• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Serat Jerami Padi sebagai Peredam Suara dan Pengaruhnya terhadap Sifat Mekanik Beton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penambahan Serat Jerami Padi sebagai Peredam Suara dan Pengaruhnya terhadap Sifat Mekanik Beton"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT JERAMI PADI SEBAGAI PEREDAM SUARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT

MEKANIK BETON

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

RAISA MUHARRISA

08 0404 006

SUB JURUSAN STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Beton merupakan material utama untuk konstruksi yang banyak digunakan di seluruh dunia. Banyak penelitian telah dilakukan tentang teknologi beton untuk memenuhi kebutuhan dalam pembangunan infrastruktur dimulai dari jalan, gedung, jembatan dan lain sebagainya. Semakin meluasnya penggunaan beton dan makin meningkatnya skala pembangunan menunjukkan juga semakin banyak kebutuhan beton di masa yang akan datang, sehingga mempengaruhi perkembangan teknologi beton dimana akan menuntut inovasi-inovasi baru mengenai beton itu sendiri. Perkembangan zaman di era globalisasi yang pesat ini mengakibatkan terus bertambahnya jumlah barang bekas/limbah yang keberadaanya sangat melimpah dan tidak dapat dimanfaatkan salah satu contoh nya adalah jerami padi. Untuk itu, banyak hal yang telah dilakukan dalam rangka mendaur ulang guna mengatasi masalah keberadaan limbah ini. Pada beton ini, jerami padi dapat digunakan sebagai bahan tambah pada beton.Beton dicampur dengan menambahkan serat jerami padi dalam proporsi yang berbeda. Dalam hal ini, jerami padi sebagai bahan tambah pada campuran beton dalam variasi campuran dengan harapan dapat meningkatkan kualitas beton berupa kuat tekan, kuat tarik yang baik. Serat jerami padi juga dapat digunakan sebagai peredaman suara. Adapun variasi penambahan jerami padi yang digunakan adalah 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan pengujian yang dilakukan berupa slump test, kuat tekan, kuat tarik dan uji peredaman suara.Dari hasil pengujian diperoleh hasil kenaikan pada nilai slump, penurunan nilai kuat tekan menjadi 70,76%, 68,61%, 54,35%, 53,49% dari beton normal, penurunan pada nilai kuat tarik beton 52,39 kg/cm2,38,31 kg/cm2,35,36 kg/cm2,25,49 kg/cm2,25,42 kg/cm2.Pada pengujian peredaman suara terjadi peningkatan dari setiap kenaikan persentase serat jerami padi.Dari hasil pengujian tersebut diperoleh penurunan pada kuat tekan,dan kuat tarik. Untuk itu, jika diadakan penelitian lebih lanjut ada baiknya nilai variasi jerami padi diperkecil kurang dari dari 5%. Penelitian lanjutan untuk beton mutu tinggi dapat dilakukan dengan memakai zat Additive (silica fume) pada persentase yang bervariasi agar didapat kuat Tekan dan kuat tarik yang optimal.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga tugas akhir ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil

bidang struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Utara, dengan judul “PENGARUH PENAMBAHAN SERAT JERAMI PADI

SEBAGAI PEREDAM SUARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP

SIFAT MEKANIK BETON

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas

dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa

pihak yang berperan penting yaitu :

1. Ibu Rahmi Karolina, ST, MT selaku pembimbing, yang telah banyak

memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran dalam membantu saya menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas

(4)

4. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

5. Asisten Laboratorium Bahan Rekayasa Teknik sipil USU bg Ari yusman,

Rahmat, Fauzi, Prima, dan Reza.

6. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini

kepada saya.

7. Teristimewa dihati buat keluarga saya, terutama kepada kedua orang tua saya,

Ayahanda Akhyar dan Ibunda Rahima yang telah memberikan doa, motivasi,

semangat dan nasehat yang luar biasa kepada saya. Terima kasih atas segala

pengorbanan, cinta, kasih sayang dan do’a yang tiada batas untuk saya.

Kepada adik saya Rifqi Akhtari yang telah banyak membantu dan

mendukung saya selama ini, terima kasih atas doanya. Kepada semua

keluarga yang ikut membantu saya dalam mengerjakan tugas akhir ini.

8. Teristimewa untuk teman seperjuangan dalam tugas akhir Ade Sri Rezeki dan

Dedial Eka Putra J yang telah ikut memberikan doa, motivasi, dan semangat.

9. Buat saudara/i seperjuangan 08 Ratih, Eci, Kiki, Wenni, Icha, Rumanto,

Hafiz, denni, Muazzi, Siddik, Imam, Khatab, Beri, Aris, Fadlan, Al, Robi,

Rama, Khaidir, Andi, Molana, Ucup, Ibnu, Arif abang-abang dan kakak

senior, bg Riky 06, bg Fadly 06, bg ucup 06, bg Beni 05, kak Rini 05, dan

yang lainnya adik-adik 2011, Ahmad sarif, Subar, Reno, Barly, Wahyu,

Redian, Rendra, Aldo, Dika, Fadly, serta teman-teman mahasiswa/i angkatan

2008 dan mahasiswa sipil lainnya yang tidak dapat disebutkan seluruhnya

(5)

10. Buat wak Udin, mas Subandi, dan ibu serta bapak kantin beton terima kasih

atas semangat dan bantuannya selama ini.

11. Seluruh rekan-rekan yang tidak mungkin saya tuliskan satu-persatu atas

dukungannya yang sangat baik.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari

kata sempurna. Yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya

pemahamahan saya dalam hal ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari para pembaca demi perbaikan menjadi lebih baik.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Februari 2013

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL………..viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR NOTASI………..xii

DAFTAR LAMPIRAN ………..xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 5

1.2 Batasan Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Metodologi ... 6

1.5 Tempat Penelitian ... 7

1.6 Sistematika Penulisan ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Umum ... 9

2.1.1 Beton segar (Fresh Concrete) ………10

2.1.1.1Kemudahan Pengerjaan (Workability) ……….11

2.1.1.2Pemisahan Kerikil (Segregation)………..12

2.1.1.3 Pemisahan Air (Bleeding)……….13

2.1.2 Beton Keras………14

2.1.2.1Kuat Tekan Beton ………14

2.1.2.2Kuat Tarik Beton ……….17

2.1.2.3Uji Peredaman Suara………18

2.2 Bahan Penyusun Beton ...22

2.2.1 Semen………22

(7)

2.2.1.2Semen Portland……….23

2.2.1.3Jenis-Jenis Semen Portland………...24

2.2.2 Agregat ...25

2.2.2.1 Umum………...25

2.2.2.2 Jenis Agregat ...26

2.2.3 Air ………...30

2.2.4 Bahan Tambahan...31

2.2.4.1 Umum………...31

2.2.4.2 Alasan Penggunaan Bahan Tambahan………….33

2.2.4.3 Perhatian Penting dalam Penggunaan Bahan Tambahan...34

2.2.4.4 Jerami Padi………..35

BAB 3 METODE PENELITIAN ...38

3.1 Umum ...38

3.2 Bahan-bahan penyusun beton ……….40

3.2.1. Semen Portland……….40

3.2.2. Agregat Halus………...40

3.2.3. Agregat Kasar………...44

3.2.4. Air……….47

3.2.5. Jerami Padi ………...47

3.3 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)………...48

3.4 Penyediaan Bahan Penyusun Beton………49

3.5 Pembuatan Benda Uji………..49

3.6 Penggunaan Jerami Padi...50

3.7 Pengujian Sampel……….51

3.8.1 Uji kuat Tekan Beton ...51

3.8.2 Uji Kuat Tarik Beton ……….52

3.8.3 Uji Peredaman Suara ……….53

(8)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...59

4.1 Nilai Slump………..59

4.2 Uji Kuat Tekan Beton ………60

4.3 Pola Retak Pada Pengujian Kuat Tekan ………62

4.4 Uji Kuat Tarik Beton………..64

4.5 Uji Peredaman Suara ……….67

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ……….100

5.1 Kesimpulan ………..100

5.2 Saran ………101

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kandungan Serat Jerami Padi ... 2

