• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA KELAS X DAN XI SMA NEGERI I BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA KELAS X DAN XI SMA NEGERI I BANDAR LAMPUNG"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Utama ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Teori ... 10

2. Kerangka Konsep ... 11

F. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja ... 12

2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 13

3. Tahap Perkembangan Remaja ... 17

4. Perkembangan Fisik ... 18

5. Karakteristik Remaja ... 20

(9)

2. Perilaku Ditentukan Oleh 3 Faktor ... 25

C. Perilaku Seksual Pada Remaja ... 26

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja ... 27

E. Hubungan Seks Pranikah ... 37

F. Dampak Perilaku Seksual Pranikah Remaja ... 39

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 41

B. Waktudan Tempat Penelitian ... 41

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

1. Populasi Penelitian ... 41

2. Sampel Penelitian ... 42

D. Kriteria Inklusi dan Eklusi 1. KriteriaInklusi ... 43

E. VariabelPenelitian ... 43

F. DefinisiOprasional ... 43

G. Pengumpulan Data 1. Jenis Data ... 45

2. Alat ... 46

3. Cara Pengambilan Data ... 46

H. Tahap-tahap Penelitian ... 47

(10)

IV. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

B. Karakteristik Responden ... 52

C. Hasil Penelitian ... 53

1. Pengetahuan Tentang Seks Pranikah ... 53

2. Pemahaman Tingkat Agama ... 54

3. Sumber Informasi ... 55

4. Peran Keluarga ... 55

D. Hasil Analisis Hubungan ... 56

Pembahasan A. Karakteristik Responden ... 100

B. Analisis Bivariat ... 101

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Definisi Operasional ... 46

Tabel 2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .... 54

Tabel 3. Gambaran Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 55

Tabel 4. Gambaran Karakteristik responden berdasarkan kelas ... 56

Tabel 5. Frekuensi pengetahuan tentang seks pranikah ... 57

Tabel 6. Frekuensi tingkat agama tentang seks pranikah ... 58

Tabel 7. Frekuensi sumber informasi tentang seks pranikah ... 59

Tabel 8. Frekuensi peran keluarga tentang seks pranikah ... 59

Tabel 9. Frekuensi prilaku seks pranikah ... 60

Tabel 10. Distribusi hubungan pengetahuan dengan prilaku seks pranikah pada remaja SMA N 1 Bandar Lampung ... 61

Tabel 11. Distribusi hubungan tingkat agama dengan perilaku seks pranikah pada remaja SMA N I Bandar Lampung ... 62

Tabel 12. Distribusi hunbungan sumber informasi dengan perilaku seks pranikah remaja SMA N I Bandar Lampung ... 63

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan

emosional yang kompleks, dramatis serta penyesuaian sosial yang penting

untuk menjadi dewasa. Kondisi demikian membuat remaja belum

memilikikematangan mental oleh karena masih mencari-cari identitas/jati

dirinya, sehingga sangat rentan terhadap berbagai pengaruh dalam

lingkungan pergaulannya. Pengaruh itu bisa berupa pemakaian narkoba,

alkohol, seks bebas dan sebagainya. Remaja dalam memasuki masa peralihan

tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual. Hal ini disebabkan orang

tua merasa tabu membicarakan masalah seksual dengan anaknya dan

hubungan orang tua anak menjadi jauh sehingga anak berpaling ke

(13)

Remaja banyak yang tidak sadar dari pengalaman yang tampaknya

menyenangkan justru dapat menjerumuskan, salah satu permasalahan dari

kaumremaja apabila kurangnya pengetahuan seksual pranikah adalah

kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman dan juga penyakit

kelamin. Pengetahuan tentang seksual pranikah dapat mempengaruhi sikap

individu tersebut terhadap seksual pranikah. Sikap seksual pranikah remaja

dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi

oleh faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,

pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari

dalam individu (Azwar, 2009).

Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan

masa remaja, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja

terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia

15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18- 21 tahun.(Suryoputro A.,

Nicholas J.F., Zahroh S, 2002).

Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang

belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil

penelitian bahwa yang menunjukkan usia remaja ketika pertama kali

mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14-23 tahun dan

usia terbanyak adalah antara 17-18 tahun (Fuad C, Radiono, s; Paramastri. I,

2003). Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku

yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan,

(14)

buah dada diatas baju, memegang buah dada dibalik baju, memegang alat

kelamin diatas baju, memegang alat kelamin dibawah baju, dan melakukan

senggama (Sarwono, 2003).

Hasil penelitian Soetjiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor

mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua

remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama

(Religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang

signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual

pranikah remaja.

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja

diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan

seksual sebelum menikah banyak diantaranya berasal dari keluarga yang

bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan

(Kinnaird, 2003). Hubungan orang tua remaja, mempunyai pengaruh

langsung dan tidak langsung dengan perilaku seksual pranikah remaja. Hasil

penelitian yang dilakukan Soetjiningsih (2006) menunjukkan, makin baik

hubungan orang tua dengan anak remajanya, makin rendah perilaku seksual

pranikah remaja.

Berdasarkan hasil penelitian Idayanti (2002) dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan perilaku

(15)

perilaku seksual semakin rendah, dan sebaliknya. Faktor lain yang

mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah faktor eksternal seperti

VCD, buku, dan film porno (Taufik, 2005). Menurut Rohmawati (2008)

paparan dalam media massa, baik cetak ( koran, majalah, buku-buku porno)

maupun elektronik ( TV,VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara

langsung maupun tidak langsung untuk melakukan hubungan seksual

pranikah.

Pada masa remaja perkembangan seksualitas diawali ketika terjalinnya

interaksi antar lawan jenis, baik itu interaksi antarteman maupun interaksi

ketika berkencan. Dalam berkencan dengan pasangannya, remaja melibatkan

aspek emosi yang diekspresikan dengan berbagai cara, seperti memberikan

bunga, tanda mata, mengirim surat, bergandengan tangan, berciuman, dan

sebagainya. Atas dasar dorongan-dorongan seksual dan rasa ketertarikan

terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik

perhatian lawan jenis. Dalam rangka mencari pengetahuan tentang seks, ada

remaja yang melakukan secara terbuka mengadakan eksperimen dalam

kehidupan seksual. Misalnya dalam berpacaran,mereka mengepresikan

perasaanya dalam bentuk-bentuk perilaku yang menuntut keintiman secara

fisik dengan pasanganya, seperti berciuman hingga melakukan hubungan

seksual (Sarwono,2003).

