• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data untuk memperoleh data yang sejelas-jelasnya. Menurut Suarsimi Arikunto (2002:126) metode pengumpulan data ialah cara memperoleh data. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan cara-cara sebagai berikut dalam mengumpulkan data : 1. Teknik pokok

Observasi

Hadi (dalam Sugiyono , 2010 : 203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dalam observasi ini peneliti sebagai participants observation, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono 2010:204).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi selama lebih kurang 4 minggu dengan 1 kali pertemuan dengan klien dalam setiap minggunya. Observasi yang dilakukan berguna untuk melihat perubahan perilaku kenakalan remaja sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Teknik observasi yang akan digunakan peneliti yaitu observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya.

36

Pada penelitian ini, peneliti akan mengamati perilaku siswa yang berkaitan dengan kenakalan remaja. Setelah dilakukan pengamatan dan didapatkan subjek maka diberikan bentuk pengkondisian aversion therapy yang digunakan adalah dengan media Covert Sensitization, yaitu dengan meminta konseli membayangkan perilaku maladaptif yang biasa dilakukan dan akibat negatif untuk menimbulkan rasa menyesal atau merasa bersalah.

Covert Sensitization di berikan sesegera mungkin ketika perilaku menyimpang muncul. Jadi saat perilaku yang tidak diharapkan itu muncul akan diberikan teknik aversi oleh konselor. Pemberian teknik aversion therapy dengan media covert sensitization dilakukan selama 2 kali pertemuan yaitu di minggu ke 2 dan minggu ke 3 dengan durasi lima belas sampai tiga puluh menit setiap pemberian aversi.

Sebelum diberikan media covert sensitization klien terlebih dahulu di amati oleh peneliti berdasarkan indikator kenakalan remaja yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengukur kondisi awal dari perilaku kenakalan remaja yang dilakukan sehingga pengamatan terhadap perubahan perilakunya akan lebih mudah dilakukan. Dengan memberikan perlakuan seperti itu diyakini dapat mengurangi perilaku kenakalan tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti juga dibantu oleh seorang guru pembimbing yang akan mengamati perilaku siswa yang berkaitan dengan kenakalan remaja. Sesuai dengan indikator penelitian yang akan digunakan, maka

37

peneliti merancang pedoman observasi yang nantinya akan digunakan dalam kegiatan observasi.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pengembangan Pedoman Observasi Perilaku Kenakalan Remaja

Indikator Deskriptor Target Behaviour / Perilaku yang diamati Kenakalan remaja di sekolah yang tidak digolongkan dalam pelanggaran hukum a. Berbohong (memutar balikan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan b. Membolos (pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah) c. Meminum minuman keras (rasa ingin tahu yang tinggi

d. Bergaul dengan teman yang

 Tidak masuk sekolah dengan membuat keterangan palsu

 Terlambat hadir kesekolah dan memberikan alasan palsu

 Meminta izin ke UKS untuk beristirahat saat jam pelajaran berlangsung

 Meminta izin ke kamar mandi sebagai alasan untuk makan dikantin saat jam pelajaran berlangsung

 Tidak masuk sekolah tanpa keterangan

 Keluar kelas karena urusan ekstrakulikuler tanpa izin dari guru piket/ guru yang mengajar pada saat itu

 Keluar kelas karena tidak suka dengan mata pelajaran yang diberikan

 Kekantin tanpa izin saat KBM berlangsung

 Kedapatan sedang membeli minuman keras

 Kedapatan sedang menenggak minuman keras

 Meluangkan waku hanya untuk kumpul dan

meminum-minuman keras secara berkelompok.

 Kedapatan sedang membeli rokok

38 memberi pengaruh buruk (sehingga mudah terjerat ke dalam perkara yang benar-benar kriminal, antara lain : merokok sehingga merusak dirinya)

 Menghabiskan waktu dengan teman-teman sambil merokok

 Menghabiskan waktu di malam hari datang ke diskotik

bersama teman-teman

 Merokok di lingkungan sekolah

Observasi dalam penelitian ini digunakan saat pre-observasi dan post-observasi. Hal ini dikarenakan yang akan diteliti adalah perilaku siswa, sehingga pengamatan terhadap perubahan perilakunya akan lebih mudah dilakukan.

