• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pemilih (Studi Kasus Pada Pemilihan Anggota Legislatif di Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba 2019)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN B. Hasil Penelitian

5. Perilaku Pemilih (Studi Kasus Pada Pemilihan Anggota Legislatif di Desa Batukaropa Kabupaten Bulukumba 2019)

Menurut Prof. Dr. Afan Gaffar yang dalam Asfar (2005) menjelaskan teori perilaku pemilih (voting behavior) Gaffar membagi tiga pendekatan utama yaitu pendekatan sosiologis Mazhab Columbia, pendekatan psikologis Mazhab Michigan, dan pendekatan rasional Mazhab Virginia.. Dalam hal perilaku pemilih dengan mengambil subyek di masyarakat Desa Batukaropa sangat bervariasi dengan peneliti melakukan pengambilan data dengan tiga indikataor yakni pendekatan sosioligis, pendekatan psikologi dan dan pendekatan rasional. Dengan tiga pendekatan tersebut akan digunakan sebagai tolak ukur yang menjadi lantasan peneliti guna mengetahui karakteristik perilaku pemilih masyarakat Desa Batokaropa dalam memilih calon anggota legislatif. Dalam memilih calon anggota legislatif masyarakat adalah individu atau kelompok sangat penting karena mereka sumber suara utama dalam mensukseskan pemilihan, tanpa adanya kesadaran dari masyarakat untuk melakukan pemilihan maka itu akan menjadi masalah dalam demokrasi. Dalam bab ini akan dibahas mengenai perilaku memilih masyarakat Desa Batukaropa dalam pemilihan calon anggota legislatif dengan menggunakan tiga indicator yakni pendekatan sosiologi, psikologis, dan rasional berikut pembahasannya:

a. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan Sosiologis (Mazhab Columbia) kazhab ini bersal dari eropa dan mazhab ini dekembangkan di Amerika Serikat oleh para ilmuan sosial yang berpendidikan di eropa. Oleh sebab itu pendekatan ini dusebut pendekatan sosilogi eropa. Ilmuan lain David Denver, (1994) dengan melakukan penelitian di inggris dan mengambil subjek dari masyarakat inggris untuk menjelaskan perilaku pemilih yang ada pada masyarakat inggris dan menyebut model ini sebagai social determinism approach. Mazhan ini intinya memberikan penjelasan mengenai kelompok sosial yang ada pada masayarakat dan karateristik yang ada didalam masyarakat tersebut.

Dalam penelitian ini, terkait pendekatan sosiologis, maka beberapa hal yang akan dianalisis adalah : (1) Alasan memilih berdasarkan persepsi; (2) alasan memilih calon anggota legislatif berdasarkan status sosial; dan (3) memilih dengan alasan lingkungan tempat tinggal.

Poin pertama adapun alasan masyarakat melakukan pemilihan calon anggota legislatif desa Batukaropa salah satunya adalah responden kebanyakan memilih karena mereka mengetahui bahwa memilih itu wajib. Seperti yang dikatakan oleh “SU” selaku pegawai negeri sipil dengan memeberikan pertanyaan mengapa mereka harus memilih dan mengemukakan bahwa:

“…Kenapa saya harus memilih karena itu penting dan mengikuti aturan yang ada yang berlaku di Indonesia yang mana itu disebut sistem Demokrasi. Memilih karena kita sebagai negara demokrasi. Dan dengan cara itu kita bisa memperoleh seorang pemimpin..”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret

Disini peneliti menyimpulkan bahwa mereka menyadari negara kita adalah negara demokrasi yang dimana suatu kewajiban untuk melakukan pemilihan, dengan melakukan pemilihan maka kita akan mensukseskan yang namanya demokrasi. Pemilihan umum adalah suatu proses dari system pemerintahan demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara.

Wawancara peneliti juga dilakukan dengan bapak “RS” sebagai sarjana di Desa Batukaropa. Dengan memberikan pertanyaan yang sama mengenai mengapa harus memilih, Hal yang dikemukakan informan yaitu:

“…Pertama, Karena saya merupakan warga negara Indonesia jadi punya hak wajib memilih calon anggota legislatif. Kedua, negara kita adalah negara demokratis yang artinya bentuk sistem pemerintahan yang melibatkan rakyatnya turut serta memerintah melalui perantara wakilnya "pemerintahan rakyat"…”( hasil wawancara tanggal 13 maret 2020).

