• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik pada Mahasiswa D3 Farmasi Akademi Farmasi YPF Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik pada Mahasiswa D3 Farmasi Akademi Farmasi YPF Bandung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik pada Mahasiswa D3 Farmasi Akademi Farmasi YPF Bandung

Veny Usviany, Yunita Sarah Tambunan, Dea Anita Ariani Program Studi D3 Farmasi, Akademi Farmasi YPF, Bandung

*Corresponding author : veny@akademifarmasi-ypf.ac.id Abstrak

Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik di Indonesia masih sangat tinggi karena penyakit infeksi masih mendominasi. Pemahaman publik tentang manfaat, penggunaan, juga dampak dari penggunaan antibiotik masih lemah, ditambah lagi antibiotik dapat diperoleh tanpa menggunakan resep dokter. Hal tersebut akan meningkatkan resiko terjadinya penggunaan antibiotik yang tidak rasional dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi YPF Bandung tentang penggunaan antibiotik. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode survey. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling. Pengambilan data dilakukan dengan lembar kuesioner yang telah melalui uji validitas dan reabilitas. Data dianalisis secara univariat menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 74 responden mahasiswa farmasi Akademi Farmasi YPF Bandung yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar 94.6% dan 5.4% memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Dengan hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa Akademi Farmasi YPF Bandung memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik pada penggunaan antibiotik.

Kata Kunci : Antibiotik, Penggunaan Antibiotik, Tingkat Pengetahuan, Mahasiswa/i Farmasi

Abstract

Antibiotics are the most widely used class of drugs in the world due to the high incidence of bacterial infections. The use of antibiotics in Indonesia is still very high because infectious diseases still dominate. Public understanding of the benefits, uses, and effects of antibiotic use is still weak, plus antibiotics can be obtained without using a doctor's prescription. This phenomenon will increase the risk of irrational use of antibiotics in society. This study aims to determine the level of knowledge of YPF Bandung Pharmacy Academy students about the use of antibiotics. This research was an observational research with survey method. The sampling technique used was total sampling technique. Data was collected by questionnaire sheets that had been tested for validity and reliability. Data were analyzed univariately using Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17. The results showed that of the 74 respondents of YPF Bandung Pharmacy Pharmacy students who have a good level of knowledge of 94.6% and 5.4% have an adequate level of knowledge. With the results of this study indicate that YPF Bandung Pharmacy Academy students have a fairly good level of knowledge on the use of antibiotics.

(2)

PENDAHULUAN

Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Menurut WHO (2006), rumah sakit mengeluarkan lebih dari seperempat anggarannya untuk biaya penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik saat ini masih sangat tinggi karena penyakit infeksi masih mendominasi. Penyakit infeksi menjadi penyebab kematian terbesar di dunia bagi anak-anak dan dewasa muda. Di negara berkembang, penyakit infeksi menyebabkan lebih dari 13 juta kematian per tahun (Badan POM, 2011). Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) di Indonesia pada tahun 2013 menunjukan bahwa secara nasional proporsi rumah tangga yang menyimpan antibiotik sebesar 27,8%, dari jumlah tersebut secara nasional 86,1% antibiotik diperoleh tanpa menggunakan resep dokter. Data di atas menunjukan bahwa sangat besar resiko terjadinya resistensi antibiotik dalam penggunaan antibiotik yang tidak rasional dalam masyarakat (Riskesdas, 2013). Sebuah penelitian di Amerika mengungkapkan 93% dari 273 responden mahasiswa kedokteran menyatakan bahwa pengetahuan mengenai penggunaan obat terutama penggunaan antibiotika sangatlah penting untuk dipelajari secara lebih dalam di masa perkuliahan karena mereka akan menjadi tenaga kesehatan dengan salah satu tanggung jawab menangani masalah terkait penggunaan antibiotika (Minen et al., 2010). Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan yang nyata.