Tabel 1.2 Variasi serat jerami padi dan jumlah benda uji ... 7

Tabel 2.1 Kekuatan beton dengan semen type 1 berdasarkan umur beton ……..17

Tabel 2.2 Batasan Gradasi untuk Agregat Halus………..27

Tabel 2.3 Susunan Besar Butiran Agregat Kasar (ASTM, 1991)……….29

Tabel 4.1 Nilai Slump berbagai jenis beton ……….59

Tabel 4.2 Kuat tekan silinder ………...61

Tabel 4.3 Perhitungan kuat tarik beton ………65

Tabel 4.4 Nilai Koefisien serap bunyi dengan serat jerami padi 0% …………...72

Tabel 4.5 Nilai Koefisien serap bunyi dengan serat jerami padi 5% …………...77

Tabel 4.6 Nilai Koefisien serap bunyi dengan serat jerami padi 10%…………..82

Tabel 4.7 Nilai Koefisien serap bunyi dengan serat jerami padi 15%…………..87

Tabel 4.8 Nilai Koefisien serap bunyi dengan serat jerami padi 20%…………..92

Tabel 4.9 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Jerami padi 0%………94

(10)

Tabel 4.11 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk

Jerami padi 10%………96

Tabel 4.12 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk

Jerami padi 15%………97

Tabel 4.13 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk

Jerami padi 20%………98

Tabel 4.14 Hubungan Kekuatan Beton rata -rata dengan Koefisien Serap Bunyi

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerucut Abrams………12

Gambar 2.2 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton……..15

Gambar 2.3 Perkembangan kekuatan tekan mortar untuk berbagai tipe portland semen...25

Gambar 2.4 Jerami Padi………...36

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Beton Normal dengan Jerami Padi ……39

Gambar 3.2 Jerami Padi kering………48

Gambar 3.3 Benda uji silinder ………...52

Gambar 3.4 Uji Split Silinder………..53

Gambar 3.5 Impedance Tube………..54

Gambar 3.6 Tabung Impedance ( Resonator)……….56

Gambar 3.7 Bentuk Gelombang Sebelum diletakkan Specimen………57

Gambar 3.9 Gambar untuk mendapatkan A1 dan A2 ………..58

Gambar 4.1 Grafik Nilai Slump terhadap variasi jerami padi...60

Gambar 4.2 Grafik kuat tekan silinder terhadap kadar penggunaan jerami padi...61

Gambar 4.3 Pola retak cone dan shear pada pengujian kuat tekan………62

Gambar 4.4 Pola retak yang mungkin terjadi pada silinder beton……….63

(12)

Gambar4.7 Grafik nilai Koefisien serap bunyi dengan serat jerami 5%

terhadap frekuensi……….77

Gambar4.8 Grafik nilai Koefisien serap bunyi dengan serat jerami 10%

terhadap frekuensi………...82

Gambar4.9 Grafik nilai Koefisien serap bunyi dengan serat jerami 15%

terhadap frekuensi………..87

Gambar4.10 Grafik nilai Koefisien serap bunyi dengan serat jerami 20%

terhadap frekuensi………..92

(13)

DAFTAR NOTASI

SSD: saturated surface dry

n : jumlah sampel

f'c : kuat tekan beton karakteristik (MPa)

fr : kuat lentur (MPa)

fc’ : kekuatan tekan (kg/cm2)

P : beban tekan (kg)

A : luas penampang (cm2)

S : deviasi standar (kg/cm2)

σ’b : kekuatan masing – masing benda uji (kg/cm2)

σ’bm : kekuatan Beton rata –rata (kg/cm2)

N : jumlah Total Benda Uji hasil pemeriksaan

bm

: tegangan rata-rata (kg/ cm²)

Fct : tegangan rekah beton (kg/cm)

P : beban maksimum (kg)

L : panjang sampel (cm)

D : diameter (cm)

F : beban yang diberikan (kg)

α : Koefisien Absorpsi Bunyi

: tegangan (kg/ cm²)

(14)

h : tinggi balok (cm)

c

: berat jenis beton (kg/cm3)

air

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Concrete Mix Design

Lampiran II Pengujian Kokoh Tekan Beton

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat, seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maka semakin bertambah pula

kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan bangunan untuk perumahan, maka

perlu penyediaan bahan bangunan dalam jumlah yang cukup, baik dalam

kualitas maupun kuantitas, serta harganya terjangkau oleh daya beli rakyat.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut berbagai alternatif dapat dilakukan

diantaranya adalah dengan aneka usaha peningkatan bahan limbah anorganik

maupun limbah pertanian. Potensi Iimbah pertanian di Indonesia cukup besar.

Salah satunya adalah jerami padi.

Jerami merupakan batang padi yang terdiri dari batang, pucuk,

kelopak daun, daun dan kaya akan serat kasar. Serat jerami padi merupakan satu

limbah lignoselulosa yang tiap tahun di hasilkan secara melimpah di Indonesia.

Limbah ini belum dimanfaatkan secara efektif (Abdul Rozak, Sri Mudiastuti, dan

Aim Abdurachim Idris, 1998). Sebagian kecil saja dari limbah ini yang telah

dimanfaatkan seperti untuk pembuatan kertas dan pengganti makanan ternak.

Sebagian besar masih dimusnahkan dengan cara pembakaran. Cara ini terus

menerus mendapat kritikan karena dapat menambah polusi udara. Potensi jerami

(17)

serat jerami padi berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui, yang

tidak akan habis pada suatu saat nanti, sehingga terjamin ketersediaannya.

Jerami padi juga dapat digunakan sebagai peredam suara.

Kandungan Serat Jerami

Panjang serat 1.1 - 1.5 mm

Diamater 9 - 13 µm

Kadar selulosa 33 - 38 %

Kadar lignin 17-19%

Kadar pentose 27 - 32 %

Kadar Abu* 6 - 8 %

Serat kasar 29.2%

Silika ( SiO2)** 12 - 16 %

Sumber : *Idris dan Nadhiroh, 1976

**Jackson, 1977 dalam Wahyu, 1991

Tabel 1. Kandungan serat jerami padi

Beton pada dasarnya merupakan material komposit yang terdiri dari

beberapa komponen yaitu semen, air, agregat halus dan agregat kasar. Terkadang

banyak digunakan bahan tambahan kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan

tertentu, sampai menjadi satu kesatuan yang homogen. Campuran tersebut akan

mengeras seperti batuan. Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara

semen dengan air.

Prinsip yang dapat diterapkan untuk mengatasi kebisingan pada bangunan

adalah dengan menggunakan elemen yang memiliki tingkat insulasi suara yang

baik (tinggi), diantaranya dengan penggunaan elemen bangunan yang tebal, berat,

(18)

yang di dalamnya berisi udara. Secara individual atau satu persatu, batang jerami

tidak akan mampu memenuhi tugasnya sebagai bahan dengan tingkat insulasi

yang tinggi, namun penggabungan beberapa batang jerami menjadi satu ikatan

misalnya, akan menghasilkan suatu elemen yang tebal dan memiliki rongga udara

di dalamnya.

