• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PEMILIH (STUDI KASUS PADA PEMILIHAN ANGGOTA LEGISLATIF DI DESA BATUKAROPA KABUPATEN BULUKUMBA 2019) Disusun dan diusulkan oleh WAHYU WANDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU PEMILIH (STUDI KASUS PADA PEMILIHAN ANGGOTA LEGISLATIF DI DESA BATUKAROPA KABUPATEN BULUKUMBA 2019) Disusun dan diusulkan oleh WAHYU WANDI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun dan diusulkan oleh

WAHYU WANDI

Nomor Stambuk : 105640220415

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

iv

HALAMAN PENGAJUAN

PERILAKU PEMILIH (STUDI KASUS PADA PEMILIHAN ANGGOTA LEGISLATIF DI DESA BATUKAROPA

KABUPATEN BULUKUMBA 2019)

SKRIPSI

Diajukan kepada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar untuk memenuhi persyaratan guna

Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh WAHYU WANDI NIM : 105640220415

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Wahyu Wandi

Nomor Stambuk : 105640220415

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini benar adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku.

Makassar, Juli 2020

Yang Menyatakan,

(6)

viii ABSTRAK

Wahyu, Perilaku Pemilih (Studi Kasus Pada Pemilihan Anggota Legislatif di Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba 2019). Di bimbing oleh Amir Muhiddin dan Hafiz Elfiansya Parawu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pemilih (studi kasus pada pemilihan anggota legislatif di desa Batukaropa Bulukumba 2019). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan instrument berupa observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif yaitu menggambarkan atau melukiskan fakta-fakta atau keadaan ataupun gejala yang terjadi pada perilaku pemilih dalam pemilihan calon anggota legislatif Kabupaten Bulukumba di Desa Batukaropa. informan yang di ambil sebanyak 8 orang. Pengumpulan data digunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data diperoleh dengan Perpanjangan pengamatan, Peningkatan ketekunan peneliti, dan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pemilih yang dianalisis dengan pendekatan sosiologis menunjukkan bahwa masyarakat desa Batukaropa tidak memilih dikarenakan pendekatan ini dapat dilihat dari mereka tidak melihat status social seorang kandidat maupun karena lingkungan tempat tinggal mereka. Pendekatan psikologis menunjukkan bahwa masyarakat Desa Batukaropa hanya sebagian kecil yang memilih berdasarkan pendekatan ini dapat dilihat dari kedekatan dengan calon, tapi mengenai isu dan partai kandidat masyarakat masih kurang mengetahui hal tersebut. Pendekatan Rasional menunjukkan bahawa sebagian besar masyarakat memilih karena pendekatan ini dapat dilihat dari mereka sangat memperhatikan apa yang menjadi visi misi dari para calon. Dan juga sebagian kecil masyarakat memilih karena diberi upah. Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah kandidat dimana masrakat desa Batukaropa melihat kepribadian/figur dari seorang kandidat. Faktor penghambat perilaku pemilih dalam penelitian ini adalah peristiwa-peristiwa tertentu seperti cuaca, diluar daerah, malas melakukan antri ataupun masih belum tahu dengan calon yang akan dipilih.

(7)

i

Segala kerendahan hati penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah Kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidaya dan magfirah-Nya sehingga meski harus melewati perjuangan yang cukup panjang dan cukup melelahkan namun penulis skripsi yang berjudul “Perilaku Pemilih (Studi Kasus Pada Pemilihan Anggota Legislatif di Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba 2019)” dapat diselesaikan.

Skripsi ini adalah tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sebagai bentuk karya ilmiah penulis menyadari bahwa banyak menghadapi hambatan dan tantangan selama dalam penelitian dan penulisan skripsi ini apa lagi waktu, tenaga, biaya serta kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan, arahan serta petunjuk dari Dr. Amir Muhiddin, M.Si

sebagai pembimbing I dan Bapak Dr. Hafiz Elfiansya Parawu, S.T. M.Si sebagai pembimbing II, yang dengan tulus membimbing penulis, melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan yang amat berharga sejak awal sampai skripsi ini. Gagasan-gagasan beliau merupakan Kenikmatan intelektual yang tak ternilai harganya. Teriringi Do’a semoga Allah Yang Maha Esa menggolongkan upaya-upaya beliau sebagai amal kebaikan.

(8)

ii

Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, yang telah membina Jurusan ini dengan sebaik-baiknya.

4. Bapak Dr. Amir Muhiddin, M.Si

,

sebagai pembimbing I, yang telah membimbing penulis sekaligus memberi bekal ilmu pengetahuan selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Hafiz Elfiansyah Parawu, S.T, M.Si, sebagai pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi dan memberikan banyak ilmu serta solusi dari setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi.

6. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Staf Tata Usaha Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan layanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di lembaga ini.

(9)

iii

7. Para Warga desa Batukaropa kabupaten Bulukmba yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.

8. Kepada Kedua Orang Tua Tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan serta Do’a kepada penulis dalam penyelesaian studi.

9. Untuk sahabat-sahabat tercinta dan yang telah memberikan motivasi, semangat,bantuan, nasihat yang takhenti-hentinya kepada penulis. Terima kasih banyak atas kebersamaan yang tak terlupakan selama masa perkuliahan, pada saat penyelesaian skripsi, dan sampai saat ini.

10. Untuk teman-teman 2015 Program Studi Ilmu Pemerintahan terima kasih banyak karena sudah menjadi keluarga selama mengikuti perkuliahan.

11. Kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya, namun telah membantu dalam penyelesaian studi. Semoga segala bantuan yang diberikan walau sekecil apapun memperoleh pahala disisinya.

Akhirul kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca guna menambah khasanah Ilmu Pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Ilmu Pemerintahan.

Makassar, Juli 2020

Penulis

(10)

iv DAFTAR ISI

PENGAJUAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Konsep, Definisi dan Teori ... 9

B. Penelitian Terdahulu ... 20

C. Kerangka Pikir ... 21

D. Fokus Penelitian ... 23

E. Deskripsi Fokus Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 26

(11)

v

C. Sumber Data ... 27

D. Informan Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 30

G. Pengabsahan data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

1. Gambaran Umum Desa Batukaropa ... 32

2. Perilaku Pemilih (Studi Kasus Pada Pemilihan Anggota Legislatif di Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba 2019) ... 36

3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perilaku Pemilih ... 59

BAB V PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

(12)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sistem yang menempatkan rakyat sebagai subjek pemerintahan, dimana rakyat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam suatu pemerintahan dan dilibatkan secara kolektif dalam penentuan kebijakan di suatu negara merupakan sistem demokrasi. Melalui pemilihan pelaksana negara, rakyat adalah pemilik kedaulatan atas negara, yang memerintah sekaligus yang diperintah, hal itu merupakan teori sistem politik dari demokrasi. Salah satu aspek penting dari demokrasi dan merupakan hal yang banyak dipelajari terutama dalam kaitannya dengan perkembangan negara-negara berkembang adalah partai politik (Sari, 2009).

Aspirasi masyarakat merupakan bagian dari indikator implementasi penyelenggaraan pemilihan kekuasaan oleh rakyat yang di manifestasikan melalui pemilihan umum. Tujuan dari pemilihan umum adalah untuk menegakan prinsip dari negara demokarasi yaitu kedaulatan rakyat. Keterlibatan rakyat dalam negara demokrasi sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas dari pemilihan umum (Pito, Efriza, and Fasyah 2019).

Menurut Lafarsfeld, Berelson & Gaudet dalam jurnal Damanik (Damanik 2018), identifikasi seseorang terhadap kelompok sosial dan norma-norma yang dianut sangat mempengaruhi perilaku memilihnya. Perilaku memilih dianalisis melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan sosiologis, psikologis sosial dan rasional. Model

(13)

sosiologis melihat perilaku dengan instrumen seperti status sosial ekonomi, agama, etnik dan tempat tinggal. Model pendekatan psikologis sosial adalah kekuatan psikologis dalam diri sendiri akibat proses sosialisasi politik menyangkut orientasi identifikasi partai, isu dan kandidat. Model pendekatan rasional merupakan model yang mengedepankan pemiliran pemilih dimana pemilih akan memilih kandidat yang dapat memberikan mereka keuntungan.