Survei yang dilaksanakan di beberapa negara Asia Tenggara menunjukkan

(16)

menikah cukup tinggi. Sementara di Amerika dengan subjek penelitian

perempuan Afrika-Amerika berusia 14-18 tahun ditemukan 46%responden

melakukan hubungan seksual kurang dari atau sama dengan 4 kali pada 6

bulan terakhir, dan 54 responden melakukan hubungan seksual lebih dari 4

kali dalam 6 bulan (SHOP Talk,2002).

Hasil penelitian pada 1038 remaja umur 13-17 tahun tentang hubungan

seksual menunjukkan 16% remaja menyatakan setuju dengan hubungan

seksual, 43% menyatakan tidak setuju dengan hubungan seksual, dan 41%

menyatakan boleh-boleh saja melakukan hubungan seksual (Planned

Parenthood Federation of America Inc, 2004). Data Depkes RI (2006),

menunjukkan jumlah remaja umur 10-19 tahun di indonesia sekitar 43 juta

(19,61%) dari jumlah penduduk. Sekitar satu juta remaja pria (5%) dan 200

ribu remaja wanita (1%) secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah

melakukan hubungan seksual. Penelitian yang dilakukan oleh berbagai

intitusi di indonesia selama kurun waktu tahun 1993-2002, menemukan

bahwa 5-10% wanita dan 18-38% pria muda berusia 16-24 tahun telah

melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka

3-5 kali (Suryoputro,dkk. 2002).

Penelitian tentang seksualitas remaja pada beberapa kota di Indonesia

menyebutkan bahwa 2,9% remaja di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,

dan Lampungpernah melakukan aktifitas seksual. Hasil penelitian itu juga

(17)

perempuan dari keseluruhan 8.000 orang yang menjadi responden

mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seks pranikah (Iip

Wijayanto, 2003)

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan dari kelas1,2 dan kelas 3

SMA Negeri 1 Bandar Lampung memiliki remaja akhir (usia 15-20 tahun)

dengan jumlah siswa seluruhnya 731 siswa,dengan masing-masing kelas 1

berjumlah 234 siswa,kelas 2 berjumlah 260 siswa, dan kelas 3 berjumlah 237.

Dari masing-masing kelas tersebut kelas 1 terdiri dari 7 kelas,kelas 2

dibedakan menjadi IPA yang erdiri dari 3 kelas,IPS teridiri dari 3 kelas,

sedangkan kelas 3 dibagi menjadi IPA yang terdiri dari 3 klas dan IPS terdiri

dari 3 kelas.Dari studi pendahuluan yang telah didapatkan bahwa di SMA N 1

diadakan bimbingan konseling dimana semua murid-murid dapat

berkonsultasi kepada guru biologi mengenai kesehatan reproduksi,serta

faktor-faktor tentang perilaku seksual sehingga dapat menambah

penngetahuannya.

Oleh karena itu, dari pendahuluan diatas maka akan dilakukan penilitian di

SMA Negeri 1 Bandar Lampung dengan judul “ Faktor – faktor yang

berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada remaja Kelas X dan kelas

XI SMA Negeri I Bandar Lampung “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian

(18)

1. Apakah pengetahuan berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada

remaja kelas X dan kelas XI SMA Negeri I Bandar Lampung?

2. Apakah pemahaman tingkat agama berhubungan dengan perilaku seks

pranikah pada remaja kelas X dan kelas XI SMA Negeri I Bandar

Lampung ?

3. Apakah sumber informasi (media) berhubungan dengan perilaku seks

pranikah pada remaja kelas X dan kelas XI SMA Negeri I Bandar

Lampung ?

4. Apakah peran keluarga berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada

remaja kelas X dan kelas XI SMA Negeri I Bandar Lampung ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks

pranikah pada remaja kelas X dan XI SMA Negeri I Bandar Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan pengetahuan terhadap perilaku seks

pranikah pada remaja kelas X dan XI SMA Negeri I Bandar

(19)

b. Menganalisis pengetahuan pemahaman tingkat agama (religius)

terhadap perilaku seks pranikah pada remaja kelas X dan XI

SMA Negeri 1 Bandar Lampung.

c. Menganalisis pengetahuan sumber informasi (media) terhadap

perilaku seks pranikah pada remaja kelas X dan XI SMA Negeri

1 Bandar Lampung.

d. Menganalisis hubungan peran keluarga terhadap perilaku seks

pranikah pada remaja kelas X dan XI SMA Negeri I Bandar

Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Remaja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja

di SMA Negeri I Bandar Lampung.

1.4.2 Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa

informasi mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku seks

(20)

1.4.3 Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan berupa

informasi tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah

pada remaja yang dapat merugikan bagi dirinya.

1.4.4 Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan, dan instansi terkait

untuk perbaikan perencanaa maupun implementasi program kesehatan

(21)
(22)

1.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Faktor Internal 1. Pengetahuan 2. Pemahaman

tingkat agama (religius)

Faktor eskternal 3. Sumber informasi

(medai)

4. Peran keluarga

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

1.7 Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku seks pranikah

remaja kelas X dan XI SMA Negeri I Bandar Lampung.

2. Ada hubungan antara pemahaman tingkat agama (religius) terhadap

prilaku seks pranikah pada remaja kelas X dan XI SMA Negeri I

Bandar Lampung.

3. Ada hubungan antara sumber informasi (media) terhadap perilaku

seks pranikah pada remaja kelas X dan XI SMA Negeri I Bandar

Lampung.

4. Ada hubungan antara peran keluraga terhadap perilaku seks pranikah

pada remaja kelas X dan XI SMA Negeri 1 Bandar Lampung. Variabel Terikat

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain,

seperti puberteit,adolescence, dan youth.Dalam bahasa indonesia

sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu

fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,

berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari

masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengan usia 15-18

tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks,dkk. 2002).

Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat

perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar

(24)

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri-ciri

tertentu yaitu :

a) Masa remaja sebagai periode yang penting.

Masa remaja dipandang sebagai periode yang penting daripada

periodelain karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan

perilaku, sertaakibat-akibat jangka panjangnya. Misalnya saja,

perkembanganbiologis menyebabkan timbulnya

perubahan-perubahan tertentu, baik yang bersifat fisiologis yang cepat dan

disertai percepatanperkembangan mental yang cepat, terutama

pada masa remaja awal.Semua perkembangan itu menimbulkan

perlunya penyesuaian mentaldan perlunya membentuk sikap,

nilai, dan minat baru.

