PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017
Perbedaan Pengaruh Terapi Musik Klasik dan Terapi Murottal terhadap
Kualitas tidur pada lansia di PMI Griya Bahagia Mojosongo Surakarta
Arinal Haq Nur Zaenal Abidin ¹
), Ika Subekti Wulandari ²
), Ratih Dwilestari P.U ³
)¹
)Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada
Surakarta
²
)³
)Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada
Surakarta
Abstrak
Salah satu permasalahan kesehatan bagi lanjut usia adalah mengalami
gangguan tidur, hal ini berkaitan dengan perubahan fisiologis. Kurangnya kualitas
tidur dapat dirasakan lansia saat bangun pagi dengan kondisi kurang segar. Untuk
pendapatkan kualitas tidur yang baik, terapi non farmakologi dapat digunakan
untuk membantu meningkatkan kualitas tidur seperti terapi music klasik ataupun
terapi murottal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pengaruh
terapi musik klasik dan terapi murottal terhadap kualitas tidur pada lansia
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
rancangan
quasi eksperiment
. Rancangan penelitian menggunakan
pre
dan
post
test without control
dan disain
cross over
. Sampel penelitian sebanyak 30 orang
lansia yang terbagi atas 15 lansia dalam kelompok terapi music klasik, dan 15
lansia menggunakan terapi murottal QS. Ar-Ra’d. penilaian kualitas tidur
menggunakan Kuisioner PSQI (
Pittsburg Sleep Quality Index
). Analisis data
dilakukan dengan uji
Wilcoxon
dan uji
Mann Whitney.
Hasil penelitian diketahui terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap
kualitas tidur pada lansia dengan p= 0,002. Terdapat pengaruh terapi murrotal
terhadap kualitas tidur pada lansia dengan p= 0,001. Terdapat beda pengaruh
antara terapi musik klasik dan terapi murottal terhadap kualitas tidur pada lansia
dengan p = 0,001. Terapi murottal lebih efektif dibanding terapi music klasik
dalam meningkatkan kualitas tidur lansia.
1
BACHELOR OF NURSING PROGRAM
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2017
The Difference Influence of Classical Music Therapy and Murottal Therapy to
the Sleep Quality of the Elderly in PMI Griya Bahagia Mojosongo Surakarta
Arinal Haq Nur Zaenal Abidin ¹
), Ika Subekti Wulandari ²
), Ratih Dwilestari P.U ³
)¹
)Nursing Student at Health Science School of Kusuma Husada Surakarta
²
)³
)Lecturer Student at Health Science School of Kusuma Husada Surakarta
Abstract
One of the health problems for the elderly is sleep disorder, it is
associated with physiological changes. The lack of sleep quality can be felt by the
elderly when they wake up in the morning with less fresh condition. In order to get
good sleep quality, non-pharmacological therapy can be used to improve sleep
quality such as the classical music therapy and murottal therapy. The purpose of
this research is to determine the difference influence of classical music therapy
and murottal therapy to the sleep quality of the elderly.
This type of research was quantitative research with quasi experiment
design. The research design was using pre and post test without control and
cross-over design. The research sample was 30 elderly who consisted of 15
elderly in classical music therapy group and 15 elderly in murottal therapy QS.
Ar-Ra'd. The assessment of sleep quality was using PSQI questionnaire
(Pittsburgh Sleep Quality Index). The data were analyzed by using Wilcoxon and
Mann Whitney test.
The result of this research showed that there was an influence of classical
music therapy to the sleep quality of the elderly with p = 0.002. Meanwhile, there
was also an influence of murrotal therapy to the sleep quality of the elderly with p
= 0.001. Thus, there was a different influence of classical music therapy and
murottal therapy to the sleep quality of the elderly with p = 0.001. It can be said
that murottal therapy was more effective than the classical music therapy in
improving sleep quality of the elderly.
Keywords
: Classical Music Therapy, Murottal Therapy, Sleep Quality,
Elderly
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Prevalensi gangguan tidur pada
lanjut usia cukup tinggi, dilaporkan
40-50% dari populasi lanjut usia di dunia
menderita gangguan tidur (Sadock, 2007).
Gangguan tidur yang dialami oleh lanjut
usia antara lain sering terjaga pada malam
hari, sering terbangun pada dini hari, sulit
untuk tertidur dan rasa lelah pada siang
hari, ketidakmampuan untuk melakukan
rutinitas yang biasa mereka lakukan
sebelum tidur, ketidakmampuan untuk
merasa nyaman, kebisingan, perawatan
prosedural, nyeri dan tempat tidur yang
asing (Davison dan Neale, 2006 ; Stanley,
2007).
Beberapa dampak dari gangguan
tidur pada lanjut usia antara lain
penurunan kesehatan, menjadi pelupa,
konfusi dan disorientasi (Stanley, 2006).
Terapi relaksasi dapat dilakukan dengan
cara relaksasi nafas dalam, relaksasi otot
progresif, latihan pasrah diri, terapi
musik, aromaterapi dan terapi murottal.
(Soemardini, Suharsono dan Kusuma,
2013).
Musik yang paling banyak dipilih
untuk terapi musik adalah musik klasik.
Salah satu jenis musik klasik yang
terkenal adalah Mozart (Musbikin, 2009
dalam Mahanani, 2013). Terapi murottal
Al Qur’an dengan tempo yang lambat
serta
harmonis
dapat
menurunkan
hormon-hormon
stres,
mengaktifkan
hormon
endorfin
alami
(serotonin).
Mekanisme ini dapat meningkatkan
perasaan rileks, mengurangi perasaan
takut,
cemas
dan
tegang,
serta
memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga
menurunkan
tekanan
darah,
memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi dan aktivitas gelombang otak
(Heru, 2008).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
lansia mengeluh sulit untuk tertidur pada
malam hari, sering terbangun malam hari
dan merasa tidur tidak nyeyak. Hal ini
dikarenakan
adanya
perubahan
lingkungan sosial yaitu suara yang berisik
dan teman sekamar yang mengganggu
kenyamanan lanjut usia untuk tertidur.
Tujuan
penelitian
mengetahui
Perbedaan pengaruh terapi musik klasik
dan terapi murottal terhadap kualitas tidur
pada lansia di Griya PMI Bahagia
Mojosongo Surakarta.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kuantitatif dengan
rancangan
Quasi Eksperiment
.
Desain
penelitian dengan
pre
dan
post test
without control
dengan pendekatan
cross
over design
. Sampel penelitian sebanyak
30 lansia menggunakan teknik sampling
dengan
Total Sampling.
Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
3
speaker berisi musik klasik sebagai
pemutar musik dan timer untuk terapi
musik, speaker berisi murottal QS.
Ar-ra’d. instrumen pengumpulan data nilai
kualitas tidur berupa lembar kuisioner
Pittsburg Sleep Quality Index
(PSQI).
Analisis bivariat menggunakan uji
wilcoxon
dan uji
Mann Withney
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
Tabel .1
Distribusi
responden
berdasarkan usia dan jenis kelamin
Karakteristik Jumlah % Usia 60-65 6 20,0 66-70 4 13,3 71-75 8 26,7 > 75 12 40,0 Jenis kelamin Laki -laki 10 33,3 Perempuan 20 66,7
Berdasarkan tabel 1 diketahui usia
termuda adalah 60 tahun, tertua > 75
tahun sebanyak 12 orang (40,0%).
Mayoritas responden adalah perempuan
sebanyak 20 orang (66,7%).
Menurut Aspiani (2014) seiring
bertambahnya usia seseorang akan diikuti
dengan
berkurangnya
total
waktu
kebutuhan tidur, ini juga dipengaruhi oleh
pertumbuhan fisiologis dari sel dan organ.
Pada lansia terjadi degenerasi sel dan
organ yang mempengaruhi fungsi dan
mekanisme tidur, sementara pendapat
Rafknowledge
(2010)
menyatakan
perubahan yang berkaitan dengan masalah
tidur pada lansia cenderung lebih beragam
bila dibandingkan dengan usia muda,
tidak hanya melingkupi pola tidur,
melainkan juga peningkatan kejadian
gangguan-gangguan tidur.
Pada responden penelitian responden
yang sudah masuk dalam lanjut usia
sudah mengalami gangguan kualitas
tidur, seperti terbangun pada malam hari
untuk berkemih sehingga mengalami
kesulitan untuk memulai tidur kembali
dan merasa mengantuk pada siang hari.
Berdasarkan karakteristik responden
menurut jenis kelamin, diketahui bahwa
jumlah
responden
perempuan
lebih
banyak dari responden laki-laki yaitu
sebanyak 20 orang (66,7 %). Menurut
pendapat
Widya
(2010)
perempuan
cenderung mengalami kualitas tidur buruk
dibandingkan laki-laki karena perempuan
lebih sering mengalami gangguan pada
faktor psikis seperti stres atau depresi.
Perempua menggunakan perasaan untuk
mengekspresikan
sesuatu
sehingga
perempuan lebih sering merasa takut,
gelisah dan tertekan yang mengakibatkan
stres.
4
b. Kualitas Tidur Sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi
Tabel
2
Distribusi
responden
berdasarkan kualitas tidur
Kualitas Tidur
Terapi Musik Klasik Pre Test % Post Test % Baik 2 13,3 5 33,3 Buruk 28 86,7 25 66,7 Jumlah 30 100 30 100,0 Kualitas Tidur Terapi Murottal Pre Test % Post Test % Baik 2 13,3 12 80,0 Buruk 28 86,7 18 20,0 Jumlah 30 100 30 100,0
Kualitas tidur sebelum diberikan
terapi musik klasik lebih banyak dalam
kategori buruk dengan presentase 86,7 %
dan setelah diberikan terapi musik klasik
berkurang dalam kategori buruk dengan
presentasi 66,7 %, menunjukan bahwa
ada pengaruh terapi musik klasik terhadap
kualitas tidur pada lansia didapatkan dari
nilai
p-value
0,002 (p< 0,005) (Tertera di
halaman 6).
Kualitas tidur sebelum diberikan
terapi murottal lebih banyak dalam
kategori buruk dengan presentase 80,0 %
dan setelah diberikan terapi murottal
berkurang menjadi 20,0 % menunjukan
ada pengaruh terapi murottal terhadap
kualitas tidur pada lansia didapatkan dari
nilai
p-value
0,001 (p<0,005) (Tertera
dihalaman 6).
Penelitian
Fida
(2016)
yang
menjelaskan responden sebelum diberikan
terapi
musik
klasik,
mayoritas
mempunyai kualitas tidur yang buruk.
Potter & Perry (2006) menjelaskan ada
beberapa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi tidur, yaitu penyakit fisik,
obat-obatan, daya hidup, stres emosional,
lingkungan, latihan fisik dan asupan
kalori.
Pada responden penelitian
masing-masing orang mempunyai kebiasaan
sendiri
dalam
tidur
baik
suhu,
pencahayaan
dalam
tidur,
maupun
terbiasa tidur sendiri atau mempunyai
teman sekamar waktu tidur, apabila
responden tidur dalam keadaan yang tidak
biasanya, kemungkinan dapat merasa
tidak nyaman dalam tidurnya yang
akhirnya mengalami gangguan untuk
dapat tidur.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
pada saat post test, responden yang
diberikan
terapi
musik
klasik
menunjukkan
adanya
peningkatan
kualitas tidur dengan presentse 53,3 %
sebanyak 5 responden menjadi baik dalam
kualitas tidur, sementara pada terapi
murottal dengan presentase 80,0 %
sebanyak 12 responden dengan kualitas
tidur kategori baik. Nilai rata-rata pre test
post test dari terapi musik klasik dan
murottal
Al
Quran
menunjukkan
penurunan nilai, yang artinya semakin
5
kecil nilai yang diperoleh responden
maka semakin baik kualitas tidurnya.
Mardjono
(2008)
menyatakan
pemberian terapi murottal
ayat Suci Al
Quran dapat mempengaruhi gelombang
alfa
dapat
meningkatkan
sekresi
serotonin.
Serotonin
dalam
tubuh
kemudian
diubah
menjadi
hormon
melatonin. Hormon ini diproduksi secara
alami dalam tubuh apabila matahari sudah
mulai tenggelam (mendekati senja).
