakan bahwa dalam kegiatan usaha tani maka modal dibedakan menjadi 2 yaitu modal tidak bergerak (modal tidak tetap) adalah semua biaya yang habis digunakan pada masa produksi seperti biaya yang habis dikeluarkan untuk membeli pupuk, bibit, obat-obatan atau biaya ntuk tenaga kerja, sedangkan modal tetap adalah modal yang tidak habis digunakan dalam satu kali masa produksi seperti alat-alat pertanian.
Petani kecil dalam memperoleh modal dari menyisihkan sebagian hasil panen. Petani kecil
umumnya kurang memahami prosedur peminjaman modal dari Bank atau sumber lain yang
disebabkan rendahnya tingkat pendidikan petani. Penciptaan modal oleh petani melalui dua
cara, pertama dengan menyisikan kekayaan atau sebagian hasil produksi untuk disimpan dan
diinvestasikan kembali ke dalam usaha tani atau usaha lain yang produktif. Kedua, melalui
pinjaman (kredit) dari Bank atau sumber lain (Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:106).
Berdasarkan pendapat Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad maka status modal dalam
penelitian ini dikriteriakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Modal pribadi
2) Modal pinjaman
Penggunaan modal akan diukur berdasarkan banyak uang yang dipakai dalam pembelian
pupuk, bibit, obat-obatan, dan upah tenaga kerja serta ongkos lainya yang ada kaitannya
dengan usaha tani yang dinyatakan dalam satuan dengan uang (rupiah).
Dari pengertian yang telah diuraikan bahwa modal dalam usaha tani sangatlah menentukan
keberhasilan usaha tani, dalam penelitian ini dapat dilihat dari besarnya modal yang
dipergunakan oleh masing-masing petani sawah irigasi per hektar (ha). Penggolongan
besarnya modal usaha tani yang digunakan petani sawah irigasi untuk usaha tani menanam
tanaman padi dan tanaman selain tanaman padi didasarkan pada rata-rata biaya yang
dikeluarkan untuk usaha tani di daerah penelitian. Selanjutnya besar modal dibagi menjadi
dua kategori yaitu;
1) Modal usaha tani dikatakan rendah apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari
rata-rata biaya produksi di daerah penelitian
2) Modal usaha tani dikatakan tinggi apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar dari
rata-rata biaya produksi di daerah penelitian
Penggunaan besar kecil modal tidak terlepas dari jumlah luas lahan yang digarap. Semakin
besar lahan garapan maka semakin besar pula jumlah modal yang habis terpakai. Modal
dalam penelitian ini berhubungan erat dengan uang atau barang yang bernilai ekonomis dan
berguna dalam proses produksi padi pada tanam periode pertama maupun tanaman selain
tanaman padi pada tanam periode kedua yang diukur berdasarkan banyak uang yang dipakai
dalam pembelian pupuk, bibit, obat-obatan, dan pengolahan lahan serta ongkos lainya yang
ada kaitannya dengan usaha tani. Pengukuran modal usaha tani yaitu jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk usaha tani per panen dalam satuan per hektar selama satu tahun terakhir.
Pendapatan merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung kelangsungan hidup suatu
rumah tangga, yang akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga yang
bersangkutan. Pendapatan petani sawah irigasi adalah gambaran yang jelas tentang posisi
ekonomi keluarga petani dalam masyarakat yang merupakan jumlah pendapatan yang
diperoleh dari hasil pekerjaan pokok yang berupa pendapatan bersih perpanen selama setahun
dan dijadikan perkapita perbulan yang digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu pendapatan
tinggi dan rendah.
Pendapatan petani ditentukan dari lahan garapan dan besar produksi yang dihasilkan karena
pendapatan usaha tani merupakan penerimaan nilai harga jual dikalikan dengan produksi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rahim dan Hastuti (2007:117), lahan pertanian merupakan
penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan semakin
luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh
lahan tersebut.
Menurut Mubyarto (1989:89), luas lahan yang dimiliki petani sangat mempengaruhi besar
kecilnya pendapatan petani dari usaha taninya. Besar kecil pendapatan akan membawa
pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok petani sawah irigasi. Sesuai dengan pendapat
Emil Salim (1994:44) bahwa rendahnya pendapatan ini juga menyebabkan berbagai
kebutuhan yang paling pokok tidak bisa dipenuhi seperti air bersih, tempat berteduh, fasilitas
mandi-cuci-kakus yang sehat, fasilitas kesehatan, dan lain-lain.