Minat baru yang dominan muncul pada masa remaja adalah

minatnyaterhadap seks. Pada masa remaja ini mereka berusaha

melepaskanikatan-ikatan afektif lama dengan orang tua.

Remaja lalu berusahamembangun relasi-relasi afektif yang baru

dan yang lebih matangdengan lawan jenis dan dalam

memainkan peran yang lebih tepatdengan seksnya. Dorongan

untuk melakukan ini datang dari tekanan-tekanan sosial akan

tetapi terutama dari minat remaja pada seks

(25)

pada seks inilah, maka remaja berusahamencari lebih banyak

informasi mengenai seks. Tidak jarang, karenadorongan

fisiologis ini juga, remaja mengadakan percobaan dengan jalan

masturbasi, bercumbu, atau bersenggama (Gunarsa, 2001).

b) Masa remaja sebagai periode peralihan.

Artinya, apa yang sudah terjadi pada masa sebelumnya

akanmenimbulkan bekasnya pada apa yang terjadi pada masa

sekarang danapa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Anak-anak yangberalih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

haruslah meninggalkansegala sesuatu yang bersifat

kekanak-kanakan dan harus mempelajaripola perilaku dan sikap baru

untuk menggantikan perilaku dansikapnya pada masa yang

sudah ditinggalkan. Meskipun disadaribahwa apa yang telah

terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akanmempengaruhi

pola perilaku dan sikap baru.Pada masa peralihan ini remaja

bukan lagi seorang anak-anak dan jugabukan orang dewasa.

Namun, status remaja yang tidak jelas inimenguntungkan

karena status ini memberi waktu kepada remaja untukmencoba

gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku,

(26)

c) Masa remaja sebagai periode perubahan.

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa

remajaberiringan dengan tingkat perubahan fisik. Pada awal

masa remaja,ketika perubahan terjadi dengan pesat maka

perubahan perilaku dansikap juga berlangsung cepat. Begitu

pula jika perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan

perilaku menurun juga. Perubahanitu adalah :

a) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada

tingkatperubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

b) Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh

kelompok sosial untuk dipesankan menimbulkan masalah.

Remaja akan tetapditimbuni masalah, sampai ia sendiri

menyelesaikannya menurutkepuasannya.

c) Perubahan minat dan pola perilaku menyebabkan nilai-nilai

jugaberubah. Misalnya, sebagian besar remaja tidak lagi

menganggapbahwa banyak teman merupakan petunjuk

popularitas, merekamulai mengerti bahwa kualitas

pertemanan lebih penting daripadakuantitas teman.

d) Remaja bersikap ambivalenterhadap setiap perubahan.

Merekamenginginkan dan menuntut kebebasan, namun

mereka belumberani untuk bertanggung jawab akan akibat

perbuatan mereka danmeragukan kemampuan mereka

(27)

d) Masa remaja sebagai periode bermasalah.

Masa remaja dikatakan sebagai usia bermasalah karena

sepanjangmasa kanak-kanak sebagian permasalahan anak-anak

diselesaikan olehguru atau orang tua mereka, sehingga pada

masa remaja mereka tidak cukup berpengalaman dalam

menyelesaikan masalah. Namun, padamasa remaja mereka

merasa ingin mandiri, sehingga mereka inginmengatasi

masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan

guru-gurunya sampai pada akhirnya remaja itu menemukan

bahwapenyelesaian masalahnya tidak selalu sesuai dengan

harapan mereka.

e) Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Pada akhir masa kanak-kanak sampai pada awal masa

remaja,penyesuaian diri dengan standar kelompok jauh lebih

penting bagianak yang lebih besar daripada individualitas.

Namun, pada masaremaja mereka mulai mendambakan

identitas diri dan tidak puas lagidengan menjadi sama dengan

teman-temannya dalam segala hal.

f) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

Stereotippopuler pada masa remaja mempengaruhi konsep diri

dansikap remaja terhadap dirinya sendiri, dan ini menimbulkan

ketakutanpada remaja. Remaja takut bila tidak dapat memenuhi

tuntutanmasyarakat dan orang tuanya sendiri. Hal ini

(28)

membuat jarak bagi anakuntuk meminta bantuan kepada orang

tua guna mengatasi perbagaimasalahnya.

g) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain

seperti yangmereka inginkan dan bukan sebagaimana adanya

terlebih dalam halcita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini

tidak saja untuk dirinyasendiri tetapi juga untuk orang lain

disekitarnya (keluarga dan teman-temannya) yang akhirnya

menyebabkan meningginya emosi.Kemarahan, rasa sakit hati,

dan perasaan kecewa ini akan lebihmendalam lagi jika ia tidak

berhasil mencapai tujuan yangditetapkannya sendiri.

h) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Meskipun belumlah cukup, remaja yang sudah pada ambang

remaja inimulai berpakaian dan bertindak seperti orang-orang

dewasa. Remajamulai memusatkan diri pada perilaku yang

dihubungkan dengan statusdewasa, yaitu merokok, minum

minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, dan

terlibat dalam perbuatan seks dengan harapanbahwa perbuatan

ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan

dari masa anak ke masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam masa

remaja secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan

(29)

masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adlah masa remaja akhir

(Monks,dkk. 2002).

3. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut tahap perkambangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap

yaitu:

a) Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai

berfikir abstrak

b) Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain :

1) Mencari identitas diri

2) Timbulnya keinginan untuk kencan

3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4) Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak

5) Berkhayal tentang berfikir abstrak

c) Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain :

1) Pengungkap identitas diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

3) Mempunyai citra jasmani dirinya

4) Dapat mewujudkan rasa cinta

(30)

4. Perkembangan Fisik

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam

perkembangna seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks

primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut

mengenai kedua hal tersebut.

a. Ciri-ciri seks primer

Dalam modul Kesehatan Reproduksi Remaja (Depkes, 2002)

disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah :

1) Remaja laki-laki

Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi

bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya

terjadi pada remaja laki-laki pada usia antara 10-15 tahun.

2) Remaja perempuan

Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche

(mentruasi), mentruasi adalah peristiwa keluarnya cairan

darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan

dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.

b. Ciri-ciri seks sekunder

Menurut Sarwono (2003), ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja

adalah sebagai berikut :

(31)

a) Bahu melebar, pinggul mnyempit.

b) Pertumbuhan rambut disekitaralat kelamin, ketiak,

dada, tangan dan kaki.

c) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal

d) Produksi keringat menjadi lebih banyak.