Penggunaan prinsip insulasi suara pada dinding akan lebih efektif mengurangi

perambatan suara dari pada penggunaan lantai atau plafon ganda.

Adapun tugas akhir saya didasari oleh 3 (tiga) penelitian :

1. “Analisa kekuatan serat jerami padi sebagai bahan pengganti batako” tahun 2009 oleh Andi Saidah dan Baso Cante. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa serat jerami padi dipakai sebagai bahan

pengganti batako dengan memberikan variasi penambahan serat

jerami dari 5%, 10%, 15%, dan 20%. Dalam jurnal ini yang diuji

adalah kuat tekan dan pelapukan beton dimana benda uji yang

dipakai adalah kubus dengan ukuran 15 x 15 cm. Dari hasil

pengujian dengan penambahan serat jerami padi diperoleh kuat

tekan beton dengan variasi 5% serat pendek memiliki harga

kekuatan tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan variasi 5%

serat panjang pada umur 28 hari. Sedangkan pada uji pelapukan

variasi serat 15% serat pendek pada umur 90 hari serat tidak

mengalami pelapukan yang dapat mempengaruhi kekuatan beton.

(19)

Aim Abdurachim Idris. Pada jurnal ini penelitian bertujuan untuk

mengetahui jenis panel yang nyaman dan ringan tetapi masih

dalam batas kekuatan yang telah ditentukan dan mengetahui

biaya produksi dan harga jualnya dengan pendekatan analisis

ekonomi secara sederhana. Benda uji yang dipakai pada pengujian

ini menggunakan cetakan yang terbuat dari kayu reng dengan

ukuran yang telah ditentukan yaitu 60 x 60 x 3 cm, kemudian

diletakkan di atas triplek setebal 6 mm, dan beralas plastik.

Variasi penggunaan jerami pada penelitian ini adalah 10% dan

12%. Pengujiann yang dilakukan adalah Sifat fisik : kadar air,

berat jenis, pengembangan, dan daya serap air. Sifat mekanik :

kuat tekan, kuat tarik, dan kuat lentur. Sifat thermal :

konduktivitas panas dan tahan bakar permukaan.

3. “ Pembuatan papan komposit dari plastik daur ulang dan serbuk

kayu serta jerami sebagai filler” tahun 2011 oleh Farid Maulana,

Hisbullah, dan Iskandar. Pada penelitian ini komposit dibuat dari

limbah padat yaitu serbuk kayu, jerami, dan plastik daur ulang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat papan komposit dari

bahan limbah padat serbuk kayu, jerami sebagai filler dan plastik daur ulang jenis polietilen sebagai matrik serta untuk mengetahui

lebih detil pengaruh variabel jenis limbah padat dan rasio berat

limbah padat dan plastik terhadap kualitas papan komposit yang

dihasilkan. Pada penelitian ini serbuk kayu dan jerami dihaluskan

(20)

menggunakan oven pada suhu 105ºC selama 24 jam untuk

mengurangi kadar air. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini

adalah uji kekerasan menggunakan Rockwell Hardness Test, uji tarik menggunakan alat Tensile Strength, dan uji termal menggunakan DSC (Differential Scanning Calorymeter). Hasil dari penelitian ini adalah Pada pengujian kekerasan, nilai tertinggi

terdapat pada rasio komposisi serbuk kayu dan plastik 80:20 yaitu

sebesar R79,6 dan pada rasio komposisi jerami dan plastik 80:20

yaitu sebesar sebesar R67. Pengujian kekuatan tarik, nilai tertinggi

terdapat pada papan komposit dengan rasio komposisi serbuk

kayu:plastik (60:40) sebesar 6,86 MPa dan papan komposit dengan

rasio komposisi jerami:plastik (60:40) yaitu sebesar 3,62 MPa.

Jumlah kalor terbanyak yang dibutuhkan untuk melelehkan papan

komposit terdapat pada papan komposit dengan perbandingan

komposisi serbuk kayu: plastik daur ulang jenis HDPE 80:20

sebesar 31,19 J/g dan papan komposit dengan perbandingan

komposisi jerami: plastik daur ulang jenis HDPE 80:20 sebesar

14,02 J/g.

1.2. Batasan Masalah

1. Mutu Beton f’c = 20 Mpa

2. Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan ukuran diameter 15

(21)

3. Benda uji yang digunakan untuk uji kebisingan mempunyai diameter

11,2 cm dan tinggi 2 cm.

4. Pengujian :

 Kuat tekan

 Kuat tarik

 Kebisingan / Peredam Suara

5. Material tambahan penyusun beton terdiri dari serat jerami pendek

dengan ukuran sekitar 3 cm. Komposisi serat yang digunakan pada

masing-masing benda uji adalah 5%,10%,15% dan 20% .

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan memanfaatkan limbah pertanian dalam hal ini jerami

padi sebagai bahan pengisi pada beton terhadap kuat tekan, dan kuat

tarik beton.

2. Mengetahui perbedaan kuat tekan, dan kuat tarik dan peredaman suara

dari beton normal dengan beton yang ditambah dengan serat jerami

padi.

1.4. Metodologi

Metode yang akan digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah uji

eksperimental di laboratorium

(22)

a. Jerami padi

Jerami padi yang dugunakan adalah batang dari padi pasca panen.

Jerami padi yang digunakan pada penelitian ini adalah jerami kering.

Metode pencacahan serat jerami padi ini dilakukan secara manual,

untuk membuat jerami dengan serat panjang dan serat pendek

dilakukan pemotongan jerami, pemotongan jerami dilakukan dengan

menggunakan pisau atau sabit. Ukuran pemotongan serat jerami

fas penambahan variasi serat jerami

padi

banyaknya benda uji

jumlah Tekan tarik belah kebisingan

ø15 x 30

(23)

Jadi banyaknya benda uji yang digunakan :

1. Untuk uji Kuat Tekan sebanyak 25 silinder.

2. Untuk uji Kuat Tarik Belah sebanyak 25 silinder. .

3. Untuk uji Kebisingan sebanyak 20 silinder.

1.5 Tempat Penelitian

Laboratorium Teknologi Beton dan Bahan Rekayasa Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara untuk pengujian tarik dan tekan. Laboratorium

Noise / Vibration Program Magister Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara untuk pengujian kebisingan.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB. I Pendahuluan

Bab ini mencangkup latar belakang penelitian,perumusan masalah,batasan

masalah,maksud dan tujuan penelitian,tempat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB. II dasar teori

Pada bab ini berisikan tentang dasar-dasar teori yang berkaiatan tentang

penelitian

(24)

Pada bab ini berisikan tentang prosedur percobaan yang meliputi

pendahuluan,sistematika penelitian,peralatan,pembuatan benda uji dan

pengujian.

BAB. IV Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini membahas tentang hasil dari percobaan kuat tekan dan tarik

belah dan menganalisis data yang diperoleh.

BAB. V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dan

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Umum

Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton ini di dapatkan

dengan cara mencampur agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), atau jenis

agregat lain dan air, dengan semen portland atau semen hidraulik yang lain, dapat

juga dengan menggunakan bahan tambahan (additive) yang bersifat kimiawi

ataupun fisikal pada perbandingan tertentu, sampai menjadi satu kesatuan yang

homogen. Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan. Pengerasan terjadi

karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air.

Beton yang sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan,

dengan rongga – rongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah), dan diisi oleh batuan kecil (agregat halus atau pasir), dan pori-pori antara agregat

halus diisi oleh semen dan air (pasta semen). Pasta semen juga berfungsi sebagai

perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran – butiran agregat saling terekat dengan kuat sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang padat dan

tahan lama.

