• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS

UNGGUL NASIONAL

(Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

JUNIASTI ZALUKHU H34067010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

JUNIASTI ZALUKHU, Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA)

Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup. Sebagai bahan pangan pokok, ketersediaan dan aksesibilitas beras harus terpenuhi untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduk. Pada periode 2000-2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36% per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kg per kapita.

Salah satu Kecamatan di Bogor yang memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas padi adalah Kecamatan Cibungbulang. Padi merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Cibungbulang. Permasalahan yang terjadi adalah Kecamatan Cibungbulang merupakan daerah endemik penyakit tungro pada padi. Penyebaran penyakit tungro dapat menurunkan produktivitas tanaman padi. Pemerintah Kabupaten Bogor mengatasi masalah ini dengan menganjurkan menggunakan varietas Bondoyudo dalam usahataninya karena merupakan varietas yang tahan tungro. Namun belum semua petani mau menggunakan varietas Bondoyudo karena petani belum yakin dengan produksi dan pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani, pendapatan usahatani, menganalisis faktor-faktor produksi dan menganalisis efisiensi tataniaga beras di Kecamatan Cibungbulang. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Pengambilan responden adalah secara acak (simple random sampling) sedangkan penentuan responden untuk analisis tataniaga adalah secara snow ball sampling. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran usahatani. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis regresi linier berganda, analisis marjin,

farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga.

Input yang digunakan pada usahatani padi Varietas Bondoyudo terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Semua petani menggunakan benih bersertifikat karena merupakan benih subsidi dari pemerintah dalam rangka program budidaya varietas Bondoyudo yang tahan tungro Bentuk hasil panen dalam bentuk gabah kering panen (GKP).

(3)

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam model ini adalah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), NPK (X4), TSP (X5), pupuk organik (X6), furadan (X7), pestisida (X8) dan tenaga kerja (X9). Semua faktor-faktor produksi tersebut merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi padi Bondoyudo. Hasil regresi secara keseluruhan diperoleh fungsi produksi adalah (Y) = - 27 + 4080 (X1) + 130 (X2) - 1.0 (X3) - 4.02 (X4) - 14.9 (X5) + 2.2 (X6) - 14.3 (X7) - 134 (X8) + 0.50 (X9). Berdasarkan pendugaan model linier berganda diperoleh kefisien determinasi (R-Sq) sebesar 93,6 persen.

Nilai F-hitung sebesar 48,82 lebih besar dari nilai F-tabel pada selang kepercayaan 90 persen yaitu 3,17. Hasil dari uji-t menunjukkan bahwa secara parsial, faktor produksi luas lahan (X1), benih (X2) dan pestisida (X8) berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Sedangkan faktor produksi TSP (X5) dan tenaga kerja (X9) berpengruh nyata pada selang kepercayaan 85 persen. Berdasarkan hasil analisis faktor produksi dengan menggunakan regresi linier sebaiknya petani meningkatkan penggunaan luas lahan, benih dan tenaga kerja. Selain itu petani sebaiknya mengurangi penggunaan pestisida dan TSP karena dapat mengurangi produksi padi Bondoyudo. Ini membuktikan bahwa Bondoyudo tidak perlu menggunnakan pestisida karena merupakan tanaman yang tahan hama dan penyakit.

(4)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS

UNGGUL NASIONAL

(Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

JUNIASTI ZALUKHU H34067010

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

Nama : Juniasti Zalukhu

NRP : H34067010

Disetujui, Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM

NIP. 19690410 199512 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)” adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Juniasti Zalukhu

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarurung pada tanggal 1 Juni 1985. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Elisama Zalukhu dan Ibunda Nurlince Simanjuntak.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD No 174581 Sipahutar pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselasaikan pada tahun 2000 di SLTP N 1 Sipahutar. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Bintang Timur 1 Balige diselesaikan pada tahun 2003.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Usahatani Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani dan pendapatan usahatani serta menganalisis tataniaga padi varietas Bondoyudo. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, arahan dan waktu yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Ir. Harmini, MSi atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 5. Papa dan Mama tercinta, Elwin, Jhon Henri, Juardi yang selalu mendoakan,

memberi semangat, mendukung penulis dengan penuh kasih sayang.

6. Asbron Tinambunan yang selalu memberikan dukungan dan telah banyak membantu selama penulisan skripsi ini.

7. Bapak Adung dan keluarga besar Gapoktan Tani Bersatu yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data.

8. Felix Siregar yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar penelitian. 9. Roiman yang telah membantu dalam penyediaan fasilitas selama

pengumpulan data.

10.Seluruh dosen agribisnis yang telah memberikan pendidikan yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis.

11.Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB yang telah membantu penulis.

12.Teman-teman kosan, Oppung dan Bu Juju dan rekan-rekan AGB dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

(10)

x

2.2 Tinjauan Studi Terdahulu Mengenai Usahatani dan Tataniaga ... 12

(11)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS

UNGGUL NASIONAL

(Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

JUNIASTI ZALUKHU H34067010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

JUNIASTI ZALUKHU, Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA)

Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup. Sebagai bahan pangan pokok, ketersediaan dan aksesibilitas beras harus terpenuhi untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduk. Pada periode 2000-2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36% per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kg per kapita.

Salah satu Kecamatan di Bogor yang memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas padi adalah Kecamatan Cibungbulang. Padi merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Cibungbulang. Permasalahan yang terjadi adalah Kecamatan Cibungbulang merupakan daerah endemik penyakit tungro pada padi. Penyebaran penyakit tungro dapat menurunkan produktivitas tanaman padi. Pemerintah Kabupaten Bogor mengatasi masalah ini dengan menganjurkan menggunakan varietas Bondoyudo dalam usahataninya karena merupakan varietas yang tahan tungro. Namun belum semua petani mau menggunakan varietas Bondoyudo karena petani belum yakin dengan produksi dan pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani, pendapatan usahatani, menganalisis faktor-faktor produksi dan menganalisis efisiensi tataniaga beras di Kecamatan Cibungbulang. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Pengambilan responden adalah secara acak (simple random sampling) sedangkan penentuan responden untuk analisis tataniaga adalah secara snow ball sampling. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran usahatani. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis regresi linier berganda, analisis marjin,

farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga.

Input yang digunakan pada usahatani padi Varietas Bondoyudo terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Semua petani menggunakan benih bersertifikat karena merupakan benih subsidi dari pemerintah dalam rangka program budidaya varietas Bondoyudo yang tahan tungro Bentuk hasil panen dalam bentuk gabah kering panen (GKP).