2) Remaja perempuan

a) Pinggul melebar, bulat, dan membesar, puting susu

membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar

susu, payudara menjadi lebih basar dan lebih bulat.

b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang

pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar

keringat menjadi lebih aktif.

c) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada

pertengahan dan menjelang akhir pubertas, sehingga

memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai.

d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

5. Karakteristik remaja

Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja

terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 san 14-15 tahun )

(32)

a) Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi ukuran

tinggi, berat badan sering kali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri

sekunder.

b) Psikomotor, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan

serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.

c) Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik

mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan

mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.

d) Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi

bersifat temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada

kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.

e) Perilaku kognitif

1) Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah

logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yangbersifat

abstrak, meskipun relatif terbatas,

2) Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang

pesat.

3) Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan

kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.

f) Moralitas

1) Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi

pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.

2) Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidahkaidah

(33)

sehari-hari oleh para pendukungnya.

3) Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat

dengan tipe idolanya.

g) Perilaku Keagamaan

1) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan mulai

dipertanyakan secara kritis dan skeptis.

2) Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.

3) Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas

pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar

dirinya.

h) Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian

1) Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, hargadiri,

dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya.

2) Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan

belumterkendali seperti pernyataan marah, gembira atau

kesedihannyamasih dapat berubah-ubah dan silih berganti.

3) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisisidentitasnya

yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya,yang akan

membentuk kepribadiannnya.

4) Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak(teoritis,

ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meskimasih dalam

(34)

6. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan

serta peningkatan kadar hormonreproduksi atau hormon seks baik pada

laki-laki maupun pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku

seksual remaja secara keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja,

perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja

terhadap lawan jenis. Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap

lawan jenis sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama

periode pubertas (Santrock, 2003).

Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi

remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekar

yang menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004).

Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis.

Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan

keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja

biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis

dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesepakatan para remaja

melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahakan

kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan

(35)

Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada

remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif

secara seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini

dikarenakan adanya perbedaaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan

dan remaja laki-laki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap

“benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai ataupun saling

terikat. Mereka sering merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka

dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta.

Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada

remaja lai-laki, mengatakan bahwa alasan utama mereka aktif secara seksual

adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2003).

B. Perilaku

1. Dasar Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta

interaksi menusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap,

dan tindakan. Perilaku merupakan suatu tindakan yang mempunyai

frekuensi,dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar

maupun tidak sadar (Skinner,2001). Menurut Skinner (Skinner,2001),

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah

(36)

bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis,

bekerja, dan sebagainya.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus,Skinner membedakan

perilaku menjadi dua :

a) Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)

Ini adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Respon terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian,persepsi, pengetahuan atau kesadaran,

dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b) Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Ini adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Responden terhadap stimulus

tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.

Skinner mengemukakan bahwa perilaku adalah hasil hubungan

antara perangsang (stimulus) dan tanggapan atau respon

(Dasrmasih, 2009). Respon dibedakan menjadi dua respon :

1. Respondent response atau reflexive response, ialah respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang relatif

tetap. Respon responden (respondent behaviour) mencakup

(37)

2. Operant respon atau instrumental response adalah respon yang

timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimuli.

Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor ekstrinsik atau instrinsik seseorang individu.

Aspek-aspek dalam diri individu yang sangat berpengaruh dalam perubahan

perilaku adalah persepsi, motivasi, dan emosi. Persepsi adalah

dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan

dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Skinner, 2001).

2. Perilaku ditentukan oleh 3 faktor

Menurut Green, perilaku ditentukan oleh 3 faktor :

a) Faktor predisposisi (predidposing fctors)yaitu faktor-faktor

yang dapat mempermudah terjadinya suatu perilaku.

b) Faktor pendukung atau pemungkin (enabling factor)meliputi

semua karakter lingkungan dan semuasumber daya atau

fasilitas yang mendukung atau memungkinkan terjadinya suatu

perilaku.

c) Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu yang

memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat,

teman atau kelompok sebaya, peraturan, undang-undang, surat

(38)

C. Perilaku Seksual pada Remaja

Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku

yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan

lawanjenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan

menurut agama Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan

perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang

resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan

masing-masing (Mu’tadin, 2002).

Menurut Irawati remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual

beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari

berpengangan tangan, cium kening, berpelukan, memegang atau meraba

bagian sensitif, petting, oral sex, dan atau bersenggama. Perilaku

seksual prankah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan

berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri (Darmasih,2009).

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro (2003-2004)

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di

JawaTengah adalah, (1) faktor internal (pengetahuan, sikap terhadap

layanan kesehatan seksual dan reproduksi, pengendalian diri, rasa

(39)

hidup ) (2) faktor eksternal (peran keluarga, kontak dengan

sumber-sumber informasi,sosial-budaya), (Suryoputro,dkk. 2006).

A. Faktor Internal

a. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra yaitu penglihatan,

penginderaan, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar

pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2003) meliputi :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajarisebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

(40)

sebab itu tahu ini merupakan tingkatan yang paling

rendah.

b) Memahami (comprehension)

Memahami merupakan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapatmenginterpretasikan materi

tersebut secara besar. Orang yang telah

pahamterhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan.

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materiyang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasidisini dapat

diartikan sebagai sebagai aplikasi atau penggunaan

metodedalam situasi nyata.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atausuatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

(41)

e) Sintesis (syntesis)

Sintesis ini menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakkanatau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukanjustifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteri-kriteria yang telah ada.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

adalah sebagai berikut :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan upaya untuk memberikan

pengetahuansehingga terjadi perubahan perilaku positif

(42)

2) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan

menambahpengetahuan tentang suatu yang bersifat

informal.

3) Informasi

Seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak

akanmenambah pengetahuan menjadi lebih luas.

4) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam

memenuhikebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan

(Notoatmodjo, 2003).

b. Sikap

Dalam hidupnya manusia mempunyai sikap untuk menentukan

apayang menjadi tujuan hidupnya. Dijelaskan, bahwasikap,

tingkah laku, atau perbuatan manusia merupakan hal penting

dalamkehidupan psikologis manusia. Sikap merupakan

organisasi pendapat,keyakinan seseorang mengenai objek atau

situasi, disertaioleh adanya suatu perasaan tertentu, yang pada

akhirnya memberikandasar kepada orang tersebut untuk

membuat respon atau perilaku dalamcara yang tertentu yang

dipilihnya. Sikap yang ada pada diri manusia akanmemberikan

corak pada tingkah laku atau perbuatan manusia

(43)

seseorang dalammenangggapi suatu masalah dapat juga

ditentukan oleh faktor-faktor yangberasal dari luar dirinya.

