Dendy Fauzie
ABSTRAK
PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
(Glycine max(L.) Merr.) VARIETAS DERING 1
Oleh DENDY FAUZIE
Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) pengaruh bentuk pupuk majemuk NPK susulan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Varietas Dering 1; (2) pengaruh dosis pupuk majemuk NPK susulan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Varietas Dering 1; (3) pengaruh interaksi antara bentuk dan dosis pupuk majemuk NPK susulan dalam
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Varietas Dering 1. Penelitian dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada Oktober 2013 sampai Januari 2014. Rancangan percobaan
Dendy Fauzie perbandingan ortogonal pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bentuk pupuk NPK majemuk susulan yang digerus menghasilkan jumlah polong total dan jumlah polong isi lebih baik daripada pupuk yang tidak digerus; (2) dosis pupuk NPK majemuk susulan pada saat berbunga dosis 0 kg/ha sampai 100 kg/ha meningkatkan jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot 100 butir, dan hasil per petak.
PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
(Glycine max(L.) Merr.) VARIETAS DERING 1
Oleh Dendy Fauzie
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
(Glycine max(L.) Merr.) VARIETAS DERING 1 (Skripsi)
Oleh Dendy Fauzie
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ix DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
jumlah polong total. ... 29
2. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada jumlah polong isi. ... 30
3. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada bobot 100 butir. ... 31
4. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada hasil per petak. ... 32
5. Tata letak percobaan. ... 41
6. Tanaman kedelai berumur 1 minggu setelah tanam. ... 65
7. Tanaman kedelai berumur 4 minggu setelah tanam. ... 65
8. Tanaman kedelai berumur 10 minggu setelah tanam. ... 66
9. Tanaman kedelai berumur 14 minggu setelah tanam. ... 66
10. Penghitungan bobot 100 butir. ... 67
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Kerangka Pemikiran... 4
1.4 Hipotesis... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1 Tanaman Kedelai ... 8
2.1.1 Morfologi kedelai... 8
2.1.2 Pertumbuhan kedelai... 10
2.1.3 Teknik budidaya ... 11
2.2 Pupuk Majemuk NPK ... 13
2.3 Pemupukan NPK Susulan pada Tanaman Kedelai ... 15
2.4 Bentuk Pupuk... ... 16
III. BAHAN DAN METODE ... 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.2 Bahan dan Alat ... 18
3.3 Metode Penelitian... 18
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 19
3.5 Pengamatan ... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Hasil Penelitian ... 23
4.1.1 Tinggi tanaman pada 8 Minggu Setelah Tanam... 23
4.1.2 Jumlah daun pada 8 Minggu Setelah Tanam... 23
4.1.3 Tinggi tanaman pada 10 Minggu Setelah Tanam... 24
v
4.1.5 Bobot berangkasan kering... 25
4.1.6 Jumlah cabang produktif... 27
4.1.7 Jumlah polong total... 27
4.1.8 Jumlah polong isi... 29
4.1.9 Bobot 100 butir... 29
4.1.10 Hasil per petak... 31
4.2 Pembahasan ... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
5.1 Kesimpulan ... 36
5.2 Saran ... 36
PUSTAKA ACUAN ... 37
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penandaan stadia pertumbuhan vegetatif kedelai. ... 10 2. Penandaan stadia pertumbuhan generatif kedelai. ... 10 3. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
tinggi tanaman pada 8 minggu setelah tanam. ... 24 4. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
jumlah daun pada 8 minggu setelah tanam. ... 24 5. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
tinggi tanaman pada 10 minggu setelah tanam. ... 25 6. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
jumlah daun pada 10 minggu setelah tanam. ... 26 7. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
bobot berangkasan kering. ... 26 8. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
jumlah cabang produktif. ... 27 9. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
jumlah polong total. ... 28 10. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
jumlah polong isi. ... 29 11. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
bobot 100 butir. ... 30 12. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
vii
15. Kriteria penilaian hasil analisis tanah. ... 43
16. Data curah hujan. ... 43
17. Koefisien perbandingan ortogonal. ... 44
18. Hasil pengamatan bobot hasil per petak. ... 45
19. Uji Bartlett bobot hasil per petak. ... 45
20. Analisis ragam bobot hasil per petak. ... 46
21. Uji ortogonal polinomial bobot hasil per petak. ... 46
22. Hasil pengamatan jumlah cabang produktif. ... 47