Berdasarkan hasil wawancara maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa mereka mempunyai kewajiban untuk melakukan atau datang untuk ikut memilih calon anggota legislatif. Banyak pula alasan warga memilih karena menurut mereka memang sudah kewajiban sebagai warga negara dan karena mendapat undangan untuk memilih. Untuk memperkaya informasi Wawancara peneliti juga dilakukan dengan “MR” sebagai petani di Desa Batukapora. Hal yang dikemukakan informan yaitu:

“…Kita taulah bahwa negara kita ini negara demokrasi kenapa harus tidak memilih. Lah suara kita adalah penentu baik buruknya pemimpin kedepannya, Kita harus menjadi warga negara yang baik dan salah satu bukti warga negara yang baik ialah wajib ikut bertanggung jawab dan berhak untuk andil dalam pemilihan demi kesejahteraan bersama…”(hasil wawancara tanggal 13 maret

Berdasarkan hasil wawancara maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa mereka sadar akan kewajiban untuk memilih dan juga dengan memilih calon yang tepat maka kita akan menentukan baik buruknya suatu pemerintahan kedepannya, dengan memilih maka mereka sudah menggugurkan apa yang sudah menjadi tanggung tanggung jawab sebagai warga negara yang memang seharusnya melakukan yang namanya pemilihan anggota legislatif dangan begitu maka kita dapat mencapai kesejahteraan bersama.

Poin kedua Memilih calon legislatif karena calon mempunyai pendidikan yang tinggi dari calon anggota legislatif, dan juga status sosial lainnya. Disini peneliti akan memberikan pertanyaan bagaimana masyarakat Desa Batukaropa menilai seorang kandidat apakah mereka akan melihat status sosial seorang kandidat seperti pendidikan yang tinggi dari calon anggota legislatif kesamaan suku atau pekerjaan, ataupun keluarga dan bahkan alasan pertemanan dan juga keyakinan.

Wawancara peneliti dilakukan dengan “RF” sebagai pemilih senior dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai pandangannya terhadap status sosial para kandidat dalam melakukan pemilihan calon anggota legislatif. Hal yang dikemukakan oleh informan yaitu:

“…Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat memberikan suatu karakter tersendiri. Tapi dalam hal ini kalau saya, saya memilih tidak terlalu memperhatikan tingkat pendidikan calon, tapi saya memilih calon karena saya sudah tahu rekam jejak calon tersebut…”(hasil

Disini peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan yang tinggi dari calon anggota legislatif tidak terlalu berpengaruh kepada masyarakat dapat dilihat bahwa reponden memilih calon karena sudah tahu rekam jejak dari calon anggota legislatif tersebut.

Wawancara peneliti juga dilakukan dengan salah satu petani bapak “MR” di Desa Batukaropa dengan pertanyaan mengenai persepsinya melihat status sosial para kandidat dalam menentukan pilihan calon anggota legislatif. Hal yang dikemukakan informan bahwa:

“…Pendidikan yang tinggi belum tentu dapat memberikan banyak pengalaman pada suatu bidang misalnya dalam bidang legislatif. Sekarang contoh ibu Susi mantan mentri kelautan tingkat pendidikannya rendah tapi pengalamannya, jadi saya memilih bukan karena suku, agama, pekerjaan ataupun tingkat pendidikan seseorang tapi berdasarkan pengalaman di bidang tersebut…”(hasil wawancara

pada tanggal 13 maret 2020).

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan yang tinggi belum tentu dapat dikatakan bahwa pemimpin yang terpilih akan dapat menajadi pemimpin yang bijaksana dan amanah, akan tetapi karena pengalamannya di bidang tersebut.

Untuk memperkaya informasi Wawancara peneliti juga dilakukan dengan “RK” sebagai reponden perempuan di Desa Batukapora. Dengan memberikan pertanyaan mengenai status social seorang kandidat Hal yang dikemukakan oleh informan yaitu:

“…Tidak perlu tingkat pendidikan yang tinggi intinya pada saat calon terpilih nantinya dapat membuat masyarakat sejahtera, Yang penting calon baik jujur

tidak korupsi. Dan dapat diandalkan...”(hasil wawancara pada tanggal 13

maret 2020).