(13)

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam model ini adalah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), NPK (X4), TSP (X5), pupuk organik (X6), furadan (X7), pestisida (X8) dan tenaga kerja (X9). Semua faktor-faktor produksi tersebut merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi padi Bondoyudo. Hasil regresi secara keseluruhan diperoleh fungsi produksi adalah (Y) = - 27 + 4080 (X1) + 130 (X2) - 1.0 (X3) - 4.02 (X4) - 14.9 (X5) + 2.2 (X6) - 14.3 (X7) - 134 (X8) + 0.50 (X9). Berdasarkan pendugaan model linier berganda diperoleh kefisien determinasi (R-Sq) sebesar 93,6 persen.

Nilai F-hitung sebesar 48,82 lebih besar dari nilai F-tabel pada selang kepercayaan 90 persen yaitu 3,17. Hasil dari uji-t menunjukkan bahwa secara parsial, faktor produksi luas lahan (X1), benih (X2) dan pestisida (X8) berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Sedangkan faktor produksi TSP (X5) dan tenaga kerja (X9) berpengruh nyata pada selang kepercayaan 85 persen. Berdasarkan hasil analisis faktor produksi dengan menggunakan regresi linier sebaiknya petani meningkatkan penggunaan luas lahan, benih dan tenaga kerja. Selain itu petani sebaiknya mengurangi penggunaan pestisida dan TSP karena dapat mengurangi produksi padi Bondoyudo. Ini membuktikan bahwa Bondoyudo tidak perlu menggunnakan pestisida karena merupakan tanaman yang tahan hama dan penyakit.

(14)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS

UNGGUL NASIONAL

(Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

JUNIASTI ZALUKHU H34067010

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

Nama : Juniasti Zalukhu

NRP : H34067010

Disetujui, Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM

NIP. 19690410 199512 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 19580908 198403 1 002

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)” adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Juniasti Zalukhu

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarurung pada tanggal 1 Juni 1985. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Elisama Zalukhu dan Ibunda Nurlince Simanjuntak.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD No 174581 Sipahutar pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselasaikan pada tahun 2000 di SLTP N 1 Sipahutar. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Bintang Timur 1 Balige diselesaikan pada tahun 2003.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Usahatani Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani dan pendapatan usahatani serta menganalisis tataniaga padi varietas Bondoyudo. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, arahan dan waktu yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Ir. Harmini, MSi atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 5. Papa dan Mama tercinta, Elwin, Jhon Henri, Juardi yang selalu mendoakan,

memberi semangat, mendukung penulis dengan penuh kasih sayang.

6. Asbron Tinambunan yang selalu memberikan dukungan dan telah banyak membantu selama penulisan skripsi ini.

7. Bapak Adung dan keluarga besar Gapoktan Tani Bersatu yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data.

8. Felix Siregar yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar penelitian. 9. Roiman yang telah membantu dalam penyediaan fasilitas selama

pengumpulan data.

10.Seluruh dosen agribisnis yang telah memberikan pendidikan yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis.

11.Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB yang telah membantu penulis.

12.Teman-teman kosan, Oppung dan Bu Juju dan rekan-rekan AGB dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

(20)

x

2.2 Tinjauan Studi Terdahulu Mengenai Usahatani dan Tataniaga ... 12

(21)

xi

5.1 Wilayah dan Topografi Kecamatan Cibungbulang ... 46

5.2 Profil Gabungan Kelompok Tani ... 47

5.3 Karakteristik Responden ... 49

5.3.1 Status Usaha ... 49

5.3.2 Umur ... 50

5.3.3 Pendidikan ... 50

5.3.2 Luas Areal Usahatani Padi ... 51

5.3.2 Pengalaman dalam Usahatani Padi ... 52

5.3.2 Status Kepemilikan Lahan ... 52

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

6.1 Keragaan Usahatani Padi Bondoyudo ... 53

6.1.1 Penggunaan Input ... 53

6.1.2 Teknik Budidaya ... 57

6.2 Analisis Usahatani Padi Bondoyudo ... 60

6.2.1 Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani ... 61

6.2.2 Analisis Faktor-faktor Produksi Usahatani ... 64

6.3 Analisis Tataniaga Beras Bondoyudo ... 67

6.3.1 Analisis Lembaga Tataniaga Beras Bondoyudo ... 67

6.3.2 Analisis Fungsi Tataniaga Beras Bondoyudo ... 69

6.3.3 Analisis Saluran Tataniaga Beras Bondoyudo... 70

6.3.4 Margin Tataniaga, Farmer’s Share dan Rasio Keuntungan ... 71

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(22)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Indonesia Tahun 2006 - 2009 ... 2 2. Jumlah Impor Beras Dunia Tahun 2004 - 2008 ... 4 3. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi Padi

di Kabupaten Bogor Tahun 2004 - 2008 ... 6 4. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi Padi

di Kecamatan Cibungbulang Tahun 2004 - 2008 ... 6 5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ... 18 6. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota Gapoktan

Tani Bersatu Menurut Status Usahatani ... 49 7. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota

Gapoktan Tani Bersatu Menurut Umur ... 50 8. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota Gapoktan

Tani Bersatu Menurut Pendidikan ... 51 9. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota Gapoktan

Tani Bersatu Menurut Pendidikan ... 51 10. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota Gapoktan

Tani Bersatu Menurut Pendidikan ... 52 11. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota Gapoktan

Tani Bersatu Menurut Pendidikan ... 52 12. Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Padi Varietas Bondoyudo

per Hektar per Musim Tanam ... 53 13. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dalam Proses Budidaya Padi

Bondoyudo ... 56 14. Rata-rata Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio ... 62 15. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Bondoyudo ... 64 16. Fungsi-fungsi Tataniaga Beras Bondoyudo ... 70 17. Biaya Tataniaga pada Masing-masing Lembaga Tataniaga ... 72 18. Margin tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan/biaya

(23)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(24)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Setiap Provinsi

di Indonesia Tahun 2007 ... 79 2. Deskripsi Padi Varietas Bondoyudo ... 80 3. Contoh perhitungan ... 81 4. Data Karakteristik Petani Padi Bndoyudo ... 82 5. Data Penggunaan Input Usahatani Padi Bondoyudo ... 84 6. Data Produksi dan biaya Usahatani Padi Bondoyudo ... 86 7. Output MINITAB Analisis Produksi dengan Regresi Linier

Berganda ... 88 8. Kuisioner Usahatani Beras Varietas Unggul

Nasional ... 89 9. Kuesioner Tataniaga Beras Varietas Unggul

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup. Salah satu sasaran kebijakan pemerintah adalah menciptakan ketahanan pangan bagi penduduk. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu sasaran kebijakan ketahanan pangan menjadi isu dalam pembangunan dan merupakan faktor utama dalam pembangunan pertanian.