Dennis Kavanagh (1983) menggambarkan bahwa tingkah laku pemilih dapat dilihat dengan empat pendekatan yaitu, structural approach, sociological approach, ecological approach, rational choice approach. Menurutnya dari kelima pendekatan yang dikemukakan diatas pendekatan social psychology yang sangat unggul dalam melihat dan meneliti tingkah laku seseorang termasuk pilihan dalam mendukung kontestan tertentu. Hasil penelitian Anzal (2014), telah menunjukkan bahwa dari pendekatan sosiologis, tidak banyak pemilih yang menjatuhkan pilihan politiknya, beda halnya dengan psikologis pemilih pemula menunjukkan perilakunya dengan melihat visi dan misi dari calon dari calon Presiden dan Wakil Presiden sehingga kebanyakan dari pemilih pemula dalam menjatuhkan pilihannya mengedepankan persepsi terhadap kandidat, sedangkan dari pendekatan rasional pemilih pemula melihat dari prestasi, keberhasilan, serta kapasitas kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang claon kandidat.

Hasil penelitian Rianto, dkk (2013), yang juga melakukan penelitian tentang perilaku pemilih pada pemilihan kepala daerah, menunjukkan bahwa pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang efektif dalam memenangkan suara masyarakat,

(14)

dimana pemilih akan memilih hanya berdasarkan kedekatan dengan seorang kandidat, begitu halnya dengan pendekatan rasional yang merupakan salah satu pendekatan yang menjadi kunci kemenangan kebanyakan pasangan calon dimana cenderung masyarakat modern ini lebih pragmatis dan lebih mengutamakan keuntungan dengan mendapatkan uang, sembako. Jadi pendekatan rasional melalui money politic masih sangat efektif untuk memenangkan pertarungan politik.

Hasil penelitian Muhammad dan Agus, (2019), bahwa ada tiga faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihannya. seperti faktor sosiologis, psikologis sosial dan rasional. Berkaitan dengan faktor sosiologis, Kinerja yang baik lebih dipilih dari pada latar belakang pendidikan seorang calon kandidat. Faktor psikologis sosial dapat dilihat dari peran media massa, peran partai politik dan masyarakat sendiri yang turut ikut serta dalam mempromosikan citra kandidat. Perilaku pemilih juga berkaitan dengan faktor pilihan rasional yang menunjukkan bahwa masyarakat dalam menentukan pilihannya mempertimbangkan pengalaman dan melihat proyeksi program selanjutnya. Dalam konteks politik perilaku dikategorikan sebagai Komunikasi pemerintah dan masyarakat dengan semua elemen termasuk instansi-instansi pemerintah, individu dan kelompok didalam masyarakat, untuk pelaksanaan, pembuatan dan penegakan keptusan politik merupakan perilaku politik. Dewasa ini perilaku politik dapat di kategorikan menjadi dua bagian pertama perilaku politik yang dilakukan oleh penerintah dan lembaga-lembaganya dan yang kedua perilaku politik yang dilakukan oleh masayarakat (Surbakti, 2010) disini tugas

(15)

pemerintah dan lembaganya adalah sebagai penanggung jawab atasa terselenggaranya kegiatan politik (seperti Pemilu).

Dalam hal lembaga kenegaraan Indonesia mempunyai lembaga yang bergerak dibidang perumusan dan penetapan Undang-Undang. Yaitu lembaga legislatif dalam hal ini dinamakan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Majelis Permusyawaratan Rakyat ini terbagi 2 diantaranya DPR dan ini singkatan dari dewan perwakilan rakyat dan DPD singkatan dari dewan perwakilan daerah Anggota MPR 2014-2019 sebanyak 692, 132 Anggota DPD dan 560 Anggota DPR. Mereka dipilih berdasarkan pemilihan umum.

Di Indonesia sendiri data menunjukkan bahwa perilaku pemilih saat ini melihat gejala gejala yang menunjukkan turun naiknya paartisipasi pemilih yang mana dapat dilihat dari pemilih saat ini keikutsertaan masyarakat pada pemilihan tahun 2004 sebanyak 84%, dan pada pemilihan 2009 sebanyak 71%, selanjutnya pada tahun 2014 sebanyak 74 %. Data ini menunjukkan bahwa setiap 5 tahunnya tingkat partisipasi pemilih mengalami fluktuasi dan lebih cenderung menurun. Sedikitnya 1,6 juta jiwa wajib pilih di Sulawesi Selatan (Sulsel) tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih untuk tidak memberikan suaranya pada siapapun yang menjadi calon legislatif. (Sindonews. akses 2019).

Berdasarkan hasil pleno pemilu tingkat provinsi Sulawesi Selatan, sebanyak 1.697.645 atau 26,46 persen dari 6.416.275 daftar pemilih Sulawesi Selatan memilih golput. Sementara yang menggunakan hak pilihnya 4.718.630 atau 73,54 persen.Tingkat partisipasi pemilih di Sulawesi Selatan masih di bawah dari target yang

(16)

sebelumnya dipatok Komisi Pemilihan Umum (KPU) di semua provinsi. Terjadi stagnan dibanding tingkat partisipasi pemilih di Sulawesi Selatan pada Pemilu 2009 yakni 73 persen. Diantara 24 kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan, tingkat partisipasi di bawah target (75 persen) umumnya di daerah yang mempunyai jumlah wajib pilih besar, kecuali Kabupaten Gowa dengan tingkat partisipasi 76,82 persen. Sementara, Kota Makassar dengan daftar pemilih satu juta lebih dengan tingkat partisipasi hanya 61,45 persen atau 627.156. Demikian juga dengan Kabupaten Bulukumba dengan jumlah daftar pemilih 335.027 hanya 70,34 persen atau 235.622 yang berpartisipasi (Era.id, akses 2019).

Berdasarkan perundingan yang dilakukan untuk menetukan daftar pemiluh hasil pemitakhiran (DPHP) dalam Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba 8 Maret 2018. Pemilih hasil pemutakhiran untuk kecamatan Rilau Ale berjumlah 30.893 orang, sedangkan desa Batukaropa sendiri dalam daftar pemilih hasil pemutakhiran berjumlah 2.200 orang (Tribratanewsbulukumba, akses 2019).

Peneliti mengungkapkan bahwa target yang diinginkan KPU dalam pemilihan umum yaitu 77.5 persen partisipasi pemilih dan ini untuk di wilayah desa batukaropa targrt ini belum tercapai. Sedangkan peneliti yang lain mengungkapkan bahwa masyarakat masih belim terlalu mengetahui tentang akan dilaksanakannya pemilihan apalagi yang pemilih pemula mereka hanya akan ikut saja apalagi dengan sistem ataupun dengan teknis pelasanaan pemilihan umum, peneliti ini mengungkapkan bahwa dari 94 persen pemilih memang sudah tahu tentang akan diadakannya pemilihan umum tapi dari 94 persen itu hanya 57 persen yang tahu pasti tentang akan

(17)

dilaksanakannya pemilihan umum baik itu tanggal ataupun tempat yang mrnjadi lokasi pemilihan.

Untuk data hasil pemilihan anggota legislatif 2019 di Kecamatan Rilauale dari 32.418 orang daftar pemilih tetap dan hanya 23.620 sebagai pemilih yang datang memberikan hak suaranya jadi hanya sekitar 72.86 persen. Dan di Desa Batukaropa yang dibagi menjadi 8 TPS dan dirata-ratakan sehingga mendapatkan hasil pemilihan anggota DPD sekitar 67.5 persen dan untuk hasil pemilihan anggota DPR RI 72 persen selanjutnya DPRD Provinsi mendapatkan hasil 72.25 persen, terakhir untuk hasil pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota sebanyak 75.75 persen.

Tabel 1.1

Hasil Pemilihan Anggota Legislatif di Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba 2019 ANGGOTA HASIL DPD 67.5 persen DPR-RI 72 persen DPRD 72.25 persen DPRD Kabupaten/Kota 75.75 persen

(18)

Berdasarkan data yang telah dirumuskan maka akan dilakukan penelitian dan yang menjadi judul penilis adalah “Perilaku pemilih (Studi kasus dalam pemilihan anggota Legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba). karena terdapat berbagai macam fenomena politik yang terjadi disana seperti perilaku pemilih warga dalam pemilihan umum tergolong kurang memperhatikan atau kurang peduli dengan adanya pemilihan legislatif atau dapat dikatakan mereka belum mengetahui dengan pasti siapa yang mereka harus pilih karena kebanyakan dari masyarakat Desa Batukaropa hanya mengenal sedikit kandidat yang mencalonkan anggota legislatif 2019.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perilaku pemilih berdasarkan pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional pada pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba?

2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan perilaku pemilih pada pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perilaku pemilih berdasarkan pendekatan sosiologis, psikologis dan rasiona pada pemilihan anggota legislatif di Desa

Batukaropa, Kabupaten Bulukumba.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan perilaku pemilih pada pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba.