Namun adapula beberapa warga yang argumennya berbeda dengan argument di atas, seperti halnya “PS” tamatam SD pendapat di Desa Batukaropa mengatakan bahwa:

“…Selain saya melihat tingkat pendidikan suatu calon saya juga sangat memperhatikan apa agama atau keyakinan suatu calon dalam menentukan pilihan, dengan tingkat pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang makanya saya memperhatikan tingkat pendidikan calon, tingkat pendidikan seseorang membentuk pola pikir yang hebat juga pasti mempengaruhi proses pengambilan keputusan…”(hasil wawancara pada

tanggal 13 maret 2020).

Dari hasil wawancara mengenai apakah masyarakat melihat status social seorang calon tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa berdasarkan status social warga Desa Batukaropa tidak memilih dikarenakan status social seorang kandidat bahkan salah seorang warga mengemukakan bahwa pendidikan yang tinggi belum tentu dapat dikatakan bahwa pemimpin yang terpilih akan dapat menajadi pemimpin yang bijaksana dan amanah, akan tetapi karena pengalamannya di bidang tersebut tetapi warga desa Batukaropa juga sadar akan pentingnya tingkat pendidikan dari calon anggota legilatif. `

Poin ketiga Lingkungan adalah salah satu alasan bagi sebagian warga untuk memilih seorang kandidat, banyak yang beranggapan bahwa dengan memilih pemimpin yang memiliki lingkungan tempat tinggal yang sama dengan mereka itu akan membuat desa mereka akan sejahtera.

Di desa Batukaropa peneliti melakukan wawancara kepada “IA” sebagai responden laki-laki. Dengan memberikan pertanyaan mengenai apakah mereka meilih calon legislatif berdasarkan lingkungan tempat tinggal, Informan tersebut mengemukakan bahwa:

“…Saya tidak tahu dimana tempat tinggal calon, saya memilih bukan karena lingkungan tapi karena memang saya suka dan sedikit tahu dengan calon anggota legislatif tersebut…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret 2020).

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pemilih memilih kandidat calon legislatif bukan karena memiliki lingkungan tempat tinggal dapat dilihat dari mereka mengatakan tidak tahu dimana tempat tinggal calon/kandidat legislatif tersebut.

Hal yang sama di tuturkan pula oleh “SU” selaku pegawai negeri sipil. Dengan memberikan pertanyaan mengenai lingkungan tempat tinggal, Informan mengemukakan bahwa:

“Seandainya kita memilih berdasarkan lingkungan, saya sudah tidak pergi memilih karena para kandidat yang mencalonkan bisa dikatakan jauh dari lingkungan kita terkhususnya Desa Batukaropa, orang saya tidak tahu dimana tempat tinggal kandidat, kalaupun saya tahu belum tentu juga bahwa itu pilihan saya…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret 2020).

Wawancara juga dilakukan kepada “AI” selaku pemilih pemula di Desa Batukaropa. Dengan memberikan pertanyaan mengenai lingkungan tempat tinggal, Informan mengemukakan bahwa:

“…Saya pemilih pemula dan saya memilih calon karena pengetahuan dari orang-orang yang sering membicarakan calon tersebut, jadi saya sedikit tahu dengan calon yang saya pilih, kalau rumahnya saya tidak tahu, saya tidak tahu dimana lingkungan tempat tinggal calon, jadi kalau dikatakan memilih karena tahu tempat tinggalnya bisa dikatakan tidak, saya memilih karena memang saya suka dengan calon tersebut…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret 2020). Disini dapat dilihat bahawa pemilih tidak memilih disebabkan oleh lingkungan tenpat tinggal responden mengungkapkan bahwa mereka tidak tahu dimana tempat tinggal calon anggota legilatif yang menjadi pilihannya.

Selain itu “RS” selaku sarjana yang memiliki sedikit pendapat yang berbeda. Seperti yang di katakan oleh salah satu warga Desa Batukaropa.