Pengetahuan yang baik akan merubah sikap menjadi positif sehingga tindakan yang diambil menjadi lebih terarah (Notoadmodjo, 2010). Pengetahuan yang memadai tentang antibiotik, sangat diperlukan oleh tenaga teknis kefarmasian untuk melakukan pelayanannya. Berdasarkan uraian tersebut mendasari peneliti melakukan studi mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa Akademi Farmasi YPF Bandung tentang antibiotik.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode survey menggunakan lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik pada mahasiswa DIII Farmasi Akademi Farmasi YPF Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada tiap-tiap kelas di Kampus Akademi pada bulan Juli 2019. Populasi yang diambil sebagai objek penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa/i Akademi Farmasi YPF angkatan 2017 dan 2018 yang aktif dalam perkuliahan.. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling, jumlah sampel yang diperoleh sebesar 74 orang. Alat yang digunakan pada penelitian ini merupakan instrument berupa lembar kuesioner yang terdiri dari lembar persetujuan/informend concent, bagian A yang merupakan data sosiodemografi Mahasiswa/I untuk menilai karakteristik responden dan bagian B yang merupakan daftar pernyataan tentang pengetahuan antibiotik dan penggunaan antibiotik. Pada penelitian ini kuesioner diambil

(3)

dari jurnal penelitian Herningtyas Nautika L, dkk (2017) yang telah diuji validitas dan reliabilitas dengan hasil analisis statistika yang menunjukan bahwa kuesioner yang digunakan pada penelitian memiliki nilai r hitung > r tabel (0,312), serta reliabel dengan nilai Cronbach alpha lebih dari 0,6 (Herningtyas Nautika L, dkk, 2017). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan Statistical Product and ServiceSolution (SPSS) 17. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Jumlah keseluruhan responden pada penelitian ini, yaitu sebanyak 74 responden yang merupakan Mahasiswa semester 2 dan 4 yang aktif dalam perkuliahan. Mahasiswa semester 2 sebanyak 38 orang sementara mahasiswa semester 4 sebanyak 36 orang. Responden didominasi oleh kelompok perempuan sebanyak 83,8%. Berdasarkan kelompok usia, responden pada penelitian ini sebanyak 56.8% berusia 18-23 Tahun lebih mendominasi, 35.1% berusia 24-29 Tahun, 5.4% berusia 30-35 Tahun, dan 2.7% berusia 36-40 Tahun.

Tabel 1. Karakteristik Mahasiswa D3 Farmasi Akademi Farmasi YPF

KATEGORI n % Jenis Kelamin Pria 12 16.2% Wanita 62 83.8% Usia 18-23 tahun 42 56.8% 24-29 tahun 26 35.1% 30-35 tahun 4 5.4% 36-40 tahun 2 2.7% Pendidikan Angkatan 2017 38 51.4% Angkatan 2018 36 48.6% Penggunaan Antibiotika Pernah mengkonsumsi antibiotika 73 98.6% Tidak pernah mengkonsumsi antibiotika 1 1.4% Penggunaan Antibiotika tanpa resep dokter Pernah menggunakan antibiotik tanpa resep dokter

14 18.9% Tidak pernah

menggunakan antibiotik tanpa resep dokter

59 79.7% Tidak pernah

mengkonsumsi antibiotika

1 1.4% Jenis Antibiotika yang

digunakan responden Amoksisilin 31 41.9% Azithromicin 1 1.4% Cefadroxil 5 6.8% Cefixime 7 9.5% Ciproflixacin 2 2.7% Clindamycin 2 2.7% Doxycicline 1 1.4% Levofloxacin 1 1.4%

Lebih dari 1 jenis antibiotik

Tidak mengonsumsi

(4)

Tabel 2. Gambaran tingkat pengetahuan responden (Persentase dihitung dari jumlah responden dibagi jumlah total dikalikan 100%.

No Pernyataan Ya Tidak

1 Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh virus, menghambat pertumbuhan atau membasmi virus jenis lain.

