• Tidak ada hasil yang ditemukan

0617021069

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "0617021069"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Dari 4 isolat fungi dari bagasse yang memiliki produksi selulase tertinggi pada pH

4 yang berbeda nyata yaitu Aspergillus spp 2, Penicillium spp1, danPenicillium

spp2sedangkan Aspergillus spp 4tidak berbeda nyata pada pH 4

2. Pada PadaAspergillusspp 2 nilai produksi selulase yang paling tinggi yaitu pada

pH 4 adalah 0.001817 nkat. PadaAspergillusspp 4 produksi selulase yang

paling tinggi pada pH 4 sebesar 0.001725 nkat. PadaPenicilliumspp.1 produksi

selulase maksimum sebesar 0.001766 nkat pada pH 4. Pada Penicilliumspp.2

produksi selulase maksimum berada pada pH 4 sebesar 0.001908 nkat.

B. Saran

Pada penelitian yang telah dilakukan, pH 4 merupakan pH optimum untuk produksi

enzim selulase dari fungi selulolitik yang berasal dari bagasse. Untuk itu, perlu

dilakukan uji lanjut dengan interval pH yang lebih kecil untuk mengetahui kenaikan

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fungi selulolitik merupakan fungi yang mampu mendegradasi bahan polimer

alami seperti selulosa (Irawan, 2009). Menurut Leschine (1995) fungi

selulolitik merupakan mikroorganisme yang memegang peranan penting di

biosfer dalam mendaur ulang selulosa. Oleh karena itu, bahan-bahan yang

mengandung selulosa seperti limbah kelapa sawit, batang pohon pisang, dan

dedak dapat ditumbuhi oleh fungi selulolitik (Irawan, 2008; Kamara, 2006;

Soeka dan Dudi, 1992).

Selulosa merupakan senyawa organik yang paling banyak tersedia bagi nutrisi

fungi (Deacon, 1997). Senyawa selulosa merupakan polimer rantai lurus

glukosa yang tersusun atas unit-unitanhydro-1,4-glucoseyang dihubungkan

oleh ikatan - glikosidik. Selulosa memiliki struktur kristalin dan amorf.

Struktur kristalin sulit didegradasi sedangkan struktur amorf merupakan

struktur yang mudah untuk didegradasi (Hidayat, 2005). Untuk mendegradasi

struktur selulosa dapat dilakukan secara kimiawi dan biologi. Secara biologi

(3)

Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi selulase adalah pH media

fermentasi. pH berhubungan erat dengan konsentrasi ion hidrogen. Ion

hidrogen akan mengikat molekul enzim sehingga mempengaruhi gugus

fungsional enzim yang disintesis oleh fungi (Wijaya, 2006). Menurut Fardiaz

(1992), di dalam media fermentasi, mikrofungi dapat tumbuh pada kisaran

pH 2,8-8,5 tetapi pertumbuhan mikrofungi akan lebih baik pada kondisi asam

yakni pada pH 5,5-6.

Pada dasarnya, fungi membutuhkan pH spesifik pada substrat yang berbeda

untuk memproduksi selulase. Menurut Garg dan Neeklantan (1981), selulase

dapat diproduksi dengan maksimal pada pH interval 3-6 tergantung dengan

jenis substrat enzim tersebut. Contohnya, fungi Aspergilus nigeryang berasal

dari jagung dan beras memiliki pH yang berbeda dalam memproduksi enzim

selulase secara maksimal yaitu pada pH 3 dan 4 (Milala dkk, 2005). Oleh

karena itu, fungi selulolitik memproduksi enzim selulase secara maksimal

dipengaruhi oleh jenis substrat.

Di dalam memproduksi enzim selulase, fungi selulolitik yang tumbuh pada

substrat yang berbeda memiliki pH optimum yang berbeda, misalnya

(4)

enzim selulase dengan maksimal pada pH 5,Trichoderma lignorumyang

berasal dari pisang limbah pertanian dapat menghasilkan enzim selulase yang

maksimal pada pH 5,6-5,8, danT. harjanumyang berasal dari bonggol jagung

mampu memproduksi enzim selulase dengan maksimal pada pH 5,5 (Singh,

dkk., 2009; Baig, 2004; Sibtain dkk, 2009). Berdasarkan penelitian Arivo

(2010), diperoleh 10 isolat fungi selulolitik yang berasal dari bagasse.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang aspek pH

dalam produksi enzim selulase oleh fungi selulolitik pada substrat bagasse

karena hingga saat ini informasi tersebut belum begitu banyak diketahui.

Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengujian tentang pengaruh

berbagai pH awal media terhadap produksi enzim selulase dari isolat fungi

yang berasal dari bagasse. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pH

optimum pada produksi enzim dari isolat fungi yang berbeda.

B. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh berbagai pH awal media fermentasi terhadap

pembentukan enzim selulase dari isolat fungi pada media bagasse.

(5)

bagasse.

D. Kerangka Pikir

Enzim induktif merupakan enzim yang diproduksi apabila terdapat substrat

atau senyawa tertentu. Pada dasarnya, substrat dibutuhkan oleh fungi sebagai

sumber energi. Substrat yang memiliki molekul besar akan diubah terlebih

dahulu menjadi molekul kecil dengan mensekresi enzim ekstraseluler

sehingga dapat melewati dinding sel fungi.

Salah satu organisme yang mampu mensekresi enzim ekstraseluler adalah

fungi. Enzim ekstraseluler yang disekresi oleh fungi antara lain enzim

selulase. Enzim selulase merupakan enzim yang diproduksi oleh

mikroorganisme selulolitik untuk mendegradasi selulosa.

Fungi mendegradasi selulosa sebagai sumber nutrien untuk dapat

melangsungkan proses metabolisme sehingga dapat menghasilkan suatu

metabolit. Salah satu hasil dari metabolit yang dihasilkan oleh fungi

selulolitik adalah enzim selulase. Proses pembentukan enzim selulase

dipengaruhi oleh pH, ketersediaan substrat, dan transport elektron. pH media

(6)

transport zat oleh membran. Substrat akan menginduksi enzim untuk

disekresi dari sitoplasma agar enzim selulase dapat memecah glukosa.

Sekresi enzim terjadi pada saat ion H+ ditransport ke lingkungan

ekstraseluler. Enzim yang disintesis di sitoplasma akan dibawa keluar sel

oleh protein transport. pH media yang rendah dapat menyebabkan

konsentrasi ion hidrogen semakin meningkat karena akan semakin banyak

ion H+yang masuk melalui membran. Masuknya ion H+ ke dalam membran

tentunya dapat mempengaruhi produksi enzim selulase di sitoplasma

sedangkan ion H+yang keluar dapat mempengaruhi sekresi enzim selulase.

Secara umum, fungi selulolitik dapat memproduksi enzim pada rentang pH

2-9 di dalam medium produksi. Dari penelitian sebelumya yang dilakukan oleh

Arivo (2010), diperoleh 10 isolat fungi selulolitik yang berasal dari bagasse.

Isolat-isolat fungi selulolitik tersebut belum diketahui pH awal fermentasi

terbaik untuk produksi enzim.

E. Hipotesis

Isolat fungi dari bagasse mampu memproduksi enzim selulase yang lebih baik

Referensi

Dokumen terkait

isolat menghasilkan enzim selulase, 5 isolat enghasilkan enzim e, mn tidak terdapat isoiat yang dapat mengasilkan· enzim endesi kitin atau kitosan.. Terdapat pula

Hasil percobaan menunjukkan bahwa substrat jerami dapat digunakan untuk memproduksi enzim selulase oleh Aspergillus niger dengan kadar protein (enzim) tertinggi

Berdasarkan hasil penetian, diketahui bahwa proses hidrolisis dengan penambahan enzim selulase, kondisi awal fermentasi pH 5 dan penambahan inokulum bakteri Clostridium

Berdasarkan hasil penetian, diketahui bahwa proses hidrolisis dengan penambahan enzim selulase, kondisi awal fermentasi pH 5 dan penambahan inokulum bakteri Clostridium

Abstrak: Pemurnian awal enzim selulase yang berasal dari isolat KB kompos termofilik Desa Bayat Klaten menggunakan fraksinasi amonium sulfat perlu dilakukan agar

Berdasarkan hasil penetian, diketahui bahwa proses hidrolisis dengan penambahan enzim selulase, kondisi awal fermentasi pH 5 dan penambahan inokulum bakteri Clostridium

Serta dapat diketahui karakterisasi enzim L- asparaginase melalui pH optimum, suhu optimum, dan aktivitas enzim L- asparaginase yang berasal dari isolat fungi endofit

Hasil dan Pembahsan Aktivitas enzim protease fungi secara kualitatif Scrining awal isolat fungi dari alpukat dan dari kelapa menunjukkan aktivitas proteolitik yang ditandai