Membuat beton sebenarnya tidaklah sederhana hanya sekedar

mencampurkan bahan – bahan dasarnya untuk membentuk campuran yang plastis sebagaimana sering terlihat pada pembuatan bangunan sederhana. Tetapi jika

ingin membuat beton yang baik dalam arti memenuhi persyaratan yang lebih ketat

(26)

cara –cara memperoleh adukan beton segar (fresh concrete) yang baik dan menghasilkan beton keras (hardened concrete) yang baik pula.

Kelebihan Beton :

1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan

konstruksi,

2. Mampu memikul beban yang berat,

3. Tahan terhadap temperatur yang tinggi, dan

4. Biaya pemeliharaan yang kecil.

Kekurangan Beton :

1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah,

2. Pelaksanaan pekerja membutuhkan ketelitianyang tinggi,

3. Berat

4. Daya pantul suara yang besar.

( Tri Mulyono, 2003 )

2.1.1 Beton segar (Fresh Concrete)

Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, diangkut,

dituang, dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi segregasi (pemisahan

(27)

Tiga hal penting yang harus di perhatikan dari sifat - sifat beton segar

yaitu: kemudahan pengerjaan (workabilitas), pemisahan kerikil (segregation), pemisahan air (bleeding).

2.1.1.1 Kemudahan Pengerjaan (Workability)

Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan atau kesulitan adukan

untuk diaduk, diangkut, dituang, dan dipadatkan.

Unsur-unsur yang mempengaruhi workabilitas yaitu :

a) Jumlah air pencampur.

Semakin banyak air yang dipakai makin mudah beton segar itu dikerjakan

(namun jumlahnya tetap diperhatikan agar tidak terjadi segregasi)

b) Kandungan semen.

Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara

pengerjaan adukan betonnya, karena pasti diikuti dengan penambahan air

campuran untuk memperoleh nilai f.a.s (faktor air semen) tetap.

c) Gradasi campuran pasir dan kerikil.

Bila campuran pasir dan kerikil mengikuti gradasi yang telah disarankan

oleh peraturan maka adukan beton akan mudah dikerjakan. Gradasi adalah

distribusi ukuran dari agregat berdasarkan hasil persentase berat yang lolos

pada setiap ukuran saringan dari analisa saringan.

d) Bentuk butiran agregat kasar

Agregat berbentuk bulat-bulat lebih mudah untuk dikerjakan.

e) Cara pemadatan dan alat pemadat.

(28)

kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih sedikit

daripada jika dipadatkan dengan tangan.

Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump

yang didasarkan pada ASTM C 143-74. Percoban ini menggunakan corong

baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya, yang disebut

kerucut Abrams. Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atas berdiameter

10 cm, dan tinggi 30 cm (disebut sebagai kerucut Abrams), seperti yang

ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerucut Abrams

2.1.1.2 Pemisahan Kerikil( Segregation)

Beton cair bisa dipandang sebagai suatu suspensi butir agregatdi dalam

matriks mortar semen. Bila kohesi tidak cukup untuk menahan partikel dalam

suspensi maka akan terjadi segregasi. Campuran beton yang tersegregasi adalah

sukar atau tidak mungkin dituang, tidak seragam, sehingga kualitasnya jelek.

Segregasi dapat terjadi karena turunnya butiran ke bagian bawah dari

(29)

dan pemadatan yang salah. Segregasi tidak bisa diujikan sebelumnya, hanya dapat

dilihat setelah semuanya terjadi.

Faktor – faktor yang menyebabkan segregasi adalah :

a. Ukuran partikel yang lebih besar dari 25 mm,

b. Berat jenis agregat kasar yang berbeda dengan agregat halus,

c. Kurangnya jumlah material halus dalam campuran,

d. Bentuk butir yang tidak rata dan tidak bulat,

e. Campuran yang terlalu basah atau terlalu kering.

( Paul Nugraha dan Antoni,2007)

Untuk mengurangi kecenderungan segregasi maka diusahakan air yang diberikan

sedikit mungkin, adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian yang terlalu

besar dan cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus mengikuti

cara-cara yang betul.

2.1.1.3 Pemisahan Air (Bleeding)

Perdarahan sering terjadi setelah beton dituang dalam acuan. Bisa dilihat

dengan terbentuknya lapisan air pada permukaan beton. Karena berat jenis semen

lebih dari 3 kali berat jenis air maka butir semen dalam pasta, terutama yang cair,

cenderung turun. Pada beton yang normal dengan konsistensi yang cukup,

bleeding terjadi secara bertahap dengan rembesan seragam pada seluruh

permukaan. Namun pada campuran yang kurus (lean) dan basah, akan membentuk saluran sehingga air bisa mengalir dengan cukup cepat untuk

(30)

Perdarahan bisa dikurangi dengan menambah semen, memakai semen

dengan butir halus, atau menambah pengisi halus (filler) seperti pozzolan. Sayangnya semua upaya di atas akan menambah susut pengeringan dan retak.

Yang paling efektif adalah dengan mengurangi air sambil mempertahankan

kelecakan dengan memakai air entrainment. ( Paul Nugraha, Antoni, 2007)

2.1.2 Beton Keras

Perilaku mekanik beton keras merupakan kemampuan beton di dalam

memikul beban pada struktur bangunan. Kinerja beton keras yang baik

ditunjukkan oleh kuat tekan beton yang tinggi, kuat tarik yang lebih baik, perilaku

yang lebih daktail, kekedapan air dan udara, ketahanan terhadap sulfat dn klorida,

penyusutan rendah dan keawetan jangka panjang.

2.1.2.1 Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton merupakan kekuatan tekan maksimum yang dapat

dipikul beton persatuan luas. Kuat tekan beton normal antara 20 – 40 MPa. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh : faktor air semen (water cement ratio = w/c), sifat

dan jenis agregat, jenis campuran, kelecakan (workability), perawatan (curing)

beton dan umur beton.

1. Faktor Air semen

Faktor air semen (water cement ratio = w/c) sangat mempengaruhi

kuat tekan beton. Semakin kecil nilai w/c nya maka jumlah airnya sedikit

(31)

D.A Abrams pada tahun 1918 menyatakan bahwa untuk material

yang diberikan, kekuatan beton hanya tergantung pada satu faktor saja,

yaitu faktor air semen dari pasta. Ini dinyatakan dengan rumus :

�′ =

(�) ………. (2.1)

Dimana : �′ = kuat tekan pada umur tertentu

A = Konstanta Empiris

B = Konstanta tergantung sifat semen, dan

w/c = Faktor air semen.

Duff dan Abrams (1919) meneliti hubungan antara faktor air

semen dengan kekuatan beton pada umur 28 hari dengan uji silinder

yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton selama

masa perkembangannya (Tri Mulyono, 2003)

2. Sifat dan jenis agregat

(32)

Sifat dan jenis agregat yang digunakan juga berpengaruh terhadap

kuat tekan beton. Semakin tinggi tingkat kekerasan agregat yang

digunakan akan dihasilkan kuat tekan beton yang tinggi. Selain itu

susunan besar butiran agregat yang baik dan tidak seragam dapat

memungkinkan terjadinya interaksi antar butir sehingga rongga antar

agregat dalam kondisi optimum yang menghasilkan beton padat dan kuat

tekan yang tinggi.

3. Jenis Campuran

Jenis campuran beton akan mempengaruhi kuat tekan beton.

Jumlah pasta semen harus cukup untuk melumasi seluruh permukaan

butiran agregat dan mengisi rongga-rongga diantara agregat sehingga

dihasilkan beton dengan kuat tekan yang diinginkan.

4. Perawatan (curing)

Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang

diinginkan, maka beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan

dengan tujuan agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna.

Pada proses hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban

tertentu. Apabila beton terlalu cepat mengering, akan timbul retak-retak

pada permukaannya. Retak-retak ini akan menyebabkan kekuatan beton

(33)

5. Umur Beton

Kuat tekan beton mengalami peningkatan seiring dengan

bertambahnya umur beton. Kuat tekan beton dianggap mencapai 100 %

setelah beton berumur 28 hari. Menurut SNI T-15-1991, perkembangan

kekuatan beton dengan bahan pengikat PC type 1 berdasarkan umur beton

disajikan pada Tabel 2.1 sebagai berikut:

2.1.2.2 Kuat Tarik Beton

Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai kuat tarik yang

sangat kecil dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu 10%–15% f’c. Kuat tarik beton berpengaruh terhadap kemampuan beton di dalam mengatasi

retak awal sebelum dibebani. Pengujian terhadap Kekuatan tarik beton

dapat dilakukan dengan cara:

1. Pengujian tarik langsung,untuk menguji tarik langsung pada

spesimen silinder maupun prisma dilakukan dengan menempelkan

benda uji pada suatu pelat besi dengan lem epoxy. Tepi benda uji

harus digergaji dengan gerinda intan untuk menghilangkan

pengaruh pengecoran atau vibrasi. Beban kecepatan 0,005

MPa/detik sampai runtuh.

Umur beton (hari)

3 7 14 21 28 90 365

(34)

2. Pengujian tarik belah (pengujian tarik beton tak langsung) dengan

menggunakan “Split cylinder test”. Dengan membelah silinder

beton terjadi pengalihan tegangan tarik melalui bidang tempat

kedudukan salah satu silinder dan silinder beton tersebut terbelah

sepanjang diameter yang dibebaninya. Tegangan tarik tidak

langsung dihitung dengan persamaan :

=

2�

��

………

(2.2)

Dimana : T = kuat tarik beton (MPa)

P = beban hancur (N)

l = Panjang spesimen (mm)

d = diameter spesimen (mm)

2.1.2.3 Uji peredaman suara

Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu

bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu

tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan (KepMenLH no 48 tahun 1996) atau semua suara yang tidak

dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja

pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. peredam suara

adalah bahan yang dapat mengurangi kebocoran suara di sebuah ruangan.

(KepMenNaker No 51 tahun 1999)

Uji peredaman suara atau uji kebisingan ini dilakukan dengan

(35)

Sumber kebisingan dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a) Bising interior,

Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau

mesin mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi,

alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada

digedung tersebut seperti kipas angin, motor kompresor pendingin,

pencuci piring dan lain-lain.

b) Bising eksterior,

Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut,

maupun udara, dan alat-alat konstruksi.

Sifat suatu kebisingan ditentukan oleh intensitas suara, frekuensi suara,

dan waktu terjadinya kebisingan.

Reduksi Faktor-Faktor alami penyebab kebisingan, yakni :

a) Jarak

Gelombang bunyi memerlukan waktu untuk merambat. Dalam

kasus di permukaan bumi, gelombang bunyi merambat melalui

udara. Dalam perjalanannya, gelombang bunyi akan mengalami

penurunan intensitas karena gesekan dengan udara.

b) Serapan Udara

Udara mempunyai massa. Udara mengisi ruang kosong diatas

bumi dan digunakan oleh suara untuk merambat. Namun adanya

(36)

suara akan mengalami gesekan dengan udara. Udara yang kering

akan lebih menyerap udara daripada udara lembab, karena adanya

uap air akan memperkecil gesekan antara gelombang bunyi dengan

massa udara. udara yang bersuhu rendah akan lebih menyerap

suara daripada udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah membuat

udara menjadi lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang

bunyi akan lebih besar.

c) Angin

Arah angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang

diterima oleh pendengar. Arah angin yang menuju pendengar akan

mengakibatkan suara terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya.

d) Permukaan Bumi

Permukaan bumi yang berupa tanah dan rumput, merupakan

barrier yang sangat alami. Suara yang datang akan terserap

langsung. Sebaliknya, permukaan yang tertutup aspal jalan atau

konblok akan langsung memantulkan bunyi.

Bahan peredam suara untuk mengurangi kebisingan dapat menggunakan

bahan jadi yang sudah ada ataupun membuatnya sendiri, diantara

bahan-bahan yang sudah ada tersebut antara lain adalah bahan-bahan berpori, resonator dan

panel (Lee, 2003), sementara material yang sering digunakan adalah glasswool

(37)

Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien

penyerapan bahan terhadap bunyi), semakin besar α maka semakin baik

digunakan sebagai peredam suara. Nilai α berkisar antara 0 sampai 1, jika α bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap, sedangkan jika α bernilai 1

artinya 100% bunyi yang datang diserap oleh bahan.

Material komposit alami (indigenous materials) seperti serat batang kelapa sawit (oil palm frond fiber), sekam padi (rice husk), serabut kelapa (coconut fiber), eceng gondok (eichhornia crassipes), dan serat nenas mempunyai potensi komersial yang sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai material pengganti

komposit serat kaca (glass fiber). Hal ini dikarenakan harga yang relative rendah, proses yang sederhana dan juga jumlahnya yang melimpah di sekitar lingkungan

kita

Serat-serat yang telah digunakan dan diteliti untuk meredam kebisingan

(bunyi) antara lain serat bamboo, jerami, sabut kelapa. Dalam penelitian ini

menggunakan jerami padi sebagai tambahan di dalam campuran beton sebagai

benda uji pada uji peredaman suara atau kebisingan.

Pengurangan kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan

memodifikasi mesin atau menempatkan peredam pada sumber bising.

Pengurangan kebisingan pada media transmisi dapat dilakukan dengan modifikasi

ruangan dan penyusunan panel-panel partisi absorber yang baik antara sumber

bising dan manusia. Pengendalian kebisingan pada penerima dilakukan dengan

memproteksi telinga. Salah satu metode reduksi bising seperti yang telah

disebutkan di atas adalah dengan menggunakan bahan penyerap suara/absorber.

(38)

metode pengendalian bising. Selama ini panel penyerap suara yang dikembangkan

menggunakan serat absorber sintetis yang diimpor sehingga harganya menjadi

mahal. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan material

absorber yang mempunyai kualitas baik dengan bahan baku yang terbuat dariserat

alami dan tersedia melimpah di sekeliling kita. Karakteristik akustik dan mekanis

suatu material komposit dapat diketahui dengan melakukan suatu pengujian.

Pengujian akustik suatu material merupakan suatu proses untuk menentukan

sifat-sifat akustik, yang berupa koefisien penyerapan, refleksi, impedansi, dan

transmission loss suara. Untuk menghasilkan produk yang rendah bising maka pengujian karakteristik akustik suatu material menjadi langkah utama dalam

menentukan karakteristik akustik suatu bahan. Metode yang dapat digunakan

untuk menentukan sifat akustik dari bahan komposit adalah pengujian/penelitian

dengan menggunakan tabung impedansi.

2.2.2 Bahan Penyusun Beton

2.2.3 Semen

2.2.1.1 Umum

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam

pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan

menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi

mortar, sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran

(39)

Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk

suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat.

Adapun sifat-sifat fisik semen yaitu :

a. Kehalusan Butir

Kehalusan semen mempengaruhi waktu pengerasan pada semen.

Secara umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton

segar dan dapat mengurangi bleeding (kelebihan air yang bersama

dengan semen bergerak ke permukaan adukan beton segar), akan tetapi

menambah kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan

mempermudah terjadinya retak susut.

b. Waktu ikatan

Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sutu

tahap dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu

tersebut terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu dari

pencampuran semen dengan air sampai saat kehilangan sifat

keplastisannya disebut waktu ikat awal, dan pada waktu sampai

pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikat akhir. Pada

semen portrland biasanya batasan waktu ikaran semen adalah :

 Waktu ikat awal > 60 menit

 Waktu ikat akhir > 480 menit

Waktu ikatan awal yang cukup awal diperlukan untuk pekerjaan beton,

yaitu waktu transportasi, penuanga, pemadatan, dan perataan

(40)

c. Panas hidrasi

Silikat dan aluminat pada semen bereaksi dengan air menjadi media

perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi

membentuk media perekat ini disebut hidrasi.

d. Pengembangan volume (lechathelier)

Pengembangan semen dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beon,

karena itu pengembangan beton dibatasi sebesar ± 0,8 % (A.M Neville,

1995). Akibat perbesaran volume tersebut , ruang antar partikel

terdesak dan akan timnul retak – retak.

2.2.1.2 Semen Portland

Semen Portland adalah suatu bahan pengikat hidrolis (hydraulic binder) yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih

bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling

bersama-sama dengan bahan utamanya.

2.2.1.3 Jenis Semen Portland

Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai

kualitas tertentu yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif.

Jenis Portland semen yang digunakan ada 5 jenis yaitu : I, II, III, IV, V.

a. Tipe I

semen portland untuk tujuan umum. Jenis ini paling diproduksi

(41)

b. Tipe II

Semen Portland modifikasi, adalah tipe yang sifatnya setengah tipe

IV dan setengah tipe V (moderat). Belakangan lebih banyak

diproduksi sebagai pengganti tipe IV.

c. Tipe III

Semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan 28 hari

umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum

dipakai ketika acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika

struktur harus dapat cepat dipakai.

d. Tipe IV

Semen Portland dengan panas hidrasi rendah, yang dipakai untuk

kondisi dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus

minimum. Misalnya pada bangunan masif seperti bendungan

gravitasi yang besar. Pertumbuhan kekuatannya lebih lambat dari

pada semen tipe I.

e. Tipe V

Semen Portland tahan sulfat, yang dipakai untuk menghadapi aksi

sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah di mana tanah atau

airnya memiliki kandungan sulfat yang tinggi.

Jenis- jenis semen tersebut mempunyai laju kenaikan kekuatan yang

(42)

Gambar 2.3 Perkembangan kekuatan tekan mortar untuk berbagai tipe Portland

semen (Tri Mulyono, 2003)

2.2.2 Agregat

2.2.2.1 Umum

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi

dalam campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya

sangat tinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari volume beton. Walaupun fungsinya

hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar sehingga

karakteristik dan sifat agregat memiliki pengaruh langsung terhadap sifat-sifat

beton.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam

atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Ukuran antara

agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih

(43)

dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat yang digunakan dalam campuran beton

biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm.

2.2.2.2 Jenis Agregat

Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat

buatan (pecahan). Agregat alam dan pecahan inipun dapat dibedakan berdasarkan

beratnya, asalnya, diameter butirnya (gradasi), dan tekstur permukaannya.

Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu

agregat kasar dan agregat halus.

1. Agregat Halus

Agregat halus (pasir) adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan

pengisi dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5

mm atau lolos saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat halus

(pasir) berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan

yang dihasilkan dari alat pemecah batu (stone crusher).

Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi spesifikasi yang telah

ditetapkan oleh ASTM. Jika seluruh spesifikasi yang ada telah terpenuhi maka

barulah dapat dikatakan agregat tersebut bermutu baik. Adapun spesifikasi

tersebut adalah :

a. Susunan Butiran ( Gradasi )

Agregat halus yang digunakan harus mempunyai gradasi yang baik,

karena akan mengisi ruang-ruang kosong yang tidak dapat diisi oleh

material lain sehingga menghasilkan beton yang padat disamping untuk

mengurangi penyusutan. Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari

(44)

angka Fine Modulus. Melalui Fine Modulus ini dapat digolongkan 3 jenis

pasir yaitu :

 Pasir Kasar : 2.9 < FM < 3.2

 Pasir Sedang : 2.6 < FM < 2.9

 Pasir Halus : 2.2 < FM < 2.6

Selain itu ada juga batasan gradasi untuk agregat halus, sesuai dengan

ASTM C 33 – 74 a. Batasan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Batasan Gradasi untuk Agregat Halus

Ukuran Saringan ASTM Persentase berat yang lolos pada

tiap saringan

9.5 mm (3/8 in) 100

4.76 mm (No. 4) 95 – 100

2.36 mm ( No.8) 80 – 100

1.19 mm (No.16) 50 – 85

0.595 mm ( No.30 ) 25 – 60

0.300 mm (No.50) 10 – 30

0.150 mm (No.100) 2 – 10

b. Kadar Lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron ( ayakan

no.200 ), tidak boleh melebihi 5 % ( ternadap berat kering ). Apabila kadar

Lumpur melampaui 5 % maka agragat harus dicuci.

c. Kadar Liat tidak boleh melebihi 1 % ( terhadap berat kering )

d. Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organic yang akan

(45)

menghasilkan warna yang lebih tua dari standart percobaan Abrams – Harder dengan batas standarnya pada acuan No 3.

e. Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan

mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan

dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif

terhadap alkali dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan

pemuaian yang berlebihan di dalam mortar atau beton dengan semen kadar

alkalinya tidak lebih dari 0,60% atau dengan penambahan yang bahannya

dapat mencegah pemuaian.

f. Sifat kekal ( keawetan ) diuji dengan larutan garam sulfat :

 Jika dipakai Natrium – Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %.

 Jika dipakai Magnesium – Sulfat, bagiam yang hancur maksimum 15%.

2. Agregat Kasar

Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri dari

butiran yang beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga akibat

ukuran yang besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen atau

penggunaan semen yang minimal.

Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi

(46)

1. Susunan butiran (gradasi)

Agregat kasar harus mempunyai susunan butiran dalam batas-batas

seperti yang terlihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Susunan Besar Butiran Agregat Kasar (ASTM, 1991)

Ukuran Lubang Ayakan

(mm)

Persentase Lolos Kumulatif

(%)

38,10 95 – 100

19,10 35 – 70

9,52 10 – 30

4,75 0 – 5

2. Agregat kasar yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami

basah dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah

basah, tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali dalam

semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang

berklebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap alkali

dapat dipakai untuk pembuatan beton dengan semen yang kadar alkalinya

tidak lebih dari 0,06% atau dengan penambahan bahan yang dapat mencegah

terjadinya pemuaian.

3. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori

atau tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruk cuaca seperti terik matahari

(47)

4. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no.200),

tidak boleh melebihi 1% (terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur

melebihi 1% maka agregat harus dicuci.

5. Kekerasan butiran agregat diperiksa dengan bejana Rudellof dengan beban

penguji 20 ton dimana harus dipenuhi syarat berikut:

 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19,1 mm lebih dari 24%

berat.

 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19,1 - 30 mm lebih dari 22%

berat.

6. Kekerasan butiran agregat kasar jika diperiksa dengan mesin Los Angeles

dimana tingkat kehilangan berat lebih kecil dari 50%.

2.2.3 Air

Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air diperlukan

untuk bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas antar butir-butir

agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Kandungan air yang rendah

menyebabkan beton sulit dikerjakan (tidak mudah mengalir), dan kandungan air

yang tinggi menyebabkan kekuatan beton akan rendah serta betonnya porous.

Air yang digunakan sebagai campuran harus bersih, tidak boleh

mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat

merusak beton.

Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai

berikut :

(48)

b. Tidak mengandung garam-garamm yang dapat merusak beton (asam, zat

organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.

c. Tidak mengandungf klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.

d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk

pengadukan, tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang

merusak warna permukaan beton. Besi dan zat organis dalam air umumnya

sebagai penyebab utama pengotoran atau perubahan warna, terutama jika

perawatan cukup lama.

Sumber air pada penelitian ini adalah jaringan PDAM Tirtanadi yang

terdapat di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

2.2.4 Bahan Tambahan

2.2.4.1 Umum

Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat atau selama percampuran berlangsung. Fungsi

dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih

cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.

Admixture atau bahan tambah yang didefenisikan dalam Standard Definitions of terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM C.125-1995:61) dan dalam Cement and Concrete Terminology (ACI SP-19) adalah sebagai material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan

(49)

berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik

dari beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, mempercepat

pengerasan, menambah kuat tekan, penghematan, atau untuk tujuan lain seperti

penghematan energi.

Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat dari

penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan

agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan dipakai di lapangan.

Untuk bahan tambah yang merupakan bahan tambah kimia harus memenuhi

syarat yang diberikan dalam ASTM C.494, “Standard Spesification for Chemical

Admixture for Concrete”.

Untuk memudahkan pengenalan dan pemilihan admixture, perlu diketahui terlebih dahulu kategori dan penggolongannya, yaitu :

1. Air entraining Agent (ASTM C 260), yaitu bahan tambah yang ditujukan untuk membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1 mm atau lebih

kecil didalam beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud

mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambah

ketahanan

awal pada beton.

2. Chemical admixture (ASTM C 494), yaitu bahan tambah cairan kimia yang ditambahkan untuk mengendalikan waktu pengerasan (memperlambat atau

mempercepat), mereduksi kebutuhan air, menambah kemudahan pengerjaan

beton, meningkatkan nilai slump dan sebagainya.

(50)

mineral ini lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja tekan beton,

sehingga bahan ini cendrung bersifat penyemenan.

Keuntunganannya antara lain : memperbaiki kinerja workability, mempertinggi kuat tekan dan keawetan beton, mengurangi porositas dan daya

serap air dalam beton. Beberapa bahan tambah mineral ini adalah pozzolan, fly ash, slang, dan silica fume.

4. Miscellanous admixture (bahan tambah lain), yaitu bahan tambah yang tidak termasuk dalam ketiga kategori diatas seperti bahan tambah jenis polimer

(polypropylene, fiber mash, serat bambu, serat kelapa dan lainnya), bahan pencegah pengaratan dan bahan tambahan untuk perekat (bonding agent).

2.2.4.2 Alasan Penggunaan Bahan Tambahan

Penggunaan bahan tambahan harus didasarkan pada alasan-alasan yang

tepat misalnya untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu pada beton. Pencapaian

kekuatan awal yang tinggi, kemudahan pekerjaan, menghemat harga beton,

memperpanjang waktu pengerasan dan pengikatan, mencegah retak dan lain

sebagainya. Para pemakai harus menyadari hasil yang diperoleh tidak akan sesuai

dengan yang diharapkan pada kondisi pembuatan beton dan bahan yang kurang

baik.

Keuntungan penggunaan bahan tambah pada sifat beton, antara lain :

a. Pada beton segar (fresh concrete)  Memperkecil faktor air semen

 Mengurangi penggunaan air.

(51)

 Memudahkan dalam pengecoran.

 Memudahkan finishing.

b. Pada beton keras (hardened concrete)  Meningkatkan mutu beton

 Kedap terhadap air (low permeability).  Meningkatkan ketahanan beton (durability).  Berat jenis beton meningkat.

2.2.4.3 Perhatian Penting dalam Penggunaan Bahan Tambahan

Penggunaan bahan tambah di lapangan sering menimbulkan

masalah-masalah tidak terduga yang tidak mengguntungkan, karena kurangnya

pengetahuan tentang interaksi antara bahan tambahan dengan beton. Untuk

mengurangi dan mencegah hal yang tidak terduga dalam penggunaan bahan

tambah tersebut, maka penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton

harus dikonfirmasikan dengan standar yang berlaku dan yang terpenting adalah

memperhatikan dan mengikuti petunjuk dalam manualnya jika menggunakan

bahan “paten” yang diperdagangkan.

a. Mempergunakan bahan tambahan sesuai dengan spesifikasi ASTM

(American Society for Testing and Materials) dan ACI (American Concrete International).

Parameter yang ditinjau adalah :

 Pengaruh pentingnya bahan tambahan pada penampilan beton.

 Pengaruh samping (side effect) yang diakibatkan oleh bahan tambahan. Banyak bahan tambahan mengubah lebih dari satu sifat beton,

(52)

 Sifat-sifat fisik bahan tambahan.

 Konsentrasi dari komposisi bahan yang aktif, yaitu ada tidaknya

komposisi bahan yang merusak seperti klorida, sulfat, sulfide,

phosfat, juga nitrat dan amoniak dalam bahan tambahan.

 Bahaya yang terjadi terhadap pemakai bahan tambahan.

 Kondisi penyimpanan dan batas umur kelayakan bahan tambahan.

 Persiapan dan prosedur pencampuran bahan tambahan pada beton

segar.

 Jumlah dosis bahan tambahan yang dianjurkan tergantung dari kondisi

struktural dan akibatnya bila dosis berlebihan.

 Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah karakteristik beton

misalnya FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan.

b. Mengikuti petunjuk yang berhubungan dengan dosis pada brosur dan

melakukan pengujian untuk mengontrol pengaruh yang didapat.

Biasanya percampuran bahan tambahan dilakukan pada saat percampuran

beton. Karena kompleksnya sifat bahan tambahan beton terhadap beton, maka

interaksi pengaruh bahan tambahan pada beton, khususnya interaksi pengaruh

bahan tambahan pada semen sulit diprediksi. Sehingga diperlukan percobaan

pendahuluan untuk menentukan pengaruhnya terhadap beton secara keseluruhan.

2.2.4.4 Jerami Padi

Jerami merupakan batang padi yang terdiri dari batang, pucuk,kelopak

daun dan daun (Muchji, 1982) dan kaya akan serat kasar (roughage). Kandungan

(53)

dapat bertindak sebagai perekat. Penggunaan jerami campur untuk tembok

mempunyai keuntungan sebagai insulasi dan mudah untuk dipaku.

(Stainforth,1979 dalam Budi, 1991).

Dengan sifat yang dimiliki tersebut, perlu dikembangkan penggunaan

jerami karena potensinya cukup besar dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.

Pada penelitian ini jerami padi digunakan sebagai bahan tambah pada campuran

beton dengan harapan dapat meningkatkan sifat mekanik beton dan juga sebagai

peredam suara.

(a) (b) (c)

Gambar 2.4 : (a) Batang utama tanaman padi yang menunjukkan kondisi fisik

Jerami;

(b) Tanaman padi belum siap panen;

(c) Tanaman padi siap panen.