“…Kalau memang ada calon selingkungan dengan saya terkhususnya desa Batukaropa, saya pasti memilih calon tersebut, lah kenapa tidak kan satu lingkungan. Tapi kan kandidat yang mencalonkan semuanya saya tidak tahu dimana tempat tinggalnya jadi saya memilih berdasarkan sedikit pengetahuan tentang calon tersebut dan saya juga memilih berdasarkan pilihan keluarga jadi saya cuma sedikit mengenal calon tersebut...”(hasil wawancara pada tanggal

13 maret 2020).

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Batukaropa memilih bukan berdasarkan karena lingkungan tempat tinggal dengan calon anggota legislatif, mereka bahkan tidak mengetahui dimana lingkungan atau tempat tinggal kandidat yang mencalonkan anggota legislatif tersebut, dan karena tidak adanya calon yang menjadi anggota legislatif terkhusus di Desa Batukaropa itu sendiri. akan tetapi mereka memilih

calon anggota legislatif tersebut karena memang mereka suka dan sudah tahu sedikit tentang kandidat yang mencalonkan anggota legislatif 2019.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah diteliti oleh Muhammad Harish Fahmi (2019) yang berjudul perilaku pemilih masyarakat kabupaten lamongan pada pilpres 2019 yang megemukakan hasil penelitian berdasarkan pendekatan sosiologis bahwa masyarakat memberikan pertimbangan berdasarkan kesamaan organisasi agama yang dianut oleh masing-masing kandidat. Imbalan berupa kaos, pemasangan banner tidak mempengaruhi pilihan subjek pada kandidat yang dipilihnya. Kinerja yang baik lebih dipilih daripada tingkat pendidikan seorang kandidat.

b. Pendekatan Psikiologis

Pendekatan perilaku memilih The Michigan Model, sebuah metode untuk mengetahui perilaku memilih yang berkembang awal tahun 1950-an. The Michigan Model kemudian dikenal dengan nama pendekatan psikologis yang uraiannya secara lengkap dapat dilihat dalam “The American Voter” (1960) ditulis oleh Campbell, Converse, Miller, dan Stokes. Berbeda dengan model sosiologis, dalam model psikologis, adanya keterikatan/ dorongan psikologis yang membentuk orientasi politik seseorang. Roth (2008), pendekatan psikologis berusaha untuk menerangkan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keputusan pemilu melalui trias determinant: identifikasi partai (Party ID), orientasi kandidat dan orientasi isu.

Dalam penelitian ini, terkait pendekatan psikologis, maka beberapa hal yang akan dianalisis adalah: (1) Memilih calon anggota legislatif karena mengenal dekat para calon ataupun partai yang menaungi calon anggota legislatif yang telah dipilih

(identifikasi partai); (2) Memilih calon anggota legislatif dikarenakan isu-isu yang diangkat oleh calon anggota legislatif ataupun partai yang mengusung calon/kandidat (Orientasi isu/ tema); dan (3) Memilih calon anggota legislatif karena individu mempunyai kedekatan emosional dengan calon anggota legislatif dapat dikatakan mereka mengenal dekat dengan sosok calon anggota legislatif yang sudah dipilih (orientasi kandidat).

Poin pertama Peneliti melakukan wawancara kepada ”MR’ sebagai petani Desa Batukaropa dengan pertanyaan mengenai apakah mereka memlih kandidat karena ada ikatan emosional atau persamaan ideologi terhadap partai yang menaungi calon anggota legislatif yang telah dipilih. Salah satu informan mengatakan bahwa:

“...Saya memang tahu partai apa yang mengusung calon yang saya pilih, tapi saya memilih calon tersebut bukan karena partainya tapi karena memang kandidat calonnya, saya kurang tahu dengan sistem kepartaian cuma tahu nama partai, lagian darimanapun partai yang mengusung calon tersebut jika saya sudah menentukan pilihan saya akan tetap memilih calon tersebut, jadi tidak ada pengaruh dari partai…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret

2020).

Disini peneliti menyimpulkan bahwa, pemilih bukan memilih karena adanya persamaan ideologi dapat dilihat bahwa pemilih tidak mengerti dengan system kepartaian apalagi mau memilih dengan melihat partai dari calon anggota legislatif.