23. Uji Bartlett jumlah cabang produktif. ... 47
24. Analisis ragam jumlah cabang produktif. ... 48
25. Uji ortogonal polinomial jumlah cabang produktif. ... 48
26. Hasil pengamatan jumlah polong isi. ... 49
27. Uji Bartlett jumlah polong isi. ... 49
28. Analisis ragam jumlah polong isi. ... 50
29. Uji ortogonal polinomial jumlah polong isi. ... 50
30. Hasil pengamatan jumlah polong total. ... 51
31. Uji Bartlett jumlah polong total. ... 51
32. Analisis ragam jumlah polong total. ... 52
33. Uji ortogonal polinomial jumlah polong total. ... 52
34. Hasil pengamatan bobot 100 butir. ... 53
35. Uji Bartlett bobot 100 butir. ... 53
36. Analisis ragam bobot 100 butir. ... 54
37. Uji ortogonal polinomial bobot 100 butir. ... 54
viii
39. Uji Bartlett bobot berangkasan kering. ... 55
40. Analisis ragam bobot berangkasan kering. ... 56
41. Uji ortogonal bobot berangkasan kering. ... 56
42. Hasil pengamatan tinggi tanaman pada 8 minggu setelah tanam. ... 57
43. Uji Bartlett tinggi tanaman pada 8 minggu setelah tanam. ... 57
44. Analisis ragam tinggi tanaman pada 8 minggu setelah tanam. ... 58
45. Uji ortogonal tinggi tanaman pada 8 minggu setelah tanam. ... 58
46. Hasil pengamatan jumlah daun pada 8 minggu setelah tanam. ... 59
47. Uji Bartlett jumlah daun pada 8 minggu setelah tanam. ... 59
48. Analisis ragam jumlah daun pada 8 minggu setelah tanam. ... 60
49. Uji ortogonal jumlah daun pada 8 minggu setelah tanam. . ... 60
50. Hasil pengamatan tinggi tanaman pada 10 minggu setelah tanam. ... 61
51. Uji Bartlett tinggi tanaman pada 10 minggu setelah tanam. ... 61
52. Analisis ragam tinggi tanaman pada 10 minggu setelah tanam. ... 62
53. Uji ortogonal tinggi tanaman pada 10 minggu setelah tanam. ... 62
54. Hasil pengamatan jumlah daun pada 10 minggu setelah tanam. ... 63
55. Uji Bartlett jumlah daun pada 10 minggu setelah tanam. ... 63
56. Analisis ragam jumlah daun pada 10 minggu setelah tanam. ... 64
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
(QS.Al-Mujadalah:11).
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan rahmat-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.
Kupersembahkan karya sederhana penuh perjuangan dan kesabaran ini sebagai ungkapan rasa sayangku dan baktiku kepada
Papa dan Mama tersayang yang selalu mencurahkan rasa sayang tanpa henti; selalu mengajariku bagaimana menjadi manusia yang terbaik; dalam doa dan sujud selalu menantikan keberhasilanku dengan sabar dan penuh pengertian.
Semua keluarga besarku atas rasa sayang, doa, perhatian, pengertian, pengorbanan, penghormatan dan dorongan semangat yang tulus, serta
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14 April 1991 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Oji Fahruroji dan Ibu Anizar Abunawar.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 4 Kemiling Permai pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 28 Bandar Lampung pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Bandar Lampung pada tahun 2009. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010.
Penulis melaksanakan Praktik Umum di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu, Kabupaten Pesawaran pada tahun 2013 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Toba, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2014.
ii SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku Pembimbing Pertama atas saran, ilmu, pengarahan, motivasi, dan kesabaran dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.
2. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya memberikan bimbingan, pengarahan, pikiran, motivasi, kesabaran, ilmu, saran, nasehat, dan bantuan selama penulis menyelesaikan skripsi, serta memberikan bantuan biaya penelitian sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
3. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Penguji bukan Pembimbing dan sekaligus Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran, pengarahan, dan nasehat untuk perbaikan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Sri Ramadiana, S.P., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, nasehat, serta motivasi yang sangat membantu bagi Penulis. 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya
iii 6. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung yang telah mensahkan skripsi ini.
7. Ayahanda Oji Fahruroji dan Ibunda Anizar Abunawar serta kakak dan adik penulis Yan Angga Fauzie dan Trianny Fauzie atas kasih sayang, dukungan, kritikan, nasehat, dan saran yang diberikan.
8. Bapak Sungkono dan ibu yang telah bersedia memberikan fasilitas yang dibutuhkan selama penelitian ini berjalan hingga selesai.