(19)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca, dan menjadikan penelitian sebagai acuan untuk melihat bagaimana perilaku pemilih yang ada pada penelitian ini sertta dalam bidang pemerintahan diharapkan penelitian ini mampu untuk membatu pemerintah untuk melihat tingkah laku pemilih guna menjadi bahan evaluasi terutama untuk anggota legislatif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu manjadi bahan bacaan untuk mengetahui perilaku pemilih di berbagai daerah.

b. Bagi pemerintah, penulis berharap dengan penelitian ini menjadi bahan evalusi untuk pemerintah untuk meningkatkan partisipasi pemilih dan juga menjadi bahan untuk sosialisasi untuk mengetahui bagaimana perilaku pemilih.

(20)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep, Definisi dan Teori

1. Konsep Perilaku Politik

Komunikasi pemerintah dan masyarakat dengan semua elemen termasuk instansi-instansi pemerintah, individu dan kelompok didalam masyarakat, untuk pelaksanaan, pembuatan dan penegakan keptusan politik merupakan perilaku politik (Surbakti, 1992). Demikian juga Budiardjo (2010) menjelaskan partisipasi politik adalah keikutsertaan individu atau kelompok dengan aktif dalam berpolitik seperti memilih pemimpin negara, baik itu langsung dan tidak langsung tentunya berdampak pada kebijakan pemerintah. Jadi partisipasi politik adalah masyarakat yang tidak terikat dalam politik dan turut andil dalam kegiatan politik dan dapat mempengaruhi politik itu sendiri (Arifin, 2015).

Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang berhubungan dan dapat diteliti langsung maupun tidak langsung. Sedangkan pemilih adalah semua kalangan menjadi tujuan dari pada calon unuk dipengaruhi dan diyakinkan agar memberikan suaranya kedapada calon yang telah mempengaruhinya tersebut. (Effendi, 2017). Mereka yang terdaftar sebagai pemilih dikatakan pemilih yang sah berhak menentukan pilihan berdasarkan kemauan/pilihannya sendiri.

(21)

Keputusan dalam mendukung dan memberikan suara tidak akan timbul begitu saja jika pemilih tidak setia terhadap calon yang menjadi jagoannya. Begitupun sebaliknya pemilih akan mempertibangkan untuk memilih calon yang tidak jelas asal usulnya jangan samapai mereka memberikan janji dan tidak memepatinya apalagi calon yang tidak konsisten. Perilaku pemilih juga penuh akan pemikiran atau paham tertentu, dalam masa kampanye diantara para pemilih akan melalukan penggolongan antara pendukung partai A ataupun partai B yang berbeda ideologi, dalam kasus seperti ini banyak yang terjadi seperti konflik antar pemilih dan mengelompokkan diri dengan ideologi yang sama serta menjauhi ideologi yang berseberangan dengan ideologi mereka. Padahal sebelum masa kampanye (pemilu) pemilih tidak akan membedakan antara si A dan si B. Serta- merta perilaku pemilih akan muncul pada saat berbagai macam pendekatan telah mempengaruhi mereka, pada saat akan dilaksanakanya pemilihan umun (pemilu).

2. Konsep Perilaku Pemilih

Perilaku merupakan sifat yang sudah tertanam secara alami manusia yang dapat membedakan antara manusia yang satu dan yang lainnya, dan menjadi identitas yang tertanam dari seseorang dangan orang yang lainnya (Septianingrum, 2012). Dalam konteks politik perilaku dikategorikan sebagai Komunikasi pemerintah dan masyarakat dengan semua elemen termasuk instansi-instansi pemerintah, individu dan kelompok didalam masyarakat, untuk pelaksanaan, pembuatan dan penegakan keptusan politik merupakan perilaku politik. Dewasa ini perilaku politik dapat di

(22)

kategorikan menjadi dua bagian pertama perilaku politik yang dilakukan oleh penerintah dan lembaga-lembaganya dan yang kedua perilaku politik yang dilakukan oleh masayarakat (Surbakti, 2010) disini tugas pemerintah dan lembaganya adalah sebagai penanggung jawab atasa terselenggaranya kegiatan politik (seperti Pemilu). Sedangkan untuk masyarakat kegiatan politik uang dilakukan seperti ikut berpartisipasi dalam penyelanggaraan pemilihan umum yang terjadi dan memberikan suaranya yang sah dengan cara memilih para calon yang diinginkannya.

Menurut Sari (2011) memilih merupakan keputusan secara langsung maupun tidak langsung. Memilih adalah kegiatan yang dilakuan untuk menentukan siapa yang dianggap cocok untuk menjadi pemimpin kedepannya sesuai dengan keinginan individu maupun Baik tertuju pada kalangan atas ataupun mengedepankan kalangan menengah kebawah.

Perilaku memilih adalah kenyataan sosial yang yang didalamnya terdapat faktor eksternal dan faktor internal. Berdasarkan faktor eksternal perilaku memilih merupakan penialaian dari hasil sosialisasi disekitarnya atau dilingkungannya. Sedangkan berdasarkan factor internal adalah aktivitas yang mengedepankan pengalaman yang logis dan intelektual yang dimiliki. Dalam perilaku pemilih ada banyak factor yang mempengaruhi seperti kebijakan politik da isu-isu politik, ada kelompok memilih berdasarkan kelas social dari calon kandidat, sementara kelompok lain melakukan pemilihan karena memang suka dengan kandidat atau figur dari calon yang dipilihnya dan ada juga kelompok yang memilih kandidat berdasarkan factor

(23)

keyakinan dan agama. Dan yang menjadi dasar dalam mempengaruhi perilaku pemilih adalah aliran politik, pengaruh social dalam masayarakat, pengetahuan partai dan elit dalam politik (Firmanzah, 2008).

Lebih lanjut Firmanzah (2008) berpendapat bahwa perilaku memilih adalah pemilih yang memberikan suaranya kepada kandidat yang menjadi calon dalam pemilihan umum. Dalam hal ini perilaku memilih merupakan hal yang wajib dilakukan guna untuk menentukan pemerintah yang baik selama beberapa tahun kedepan dan menjadi tujuan para kontestan untuk mempengaruhi para pemilih untuk memberikan suaranya kepada calon yang bersangkutan. Perilaku memilih adalah memberikan hak pilih kepada kandidat dengan berbagai pertimbangan untuk memilih calon diinginkan pemilih. Proses pemberian suara dalam pemilu diwujudkan dengan cara memberikan secara langsung hak pilihnya kepada calong yang menjadi pilihan dari pemilih tersebut. Dalam pemilihan umum dinyatakan sebagai pemilih yang sah apabila mereka sudah terdaftar sebagai pemilih dan diketehui oleh petugas dalam pemilihan (pasal 69 ayat 1 UU No. 32 tahun 2004).

Menurut Gaffar yang dalam Asfar (2005) menjelaskan teori perilaku pemilih

(voting behavior) Gaffar membagi tiga pendekatan utama yaitu pendekatan sosiologis

Mazhab Columbia, pendekatan psikologis Mazhab Michigan, dan pendekatan rasional Mazhab Virginia.

1. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis bermula di Eropa Barat dan di tangan ahli ilmu politik dan sosilogi pendekatan ini dikembangkan, ahli ini mengemukakan masyarakat

(24)

mempunyai kesadaran status yang kuat dan juga berdasarkan karakteristik masyarakat telah tersusun sedemikian rupa dengan berbagai latar belakang dan pendukung mazhab ini percaya bahwa untuk memahami perilaku individu maka perlu untuk memahami karakteristik yang ada dalam individu atau seseorang tersebut (Sari, 2011). Untuk melakukan tindakan tertentu dapat dipengaruhi oleh karakteristik social dan menurut Gaffar karaktristik tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori (Sari, 2011)

a. Jenis kelamin

Didunia ini ada laki-laki dan perempuan dan penuntutan kesetaraan gender terjadi dimana-mana. Perempuan meminta hak seperti laki-laki, yang pada dasarnya di zaman sekarang laki-laki dan perempuan dianggap sederajat. Tapi tidak menutup kemungkinan perbedaan pola pikir juga termasuk dalam jenis kelamin.

b. Pendidikan

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan perilaku kita dan dengan berbedanya tingkat pendidikan maka berbeda pula cara berperilaku atau cara memperlakukan sesuatu.

c. Usia

Karena kematangan usia akan mempengaruhi cara berpikir juga akan mempengaruhi tindakan dan cara menentukan pilihan.