Hans Dieter dalam Muljanto Sumardi (1982:224) membedakan pendapatan menjadi 3 yaitu:
1) Pendapatan pokok: pendapatan yang utama atau pokok, yaitu hasil yang diperoleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
3) Pendapatan keseluruhan: pendapatan pokok ditambah pendapatan tambahan yang diperoleh pada setiap bulan.
Untuk menghitung total pendapatan yang diperoleh petani pada penggunaan lahan sawah
irigasi yaitu dengan menghitung total pendapatan petani baik dari musim tanam padi pada
tanam periode pertama maupun musim tanam tanaman selain padi pada tanam periode kedua
misalnya: palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan dalam satu tahun. Pendapatan yang
diperoleh petani tersebut akan dihitung secara keseluruhan. Pendapatan yang akan dihitung
yaitu pendapatan keseluruhan dari hasil penggunaan lahan sawah irigasi. Semua pendapatan
tersebut nanti akan ditotal yang menghasilkan total pendapatan bersih petani dalam satu tahun
kemudian dibagi 12 bulan untuk mengetahui pendapatan petani sawah irigasi perbulan.
Pengukuran pendapatan petani sawah irigasi akan dihitung dalam nilai mata uang rupiah,
yang didasarkan pada Upah Minimum Regional (UMR) Tahun 2011 yaitu Rp 855.000 per
bulan. Digunakan UMR sebagai pengukuran pendapatan petani sawah irigasi di Kelurahan
Tejosari sebagai tolak ukur besar kebutuhan pokok dan sebagai pembanding pendapatan.
Adapun kriteria pendapatan Menurut Upah Minimum Regional (UMR) Kota Metro
digolongkan sebagai berikut:
1) Tinggi, jika pendapatan lebih dari Rp 855.000 per bulan
2) Rendah, jika pendapatan kurang dari atau sama dengan Rp 855.000 perbulan
Berdasarkan pernyataan tersebut semakin tinggi pendapatan petani maka akan tercukupi
kebutuhan hidup petani dan keluarga, sedangkan semakin rendah pendapatan maka akan
semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan petani dan keluarganya. Dalam penelitian ini
pendapatan petani sawah irigasi merupakan pendapatan total petani dari jumlah pendapatan
rupiah dibagi 12 bulan kemudian baru dapatlah pendapatan petani dalam satuan rupiah
perbulan.
5. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang mengambil pokok permasalahan hampir sama dengan penelitian ini dirujuk
guna kesempurnaan dan kelengkapan penelitian ini sebagai berikut:
a. Hartadi (2005) yaitu mengkaji tentang Karakteristik Sosial Ekonomi Kepala Keluarga
Miskin Pada Petani Sawah Irigasi di Desa Braja Gemilang Kecamatan Braja Selebah
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2005.
b. Ii Jopizi (2007) yaitu mengkaji tentang Studi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Petani di
Lahan Rawa Gambut Kelurahan Kenten Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyu
Asin Sumatera Selatan Tahun 2007.
c. Rajanami Yun Sukatami (2009) yaitu mengkaji tentang Analisa Determinan Produksi
Usaha Tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.
B. Kerangka Pikir
Sumber-sumber di muka bumi bersifat relatif, tidak sama bagi semua orang atau golongan
penduduk tertentu. Bagi petani sawah irigasi potensi sumberdaya alam khususnya lahan
sawah irigasi memiliki nilai kegunaan yang besar dilihat dari luas lahan, produksi, sumber air
irigasi dan sebagai mata pencaharian dalam memperoleh pendapatan guna mempertahankan
kehidupan. Selain itu lahan sawah irigasi sebagai faktor produksi dalam meningkatkan
produksi tanaman yang dihasilkan dan akan berpengaruh terhadap besar kecil pendapatan
Adanya sistem pembagian pasokan air irigasi, maka pola tanam di lahan sawah irigasi
sistemnya bergantian, hal ini berpengaruh terhadap penggunaan lahan sawah irigasi dan
pendapatan yang diperoleh petani sawah irigasi. Lahan sawah irigasi tidak menentu untuk
menanam dan memanen padi dua kali setiap tahun, padahal tanaman padi merupakan sumber
pendapatan utama. Hal ini bergantung dari gilaran mendapat jatah gadu. Petani sawah irigasi
bisa menanam tanaman padi ketika petani sawah irigasi mendapatkan pasokan air irigasi,
ketika petani sawah irigasi belum mendapatkan giliran pembagian air irigasi maka lahan
sawah irigasi akan ditanami dengan tanaman selain tanaman padi, seperti: palawija,
sayur-sayuran, dan buah-buahan. Begitulah seterusnya sampai mendapatkan pasokan air irigasi baru
petani sawah irigasi bisa menanam tanaman padi.