55.4% 44.6% 2 Resistensi adalah bakteri tidak peka lagi terhadap antibiotik 98.6% 1.4% 3 Antibiotik digunakan untuk penyakit infeksi karena virus 37.8% 62.2% 4 Asma, batuk, pilek dan demam adalah contoh penyakit yang memerlukan

antibiotik

18.9% 81.1%

5 Dry syrup yang telah ditambahkan air dapat disimpan selama 7 hari 93.2% 6.8% 6 Penggunaan antibiotika harus sesuai dosis/petunjuk dokter 98.6% 1.4% 7 Cara pemilihan antibiotika yang tepat harus disesuaikan dengan jenis

kuman penyakit

98.6% 1.4% 8 Kuman akan kebal terhadap antibiotika jika penggunaan antibiotika tidak

tepat dosis ataupun cara pemilihannya

94.6% 5.4% 9 Penggunaan antibiotika dihentikan Jika gejala yang dirasakan sudah hilang 12.2% 87.8% 10 Efek samping yang perlu diwaspadai dari antibiotika adalah reaksi alergi

dan toksik

86.5% 13.5% 11 Antibiotika tidak selamanya boleh diberikan dan harus berhati-hati jika

digunakan pada ibu hamil dan orang tua

94.6% 5.4% 12 Tempat penyimpanan antibiotika yang baik harus terhindar dari sinar

matahari

94.6% 5.4%

13 Farmasis boleh memberikan antibiotik tanpa resep dokter 5.4% 94.6% 14 Farmasis boleh memberikan antibiotik dengan jumlah yang kurang dari

resep dokter

1.4% 98.6% 15 Farmasis harus menginformasikan kepada pasien bahwa antibiotik harus

diminum sampai habis

98.6% 1.4% 16 Interaksi antara tetrasiklin dengan zinc, kalsium adalah pembentukkan

senyawa kelat

68.9% 31.1% 17 Rifampicin dapat menyebabkan urin berwarna merah 98.6% 1.4%

Berdasarkan tabel 6 pada pernyataan pertama mengenai definisi antibiotik, yaitu dengan pernyataan “Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh virus, menghambat pertumbuhan atau membasmi virus jenis lain “ sebanyak 55.4% responden menjawab ya dan 44.6% responden menjawab tidak. Adanya responden yang menjawab ya dalam menjawab pernyataan dapat disebabkan oleh pemahaman terhadap definisi antibiotik yang salah ataupun responden yang memiliki pemahaman bahwa antibiotik merupakan zat yang

dihasilkan oleh virus dan dapat membasmi virus jenis lain. Akan tetapi definisi antibiotik yang benar, yaitu antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh bakteri maupun sintetik yang bertujuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri lain (Katzung, 2010). Pernyataan kedua mengenai definisi resistensi, yaitu dengan pernyataan “Resistensi adalah bakteri tidak peka lagi terhadap antibiotik” sebanyak 98.6% responden memilih ya dan 1.4% responden memilih tidak. Adanya responden yang memilih

(5)

tidak dalam menjawab dapat disebabkan responden belum memahami definisi dari resisten sehingga saah dalam menjawab pernyataan. Resistensi antimikroba terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan parasit mengalami perubahan sehingga obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang ditimbulkan mikroorganisme ini menjadi tidak efektif dan penyakit semakin sukar untuk disembuhkan. Salah satu contoh dari resistensi antimikroba adalah dalam penggunan antibiotika yang tidak rasional yang dapat menyebabkan resistesi. WHO mengeluarkan data bahwa setidaknya terdapat 2.049.442 kasus kesakitan karena resistensi antibiotik dan 23.000 diantaranya meninggal dunia (WHO, 2013). Pernyataan ketiga mengenai kegunaan Antibiotik, yaitu dengan pernyataan “Antibiotik digunakan untuk penyakit infeksi karena virus” sebanyak 62.2% responden menjawab pilihan tidak dan 37.8% responden menjawab pilihan ya. Adanya responden yang memilih pilihan jawaban ya dalam menjawab pernyataan dapat disebabkan oleh pemahaman mengenai definisi antibiotik yang masih salah. Responden yang benar dalam menjawab pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang ada bahwa antibiotika ditujukan untuk membunuh bakteri, bukan virus (Leekha et al., 2011). Pernyataan keempat mengenai pengobatan menggunakan antibiotik, yaitu dengan pernyataan “Asma, batuk, pilek dan demam adalah contoh penyakit yang memerlukan antibiotik” sebanyak 81.1% responden

