• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP TINGKAT STRESS MAHASISWA SEMESTER AKHIR AKBID GRIYA HUSADA SURABAYA TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP TINGKAT STRESS MAHASISWA SEMESTER AKHIR AKBID GRIYA HUSADA SURABAYA TAHUN 2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

10

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP TINGKAT STRESS

MAHASISWA SEMESTER AKHIR AKBID GRIYA HUSADA SURABAYA

TAHUN 2015

Ely Tjahjani*

*Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id

Pendahuluan: Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan. Banyaknya tuntutan tugas dan skripsi merupakan stresor yang dapat menyebabkan stres bagi mahasiswa. Salah satu metode untuk mengatasi stres yaitu dengan terapi musik klasik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres dalam pada mahasiswa tingkat akhir di Akbid Griya Husada Surabaya. Metode: Penelitian ini termasuk jenis pre eksperimen dengan one group pre post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Akbid Griya Husada Surabaya semester akhir dengan tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling diperoleh sampel 16 orang . Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Depression Anxiety Stres Scale (DASS). Variabel yang diteliti adalah terapi musik klasik sebagai variable independen dan tingkat stress sebagai variable dependen. Hasil : Hasil penelitan yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik yaitu sebelum diberikan terapi musik setangah dari responden mengalami stress ringan, sedangkan sesudah diberikan terapi musik klasik sebagian besar dinyatakan tidak stress. Analisa data menggunakan uji wilcoxon Sign Rank Test dan dianalisis menggunakan SPSS diperoleh hasil nilai p value (0,001)< dari nilai α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditiolak dan HI diterima artinya ada terapi musik klasik terhadap tingkat stress dalam menyusun tugas akhir pada mahasiswa tingkat akhir Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya tahun 2015. Diskusi: bahwa Ho ditiolak dan HI diterima artinya ada terapi musik klasik terhadap tingkat stress dalam menyusun tugas akhir pada mahasiswa tingkat akhir Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya tahun 2015 dan berdasarkan hasil penelitian, bagi responden diharapkan menerapkan terapi musik klasik sebagai terapi nonfarmakologi yang efektif untuk mengatasi tingkat stress.

Kata kunci : Terapi Music Klasik, Tingkat stress, Mahasiswa

PENDAHULUAN

Pendidikan tinggi merubah status dari siswa menjadi mahasiswa. Begitu pula yang diungkapkan oleh Bertens (2005) menyatakan bahwa mahasiswa merupakan individu yang bersekolah di Perguruan Tinggi selama kurun waktu tertentu, dan memiliki tugas untuk berusaha keras dalam studinya. Persepsi masyarakat terhadap mahasiswa dan periode yang dijalaninya menyebabkan mahasiswa memiliki berbagai tuntutan akademik. Tuntutan akademik yang dihadapi mahasiswa menjadi stresor bagi mahasiswa. Stresor ini berasal dari dalam diri mahasiswa ataupun dari luar diri mahasiswa. Banyaknya stresor dan tuntutan yang dihadapi menyebabkan mahasiswa rentan mengalami stres.

Stres dikenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Lazarus dan Folkman (Halgin &

Whitbourne, 2010) mengatakan bahwa stresadalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.

Hasil Penelitian yang dilakukan di California State University oleh Kaufman (2008) mencatat 56% dari 94.806 mahasiswa mengalami stres. Selain itu, Mayoral (2006) melakukan penelitian terhadap 334 responden mahasiswa yang sedang dan tidak sedang Tugas Akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang sedang Tugas Akhir lebih banyak mengalami stres, yaitu sebanyak 46,48% responden.