Tingkat pendapatan petani sawah irigasi akan dipengaruhi oleh faktor luas lahan garapan dan
besar modal usaha tani. Faktor luas lahan garapan sawah irigasi mempengaruhi besar kecil
produksi tanaman yang ditanam petani sawah irigasi dan berpengaruh terhadap besar kecil
pendapatan yang diperoleh. Besar kecil jumlah modal yang dimiliki petani sawah irigasi
mempengaruhi penggunaan lahan sawah irigasi dalam usaha tani sehingga mempengaruhi
pendapatan yang diperoleh dari lahan sawah irigasi. Semakin Luas lahan garapan yang
dimiliki petani sawah irigasi, penggunaan lahan sawah irigasi sebaik mungkin serta didukung
ketersediaan modal yang cukup besar, kemungkinan akan menambah pendapatan yang lebih
tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, untuk lebih jelas mengenai kerangka pikir dalam penelitian ini
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Pendapatan Petani Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro.
Penggunaan Lahan Sawah Irigasi
Produksi
Pendapatan Petani Sawah irigasi -Luas
-Modal Pembagian
Pasokan Air Irigasi
-Padi
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.
Menurut Sumadi Suryabrata (2009:76), metode penelitian deskriptif adalah metode yang
bermaksud untuk membuat pencandraan (diskripsi) mengenai situasi-situasi atau
kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian diskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara
diskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest
hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian
yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode
diskriptif.
B. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:117). Populasi dalam penelitian ini adalah
kepala keluarga yang bekerja sebagai petani sawah irigasi yang bermukim di Kelurahan
Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2011 yang berjumlah 222 kepala
keluarga yang tersebar di 4 lingkungan Rukun Warga.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006:131).
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan teknik sampel proporsi
atau proportional sampel. Peneliti menggunakan teknik ini karena wilayah penelitian
memiliki jumlah subjek yang berbeda.
Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini berpedoman pada pendapat Suharsimi
Arikunto (2006:134) yaitu; untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari
100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Akan
tetapi jika subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.
Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 30% dari
empat lingkungan yaitu RW I, RW II, RW III, dan RW IV yaitu sebanyak 66 KK dari 222
KK. Untuk lebih jelasnya mengenai populasi dan sampel dapat dilihat pada Tabel 3 berikut
ini.
Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2011.
No Lingkungan Populasi (KK) Sampel (KK)
1
Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2011
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009:60).
Berdasarkan pengertian di atas bahwa dalam suatu penelitian variabel penelitian haruslah
jelas sehingga dapat diperoleh informasi sesuai data yang dibutuhkan untuk ditulis di skripsi.
Dalam penelitian ini variabel penelitian yaitu pendapatan petani pada penggunaan lahan
sawah irigasi yang meliputi: luas lahan garapan, modal usaha tani, tingkat pendapatan petani.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan dapat diamati (Cholid Narbuko, 2007:129). Jadi definisi operasional merupakan
petunjuk pelaksanaan pengukuran suatu variabel dalam proses penelitian.
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Lahan garapan
Lahan garapan dalam penelitian ini yaitu status penguasaan lahan garapan dan luas lahan
garapan.