Peneliti juga melakukan wawancara pada “PS” selaku tamatam SD, dengan memberika pertanyaan yang sama mengenai apakah mereka memlih kandidat karena ada ikatan emosional atau persamaan ideologi terhadap partai yang menaungi calon anggota legislatif yang telah dipilih. salah satu infroman tersebut mengatakan bahwa:

“…Saya cuma melihat di gambar saja partai kandidat yang saya pilih, jadi saya pikir tidak penting dari partai mana yang penting jujur dan bertanggung jawab no KKN, pada saat itu datang tim dari kandidat/calon meminta dukungan, otomatis saya memberikan dukungan dan menjelaskan apa-apa saja yang menjadi keunggulan/kelebihan dari kandidat tersebut…”(hasil wawancara

pada tanggal 13 maret 2020).

Sebagian warga tidak mementingkan dari partai apa calon kandidat legislatif itu berasal, bagi warga dari partai manapun yang penting kandidat tersebut jujur dan bertanggung jawab. Selain itu para calon kandidat legislatif juga seringkali mendatangi rumah warga untuk mengemukakan visi dan misi calon kandidat tersebut, sehingga para warga juga dapat menyampaikan keinginan mereka jika kandidat tersebut terpilih. Selain itu untuk memperkaya informasi peneliti melakukan wawancara dengan “RF” selaku pemilih senior yang ada di Desa Batukaropa. Dengan memberikan pertanyaan mengenai apakah mereka memlih kandidat karena ada ikatan emosional atau persamaan ideologi terhadap partai yang menaungi calon anggota legislatif yang telah dipilih. Informan tersebut mengemukakan bahwa:

“…Berdasarkan pengalaman memilih saya, saya kurang memperhatikan dari partai mana kandidat/ calon yang diusung, saya cuma tahu nama dan sedikit tahu tentang beliau yang saya pilih, saya dengar dari orang-orang tidak pernah menyebut nama partai kandidat…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret

2020).

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Batukaropa mayoritas memilih tidak dikarenakan adanya ikatan emosional/ideologi terhadap partai yang menaungi calon anggota legislatif, dikarenakan masyarakat desa Batukaropa kebanyakan masih belum paham dengan system kepartaian jadi mereka tidak terlalu memperhatikan dari partai mana calon anggota legislatif tersebut.

Poin kedua Dalam hal ini Peneliti melakukan wawancara kepada “AI” selaku pemilih pemula di Desa Batukaropa dengan memberika pertanyaan mengenai apakah pemilih memilih karena isi-isu yang diangkat oleh calon anggota legislatif. Dan salah satu informan mengatakan bahwa:

“…Saya kurang tahu isu-isu apa yang diangkat calon, dalam hal memilih saya melihat figur/calonnya, namanya juga pemilih pemula, saya kurang memperhatikan apa saja yang menjadi isu yang diangkat calon…”(hasil

wawancara pada tanggal 13 maret 2020).

Dari penuturan salah satu warga tersebut dapat diketahui bahwa dalam memilih, pemilih tidak memperhatikan isu-isu yang di angkat oleh calon kandidat legislative, pemilih hanya memilih karena melihat calonnya.

Wawancara juga dilakukan pada “RS” sebagai sarjana di Desa Batukaropa. Dengan memberikan pertanyaan mengenai apakah pemilih memilih karena isi-isu yang diangkat oleh calon anggota legislatif. Informan mengatakan bahwa:

“…Saya baca dari website yang saya temukan kandidat yang mencalonkan tidak mengangkat isu-isu, mereka hanya fokus berkampanye, saya masih ingat mengikuti pertemuan kampanye salah satu calon bahwa mereka akan mengembangkan sektor pertanian, makanya saya memiliki pegangan untuk memilih calon tersebut…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret 2020). Kebanyakan dari calon anggota legislatif mengenalkan diri mereka dengan melakukan kampanye dan dan didalam kampanye tersebut akan disampaikan apa yang menjadi tujuan dari kandidat tersebut apabila terpilih, dan orang-orang yang berdaa dalam bidang tersebut juga dapat menyuarakan segala aspirasi mereka, sehingga hal itu mendapat nilai tambah untuk para calon anggota legislatif.

“…Calon-calon yang saya tahu tidak ada yang mengangkat isu politik, karena kabanyakan mereka langsung turun kampanye dan bertatap muka langsung, Kalau menurut saya isu politik tidak menjadi tolak ukur saya untuk memilih karena saya memilih karena citra/kebaikan seorang calon, dan saya pun tidak tahu isu apa yang diangkat oleh calon karena saya kurang update tentang politik…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret 2020).

