• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntansi Syariah Akad Ijarah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akuntansi Syariah Akad Ijarah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Akuntansi Syariah

Akad Ijarah

Kelompok 5

Ade Affinanda

12030111120002

Cahyo Kurniawan

12030111130049

M. Gilang Permata

12030111130163

M. Arief Sandy.N

12030111140203

Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

(2)

Semarang

(3)

A. DEFINISI DAN PENGGUNAAN

Ijarah dan ijarah Muntahiyah Bit tamlik (IMBT) merupakan transaksi sewa menyewa yang diperbolehkan oleh syariah. Akad ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak guna (maanfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang.

Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan jenis akad lainnya yaitu:

1. Dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah lebih fleksibel dalam hal objek transaksi.

2. Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung resiko usaha yang lebih rendah, yaitu adanya pendapatan sewa yang relatif tetap

A. KETENTUAN SYARI’I, RUKUN TRANSAKSI DAN PENGAWASAN SYARIAH RANSAKSI IJARAH DAN TRANSAKSI IMBT

1. Ketentuan syar’I Transaksi Ijarah dan Transaksi IMBT

Berdasarkan terminologi, Ijarah adalah pemindahkan kepemilikan fasilitas dengan imbalan. Penyewaan dalam sudut pandang islam meliputi dua hal yaitu;

1. Penyewaan terhadap potensi atau sumber daya manusia 2. Penyewaan terhadap suatu fasilitas

Ketentuan syar’I transaksi ijarah diatur dalam fatwa DSN no 09 tahun 2000. Adapun ketentuan syar’i transaksi ijarah untuk penggunaan jasa diatur dalam fatwa DSN no 44 tahun 2004. Sedangkan ketentuan syar’i IMBT diatur dalam fatwa DSN no 27 tahun 2000.

2. Rukun Transaksi Ijarah

Rukun transaksi ijarah meliputi (a) transaktor yakni penyewa dan pemberi sewa, (b) objek ijarah, yakni fasilitas dan uang sewa; dan (3) ijab dan kabul menunjukkan searah terima, baik berupa ucapan atau perbuatan.

a. Transaktor

(4)

Impilikasi perjanjian sewa kepada bank syariah sebagai penyewa adalah sebagai berikut:

 Menyediakan aset yang disewakan

 Menanggung biaya pemeliharaan aset

 Menjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan Adapun kewajiban nasabah sebagai penyewa adalah:

 Membayar sewa dan bertanggungjawab untuk menjaga penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas

 Mafaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.

 Fasilitasnya mubah (dibolehkan).

 Kesanggupan memenuhi maanfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.

 Manfaat harus dikenali secara spesifit sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang akan mengakibatkan sengketa.

(5)

 Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar kepada LKS sebagai pembayaran manfaat.

 Ketentuan dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

c. Ijab dan Kabul

Ijab dan kabul dalam akad ijarah merupakan peryataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, dengan cara penawaran dari pemilik aset (bank syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).

3. Rukun Transaksi IMBT

Berdasarkan fatwa DSN no 27 tahun 2002, disebutkan bahwa pihak yang melakukan transaksi IMBT harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Dengan demikian pada akad IMBT, juga berlaku semua rukun dan syarat transaksi ijarah. Adapun akad perjanjian IMBT harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani. Selanjutnya pelaksanaan akad pemindahaan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai.

4. Rukun Transaksi Ijarah Untuk Pembiayaan Multijasa

Pembiayaan multijasa dengan skema ijarah adalah pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa dengan menggunakan akad ijarah, pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah.

5. Pengawasan Syariah Transaksi Ijarah dan IMBT

(6)

c. Meneliti pembiayaan berdasarkan prinsip ijarah untuk multijasa menggunakan perjanjian sebagaimana diatur dalam fawa yang berlaku tentang multijasa dan ketentuan lainnya antara lain ketentuan standard akad;

d. Memastikan besar ujrah atau fee multijasa dengan menggunakan akad ijarah telah disepakati di awal dan diyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase.

B. ALUR TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT

Transaksi dilakukan dengan alur sebagai berikut:

Pertama, nasabah mengajukan permohonan ijarah dengan mengisi formulir permohonan. Berbagai informasi yang diberikan selanjutnya deverifikasi kebenarannya dan dianalisis kelayakannya oleh bank syariah.

Kedua, sebagaimana difatwakan oleh DSN, bank selanjutnya menyediakan objek sewa yang akan digunakan nasabah.

Ketiga, nasabah menggunakan barang atau jasa yang disewakan sebagaimana yang disepakati dalam kontrak.

Keempat, nasabah menyewa membayar fee sewa kepada bank syariah sesuai dengan kesepakatan akad sewa.