1) Status Penguasaan Lahan Garapan
Status penguasaan lahan garapan dalam penelitian ini yaitu status kepemilikan lahan garapan
untuk menanam tanaman padi dan tanaman selain tanaman padi seperti: palawija,
pada pendapat Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:39), status penguasaan lahan
pertanian diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
a) Milik sendiri
b) Milik orang lain
c) Milik sendiri dan orang lain
2) Luas lahan Garapan
Luas lahan garapan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jumlah luas lahan yang
mempengaruhi besar kecil produksi tanaman yang dihasilkan baik dari tanaman padi pada
tanam periode pertama maupun tanaman selain tanaman padi pada tanam periode kedua,
seperti: palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan dalam pemanfaatan penggunaan lahan
sawah irigasi yang akan dihitung selama satu tahun dalam satuan hektar (ha). Besar kecil luas
lahan berpengaruh terhadap produksi tanaman yang dihasilkan dan pendapatan yang diterima
dalam kegiatan pertanian. Luas lahan garapan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat
Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:88), adapun kriteria luas lahan pertanian
digolongkan dalam empat kelompok yaitu:
a) Sangat sempit, jika luas lahan < 0,25 ha
b) Sempit, jika luas lahan 0,25-0,49 ha
c) Sedang, jika luas lahan 0,50-0,99 ha
d) Luas, jika luas lahan > 1,00 ha.
b. Modal usaha tani
Modal usaha tani dalam penelitian ini yaitu status kepemilikan modal usaha tani (asal modal),
modal usaha tani dan penggunaan modal usaha tani.
Status kepemilikan modal usaha tani dalam penelitian ini berdasarkan penciptaan modal yang
yang dilakukan petani untuk melakukan usaha tani menanam tanaman padi dan tanaman
selain tanaman padi seperti: palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dalam penelitian ini
status kepemilikan modal usaha tani mengacu pada pendapat Hadi Prayitno dan Lincolin
Arsyad (1987:106) maka status modal dalam penelitian ini dikriteriakan menjadi tiga yaitu
sebagai berikut:
a) Modal pribadi
b) Modal pinjaman
c) Modal pribadi dan pinjaman
2) Modal Usaha Tani
Modal usaha tani dalam penelitian ini berhubungan erat dengan uang atau barang yang
bernilai ekonomis dan berguna dalam proses produksi padi pada tanam periode pertama dan
tanaman selain tanaman padi pada tanam periode kedua yang diukur berdasarkan banyak
uang yang dipakai dalam pembelian pupuk, bibit, obat-obatan, dan pengolahan lahan serta
ongkos lainya yang ada kaitannya dengan usaha tani. Pengukuran modal usaha tani yaitu
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani per panen dalam per hektar selama satu
tahun terakhir. Penggolongan besar modal usaha tani didasarkan pada rata-rata biaya yang
dikeluarkan untuk usaha tani di daerah penelitian. Selanjutnya besar modal dibagi menjadi
dua kategori yaitu;
a) Modal usaha tani dikatakan rendah apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari
rata-rata biaya produksi di daerah penelitian
b) Modal usaha tani dikatakan tinggi apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar dari
3) Penggunaan Modal Usaha Tani
Dalam penelitian ini penggunaan modal usaha tani adalah biaya yang dipergunakan untuk
proses produksi menanam tanaman padi pada tanam periode pertama dan tanaman selain
tanaman padi pada tanam periode kedua. Penggunaan modal usaha tani menanam tanaman
padi digunakan untuk biaya membajak, pupuk, bibit, obat-obatan, tanam, cabut benih,
perbaiki galengan dan pemakain air irgasi. Penggunaan modal usaha tani menanam tanaman
selain tanaman padi digunakan untuk biaya pupuk, bibit, obat-obatan, tanam, dan panen.