(25)

d. Pekerjaan

Jika dilihat dari pekerjaan seseorang, kemungkinan besar yang akan terjadi adalah perbedaan pola pikir misalnya orang yang pekerjaannya sebagai petani akan berbeda pola pikirnya dengan pegawai negeri sipil. 2. Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis eksis di Amerika Serikat (AS), dan awalnya berasal dari Eropa Barat. Mazhab ini mengembangkan konsep psikologi, terutama sikap dan sosialisasi. Dalam melihat perilaku pemilih, dengan landasan pendekatan psikologis, pemilih di Amerika memberikan suaranya berdasarkan pengaruh psikologis yang kuat terhadap dirinya sebagai objek sosialisasi, mereka menjelaskan kepribadian seseorang merupakan suatu hal yang vital dalam menentukan perilaku politik individu. Menurut pendekatan psikologis, dapat dianalisis menjadi tiga indikator yaitu:

a. Identifikasi partai adalah bagaimana individu/pemilih mengenali partai tersebut (misalnya dari rendah ketinggi).

b. Orientasi isu/tema merupakan topik yang menjadi bahan kampanye dari calon ataupun partai politik yang bersaing.

c. Orientasi kandidat adalah orang yang menjadi kandidat dalam pemilihan umum.

Kemunculan dari mazhab ini merupakan suatu bentuk dari ketidakpuasaan dengan pendekatan sosiologis. Mazhab ini mengedepankan konsep sikap dan sosialisasi . para ahli mengemukakan bahwa dalam menjatuhkan pilihan individu berangkat dari sikap atau cerminan dari kepribadian seseorang dan itu menjadi

(26)

variabel penentu perilaku politik seseorang. Mazhab ini menekankan pada persoalan respons yang didapatkan dilingkungan serta melihat bahwa didalam masyarakat terdapat rasionalitas dan kecerdasan dalam menentukan pilihan. 3. Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional diadaptasi dari ilmu ekonomi, kegiatan memilih melihat dari aspek untung-rugi (Surbakti, 1992) individu melihat akan timbulnya konsekuensi-konsekuensi yang ada dalam pilihan tersebut, lalu individu akan menentukan pilihan dari apa yang memberikan mereka keuntungan yang paling besar bagi dirinya. Dengan kedua mazhab yang telah dibahas diatas Asfar (2006) juga mengemukakan satu pendekatan yang menjadi kritik atas pendekatan sebelumnya kedua pendekatan diatas baik pendekatan sosiologis dan psikologis dianggap kurang dalam menganalisis perilaku pemilih karena menjadikan pemilih sebagai pion yang saekan mudah untuk ditebak bagaimana perilakunya, ahli menjelaskan bahwa perilaku pemilih tidak harus stagnan, karakter sosial identifikasi partai dapat berubah sewaktu-waktu. Pendekatan ini berasal dari ilmu ekonomi yang dimana pemilih telah berpikir untuk memilih kandidat yang dapat memberikan mereka keuntungan yang lebih dengan kerugian yang sekecil-kecilnya

Dalam mempermudah dalam menganalisi perilaku pemilih dapat dirangkum menjadi beberapa kategori dan disederhanakan (Puspasari, 2012), diantaranya:

1. Identifikasi partai

2. Isu dan kebijakan politik 3. Peristiwa-peristiwa tertentu

(27)

4. Kandidat 5. Citra sosial

6. Faktor-faktor epistemik 3. Jenis-Jenis Pemilih

Jenis-jenis pemilih dapat dibagi menjadi beberapa kategori (Firmanzah, 2008) yaitu:

a. Pemilih Rasional

Pemilih jenis ini adlah pemilih yang tidak memperhatikan kedekatan ideology dengan kandidat ataupun partai yang mengusung calon tersebut. Pemilih jenis ini lebih mengedepankan kinerja yang baik dari calon dan hanya mengutamakan apa yang menjadi kemampuam dari calon kandidat dan apakah mereka dapat menjalankan program kerjannya. Pemilih jenis ini yang terpenting adalah apa yang bisa dilakukan oleh kandidat atau kontestan pemilu.

b. Pemilih Kritis

Pemililih yang seperti ini adalah mereka yang selalu menganalisis dan menkritisi kebijakan yang telah dibuat oleh partai atau kontestan. Intinya pemilih jenis ini akan terus menganalis apa yang menjadi kebijakan yang ditawarkan kadidat atau partai dan tidak sesuai dengan pemahaman pemilih tersebut maka kebijakan itu akan dikritisi.

(28)

Pemilih jenis ini sangat mengedepankan nilai-nilai budaya, asal-usul dan paham dan ini menjadi tolak ukur untuk memilih para kandidat yang mencalonkan pada pemilu. Pemilih ini sangat mudah untuk dipengaruhi dan juga pemilih ini sangat loyal dengan satu kandidat Karena menurutnya apa yang telah dikatakan kandidat yang menjadi pilihannya itu sudah tidak dapat dibantah lagi.

d. Pemilih Skeptis

Pemilih jenis ini adala pemilih yang paling parah dalam menentukan pilihan calonnya yang dimana pemilih ini jika mereka melakukan pemilihan maka mereka akan memilih secara acak dan mereka berpikiran bahwa siapapun yang mereka pilih itu tidak akan berpengaruh pada mereka ataupun pada kondisi daerahnya.

4. Pemilu (Pemilihan Umum) Legislatif 1. Konsep pemilu (pemilihan umum)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, pemilihan umum adalah pemilihan yang dilakukan secara serentak oleh seluruh rakyat suatu negara untuk memilih wakil rakyat. Sukarna (1981) berpendapat bahwa pemilihan umum merupakan suatu metode untuk memperoleh pemimpin-pemimpin baru guna mempertanggung jawabkan apa yang menjadi kepentingan rakyat dan membuat kepentingan itu terlaksana. Selanjutnya Saragih (1988) berpendapat bahwa pemilihan umum adalah tanda dari sebuah demokrasi dan didalam demokrasi tersebut rakyat bebas menetukan pilihannya, dan dengan pemilihan umum pula negara baru bisa disebut sebagai Negara demokrasi. Menurut Haryanto (1984), pemilihan umum

(29)

merupakan kegiatan untuk melakukam pemilihan yang dimana didalamnya masayrakat menetukan pilihan berdasarkan keinginannya sendiri dan disini dapat diketahui apa yang menjadi kenginan masyarakat. Dan juga masyarakat memilih untuk menentukan apa yang akan dikerjakan pemerintah jika terpilih kelak.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 tahun 2011 tahun tentang "Penyelenggara Pemilihan Umum", Pasal 1 ayat I menegaskan bahwa Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Jadi dapat disimpilkan bahwa pemilihan umum adalah alat atau motode untuk memperoleh wakil-wakil rakyat yang bertanggung jawab, jujur dan adil untuk memperjuangkan apa yang menjadi kepentingan-kepentingan rakyat serta bertanggungjawab untuk mencapai kepentingan-kepentingan tersebut.

2. Konsep Legislatif

Badan legislatif adalah Lembaga pemerintahan yang bergerak dalam bidang perancangan UU dan mengontrol badan eksekutif, dari berbagai fungsi badan legislatif dewasai ini mempunyai berbagai macam nama yaitu legislate, atau membuat undang-undang, nama lain yang dipakai ialah Assembli yang mengutamakan unsur “berkumpul” (dalam membicarakan masalah-masalah yang terjadi pada publik), nama lain lagi seperti Parliament, nama ini mengutamakan unsur “bicara” (parler) dan merundingkan (Budiardjo, 2007). Akan tetapi apapun perbedaan nama-nama yang

(30)

menyebutkan badan legislatif akan dipastikan bahwa badan ini merupakan symbol dari rakyat yang berdaulat.

3. Fungsi Badan Legislatif

Menurut Budiardjo dalam bukunya dasar-dasar ilmu politik (2007) yang paling penting dalam fungsi badan legislatif ialah:

a) Fungsi legislasi

Secara teori punsi utama badan legislatif terlatak pada bagian perundang-undangan. Sekalipun tidak mempunyai hak keseluruhab dalam bidang itu. Dalam membahas atau melakukan perumusan undang-undang sering dibentuk panitia dalam pembahasan atau perumusan undang-undang dan memanggil mentri atau pejabat untuk dimintai keterangan seperlunya.

b) Fungsi kontrol

Karena semakin berkurannya pengaruh badan legislative di bidang legislatif, maka perannya dibidang pengawasan bertambah menonjol. Badan legislatif berkewajiban mengawasi badan eksekutif agar sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkannya.

c) Fungsi lainnya

Diantara fungsi legislasi dan kontrol, badan legislatif mempunyai fungsi lain antara lain bertindak sebagai penampung aspirasi rakyat dengan demikan jarak antara pemerintah dan yang diperintah dapat diperkecil.