Stres yang dialami oleh mahasiswa memiliki tingkat yang berbeda-beda. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Destanti, Handayani, Widyastuti & yanuarista (2011)

(2)

11 terhadap 41 mahasiswa menunjukan bahwa tidak

ada mahasiswa yang mengalami stres berat, baik yang bekerja maupun tidak bekerja. Sedangkan, mahasiswa yang bekerja lebih banyak mengalami stres ringan dibandingkan dengan yang bekerja yaitu sebanyak 83,3% responden. Namun, mahasiswa yang tidak bekerja lebih sedikit mengalami stres sedang dari pada yang bekerja yaitu sebanyak 16,7% responden.

Hasil survey yang dilakukan peneliti terhadap 15 responden yang merupakan mahasiswa tingkat akhir Akbid Griya Husada dengan menggunakan koesioner DASS, 8 dari 15 responden (53%) mengalami stres ringan, 4 dari 15 responden (27%) mengalami stres sedang, dan 3 dari 15 responden (20%) mengalami stres berat. Pada 15 responden yang mengalami stres megaku penyebab stres mereka adalah; 3 mahasiswa mengaku kesulitan dalam mencari referensi, 7 mahasiswa mengaku cemas atau tegang dalam menghadapi dosen pembimbing serta cemas karena dosen pembimbing sulit ditemui, dan 5 diantaranya mengaku kebingungan dalam penyusunan tugas akhir.

Adapun dampak fisik yang dialami oleh reponden yang mengalami stres yaitu 6 responden mengalami insomnia, 5 responden mengalami sakit kepala dan 4 responden lainnya mengaku mengalami nafsu makan menurun. Sedangkan untuk dampak psikologis yang dialami oleh responden adalah 8 responden mengaku tidak memiliki semangat dalam menyusun tugas akhir, 3 responden merasa cemas dan 4 responden lainya mengatakan sulit untuk berkonsentrasi dalam menyusun tugas akhir ataupun mengikuti kuliah. Banyak cara yang dilakukan responden dalam mengurangi stres tersebut diantaranya sebanyak 6 responden memilih mendengarkan lagu atau menonton film, 3 responden memilih berlibur, 2 responden memilih tidur dan 4 responden lainnya mencoba memanajemen waktu dengan menyusun rencana kegiatan rutin. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kejadian stres masih ada dan tergolong cukup tinggi pada mahasiswa yang menghadapi tugas akhir yang disebabkan oleh berbagai stresor.

Penyebab stress disebut sumber stresatau stresor yang menurut Lazarus dan Folkman terdiri dari dua jenis sumber stresyaitu sumber internal dan eksternal. Tuntutan internal merupakan penyebab stresyang berasal dari dalam diri individu, yaitu tuntutan dari diri sendiri seperti keinginan untuk selalu menjadi

yang terbaik dan kepribadian masing-masing individu, sedangkan tuntutan eksternal bisa bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di perkuliahan dan penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya(Halgin & Whitbourne, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fadillah (2013) yang berjudul Stres dan Motivasi Belajar pada Mahasiswa Psikologi Universitas Mulawarman yang Sedang Menyusun Tugas Akhir menyebutkan berbagai penyebab stess yang terjadi yaitu berbagai hambatan seperti sulitnya bertemu dosen pembimbing, sulitnya mencari literatur referensi buku, lingkungan yang kurang kondusif dan adanya rasa lelah saat menyusun Tugas Akhir dikarenakan terlalu lama menyusun Tugas Akhir. Sedangkan menurut Nova (2013) dalam artikel psikologi umum Universitas Airlangga menyebutkan bahwa penyebab stres mahasiswa adalah tugas akademik, dosenkiller, dan aktivitas lain seperti pengembangan diri dan kerja.