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Batukaropa dalam hal pemilihan calon anggota legislatif mereka tidak melihat dari isu/tema apa yang diangkat oleh kandidat, mereka mengatakan tidak pernah melihat isu apa yang diangkat oleh para calon legislatif, mereka hanya mengenal atau tahu sedikit tentang calon dan mereka mengenalnya baik itu melalui kampanye atau pernah bertemu langsung.

Poin ketiga Seringkali pemilih memilih dikarenakan telah mengenal baik atau dekat dengan calon kandidat legislatif tersebut, namun sebagian pula memilih karena dorongan hati atau karena karakter dari calon tersebut yang memang disukai warga. Berikut wawancara kepada “PS” selaku tamatan SD mengenai pertanyaan tentang hal tersebut. Informan tersebut mengemukakan bahwa:

“…Saya cukup tahu dengan pilihan saya dikarenakan ada tim beliau yang datang kerumah langsung untuk meminta dukungan, dan saya sering ikut dengan pertemuan-pertemuan yang diadakan beliau dan saya tahu seperti apa yang menjadi garis besar atau visi kedepannya calon tersebut makanya saya tertarik untuk memilih…”(hasil wawancara pada tanggal 13 maret 2020). Dari penuturan salah satu warga tersebut dampat disimpulkan bahwa pemilih memang tahu dengan calon anggota legislative tersebut, karena sering mengikuti pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh calon kandidat tersebut, sebagai garis besarnya bahwa pemilih bukan hanya memilih karena tahu dan mengenal kandidatnya

akan tetapi karena pemilih tertarik dengan program-program yang menjadi visi misi yang akan dilaksanakan kandidat nantinya.

Selain itu, wawancara juga dilakukan oleh “SU” selaku pegawai negeri sipil di Desa Batukaropa. Dengan memberikan pertanyaan mengenai apakah mereka mempunyai kedekatan emosional dengan calon anggota legislatif dapat digaris bawahi bahwa pemilih mengenal dekat dengan kandidat anggota legislatif. Informan tersebut mengemukakan bahwa:

“…Kalau dikatakan mengenal dekat juga tidak, saya kebanyakan melihat atau membaca dari internet bakal calon yang akan bertarung dipemilihan calon anggota legislatif jadi saya akan tahu dengan pilihan yang akan saya pilih kedepannya, saya harus tahu calon tersebut yang dimana paling utama saya minimal tahu bahwa calon tersebut tidak mengeluarkan yang namanya money politik…”(hasil wawancara pada tanggal 14 maret 2020).

Sebagian besar sebelum melakukan pemilihan, pemilih mencari tahu sendiri tentang calon anggota legislatif tersebut, salah satunya adalah dengan mencari tahu dari internet bakal calon yang akan dipilih, baik itu dari biografinya, pengalaman-pengalamannya ataupun karakter dari calon kandidat tersebut.

Adapula pendapat lain yang diaktakan oleh “RK” sebagai pemilih perempuan bahwa:

“…Pilihan saya cuman dari cerita orang yang sering membicarakan beliau selebihnya itu saya melihat di poster pinggir jalan, mengenal dekat dengan bakal calon saya katakan tidak, kadang saya cuma tahu sedikit dengan calon dikarenakan saya milih mengikuti pilihan orang tua...”(hasil wawancara pada

Disini peneliti menyimpulkan bahwa pemilih melakukan pemilihan hanya dengan melihat poster dari para kadidat ditambah dengan pemilih hanya mengikuti pilihan orang tuanya dalam menentukan pilihan.

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Batukaropa memilih tidak dikarenakan mereka mengenal dekat dengan calon, dapat dilihat bahhwa mereka tidak pernah bertemu ataupun masih minim dengan informasi mengenai calon anggota legilatif. mereka hanya sebatas tahu apa yang menjadi visi besar kandidat untuk memenangkan pertarungan untuk menjadi calon anggota legislatif, tapi ada juga beberapa masyarakat Desa Batukaropa memilih dikarenakan mereka cukup kenal dengan calon yang mereka pilih.

Dokumen terkait