(31)

B. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian oleh Anzal B.P Ibrahim yang berjudul “Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014”. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa dari pendekatan sosiologis, tidak banyak pemilih yang menajtuhkan pilihan politiknya, beda halnya dengan psikologis disini pemilih memperlihatkan perilakunya dengan melihat apa yang menjadi tawaran besar calon kepada masyarakat., sedangkan dari pendekatan rasional pemilih pemula melihat dari kinerja dan kemampuan dari seorang kandidat.

2. Selanjutnya Rianto Pusida, Agustinus Pati Trintje Lambey dengan judul penelitian “Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2013 (Studi Tentang Efektivitas Kampanye) Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang efektif dalam memenangkan suara masyarakat, Dimana pemilih akan memilih hanya berdasarkan kedekatan dengan seorang kandidat, begitu halnya dengan pendekatan rasional yang merupakan salah satu pendekatan yang menjadi kunci kemenangan kebanyakan pasangan calon dimana cenderung masyarakat modern ini lebih pragmatis dan lebih mengutamakan keuntungan dengan mendapatkan uang, sembako. Jadi pendekatan rasional melalui money politic masih sangat efektif untuk memenangkan pertarungan politik.

3. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Muhammad Harish Fahmi dan Agus Machfud Fauzi dengan judul penelitian “Perilaku Pemilih Masyarakat

(32)

Kabupaten Lamongan Pada Pilpres 2019” dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihannya. seperti faktor sosiologis, psikologis sosial dan rasional. Berkaitan dengan faktor sosiologis, Kinerja yang baik lebih dipilih dari pada latar belakang pendidikan seorang calon kandidat. Faktor psikologis sosial dapat dilihat dari peran media massa, peran partai politik dan masyarakat sendiri yang turut ikut serta dalam mempromosikan citra kandidat. Perilaku pemilih juga berkaitan dengan faktor pilihan rasional yang menunjukkan bahwa masyarakat dalam menentukan pilihannya mempertimbangkan pengalaman dan melihat proyeksi program selanjutnya.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan pokok masalah yang telah dijelaskan di latar belakang yang dimana perilaku pemilih masih belum cukup berpartisipasi dalam pemilihan calon anggota legislatif Kabupaten Bulukumba. Dapat dipaparkan teori serta dukungan dari penelitian yang relevan terdahulu. Diketahui berdasarkan teori yang ada perilaku pemilih dibagi menjadi tiga bagian yaitu pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional. Selanjutnya penelitian ini memasukkan faktor-faktor yang yeng terkait dengan perilaku pemilih, Dalam pemilihan umum anggota legislatif Kabupaten Bulukumba. Dengan adanya kerangka fikir ini maka pembahasan dalam penelitian ini akan terfokus pada apa yang telah tercantum dalam kerangka fikir. Dari uraian tersebut dapat digambarkan kerangka berfikir sebagai berikut:

(33)

KERANGKA PIKIR

Perilaku pemilih pada Pemilihan calon anggota legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba tahun 2019

Pendekatan sosiologis

Pendekatan psikologis

Pendekatan rasional

Peningkatan Partisipasi pemilih di Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba Faktor penghambat Peristiwa-Peristiwa tertentu Faktor pendukung Kandidat

(34)

D. Fokus Penelitian

Dengan melihat latar belakang yang telah dirumuskan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Perilaku pemilih dalam prmilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba. Dalam penelitian mengenai perilaku pemilih dapat diukur dengan pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional. Selanjutnya faktor-faktor yang berhubungan erat dengan Perilaku pemilih akan dikemukakan pada saat dilakukannya penelitian.

E. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang melihat pada karakteristik sosial yang menjadi dasar suatu kelompok dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Dalam hal ini, pendekatan sosilogis akan melihat pada status calon anggota legislatif. Dalam penelitian ini, terkait pendekatan sosiologis, maka beberapa hal yang akan dianalisis adalah : (1) Alasan memilih berdasarkan persepsi; (2) alasan memilih calon anggota legislatif berdasarkan status sosial; dan (3) memilih dengan alasan lingkungan tempat tinggal.

2. Pendekatan psikologis adalah menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama sikap dan sosialisasi, berdasarkan pendekatan ini masyarakat menentukan pilihan dikarenakan pengaruh psikologis yang kuat terhadap dirinya sebagai objek sosialisasi. Dalam penelitian ini, terkait pendekatan psikologis, maka beberapa hal yang akan dianalisis adalah: (1) Memilih calon anggota legislatif karenakan (mempunyai ideologi yang sama)

(35)

dengan salah satu partai politik yang mengusung calon anggota legislatif yang telah dipilih (identifikasi partai); (2) Memilih calon anggota legislatif dikarenakan isu-isu yang diangkat oleh calon anggota legislatif ataupun partai yang mengusung calon/kandidat (Orientasi isu/ tema); dan (3) Memilih calon anggota legislatif karena individu mempunyai kedekatan emosional dengan calon anggota legislatif dalam hal ini sudah mengenal dekat dengan sosok calon anggota legislatif yang sudah dipilih (orientasi kandidat).

3. Pendekatan rasional adalah pendekatan yang diadopsi dari ilmu ekonomi, disini pemilih akan lebih mementingkan dirinya sendiri atau orang lain dan individu melihat akan timbulnya konsekuensi-konsekuensi yang ada dalam pilihan tersebut, lalu individu akan menentukan pilihan dari apa yang memberikan mereka keuntungan yang paling besar. Dalam penelitian ini, terkait pendekatan rasional, maka beberapa hal yang akan dianalisis adalah : (1) Memilih calon anggota legislatif dikarenakan program-program/visi misi yang ditawarkan oleh calon anggota legislatif; (2) Memilih calon anggota legislatif dikarenakan kepribadian/figur dari kandidat yang mencalonkan; dan (3) Memilih calon anggota legislatif dikarenakan calon tersebut memberikan keuntungan kepada individu (misalnya berupa uang atau menjanjikan suatu pembangunan kapada masyarakat).

(36)

Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih. Diantaranya factor pendukung dalam penelitian ini mengenai perilaku pemilih adalah calon atau kandidat legislatif. Dan factor penghambatnya adalah peristiwa-peristiwa tertentu seperti cuaca kondisi lapangan dan jauh dari lokasi.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Desa Batukaropa Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba merupakan lokasi yang menjadi tempat penelitian dan menjadi latar belakang untuk memperoleh data. Adapun yang dibutuhkan waktu dalam penelitian ini sekitar 2 (dua) bulan, karena peneliti melihat terdapat berbagai macam fenomena politik yang terjadi disana seperti perilaku pemilih warga dalam pemilihan umum tergolong kurang berpartisipasi atau dapat dikatakan acuh terhadap pemilihan umum karena sebagian masyarakat berpikiran mereka akan berpikran tidak ada berubah setelah pemilihan umum ataupun terpilihnya kandidat tertentu.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis penelitian

Hasil dari penelitian ini berupa data-data yang diperoleh dari informan yang berupa perkataan atau lisan yang diungkapkan informan. Yang dimana pendekatan ini disebut model kualitatif, penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mengenai suatu kenyataan sosial yang telah menjadi fokus penelitian setelah dilakukan analisis. Penelitian kualitatif dilakukan untuk mengetahui Bagaimana perilaku pemilih pada pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba 2019.

(38)

Dalam pemilihan calon anggota legislatif Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba Peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif untuk mengungkap data fakta yang terjadi dilapangan yang menyangkut tentang perilaku pemilih. Penelitian yang menggambarkan suatu fakta-fakta yang sedang terjadi adalah suatu penelitian yang disebut dengan penelitian deskriptif.

C. Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang hanya berkaitan dengan pendekatan kualitatif.

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden berdasarkan Tanya jawab langsung. Guna melakukan Tanya jawab adalah untuk memperoleh data yang menjadi tujuan peneliti dalam hal ini peneliti akan mencari data yang berkaitan dengan perilaku pemilih dalam pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba.

2. Sumber data yang didapatkan dari dokumen atau literature di sebut data sekunder. Obsevasi yaitu melakukan pengamatan langsung secara berulang pada tempat yang sama ataupun berbeda pada pemilihan anggota legislatif Desa Batukaropa. Untuk mendapatkan data sekunder dilakukan kajian terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi, baik visual maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian pada pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba.