Secara umum, bahan pangan pokok mengandung karbohidrat karena berfungsi sebagai sumber energi. Di Indonesia, bahan pangan berkarbohidrat diantaranya padi-padian, umbi-umbian dan batang palma. Beras merupakan sumber energi paling penting bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Haryadi, 2008). Sebagai bahan pangan pokok, ketersediaan dan aksesibilitas beras harus terpenuhi untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduk.

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun memacu tingginya permintaan (demand) beras sebagai bahan pangan pokok. Sementara laju pertumbuhan permintaan beras yang meningkat tidak diimbangi dengan ketersediaan (supply) beras. Ketidakseimbangan laju pertumbuhan permintaan dan kapasitas produksi beras menggambarkan ketidakmandirian pangan yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan kecenderungan pangan nasional impor terus meningkat. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dan terus berkembang, sektor pertanian (sebagai sumber penghasil dan penyedia utama pangan) diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup.

(26)

2 tahun1. Konsumsi beras nasional dinilai sangat tinggi dibandingkan negara lain di Asia seperti Jepang yang memiliki rata-rata konsumsi beras 60 kilogram per kapita per tahun dan Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun.2

Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia menurut wilayah dapat dilihat pada tabel 1. Angka Sementara produksi padi tahun 2008 sebesar 60,25 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan produksi tahun 2007, terjadi peningkatan sebanyak 3,09 juta ton (5,41 persen). Kenaikan produksi terjadi karena peningkatan luas panen seluas 161,52 ribu hektar (1,33 persen) dan juga produktivitas sebesar 1,90 kuintal per hektar (4,04 persen). Kenaikan produksi padi tahun 2008 terdapat di beberapa provinsi, terutama di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Indonesia Menurut Wilayah, 2007--2009

Keterangan: Bentuk Produksi Padi adalah Gabah Kering Giling (GKG)

Angka ramalan I produksi padi tahun 2009 diperkirakan sebesar 60,93 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan produksi tahun 2008 (Angka sementara), terjadi peningkatan sebanyak 0,68 juta ton (1,13 persen). Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 113,00 ribu

1

Urgensi Menyelidiki Impor Beras. http://www.google.com Diakses pada 5 Mei 2009. 2

(27)

3 hektar (0,92 persen) dan juga produktivitas sebesar 0,10 kuintal/hektar (0,20 persen). Kenaikan produksi padi tahun 2009 diperkirakan terdapat di beberapa provinsi, terutama di Provinsi Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Riau.3

Peningkatan produksi beras di Indonesia beberapa tahun terakhir tetap tidak dapat mencukupi kebutuhan beras domestik. Tingginnya konsumsi beras penduduk Indonesia menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras dari negara lain. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia. Berdasarkan data dari United States Department of Agriculture (USDA) yang ditampilkan pada Tabel 2 bahwa impor beras Indonesia mulai tahun 2004 hingga 2006 mengalami peningkatan dan baru mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 3000 ton.

Keterkaitan antara bahan pangan pokok dengan beras menimbulkan masalah ketika ketersediaan beras tidak memenuhi permintaan beras yang terus menerus meningkat. Pada periode 2000 hingga 2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36 persen per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kilogram per kapita. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk menurun 0,03 persen per tahun, maka konsumsi beras pada tahun 2010, 2015, dan 2020 diproyeksikan berturut-turut sebesar 32,13; 34,12; 35,97 juta ton. Jumlah penduduk pada ketiga periode itu diperkirakan berturut-turut 235; 249; 263 juta jiwa. Tekanan terhadap kebutuhan beras akan berkurang apabila peningkatan produksi padi berhasil dicapai.4

3

Berita Resmi Statistik dalam http://www.bps.go.id// Diakses pada 28 Mei 2009 4

(28)

4 Tabel 2. Jumlah Impor Beras Dunia Tahun 2004 – 2008 (000 metric tons)

Negara 2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: United States Department of Agriculture (USDA), “Grain: World Markets and Trade

Kondisi semakin meningkatnya impor beras mendorong Indonesia untuk memproduksi beras guna mengurangi impor tersebut salah satunya dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi beras. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah mengeluarkan kebijakan untuk pengembangan komoditas padi. Kebijakan tersebut terdiri dari kebijakan dari sisi on farm yaitu menciptakan varietas-varietas unggul dan memberikan subsidi baik pupuk, benih maupun alat-alat pertanian. Sedangkan kebijakan dari sisi off farm diantaranya permodalan, penyuluhan dan tataniaga pertanian.

(29)

5 kesejahteraan dan pendapatan petani terdiri dari.5 Apabila tujuan tersebut tercapai maka Indonesia akan memiliki beras yang berdayasaing tinggi dengan stok yang mencukupi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, produk beras lokal tidak kalah bersaing dengan beras impor dan volume permintaan beras impor pun secara berangsur-angsur diharapkan menurun. Untuk itu, sistem tataniaga yang lebih tepat dan efisien diharapkan dapat berjalan dengan baik guna meningkatkan pendapatan petani serta menjamin posisi beras dalam negeri di pasar beras Indonesia. Usahatani dan tataniaga merupakan sub sistem yang terdapat pada sistem agribisnis dan kedua hal tersebut memiliki keterkaitan.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam rangka menciptakan ketersediaan pangan Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar, salah satu pulau yang dapat diandalkan dapat memenuhi kapasitas produksi beras adalah pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki potensi lahan yang lebih baik dibandingkan luar pulau Jawa. Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa luas panen padi pulau Jawa lebih kecil dibandingkan dengan luar Jawa sementara produktivitas di pulau Jawa lebih tinggi, artinya pulau Jawa memiliki potensi yang besar dalam rangka meningkatkan produksi beras.

Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi terbesar di Indonesia. Pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa Jawa Barat memiliki luas panen terbesar di Indonesia dengan produktivitas 56,07 kuintal per hektar. Salah satu kabupaten yang merupakan sentra produksi padi di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Tabel 3 menunjukkan bahwa luas panen padi di Kabupaten Bogor cenderung berfluktuasi sementara produksi dan produktivitas mengalami peningkatan. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki potensi sebagai sentra produksi padi.

5

(30)

6 Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Bogor Tahun

2004 - 2008

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ku/ha)

2004 64.975 445.958 52,48

2005 79.636 419.339 52,66

2006 77.757 410.810 53,11

2007 86.888 448.724 56,25

2008 83.784 487.196 58,15

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2009

Salah satu Kecamatan di Bogor yang memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas padi adalah Kecamatan Cibungbulang. Padi merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Cibungbulang. Sejak tahun 2004 hingga tahun 2008, produktivitas padi di daerah ini mengalami peningkatan yang ditampilkan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa produktivitas padi di Kecamatan Cibungbulang berada di atas rata-rata produktivitas padi Kabupaten Bogor. Ini menunjukkan bahwa Kecamatan Cibungbulang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produktivitas padi Kabupaten Bogor.

Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kecamatan Cibungbulang Tahun 2004 - 2008

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ku/ha)

2004 3.368 17.900 53,15

2005 3.091 16.766 54,24

2006 3.215 18.143 56,44

2007 3.618 21.497 59,42

2008 3.360 20.761 61,80

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2009

(31)

7 merupakan varietas padi hasil persilangan IR72/IR48525-100-14-2. Varietas Bondoyudo memiliki produktivitas 8,40 ton per hektar serta salah satu varietas yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 3 dan tahan terhadap tungro.

Dalam Rasahan et al (1999), varietas merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas. Penggunaan varietas yang memiliki siat-sifat unggul yang diinginkan merupakan teknologi andalan yang secara luas dapat digunakan masyarakat dan relatif murah. Pengembangan varietas unggul melalui rekayasa genetik dapat menyediakan benih yang memiliki kualitas yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan harga yang terjangkau. Menggunakan varietas unggul secara luas memungkinkan Kabupaten Bogor menjadi sentra produksi padi dan memberikan kontribusi bagi Indonesia dalam mencapai swasembada beras.

Pemerintah Kabupaten Bogor telah menganjurkan kepada petani untuk melakukan pergantian varietas tanaman padi dengan menggunakan varietas tahan tungro karena daerah Bogor merupakan daerah endemik tungro. Pengembangan varietas unggul ini dilakukan di beberapa kecamatan di daerah Bogor diantaranya Kecamatan Cibungbulang. Peluang pengembangan agribisnis padi khususnya Bondoyudo di Kecamatan Cibungbulang masih sangat terbuka mengingat potensi yang cukup besar untuk pengembangan komoditas tersebut. Kesesuaian ekosistem lahan pertanian di Kecamatan Cibungbulang baik kondisi iklim, tanah dan letak geografis merupakan faktor penting dalam memproduksi beras yang berkualitas. Selain itu ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas dan tenaga kerja pertanian yang cukup banyak juga merupakan potensi yang harus dimanfaatkan secara optimal.

(32)

8 Dalam Mubyarto (1972), sebanyak 80 persen dari total produksi padi Indonesia diperdagangkan oleh usaha-usaha tataniaga swasta dan selebihnya oleh Badan Urusan Logistik (Bulog). Pada saluran swasta, petani menjual padi/gabah kepada para tengkulak atau pedagang kecil yang ada di desa-desa atau khusus datang dari kota. Beras yang diperdagangkan melalui saluran pemerintah (Bulog) yaitu dengan adanya kontrak pembelian minimum lima tahun dengan pedagang-pedagang beras kecil atau penggilingan-penggilingan padi di ibukota kabupaten atau propinsi.

Sebagai bagian dari sistem agribisnis, usahatani dan tataniaga memiliki keterkaitan. Analisis usahatani dan tataniaga sangat bermanfaat bagi petani, pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang terkait. Untuk itulah penelitian mengenai usahatani dan tataniaga padi varietas unggul tahan tungro seperti Bondoyudo perlu untuk dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana keragaan usahatani padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang?

2. Bagaimana pendapatan usahatani padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang?

4. Bagaimana efisiensi tataniaga beras Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis keragaan usahatani padi di Kecamatan Cibungbulang. 2. Menganalisis pendapatan usahatani padi di Kecamatan Cibungbulang. 3. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani

padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang 4. Menganalisis efisiensi tataniaga beras Bondoyudo di Kecamatan

(33)

9

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam hal usahatani dan tataniaga beras varietas Bondoyudo seperti pihak petani, pemerintah, mahasiswa dan perguruan tinggi. Bagi petani, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat terutama dalam hal keputusan memilih varietas padi yang akan diproduksi. Keputusan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Bagi pemerintah terutama Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas program pemerintah dalam memperkenalkan varietas unggul nasional yaitu padi Bondoyudo telah tercapai atau tidak. Selain itu dapat digunakan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan produksi beras varietas Bondoyudo serta memperbaiki sistem tataniaga yang berlaku selama ini. Manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau pembanding bagi studi-studi atau penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan usahatani dan tataniaga beras terutama untuk komoditas beras Bondoyudo.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Komoditas Padi

Tumbuhan padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan tumbuhan Graminae dan bersifat merumpun yang berasal dari Asia. Diantara tanaman padi terdapat varietas-varietas yang memiliki ciri masing-masing. Menurut Haryadi (2008), terdapat sekitar 2000 varietas padi dunia. Tanaman padi tradisional di Asia yang beriklim tropis bersifat tinggi dan lemah dengan daun-daun yang melengkung ke bawah dan masa dormansinya lama.

Beras merupakan komoditas pangan hasil olahan dari tanaman padi. Beras memiliki peran yang sangat besar terhadap ketahanan pangan bagi Indonesia. Ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi beras dengan jumlah yang aman, harga terjangkau dan bergizi. Pemenuhan kebutuhan pangan tergantung pada produksi beras dalam negeri namun apabila belum terpenuhi maka dilakukan impor beras. Beras adalah bahan makanan yang merupakan sumber energi bagi manusia, sehingga beras menjadi salah satu bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Siregar H. (1981), beras memiliki rasa yang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia dan memiliki kandungan gizi lebih tinggi daripada bahan makanan pokok lain seperti jagung, kentang dan ketela.

2.1.1 Varietas Padi

Varietas-varietas padi baru terutama dikembangkan untuk pembdidayaan padi yang rendah, yang hanya meliputi sekitar 28% dari seluruh lahan sawah di Asia tropis. Pada saat ini, Lembaga Penelitian Padi Internasional maupun Program Pengujian Padi Internasional mengadakan pengembangan varietas khusus yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan seperti kekerigan, kebanjiran atau genangan air yang dalam, suhu tinggi maupun rendah, dan keadaan-keadaan lahan yang beragam.

(35)

11 Pengembangan varietas padi unggulan harus tetap dilakukan agar tercipta varietas-varietas padi unggul yang tidak hanya ditujukan pada pemenuhan keinginan petani tetapi juga keinginan konsumen beras.

Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2008), varietas unggul terdiri dari beberapa macam diantaranya:

1. Varietas Unggul Nasional (UNGNAS) atau Varietas Unggul Biasa (improved national variety) atau Varietas Unggul Bogor seperti Bengawan, Si Gadis, Remaja dan Jelita. Varietas ini dihasilkan oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor sebelum tahun 1965 dan mempunyai daya produksi sedang.

2. Varietas Unggul Baru (VUB)

Kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik umur kisaran 100 - 135 hari setelah sebar (HSS), anakan banyak (> 20 tunas/rumpun) dan bermalai agak lebat (± 150 butir gabah/malai). Varietas ini diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1967, diantaranya berasal dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di Filipina. Varietas ini mempunyai daya produksi yang tinggi dan responsif terhadap pemupukan tinggi (high yielding variety).

3. Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB)

Kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik postur tanaman tegap, berdaun lebar dan berwarna hijau tua, beranak sedikit (< 15 tunas/rumpun), berumur 100 - 135 HSS, bermalai lebat (± 250 butir gabah/malai) dan berpotensihasil lebih dari 8 ton gabah kering giling/ha. 4. Varietas Unggul Hibrida (VUH)

Kelompok tanaman padi yang terbentuk dari individu-individu generasi pertama (F1) asal suatu kombinasi persilangan dan memiliki karakteristik potensi hasil lebih tinggi dari varietas unggul inhibrida yang mendominasi areal pertanaman produksi padi.

5. Varietas Unggul Lokal

(36)

12 tertentu mampu menghasilkan padi lebih tinggi atau menyamai padi UNGNAS.

2.1.2 Gambaran Umum Varietas Bondoyudo

Berdasarkan Balai Penelitian Tanaman Padi, dapat diketahui bahwa varietas Bondoyudo adalah varietas unggulan nasional yang diperkenalkan pada tahun 2000. Varietas Bondoyudo merupakan padi yang agak tahan terhadap wereng coklat biotipe tiga serta tahan terhadap tungro. Wilayah Bogor adalah daerah endemik tungro, sehingga pemerintah Bogor sangat menganjurkan untuk menggunakan varietas Bondoyudo dalam usahatani karena padi Bondoyudo sesuai untuk lahan endemik tungro wereng coklat. Bondoyudo merupakan padi dengan asal persilangan IR72/IR48525-100-1-2. Varietas padi ini juga baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 meter di atas permukaan laut.

Padi Bondoyudo memiliki produktivitas padi Bondoyudo adalah 8,40 ton per hektar untuk gabah kering giling, bobot 1000 butir adalah 21,3 gram dengan umur tanam selama 115 hari serta tinggi tanaman antara 97,3 centimeter hingga 116 centimeter. Bentuk tanaman padi Bondoyudo adalah tegak, warna kaki hijau, warna batang putih, warna daun telinga hijau, warna gabah kuning bersih dan bentuk gabah ramping. Pemasaran beras Bondoyudo diharapkan tidak menjadi kendala bagi petani padi Bondoyudo karena nasi Bondoyudo memiliki tekstur yang pulen dan kadar amilosa sedang.

2.2 Tinjauan Studi TerdahuluMengenai Usahatani dan Tataniaga

(37)

13 tidak tunai diperhitungkan sebesar Rp 1.929.375,00 atau 39,83 persen dari total biaya usahatani. Pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 5.525.684,00 per hektar, pendapatan atas biaya total sebesar Rp 3.596.309,00 per hektar dan pendapata biaya tunai yang diperoleh sebesar Rp 2.876.596,00 per hektar. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 2,89 yaitu setiap satu satuan biaya tunai akan memberikan 2,89 satuan penerimaan dan nilai R/C rasio atas biaya total sebesar 1,74 adalah setiap pengeluaran satu satuan biaya total akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,74 satuan penerimaan.

Dari uji F terhadap data yang dikumpulkan diperoleh nilai F-hitung sebesar 15,52 dimana nilai tersebut nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan berkorelasi terhadap produksi padi sawah. Sedangkan pupuk SP-36, KCL, ZA, serta pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah. Nilai koefisien determinasi untuk pendugaan (R2 – adjusted) didapat sebesar 73,9 persen yang berarti 73,9 persen dari variabel produksi dapat dijelaskan oleh variasi variabel yang menerangkan yaitu luas lahan, pupuk urea, SP-36, KCL, ZA, pestisida dan tenaga kerja. Sedangkan 26,1 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Faktor-faktor lain di luar model diduga berpengaruh terhadap padi sawah adalah tingkat kesuburan tanah, pengaruh iklim, serta intensitas serangan hama dan penyakit. Nilai kombinasi optimal dan penggunaan faktor produksi luas lahan sebesar 1,38 hektar, pupuk urea sebesar 345 kilogram, pupuk SP-36 sebesar 207 kilogram, pupuk ZA sebesar 138 kilogram, pestisida sebesar 2.175,97 milliliter dan tenaga kerja sebanyak 169,16 HOK.

(38)

14 dibandingkan dengan petani pemilik usahatani padi anorganik. Untuk petani penggarap nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total usahatani padi ramah lingkungan lebih besar dibanding usahatani padi anorganik. Artinya usahatani padi ramah lingkungan lebih layak daripada usahatani anorganik.

Untuk petani pemilik, nilai B/C rasio sebesar 1,132 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik memberikan tambahan manfaat yang lebih besar daripada tambahan biaya. Untuk petani penggarap nilai B/C rasio sebesar 0,801 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap memberikan tambahan manfaat yang lebih kecil dari pada tambahan biaya sehingga perubahan usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap akan memberikan kerugian apabila dilakukan.

Irawati (2006) yang menganalisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) dan non program PTT. Berdasarkan hasil analisis pendapatan diperoleh bahwa pendapatan petani atas biaya tunai dan total pada non program PTT lebih tinggi dibandingkan dengan petani program PTT. Rata-rata pendapatan atas biaya tunai dan total pada petani program PTT masing-masing sebesar Rp 6.849.493,58 dan Rp 4.606.644,07. Sedangkan rata-rata pendapatan atas biaya tunai dan total pada petani non program PTT masing-masing sebesar Rp 7.683.263,14 dan Rp 4.743.219,76.

(39)

15 Kombinasi kondisi optimal pada usahatani padi petani program PTT dapat tercapai apabila penggunaan lahan ditambah dari 1,15 hektar menjadi 1,21 hektar, benih ditingkatkan menjadi 716,36 kilogram dari 22,16 kilogram, penggunaan pupuk urea ditingkatkan dari 206,76 kilogram menjadi 1.671,43 kilogram. Pupuk SP-36 ditingkatkan dari 120,27 kilogram menjadi 303,59 kilogram. Pupuk NPK ditingkatkan penggunaannya dari 31,89 kilogram menjadi 56,91 kilogram. Obat padat dikurangi penggunaannya menjadi 0,002 kilogram dari 1,09 kilogram. Obat cair dan tenaga kerja penggunaannya ditingkatkan masing-masing menjadi 11,03 liter dan 490,39 jam kerja.

Kombinasi optimal pada usahatani padi non program PTT dapat tercapai apabila penggunaan lahan ditingkatkan menjadi 1,17 hektar menjadi 2,43 hektar. Penggunaan benih ditingkatkan menjadi 696,95 kilogram dari 19,87 kilogram, penggunaan pupuk urea ditingkatkan dari 24,19 kilogram menjadi 617,60 kilogram. Pupuk SP-36 dianggap sudah efisien sebesar 13,35 kilogram. Pupuk NPK ditingkatkan penggunaannya dari 277,16 kilogram menjadi 1.279,29 kilogram. Obat padat dikurangi penggunaannya menjadi 2,86 kilogram. Obat cair dan tenaga kerja penggunaannya ditingkatkan masing-masing menjadi 7,65 liter dan 1.051,58 jam kerja.

(40)

16 Lembaga-lembaga yang terkait dalam penyaluran beras dari tingkat petani hingga konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, pedagang besar daerah dan luar daerah, pasar swalayan dan pedagang pengecer daerah dan luar daerah. Sebaran nilai margin tataniaga beras pandan wangi murni jenis super dan kepala adalah 46,48 hingga 58,04 persen. Besar biaya dan keuntungan untuk beras jenis super adalah 13,12 dan 43,41 persen.

Riyanto (2005) menganalisis pendapatan usahatani dan pemasaran padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani kelompok I (luas lahan < 0,34 hektar), II (luas lahan 0,34 hektar), III (luas lahan > 0,34 hektar) bernilai positip dan lebih besar dari pendapatan biaya atas biaya totalnya. Nilai R/C rasio pada petani kelompok I adalah 1,81 atas biaya tunai artinya dan 1,34 atas biaya total dan nilai tersebut lebih rendah dari nilai R/C rasio petani II dan petani III. Usahatani pada kelompok I lebih menguntungkan dibandingkan dengan kelompok II dan III.

Pola pemasaran yang terbentuk terdapat dua pola yaitu pola pemasaran I dan pola pemasaran II. Nilai margin pada pola pemasaran I adalah nilai terbesar yaitu 582,50. Begitu juga dengan rasio antara biaya dan keuntungan. Hal ini membuktikan bahwa saluran pemasaran I lebih efisien daripada pola pemasaran II. Pada salah satu kecamatan yaitu kecamatan Salem, pola pemasaran yang paling banyak digunakan adalah pola pemasaran II yaitu sebesar 63,33 persen dari total petani. Namun margin dan efisiensi pemasaran pola I memiliki nilai yang lebih besar. Hal ini berarti bahwa pola pemasaran I paling efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran II.

(41)

17 diperoleh koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 70,6 persen variabel. Hal ini menunjukkan bahwa 70,6 persen variabel bebas dapat menjelaskan variabel tak bebas dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Fator-faktor seperti luas lahan pisang, tenaga kerja pisang dan pendapatan non pisang dominan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani pisang pada tingkat kepercayaan 90 persen. Adapun factor pendidikan, pengalaman dalam usahatani dan luas lahan total yang dikuasai oleh petani tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani pisang berdasarkan hasil analisis pendapatan, usahatani pisang ini menguntungkan.

(42)

18 Secara ringkas studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian

Nama

Penulis Tahun Judul

Metode Analisis Riyanto 2005 Analisis Pendapatan Usahatani dan

Pemasaran Padi (Kasus: Tujuh Desa,

2006 Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Padi Program PTT dan Non Program PTT (Kasus: Penerapan Program

2007 Analisis Usahatani dan Tataniaga padi Varietas Unggul (Studi Kasus Padi Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang,

2008 Analisis Pendapatan Dan Efisiensi Produksi Usahatani Padi Sawah (Kasus: Di Desa Purwoadi, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung)

R/C rasio dan Uji F

Ridwan 2008 Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan Dan Padi Anorganik (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat. Kota Bogor)

(43)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Usahatani

Usahatani merupakan seluruh proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain di samping bermotif mencari keuntungan (Soeharjo dan Patong, 1973). Pada umumnya ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, pengetahuan petani terbatas, kurang dinamik sehingga berakibat pada rendahnya pendapatan usahatani (Soekartawi et al, 1986). Keterbatasan modal seringkali menjadi penyebab petani tidak mampu membeli teknologi. Sehingga kegiatan usahatani biasanya dilakukan dengan menggunakan teknologi yang dimiliki petani.

Tujuan setiap petani dalam melaksanakan usahataninya berbeda-beda (Soeharjo dan Patong, 1973). Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaran uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani pencukup kebutuhan keluarga (Subsistence Farm). Sedangkan bila motivasi yang mendorongnya untuk mencari keuntungan maka disebut usahatani komersial (Comercial Farm).

Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain teknologi, penggunaan input, dan teknik bercocok tanam. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari iklim, cuaca, hama dan penyakit. Ada empat unsur pokok dalam usahatani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi (Hernanto, 1989) yaitu :

1) Lahan

(44)

20 2) Tenaga Kerja

Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0,7 HKP ; 1 ternak = 2 HKP dan 1 anak = 0,5 HKP. 3) Modal

Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pelepas uang/keluarga/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa. 4) Pengelolaan atau manajemen

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b) perkembangan teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) tataniaga hasil; (d) pembiayaan usahatani; (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang diambil agar resiko tidak menjadi tanggungan pengelola. Kesediaan menerima resiko sangat tergantung kepada : (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani.

3.1.1.1 Analisis Biaya Usahatani

(45)

21 1. Biaya tetap dan biaya variabel

Biaya tetap (Fixed cost) adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Biaya tetap terdiri dari pajak, penyusutan alat-alat produksi, bunga pinjaman, sewa tanah, dan sebagainya. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya variabel terdiri dari bibit, makanan ternak, biaya mengembalakan, pembelian sarana produksi, dan lain-lain.

2. Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan

Dalam usahatani keluarga ada biaya yang dibayar dengan uang tunai atau benda. Di samping itu ada biaya yang tidak dibayar yang sebenarnya juga merupakan biaya usahatani. Biaya yang dibayarkan terdiri dari pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, makanan ternak, biaya menggembalakan ternak, pajak, upah tenaga kerja, dan lain-lain. Sedangkan biaya yang tidak dibayarkan adalah biaya pemakaian tenaga kerja keluarga, bunga modal, penyusutan modal, dan lain-lain.

3. Biaya langsung dan biaya tidak langsung

Biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi (actual cost) yang terdiri dari biaya pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, pajak, biaya tenaga kerja, makanan ternak, biaya pengembalaan ternak, dan lain-lain. Biaya tidak langsung (imputed cost) terdiri dari penyusutan modal, biaya makan untuk tenaga kerja keluarga, dan lain-lain.

Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja (1983) menyatakan bahwa biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang, yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk alam dalam periode produksi tertentu. Istilah lain menyatakan bahwa biaya merupakan nilai dari seluruh pengorbanan (unsur produksi) yang disebut input. Usahatani yang dilakukan oleh petani pada akhirnya akan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Faktor-faktor yang termasuk dalam biaya adalah:

(46)

22 2. Lahan, misalnya sewa lahan baik berupa uang maupun natura, pajak,

iuran, pengairan, dan taksiran biaya penggunaan lahan jika lahan milik sendiri.

3. Biaya alat-alat produksi seperti bangunan, traktor, peralatan lain serta estimasi biaya penyusutan.

4. Tenaga kerja petani dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian lepas dan tenaga kerja musiman.

5. Biaya-biaya lain, termasuk kerja upahan insidentil, sewa alat dan hewan penarik.

3.1.1.2Analisis Pendapatan Usahatani

Tujuan dari usahatani adalah menghasilkan produk baik dari hasil tanaman, perikanan maupun peternakan. Semua produk yang dihasilkan dalam usahatani selanjutnya akan dijual dan merupakan sumber pendapatan bagi petani. Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan mengurangi nilai output total atau penerimaan dengan nilai input total atau biaya. Produk yang dihasilkan dalam usahatani berupa produk utama dan produk sampingan. Misalnya dalam usahatani padi, produk utama yang dihasilkan berupa gabah yang selanjutnya akan dijual atau digiling. Sedangkan produk sampingan berupa jerami yang dapat dijual untuk pakan ternak, kompos atau bahan industri lain (Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja, 1983).

Analisis pendapatan usahatani memiliki tujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu usaha dan untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha dan (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Analisis usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengetahui dan mengukur apakah kegiatan usahatani yang dilakukan berhasil atau tidak.

(47)

23 kotor usahatani nilai produksi atau yang dibedakan menjadi pendapatan kotor tunai dan tidak tunai. Pendapatan kotor usahatani yaitu ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefenisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. Dalam menfsirkan pendapatan kotor, semua komponen yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Pendapatan kotor tunai atau penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima dari usahatani yang berbentuk benda. Pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan di gudang dan menerima pembayaran dalam bentuk benda.

Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran usahatani untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diterima yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Penampilan usahatani kecil dinilai dengan mengukur penghasilan bersih usahatani yang diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan bersih dengan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan.

Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua input yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang sehingga segala keluaran untuk keperluan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai. Pengeluaran tidak tunai (diperhitungkan) adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit.

Bentuk-bentuk analisis pendapatan usahatani antara lain:

(48)

24 Analisis ini adalah analisis yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan financial. Pendekatan dalam analisis usahatani dilakukan dengan dua hal yaitu perhitungan pendapatan atas dasar biaya tunai dan perhitungan atas dasar biaya total (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan). Unsur yang digunakan dalam analisis usahatani adalah produksi kotor dan biaya total. Produksi kotor merupakan produksi yang dihasilkan cabang usahatani, sedangkan biaya atau pengeluaran total adalah pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan produksi tersebut.

2. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio).

Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan. Rasio penerimaan dan biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap produk untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam usahatani. Jika nilai R/C rasio lebih dari satu maka usahatani tersebut menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai R/C rasio kurang dari satu maka usahatani tersebut tidak menguntungkan.

3.1.1.3 Analisis Penerimaan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani ditentukan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan yaitu hasil kali antara jumlah output dalam satuan tertentu dengan harga satuan produk tersebut. Penerimaan usahatani (farm receipt) didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Penerimaan usahatani terdapat dalam tiga bentuk yaitu (1) hasil penjualan tunai misalnya tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual, (2) produk hasil usahatani yang dikonsumsi keluarga, (3) kenaikan nilai inventaris atau selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun. Sedangkan pengeluaran atau biaya adalah semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam satu periode produksi.

(49)

25 diperhitungkan (inputed cost). Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya untuk membayar tenaga kerja. Sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.

3.1.1.4 Fungsi produksi

Menurut Soeartawi et al,(1986), fungsi produksi merupakan hubungan fisik anatar input dan output. Input meliputi lahan, pupuk, tenaga kerja, pestisida dan sebagainya. Itu mempengaruhi besar kecilnya output yang diperoleh. Tida semua input dipakai dalam analisis, hal ini tergantung dari penting tidaknya pengaruh input tersebut terhadap produksi. Jika bentuk produksi diketahui maka informasi harga dan biaya yang dikorbankan dapat dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi yang terbaik. Namun biasanya petani sukar melaukan kombinasi ini karena: (1) adanya faktor ketidatentuan mengenai cuaca, hama dan penyakit tanaman, (2) data yang dipakai untuk melakukan pendugaan fungsi produksi mungkin tidak benar, (3) endugaan fungsi produksi hanya dapat diartikan sebagai gambaran rata-rata suatu pengamatan, (4) data harga dan biaya yang dikorbankan mungkin tidak dapat dilakukan secara pasti dan (5) setiap petani dusahataninya mempunyai sifat yang khusus. Soekartawi (2003) juga mendefenisikan fungsi produksi sebagai hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.

Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi et al, 1986)

Y = f (X1,X2,X3,…,Xm) Dimana:

Y = output

F = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor produksi dengan hasil produksi

(50)

26 Hubungan input dengan produksi pertanian mengikuti hokum kenaikan hasil yang berkurang (the law of diminishing return). Hokum ini memiliki arti bahwa setiap tambahan unit input akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibandingkan tambahan unit input tersebut, kemudian suatu ketika sejumlah unit tambahan masukan akan menghasilkan produksi yang terus berkurang.

3.1.1.5 Model Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi et al, (1986), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukan dan produksi atau fungsi yang menjelaskan hubungan antara produksi dengan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Masukan seperti lahan, benih, pupuk, tenaga kerja, pestisida, modal dan sebagainya dapat mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh. Tidak semua masukan dipakai dalam analisis, hal ini tergantung dari penting tidaknya pengaruh masukan tersebut terhadap produksi. Jika bentuk produksi diketahui maka informasi harga dan biaya yang dikorbankan dapat dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi masukan terbaik. Namun biasanya petani sulit melakukan kombinasi ini, karena, (1) adanya faktor ketidaktentuan mengenai cuaca, hama dan penyakit tanaman; (2) data yang dipakai untuk melakukan pendugaan fungsi produksi mungkin tidak benar; (3) pendugaan fungsi produksi hanya dapat diartikan sebagai gambaran rata-rata suatu pengamatan; (4) data harga dan biaya yang dikorbankan mungkin tidak dapat dilakukan secara pasti; dan (5) setiap petani dan usahataninya mempunyai sifat yang khusus. Soekartawi (2003) juga mendefenisikan fungsi produksi sebagai hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Bentuk fungsi produksi yang digunakan dalam menduga variabel-variabel yang mempengaruhinya ada beberapa macam, tetapi yang umum dan sering digunakan adalah model fungsi linier, model fungsi kuadratik dan model Cobb-Douglas.

Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi et al, 1986)

(51)

27 Dimana:

Y = output

f = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor

produksi dengan hasil produksi X1,X2,X3,…,Xm = input – input yang digunakan

Hubungan input dengan produksi pertanian mengikuti hokum kenaikan hasil yang berkurang (the law of diminishing return). Hokum ini memiliki arti bahwa setiap tambahan unit input akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibandingkan tambahan unit input tersebut, kemudian suatu ketika sejumlah unit tambahan masukan akan menghasilkan produksi yang terus berkurang.

Menurut Soekartawi (2003), untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu produksi terdapat dua tolak ukur yaitu produk marrjinal (PM) dan produk rata-rata (PR). Produk marjinal adalah tambahan satu satuan unit input X yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan antara produk total per jumlah input. Kedua tolak ukur ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

∆ dan

Untuk mengukur perubahan dari jumlah produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan input. Persamaan elastisitas produksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

(52)

28 Berdasarkan nilai elastisitas produksi, fungsi produksi dibagi atas tiga daerah yaitu daerah dengan elastisitas produksi lebih dari satu (daerah I), antara nol dan satu (daerah II) dan lebih kecil dari nol (daerah III), dapat dilihat pada Gambar 1.

Y

PT I II III Ep>1 0<Ep<1 Ep<0 X

PM/PR

PR X1 X2 X3 PM X Keterangan:

PT = Produk Total PM = Produk Marjinal PR = Produk Rata-rata

Y = Produksi

X = Faktor Produksi

Gambar 1. Daerah Produksi dan Elastisitas Produksi Sumber: Soekartawi, 2003

Daerah I mempunyai nilai elastisitas produksi lebih dari satu, yang berarti bahwa penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi lebih besar dari satu persen. Pada daerah ini produksi masih dapat ditingkatkan dengan pemakaian factor produksi yang lebih banyak, oleh karena itu daerah ini disebut daerah irrasional. Keuntungan maksimum tercapai, karena produksi masih dapat diperbesar dengan pemakaian factor produksi yang lebih banyak.

(53)

29 akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi sebesar satu persen dan paling rendah nol persen. Pada tingkat penggunaan factor produksi tertentu akan mencapai keuntungan maksimum. Daerah ini disebut sebagai daerah yang rasional karena produsen harus menetapkan tingkat produksi yang dapat mencapai maksimum.

Daerah III yaitu daerah yang mempunyai nilai elastisitas kurang dari nol (e<0), artinya setiap penambahan faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Pada daerah ini mencerminkan penggunaan factor produksi yang tidak efisien sehingga disebut sebagai daerah irrasional.

3.1.2 Tataniaga Pertanian

Menurut Limbong dan Sitorus (1983) tataniaga pertanian merupakan semua kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan barang-barang kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen. Selain itu termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Salah satu konsep yang melandasi tataniaga adalah pertukaran. Pertukaran terjadi apabila terpenuhi lima kondisi yaitu terdapat sedikitnya dua pihak, masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang mungkin bernilai bagi orang lain, masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan melakukan penyerahan, masing-masing pihak bebas menolak atau menerima tawaran dan masing-masing pihak yakin berunding dengan pihak lain layak dan bermanfaat.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Indonesia Menurut Wilayah, 2007--2009
Tabel 2. Jumlah Impor Beras Dunia Tahun 2004 – 2008 (000 metric tons)
Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kecamatan
Tabel 5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu, pembelajaran menggunakan model reciprocal teaching dapat meningkatkan sikap siswa terhadap sains khususnya pada materi biologi menuju kearah positif karena pada

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 525/Kpts-II/91 yang menyebutkan bahwa dokumen yang menyatakan sahnya hasil hutan adalah Surat Angkutan Kayu Bulat (SAKB) untuk kayu

Karena banyaknya jumlah cakra tersebut maka kita hanya akan membahas cakra utama yang berjumlah tujuh karena pembersihan pada cakra utama itu akan membersihkan

Tahap Persiapan (Pra Inkubasi) Penyusunan Perencanaan Operasional (Pra Inkubasi) Tahap Penumbuhan (Inkubasi Ketat) Tahap Pengembangan (Inkubasi Longgar) Tahap

perkembangannya yang terkesan tidak pesat ataupun signifikan, pada kurun waktu tersebut banyak berdiri komunitas intelektual dan institusi pendidikan yang mengkaji tentang

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif melalui tahapan observasi dan wawancara, karena dengan metode ini bisa dengan jelas mengungkap tentang

Pada tanggal 13 Desember tahun 1957, Indonesia menyatakan secara sepihak Wilayah Perairan Nusantara yang disebut dengan Deklarasi Djuanda. Pada saat yang hampir

Dalam penelitian ini, cara untuk menentukan variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen adalah dengan menggunakan standarized