Penggunaan modal usaha tani disesuaikan dengan kebutuhan produksi dalam usaha tani yang
ada di Kelurahan Tejosari per ha. Penggolongan besar penggunaan modal usaha tani yang
digunakan petani sawah irigasi didasarkan pada rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usaha
tani di daerah penelitian. Selanjutnya penggunaan modal usaha tani dibagi menjadi dua
kategori. Pengukuran penggunaan modal usaha tani menanam tanaman padi pada tanam
periode pertama dan usaha tani menanam tanaman selain tanaman padi pada tanam periode
kedua yaitu sebagai berikut:
a) Modal usaha tani dikatakan rendah apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari
rata-rata biaya produksi di daerah penelitian
b) Modal usaha tani dikatakan tinggi apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar dari
rata-rata biaya produksi di daerah penelitian
c. Pendapatan petani
Pendapatan petani sawah irigasi dalam penelitian ini merupakan pendapatan total petani dari
jumlah pendapatan bersih yang diperoleh petani dari usaha tani dalam satu tahun yang
dihitung dalam satuan rupiah dibagi 12 bulan kemudian baru dapatlah pendapatan petani
dalam satuan rupiah perbulan. Pendapatan petani sawah irigasi dalam penelitian ini mengacu
tolak ukur besar kebutuhan pokok dan sebagai pembanding pendapatan. Pendapatan yang
diperoleh petani dapat dikriteriakan sebagai berikut:
1) Tinggi, jika pendapatan lebih dari Rp 855.000 per bulan
2) Rendah, jika pendapatan kurang dari atau sama dengan Rp 855.000 perbulan
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:44), observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau
fenomena yang ada pada objek penelitian. Pengambilan data dalam penelitian di lakukan
pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian. Peneliti mengamati hal-hal sehubungan
dengan objek yang akan diteliti, kemudian mencatat keadaan atau informasi sesuai dengan
data yang dibutuhkan. Data-data tersebut seperti: aktivitas penggunaan lahan sawah irigasi
yang dilakukan petani dalam usaha tani, jenis tanaman apa yang ditanam dan sebagainya
sesuai data yang dibutuhkan yang berhubungan dengan penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:231), teknik dokumentasi adalah suatu cara mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Teknik dokumentasi digunakan
dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan data sekunder yang berhubungan dengan
penelitian guna melengkapi data yang telah diperoleh. Dalam hal ini menggunakan
buku-buku dan dokumentasi dari kantor kelurahan serta instansi yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3. Teknik Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau
pengumpul mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan (Sugiyono,
2009:319).
Kegunaan teknik wawancara terstruktur dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan
informasi atau gambaran mengenai penggunaan lahan sawah irigasi petani yang meliputi:
luas lahan garapan, modal usaha tani, pendapatan petani dari usaha tani menanam tanaman
padi pada tanam periode pertama dan usaha tani meenanam tanaman selain tanaman padi
seperti: palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan pada tanam periode kedua.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah pengolahan dan interpretasi data untuk menarik kesimpulan dari hasil
penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel
dalam bentuk persentase. Langkah pertama dalam menyusun distribusi persentase adalah
membagi jumlah observasi dalam masing-masing kategori variabel (f) dengan jumlah
frekuensi (N). Setelah pembagian dilakukan hasilnya dikalikan dengan 100 untuk
menghasilkan persentase. Selanjutnya hasil penelitian dideskripsikan secara sistematis
sebagai laporan hasil penelitian dan akhirnya ditarik kesimpulan sebagai laporan akhir
penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut :
% = x100 N
f
Keterangan :
% = Persentase
f = Nilai yang diperoleh
N = Jumlah Nilai
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari dalam penelitian dan uraian pembahasan, maka
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Dalam usaha tani menanam padi sejumlah 37,88% petani menggarap luas rata-rata 0,64
ha pada tanam periode pertama, dan ada 39,58% petani menggarap luas rata-rata 0,61 ha
dalam usaha tani menanam selain tanaman padi pada tanam periode kedua
2. Untuk menanam padi ada 98,48% petani menggunakan modal usaha tani yaitu rata-rata
Rp 1.363.504 pada tanam periode pertama, dan sebanyak 95,84% petani menggunakan
modal usaha tani menanam selain tanaman padi yaitu rata-rata Rp 650.361 pada tanam
periode kedua.
3. Sejumlah 69,7% petani pendapatan total usaha tani yaitu rata-rata Rp 447.101 per bulan.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang penulis ajukan sebagai berikut:
1. Untuk memperluas lahan usahatani sangat sulit karena dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi petani sawah irigasi, diharapkan kepada petani sawah irigasi dengan luas lahan
garapan yang ada dapat memanfaatkan lahan garapan yang ada melalui intensifikasi dan
2. Penggunaan modal usaha tani dan pendapatan petani, diharapkan pemerintah untuk lebih
memperhatikan kesejahteraan petani sawah irigasi dengan ketersediannya bantuan modal
dengan pemberian bibit yang bermutu, bukan murah tapi kualitas bibit rendah, dan
menyubsidi pupuk dan mengawasi pendistribusiannya, serta memberikan jaminan harga
pasar atau harga jual diluar komoditas tanaman padi dan menjaga kesetabilan harga pada
PENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR
KOTA METRO TAHUN 2012
(Skripsi)
Oleh Yulia Ely Sesari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENDAPATAN PETANI PADA PENGGUNAAN LAHAN SAWAH IRIGASI DI KELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR
KOTA METRO TAHUN 2012
(Skripsi)
Oleh Yulia Ely Sesari
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Prabumulih pada tanggal 18 Maret 1989, sebagai
anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Misranto dan Ibu Ngatiyem.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) tamat di SDN 1 Kota Prabumulih pada tahun 2001, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) tamat di SMPN 1 Kota Prabumulih pada tahun 2004, dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) tamat di SMAN 1 Kota Prabumulih pada tahun 2007.
Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur Non Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB).
Pada tanggal 11 sampai 18 Juni 2010, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Terpadu di Propinsi Jawa Timur, Bali dan D.I. Yogyakarta. Pada Tahun 2011, Penulis
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Kerangka Pikir Pendapatan Petani Pada Penggunaan Lahan Sawah Irigasi di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
Kota Metro ... 30
2. Peta Administratif Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
Kota Metro Tahun 2010 ... 43
3. Peta Administratif Kota Metro Tahun 2012 ... 44
4. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro
Timur Kota Metro Tahun 2010 ... 47
5. Piramida Penduduk Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
Kota Metro Tahun 2010 ... 53
6. Diagram Batang Petani Sawah Irigasi Menurut Umur di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun
2012 ... 60
7. Diagram Batang Petani Sawah Irigasi Menurut Pendidikan di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun
2012 ... 62
8. Diagram Batang Petani Sawah Irigasi Menurut Jumlah Anak Yang Dimiliki di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
Kota Metro Tahun 2012 ... 64
9. Diagram Batang Status Penguasaan Lahan Garapan Usaha Tani Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro
Tahun 2012 ... 70
10. Diagram Batang Status Penguasaan Lahan Garapan Usaha Tani Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
ix
Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun
2012 ... 79 Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro
Tahun 2012 ... 95
14. Diagram Batang Status Kepemilikan Modal Usaha Tani Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
Kota Metro Tahun 2012 ... 98
15. Diagram Batang Modal Usaha Tani Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari
Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012 ... 102
16. Diagram Batang Modal Usaha Tani Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun
2012 ... 105
17. Diagram Batang Biaya Membajak Lahan Garapan Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun
2012 ... 108
18. Diagram Batang Biaya Pupuk Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro
Tahun 2012 ... 110
19. Diagram Batang Biaya Bibit Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun
2012 ... 112
20. Diagram Batang Biaya Obat-obatan Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro
x
Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro
Tahun 2012 ... 116
22. Diagram Batang Biaya Upah Cabut Benih Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota
Metro Tahun 2012 ... 119
23. Diagram Batang Biaya Perbaiki Galengan Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota
Metro Tahun 2012 ... 121
24. Diagram Batang Biaya Pemakaian Air Irigasi Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Pertama di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota
Metro Tahun 2012 ... 123
25. Diagram Batang Biaya Pupuk Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
Kota Metro Tahun 2012 ... 126
26. Diagram Batang Biaya Bibit Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota
Metro Tahun 2012 ... 129
27. Diagram Batang Biaya Obat-obatan Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
Kota Metro Tahun 2012 ... 131
28. Diagram Batang Biaya Upah Tanam Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
Kota Metro Tahun 2012 ... 134
29. Diagram Batang Biaya Upah Panen Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur
xi
Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun 2012 ... 139
31. Diagram Batang Pendapatan Petani Menanam Tanaman Selain Tanaman Padi Per Panen Pada Tanam Periode Kedua di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota Metro Tahun
2012 ... 143
32. Diagram Batang Pendapatan Total Petani Menanam Tanaman Padi Pada Tanam Periode Pertama dan Tanaman Selain Tanaman Padi Pada Tanam periode Kedua di Kelurahan Tejosari
i
4. Deskripsi Pendapatan Petani Sawah Irigasi ... 19
a. Lahan Garapan ... 19
1)Status Penguasaan Lahan Garapan ... 19
2)Luas Lahan Garapan ... 20
b. Modal Usaha Tani ... 21
c. Tingkat Pendapatan Petani ... 25
5. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 27
B.Kerangka Pikir ... 28
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A.Metode Penelitian ... 31
B.Populasi ... 31
C.Sampel ... 32
D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 33
1. Variabel Penelitian ... 33
2. Definisi Operasional Variabel ... 33
E.Teknik Pengumpulan Data ... 38
1. Teknik Observasi ... 38
2. Teknik Dokumentasi ... 38