Dengan mengetahui sikap seseorang akan dapatmemprediksi

reaksi atau tindakan yang akan diambil oleh seseorang.

Menurut(Suryoputro A., Nicholas J.F., Zahroh S, 2002)

manusia tidak dilahirkan dengansikap-sikap tertentu, akan

tetapi sikap tersebut dibentuk oleh seorangindividu sepanjang

perkembangan hidupnya. Sikap inilah yang berperanbesar

dalam kehidupan manusia karena sikap yang telah terbentuk

dalamdiri manusia turut menentukan cara-cara manusia itu

memunculkantingkah laku terhadap suatu obyek. Atau dengan

kata lain sikapmenyebabkan manusia bertindak secara khas

terhadap obyeknya.

Sikapmerupakan masalah yang lebih banyak bersifat afektif.

Sikap menunjukkanpenilaian kita (baik positif maupun negatif)

terhadap bermacam-macamentinitas, misalnya:

individu-individu, kelompok-kelompok, obyek-obyek,maupun

lembaga-lembaga. Secara umum, sikap seseorang dianggapmempunyai

perilakunya, namun hubungan antara keduanya sangat

lemahkarena pada kenyataannya acap kali perilaku seseorang

tergantung padafaktor-faktor situasional yang mempengaruhi

(44)

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor sikap menurut Middlebrook (Azwar,

2003)adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang

dianggappenting, media massa, institusi atau lembaga

pendidikan dan lembagaagama, serta faktor-faktor emosi

dalam individu.

1) Pengalaman pribadi

Kesan yang kuat dapat menjadi dasar pembuatan sikap

pengalamanpada diri individu. Oleh karena itu sikap akan

lebih mudah terbentuk apabila faktor emosional terlibat

dalam pengalaman tersebut. Namunpengalaman tunggal

jarang sekali menjadi dasar pembentukan

sikap.Pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama

membekas jikasituasinya sangat melibatkan emosi dan

benar-benar di hayati oleh diriindividu yang bersangkutan.

2) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan yang ada dimana seseorang itu tinggal dan

dibesarkanmemiliki arti yang mendalam pada

pembentukan sikap orang tersebut.Di sadari atau tidak

kebudayaan telah menanamkan arah sikapseseorang

(45)

3) Pengaruh orang yang dianggap penting

Orang lain yang hidup dan berada di sekitar kita

merupakan bagiandari komponen sosial yang sedikit

banyak dapat mempengaruhi sikap individu dalam

bersikap. Pada masyarakat Indonesia cenderung

lebihmempunyai sikap yang searah atau konformis kepada

orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan seperti

ini lebih dipengaruhi olehmotivasi berafiliasi dan keinginan

untuk menghindari konflik denganorang yang dianggap

penting oleh individu tersebut.

4) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti :televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruhdalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Media massamembawa perilaku

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapatmengartikan opini

individu. Adanya informasi baru mengenai suatuhal akan

memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya

sikapterhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang

dibawa oleh informasiyang cukup kuat akan memberikan

dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga

(46)

5) Tingkat pendidikan

Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang individu bisa

digunakanuntuk mengetahui taraf kemampuannya, dari

individu tersebut masuk sekolah hingga tingkat pendidikan

terakhir yang dia capai. Denganpendidikan memungkinkan

seseorang mendapatkan pengalaman,pengetahuan, baik

secara teoritis maupun praktis mengenai obyek sikap yang

mengenai individu tersebut.

6) Pengaruh emosional

Emosi berfungsi sebagai penyaluran pengalihan bentuk

mekanismepertahanan ego.

c. Pengendalian Diri

d. Rasa Percaya Diri

e. Usia

f. Pemahaman Tingkat Agama (Religius)

Kehidupan agama yang baik dan benar ditandai dengan

pengertian, pemahaman, dan ketaatan dalam menjalani ajaran

agama dengan baik, tanpa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi

apapun. Orang yang taat beragama,selalu dapat menempati diri

dan mengendalikan diri agar tidak berbuat hal-hal yang

bertentangan dengan ajaran agama. Dalam hatinya selalu

mengingat Tuhan, sebab Tuhan selalu mengawasi perbuatan

(47)

melakukan hubungan seksual dengan pacarnya sebelum

menikah secara resmi. Individu yang taat beragama akan

cenderung menghindari perialku seksual pranikah. Sebaliknya

apabila seorang individu rapuh imannya cenderung akan

melakukan pelanggaran terhadap ajaran-ajaran agamanya,

agama hanya dijadikan kedok atau topeng semata denagn

tujuan untuk mengelabuhi orang lain terutama pacaranya

sehingga tidaklah mengherannya kemungkinan besar orang

tersebut akan melakukan hubungan seksual pranikah.

g. Status Perkawinan

h. Aktivitas sosial

i. Gaya Hidup

B. Faktor Eksternal

a. Peran Keluarga

Menurut Syafrudin, (2008), dalam hal komunikasi orang tua

denganremaja, remaja seringkali merasa tidak nyaman atau

tabu untuk membicarakanmasalah seksualitas dan kesehatan

reproduksinya.Remaja lebih senangmenyimpan dan memilih

jalannya sendiri tanpa berani mengungkapkan kepadaorang

tua. Hal ini disebabkan karena ketertutupan orang tua terhadap

anak terutama masalah seks yang dianggap tabu untuk

dibicarakan serta kurangterbukanya anak terhadap orang tua

(48)

Pola komunikasi negatif antara orang tua dan anak bisa terjadi

banyak penyebabnya, diantaranya ketidaktahuan orang tua

bagaimana berkomunikasiyang positif dengan anaknya dan

ketidaktahuan orang tua tentang kesehatanreproduksi, atau

tidak mengerti konsep pendidikan seks, remaja dapat

mencariinformasi di luar rumah yang justru sering

mengarahkan mereka pada solusi yangmenjerumuskan. Peran

orang tua sangat diperlukan dalam memberikan informasidan

bimbingan tentang seksualitas kepada anak remajanya.