9. Teman-teman seperjuangan: Echa Febriliya, Cahyadi Prayuda, Diago Fajar Saputra, dan Debby Kuncoro Wibowo yang telah bersama-sama berjuang, memberikan semangat, dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman Agroteknologi 2010 atas segala doa, perhatian, diskusi, hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Bandar lampung, Agusuts 2015 Penulis
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kedelai merupakan komoditas yang penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah konsumsi kedelai nasional. DataFood and Agriculture Organization(FAO) tahun 2009 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi kedelai rata-rata 7,65 kg per orang per tahun. Indonesia merupakan negara yang mengonsumsi kedelai per kapita tertinggi kedua di dunia setelah Jepang, yang mengonsumsi sebesar 8,14 kg per orang per tahun. Dilihat dari volume konsumsi, pada tahun yang sama Indonesia menempati urutan kedua setelah Tiongkok, yang total konsumsinya sebanyak 2 juta ton kedelai
(Kompasiana, 2014).
2 Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai adalah melalui intensifikasi pertanian. Menurut Nurmala dkk. (2012), intensifikasi yaitu
peningkatan produksi pertanian pada lahan yang sudah ada dengan menerapkan teknologi atau inovasi baru dalam budidaya tanaman agar hasil per hektar meningkat. Dalam intensifikasi pertanian dikenal suatu teknologi yang disebut panca usaha tani. Panca usaha tani yaitu perbaikan bercocok tanam, pemakaian bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, dan perbaikan pengaturan air.
Ditinjau dari segi pemupukan setiap jenis tanaman memiliki kebutuhan pupuk yang berbeda karena memiliki proses pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Pertumbuhan tanaman secara umum terbagi menjadi 2 fase yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Pupuk susulan biasa diberikan pada saat tanaman memasuki fase generatif. Menurut Kaspar (1987) dalam Wicaksono (2010), pemupukan NPK susulan pada produksi kedelai bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara selama masa pembungaan dalam menjamin ketersediaan asimilat pada saat pengisian polong. Pada saat fase generatif, akar tanaman akan tumbuh secara cepat dan mencapai pertumbuhan maksimal untuk mendapatkan unsur hara di tanah sehingga diperlukan unsur hara yang lebih banyak.
Penambatan N oleh bintil akar juga menurun pada saat tanaman leguminose mulai memasuki periode pembungaan bersamaan semakin meningkatnya bintil akar yang tua dan mati.
3 pupuk dasar yang telah diberikan sebelumnya agar tanaman tidak mengalami kekurangan atau kelebihan hara. Menurut Avivi (2005), pemupukan susulan dengan setengah dosis pupuk normal dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah polong isi per tanaman kedelai. Hasil penelitian Nurmanda (2010) menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk NPK susulan mampu meningkatkan bobot berangkasan kering dan hasil benih per hektar pada kedelai Varietas Grobogan.
Bentuk pupuk berpengaruh pada efisiensi dan efektivitas pemupukan. Pupuk yang memiliki ukuran kecil akan lebih cepat larut sehingga lebih cepat tersedia bagi tanaman. Penggerusan merupakan salah satu cara untuk mengubah pupuk agar menjadi lebih halus. Menurut Arryanto (2012), penggunaan pupuk yang berukuran kecil memiliki keunggulan lebih reaktif, langsung mencapai sasaran atau target karena ukurannya yang halus, serta hanya dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah bentuk pupuk NPK majemuk susulan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Varietas Dering 1? 2. Apakah dosis pupuk NPK majemuk susulan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Varietas Dering 1?
4 1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh bentuk pupuk NPK majemuk susulan dalam
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Varietas Dering 1. 2. Mengetahui dosis pupuk NPK majemuk susulan terbaik dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Varieatas Dering 1.
3. Mengetahui pengaruh interaksi antara bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Varietas Dering 1.
1.3 Kerangka pemikiran
Produksi tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Tanaman kedelai memerlukan unsur hara yang cukup selama fase vegetatif maupun generatif agar mencapai pertumbuhan dan hasil yang optimum. Unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Ketiga unsur ini disebut juga sebagai unsur makro primer karena dibutuhkan dalam jumlah relatif besar dan sering diberikan melalui pemupukan.
5 sel. Fungsi utama K yaitu sebagai aktivator beberapa enzim, memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman lain, dan komponen penting di dalam mekanisme pengaturan osmotik sel.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketersediaan unsur hara bagi tanaman adalah dengan memberikan tambahan unsur hara melalui pemupukan. Pemupukan yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan unsur hara. Kekurangan unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak optimum, sedangkan kelebihan unsur hara akan mengakibatkan keracunan pada tanaman.