(39)

D. Informan Penelitian

Dalam peneitian ini yang menjadi subjek penelitian untuk memperoleh data perilaku pemilih akan dibagi berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan yang bejumlah 8 orang, berikut data lengkap dari masing-masing informan/subyek penelitian:

Table 3.1 Informan Penelitian

No. Kelompok Nama Status Jumlah

1. Pekerjaan

Supratman PNS

2

Muh. Ramli Petani

2. Usia

Andi. Ilham Pemilih Pemula

2 Resky Fajar Pemilih Senior

3. Tingkat Pendidikan

Rosdiana Sarjana (S1)

2

Puan Sapo Tamat SD

4. Jenis Kelamin

Indra Ardianto Laki-laki

2 Rina Karlina Perempuan

5. Jumlah 8

Dalam penelitian ini diambil 8 subjek penelitian yang terdiri dari masyarakat Desa Batularopa, yang digolongkan menjadi jenis kelamin, laki-laki dan perempuan (2 orang), pekerjaan pegawai negeri sipil dan petani (2orang), pendidikan, sarjana dan

(40)

tamat SD (2 orang), usia, pemilih pemula dan pemilih senior (2 orang). Masing-masing subjek diwawancarai dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disediakan. Adapun saat melakukan pendalaman maka peneliti akan memberikan pertanyaan-pertanyaan secara spontan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian menggunakan teknik sebagai berikut: a. Observasi

Melakukan peninjauan langsung mengenai lokasi yang menjadi tempat penelitian guna memperoleh data yang diperlukan. Terkait penelitian ini maka observasi akan berfokus pada Perilaku pemilih pada pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba

b. Wawancara

Dilakukan guna memperoleh data primer tentang Perilaku pemilih pada pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba. c. Dokumentasi

Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan kajian terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi, baik visual maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa Perilaku pemilih pada pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa, Kabupaten Bulukumba.

(41)

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini mengenai teknik analisis data menggunakan analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992), yaitu:

(1) Reduksi data (data reduction), dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari data; (2) Penyajian data (data display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sebagainya; dan

(3) Penarikan kesimpulan (verification), penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari data.

Gambar

Model Analisis Data Interaktif dari Miles dan Huberman (1992)

G. Pengabsahan data

Dalam penelitian ini unutuk pengabsahan data dilakukan dengan: 1. Perpanjangan pengamatan Data Reduction Data Display Display Conclusions: Drawing/Verifying Data Collection Collection

(42)

Dengan melakukan pengamatan kembali secara berulang kepada narasumber untuk untuk memperoleh data yang lebih tepat dan akurat serta membuat peneliti lebih mengenal responden.

2. Peningkatan ketekunan peneliti

Peneliti melakukan pengamatan dengan cermat dan teliti guna memperoleh data yang pasti dan sistematis.

3. Triangulasi

Memeriksa keabsahan data atau keakuratan sebuah data dengan memanfaatkan sesuatu dari luar untuk dilakukan perbandingan data yang satu dengan yang lainnya. Tringulasi dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu:

(a) Triangulasi sumber, dengan menguji keakuratan data melalui pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa informan.

(b) Triangulasi teknik, yaitu melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda dengan menguji kredibilitas sebuah data. (c) Tringulasi waktu, yaitu melalui pengecekan dengan Tanya jawab secara

langsung, turun langsung, atau dengan menggunakan teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda dengan cara menguji kredibilitas data.

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN B. Hasil Penelitian

Pada sub bab ini menyajikan gambaran umum lokasi penelitian yang mencakup sejarah Desa Batukaropa, jumlah penduduk warga Desa Batukaropa, dan struktur aparat Desa Batukaropa yaitu sebagai berikut:

4. Gambaran Umum Desa Batukaropa

Gambaran umum desa Batukaropa total luas wilayah Desa Batukaropa 654 H. Desa Batukaropa berada di Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Indonesia. Jenis wilayah Desa Batukaropa adalah daratan tinggi/pegunungan. Mengapa dinamakan Desa Batukaropa sendiri dikarenakan Desa Batukaropa memiliki struktur tanah yang berbatu. Secara Geografis Desa Batukaropaa berbatasan dengan wilayah:

a. Di Utara, ada Desa Bontoharu b. Di Selatan, ada Desa Bulolohe c. Di Timur, ada Desa Karama d. Di Barat, ada Desa Bontobangun

Desa Batukaropa adalah desa yang berada dalam Kecamatan Rilau Ale mempunyai struktur pemerintahan yang sama dengan desa-desa yang lain seperti memiliki aparat Desa mulai dari Dusun, RW dan RT. Wilayah Desa Batukaropa terbagi menjadi lima Dusun yaitu: Dusun Kapparae, Dusun Batukaropa, Dusun Bentenge, Dusun Tojaga dan Dusun Katangka. Di keseluruhan Desa Batukaropa

(44)

memiliki 8 orang Ketua RW dan 21 orang ketua RT, masyarakat Desa Batukaropa mayoritas adalah petani.

Jika dilihat dari data demografi untuk jumlah total penduduk Desa Batukaropa sebanyak 3.212 jiwa yang dimana jumlah penduduk laki-laki 1.562 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan lebih banyak yaitu 1.650 jiwa, untuk jumlah penduduk pendatang sampai dengan tahun 2.020 sebanyak 15 orang dan jumlah penduduk yang pergi sebanyak 35 orang. Dapat dilihat dengan tabel di bawah:

Tabel 4.1

Penduduk Desa Batukaropa

No. Penduduk Jiwa

1. Jumlah penduduk laki-laki 1.562

2. Jumlah penduduk perempuan 1.650

3. Jumlah penduduk pendatang sd tahun 2020 15 4. Jumlah penduduk pergi sd tahun 2020 35

5. Jumlah total penduduk 3.212

Sumber: Data profil Desa Batukaropa 2020

Jumlah total kepala keluarga sebanyak 961 kepala keluarga, sedangkan untuk kepala keluarga perempuan sebanyak 107 kepala keluarga dan untuk jumlah keluarga miskin di Desa Batukaropa sebanyak 88 kepala keluarga. Dapat dilihat dengan tabel dibawah.

(45)

Tabel 4.2

Jumlah Kepala Keluarga Dan Keluarga Miskin No. Jumlah Kepala Keluarga

Dan Keluarga Miskin

Total Jumlah Kepala Keluarga

1. Jumlah kepala keluarga 961

2. Jumlah kepala keluarga perempuan 107

3. Jumlah keluarga miskin 89

Sumber: Data profil Desa Batukaropa 2020

Dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan struktur usia Desa Batukaropa memiliki beragam struktur usia mulai dari 1 tahun kebawah sampai 65 tahun ke atas sebagai berikut: usia kurang dari 1 tahun sebanyak 23 jiwa, 1-4 tahun berjumlah 146 jiwa, 5-14 tahun berjumlah 164 jiwa, 15-39 tahun sebanyak 1510 jiwa, 40-64 tahun sebanyak 1258 jiwa, sedangkan untuk usia 65 tahun keatas sebanyak 120 jiwa. Dengan table sebagai berikut:

Tabel 4.3

Penduduk Berdasarkan Usia

No. Penduduk Berdasarkan Usia Jiwa

1. <1 Tahun 23 2. 1-4 Tahun 146 3. 5-14 Tahun 164 4. 15-39 Tahun 1510 5. 40-64 Tahun 1258 6. 65 Tahun ke atas 120

(46)

Hasil pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa

Untuk data hasil pemilihan anggota legislatif 2019 di Kecamatan Rilauale dari 32.418 orang daftar pemilih tetap dan hanya 23.620 sebagai pemilih yang datang memberikan hak suaranya jadi hanya sekitar 72.86 persen. Dan di Desa Batukaropa yang dibagi menjadi 8 TPS dan dirata-ratakan sehingga mendapatkan hasil pemilihan anggota DPD sekitar 67.5 persen dan untuk hasil pemilihan anggota DPR RI 72 persen selanjutnya DPRD Provinsi mendapatkan hasil 72.25 persen, terakhir untuk hasil pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota sebanyak 75.75 persen.