Menurut Hartono (2007) stres dapat menyebabkan berbagai dampak bagi kesehatan, berupa keluhan somatik (sepertigangguan cerna, nyeri dada atau debar jantung, insomnia, tidak nafsu makan, nyeri otot, letih, lesu dan tidak bergairah), gangguan psikis (sepertiputus asa, merasa masa depan suram, sedih dan merasa bersalah, impulsif dan mudah marah, serta selalu tegang dan suka menyendiri), dan gangguan psikomotor (seperti gairah kerja atau belajar menurun, mudah lupa dan konsentrasi berkurang) dengan atau tanpa gejala psikotik. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadaknan penyesuaian sehingga timbul perubahan patologis. Gejala-gejala patologis yang muncul dapat berupa hipertensi, serangan jantung, borok lambung, asma, eksim, kanker, dan sebagainya. Jika sudah timbul hipertensi, stres tetap berlangsung, sehingga bertambahlah resiko komplikasi serangan jantung (infrak) atau stroke otak yang berakibat fatal seperti kelumpuhan atau bahkan dapat meninggal dunia.

Metode musik merupakan salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Secara keseluruhan musik dapat berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih dan membantu serta melepaskan rasa sakit

(3)

12 (Djohan, 2006). Menurut artikel jurnal

Kemperetal (2005) yang berjudul “ Music as Therapy” mengatakan bahwa musik secara luas digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan, mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian pasien dari gejala yang tidak menyenangkan. Pengaruh musik sangat besar bagi pikiran dan tubuh.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan sebagai upaya mengembangkan manajemen stres pada mahasiswa dalam menyusun Tugas Akhir serta untuk mendukung penelitian-penelitian mengenai terapi musik sebelumnya, peneliti ingin mencoba mengeksplorasi lebih jauh efektifitas salah satu terapi musik yaitu terapi musik klasik terhadap tingkat stres mahasiswa dalam menyusun Tugas Akhir. Dengan demikian, penulis berminat untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Stres Dalam Menyusun Tugas Akhir Pada Mahasiswi Akbid Griya Husada Surabaya”.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan penelitian termasuk jenis penelitian inferensial kuantitatif. Dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengetahui Mahasiswa tingkat akhir yang mengalami stress dalam menyelesaikan tugas akhir di Akbid Griya Husada Surabaya 2015 sejumlah 52 orang.

Dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengetahui Mahasiswa tingkat akhir yang mengalami stress menggunakan terapi music klasik, kuesioner. Varaiabel yang digunakan terapi msik klasik dan tingkat stres.

HASIL PENELITIAN

Data Responden Berdasarkan Umur

Tabel 1

Distribusi

frekuensi responden

berdasarkan umur

Umur Frekuensi (f) Presentase % Remaja Akhir (17-25 tahun) 16 100 Dewasa Awal (26-35 tahun) 0 0 Jumlah 16 100

Sumber : Data Primer Penelitian tahun 2015

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa seluruh responden (100%) masuk dalam kategori remaja akhir (17-25 tahun)

.

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 2 Distribusi frekuensi responden

berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase %

Bekerja 0 0

Tidak Bekerja 16 100

Jumlah 16 100

Sumber : Data Primer Penelitian tahun 2015

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa seluruhnya (100%) respondensaat ini tidak bekerja.

Data Responden Berdasarkan Status Tinggal Tabel 3 Distribusi frekuensi responden

berdasarkan status tinggal

Status Tinggal Frekuensi (f) Presentase %

Kos 0 0

Asrama 12 75

Orang Tua 4 25

Jumlah 16 100

Sumber : Data Primer Penelitian tahun 2015

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar (75%) respondentinggal di asrama.

Data Responden Berdasarkan Tugas Mahasiswi

Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tugas Mahasiswi

Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase %

Tugas Akhir 14 87,50

Proposal 2 12,50

Jumlah 16 100

Sumber : Data Primer Penelitian tahun 2015

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya (87,5%) responden mengerjakan tugas akhir adalah Tugas Akhir. Tingkat stres pada mahasiswa sebelum diberikan terapi musik klasik

Tabel 5 Distribusi frekuensi tingkat stres dalam menyusun tugas akhir pada mahasiswa bidan pendidik sebelum diberikan terapi musik klasik di Akbid Griya Husada Surabaya Tahun 2015

Tingkat Stres Frekuensi (f) Presentase %

Stres Ringan 8 50

Stres Sedang 5 31,25

Stres Berat 2 12,50

Sangat Stres 1 6,25

Jumlah 16 100

(4)

13 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa

setengah (50%) responden sebelum diberikan terapi musik klasik mengalami stres ringan. Tingkat stres pada mahasiswa setelah diberikan terapi musik klasik

Tabel 6 Distribusi frekuensi tingkat stresdalam menyusun menyelesaikan tugas akhir pada mahasiswi Akbid Griya Husada Surabaya Tahun 2015

Tingkat Stres Frekuensi (f) Presentase %

Tidak Stres 11 68,75 Stres Ringan 4 25,00 Stres Sedang 1 6,25 Stres Berat 0 0 Sangat Stres 0 0 Jumlah 16 100

Sumber : Data Primer Penelitian tahun 2015

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar (68,75%) responden setelah diberikan terapi musik klasik dinyatakan tidak stres.

Analisis pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres dalam menyelesaikan tugas akhir pada mahasiswi Akbid Griya Husada Surabayatahun 2015

Tabel 7 Hasil tabulasi analisis pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stresdalam menyelesaikan tugas akhir pada mahasiswi Akbid Griya Husada Surabaya tahun 2015 Sebelum Sesudah Total Tidak stress Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat Stres sangat Berat F % F % F % F % F % f % Stres Ringan 6 37,5 2 12,5 0 0 0 0 0 0 8 50 Stres Sedang 4 25 1 6,25 0 0 0 0 0 0 5 31,25 Stres Berat 1 6,25 0 0 1 6,25 0 0 0 0 2 12,50 Sangat Stres 0 0 1 6,25 0 0 0 0 0 0 1 6,25 Total 11 68,75 4 25,00 1 6,25 0 0 0 0 16 100 α = 0,05 Ρ value =0,001 Negative Ranks =14a Positive Ranks =0b Ties =2c

Sumber : Data Primer Penelitian tahun 2015 Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa setengah (50%) responden yang awalnya mengalami stres ringan, setelah diberikan terapi musik klasik 6 (37,5%) responden tidak mengalami stres dan 2 (12,5%) responden tetap mengalami stres ringan.

Hasil analisa dari Wilcoxon Sign Rank Test pada α (0,05) dan ρ- value (0,001), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima

artinya ada pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres dalam menyelesaikan laporan tugas akhir pada mahasiswi Akbid Griya Husada Surabaya tahun 2015. Selain itu, hasil output ranks diperoleh Negative Ranks14a, Positive Ranks0b, dan Ties2c .

PEMBAHASAN

Tingkat stres mahasiswa sebelum diberikan terapi musik klasik

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa stres mahasiswa sebelum dilakukan terapi musik klasik yaitu8 responden (50%)mengalami stres ringan, 5 responden (31,25%) mengalami stres sedang, 2 responden (12,50%) mengalami

stres berat dan 1 responden (6,25%) sangat stres, sehingga yang paling banyak adalah mahasiswa dengan stres ringan.

Respon terhadap stres dipengaruhi beberapa hal yang pertama pengalaman pengerjaan tugas akhir dan proposal, berdasarkan tabel 5.4 karakteristik responden berdasarkan pengalaman tugas akhir sewaktu (SAM) dapat diketahui bahwa dari 16 responden yang diteliti, menunjukkan bahwa 2 (12,5%) respoden tidak memiliki pengalaman dalam pengerjaan tugas akhir D3 yaitu .Sedangkan 14 (87,5%) dari 16 responden memiliki pengalaman dalam penyusunan tugas akhir D3 berupa Laporan Tugas Akhir.Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) (KBBI, 2005). Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku dan pengambilan keputusan atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang

(5)

14 diakibatkan pengalaman, pemahaman dan

praktek. (Haditono, 2012).

Pengalaman yang didapat saat pengerjaan tugas akhir yang berupa tugas ahirk dan proposal pada bangku pendidikan sebelumnya (SMA) merupakan satu hal yang sangat membantu saat penyusunan tugas akhir, dikarenakan pengerjaan Laporan Tugas Akhir tidak jauh berbeda dengan pengerjaan tugas akhir. Namun pada kenyataanya dari responden pada penelitian ini hampir se akhir berupa Laporan Tugas Akhir, tetapi tetap mengalami stres dalam menyusun tugas akhir.

seluruhnya 14 (87,5%) memiliki pengalaman dalam penyusunan tugas Stres yang dialami responden tidak hanya karena pengalaman penyusunan tugas akhir saat SMA tetapi juga dikarenakan beban dalam penyusunan tugas akhir dimana mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir seringkali menemukan hambatan dalam penyusunan tugas akhir misalnya kesulitan dalam pencarian jurnal dan sumber yang akan digunakan dalam penyusunan tugas akhir, sulit menemui dosen pembimbing, selain itu juga mahasiswa masih menanggung beban kuliah di kampus yaitu kegiatan proses belajar mengajar (PBM) sehingga tidak jarang mahasiswa merasa lelah, tertekan dan kehilangan motivasi sehingga menimbulkan stres dalam menyusun tugas akhir.

Tingkat stres mahasiswa setelah diberikan terapi musik klasik

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 16 responden yang diteliti menunjukkan bahwa tingkat stres sesudah diberikan terapi dapat membaik hingga 11 (68,75%) responden dinyatakan tidak stres, 4 (25%) responden lainnya masih mengalami stres ringan dan 1 (6,25%) responden mengalami stres sedang.

Penurunan stres menurut Hardjana (2008), dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pendekatan farmakologis, perilaku, kognitif, meditasi, hypnosis, dan terapi musik.Menurut Pusar Riset Terapi Musik & Gelombang Otak Indonesia, 2011) salah satu manfaat terapi musik adalah untuk menurunkan stres, dimana manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami re-produksi, penyembuhan alami

berlangsung, produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kemper(2005) yang menyatakan bahwa musik secara luas dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan, mengurangi stres, dan mengalihkan perhatian pasien dari gejala yang tidak menyenangkan. Selain itu penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Labbe (2007) yang menyebutkan bahwa mendengarkan musik santai klasik dan dipilih sendiri, secara signifikan dapat menurunkan kecemasan, stress, kemarahan, dan dapat meningkatkan relaksasi dibandingkan dengan mereka yang duduk diam atau mendengarkan musik berat.

Pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres dalam menyelesaikan tugas akhir pada mahasiswi Akbid Griya Husada Surabaya tahun 2015

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa setengah (50%) responden yang awalnya mengalami stres ringan, setelah diberikan terapi musik klasik 6 (37,5%) responden tidak mengalami stres dan 2 (12,5%) responden tetap mengalami stres ringan. Selain itu 5 (31,25%) responden yang awalnya mengalami stres sedang, setelah diberikan terapi musik klasik tingkat stres menurun sebanyak 4 (25%) responden dinyatakan tidak stres dan 1 (6,25%) responden dinyatakan stres ringan. Sedangkan 2 (12,50%) responden yang awalnya mengalami stres berat, setelah diberikan terapi musik klasik tingkat stres menurun menjadi stres ringan dan stres sedang. Dan 1 (6,25%) responden yang awalnya mengalami sangat stres, setelah diberikan terapi musik klasik tingkat stres menurun menjadi stres sedang. Dari data tersebut dapat disimpulkanterapi musik klasik dapat menurunkan tingkat stres mahasiswa dalam menyusun tugas akhir.

Dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh dari terapi musik klasik terhadap tingkat stres pada responden, namun hasil yang didapat tidak terlalu signifikan. Berdasarkan hasil analisa peneliti hal ini disebabkan karena dalam pemberian terapi musik klasik, waktu pelaksanaan setiap harinya berbeda dimana setiap responden memiliki kegiatan masing-masing berkaitan dengan perkuliahan. Dengan demikian hasil yang didapat kurang sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, konsentrasi responden tidak sepenuhnya terpusat pada

(6)

15 pemberian terapi musik klasik yang diberikan

oleh peneliti.

Berdasarkan Hasil analisa dari Wilcoxon Sign Rank Test pada α (0,05) dan ρ- value (0,001), maka dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak dan H1 diterima artinya ada pengaruh

terapi musik klasik terhadap tingkat stres dalam menyusun tugas akhir pada mahasiswa tingkat akhir Akbid Griya Husada Surabaya. Selain itu, berdasarkan hasiloutput ranks menunjukkan perbandingan tingkat stres sebelum dan sesudah pemberian terapi musik klasik dimana pada negative ranks terdapat 14 responden yang sudah diberikan terapi musik klasik memiliki tingkat stres yang lebih rendah daripada sebelum dibrikan terapi musik klasik. Sedangkan untuk positive ranks tidak ada responden yang mengalami peningkatan stres setelah pemberian terapi musik klasik. Dan untuk tiesterdapat 2 responden yang sudah diberikan terapi musik klasik tetap mengalami stres ringan.Hal ini dapat disebabkan karena responden kurang fokus dalam pemberian terapi musik klasik.

Penurunan tingkat stres yang terjadi pada mahasiswa tingkat akhir dalam menyusun tugas akhir di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya, disebabkan karena pemberian terapi musik tersebut dapat menurunkan hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang merupakan hormon stres (Djohan, 2005).

Mendengarkan musik klasik dapat mempengaruhi tubuh, pikiran dan emosi, sehingga dapat memberikan ketenangan dan kedamaian ketika aktivitas mental meningkat sekaligus dapat mengurangi tekanan akibat keadaan stres (Trappe, 2012). Keadaan tersebut mempengaruhi bagian otak manusia yang berhubungan dengan proses emosional terutama pada bagian hipotalamus (Vianna, Barbosa, Carvalhaes, & Cunha, 2012).

Pada keadaan mendengarkan musik klasik akan menyebabkan stimulasi aktivitas hipotalamus sehingga menghambat pengeluaran hormon corticotrophin-realisin faktor (CRF), yang mengakibatkan kelenjar anterior pituitari terhambat mengeluarkan adrenocorticotrophic hormone (ACTH) sehingga menghambat kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon kortisol, adrenalin, dan noradrenalin. Hal tersebut menyebabkan hormon tiroksin yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid dalam tubuh juga terhambat Pada hormon tiroksin yang tinggi akan menyebabkan individu mudah lelah, mudah cemas, mudah tegang, dan susah tidur, sehingga

keadaan mendengarkan musik yang penuh perasaan tenang dan damai akan menimbulkan dampak psikis yang lebih tenang dan relaks (Safaria, & Saputra, 2009).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Regina dan Prabowo tahun 2007 mengenai tritmen meta musik untuk menurunkan stres dengan metode mendengarkan musik pada mahasiswa berusia 19-24 tahun, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap stres sebelum dan sesudah diberikan tritmen meta musik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa meta musik dapat digunakan dalam menurunkan stres pada mahasiswa. Sebagian besar perubahan fisiologis tersebut terjadi akibat aktivitas dua sistem neuroendokrin yang dikendalikan oleh hipotalamus yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal (Prabowo & Regina, 2007). SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di Akbid Griya Husada sebanyak 8 (50%) stres mahasiswa sebelum dilakukan terapi music kalsik sedangkan 14 (87,5%) dari 16 responden pengalaman dalam penyusunan tugas akhir D3. Dan terdapat hubungan Pengaruh Terapi kusik Klasik Terhadap Tingkat stress.

Saran

Diharapkan penelitian ini bisa mengembangkan penelitian terapi music klasik untuk tingkat stress dengan menggunakan metode yang lebih baih sehingga terapi music klasik dapat menurunkan tingkat stress yang lebih signifikan

DAFTAR PUSTAKA

American Institute of Stress (2013). What is Stress? USA: American Institute of Stress. Bersumber dari :

<http://www.stress.org/what-is-stress/>[Diakses tanggal 23 Agustus 2015].

American Music Association (2009). Definition and Quotes about Music Therapy. <http://www.musictherapy.org/quotes.ht ml> [Diakses tanggal 23 Agustus 2015]. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bertens. (2005). Metode Belajar Untuk Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(7)

16 DeLaune, & Ladner. (2006). Fundamental of

Nursing : Standards and Practice (Vol. 2). USA: Delmar Publishers.

Destanti, Handayani, Widyastuti, & Yanuarista. (2011). Perbandingan TingkatStres Pada Mahasiswa Ekstensi 2010 Yang bekerja Dengan Yang TidakBekerja. Universitas Sumatera Utara.

Fadillah, A. E. (2013). Stres dan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Mulawarman Yang sedang menyusun Tugas Akhir. ISSN 00000000, ejournal.psikologi.pisif-unmul.ac.id . Halgin, R. P., & Whitbourne, S. K. (2010).

Psikologi Abnormal : Perspektif KlinisPada Gangguan Psikologi (6 ed.). Jakarta: Salemba Humanika.

Harjana, A. M. (2008). Stres Tanpa Distres. Yogyakarta: Kanisius.

Indriani, Fitria. dkk. (2009). Konsep Stres dan Manajemen Stres. bersumber dari : < https://www.scribd.com/doc/30270598/

Konsep-Stres-Dan-Manajemen-Stres>[diakses tanggal 23 Agustus 2015].

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008). Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kaufman. (2008). Stress In Nursing students Comparet to non-nursing Students. ProQuest Disertations & Theses (PQDT) .

Lahey. (2007). Psychology : An Introduction (9 ed.). New York: McGraw-Hill Companies.

Musbikin. (2009). Kehebatan Musik Untuk

Mengasah Kecerdasan Anak.

Yogyakarta: Power Books (IHDINA). Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan

Metode Penelitian Ilmu Keperawatan (2 ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Potter, & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan (Vol. 2). Jakarta: EGC. Prabowo, & Regina. (2007). Tritmen Meta Musik

Untuk Menurunkan Stres. Universitas Gunadarma.

Psychology foundation of Australia (2010). Depression Anxiety Stress Scale.

bersumber dari :

<http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/d ass>[Diakses tanggal 23 Agustus 2015]. Siswoyo. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:

UNY Press.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

________ . (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

BIBLIOGRAPHY \l 1057 Supranto. (2000). STATISTIK Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Suyanto, & Salamah. (2009). Riset kebidanan, Metodelogi & Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Vianna, M.N.S., Barbosa, A. P., Carvalhaes, A. S., & Cunha, A. J. L. A. (2012). Music therapy may increase breastfeeding rates among mothers of premature newborns: a randomized controlled trial. Voices: A World Forum for Music Therapy.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4 Hasil Uji Beda Mean Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Murottal dan Musik Klasik Mozart. Kelompok N Mean

Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan efektivitas pemberian terapi musik klasik dan terapi murotal terhadap tingkat kecemasan pada pasien hemodialisa di RSUD Prof.. Margono Soekarjo

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi musik klasik yang didengarkan selama 20 menit terhadap tingkat kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pada saat post test, responden yang diberikan terapi musik klasik menunjukkan adanya peningkatan kualitas tidur dengan presentse

Berdasarkan uji Wilcoxon pada lampiran hasil analisis, untuk tingkat kecemasan remaja sebelum dan sesudah diberi terapi musik klasik ternyata menunjukkan nilai Z

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap tingkat kecemasan penderita gagal ginjal kronik yang menjalani

dalam penelitian ini adalah “adakah pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart terhadap tingkat stres pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani Hemodialisis