Kelima, pada transaksi IMBT, setelah masa ijarh selesai, bank sebagai pemilik barang dapat melakukan pengalihan hak milik kepada penyewa.

(7)

C. CAKUPAN STANDAR AKUNTANSI IJARAH DAN IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK Standar akuntansi untuk ijarah masih menggunakan PSAK no 59 bagian ijarah dan IMBT paragraf 105 sampai paragaf 133. Standar ini memuat tentang mekanisme transaksi dan ketentuan tentang pengakuan dan pengukuran transaksi dalam yang terdapat dalam skema ijarah dan IMBT. Beberapa hal dicakup dalam standar ini adalah pengakuan dan pengukuran perolehan objek ijarah, pendapatan ijarah dan IMBT, piutang pendapatan ijarah dan IMBT, biaya perbaikan yang dikeluarkan, perpindahan hal milik objek sewa, terjadinya penurunan nilai objek sewa secara permanen.

D. TEKNIS PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN TRANSAKSI IJARAH BAGI BANK SYARIAH.

1. Teknis Perhitungan Transaksi Ijarah

4. membayar sewa pada bank

2. membeli barang/jasa dari

pemasok

5. mengalihkan hak milik barang

ijarah pada akhir masa sewa (khusus

(8)

Beberapa hal yang perlu dilakukan perhitungan terkait transaksi ijarah adalah perhitungan penentuan keuntungan dan fee ijarah, perhitungan uang muka sewa, dan biaya administrasi ijarah.

2. Perhitungan biaya administrasi ijarah

Biaya administrasi bisa diterapkan dengan menggunakan persentase tertentu dari modal yang digunakan untuk persewaan. Misalkan dalam kasus di atas, bank syariah menggunakan kebijakan 1% dari modal persewaan. Maka biaya administrasinya adalah sebagai berikut:

Biaya administrasi ijarah = n% x modal persewaan per bulan x jumlah bulan

= 1% x Rp 2.000.000 x 24 = 1% x Rp 48.000.000 = Rp 480.000

3. Perjurnalan transaksi ijarah

a. Transaksi pengadaan aset ijarah

Sebelum akad ijarah dilakukan, bank syariah terlebih dahulu melakukan pengadaan aset ijarah. Berdasarkan PSAK no 59 paragraf 108 disebutkan bahwa objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan.

Pada saat akad disepakati, terdapat beberapa transaksi yang harus diakui oleh bank syariah. Transaksi tersebut adalah (1) konversi persediaan untuk ijarah menjadi aset ijarah, sebagai bentuk pengakuan atas adanya pengalihan hak guna kepada penyewa (2) Penerimaan biaya administrasi.

Sebelum akad ijarah dilakukan, bank syariah terlebih dahulu melakukan pengadaan aset ijarah. Berdasarkan PSAK no 59 paragraf 108 disebutkan bahwa objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan.

b. Transaksi Pengakuan Pendapatan Ijarah

Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan saat jatuh tempo

(9)

yang diperoleh ijarah untuk enam bulan pertama adalah sebagai berikut.

d. Perlakuan akuntansi beban perbaikan dan pemeliharaan

Biaya perbaikan dan pemeliharaan, jika tidak material berdasarkan PSAK no 59 paragraf 112, dibebankan pada periode terjadinya. Akan tetapi jika biaya perbaikan diperkirakan material dan berbeda jumlahnya dati thun ke tahun, maka sisitem pencadangan perbaikan harus ditetapkan.

Penyajian pada laporan laba rugi dan laporan perhitungan bagi hasil

Pendapatan sewa, dilaporkan baik pada laporan laba rugi maupun laporan perhitungan bagi hasil. Pada kedua laporan, pendapatan yang disajikan adalah pendapatan bersih yaitu pendapatan sewa dikurangi beban-beban yang terkait dengan ijarah antara lain beban penyusutan dan beban perbaikan dan pemeliharaan. Pada laperan laba rugi biasanya dibuat pada akhir tahun, sedangkan laporan perhitungan bagi hasil biasanya disajikan setiap bulan untuk keperluan perhitungan bagi hasil dengan pemilik dana pihak ketiga. ijarah antara lain beban penyusutan dan beban perbaikan dan pemeliharaan. Pada laperan laba rugi biasanya dibuat pada akhir tahun, sedangkan laporan perhitungan bagi hasil biasanya disajikan setiap bulan untuk keperluan perhitungan bagi hasil dengan pemilik dana pihak ketiga.

E. TEKNIK PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN TRANSAKSI IMBT BAGI BANK SYARIAH

Pembahasan teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi IMBT akan dilakukan dengan mengacu pada kasus 12.2 berikut.

Kasus 12.2.: Tansaksi IMBT

(10)

Biaya perolehan barang : Rp 120.000.000 Umur barang : 5 tahun (60 bulan) Masa Sewa (umur ekonomis) : 24 bulan

Waktu Pembelian barang : Setelah bulan ke-24 1. Teknis perhitungan transaksi IMBT

Teknis perhitungan transaksi IMBT pada dasarnya sama dengan transaksi ijarah. Perbedaan teknis perhitungan terletak pada penentuan penyusutan aset ijarah.

a. Perhitungan penyusutan aset IMBT

Berdasarkan PSAK no 59 paragraf 108b, objek sewa disusutkan sesuai dengan masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiya

Penyusutan IMBT per bln = Rp 120.000.000 = Rp

5.000.000 24

b. Penentuan Pendapatan IMBT

Selanjutnya dengan kebijakan keuntungan sewa 20% dari modal barang yang disewakan, pendapatan IMBT per bulan adalah sebagai berikut:

Pdptn IMBT perbulan = modal penyewaan + n% modal penyewaan = Rp 5.000.000 + (20% x 5.000.000)

= Rp 5.000.000 + 1.000.000 = Rp 6.000.000

Ttl pdptn IMBT selama masa sewa = 24 x Rp 6.000.000 = Rp 144.000.000

2. Penjurnalan transaksi IMBT

(11)

b. Perbedaan mendasar hanya terdapat pada konsep perhitungan penyusutan yang tidak dikaitkan dengan umur ekonomis melainkan dikaitkan dengan masa sewa sebagaimana telah dibahas pada sub bab 12.6.1.

c. Perpindahan hak milik IMBT dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu melalui (1) hadiah, (2) pembayaran sisa sewa sebelum berakhirnya masa sewa dan (3) pembayaran sekedarnya.

Pelepasan sebagai hadiah

Berdasarkan PSAK no 107, perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah muntahiya bittamlik dengan cara:

1. hibah,

2. penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati,

3. penjualan setelah selesai masa akad

Pelepasan melalui penjualan objek sewa sebelum berakhirnya masa sewa

Berdasarkan PSAK no 107 disebutkan bahwa pada penjualan objek ijarah sebelum berakhirnya masa sewa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian

Pelepasan melalui penjualan objek sewa sebelum berakhirnya masa sewa

(ii) jika harga jual dibawah nilai buku aset ijarah

Misalkan setelah penerimaan pendapatan sewa bulan ke 20, bank syariah menjual mesin yang menjadi aset ijarah tersebut sebesar Rp 15.000.000. Adapun nilai buku aset di neraca pada bulan ke 20 adalah:

Jurnal untuk transaksi tersebut adalah:

(12)

Berdasarkan PSAK no 107 disebutkan bahwa pada penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

Pelepasan melalui penjualan objek sewa setelah berakhirnya masa sewa

Pelepasan melalui penjualan objek sewa secara bertahap

Berdasarkan PSAK no 107, disebutkan bahwa penjualan objek ijarah secara bertahap, maka: (i) selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian; sedangkan (ii) bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut. penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

H. Pengungkapan

Berdasarkan PSAK no 107, hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan tentang transaksi ijarah antara lain tetapi tidak terbatas, pada:

(1)penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:

a. keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa’ad pengalihan kepemilikan);

b. pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;

(13)

(2)nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok aset ijarah;

Referensi

Dokumen terkait

Ijarah merupakan akad sewa-menyewa suatu aset Ijarah tanpa adanya perpindahan risiko dan manfaat yang signifikan terkait kepemilikan aset tersebut, dengan atau

kepada barang itu menurut perjanjian yang ditentukan dalam perjanjian Ijarah Muntahiya Bittamlik (Pasal 1561 KUHPerdata) dan membayar harga sewa pada waktu-waktu yang

Ijarah merupakan akad sewa dengan wa’d atau janji mengenai pemindahan aset yang menjadi objek sewa oleh karena itu, sudah seharusnya aset yang diperoleh dari pihak

Akad yang digunakan untuk pemungutan pemeliharaan biaya atau penyimpanan di Pegadaian Syariah adalah akad Ijarah (sewa) karena penyimpanan marhun (barang yang

Ijarah merupakan akad sewa dengan wa’d atau janji mengenai pemindahan aset yang menjadi objek sewa oleh karena itu, sudah seharusnya aset yang diperoleh dari pihak

Transaksi muamalah melalui ijarah mengalami perkembangan dan terobosan baru dalam dunia perbankan modern, seperti ijarah operational lease dan ijarah berbentuk financial lease

Di dalam fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn emas, tidak mengatur sistem pelunasan, begitu pula dengan PSAK 107 Akuntansi Ijarah, tetapi pada PAPSI

disyaratkan telah baligh dan berakal. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad Ijarah.. 3) Objek sewa dalam akad Ijarah muntahiya