Table 4.4

Hasil pemilihan anggota legislatif di Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba

Sumber: KPU Kabupaten Bulukumba

Anggota Hasil DPD 67.5 persen DPR-RI 72 persen DPRD 72.25 persen DPRD Kabupaten/Kota 75.75ersen

(47)

5. Perilaku Pemilih (Studi Kasus Pada Pemilihan Anggota Legislatif di Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba 2019)

Menurut Prof. Dr. Afan Gaffar yang dalam Asfar (2005) menjelaskan teori perilaku pemilih (voting behavior) Gaffar membagi tiga pendekatan utama yaitu pendekatan sosiologis Mazhab Columbia, pendekatan psikologis Mazhab Michigan, dan pendekatan rasional Mazhab Virginia.. Dalam hal perilaku pemilih dengan mengambil subyek di masyarakat Desa Batukaropa sangat bervariasi dengan peneliti melakukan pengambilan data dengan tiga indikataor yakni pendekatan sosioligis, pendekatan psikologi dan dan pendekatan rasional. Dengan tiga pendekatan tersebut akan digunakan sebagai tolak ukur yang menjadi lantasan peneliti guna mengetahui karakteristik perilaku pemilih masyarakat Desa Batokaropa dalam memilih calon anggota legislatif. Dalam memilih calon anggota legislatif masyarakat adalah individu atau kelompok sangat penting karena mereka sumber suara utama dalam mensukseskan pemilihan, tanpa adanya kesadaran dari masyarakat untuk melakukan pemilihan maka itu akan menjadi masalah dalam demokrasi. Dalam bab ini akan dibahas mengenai perilaku memilih masyarakat Desa Batukaropa dalam pemilihan calon anggota legislatif dengan menggunakan tiga indicator yakni pendekatan sosiologi, psikologis, dan rasional berikut pembahasannya:

(48)

a. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan Sosiologis (Mazhab Columbia) kazhab ini bersal dari eropa dan mazhab ini dekembangkan di Amerika Serikat oleh para ilmuan sosial yang berpendidikan di eropa. Oleh sebab itu pendekatan ini dusebut pendekatan sosilogi eropa. Ilmuan lain David Denver, (1994) dengan melakukan penelitian di inggris dan mengambil subjek dari masyarakat inggris untuk menjelaskan perilaku pemilih yang ada pada masyarakat inggris dan menyebut model ini sebagai social determinism approach. Mazhan ini intinya memberikan penjelasan mengenai kelompok sosial yang ada pada masayarakat dan karateristik yang ada didalam masyarakat tersebut.

Dalam penelitian ini, terkait pendekatan sosiologis, maka beberapa hal yang akan dianalisis adalah : (1) Alasan memilih berdasarkan persepsi; (2) alasan memilih calon anggota legislatif berdasarkan status sosial; dan (3) memilih dengan alasan lingkungan tempat tinggal.

Poin pertama adapun alasan masyarakat melakukan pemilihan calon anggota legislatif desa Batukaropa salah satunya adalah responden kebanyakan memilih karena mereka mengetahui bahwa memilih itu wajib. Seperti yang dikatakan oleh “SU” selaku pegawai negeri sipil dengan memeberikan pertanyaan mengapa mereka harus memilih dan mengemukakan bahwa:

“…Kenapa saya harus memilih karena itu penting dan mengikuti aturan yang ada yang berlaku di Indonesia yang mana itu disebut sistem Demokrasi. Memilih karena kita sebagai negara demokrasi. Dan dengan cara itu kita bisa memperoleh seorang pemimpin..”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret

(49)

Disini peneliti menyimpulkan bahwa mereka menyadari negara kita adalah negara demokrasi yang dimana suatu kewajiban untuk melakukan pemilihan, dengan melakukan pemilihan maka kita akan mensukseskan yang namanya demokrasi. Pemilihan umum adalah suatu proses dari system pemerintahan demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara.

Wawancara peneliti juga dilakukan dengan bapak “RS” sebagai sarjana di Desa Batukaropa. Dengan memberikan pertanyaan yang sama mengenai mengapa harus memilih, Hal yang dikemukakan informan yaitu:

“…Pertama, Karena saya merupakan warga negara Indonesia jadi punya hak wajib memilih calon anggota legislatif. Kedua, negara kita adalah negara demokratis yang artinya bentuk sistem pemerintahan yang melibatkan rakyatnya turut serta memerintah melalui perantara wakilnya "pemerintahan rakyat"…”( hasil wawancara tanggal 13 maret 2020).

Berdasarkan hasil wawancara maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa mereka mempunyai kewajiban untuk melakukan atau datang untuk ikut memilih calon anggota legislatif. Banyak pula alasan warga memilih karena menurut mereka memang sudah kewajiban sebagai warga negara dan karena mendapat undangan untuk memilih. Untuk memperkaya informasi Wawancara peneliti juga dilakukan dengan “MR” sebagai petani di Desa Batukapora. Hal yang dikemukakan informan yaitu:

“…Kita taulah bahwa negara kita ini negara demokrasi kenapa harus tidak memilih. Lah suara kita adalah penentu baik buruknya pemimpin kedepannya, Kita harus menjadi warga negara yang baik dan salah satu bukti warga negara yang baik ialah wajib ikut bertanggung jawab dan berhak untuk andil dalam pemilihan demi kesejahteraan bersama…”(hasil wawancara tanggal 13 maret

(50)

Berdasarkan hasil wawancara maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa mereka sadar akan kewajiban untuk memilih dan juga dengan memilih calon yang tepat maka kita akan menentukan baik buruknya suatu pemerintahan kedepannya, dengan memilih maka mereka sudah menggugurkan apa yang sudah menjadi tanggung tanggung jawab sebagai warga negara yang memang seharusnya melakukan yang namanya pemilihan anggota legislatif dangan begitu maka kita dapat mencapai kesejahteraan bersama.

Poin kedua Memilih calon legislatif karena calon mempunyai pendidikan yang tinggi dari calon anggota legislatif, dan juga status sosial lainnya. Disini peneliti akan memberikan pertanyaan bagaimana masyarakat Desa Batukaropa menilai seorang kandidat apakah mereka akan melihat status sosial seorang kandidat seperti pendidikan yang tinggi dari calon anggota legislatif kesamaan suku atau pekerjaan, ataupun keluarga dan bahkan alasan pertemanan dan juga keyakinan.

Wawancara peneliti dilakukan dengan “RF” sebagai pemilih senior dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai pandangannya terhadap status sosial para kandidat dalam melakukan pemilihan calon anggota legislatif. Hal yang dikemukakan oleh informan yaitu:

“…Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat memberikan suatu karakter tersendiri. Tapi dalam hal ini kalau saya, saya memilih tidak terlalu memperhatikan tingkat pendidikan calon, tapi saya memilih calon karena saya sudah tahu rekam jejak calon tersebut…”(hasil

(51)

Disini peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan yang tinggi dari calon anggota legislatif tidak terlalu berpengaruh kepada masyarakat dapat dilihat bahwa reponden memilih calon karena sudah tahu rekam jejak dari calon anggota legislatif tersebut.

Wawancara peneliti juga dilakukan dengan salah satu petani bapak “MR” di Desa Batukaropa dengan pertanyaan mengenai persepsinya melihat status sosial para kandidat dalam menentukan pilihan calon anggota legislatif. Hal yang dikemukakan informan bahwa:

“…Pendidikan yang tinggi belum tentu dapat memberikan banyak pengalaman pada suatu bidang misalnya dalam bidang legislatif. Sekarang contoh ibu Susi mantan mentri kelautan tingkat pendidikannya rendah tapi pengalamannya, jadi saya memilih bukan karena suku, agama, pekerjaan ataupun tingkat pendidikan seseorang tapi berdasarkan pengalaman di bidang tersebut…”(hasil wawancara

pada tanggal 13 maret 2020).

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan yang tinggi belum tentu dapat dikatakan bahwa pemimpin yang terpilih akan dapat menajadi pemimpin yang bijaksana dan amanah, akan tetapi karena pengalamannya di bidang tersebut.

Untuk memperkaya informasi Wawancara peneliti juga dilakukan dengan “RK” sebagai reponden perempuan di Desa Batukapora. Dengan memberikan pertanyaan mengenai status social seorang kandidat Hal yang dikemukakan oleh informan yaitu:

“…Tidak perlu tingkat pendidikan yang tinggi intinya pada saat calon terpilih nantinya dapat membuat masyarakat sejahtera, Yang penting calon baik jujur

(52)

tidak korupsi. Dan dapat diandalkan...”(hasil wawancara pada tanggal 13

maret 2020).

Namun adapula beberapa warga yang argumennya berbeda dengan argument di atas, seperti halnya “PS” tamatam SD pendapat di Desa Batukaropa mengatakan bahwa:

“…Selain saya melihat tingkat pendidikan suatu calon saya juga sangat memperhatikan apa agama atau keyakinan suatu calon dalam menentukan pilihan, dengan tingkat pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang makanya saya memperhatikan tingkat pendidikan calon, tingkat pendidikan seseorang membentuk pola pikir yang hebat juga pasti mempengaruhi proses pengambilan keputusan…”(hasil wawancara pada

tanggal 13 maret 2020).

Dari hasil wawancara mengenai apakah masyarakat melihat status social seorang calon tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa berdasarkan status social warga Desa Batukaropa tidak memilih dikarenakan status social seorang kandidat bahkan salah seorang warga mengemukakan bahwa pendidikan yang tinggi belum tentu dapat dikatakan bahwa pemimpin yang terpilih akan dapat menajadi pemimpin yang bijaksana dan amanah, akan tetapi karena pengalamannya di bidang tersebut tetapi warga desa Batukaropa juga sadar akan pentingnya tingkat pendidikan dari calon anggota legilatif. `

(53)

Poin ketiga Lingkungan adalah salah satu alasan bagi sebagian warga untuk memilih seorang kandidat, banyak yang beranggapan bahwa dengan memilih pemimpin yang memiliki lingkungan tempat tinggal yang sama dengan mereka itu akan membuat desa mereka akan sejahtera.