Namun,
hormon
melatonin
ini
produksinya secara alami dalam tubuh
juga semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia. Melatonin digunakan
untuk
menginduksi
tidur
sehingga
seseorang akan mudah memulai tidur,
mengurangi frekuensi terbangun pada
malam hari dan mencegah bangun terlalu
pagi.
Pada responden penelitian bahwa
nilai rata-rata post test terapi murottal
lebih rendah dari bandingkan dari nilai
rata-rata dengan terapi musik klasik. Jenis
musik klasik masih sulit dipahami
maknanya oleh responden dimana musik
klasik seperti
Mozart
ataupun
Bethofen
terdengar suara seperti piano, biola
menjadikan
responden
sulit
untuk
mendapatkan
rasa
nyaman
saat
mendengar dan mengalami kesulitan
untuk
memulai
tidur
setelah
mendengarkan musik klasik.
2.
Analisis Bivariat
Pengaruh terapi musik klasik dan murottal terhadap tingkat kualitas tidur
Tabel. 3. Hasil uji pengaruh terapi musik klasik dan murottal terhadap tingkat kualitas tidur pada penelitian di
PMI Griya Bahagia Mojosongo
Surakarta (n = 30)
Kelompok
Rata-rata tingkat
kualitas tidur Selisih P
Pre test Post test Terapi Musik Klasik 9 7,30 2,30 0,002 Terapi Murottal 8,73 6 2,73 0,001
Tabel 3 menunjukan bahwa hasil uji
wilcoxon
pada penelitian ini menunjukan
bahwa nilai
p-value
terapi murottal dan
terapi musik klasik lebih kecil dari 0,005
maka Hₒ ditolak, artinya ada pengaruh
musik klasik dan terapi murottal terhadap
kualitas tidur pada lansia. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian
Murtisari (2014) menjelaskan adanya
manfaat musik klasik terhadap penurunan
depresi
pada
pasien
stroke
non
hemoragik.
Hasil penelitian dari responden yang
mendapatkan terapi murottal Al Quran
dengan mendegarkan surat Ar Ra’d,
diketahui nilai rata-rata dari pre test ke
post test mengalami penurunan, sehingga
secara uji statistik disimpulkan bahwa
terapi murottal berpengaruh terhadap
6
terhadap kualitas tidur responden. Hasil
penelitian ini juga memperkuat penelitian
Mustika (2012) menyebutkan lansia
sesudah diberikan terapi Murottal Al
Quran yang mempunyai kualitas tidur
yang lebih baik dibandingkan sebelum
menerima terapi Murottal Al Quran dalam
penelitian di lansia di posyandu lansia
Matahari Senja Kelurahan Kedungdoro
Surabaya.
Pemberian
murottal
dengan
mendegarkan
bacaan
Al
Quran,
menjadikan responden lebih baik dalam
hal kualitas tidur. Responden yang
beragama Islam tentunya sudah mengenal
ayat suci Al Quran sejak kecil meskipun
responden tidak memahami arti dari surat
Ar Ra’d yang didengarnya. Surat Ar Ra’d
ini terdiri atas 43 ayat termasuk golongan
surat-surat Makkiyyah. Surat Ar Ra’d
yang berarti guruh karena dalam ayat 13
Allah berfirman yang artinya “
Dan guruh
itu
bertasbih
sambil
memuji-Nya
”
,
menunjukkan
sifat
kesucian
dan
kesempurnaan Allah SWT dan lagi sesuai
dengan sifat Al Quran yang mengandung
ancaman dan harapan, maka demikian
pulalah
halnya
bunyi
guruh
itu
menimbulkan kecemasan dan harapan
kepada manusia, oleh karena surat Ar
Rad
berisi
harapan,
maka
dengan
mendengarkan murottal Al Quran secara
berulang-ulang responden berharap dapat
memperoleh kualitas tidur yang lebih baik
dan
dari
hasil
penelitian
ini
menununjukkan kualitas tidur responden
lebih baik dari pada sebelum mendapat
terapi murottal.
Hasil Uji Beda Pengaruh Terapi Musik
Klasik dengan Terapi Murottal
terhadap Kualitas Tidur Lansia
Tabel 4 Hasil uji selisih tingkat kualitas tidur pada responden pada penelitian di PMI Griya Bahagia Mojosongo Surakarta (n = 30)