Pupuk susulan merupakan pupuk tambahan yang diberikan setelah pupuk dasar. Pupuk susulan diberikan dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan unsur hara selama pembentukan bunga, pembentukan polong, dan pengisian biji. Pada fase generatif akar tanaman kedelai telah mencapai pertumbuhan maksimum sehingga dibutuhkan unsur hara yang lebih banyak.
Pupuk dasar dan pupuk susulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk majemuk NPK Phonska. Penggunaan pupuk majemuk diharapkan dapat
6 Pemupukan susulan harus diberikan dengan dosis yang tepat agar tanaman
mencapai produksi yang optimal. Dosis rekomendasi pupuk NPK Phonska untuk tanaman kedelai yaitu sebesar 250 kg/ha. Peningkatan dosis pupuk dapat
meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah. Produksi tanaman dapat meningkat seiring dengan semakin banyaknya unsur hara yang diserap oleh tanaman.
Pemupukan tanaman harus dilakukan dengan cara yang tepat agar dapat meningkatkan efektivitas serapan hara. Salah satu cara meningkatkan serapan hara oleh tanaman adalah dengan mengubah ukuran pupuk menjadi lebih kecil. Pupuk yang lebih kecil dan halus memiliki permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah diserap oleh tanaman. Efektivitas serapan hara yang tinggi akan mengakibatkan kehilangan pupuk menjadi lebih kecil. Pada penelitian ini pupuk susulan yang diberikan dihaluskan dengan cara digerus.
7 1.4 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
1. Pupuk NPK majemuk susulan dengan bentuk yang lebih kecil mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai Varietas Dering 1. 2. Terdapat dosis pupuk NPK majemuk susulan terbaik dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi kedelai Varietas Dering 1.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kedelai
2.1.1 Morfologi Kedelai
Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji. Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar 6-30 g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (6-10 g/100 biji), biji sedang (11-12 g/100 biji), dan biji besar (13 g atau lebih/100 biji). Warna biji kedelai bervariasi antara kuning, hijau, coklat, dan hitam (Fachruddin, 2000).
9 akar sangat berperan dalam proses fiksasi N2yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya (Adisarwanto, 2008).
Pada buku pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk.. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Andrianto, 2004).
Bunga pada tanaman kedelai merupakan bunga lengkap yaitu dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga pada tanaman kedelai umumnya berwarna ungu atau putih. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Di Indonesia, tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 30-50 hari (Fachruddin, 2000).
Polong kedelai yang baru tumbuh berwarna hijau dan akan berubah menjdai kuning/cokelat pada saat dipanen. Pembentukan dan pembesaran polong akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Jumlah polong yang dapat dipanen berkisar antara 20-200 polong per tanaman, tergantung varietas kedelai yang ditanam. Selama masa pemasakan, warna dan ukuran polong yang berada pada posisi yang paling bawah dengan paling atas akan sama
10 2.1.2 Pertumbuhan Kedelai
[image:29.595.111.512.279.421.2]Menurut Adisarwanto (2007), pertumbuhan tanaman kedelai terbagi menjadi dua yaitu stadia pertumbuhan vegetatif dan stadia pertumbuhan generatif. Ciri atau penanda untuk masing-masing stadia pertumbuhan kedelai dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Penandaan stadia pertumbuhan vegetatif kedelai.
Singkatan Stadia Tingkatan Stadia Keterangan
VE Stadia pemunculan Kotiledon muncul ke permukaan tanah VC Stadia kotiledon Daun unfoliolat berkembang tapi daun tidak
menyentuh tanah
V1 Stadia buku pertama Daun terbuka penuh pada buku unfoliolat V2 Stadia buku kedua Daun unfoliolat terbuka penuh pada buku
kedua di atas buku unfoliolat
V3 Stadia buku ketiga Pada buku ketiga batang utama terdapat daun yang terbuka penuh
Vn Stadia buku ke-n Pada buku ke-n batang utama telah terdapat daun yang terbuka penuh
Tabel 2. Penandaan stadia pertumbuhan generatif kedelai.