Di desa Batukaropa peneliti melakukan wawancara kepada “IA” sebagai responden laki-laki. Dengan memberikan pertanyaan mengenai apakah mereka meilih calon legislatif berdasarkan lingkungan tempat tinggal, Informan tersebut mengemukakan bahwa:

“…Saya tidak tahu dimana tempat tinggal calon, saya memilih bukan karena lingkungan tapi karena memang saya suka dan sedikit tahu dengan calon anggota legislatif tersebut…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret 2020).

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pemilih memilih kandidat calon legislatif bukan karena memiliki lingkungan tempat tinggal dapat dilihat dari mereka mengatakan tidak tahu dimana tempat tinggal calon/kandidat legislatif tersebut.

Hal yang sama di tuturkan pula oleh “SU” selaku pegawai negeri sipil. Dengan memberikan pertanyaan mengenai lingkungan tempat tinggal, Informan mengemukakan bahwa:

“Seandainya kita memilih berdasarkan lingkungan, saya sudah tidak pergi memilih karena para kandidat yang mencalonkan bisa dikatakan jauh dari lingkungan kita terkhususnya Desa Batukaropa, orang saya tidak tahu dimana tempat tinggal kandidat, kalaupun saya tahu belum tentu juga bahwa itu pilihan saya…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret 2020).

(54)

Wawancara juga dilakukan kepada “AI” selaku pemilih pemula di Desa Batukaropa. Dengan memberikan pertanyaan mengenai lingkungan tempat tinggal, Informan mengemukakan bahwa:

“…Saya pemilih pemula dan saya memilih calon karena pengetahuan dari orang-orang yang sering membicarakan calon tersebut, jadi saya sedikit tahu dengan calon yang saya pilih, kalau rumahnya saya tidak tahu, saya tidak tahu dimana lingkungan tempat tinggal calon, jadi kalau dikatakan memilih karena tahu tempat tinggalnya bisa dikatakan tidak, saya memilih karena memang saya suka dengan calon tersebut…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret 2020). Disini dapat dilihat bahawa pemilih tidak memilih disebabkan oleh lingkungan tenpat tinggal responden mengungkapkan bahwa mereka tidak tahu dimana tempat tinggal calon anggota legilatif yang menjadi pilihannya.

Selain itu “RS” selaku sarjana yang memiliki sedikit pendapat yang berbeda. Seperti yang di katakan oleh salah satu warga Desa Batukaropa.

“…Kalau memang ada calon selingkungan dengan saya terkhususnya desa Batukaropa, saya pasti memilih calon tersebut, lah kenapa tidak kan satu lingkungan. Tapi kan kandidat yang mencalonkan semuanya saya tidak tahu dimana tempat tinggalnya jadi saya memilih berdasarkan sedikit pengetahuan tentang calon tersebut dan saya juga memilih berdasarkan pilihan keluarga jadi saya cuma sedikit mengenal calon tersebut...”(hasil wawancara pada tanggal

13 maret 2020).

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Batukaropa memilih bukan berdasarkan karena lingkungan tempat tinggal dengan calon anggota legislatif, mereka bahkan tidak mengetahui dimana lingkungan atau tempat tinggal kandidat yang mencalonkan anggota legislatif tersebut, dan karena tidak adanya calon yang menjadi anggota legislatif terkhusus di Desa Batukaropa itu sendiri. akan tetapi mereka memilih

(55)

calon anggota legislatif tersebut karena memang mereka suka dan sudah tahu sedikit tentang kandidat yang mencalonkan anggota legislatif 2019.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah diteliti oleh Muhammad Harish Fahmi (2019) yang berjudul perilaku pemilih masyarakat kabupaten lamongan pada pilpres 2019 yang megemukakan hasil penelitian berdasarkan pendekatan sosiologis bahwa masyarakat memberikan pertimbangan berdasarkan kesamaan organisasi agama yang dianut oleh masing-masing kandidat. Imbalan berupa kaos, pemasangan banner tidak mempengaruhi pilihan subjek pada kandidat yang dipilihnya. Kinerja yang baik lebih dipilih daripada tingkat pendidikan seorang kandidat.

b. Pendekatan Psikiologis

Pendekatan perilaku memilih The Michigan Model, sebuah metode untuk mengetahui perilaku memilih yang berkembang awal tahun 1950-an. The Michigan Model kemudian dikenal dengan nama pendekatan psikologis yang uraiannya secara lengkap dapat dilihat dalam “The American Voter” (1960) ditulis oleh Campbell, Converse, Miller, dan Stokes. Berbeda dengan model sosiologis, dalam model psikologis, adanya keterikatan/ dorongan psikologis yang membentuk orientasi politik seseorang. Roth (2008), pendekatan psikologis berusaha untuk menerangkan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keputusan pemilu melalui trias determinant: identifikasi partai (Party ID), orientasi kandidat dan orientasi isu.

Dalam penelitian ini, terkait pendekatan psikologis, maka beberapa hal yang akan dianalisis adalah: (1) Memilih calon anggota legislatif karena mengenal dekat para calon ataupun partai yang menaungi calon anggota legislatif yang telah dipilih

(56)

(identifikasi partai); (2) Memilih calon anggota legislatif dikarenakan isu-isu yang diangkat oleh calon anggota legislatif ataupun partai yang mengusung calon/kandidat (Orientasi isu/ tema); dan (3) Memilih calon anggota legislatif karena individu mempunyai kedekatan emosional dengan calon anggota legislatif dapat dikatakan mereka mengenal dekat dengan sosok calon anggota legislatif yang sudah dipilih (orientasi kandidat).

Poin pertama Peneliti melakukan wawancara kepada ”MR’ sebagai petani Desa Batukaropa dengan pertanyaan mengenai apakah mereka memlih kandidat karena ada ikatan emosional atau persamaan ideologi terhadap partai yang menaungi calon anggota legislatif yang telah dipilih. Salah satu informan mengatakan bahwa:

“...Saya memang tahu partai apa yang mengusung calon yang saya pilih, tapi saya memilih calon tersebut bukan karena partainya tapi karena memang kandidat calonnya, saya kurang tahu dengan sistem kepartaian cuma tahu nama partai, lagian darimanapun partai yang mengusung calon tersebut jika saya sudah menentukan pilihan saya akan tetap memilih calon tersebut, jadi tidak ada pengaruh dari partai…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret

2020).

Disini peneliti menyimpulkan bahwa, pemilih bukan memilih karena adanya persamaan ideologi dapat dilihat bahwa pemilih tidak mengerti dengan system kepartaian apalagi mau memilih dengan melihat partai dari calon anggota legislatif.

Peneliti juga melakukan wawancara pada “PS” selaku tamatam SD, dengan memberika pertanyaan yang sama mengenai apakah mereka memlih kandidat karena ada ikatan emosional atau persamaan ideologi terhadap partai yang menaungi calon anggota legislatif yang telah dipilih. salah satu infroman tersebut mengatakan bahwa:

Gambar

Table 3.1   Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa pada kain warna sintetis, ketahanan luntur warna terhadap gosokan penodaan warna kapas basah, kain yang direbus nilanya

Sehingga hakim-hakim pengadilan agama yang memutus terhadap kasus konkrit yang diajukan kepadanya tidak dapat merujuk hukum materil yang sama, akibatnya terjadilah perbedaan

Misalkan I adalah citra plain-image yang berukuran N × N (catatan: citra harus berukuran persegi karena chaos map yang digunakan untuk permutasi beroperasi dalam

Nilai Cs-137 inventory total pada lokasi pembanding la adalah 169 bq/m2• Pada lokasi pembanding IIa dapat dijelaskan bahwa pada kedalaman (16-18) em konsentrasi lebih tinggi, hal

Pada Gambar 3 menunjukkan para atlet dan pelatih memberikan penghormatan tanda berakirnya suatu kegiatan di metland Jakarta timur. Hal tersebut dilakukan dalam upaya untuk

Dalam menganalisis kestabilan suatu PBH, ada beberapa metode yang dapat digunakan, pada penelitian ini metode analisis kestabilan yang digunakan yaitu melalui

Penelitian ini mendapatkan sebuah hasil yaitu terdapat adanya pengaruh yang signifikan dari event Makerfest Tokopedia terhadap brand awarenes PT.Tokopedia di kalangan

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :