• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLAKUAN AKUNTANSI SERTA PENERAPAN AKAD PEMBIAYAAN GADAI EMAS SYARIAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG BANJARMASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLAKUAN AKUNTANSI SERTA PENERAPAN AKAD PEMBIAYAAN GADAI EMAS SYARIAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG BANJARMASIN"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

GADAI EMAS SYARIAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG BANJARMASIN

SKRIPSI

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA SAINS

TERAPAN (DIPLOMA IV)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PADA JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

OLEH :

MAULIDA SAFRIANTI DEWI A04 140015

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

JURUSAN AKUNTANSI

(2)
(3)
(4)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maulida Safrianti Dewi

NIM : A04140015

Tempat, tanggal lahir : Hariti, 20 Juli 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sudirman A. Yani Desa Hariti Rt. 01 Rw. 01 No. 17 Kec. Sungai Raya Kab. Hulu Sungai Selatan

Nama Orang Tua (Ayah) : Hasan

(Ibu) : Misbah

Riwayat Pendidikan :

1. TK Munggu Raya, Hulu Sungai Selatan, 2003 2. SDN Batang Kulur Tengah, Hulu Sungai Selatan,

2008

3. MTsN Sungai Raya, Hulu Sungai Selatan, 2011 4. MAN 2 Kandangan, Hulu Sungai Selatan,2014

(5)

v

“Di balik kesusahan pasti ada

kemudahan”

(6)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga masih diberi ketetapan Iman serta komitmen sebagai Insan yang haus akan ilmu pengetahuan.

Atas ridho Allah SWT, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Akuntansi Pembiayaan Gadai Emas Syariah di Bank Syariah Mandiri

KC Banjarmasin”.Tidak lupa penulis haturkan shalawat dan salam kepada

junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW serta sahabat dan pengikut Beliau hingga akhir jaman.

Penulis tentunya tidak mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa batuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang telah memberikan dorongan dan bimbingan serta pengarahan dalam penyelasaian skripsi ini, yaitu antara lain:

1. Bapak dan Ibu penulis yang telah melahirkan dan membesarkan penulis serta selalu memotivasi dan memberikan bantuan moril maupun dana.

2. Bapak H. Edi Yohanes, ST. MT selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin. 3. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri

Banjarmasin.

4. Bapak H. Mairijani, M.Ag selaku Kaprodi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah.

5. Bapak Mochammad Arif Budiman, S.Ag, MEI selaku dosen pembimbing 1 sekaligus dosen wali.

(7)

viii

8. Kakak-kakak kandung penulis Zaitun, Syariffudin, Jauhar Hayati, Ida Hartati, Rabiatul Isna Wati yang telah memberikan doa dan motivasi.

9. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan dana buat penulis menyelesaikan perkuliahan selama ini.

10. Seluruh teman ALKS 2014 yang selalu membantu dan memotivasi penulis. 11. Teman penulis Erviana Sya’adah S. Pd, Lisa, Siti Kisrawiah, Fathul Jannah,

Anik Septiani, Siti Risma Octaviani yang telah memberikan doa, support dan dukungan serta motivasi.

12. Seluruh pihak yang telah terlibat dan membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa penulis harapkan dari pembaca.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas seluruh bantuan yang sangat berharga ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Banjarmasin,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

MOTTO ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 7

B. Landasan Operasional Gadai Syariah ... 19

(9)

C. Objek dan Lokasi Penelitian ... 32

D. Jenis dan Sumber Data ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 34

G. Kerangka Pemikiran ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 37

1. Profil Perusahaan ... 37

2. Visi dan Misi Perusahaan ... 40

3. Struktur Organisasi ... 41

4. Job Description ... 41

5. Produk dan Layanan ... 44

B. Pembahasan Penelitian ... 48

1. Penerapan Akad Gadai Syariah ... 48

2. Perlakuan Akuntansi Gadai Syariah di Bank Syariah Mandiri ... 51

3. Kesesuaian Akad & Perlakuan Akuntansi Gadai Syariah dengan ketentuan PSAK,PAPSI & Fatwa DSN MUI ... 55

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA...62 LAMPIRAN

(10)
(11)

x Tabel 2 : Ketentuan Produk

Tabel 3 : Pendapatan produk gadai emas terhadap total pendapatan BSM Tabel 4 : Ilustrasi jurnal pada saat akad rahn

Tabel 5 : Ilustrasi jurnal pada saat biaya-biaya diterima

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Kerangka Pemikiran

(13)

Lembar Bimbingan Skripsi ( Pembimbing 1)

Lembar Bimbingan Skripsi ( Pembimbing 2)

Denah Perusahaan

Lembar Tanda Terima Penerima Penilaian Pembimbingan Sripsi

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.25/DSNMUI/ III/2002

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.26/DSNMUI/ III/2002

(14)

ABSTRAK

Maulida Safrianti Dewi / A04140015 / 2018 / Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Gadai Emas Syariah pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Banjarmasin

Bank Syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga melainkan dengan prinsip syariah. Perbankan syariah memiliki tugas pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Penulis memfokuskan penelitian terhadap produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui penerapan akad Gadai Emas Syariah di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin; (2) menjelaskan perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai syariah yang diterapkan di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin; (3) menilai kesesuaian perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai syariah di Bank Syariah Mandiri dengan ketentuan PSAK 59 dan PAPSI; dan (4) mengetahui penerapan fatwa DSN MUI untuk pembiayaan gadai syariah di Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, dokumentasi dan kepustakaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan gadai emas pada Bank Syariah Mandir KC Banjarmasin telah sesuai dengan ketentuan PSAK 59, PAPSI dan Fatwa DSN-MUI Nomor 25/DSN-MUI/III/2002, serta Fatwa DSN-MUI Nomor 26/DSN-MUI/III/2002.

(15)

xv

Maulida Safrianti Dewi / A04140015 / 2018 / Accounting treatment for Shariah Gold Mortagage Financing in Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin

Shariah bank conducts its business activities not based on the interest

(bunga) but on the sharia principles. Shariah bank has the main task of collecting fund from the community and channeling it back to the community in the form of financing. The author focuses the research on gold mortgage product in BSM.

The purpose of this research is (1) to find out the operation of gold mortgage in Bank Syariah Mandiri; (2) to assess the accounting treatment for gold mortgage in Bank Syariah Mandiri; (3) to explain the suitability level of its accounting treatment with the regulation of PSAK 59 and PAPSI; and (4) to explain the suitability level of its application with the fatwa of DSN-MUI. The type of research conducted by the researcher is descriptive-comparative while data collection methods used were interview, documentation and library research.

The results of this research indicate that the accounting treatment for the financing of gold mortgage in Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin has been in accordance with the provision of PSAK 59, PAPSI and Fatwa of DSN-MUI Number 25/DSN-MUI/III/2002 as well as Fatwa DSN-MUI Number 26/DSN-MUI/III/2002.