Singkatan Stadia Tingkatan Stadia Keterangan
R1 Mulai berbunga Munculnya bunga pertama pada buku mana pun pada batang utama
R2 Berbunga penuh Bunga terbuka penuh pada satu atau dua buku paling atas pada batang utama dengan daun yang telah terbuka penuh
R3 Mulai berpolong Polong telah terbentuk dengan panjang 0,5 cm pada salah satu buku batang utama
R4 Berpolong penuh Polong telah mempunyai panjang 2 cm pada salah satu buku teratas pada batang utama R5 Mulai Bebiji Ukuran biji dalam polong mencapai 3 mm pada
salah satu buku batang utama
R6 Berbiji penuh Setiap polong pada batang utama telah berisi biji satu atau dua
R7 Mulai masak Salah satu warna polong pada batang utama telah berubah menjadi cokelat kekuningan atau warna masak
R8 Masak penuh 95% jumlah polong telah mencapai warna
[image:29.595.113.518.477.708.2]11 2.1.3 Teknik budidaya
Menurut Suhaeni (2007), setidaknya ada 2 hal yang dapat dilakukan petani untuk menghasilkan kedelai yang produktif dan berkualitas yaitu pemilihan bibit unggul dan menguasai teknik budidaya yang baik. Berikut beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menanam kedelai secara baik dan benar.
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan untuk memeroleh struktur tanah yang gembur sehingga kedelai dapat tumbuh sempurna. Dengan diolah, tanah menjadi subur sekaligus menghilangkan tumbuhan pengganggu atau gulma. Agar pengolahan tanah sempurna, pembajakan dan pencangkulan sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali.
2. Inokulasi dan penularan bakteri
Inokulasi tanah dilakukan dengan mencampurkan biji-biji kedelai dengan tanah yang mengandung bakteriRhizobium. Tanah tersebut diambil dari lahan bekas ditanami kedelai. Proses pencampuran dilakukan dengan perbandingan 9 kg biji dan 1 kg tanah. Penularan bakteri dilakukan dengan mencampur biji-biji kedelai dengan legin. Legin adalah zat perangsang bakteriRhizobium. 3. Penyiapan benih
12 4. Penanaman
Penanaman dianjurkan secara tugalan dengan jarak yang teratur. Sebelum ditanam, benih sebaiknya diberi insektisida berbahan aktif karbofuran untuk mencegah serangan hama lalat kacang. Benih ditanam 2-3 biji per lubang. 5. Pembumbunan dan pengairan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Selain untuk mengendalikan gulma, pembumbunan juga bertujuan untuk menggemburkan tanah sehingga mendorong perkembangan akar. Pembumbunan dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 minggu.
6. Pengendalian hama
Pengendalian hama dapat dilakukan diantaranya dengan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan kedelai atau bukan kacang-kacangan, penggunaan Varietas berumur genjah atau tahan hama, pemusnahan hama secara mekanis dengan mengumpulkan telur dan hama serangga dewasa, dan penyemprotan insektisida.
7. Pemanenan
Waktu, cara, dan alat yang digunakan dalam pemanenan kedelai dapat mempengaruhi jumlah dan mutu hasil kedelai. Untuk itu, pemanenan
sebaiknya dilakukan jika semua daun tanaman telah rontok, polong berwarna kuning kecokelatan dan mengering. Brangkasan tanaman hasil panen
13 2.2 Pupuk Majemuk NPK
Unsur hara merupakan faktor pembatas produksi suatu tanaman. Tanaman memerlukan unsur hara yang cukup untuk mencapai produksi yang optimum. Pemupukan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketersediaan hara di dalam tanah. Memupuk berarti menambahkan unsur hara ke tanah dan tanaman (Lingga dan Marsono, 2008).
Berdasarkan kandungan unsur hara, pupuk dibagi menjadi dua yaitu pupuk tunggal (single fertilizer) yang mengandung satu macam unsur hara dan pupuk majemuk (compound fertilizer) yang mengandung lebih dari satu macam unsur hara. Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P, dan K (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Nitrogen dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhan bagian vegetatif seperti daun, batang, dan akar. Nitrogen dalam tanah mudah hilang karena sifat N yangmobile, mudah tercuci, berubah bentuk dan menguap (Kania, 2014). Pemupukan N pada tanaman berfungsi untuk meningkatkan kandungan protein, meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara lain, merangsang pertunasan, menambah tinggi tanaman, serta mengaktifkan pertumbuhan mikroba. Kekurangan N pada tanaman
14 Selain nitrogen, tanaman kedelai juga memerlukan unsur hara fosfor (P). Unsur P diperlukan oleh tanaman kedelai untuk metabolisme sel yang dapat digunakan untuk pertumbuhan akar serta meningkatkan jumlah bintil akar. Selain
meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, bintil akar juga mampu
meningkatkan produksi kedelai seperti jumlah polong, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per meter persegi, bobot 100 biji, dan kadar N biji (Triadiati, 2013). Kekurangan P pada tanaman menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun menjadi hijau tua, tanaman tidak menghasilkan bunga dan buah, serta ukuran buah menjadi kecil dan cepat matang (BPTP Riau, 2012).