b. Sumber Informasi (media)

Menurut Darwisyah (2008), paparan media massa, baik cetak

(koran,majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV,

VCD, Internet), mempunyai pengaruh terhadap remaja untuk

melakukan hubungan seksual pranikah.Pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi yang diperoleh remaja dari mediamassa

belum digunakan untuk pedoman perilaku seksual yang sehat

dan bertanggung jawab. Justru paparan informasi seksualitas

dari media massa (baik cetak maupun elektronik) yang

cenderung bersifat pornografi dan pornoaksi dapatmenjadi

(49)

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 450 sampel tentang perilaku

seksual remaja berusia 14-24 tahun mengungkapkan 64% remaja

mengakui secara sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum

menikah melanggar nilai dan moral agama. Sedangkan 31% menyatakan

bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah biasa atau

sudah wajar dilakukan tidak melanggar nilai dan moral agama. Dari hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman agama berpengaruh

terhadap perilaku seks pranikah remaja (Media Indonesia, 27 Januari

2005).

Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan

masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari alternatif

sumber informasi lain seperti teman atau media massa (Syafrudin,

2008). Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat

membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi.

Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai

seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru

atau orang tua.

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku

reproduksi remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang

melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantara

berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan

banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang-tua

(50)

optimal terhadap perkembangan kepribadian anak. Sebaliknya, orang

tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam

keluarga, dan anak akan “melarikan diri“ dari keluarga. Keluarga yang

tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga

dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi

perkembangan jiwa anak (Rohmahwati, 2008). Faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi

hubunganantara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan

teman sebaya, religiusitas, dan eksponsur media pornografi

(Soetjiningsih, 2006).

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada

remaja adalah perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan,

penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan,

norma-norma di masyarakat,serta pergaulan yang makin bebas antara

laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2003).

E. Hubungan Seks Pra Nikah

Hubungan seks pra nikah adalah salah satu bentuk seksual yang

dilakukan oleh remaja, yang meliputi hal-hal yang berhubungan

dengan seksualitas melakukan berbagai macam perilaku seksual

beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari

berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang

(51)

(sexual intercourse). Yang dilakukan oleh pasangan yang keduanya

tidak terikat dalam pernikahan. Perilaku seksual pranikah pada remaja

ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang

merugikan remaja itu sendiri (Sarwono, 2003).

2. Bentuk-bentuk perilaku seksual

a. Kissing

Kontak fisik antar lawan jenis dengan menempelkan bibir pria ke

bibir wanita untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu. Kissing

dianggap sebagai hal yang wajar bagi orang pacaran sehingga tak

jarang dilakukan di tempat umum.

b. Necking

Kontak fisik antar lawan jenis dengan menggigit bagian tubuh

pasangan,seperti leher atau bahkan bagian payudara wanita. Hal

ini dilakukan untuk mencari sensasi berpacaran atau hanya sekedar

pamer belaka .

c. Petting

Petting adalah kontak atau hubungan fisik antara orang untuk

menghasilkan rangsangan erotis tetapi tanpa melakukan hubungan

intim/senggama. Petting, yang termasuk di dalamnya adalah

menyentuh dan mengelus dengan lembut berbagai bagian tubuh

terutama payudara dan organ vital, biasanya lebih dapat diterima

daripada hubungan seks karena petting bersifat kurang intim dan

(52)

d. Inter course

Hubungan fisik yang dilakukan dengan memasukkan organ genital

pria ke organ genetal wanita layaknya hubungan suami istri.

Perilaku ini cenderung dilakukan karena hawa nafsu akan seksual

yang tidak dapat dibendung lagi.

e. Oral seks

Oral seks adalah termasuk beberapa tipe rangsangan seperti Fellatio

(dari bahasa latin untuk ”menghisap” atau ”menyedot”) merujuk

kepada rangsangan terhadap penis laki-laki dan Cunnilingus (dari

bahasa latin untuk ”vulva” dan ”lidah”) merujuk kepada stimulasi

atau rangsangan oral terhadap organ vital wanita.

f. Masturbasi

Masturbasi adalah merujuk kepada pemuasan seks yang dilakukan

oleh diri sendiri yang melibatkan beberapa bentuk dari

stimulasi/rangsangan fisik langsung. Masturbasi biasanya

melibatkan menggosok, menyentuh, mengelus dengan lembut,

meremas atau dengan merangsang organ vital, tetapi masturbasi

juga dapat melalui rangsangan dari bagian tubuh lain, seperti

payudara, paha bagian dalam, atau anus.

F. Dampak Perilaku Seksual Pranikah Remaja

Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak

negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut :

(53)

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja

diantaranyaperasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri,

bersalah dan berdosa.

b. Dampak Fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut

diantaranyadapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan

aborsi.

c. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan

sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja

perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum

lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan

tersebut ( Sarwono, 2003).

d. Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah

berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja,

denganfrekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang

tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual

dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta

(54)

G. Penyakit menular seksual (PMS)

1. Definisi Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga venereal (dari kata

venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno), didefinisikan sebagai

salah satu akibat yang ditimbulkan karena aktivitas seksual yang

tidak sehat sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular,

bahkan pada beberapa kasus PMS membahayakan.

2. Macam-macam Penyakit Menular Seksual (PMS)

a. Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune

Deficiency Syndrome (AIDS).

AIDS merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya kelainan

yang kompleks dari sistem pertahanan seluler tubuh dan

menyebabkan korban menjadi sangat peka terhadap

mikroorganisme oportunistik. Human Immunodeficiency Virus

(HIV) adalah virus yang hidup di dalam darah manusia, tidak

dalam darah setiap orang tetapi hanya dalam darah seseorang

yang terinfeksi. HIV tidak membedakan usia, warna kulit,

orientasi seksual, agama, kebangsaan ataupun faktor pembeda

lainnya (Depkes, 2008)

HIV terdapat dalam darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa

semua spesimen yang berupa cairan tubuh dan berasal dari

tubuh penderita HIV dapat dipastikan infeksius dan sangat

(55)

termasuk ketika sorang penderita HIV positif melakukan

hubungan seksual dengan pasangannya maka bukan tidak

mungkin bila pasangannya nantinya akan terinfeksi virus ini

juga. Baik penderita HIV wanita maupun pria sangat riskan

untuk menularkan virus ini pada pasangannya ketika

berhubungan seksual, yakni melalui cairan sperma (bagi

penderita pria) dan darah menstruasi (bila melakukan

hubungan seksual pada saat menstruasi bagi penderita wanita).