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertumbuhan lembaga perbankan syariah di Indonesia belakangan ini sangat pesat. Perkembangan ini didukung pula oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Apabila dibandingkan dengan pendapatan atau aset yang dimiliki lembaga perbankan konvensional, memang lembaga perbankan syariah masih jauh tertinggal dengan Bank konvensional. Namun belakangan ini persaingan antara lembaga perbankan syariah dan lembaga perbankan konvensional semakin ketat (Sari, 2017). Seiring dengan perkembangan sektor perbankan di Indonesia, bank-bank yang ada berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanannya guna menarik nasabah baru dan juga untuk menjaga loyalitas nasabah lama. Hal tersebut berlaku pula untuk perkembangan perbankan syariah saat ini yang semakin menunjukan tren positif (Ramadhani, 2012).

Adapun beberapa dari produk bank telah dipasarkan salah satunya yaitu pembiayaan gadai emas syariah (Rahn) yang merupakan penyerahan jaminan/hak penguasaan secara fisik atas barang berharga berupa emas (lantakan atau perhiasan) kepada bank sebagai jaminan atas pembiayaan

(qardh) yang diterima. Gadai emas Syariah ini dapat dimanfaatkan oleh

nasabah yang membutuhkan dana jangka pendek dan keperluan yang mendesak. Misalnya menjelang tahun ajaran baru, hari raya, kebutuhan modal kerja jangka pendek dan sebagainya (Ramadhani, 2012).

(17)

Gadai Syariah atau Rahn adalah menahan barang milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperboleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. manfaat yang langsung yang didapat dari produk gadai emas (rahn) untuk bank adalah biaya-biaya konkret yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan aset tersebut. Jika penahanan aset berdasarkan fidusia (penahanan barang bergerak sebagai manfaat yang langsung yang didapat dari produk gadai emas (rahn) untuk bank adalah biaya-biaya konkret yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan aset tersebut. Jika penahanan aset berdasarkan

fidusia (penahanan barang bergerak sebagai (Antonio, 2005).

Gadai emas BSM diluncurkan untuk menutupi kebutuhan mendesak baik dari nasabah individu yang membutuhkan dana super cepat dengan menggunakan akad syariah dan telah menunjukkan kinerja yang menjanjikan di tahun tahun pertamasetelah diluncurkan (Mandiri, 2016).

Pembiayaan gadai emas syariah membutuhkan kerangka akuntansi yang menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara Bank Syariah dengan yang lain.

(18)

3

Praktek gadai emas pada dasarnya tidak melanggar hukum atau peraturan nasional. Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan mengenai produk-produkyang akan ditawarkan oleh Bank Syariah kepada nasabahnya. Melalui peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (Maemunah, 2016).

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.26/DSN-MUI/ III/2002 dengan akad Qardh (PSAK 59) merupakan panduan dalam pengakuan, pengukuran penyajian, dan pengungkapan yang berhubungan dengan pembiayaan gadai syariah. PSAK ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008. Penerapan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.26/DSN-MUI/III/2002 dan dengan akad pendamping dari gadai syariah yaitu akad qardh (PSAK 59) untuk pembiayaan dengan gadai syariah akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian target pertumbuhan perbankan syariah karena peraturan tersebut merupakan formulasi yang dibuat oleh para pakar ekonomi syariah dan para akuntan di IAI. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat akan bertambah dalam memanfaatkan produk pembiayaan gadai syariah.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana perlakuan akuntansi pada pembiayaan gadai syariah, sehingga menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian yang mengangkat judul “Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Gadai Syariah PT. Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin.

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan akad Gadai Emas Syariah di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin?

2. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai syariah yang diterapkan di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin?

3. Bagaimana kesesuaian perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai syariah di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin dengan ketentuan PSAK Syariah 59, dan PAPSI?

4. Bagaimana kesesuaian penerapan fatwa DSN MUI untuk pembiayaan gadai Syariah di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin?

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan dan objek penelitian yang diteliti, maka penulis memberikan batasan yaitu hanya pada perlakuan akuntansi gadai emas di Bank Mandiri Syariah tahun 2018, dan bukan membahas tentang gadai dengan barang jaminan benda lain selain emas. Selain itu, fatwa DSN yang dirujuk dalam penelitian ini dibatasi pada fatwa-fatwa yang terkait dengan gadai, yaitu fatwa DSN MUI No.25/DSNMUI/ III/2002 tentang Rahn & fatwa DSN MUI No.25/DSNMUI/ III/2002 tentang Rahn Emas.

(20)

5

D. Tujuan Penelitian

Adapun keinginan yang ingin dicapai dalam penelitian ini :

1. Untuk mengetahui penerapan akad Gadai Emas Syariah di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin?

2. Untuk menjelaskan perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai syariah yang diterapkan di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin?

3. Untuk menilai kesesuaian perlakuan akuntansi untuk pembiayaan gadai syariah di Bank Syariah Mandiri dengan ketentuan PSAK Syariah 59, PAPSI?

4. Untuk mengetahui penerapan fatwa DSN MUI untuk pembiayaan gadai syariah di Bank Syariah Mandiri?

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media untuk mengaplikasikan ilmu akuntansi yang didapat penulis selama kuliah yaitu dengan menerapkan , sehingga penulis dapat menuangkan hasil penelitian dalam bentuk skripsi.

(21)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya yang lebih mendalam terhadap bidang Ilmu Akuntansi khususnya pada bidang akuntansi syariah.

3. Bagi Bank

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan produk gadai emas di Bank Syariah Mandiri dan peluangnya produk tersebut di masyarakat.

(22)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pengertian Gadai Syariah (Rahn)

Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

intermediary adapun maksudnya adalah bank sebagai perantara bagi orang

kelebihan dana dan kekurangan dana, yang mana orang yang kelebihan dana akan menitipkan uangnya kepada bank dan bank menyalurkan dana tersebut kepada orang memerlukan. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan maslaah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama.kegiatan dan usaha yang akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain: (1) Memindahkan uang; (2) Menerima dan membayar kembali uang nasabah; (3) Membeli dan menjual surat-surat berharga; dan (4) Memberi jaminan bank (Muhammad, 2016).

Produk yang termasuk dalam pelayanan jasa ini menjadi salah satu produk yang banyak diminati masyarakat pada akhir-akhir ini. Hal tersebut dikarenakan emas merupakan produk yang mengalami kenaikan setiap

(23)

tahunnya. Bahkan masyarakat cenderung menggunakan gadai emas menjadi suatu bentuk investasi. Gadai emas Syariah ini dapat dimanfaatkan oleh nasabah yang membutuhkan dana jangka pendek dan keperluan yang mendesak. Misalnya menjelang tahun ajaran baru, hari raya, kebutuhan modal kerja jangka pendek dan sebagainya. Sistem gadai emas juga sangat bermanfaat bagi sebagian orang yang senang memanfaatkan momentum tren sebuah bisnis. Sistem gadai lebih menguntungkan dari pada menjual emas tersebut. Gadai emas bisa dilakukan di berbagai macam tempat, tetapi yang paling umum ditemukan di Indonesia adalah melalui pegadaian syariah dan bank syariah. Pembiayaan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh bank syariah. Pembiayaan gadai emas syariah adalah penggadaian atau penyerahan hak penguasa secara fisik atas harta/barang berharga (berupa emas) dari nasabah (rahin) kepada bank (Murtahin) untuk dikelola dengan prinsip ar-rahn yaitu sebagai jaminan (Marhun) atas pinjaman/utang (Marhun bih) yang diberikan kepada nasabah/ peminjaman tersebut (Sari, 2017).