menjawab pilihan jawaban tidak dan 18.9% responden memilih pilihan jawaban ya. Adanya responden yang memilih jawaban ya pada pernyataan tersebut dapat disebabkan karena responden beranggapan bahwa penyakit seperti asma, batuk, pilek, dan demam dapat segera sembuh apabila menggunakan antibiotika. Akan tetapi penyakit-penyakit tersebut apabila tidak terindikasi memerlukan antibiotik maka tidak perlu menggunakan terapi antibiotik. Apabila penyakit-penyakit tersebut diikuti dengan gejala demam di atas 38oC baru dipertimbangkan untuk menggunakan antibiotika (Fashner et al., 2012). Pernyataan kelima mengenai penyimpanan antibiotik dry syrup, yaitu dengan pernyataan “dry syrup yang telah ditambahkan air dapat disimpan selama 7 hari” sebanyak 93.2% responden memilih jawaban ya dan 6.8% responden memilih jawaban tidak. Adanya responden yang memilih jawaban tidak dikarenakan kurangnya informasi tentang cara penyimpanan antibiotik dry syrup yang benar sehinggan responden beranggapan bahwa antibiotik dry syrup dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Responden yang benar dalam menjawab pernyataan yang sesuai dengan anjuran penggunaan dry syrup karena stabilitas dry syrup lebih rendah, karena antibiotik harus diminum secara rutin sesuai petunjuk etiket dan diminum sampai habis sehingga pemakaiannya maksimal selama 7 hari (Peace et al., 2012). Pernyataan keenam mengenai penggunaan antibiotik, yaitu dengan pernyataan “Penggunaan antibiotika harus sesuai dosis/petunjuk dokter”

(6)

sebanyak 98.6% responden memilih jawaban ya dan 1.4% responden memilih jawaban tidak. Adanya responden yang memilih jawaban tidak dalam menjawab dapat disebabkan responden yang kurang paham mengenai anjuran penggunaan antibiotik yang benar. Sesuai dengan teori penggunaan antibiotika dimana antibiotika adalah termasuk golongan obat keras yang penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter dan apoteker (Kemenkes, 2011). Pernyataan ketujuh mengenai pemilihan Antibiotik, yaitu dengan pernyataan “cara pemilihan antibiotika yang tepat harus disesuaikan dengan jenis kuman penyakit” sebanyak 98.6% responden memilih jawaban ya dan 1.4% responden memilih jawaban tidak. Adanya responden yang memilih jawaban tidak dalam menjawab dapat disebabkan responden tidak mengetahui dan memahami mengenai cara pemilihan antibiotik yang harus sesuai dengan jenis penyakitnya. Pemilihan antibiotika harus berdasarkan hasil diagnosa dokter dan jenis bakteri penyebab penyakit. Antibiotika tertentu akan sensitif terhadap bakteri tertentu sehingga pemilihan antibiotika harus selektif sesuai dengan bakteri penyebab penyakit yang ditimbulkan (Herningtyas Nautika L, dkk, 2017). Pernyataan kedelapan mengenai dosis penggunaan Antibiotik, yaitu dengan pernyataan “kuman akan kebal terhadap antibiotika jika penggunaan antibiotika tidak tepat dosis ataupun cara pemilihannya” sebanyak 94.6% responden memilih jawaban ya dan 5.4% responden memilih jawaban tidak. Adanya responden yang memilih

jawaban tidak pada pernyataan dapat disebabkan responden yang beranggapan/ memiliki pemikiran bahwa jika penggunaan antibiotik yang tidak tepat dosis ataupun cara pemilihannya belum tentu kuman akan kebal akan tetapi teori pemilihan antibiotika dan dosis yang digunakan harus tepat sesuai dengan kondisi klinis pasien. Pemilihan dan penggunaan dosis antibiotika yang tidak tepat sangat merugikan karena dapat menyebabkan resistensi (Leekha et al., 2011). Pernyataan kesembilan mengenai pengobatan antibiotik dihentikan, yaitu dengan pernyataan “penggunaan antibiotika dihentikan Jika gejala yang dirasakan sudah hilang” sebanyak 87.8% responden memilih jawaban tidak dan 12.2% responden memilih jawaban ya . Adanya responden yang memilih jawaban ya dalam menjawab dapat disebabkan kurangnya informasi yang tepat mengenai penggunaan antibiotik yang benar sehingga responden beranggapan bahwa antibiotik sama cara penggunaannya dengan jenis obat lainnya, yaitu digunakan apabila sedang sakit dan apabila sudah sembuh dapat dihentikan penggunaannya. Namun seharusnya penggunaan antibiotika harus sesuai dengan rentang waktu terapi, artinya penggunaan antibiotika tidak boleh dihentikan walaupun gejala yang dirasakan pasien sudah hilang. Antibiotika harus digunakan sampai habis untuk memastikan bahwa bakteri yang menjadi penyebab penyakit benar-benar mati secara keseluruhan. Selain itu tujuan penggunaan sampai habis adalah untuk mencegah terjadinya resistensi

(7)

bakteri (Leekha et al., 2011).Pernyataan kesepuluh mengenai efek samping antibiotik, yaitu dengan pernyataan “efek samping yang perlu diwaspadai dari antibiotika adalah reaksi alergi dan toksik” sebanyak 86.5% responden memilih jawaban ya dan 13.5% responden memilih jawaban tidak . Adanya responden yang memilih jawaban tidak dalam menjawab pernyataan dapat disebabkan oleh informasi mengenai efek samping dari penggunaan antibiotik yang kurang. Efek samping utama dari antibiotika adalah reaksi alergi. Oleh sebab itu sebelum penggunaan antibiotika biasanya dilakukan tes alergi terlebih dahulu. Selain itu, efek buruk dari antibiotika adalah efek toksik yang akan terjadi apabil pasien menggunakan antibiotika melebihi dosis maksimal yang boleh digunakan (Langley & Harperin, 2002). Pernyataan kesebelas mengenai anjuran pemberian antibiotik, yaitu dengan pernyataan “Antibiotika tidak selamanya boleh diberikan dan harus berhati-hati jika digunakan pada ibu hamil dan orang tua” sebanyak 94.6% responden memilih jawaban ya dan 5.4% responden memilih jawaban tidak. Adanya responden yang memilih jawaban tidak dalam menjawab dapat disebabkan kurangnya pengetahuan responden terhadap informasi mengenai penggunaan antibiotik. Antibiotika harus hati-hati apabila diberikan kepada ibu hamil karena sebagian besar antibiotika kontraindikasi pada ibu hamil. Mayoritas antibiotika dapat menembus plasenta sehingga dapat mencapai aliran darah janin yang akan menyebabkan kecacatan

dan kematian janin (Kuperman & Koren, 2016). Pernyataan keduabelas mengenai tempat penyimpanan antibiotika, yaitu dengan pernyataan “Tempat penyimpanan antibiotika yang baik harus terhindar dari sinar matahari” sebanyak 94.6% responden memilih jawaban ya dan 5.4% responden memilih jawaban tidak. Adanya responden yang memilih jawaban tidak dalam menjawab dapat disebabkan responden yang beranggapan bahwa antibiotik dapat disimpan dimana saja. Seharusnya antibiotika harus terhindar dari sinar matahari karena guna menjaga stabilitas dan mencegah terjadinya penurunan potensi yang dimiliki. Apabila antibiotika terpapar langsung oleh sinar matahari maka ada kemungkinan obat akan mengalami degradasi sehingga menurunkan potensi yang dimiliki. Penurunan potensi antibiotik dapat menyebabkan resistensi bakteri (Alam et al., 2008). Pernyataan ketigabelas mengenai Pemberian Antibiotik oleh Farmasis, yaitu dengan pernyataan “Farmasis boleh memberikan antibiotik tanpa resep dokter” sebanyak 94.6% responden memilih jawaban tidak dan 5.4% responden memilih jawaban ya. adanya responden yang memilih jawaban ya dalam menjawab pernyataan dapat disebabkan responden yang beranggapan bahwa seorang farmasis boleh memberikan antibiotik tanpa resep dokter. Seharusnya yang benar adalah dapat pula responden tersebut di tempat kerjanya boleh memberikan antibiotik kepada pasien tanpa resep dokter yang benar adalah antibiotika termasuk golongan obat keras yang harus

(8)

diberikan kepada pasien berdasarkan resep dokter (Herningtyas Nautika L, dkk, 2017).