Diyakini bahwa jumlah HIV dalam ludah seseorang yang

terinfeksi sangat sedikit, oleh karenanya anda tidak perlu

khawatir dengan ludah penderita HIV. Selain melalui

hubungan seksual, HIV juga bisa disebarkan melalui jarum

suntik yang digunakan seseorang yang telah terinfeksi, atau

bahkan bisa juga ditularkan oleh seorang ibu dengan HIV

positif kepada bayinya pada waktu hamil atau menyusui. Jadi

dapat disimpulkan bahwa penyebaran HIV yang infeksius ini

dapat melalui perseksual, peroral (kemungkinan sangat kecil),

parenteral (jarum suntik), dan perplasenta.

b. Herpes Simplex Virus

Herpes Simplex merupakan salah satu penyakit menular, yang

disebabkan oleh virus DNA. Virus (Herpes Simplex) ini

menyerang pada kulit, mukosa dan syaraf manusia. Gejala

utama adalah : munculnya bintil (kumpulan vesiculae) secara

(56)

sembarang tempat (yang terinfeksi) dan sering didapati pada :

area sekitar mulut, hidung, mata, jari tangan, pantat dan

genetalia. Bintil ini bertahan 2-3 minggu, kemudian pecah.

Biasanya diikuti rasa terbakar, nyeri dan gatal, serta sakit kepala

dan demam.

Penyakit ini dapat menular melalui sentuhan serta adanya

transmisi kontak langsung (misalnya berciuman)dengan

penderita. Bintil herpes simplex virus ini bila ditemukan pada

area sekitar genetalia, transmisi kontak langsung (melalui

hubungan seksual) dengan penderita bukan tidak mungkin

menyebabkan anda terinfeksi. Memakai pakaian penderita

(secara bergantian) juga dapat diindikasikan sebagai media

penularan herpes.

c. Kutil Pada Alat Kelamin ( venereal )

Kutil pada alat kelamin (berbeda dengan kutil/benjolan kecil

yang kadang timbul pada kaki, tangan dan punggung)

merupakan salah satu PMS bagian dari human papilloma virus

yang terdiri dari 100 jenis variasi virus. Inspeksi (pengamatan)

bintil kutil pada alat kelamin ini akan tampak seperti kutil biasa,

hanya saja jumlahnya tidak hanya satu atau dua saja tapi banyak

dan bergerombol, berukuran sangat kecil dan seringkali tak

terlihat. Gejala awal munculnya virus ini ditandai dengan

(57)

rectum dan gluteus. Bahkan pada beberapa kasus disebutkan

bahwa kutil ini ditemukan pada bagian dalam vagina.

Veneral menjadi salah satu infeksi menular seksual yang

penyebarannya paling cepat. Virus ini bisa tertular melalui

kontak fisik secara langsung (berhubungan seksual) dengan

penderita, bahkan hanya menyentuhnya saja anda bisa terinfeksi,

Terlebih lagi veneral sangat kecil (sulit dihindari). Biasanya

tubuh penderita akan membentuk antibodi terhadap virus ini

sehingga penularan terhadap bagian tubuh yang lain tidak akan

terjadi.

d. Gonorrhea

Infeksi akut yang disebabkan bakteri neiserria gonorrhoe

(gonococcus) berbentuk menyerupai kacang buncis, hanya

tumbuh pada membran yang lembab dan hangat, antara lain :

anus dan genetalia. Masa inkubasi gonorrhoe antara 2-10

(sekitar 2 minggu)hari terhitung setelah penderita terinfeksi

pertama kali.

Adapun gejala gonorrhoe secara umum; pengeluaran sekret

(purulent), disuria, malaise, sakit kepala dan limpadenopati

regional. Pada wanita tidak menunjukkan adanya gejala fisik

sampai pada fase nyeripada punggung, nyeri abdomen dan

(58)

Sebagian pria yang terinfeksi menunjukkan gejala antara lain ;

bau busuk pada area genetalia, sekresi cairan pekat yang

menetes ujung penis dan rasa perih ketika buang air kecil.

Infeksi gonorrhoe terjadi melalui kontak fisik (seksual) secara

langsung tanpa pemakaian “pelindung” dan mengabaikan seks

yang aman.

e. Chlamydia

Chlamidia merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh

sejenis bakteri Chlamidia trachomatis yang hidup dan

berkembang dalam tubuh. Pada pria; terjadi peradangan pada

saluran kencing atau epididymis ( saluran kecil dan panjang

sebagai tempat penyimpan sperma ), demam, keluarnya cairan

dari penis, rasa sakit atau rasa berat pada kantong buah pelir.

Pada wanita; infeksi saluran kemih dan cervix, infeksi ovarium

dan tuba fallopii, sekresi cairan abnormal, iritasi (gatal) pada

genetalia, rasa panas saat berkemih, sakit perut (bawah) hebat

dan pendarahan diluar menstruasi. Melalui kontak fisik (seksual)

secara langsung tanpa “pelindung” dan tidak menerapkan pola

hubungan seks yang sehat dan aman.

f. Sifilis

Sifilis didefinisikan sebagai infeksi kronik menular yang

disebabkan bakteri troponema pallidum, menginfeksi dan masuk

(59)

meninggal dunia. Pada kenyataannya sifilis dapat disembuhkan,

bahkan ketika telah memasuki tahap akhir sekalipun kerusakan

telah terjadi pada tubuh penderita. Masa inkubasi antara 10-90

hari, dengan gejala: :

Tahap 1

9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan tidak

sakit –chancre- tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak

langsung dengan penderita. Chancre hampir selalu muncul di

dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus yang

tidak diobati (sampai tahap 1berakhir), setelah beberapa minggu,

chancre akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh

penderita.

Tahap 2

1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan, sakit

pada bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut rontok

dan terdapat bintil. Beberapa bulan kemudian akan menghilang.

Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan.

Tahap 3

Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre telah

menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam

stase ini akan muncul gejala: kebutaan, tuli, borok pada kulit,

(60)

Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang telah

terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk

ke tubuh manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual

(misal) bakteri memasuki vagina melalui selaput lendir dalam

vagina, anus atau mulut melalui lubang kecil. Sifilis sangat

infeksius pada tahap 1 dan 2. selain itu, sifilis juga dapat

disebarkan per-plasenta.

g. Hepatitis

Hepatitis diindikasi sebagai salah satu penyakit akibat infeksi

virus DNA (hepatitis B) atau RNA (hepatitis C) yang terjadi pada

(organ) hati, yang menyebabkan perasangan pada sel hati dengan

segala akibatnya. Terdeteksi adanya hepatitis virus ABCDEF,

namun yang berkaitan dengan PMS adalah B dan C.