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh orang yang berpiutang atas suatu barang bergerak yang diserahkan oleh orang yang berpiutang sebagai jaminan utangnya dan barang tersebut dapat dijual oleh orang yang berpiutang bila yang berutang tidak dapat melunasi kewajiban pada saat jatuh tempo (Sutedi, 2011).

(24)

9

Gadai (Rahn) dalam Fiqh adalah perjanjian suatu barang sebagai tanggungan utang atau menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan pinjaman (marhun bih), sehingga dengan adanya tanggungan utang ini seluruh atau sebagian utang dapat diterima. (Apriani, 2010)

Pembiayaan gadai syariah membutuhkan kerangka akuntansi yang menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara bank syariah yang satu dengan yang lain. Pada penerapan sistem syariah, tentu mempunyai sistem perlakuan akuntansi yang berbeda dengan perlakuan akuntansi konvensional pada umumnya. Kebutuhan dalam menetapkan metode pengukuran akuntansi, terutama pembiayaan gadai syariah harus disesuaikan dengan peraturan perbankan dan ketentuan-ketentuan syariah yang telah diatur.

Sedangkan pengertian gadai yang dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdataan (KUHD) adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh orang yang mempunyai utang. Oleh karena itu, makna gadai (rahn) dalam bahasa

(25)

hukum perundang-undang disebut sebagai barang jaminan atau agunan (Sutedi, 2011).

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai

jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperboleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atas gadai. manfaat yang langsung yang didapat dari produk gadai emas (rahn) untuk bank adalah biaya-biaya konkret yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan aset tersebut. Jika penahanan aset berdasarkan fidusia (penahanan barang bergerak sebagai manfaat yang langsung yang didapat dari produk gadai emas (rahn) untuk bank adalah biaya-biaya konkret yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan aset tersebut. Jika penahanan aset berdasarkan fidusia (penahanan barang bergerak sebagai jaminan) (Antonio, 2005). Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.

Ar Rahn merupakan akad penyerahan barang dari nasabah kepada

bank/pegadaian sebagai jaminan sebagian atau seluruhnya atas hutang yang dimiliki nasabah. Transaksi di atas merupakan

(26)

11

kombinasi/penggabungan dari beberapa transaksi atau akad yang merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan meliputi:

a. Pemberian pinjaman dengan menggunakan transaksi/akad Qardh.

b. Penitipan barang jaminan berdasarkan transaksai/akad Rahn

c. Penetapan sewa tempat khasanah (tempat penyimpanan barang) atas penitipan tersebut di atas melalui transaksi/akad ijaroh (Apriani, 2010).

Akad qardh adalah akad dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati. Pinjaman qardh meliputi pembiayaan dengan akad

hawalah dan rahn. Akad hawalah adalah akad pengalihan utang dari pihak

yag berutang (nasabah) kepada pihak lain (bank) yang wajib menanggung atau membayar. Atas transaksi ini Bank mendapatkan imbalan (ujrah) dan diakui sebagai pendapatan pada saat diterima. Rahn merupakan transaksi gadai barang atau harta dari nasabah kepada bank dengan uang sebagai gantinya. Barang atau harta yang digadaikan tersebut dinilai sesuai harga pasar dikurangi persentase tertentu. Atas transaksi ini Bank mendapatkan imbalan (ujrah) dan diakui selama periode akad (Mandiri, 2016).

Secara umum transaksi yang digunakan dalam gadai syariah, misalnya dipegadaian syariah adalah transaksi yang menggunakan dua akad yaitu (a) akad rahn dan (b) akad ijarah. Meskipun, secara konsep

(27)

kedua akad dimaksud, sesungguhnya mempunyai perbedaan. Namun, dalam teknis pelaksanaannya. maka nasabah (rahin) tidak perlu mengadakan akad dua kali.

a. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini, lembaga keuangan syariah menahan barang bergerak sebagai jaminan atas uang nasabah.

b. Akad Ijarah. Dalam gadai syariah dengan akad ijarah, penerima gadai dapat menyewakan tempat penyimpanan barang kepada nasabahnya. Berarti nasabah (rahin) memberikan murtahin ketika masa kontrak berakhir dan murtahin mengembalikan

marhun kepada rahin (Indriani, 2013).

Berdasarkan beberapa pengertian, dapat diartikan gadai (rahn) harta yang untuk dijaminkan oleh pemiliknya sebagai jaminan utang dan kepercayaan hutang.

2. Gadai Emas

Gadai emas syariah saat ini tengah menjadi primadona bagi masyarakat yang memerlukan dana segar dengan cepat. Masyarakat juga memiliki pilihan tempat untuk melakukan gadai emas syariah karena selain

(28)

13

di Pegadaian Syariah, yang bekerjasama dengan Bank Muamalat, kini banyak bank-bank syariah yang membuka unit gadai syariah, seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Danamon Syariah, BNI Syariah, Bank BRI Syariah, dan Bank Jabar Syariah. Gadai emas di pegadaian syariah atau bank syariah memiliki kelebihan, seperti persyaratan mudah, proses cepat dan mudah, jaminan keamanan standar bank, pencairan dana cepat, dan jangka waktu peminjaman yang dapat diperbarui. Segala kelebihan di atas menjadi pendorong bagi masyarakat atau wirausahawan untuk melakukan gadai emas syariah.

Bagi lembaga keuangan syariah, khususnya bank syariah, produk gadai emas juga memiliki beberapa keuntungan. Menurut Direktur Utama Karim Business Consulting, Adiwarman A. Karim, ada tiga keuntungan yang diperoleh bank syariah dari produk gadai emas, yaitu 1.) profitabilitas tinggi, margin tebal karena masyarakat kecil mau bayar mahal, 2.) bagi bank aman karena ini ibarat seperti Kredit Tanpa Agunan (KTA), tapi kalau KTA tidak ada jaminan, ini ada jaminan dan likuid, 3.) tidak ada penyisihan penghapusan aktiva produktif. Keuntungan dan kelebihan yang dapat diberikan oleh gadai emas syariah baik bagi masyarakat maupun bank syariah menjadikan produk pembiayaan ini memiliki prospek yang bagus untuk mendorong partisipasi masyarakat

(29)

dalam aktivitas ekonomi Islam dan ikut serta dalam memperluas penerapan ekonomi Islam di Indonesia.

Sistem gadai emas syariah yang saat ini sedang booming di pegadaian syariah dan bank syariah ini tentu perlu untuk diketahui landasan syariah dan fiqh muamalahnya agar masyarakat mendapat informasi dan edukasi yang cukup tentang sistem ini. Selain itu, agar masyarakat mengetahui dan memahaminya sehingga ekonomi Islam menjadi semakin akrab di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

3. Dasar Hukum Gadai Syariah (Rahn)

Adapun yang menjadi landasan dalam gadai syariah bersumber dari Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW yakni :

a. Al – Qur’an

1) QS. Al- Baqarah: 283 :

Artinya: “ jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggung yang dipegang. Tetapi jika sebagaimana kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Rabbnya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikan, sesungguh , hatinya kotor (berdosa). Allah maha mengatahui apa yang kamu kerjakan. QS Al-baqarah 283

Ayat ini menerangkan dalam hal muamalah yang tidak tunai, yang dilakukan dalam perjalanan dan tidak ada seorang juru

(30)

15

tulis yang akan menuliskannya, maka hendaklah ada barang tanggungan (jaminan) yang dipegang oleh pihak yang berpiutang, kecuali jika masing-masing percaya mempercayai dan menyerahkan/berserah diri kepada Allah, maka muamalah itu boleh dilakukan tanpa adanya barang tanggungan.

2) QS. Al- Maidah : 2 :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

b. Hadits

1) Hadits menurut HR Al Bukhari no 2513 dan Muslim no. 1603

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli dari seorang yahudi bahan makanan dengan cara hutang dan menggadaikan baju besinya”

(31)

2) Hadist menurut HR Syafi’I dan Daruqutni

“Barang yang digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang

menggadaikannya baginya adalah keuntungan dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian (biaya).

3) Hadist menurut Shahih riwayat At-Tirmidzi

“Hewan yang dikendarai dinaiki apabila digadaikan dan susu (dari hewan) diminum apabila hewannya digadaikan. Wajib bagi yang mengendarainya dan yang minum, (untuk) memberi nafkahnya.”

4) Hadist Nabi riwayat al-Syafi'i, al-Daraquthni dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, Nabi s.a.w. bersabda:

"Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung resikonya."

4. Rukun-Rukun Syarat Gadai Syariah a. Rukun-rukun Gadai Syariah

Muljono (2015: 236) menyebutkan rukun gadai syariah (rahn) dapat dijabarkan sebagai berikut.

(32)

17

1) Rahin (yang menggadaikan)

Orang yang dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang yang digadaikan.

2) Murtahin (yang menerima gadai)

Orang, bank atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai).

3) Marhun (barang yang digadai)

Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan utang.

4) Marhun bih (utang)

Sejumlah dana yang memberikan murtahin kepada rahin atas dasar besar taksiran marhun.

5) Sighat

Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam transaksi gadai syariah.

b. Syarat Gadai Syariah (rahn)

1) Rahin dan Murtahin

Pihak-pihak yang melakukan perjanjian rahn, yakni rahin dan murtahin harus mengikuti syarat-syarat berikut kemampuan, yaitu berakal sehat. Kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi.

(33)

2) Sighat

a) Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga dengan suatu waktu di masa depan.

b) Rahn mempunyai sisi pelepasan barang dan pemberi utang seperti halnya akad jual beli. Maka tidak boleh diikat dengan syarat tertentu atau dengan suatu waktu di masa depan.

3) Marhun bih (utang)

a) Harus merupakan hak yang wajib diberikan/diserahkan kepada pemiliknya.

b) Memungkinkan pemanfaatan, bila sesuatu menjadi utang tidak bisa dimanfaatkan, maka tidak sah.

c) Dapat dihitung jumlahnya, bila tidak dapat diukur maka gadai tidak sah.

4) Marhun (barang)

Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat, antara lain:

a) Harus diperjualbelikan.

b) Harus berupa harta yang bernilai.

c) Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah.

d) Harus diketahui keadaan fisiknya,maka piutang tidak sah untuk digadaikan, harus berupa barang yang diterima secara langsung.

(34)

19

e) Harus dimiliki oleh rahin (pegadai) setidaknya harus seizin pemiliknya.

B. Landasan Operasional Gadai Syariah (Rahn) 1. Perlakuan Akuntansi Gadai Syariah (Rahn)

Untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi atas pembiayaan gadai syariah dengan SAK Syariah 59(akad qardh) . SAK Syariah 59 yang mengatur yaitu sebagai berikut :

Dalam Rahn emas penentuan biaya dan pendapatan sewa (Ijarah) atau penyimpanan dilakukan berdasarkan akad pendamping dari gadai syariah yaitu akad qardh (SAK 59) yang terkait dimana pengakuan dan pengukuran serta pengungkapan dan penyajiannya (IAI, 2017)

a. Pengakuan dan Pengukuran Qardh

139. Pinjaman qardh adalah menyediakan dan atau tagihan dapat dipersembahkan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepekatan antara peminjam dan pihak yang meminjam yang mewajibkan peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu. Pihak yang meminjam dapat menerima imbalan namun tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan di dalam perjanjin. 140. Bank Syariah di samping memberikan pinjaman qardh, juga dapat menyarulkan pinjaman dalam bentuk qardhul hasan adalah pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan peminjam

(35)

untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah pinjaman. Pelaporan qardhul hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber dan penggunaan dana

qardhul hasan karena danatersebut bukan aset bank yang

bersangkutan.

141. sumber dana qardhul hasan berasal dari eksternal dan internal. Sumber dana ekternal meliputi dana qardhul hasan yang diterima Bank Syariah dari pihak lain (misalnya dari syariah dan sumbangan, infak, shadaqah, dan sebagainya) dana yang disedikan oleh para pemilik Bank Syariah dan hasil pendapatan nonhalal. Sumber dana internal meliputi hasil tagihan pinjaman qardhul hasan.

b. Penyajian dan Pengungkapan

Berdasarkan penjelasan yang terdapat dalam PSAK Syariah 59, penyajian dan pengungkapan meliputi:

142. pinjaman qardh diakui sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada saat terjadinya. Kelebihan penerimaan dari pinjaman atas qardh yang dilunasi diakui sebagai pendapatan pada saat terjadinya.

(36)

21

143. dalam hal Bank bertindak sebagai pinjaman qardh, kelebihan pelunasan pemberi pinjaman qardh diakui sebagai beban.

2. PAPSI a. Definisi

01 Pinjaman Qardh yang diberikan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersama kan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu.

b. Dasar Pengaturan

01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.

02. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

c. Penjelasan

01.Pinjaman Qardh yang diberikan merupakan pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan.

02.Akad Qardh dalam Lembaga Keuangan Syariah terdiri dari dua macam :

a) Akad Qardh yang berdiri sendiri untuk tujuan sosial semata sebagaimana dimaksud dalam Fatwa DSN-MUI Nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-Qardh, bukan sebagai

(37)

sarana atau kelengkapan bagi transaksi lain dalam produk yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan;

b) Akad Qardh yang dilakukan sebagai sarana atau kelengkapan bagi transaksi lain yang menggunakan akad-akad

mu’awadhah (pertukaran dan dapat bersifat komersial) dalam

produk yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Penggunaan dana dari pihak ketiga hanya diperbolehkan untuk tujuan komersial antara lain seperti produk Rahn Emas, Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah, Pengalihan Utang, dan Anjak Piutang.

03. Bank dapat meminta jaminan atas pemberian Qardh.

04. Bank hanya boleh mengenakan biaya administrasi atas pinjaman

Qardh.

05. Pendapatan yang berasal dari biaya Administrasi dalam pinjaman Qardh yang dananya berasal dari dana pihak ketiga akan dibagi -hasilkan, sedangkan untuk pinjaman Qardh yang dananya berasal dari modal Bank tidak bagihasil.

06. Ujrah dari akad ijarah atau akad lain yang dilakukan bersamaan denganpemberian pinjaman Qardh (untuk rahn, talangan haji, dan pengalihan utang) yang dananya berasal dari dana pihak ketiga maka pendapatan yang diperoleh akan dibagihasilkan, sedangkan apabila

(38)

23

dananya berasal selain dari dana pihak ketiga pendapatan yang diperoleh tidak dibagihasilkan.

07. Dalam hal nasabah mengalami tunggakan pembayaran angsuran, Bank membentuk Penyisihan Penghapusan Aset untuk pinjaman Qardh sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh otoritas pengawasan. D. Perlakuan Akuntansi

D1. Pengakuan dan Pengukuran

01. Pinjaman Qardh diakui sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya.

02. Biaya administrasi, bonus, ujrah yang dananya bersumber dari modal Bank diakui sebagai pendapatan operasional lainnya sebesar jumlah yang diterima.

03. Biaya administrasi, bonus, ujrah yang dananya bersumber dari dana pihak ketiga diakui sebagai pendapatan utama lain dan dibagihasilkan sebesar jumlah yang diterima.

D2. Penyajian

01. Pinjaman Qardh yang bersumber dari modal Bank dan dana pihak ketiga disajikan pada pos pinjaman Qardh.

02. Penyisihan Penghapusan Aset pinjaman Qardh disajikan sebagai pos lawan (contra account) pinjaman Qardh.

(39)

Fatwa DSN-MUI yang merupakan hukum positif oleh Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah juga telah mengatur Rahn. Fatwa yang mengatur yaitu sebagai berikut :

3. Fatwa DSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/2002

Menurut fatwa DSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai syariah (Rahn) yang menetapkan hukum bahwa gadai syariah dibolehkan, dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam fatwa.

Pertama : Hukum

Bahwa pinjam dengan mengadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn dibolehkan.

Kedua : Ketentuan Rahn

a. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

b. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh

Murtahin kecuali seizin Rahin,dengan tidak mengurangi

nilai marhun dan manfaatnya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.

c. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga

(40)

25

oleh Murtahin sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.

d. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

e. Penjual Marhun :

1) Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin untuk segera melunasi utangnya.

2) Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.

3) Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

4) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi ke wajiban Rahin. 4. Fatwa DSN-MUI No.26/DSN-MUI/III/2002

Menurut Fatwa DSN-MUI No.68/DSN-MUI/III/2008 tentang Rahn Emas yang menetapkan hukum bahwa gadai syariah dibolehkan, dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam fatwa.

(41)

a. Rahn emas dibolehkan berdasar prinsip Rahn (lihat Fatwa DSN nomor : 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn) b. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun)

ditanggung oleh penggadai (rahin)

c. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.

d. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan Akad Ijarah.

5. Fatwa DSN-MUI No.68/DSN-MUI/III/2008

Menurut Fatwa DSN-MUI No.68/DSN-MUI/III/2008 tentang Rahn

Tasjily yang menetapkan hukum bahwa gadai syariah dibolehkan, dengan

ketentuan sebagaimana diatur dalam fatwa. Pertama : Ketentuan Umum

Rahn Tasjily disebut juga dengan Rahn Ta’mini, Rahn Rasmi,

atau Rahn Hukmi adalah jaminan dalam bentuk barang atas utang, dengan kesepakatan bahwa yang diserahkan kepada penerima jaminan (Murtahin) hanya bukti sah kepemilikannya, sedangkan fisik barang jaminan tersebut (Marhun) tetap berada dalam penguasaan dan pemanfaatan pemberi jaminan (Rahin). Kedua : Ketentuan Khusus

(42)

27

Rahn Tasjily boleh dilakukan dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. Rahin menyerahkan bukti sah kepemilikan atau seritifat barang yang dijadikan jaminan (Marhun) kepada Murtahin; b. Penyerahan barang jaminan dalam bentuk bukti sah kepemilikan atau seritifikat tersebut tidak memindahkan kepemilikan barang ke murtahin.

c. Rahin memberi wewenang (kuasa) kepada Murtahin untuk melakukan penjualan Marhun, baik melalui lelang atau dijual ke pihak lain sesuai prinsip syariah, apabila terjadi wanprestasi atau tidak dapat melunasi utangnya;

d. Pemanfaatan barang marhun oleh rahin harus dalam batas kewajaran sesuai kesepakatan;

e. Murtahin dapat mengenakan biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang Marhun (berupa bukti sah kepemilikan seritifikat) yang ditangguhkan oleh Rahin, berdasarkan akad Ijarah;

f. Besaran biaya sebagaimana dimaksud huruf (e) tersebut tidak boleh dikaitkan dengan jumlah utang Rahin kepada

(43)

g. Selain biaya pemeliharaan, Murtahin dapat pula mengenakan biaya lain yng diperlukan pada pengeluaran yang riil.

h. Biaya asuransi Rahn Tasjily ditanggung oleh Rahin.

Ketiga : Ketentuan Umum fatwa No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang

Rahn terkait dengan pelaksaan akad Rahn Tasjily berlaku

pula pada fatwa ini.

Berdasarkan SAK 107 dalam rahn emas penentuan biaya dan pendapatan sewa

(ijarah) dilakukan berdasarkan akad pendamping dari gadai emas syariah yaitu akad ijarah (SAK 107). Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn yaitu

menentukan gadai syariah. Fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas yang mengatur pembiayaan tentang rahn emas. Fatwa DSN-MUI No. 68/DSN-MUI/III/2008 tentang rahn tasjily pengaturan penyerahan barang yang di gadaikan. SAK 107 dalam rahn emas penentuan biaya dan pendapatan sewa (ijarah) dilakukan berdasarkan akad pendamping dari gadai emas syariah yaitu akad qardh(SAK 59).

(44)

29

c. Hasil Penelitian Terdahulu

Identitas Peneliti/ Aspek

Judul Intusi/ perusahaan yang diteliti Permaslahan Metode Penelitian Hasil Penelitian Ami Apriani 206046103804 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah Jakarta Prosfek Gadai (Rahn) Emas di Perbankan Bank Syariah Mandiri Cabang Bekasi

1.Bagaimana pratek gadai emas (rahn)

2.Bagaimana tingkat perkembangan gadai emas

Data kualitatif 1. Perlakuan akuntansi rahn di Pegadaian Syariah Cabang Istiqlal Manado

menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum seperti, Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn, No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas, serta No. 92/DSN-MUI/IV/2014 tentang pembiayaan yang disertai rahn. Hal tersebut dilakukan karena belum adanya standar akuntansi yang berlaku untuk pembiayaan rahn.

2. Tingkat pengembalian keuntungan dari pembiayaan gadai Syarih (rahn) untuk tahun 2010 ke 2011 mengalami

peningkatan dengan persentase dari 0.31%, begitupula untuk jumlah nominal dari pembiayaan yang disalurkan ke masyarakat juga terjadi peningkatan signifikan. Nur Amaliah Ramadahani A31107024 Universitas Hasanuddin Makasar Analisis Perlakuan Akuntasi pembiayaan Gadai Emas

Bank BNI Syariah Cabang Makasar

1Apakah perlakuan akuntansi atas pembiayaan gadai syariah yang diterapkan Bank BNI Syariah telah sesuai dengan PSAK 107 (akad

ijarah )?

2.Apakah gadai emas syariah di Bank BNI Syariah telah sesuai Fatwa DSN MUI No.26/DSN-MUI/III/2002?

3.Bagaimanakah tingkat pengembalian pendapatan (keuntungan) pembiayaan gadai syariah pada PT. Bank Negara

Data kualitatif dan Data kuantitatif

1. Perlakuan akuntansi pembiayaan gadai syariah rahn pada BNI Syariah cabang Makassar sudah sesuai PSAK 107 (akad Ijarah) dengan uraian yang meliputi:

a. Pengakuan dan pengukuran pembiayaan gadai syariah,

Kejadian-kejadian yang penting (critical

event) pada pembiayaan yaitu Pada

saat terjadinya akad pembiayaan: Pengakuan tersebut

sesuai dengan PSAK No.107 part 1 yang menyatakan bahwa

(45)

pada saat terjadinya dan

menggunakan dasar kas (cash basis) 2.Pembiayaan gadai emas syariah pada BNI Syariah telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.26/DSNMUI/ III/2002.

3. Tingkat pengembalian keuntungan dari pendapatan pembiayaan gadai syariah (rahn) untuk tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan dengan persentase dari 0,31% menjadi 3,78%, begitupula untuk jumlah

nominal dari pembiayaan yang disalurkan ke masyarakat juga terjadi peningkatan yang signifikan.

Adisty Isini Herman Karamoy Universitas Sam Ratulangi, Manado Evaluasi Penerapan Akuntasi Gadai Syariah PT Pegadaian (Persero) Cabang Manado

1.Apakah perlakuan akuntansi atas pembiayaan gadai emas syariah yang diterapkan Bank BJB Syariah Kantor Cabang Pembantu

Karawang telah sesuai dengan PSAK 107 (akad ijarah)? 2.Apakah gadai emas syariah di Bank BJB Sayriah Kantor Cabang Pembantu Karawang telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002?

Data Kualitatif 1. Penerapan akuntansi rahn di Pegadaian Syariah Cabang Istiqlal Manado untuk transaksi mengenai sewa tempat (ujroh) sudah sesuai dengan PSAK 107 tentang ijarah. Serta untuk transaksi lainnya pihak pegadaian menggunakan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia sesuai dengan produk pembiayaan gadai syariah (rahn).

2.

Perlakuan akuntansi rahn di Pegadaian Syariah Cabang Istiqlal Manado menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum seperti, Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn, No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas, serta No. 92/DSN-MUI/IV/2014 tentang pembiayaan yang disertai rahn. Hal tersebut dilakukan karena belum adanya standar akuntansi yang berlaku untuk pembiayaan rahn.

(46)

31

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu dari Ami Apriani tidak menggunkan PSAK Syariah 59 penulis terdahulu ini cuma menggunakan Fatwa DSN –MUI, Ami Apriani melakukan penelitian di pegadaian Syariah. Sedangkan Nur Amaliah melakukan penelitian bukan di Bank Syariah Mandiri, penulis terdahulu ini melakuakan penelitian terdahulu di Bank BNI Syariah.

(47)

32

A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Opersional Variabel

1. Pembiayaan Gadai Emas Syarah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perlakuan akuntansi menurut PSAK Syariah 59 dan PAPSI.

2. Pembiayaan Gadai Emas Syariah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan fatwa DSN MUI

B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang ada dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.

C. Objek dan Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil objek penelitian PT. Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin, Tbk, beralamat di Jl. Lambung Mangkurat No. 16, Kertak Baru Ulu, Kec. Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

(48)

33

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Data kualitatif yaitu data yang tidak dapat diukur atau dinilai dengan angka angka, berbentuk informasi seperti gambaran umum perusahaan dan informasi lain yang digunakan untuk membahas rumusan masalah. b) Data kuantitatif adalah data yang dapat diukur dengan angka-angka,

seperti Laporan Keuangan triwulan bank. 2. Adapun sumber data yang digunakan yaitu:

a) Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung terhadap objek penelitian, baik melalui pengamatan, wawancara, maupun dokumentasi.

b) Data sekunder adalah data yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan berupa catatan dan laporan perusahaan baik yang dipulikasikan maupun yang tidak dipublikasikan, selain itu juga diperoleh dari buku, jurnal dan penelitian terdahulu.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

(49)

Pengumpulan data diperoleh dari buku-buku, literatur-literatur, peraturan perundangan, dokumen resmi, majalah, tulisan-tulisan ilmiah dan sumber kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dengan teknik ini adalah data sekunder.

2. Studi Lapangan

Penelitian yang data dan informasinya diperoleh dari kegiatan di lapangan penelitian langsung dari obyek penelitian.

3. Wawancara

Wawancara adalah suatu komunikasi verbal seperti percakapan untuk memperoleh informasi. Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab kepada pegawai Bank Syariah Mandiri.

E. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Setelah data diperoleh, maka data tersebut selanjutnya diolah kemudian dilakukan analisis. Analisis data ini penting artinya karena dari analisis ini, data yang diperoleh dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan obyek penelitian yang sesungguhnya untuk mengetahui dan menganalisis tentang permasalahan yang dihadapi oleh obyek penelitian kemudian membandingkan dengan

(50)

35

standar yang ada pada saat itu untuk selanjutnya dideskripsikan bagaimana PT. Bank Syariah Mandiri , Tbk. memperlakukan perihal yang berkaitan dengan pembiayaan gadai syariah berdasarkan PSAK 59, PAPSI, Fatwa DSN MUI yang meliputi Fatwa DSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, Fatwa DSN-MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas, dan Fatwa DSN-MUI No.68/DSN-MUI/III/2008.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Mengumpulkan literatur-literatur yang mendukung penelitian seperti,

penelitian terdahulu, buku, jurnal.

b) Mengumpulkan data-data yang ada pada objek penelitian dengan berupa wawancara.

c) Membandingkan penerpan akad rahn dengan Fatwa MUI DSN DSN-MUI No.25/DSN-DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, dan , Fatwa DSN-DSN-MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas, serta membandingkan perlakuan akuntansi pembiayaan rahn di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin dengan PSAK 59 dan PAPSI.

(51)

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 1

Kerangka pemikiran penelitian

Produk Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri KC Banjarmasin

Penerapan Akad 1. Fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 2. Fatwa DSN MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 3. 1. PSAK 59

2. PAPSI Perlakuan Akuntansi

Kesesuai Penerapan Akad dengan Fatwa DSN MUI Kesesuai Perlakuan akuntansi dengan PSAK 59 dan PAPSI

(52)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian

1. Profil Perusahaan

PT Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha industri perbankan yang berdiri sejak 1999. Berdirinya BSM merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multidimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan

(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim

dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga

(53)

menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karena itu, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandas kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan

(54)

39

nila -nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.PT Bank Syariah Mandiri kini memiliki 669 outlet terdiri dari 125 Kantor Cabang, 406 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 38 Kantor Kas, 15 Konter Layanan Syariah, dan 85 Payment Point. BSM dilengkapi layanan berbasis e-channel seperti BSM Mobile Banking GPRS dan BSM Net banking serta fasilitas ATM yang terkoneksi dengan bank induk.

Adapun Bank Syariah Mandiri Banjarmasin tepatnya Kantor Cabang Pembantu Ahmad Yani yang menjadi fokus penelitian di sini berdiri sejak tanggal 1 September 2009 dengan Sub Branch Manager Ayun Kurniawan, dengan jumlah karyawan sebanyak 12 orang dengan kepala unit. Sedangkan produk -produk yang berkenaan dengan gadai yang ditawarkan tidak hanya gadai emas saja, akan tetapi Bank Syariah Madiri juga memiliki produk yang diterima cicil emas, sedangkan jenis produk lainnya sama saja dengan produk–produk dan layanan Bank Syariah Mandiri pada umumnya, seperti Tabungan BSM, BSM Tabungan Mabrur, BSM Tabungan Investa Cendekia, BSM Tabungan Berencana, BSM Tabungan Simpatik, TabunganKu, BSM Deposito, BSM Giro, BSM Card, BSM Mobile Banking GPRS, dan BSM Net Banking.

(55)

2. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri

Visi adalah suatu tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Visi dari Bank Syariah Mandiri adalah “Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha”. Maksud dari visi tersebut adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) berusaha untuk dapat menjadi salah satu lembaga keuangan syariah yang dapat dipercaya oleh semua lapisan masyarakat sebagai mitra atau rekan yang dapat membantu mereka untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha-usahanya tanpa membedakan agama, budaya, latar belakang, sejarah, maupun hal lainnya, sehingga dapat menjadikan masyarakat di Indonesia hidup sejahtera dan makmur. Sedangkan misi adalah cara untuk mencapai visi itu sendiri. Sehingga untuk menjadi Bank Syariah terpercaya pilihan mitra usaha, Bank Syariah Mandiri memiliki misi berikut ini:

a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan. b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM.

c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat.

d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.

e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.

(56)

41

3. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Gambar 2

Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri

Sumber : Perusahaan Bank Syariah Mandiri, diolah oleh Penulis

4. Job Description a. Kepala Cabang

1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan operasional KC, pengawasan pengembangan usaha serta pendayagunaan sarana organisasi kepegawaian untuk mencapai tingkat usaha yang optimal, efektif dan efisien.

KEPALA CABANG

KEPALA WARUNG MIKRO OPERASIONAL OFFICER OFFICER GADAI ACCOUNT OFFICER

ANALISIS BACK OFFICE PELAKSANA

GADAI PELAKSANA MARKETING SUPPORT ADMINISTRASI TELLER SHARIA FUNDING EXECUTIVE PMM CUSTOMER SERVIS

(57)

2) Mewakili direksi untuk tugas-tugas intern maupun ekstern yang berhubungan dengan kegiatan. Memastikan pencapaian target usaha cabang serta menetapkan upaya pengembangan kegiatan usaha.

3) Membagi-bagikan keuntungan kepada seluruh karyawan/wati sesuai dengan jabatan dan pekerjaan masing-masing anggota. 4) Mengkoordinir, memberikan supervisi dan melakukan

pemantauan atas pekerjaan yang dilakukan jajaran pegawai cabang pembantu.

b. Kepala Warung Mikro

1) Bertanggung jawab terhadap pencapaian target pembiayaan outlet warung mikro.

2) Sebagai supervisi terhadap pegawai di outlet warung mikro. 3) Melakukan monitoring terhadap nasabah pembiayaan existing. 4) Melakukan pembinaan dan pengembangan kepada pegawai di outlet

warung mikro.

5) Ikut membantu melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah di outlet Warung Mikro.

c. Operational Officer

1) Mengoordinir dan membantu kepala cabang sesuai struktur organisasi.

(58)

43

2) Turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaaanya pengelolaan operasional kantor cabang pembantu secara baik.

3) Dapat mewakili kepala cabang jika kepala cabang pembantu berhalangan atau keperluan tugas lain.

4) Bertindak untuk dan atas nama kepala cabang pembantu untuk menandatangi surat berharga, surat keluar atau masuk berdasarkan surat kuasa yang diterima bersama-sama dengan pejabat yang ditunjuk oleh direksi

d. Officer Gadai

1) Memberikan pelayanan pada nasabah secara tepat, cepat, cermat, lancar dan ramah sehubungan dengan transaksi gadai emas yang dilakukan.

2) Menerima dan menghitung secara hati-hati setiap emas dari nasabah.

3) Bertanggung jawab atas kebenaran perhitungan pembiayaan atas jaminan emas.

e. Account Officer

1) Tempat proses pengajuan ke komite sebelum ke kepala Kantor Cabang Pembantu untuk disetujui pencairan pembiayaan.

2) Mencari wilayah penyaluran dan penghimpunan dana baru dengan memperhatikan potensi dan peluang produk yang diterima masyarakat.

(59)

3) Mencari debitur dan deposan potensial.

4) Melemparkankan dana seaman mungkin dengan melakukan analisis pembiayaan secara cermat dan hati hati terhadap calon debitur. 5) Menjaga hubungan baik dengan debitur dan melakukan pembinaan

jika masih diperlukan.

6) Memonitor pembiayaan yang telah disalurkan dan mel aksanakan penagihan serta penyeleaian pembiayaan debitur bermasalah. 5. Produk Umum Bank Syariah Mandiri

Dalam menjalankan kegiatan operasional, Bank Syariah Mandiri memiliki berbagai produk dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat luas. Adapun produk dan jasa Bank Syariah Mandiri antara lain sebagai berikut :

Tabel 1

Produk Umum Bank Syariah Mandiri

No Produk Keteranagan

1 Tabungan BSM Merupakan tabungan harian yang menggunakan mata uang rupiah. Rekening ini berdasarkan sistem Akad mudharabah muthlaqah. Nasabah bisa memilih dengan fitur ATM atau tanpa ATM. Baik perorangan maupun non perorangan (lembaga, organisasi, perkumpulan, dll) diperbolehkan buka rekening ini. 2 Tabungan BSM

Simpatik

Produk Bank Syariah Mandiri yang ini hampir sama dengan Tabungan BSM di atas. Bedanya Tabungan BSM Simpatik menggunakan sistem wadhi’ah dan hanya ditujukan perorangan saja.

3 TabunganKu BSM TabunganKu merupakan program pemerintah untuk meningkatkan gemar menabung pada masyarakat. TabunganKu ada di seluruh bank di Indonesia,

(60)

45

termasuk juga di Mandiri. Baik Mandiri

konvensional maupun syariah memilikinya. Namun keduanya ada bedanya. Berikut inilah sedikit info mengenai TabunganKu di Bank Mandiri Syariah. 4 Tabungan Berencana

BSM

Tabungan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan.

5 Tabungan Investa Cendekia BSM

Jenis produk Bank Syariah Mandiri yang satu ini menggunakan dasar prinsip mudharabah muthlaqah. Rekening ini sangat cocok dipilih jika untuk

keperluan pendidikan anak-anak. Merupakan tabungan berjangka dengan setoran bulanan tetap. 6 Tabungan Kurban

BSM

Bank Mandiri Syariah terkenal sebagai salah satu bank yang mempermudah nasabahnya untuk

menyalurkan zakat, infak, dan sedekah. Tidak hanya itu, ternyata bank ini juga mengeluarkan produk Tabungan Kurban BSM. Sesuai namanya, tentu tabungan ini cocok bagi anda yang merencanakan ibadah kurban dan aqiqah.

7 Tabungan Pensiun BSM

Produk ini merupakan hasil kerjasama BSM dengan PT Taspen yang diperuntukkan bagi pensiunan pegawai negeri Indonesia. Akad dasarnya mudharabah muthlaqah.

8 Tabungan Dolar BSM Sebenarnya produk Bank Syariah Mandiri ini seperti tabungan harian biasa. Perbedaannya cuma mata uang yang digunakannya, yaitu dolar.

9 Pembiayaan Gria BSM Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek,menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer dengan sistem murabahah.

10 Gadai Emas BSM Pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat.

11 Mudhrabah BSM Pembiayaan atas seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

12 Musyarakah BSM Pembiayaan berdasarkan Akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang

(61)

harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dapat dipergunakan untuk keperluan usaha (investasi, modal kerja) dan pembiayaankonsumer.

13 Murabahah BSM Pembiayaan berdasarkan Akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang

dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dapat dipergunakan untuk keperluan usaha (investasi, modal kerja) dan pembiayaan konsumer.

14 BSM Pembiayaan Talangan Haji

Merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh

kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. Sumber : Perusahaan Bank Syariah Mandiri, diolah oleh penulis

6. Produk Gadai Emas Syariah

Gadai emas syariah merupakan produk Bank Syariah Mandiri dengan menggunakan Akad Qard, Rahn, dan Ijarah , dengan cara menahan emas milik nasabah sebagai barang jaminan atas hutang/pinjaman yang diterima. Pelunasan marhun bih dapat dilakukan kapan saja sampai batas waktu maksimal 4 (empat) bulan dengan melakukan pelunasan sekaligus dengan membayar marhun bih dan ujrah, cicilan atau melunasi dengan membayar sebagian marhun bih dan ujrah, dan biaya administrasi dari Akad baru, memperpanjang akad yaitu mempertahankan akad dengan membayar ujrah dan biaya administrasi akad baru.

(62)

47

Tabel 2

Ketentuan Produk Gadai Emas

No Kategori Keterangan

1 Nama Produk Gadai Emas BSM

2 Tujuan Penggunaan Konsumtif & Modal Kerja untuk UMKM

3 Objek Produk Emas (Perhiasan/Batangan)

4 Jangka Waktu Maksimal 4 bulan, dapat diperpanjang 2x (untuk keperluan konsumsif) dan untuk modal kerja bisa sampai 1 tahun.

5 Nilai Pembiayaan Rp 1.000.000,- s.d Rp 250.000.000,- ( untuk keperluan Konsumtif) dan Rp 1.000.000,- s.d Rp 50.000.000,- (untuk modal kerja).

6 Kualitas Emas 16 karat – 24 karat

7 Maksimal Pembiyaan Emas batangan, logam mulia, atau

perhiasan tanpa permata dengan kadar 24 karat setara dengan 99,99% maksimum 80% dari harga taksiran emas, emas koin,emas polos tanpa permata dengan kadar dibawah 24 karat maksimum 77,5% dari harga taksiran emas, emas perhiasan dengan permata, maksimum 75% dari harga taksiran emas.

(63)

Tabel 3

pendapatan Produk Gadai Emas BSM terhadap total pendapatan BSM

No Kategori 2014 2015 2016

1 Gadai Emas 1.601.000 1.567.000 2.107.000

2 Total Pendapatan BSM 56.486.000 46.875.000 60.965.000 Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri, diolah oleh penulis

Perkembangan produk gadai emas BSM antara tahun 2014 hingga 2016 menunjukan fluktuasi. Pada tahun 2014 pendapatan gadai sebesarRp 1.601.000, pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar Rp 1.567.000, dan tahun 2016 gadai mengalami kenaikan sebesar Rp 2.107.000.

B. Pembahasan

1. Penerapan Akad Gadai di Bank Syariah Mandiri a. Akad yang digunakan dalam produk Gadai Emas

Bank Syariah Mandiri mengunakan tiga akad yaitu akad Qard untuk keperluan pinjam meminjam uang, untuk akad Rahn untuk keperluan transaksi gadai yang dilakukan oleh nasabah kepada bank, untuk akad Ijarah untuk keperluan beban pemeliharaan atas barang jaminan (marhun)

(64)

49

b. Biaya administrasi dalam produk gadai emas (Rahn)

Dalam Rahn emas yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri mewajibkan nasabah untuk membayar biaya-biaya yang nantinya akan disepakati bersama pada awal akad. Bank Syariah Mandiri mewajibkan untuk membayar biaya administrasi dan materai yang dibayar pada awal akad serta biaya pemeliharan emas yang nantinya akan dibayar nasabah pada saat akad berakhir/saat pinjaman dilunasi

Biaya administrasi adalah ongkos pengorbanan materi yang dikeluarkan oleh Bank. Para ulama sepakat bahwa segala biaya yang bersumber dari barang yang digadaikan adalah menjadi tanggungan penggadai. Maka oleh sebab itu, biaya administrasi gadai dibebankan kepada penggadai.

Karena biaya administrasi merupakan ongkos yang dikeluarkan bank, maka pihak bank yang lebih tahu dalam menghitung rincian biaya administrasi. Setelah bank menjumlah biaya administrasi, kemudian nasabah atau penggadai mengganti biaya administrasi tersebut.

Biaya pemeliharaan adalah merupakan biaya yang dibutuhkan untuk merawat barang yang digadaikan selama jangka waktu yang di tetapkan pada saat Akad. Sesuai dengan pendapatan

Gambar

Ilustrasi jurnal pada saat Akad biaya-biaya diterima

Referensi

Dokumen terkait

KPSP merupakan skrining pendahuluan untuk menilai perkembangan anak usia 0-72 bulan. Daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua. KPSP adalah suatu

[r]

Hasil penelusuran lebih lanjut pada kelompok pasien gagal jantung yang mendapat terapi beta blocker dan terapinya tersebut sesuai indikasi ESC 2012, ditemukan

Sebagai insektisida nabati ekstrak daun karuk mempunyai senyawa aktif yang dapat mencegah dan mengurangi kerusakan helai daun akibat serangan hama ulat grayak.

Dari hasil penenlitian yang telah dilakukan diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi kalangan akademik yang akan mengadakan penelitian yang

Sementara itu penelitian lain menemukan bahwa jenis kelamin, usia, masa kerja, dan pendidikan memiliki pengaruh pada kinerja karyawan tapi, jika dilihat berdasarkan

Maksud diadakannya penelitian dari pembuatan aplikasi berbasis Android ini adalah untuk menyampaikan informasi mengenai sebaran fasilitas kesehatan penerima

a bahwa Presiden dalam menjalankan kewenangannya sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang- Undang Dasar, memerlukan nasihat dan pertimbangan agar kebijakan