Adapun persyaratan jenis jerami yang baik untuk digunakan (Lacinski &

Bergeron,2000):

1. Memiliki tingkat kekeringan yang cukup (Kandungan air hanya 14 -16%

saja).Idealnya digunakan jerami hasil panen saat musim kering dan

langsung dijemur. Jangan sampai terkena hujan atau percikan air

sekalipun. Jerami yang mengandung terlalu banyak air potensial untuk

(54)

2. Nampak cemerlang pada kulitnya sebagai pertanda memiliki kekuatan

yang cukup dan belum mengempis rongga udaranya. Memiliki warna

kuning cerah, sebagai pertanda belum lama dipanen. Bila terlalu lama

disimpan warnanya berubah menjadi pucat atau lebih tua, tergantung pada

cara penyimpanan. Masa penyimpanan yang lama dapat menyebabkan

rongga udara mengempis. Untuk mengetahui apakah jerami masih baru

saja dipanen atau lama disimpan, selain dengan jalan menunggui proses

pemanenan juga dapat diketahui melalui bau yang ditimbulkan jerami.

Jerami baru panen tidak berbau dan bila telah lama disimpan

menghasilkan bau yang kurang sedap. Cek kepadatan jerami dapat juga

dilakukan dengan menumpuknya kemudian diinjak, bila segera

mengempis berarti kualitasnya kurang baik. Namun bila mengempis sesaat

kemudian kembali lagi, berarti kualitasnya baik.

3. Ketebalan (diameter rongga) jerami secara rata – rata adalah sama, oleh karenanya yang perlu dipilih adalah panjang batang utama. Diperkirakan

dibutuhkan panjang batang utama sekitar 20 cm, setelah dibersihkan dari

cabang – cabangnya.

4. Memiliki berat yang secara rata – rata sama. Pengujian dapat dilakukan dengan mengambil kira – kira 20-30 batang kemudian ditimbang, demikian ambil lagi 20-30 batang yang lain kemudian ditimbang.

(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Umum

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental

yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara. Secara umum urutan tahap penelitian meliputi :

a. Penyediaan bahan penyusun beton.

b. Pemeriksaan bahan.

c. Perencanaan campuran beton (Mix Design). d. Pembuatan benda uji.

e. Pemeriksaan nilai slump.

f. Pengujian kuat tekan beton umur 28 hari.

g. Pengujian elastisitas beton umur 28 hari.

h. Pengujian kuat tarik beton umur 28 hari

(56)

Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Beton dengan Jerami Padi

Pasir Semen Air Jerami Padi

(Variasi 0% - 20%)

Pencampuran

Pengadukan

Pencetakan

Perendaman

Pengeringan

Pengujian Beton

1. Kuat tekan 2. Kuat Tarik Belah 3. Peredaman Suara

Analisa Data

(57)

3.2 Bahan-bahan penyusun beton

3.2.1 Semen Portland

Semen yang dipakai dalam penelitian ini adalah semen tipe I yang

diproduksi oleh PT. SEMEN PADANG dalam kemasan 1 zak 50 kg.

3.2.2 Agregat Halus

Analisa Ayakan Pasir

a. Tujuan :

Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai modulus

kehalusan pasir (FM)

b. Hasil pemeriksaan :

Modulus kehalusan pasir (FM) : 3.00

Pasir dapat dikategorikan pasir kasar.

c. Pedoman :

Berdasarkan nilai modulus kehalusan (FM), agregat halus dibagi dalam

beberapa kelas, yaitu :

 Pasir halus : 2.20 < FM < 2.60

 Pasir sedang : 2.60 < FM < 2.90

(58)

Pencucian Pasir Lewat Ayakan no.200

a. Tujuan :

Untuk memeriksa kandungan lumpur pada pasir.

b. Hasil pemeriksaan :

Kandungan lumpur : 4.1% < 5% , memenuhi persyaratan.

c. Pedoman :

Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak dibenarkan

melebihi 5% (dari berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 5% maka

pasir harus dicuci.

Pemeriksaan Kandungan Organik

a. Tujuan :

Untuk memeriksa kadar bahan organik yang terkandung di dalam pasir.

b. Hasil pemeriksaan :

Warna kuning terang (standar warna no.3), memenuhi persyaratan.

c. Pedoman :

Standar warna no.3 adalah batas yang menentukan apakah kadar bahan

organik pada pasir lebih kurang dari yang disyaratkan.

Pemeriksaan Clay Lump Pada Pasir

a. Tujuan :

Untuk memerisa kandungan liat pada pasir.

b. Hasil pemeriksaan :

(59)

c. Pedoman :

Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1%

(dari berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus dicuci.

Pemeriksaan Berat Isi Pasir

a. Tujuan :

Untuk menentukan berat isi (unit weight) pasir dalam keadaan padat dan longgar.

b. Hasil pemeriksaan :

Berat isi keadaan rojok / padat : 1239,48 kg/m3.

Berat isi keadaan longgar : 1207,54 kg/m3.

c. Pedoman :

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi pasir dengan cara merojok

lebih besar daripada berat isi pasir dengan cara menyiram, hal ini berarti

bahwa pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan

mengetahui berat isi pasir maka kita dapat mengetahui berat pasir dengan

hanya mengetahui volumenya saja.

Pemeriksaan Berat Isi Serat jerami padi

a. Tujuan :

Untuk menentukan berat isi (unit weight) pasir dalam keadaan padat dan longgar.

b. Hasil pemeriksaan :

(60)

c. Pedoman :

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi serat jerami padi dengan cara

menyiram, hal ini berarti bahwa pasir akan lebih padat bila dirojok daripada

disiram. Dengan mengetahui berat isi jerami padimaka kita dapat mengetahui

berat jerami padi dengan hanya mengetahui volumenya saja.

Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir

a. Tujuan :

Untuk menetukan berat jenis (specific grafity) dan penyerapan air (absorbsi) pasir.

b. Hasil pemeriksaan :

 Berat jenis SSD : 2.48 ton/m3.

 Berat jenis kering : 2.42 ton/m3.

 Berat jenis semu : 2.57 ton/m3.

 Absorbsi : 2.35%

c. Pedoman :

Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam keadaan

SSD dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD (Saturated Surface Dry) dimana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering, keadaan pasir kering dimana pori-pori pasir berisikan udara

tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu

dimana pasir basah total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan

air adalah persentase dari berat pasir yang hilang terhadap berat pasir kering

Gambar

Gambar 2.2 Hubungan  antara  faktor  air  semen dengan kekuatan beton selama
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Beton dengan Jerami Padi
Gambar 3.2 Jerami kering
Gambar 3.3 Benda Uji Silinder
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian nilai kuat tekan, modulus elastisitas, dan kuat tarik belah beton pada umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari, sebagian besar hasil

Grafik kuat tarik belah beton Pada Gambar 10 dapat dilihat kuat tarik belah beton mengalami perubahan peningkatan dan penurunan akibat pengaruh panjang serat kulit

Gambar 5 menunjukan nilai kuat lentur yang diperoleh pada papan beton ringan variasi persentase sekam padi. Dapat dilihat bahwa penurunan nilai kuat lentur seiring dengan

Grafik kuat tarik belah beton Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa kuat tarik belah beton akan mengalami peningkatan seiring dengan penambahan serat polypropylene ke dalam

Semakin banyak penambahan abu jerami padi sebagai bahan subtitusi parsial semen dalam campuran beton, nilai kuat tekan semakin menurun, tetapi pada penggunaan

Peningkatan kuat tekan yang paling besar adalah variasi III sebesar 8,333% dari beton normal.. Kuat tarik belah yang mengalami peningkatan sebesar 18,414% dari

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan Fly ash sebagai bahan tambah beton normal terhadap sifat mekanik yang ditinjau dari kuat tekan, kuat tarik belah, dan

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan Serat Sekam Padi dapat mengurangi beban pada beton, basil kuat tekan optimum di dapat pada variasi 7,5% di usia 28 Hari dengan Kuat Tekan di