Peneliti menggunakan frekuensi kemunculan perilaku yang terjadi pada subjek yang berdasarkan pada indikator tabel 3.1. Jawaban pada lembar observasi menunjukan frekuensi seberapa sering muncul atau tidaknya ini perilaku yang ditampilkan oleh subjek.

Perhitungan skor pada lembar observasi dilakukan dengan menghitung skor total yang diperoleh dari muncul atau tidaknya perilaku yang diamati.

Pada tahap observasi ini kriteria perilaku kenakalan remaja pada siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai berikut:

39 � = �� − �� � Keterangan: : interval �� : nilai tertinggi �� : nilai terendah : jumlah kategori 2. Teknik Pelengkap Wawancara

Menurut Yusuf (2007:278) mengemukakan bahwa wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara

(interviewer) dengan responden atau orang yang diwawancarai

(interviewee) melalui komunikasi langsung.

Menurut Sugiyono (2010:194) wawancara dapat dilakukan secara

terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun mengarah pada perilaku kenakalan tersebut . Wawancara terstruktur ini ditujukan kepada subjek penelitian yaitu siswa-siswi SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Adapun pertanyaan wawancaranya sebagai berikut :

40

Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan Wawancara Perilaku Kenakalan Remaja

Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Perilaku Meminum Minuman Keras

No Pertanyaan wawancara Ya Tidak

1. Apakah kamu mengetahui tentang minum minuman keras atau minuman beralkohol?

2. Apakah kamu mengetahui macam-macam minuman keras dengan kadar alkoholnya?

3. Seringkah kamu meminum minuman keras?

4. Apakah ada orang atau lingkungan yang mempengaruhi kamu meminum minuman beralkohol?

5. Apakah ada perasaan nyaman setelah kamu meminum minuman beralkohol?

6. Apakah orangtuamu mengetahui kamu meminum-minuman beralkohol?

7. Apakah kamu mengetahui bagaimana perasaan orangtuamu bila mereka tahu kamu melakukan hal tersebut?

8. Menurut kamu perilaku positifkah meminum minuman beralkohol?

9. Adakah keinginan kamu untuk menghentikan perilaku tersebut?

10. Apakah dengan teknik aversion therapy ini dapat membantu kamu untuk menanggulangi perilaku meminum minuman keras?

Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Perilaku Pergi ke Diskotik atau Clubbing

No Pertanyaan wawancara Ya Tidak

1. Apakah kamu mengetahui tentang hiburan malam ke diskotik atau yang dikenal dengan istilah clubbing ?

2. Apakah kamu mengetahui dimanakah tempat yang dapat dikunjungi untuk clubbing ?

3. Seringkah kamu pergi ketempat hiburan malam atau diskotik tersebut ?

4. Apakah ada orang atau lingkungan yang mempengaruhi untuk pergi ketempat hiburan malam atau diskotik tersebut?

5. Apakah ada perasaan nyaman saat kamu berada di tempat hiburan malam atau diskotik tersebut?

41

6. Apakah orangtuamu mengetahui kamu pergi ketempat hiburan malam atau diskotik tersebut?

7. Apakah kamu mengetahui bagaimana perasaan orangtuamu bila mereka tahu kamu melakukan hal tersebut?

8. Menurut kamu perilaku positifkah pergi ketempat hiburan malam atau diskotik tersebut?

9. Adakah keinginan kamu untuk menghentikan perilaku tersebut?

10. Apakah dengan teknik aversion therapy ini dapat membantu kamu untuk menanggulangi perilaku pergi ketempat hiburan malam atau diskotik tersebut?

Daftar pertanyaan wawancara menggunakan skala Guttman agar diperoleh jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang dipertanyakan. Jawaban responden dibuat skor tertinggi bernilai 1 dan skor

terendah bernilai 0. Dimana jika siswa menjawab “ya” bernilai 1 dan jawaban “tidak” bernilai 0. Penentuan subjek penelitian berdasarkan

jumlah skor yang dibagi ke dalam 2 kriteria, menggunakan rumus :

� = �� − �� � Keterangan: : interval �� : nilai tertinggi �� : nilai terendah : jumlah kategori

Jadi, interval untuk menentukan kriteria perilaku kenakalan remaja pada siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai berikut:

42 � = �� − �� � Keterangan: : interval �� : nilai tertinggi �� : nilai terendah : jumlah kategori �=�� − �� � = 10�1 −(10�0) 3 = 3.3 = 4

Dokumen terkait