Pernyataan keempatbelas mengenai Pemberian Antibiotik oleh Farmasis, yaitu dengan pernyataan “Farmasis boleh memberikan antibiotik dengan jumlah yang kurang dari resep dokter” sebanyak 98.6% responden memilih jawaban tidak dan 1.4% responden memilih jawaban ya. Adanya responden yang memilih jawaban ya dalam menjawab dapat disebabkan responden tidak mengetahui bahwa antibiotik tidak dapat diberikan kurang dari dosis. Antibiotika harus diserahkan sesuai dengan jumlah permintaan pada resep dokter karena apabila diberikan dalam jumlah yang kurang maka durasi terapi yang diinginkan tidak tercapai dan dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri (Herningtyas Nautika L, dkk, 2017).Pernyataan kelimabelas mengenai Pemberian Antibiotik oleh Farmasis, yaitu dengan pernyataan “Farmasis harus menginformasikan kepada pasien bahwa antibiotik harus diminum sampai habis” sebanyak 98.6% responden memilih jawaban ya dan 1.4% responden memilih jawaban tidak. Merupakan tugas dan kewajiban seorang farmasis yang pada saat menyerahkan obat kepada pasien, farmasis wajib memberikan informasi bahwa antibiotika yang diterima harus diminum sampai habis walaupun gejala-gejala penyakit sudah tidak dirasakan lagi oleh pasien. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa bakteri penyebab penyakit benar-benar telah mati

Pernyataan keenambelas mengenai interaksi Antibiotik, yaitu dengan pernyataan “Interaksi antara tetrasiklin dengan zinc, kalsium adalah pembentukkan senyawa kelat ” sebanyak 68.9% responden memilih jawaban ya dan 31.1% responden memilih jawaban tidak. Adanya responden yang memilih jawaban tidak dalam menjawab pernyataan dapat disebabkan pengetahuan responden terhadap interaksi antibiotik yang kurang ataupun responden yang tidak mengetahui interaksi dari tetrasiklin sehingga salah dalam menjawab. Tetrasiklin dapat berinteraksi dengan zinc, kalsium, magnesium karena adsorpsi tetrasiklin di saluran cerna akan dihambat oleh kalsium, magnesium dan makanan yang mengandung besi dan terbentuknya senyawa kelat (Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik, 2011). Pernyataan ketujuh belas mengenai efek samping Rifampicin, yaitu dengan pernyataan “Rifampicin dapat menyebabkan urin berwarna merah” sebanyak 98.6% responden memilih jawaban ya dan 1.4% responden memilih jawaban tidak. Adanya responden yang memilih jawaban tidak dalam menjawab pernyataan dapat disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai efek samping dari obat rimfapicin. Obat rimfapicin memiliki efek samping dapat menyebabkan urine, keringat, dahak, dan air mata Anda dapat berubah ungu atau merah; efek ini tidak berbahaya (Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik, 2011).

(9)

Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik pada Mahasiswa D3 Farmasi Akademi Farmasi YPF Bandung Tingkat Pengetahuan Frekuensi Jumlah Presentase Baik 70 94.6% Cukup 4 5.4% Kurang 0 0% Total 74 100%

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar Mahasiswa/i memiliki tingkat pengetahuan yang Baik sebanyak 94.6%, Mahasiswa/i memiliki tingkat pengetahuan yang Cukup 5.4% dan Mahasiswa/i memiliki tingkat pengetahuan yang kurang 0%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Mahasiswa/i sudah memiliki bekal yang cukup dan siap untuk melaksanakan praktek langsung ke dalam lingkungan masyarakat.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan Mahasiswa Akademi Farmasi YPF dari 74 responden Mahasiswa/i memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 94.6% dan Mahasiswa/i memiliki tingkat pengetahuan yang cukup 5.4%.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alam, G.T., Vinicius, A.B., Filho, M.C., Machado, A.E.H., Oliviera, C.A.