Hepatitis B

Memiliki masa inkubasi antara 45-160 hari dan mengenai pada

seluruh usia. Gejala yang muncul meliputi: lelah, kerongkongan

terasa pahit, sakit kepala, diare, nafsu makan menurun, oto

pegal-pegal dan sakit perut, demam tinggi serta vomitus. HbsAg+

berperan menyebarkan virus melalui cairan yang sudah

terinfeksi, antara lain: air mani, darah, cairan vagina ataupun

ludah masuk ke tubuh manusia melalui luka yang terbuka dan

(61)

Hepatitis C

Gejala biasanya baru muncul 10-15 tahun setelah terinfeksi.

Gejala yang muncul antara lain: lelah, mual, kehilangan nafsu

makan,vomitus, sakit perut, otot terasa pegal, demam, diare dan

sakit kuning. Mediasi penularan hepatitis C yang utama adalah

melalui pemakaian jarum suntik yang tidak disposible. Namun

virus ini juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dengan

proporsi yang lebih rendah (yakni dengan pemaparan antara

darah wanita menstruasi yang melakukan hubungan seks dengan

perlukaan akibat hepatitis pada pria pasangannya).

h. Infeksi Jamur (candida)

Candida adalah jamur yang biasa pada mulut dan usus besar

sebagai flora normal. Pada wanita, jamur ini juga ditemukan

pada vagina yang jumlahnya berlipat ganda dan tak terkendali.

Area sekitar genetalia (vagina) terasa gatal. Selanjutnya rasa

gatal itu terasa sangat gatal dan menyakitkan. Pada pria akan

tampak berupa warna merah pada ujung penis dan mungkin

akan ada titik metah pada kulup glans penis, bahkan kulup

tampak seperti luka bakar. Infeksi candida bisa ditularkan

dengan muidah melalui hubungan seksual, yang akhirnya

(62)

i. Bacterial Vaginosis

Kondisi dimana jumlah bakteri dalam vagina berlipat dan tak

terkendali, bahkan tidak lagi berperan sebagai flora normal

malah menimbulkan infeksi yang serius. Beberapa wanita tidak

merasakan adanya infeksi BV ini (tidak memunculkan gejala,

tampak normal). Gejala yang paling umum adalah keluarnya

cairan berwarna gelap yang mengeluarkan bau tidak sedap,

menimbulkan iritasi dan rasa panas pada saat berkemih (jarang).

Melalui kontak fisik (seksual) langsung dengan penderita tanpa

mengenakan “pelindung”.

j. Trichomoniasis (trich)

Infeksi ini disebabkan parasit kecil pada tempat-tempat yang

hangat dan lembab pada tubuh manusia terutama di vagina.

Gejala biasa muncul pada 1-4 minggu. Gejala yang muncul:

keluarnya cairan vagina yang berwarna putih atau

hijau-kekuningan, berbuih serta berbau tidak sedap, vagian tampak

merah dan gatal. Pada pria, ujung glans penis nya mengalami

iritasi. Melalui kontak fisik (hubungan seksual) dengan

penderita secara langsung.

k. Kutu Mons Pubis (ketam)

Dispesialisasi untuk ketam yang hidup di bagian tubuh manusia

yang lembab dan berambut, terutama mons pubis. Kutu jenis ini

(63)

tanpa makanan (darah manusia) selama 24 jam. Kutu yang

dimaksud berwarna abu-abu kekuningan dan membutuhkan

waktu 1 minggu untuk menetaskan telur mereka yang terdapat

pada masing-masing helai mons pubis. Penderita akan terasa

gatal pada area sekitar genetalia, terutama pada mons pubis.

kontak kelamin secara langsung dengan penderita menjadi salah

satu mediasi penularan kutu ini.

l. Chancroid

Penyakit ini diawali dengan benjolan-benjolan kecil yang muncul

disekitar genetalia atau anus, 4-5 hari setelah kontak dengan

penderita. Benjolan itu akhirnya akan terbuka dan mengeluarkan

cairan yang berbau tidak sedap. Borok chancroid pada pria

biasanya sangat menyakitkan, sedangkan pada wanita tidak

menimbulkan rasa sakit. Bila tidak diobati, borok pada pria akan

membesar, sehingga satu-satunya cara untuk mengobatinya

adalah mengamputasi penis. Cara pencegahannya gengan

menghindari kontak langsung dengan penderita

(64)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriftif analitik dengan

pendekatan cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari faktor yang

mempengaruhi perilaku seks pra nikah pada usia remaja yang diobservasi

hanya sekali pada saat yang sama (Sastroasmoro, 2008).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2012.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Bandar Lampung

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Notoadmodjo (2002) adalah keseluruhan objek

(65)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1

Bandar Lampung yang berjumlah 494 siswa yang terdiri dari 234 siswa

kelas X dan 260 kelas XI.

2. Sampel Penelitian

Sampel menurut Notoadmodjo (2002) adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Besar sampel diperoleh dengan rumus :

n =

Keterangan :

n =Ukuran Sampel.

N = Ukuran Populasi.

d = Tingkat ketepatan. (Notoatmojo, 2003).

n =

n =

n =

n = 221.02

n = 221 siswa

Berdasarkan rumus di atas, didapatkan sampel 221 siswa yang akan diteliti

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 1.  Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul “ SEKS PRANIKAH REMAJA (PENYEBAB, PERILAKU, DAN DAMPAK) STUDI KASUS KELOMPOK MAHASISWA DAN REMAJA SMA DI KABUPATEN KEBUMEN” ini adalah karya

menyenangkan.Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula.Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang

Abstrak : Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja SMA dan SMK Di Kota Bengkayang. Tujuan Penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA

Berdasarkan indikasi buruknya perilaku seks pranikah di sekolah ini dan banyaknya faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja, maka penting

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan bahaya pergaulan bebas pada remaja dengan persepsi perilaku seks pranikah di SMA N 1 Sewon Bantul tahun

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA

Hubungan peran orang tua memberikan pendidikan seks pranikah dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMKN 2 Sewon Bantul Distribusi frekuensi peran orang