Tanaman menyerap kalium dalam bentuk K+. Unsur kalium dibutuhkan dalam jumlah yang besar, yakni terbesar kedua setelah nitrogen. Kalium dalam tanaman tidak menjadi komponen struktur dalam senyawa organik, namun mutlak
dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Kalium merupakan pengaktif (aktivator) sejumlah enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi (Salisbury dan Ross, 1995) dalam Nurmanda (2010). Kekurangan K pada
tanaman dapat dilihat dari ciri-ciri pertumbuhan tanaman terhambat, batang kurang kuat dan mudah patah, biji buah menjadi kisut, serta daun
mengerut/kriting dan timbul bercak-bercak merah coklat lalu mati (BPTP Riau, 2012).
Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK Phonska
15 dalam air, dapat meningkatkan produksi dan kualitas panen, memacu
pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik, memperbesar ukuran buah, umbi, dan biji-bijian (Petrokimia, 2008).
2.3 Pemupukan NPK Susulan pada Tanaman Kedelai
Pemupukan susulan merupakan pemupukan yang dilakukan setelah pupuk dasar. Menurut Kaspar (1987) dalam Wicaksono (2010), pemupukan NPK susulan pada produksi kedelai bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara selama masa pembungaan dalam menjamin ketersediaan asimilat pada saat pengisian polong. Pada saat fase generatif, akar tanaman akan tumbuh secara cepat dan mencapai pertumbuhan maksimal untuk mendapatkan unsur hara di tanah sehingga diperlukan unsur hara yang lebih banyak. Penambatan N oleh bintil akar juga menurun pada saat tanaman leguminose mulai memasuki periode pembungaan bersamaan semakin meningkatnya bintil akar yang tua dan mati.
Pemupukan susulan harus dilakukan dengan dosis yang tepat agar tanaman dapat mencapai pertumbuhan dan hasil yang optimum. Dosis pupuk susulan yang diberikan harus berimbang agar tanaman kedelai tidak mengalami kelebihan atau kekurangan unsur hara. Avivi (2005) menyatakan bahwa pemupukan susulan dengan NPK setengah dosis pupuk normal dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah polong isi per tanaman kedelai.
Kandungan unsur hara di dalam tanah dapat meningkat seiring dengan
16 Nurmanda (2010) menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk NPK susulan mampu meningkatkan bobot berangkasan kering dan hasil benih per hektar pada kedelai Varietas Grobogan.
Selain meningkatkan produksi tanaman, pemupukan susulan juga dilakukan pada produksi benih. Pemupukan susulan pada saat berbunga dapat meningkatkan viabilitas awal benih yang baik. Pemupukan susulan sebagai unsur hara tambahan bagi tanaman untuk membantu pertumbuhan generatif sehingga tanaman dapat menghasilkan benih yang bernas dan memiliki viabilitas awal yang tinggi. Viabilitas awal yang tinggi sebelum ditanam atau disimpan merupakan langkah awal yang baik, benih sebagai bahan tanam. Benih yang memiliki viabilitas tinggi akan memberikan harapan keberhasilan suatu pertanaman yang tinggi pula
(Nurmiaty dan Nurmauli, 2010). Hasil penelitian Rusdi (2008) menunjukkan bahwa pemupukan NPK susulan dapat meningkatkan produksi benih kedelai berdasarkan peubah tinggi tanaman dan viabilitas benih.
2.4 Bentuk Pupuk
Pemupukan harus dilakukan dengan tepat agar pupuk yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh tanaman. Salah satu cara meningkatkan efisiensi serapan hara oleh tanaman adalah dengan mengubah bentuk pupuk menjadi lebih kecil. Menurut Arryanto (2012), penggunaan pupuk yang berukuran kecil
memiliki keunggulan lebih reaktif, langsung mencapai sasaran atau target karena ukurannya yang halus, serta hanya dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit. Salah satu cara untuk megubah bentuk atau ukuran pupuk yaitu dengan
17 Pupuk yang diberikan ke dalam tanah tidak semuanya dapat diserap oleh tanaman. Pupuk memerlukan waktu untuk melepaskan hara dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Efisiensi pemupukan perlu dilakukan dengan tujuan memperkecil kehilangan pupuk dan meningkatkan efektifitas serapan hara. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk sehingga permukaan pupuk menjadi lebih luas, sehingga lebih mudah larut yang dapat menyebabkan unsur hara tersedia lebih banyak untuk tanaman (Lee, 2010). Hasil penelitian Saprudin dkk. (2012) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk nano pada benih jagung dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk urea.
18
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014. Lahan yang digunakan merupakan lahan alang-alang.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Dering 1, pupuk majemuk NPK Phonska (15:15:15), tanah bekas pertanaman kedelai, insektisida berbahan aktif karbofuran, dan pestisida berbahan aktif fipronil. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, mortar, sprayer, paranet, oven, kamera digital, kawat, tali rafia, gunting, dan alat tulis.
3.3 Metode Penelitan
19 Homogenitas ragam diuji dengan menggunakan uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Apabila asumsi terpenuhi, data kemudian dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan perbandingan polinomialortogonal pada taraf α 0,05.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan lahan dilakukan sebanyak dua kali. Tanah dibersihkan dari sisa-sisa tanaman, batu, dan sampah. Setelah cukup homogen, tanah diratakan dan dibuat petak-petak percobaan sebanyak 30 petak. Petak percobaan berukuran 3 m x 2 m dengan jarak petak 50 cm. Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm x 15 cm.
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang digunakan. Masing-masing lubang tanam diisi dengan 3 benih kedelai. Insektisida Petrofur 3G diberikan bersamaan dengan penanaman benih.
Penyulaman untuk benih-benih yang mati dilakukan pada 10 hari setelah tanam (HST). Penjarangan dilakukan pada 2 minggu setelah tanam (MST) dengan cara memotong tanaman dengan menggunakan gunting dan menyisakan 2 tanaman per lubang.
20 pupuk majemuk NPK Phonska (15:15:15). Pupuk ditabur pada larikan-larikan yang telah dibuat lalu ditutup kembali dengan tanah.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Pengendalian hama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST menggunakan pestisida Regent 50 SC dengan dosis 2 ml/l air. Pengendalian gulma dilakukan pada 2 MST, baik secara fisik dengan dicabut menggunakan tangan, maupun secara mekanik dengan menggunakan cangkul dan koret. Gulma dibersihkan agar tidak mengganggu tanaman dan pemeliharaan.
3.5 Pengamatan
Untuk menunjang kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan pengamatan pada komponen pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Pengamatan indikator pertumbuhan dan produksi dilakukan pada tanaman sampel sebanyak 5 tanaman pada setiap petak perlakuan yang diambil secara acak.
Peubah yang diamati meliputi: 1. Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman kedelai. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh dan diukur dalam satuan centimeter.
2. Jumlah daun
21 3. Bobot berangkasan kering
Bobot berangkasan kering diperoleh dari bobot semua bagian tanaman yang diukur dari lima sampel dan dihitung dalam satuan gram. Sampel diambil pada saat pertumbuhan maksimum yang sebelumnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 700C selama 3 x 24 jam hingga diperoleh bobot yang konstan.
4. Jumlah cabang produktif
Jumlah cabang produktif diperoleh dengan cara menghitung semua cabang yang berasal dari batang utama dan menghasilkan polong bernas. Dikatakan produktif apabila dalam satu cabang paling sedikit menghasilkan 1 polong bernas dan dihitung pada saat panen.
5. Jumlah polong total
Jumlah polong total dihitung berdasarkan jumlah seluruh polong yang muncul dalam satu tanaman dan dilakukan saat panen.
6. Jumlah polong isi
Jumlah polong isi dihitung berdasarkan jumlah seluruh polong bernas yang muncul dalam satu tanaman dan dilakukan saat panen. Dikatakan polong isi jika dalam satu polong paling sedikit berisi satu biji.
7. Bobot 100 butir
22 8. Hasil per petak
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pupuk NPK susulan yang digerus menghasilkan jumlah polong total dan jumlah polong isi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk yang tidak digerus, sedangkan peubah yang lain masih menunjukan hasil yang relatif sama.
2. Peningkatan dosis pupuk NPK susulan hingga 100 kg/ha meningkatkan jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot 100 butir, dan bobot hasil per petak. 3. Tidak terdapat interaksi antara bentuk dan dosis pupuk susulan dalam
meningkatkan produksi kedelai Varietas Dering 1.
5.2 Saran
Untuk mengetahui pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK susulan pada
37
PUSTAKA ACUAN
Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. 80 hlm. Adisarwanto, T. 2007. Kedelai (Cetakan ke-3). Penebar Swadaya. Jakarta. 170
hlm.
Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hlm.
Andrianto, T. T. dan Indarto, N. 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani Kedelai. Penerbit Absolut. Yogyakarta. 78 hlm.
Arryanto, Y. 2012. Nano Technology in Agriculture. Disajikan pada Workshop Peluang Nano Teknologi untuk Pertanian. Bogor, 26 Januari 2012.
Avivi. 2005. Efek AplikasiSynechococcussp. pada Daun dan Pupuk NPK terhadap Parameter Agronomis Kedelai. Buletin Agronomi. 33(3): 17–23. Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Kedelai Nasional. http://www.bps.go.id/
tnmn_pgn.php. Diakses pada Tanggal 25 Oktober 2013.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau. 2012. Kahat Hara pada Tanaman Kedelai. http://www.riau.litbang.deptan.go.id. Diakses pada Tanggal 12 Desember 2014.
Balitkabi. 2012. Varietas Unggul Baru Kedelai Toleran Kekeringan.
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/info-teknologi/965-dering-1-varietas-unggul-baru-kedelai-toleran-kekeringan.html. Diakses pada tanggal 10 November 2013.
38 Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles Seed Science and
Technology. Burgess Publishing Company. Michigan State University. Minneapolis, Minnesota. 369 pp.
Fachruddin. 2000. Tipe Bunga Kedelai. Jasaraksa. Jakarta. 24 hlm.
Jumin, H.B. 2012. Dasar-Dasar Agronomi. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 250 hlm.
Kania, S.S. 2014. Kelarutan N-Organik, N-NH4+, N-NO3-, dan Penjerapan Kadmium (Cd) pada Formula Pupuk Campuran Urea, Zeolit, Arang Aktif, dan Kanji dalam Bentuk Granul. Jurnal Agric. Sci. 1(4). 58-70.
Kompasiana. 2014. Kedelai Titik Rawan Ketahanan Pangan Indonesia. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/06/30/kedelai-titik-rawan-ketahanan-pangan-indonesia-670490.html. Diakses pada Tanggal 10 Desember 2014.
Lee, J. 2010. Effect of Application Methods of Fertilizer on Growth. Scientia HorticulturaeVol.124:299-305.
Lingga, P. dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hlm.
Nurmala, T., A.D. Suyono, A. Rodjak, T. Suganda, S. Natasasmita, T. Simarmata, E.H. Salim, Y. Yuwariah, T.P. Sendjaja, S.N. Wiyono, dan S. Hasani. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Graha Ilmu. Jakarta. 300 hlm.
Nurmanda, I. 2010. Cara Aplikasi dan Dosis Pupuk NPK Susulan Saat Berbunga Dalam Meningkatkan Produksi Kedelai. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 62 hlm.
Nurmiaty, Y. dan N. Nurmauli. 2010. Pengendalian Agronomik Melalui NPK Susulan dan Waktu Panen dalam Menghasilkan Vigor Benih Kedelai. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 10(1): 29-37.
Petrokimia Gresik. 2008. Keunggulan Pupuk NPK Phonska.
http://www.petrokimia-gresik.com/Pupuk/Phonska.NPK. Diakses pada Tanggal 25 Oktober 2013.
39 Rusdi. 2008. Pengaruh Pupuk NPK (16:16:16) Susulan Saat Berbunga pada
Produksi Benih Kedelai (Glycine max[L.] Merr.) Varietas Anjasmoro. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 92 hlm.
Saprudin, D., M. Gulamandi, W. Hartantik, L.K. Darusman, dan I. Nuraisyah. Pengembangan Pupuk Cair Nitrogen Berukuran Nanometer untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 17(2): 90-95.
Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kedelai. Nuansa. Jakarta. 56 hlm.
Triadiati. 2013. Respon Pertumbuhan Tanaman Kedelai Terhadap
Bradyrhizobium JaponicumToleran Masam dan Pemberian Pupuk di Tanah Masam. Jurnal Agronomi Indonesia. 41(1): 24-31.
Wibowo, D.K. 2014. Pengaruh Bentuk dan Dosis NPK Majemuk Susulan pada Viabilitas Benih Kedelai (Glycine maxL. Merr.) Varietas Dering I
Prasimpan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 80 hlm. Wicaksono, R. 2010. Pengujian Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max[L.]