2008. Photolytic Degradation of Chloramphenicol in Different Aqueous Matrices Using Artificial and Solar Radiation: Reaction Kinetics and Initial Transformation Products, J. Braz. Chem. Soc., Vol. 25, No. 11

Badan POM. 2011. Gunakan Antibiotik Secara Rasional untuk Mencegah Kekebalan Kuman, Info POM, 12 (2), 01-03.

Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Fashner, J., Ericson, K., Werner, S.. 2012. Treatment of the Common Cold in Children and Adults, American Family Physician, United States of America.

Herningtyas Nautika L, dkk. 2017.

Tingkat Pengetahuan

Penggunaan Antibiotik di Kalangan Mahasiswa S1 Farmasi

Universitas Lambung

Mangkurat.

Katzung, G.B., 2010, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 10, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 161-162

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibitotik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

http;//Kemenkes.go.id/Pedoman

Umum Penggunaan

Antibiotik.pdf [diunduh 15 Agustus 2019].

(10)

Kuperman, A.A., Koren, O. 2016. Antibiotic use during pregnancy: how bad is it?, BMC Med. Langley, J.M., Halperin, S. 2002.

Allergy to antibiotics in children: Perception versus reality, Can J Infect Dis.

Leekha S. General Principles of Antimicrobial Theraphy. Mayo Clinic Proceedings. 2011.

Minen, M.T., Duquaine, D., Marx, M.A. dan Weiss, D. 2010. A survey of knowledge, attitudes, and beliefs of medical students concerning antimicrobial use and resistance, Microb Drug Resist.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Peace, N., Oyentunde, O., Akinleye, M.. 2012. Stability of reconstituted amoxicillin clavulanate potassium under simulated in-home storage conditions, Journal of Applied Pharmaceutical Science 02.

PERMENKES RI. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

World Health Organization. 2013. Antibiotic Resistence Threats in the United States. USA: US Departement of Health and Human Services. [diunduh 3 Oktober 2019].

Gambar

Tabel  1.  Karakteristik  Mahasiswa  D3  Farmasi  Akademi Farmasi YPF
Tabel  2.  Gambaran  tingkat  pengetahuan  responden  (Persentase  dihitung  dari  jumlah  responden  dibagi  jumlah total dikalikan 100%

Referensi

Dokumen terkait

1. Implementasi dilakukan pada jaringan komputer di sebuah gedung suatu perusahaan dengan mengintegrasikan OSSIM dengan perangkat-perangkat keamanan jaringan lainnya yaitu

Pada proses dehidrogenasi etil benzena menggunakan bahan pembantu uap panas yang dapat mencukupi kebutuhan panas reaksi, sedangkan proses oksidasi membutuhkan propilene,

Jadi ditinjau dari kandungan logam berat Cu dan Zn, konduktivitas listrik dan temperatur, maka sungai Batang Arau daerah Lubuk Begalung kota Padang dapat

1. Ditjen SDA Kementerian PU diharapkan memantau dengan ketat penyelesaian 3 paket yang masih berjalan, sehingga proses administrasinya dan penyelesaian pekerjaannya tidak

Antibiotik dipilih sebagai andalan dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Namun, masih banyak ditemukan penggunaan antibiotik yang tidak tepat.

Dalam pembuatan program penulis menggunakan bahasa arduino atau bahasa C, listing program penyimpanan data yang dibuat untuk mengisi mikrokontroler, dapat

Dana APBD yang dialokasikan ke Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk pembangunan bidang Cipta Karya dalam kurun waktu 2010 sampai 2014 secara nominal terus

Mengirim beberapa alternatif desain layout kepada client untuk di setujui dan di sini praktikan mendapatkan beberapa kali revisian, baik itu dari segi warna dan jenis huruf,