• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEPADATAN POPULASI KUTU PERISAI (Aulacaspis tegalensis Zehntner) DAN INTENSITAS SERANGANNYA PADA BEBERAPA VARIETAS TEBU DI PT GUNUNG MADU PLANTATIONS LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEPADATAN POPULASI KUTU PERISAI (Aulacaspis tegalensis Zehntner) DAN INTENSITAS SERANGANNYA PADA BEBERAPA VARIETAS TEBU DI PT GUNUNG MADU PLANTATIONS LAMPUNG TENGAH"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEPADATAN POPULASI KUTU PERISAI (Aulacaspis tegalensis Zehntner) DAN INTENSITAS SERANGANNYA

PADA BEBERAPA VARIETAS TEBU DI PT GUNUNG MADU PLANTATIONS LAMPUNG TENGAH

oleh Syarif Hidayat

Aulacaspis tegalensis Zehntner (Hemiptera : Diaspididae) merupakan salah satu hama penting tanaman tebu (Saccharum officinarum). Kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama ini adalah penurunan hasil yang dinyatakan dengan berat batang brix, pol, dan purity. Mengingat tingginya tingkat kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan A. tegalensis, perlu dilakukan usaha pengendalian yang dirancang berdasarkan informasi biologi, dinamika populasi, serta pengaruh populasi hama terhadap intensitas kerusakan yang ditimbulkannya. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh ketahanan varietas tebu terhadap kepadatan populasi hama A. tegalensis dan hubungannya dengan intensitas serangannya.

(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas yang diduga tahan terhadap kutu perisai (GMP-3), memiliki kepadatan populasi dan intensitas serangan terendah (kepadatan populasi 2-55 ekor/batang, intensitas serangan 0,8-2,7%). Varietas ini memiliki struktur pelepah yang melekat rapat dan lebih sulit dikelupas. Sementara itu, varietas GP-11 memiliki struktur pelepah yang cenderung membuka sehingga lebih mudah untuk dilakukan pengelupasan; sedangkan varietas GP-11 memiliki kepadatan populasi 23-169 ekor/batang, intensitas serangannya 1,8-2,8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat nilai koefisien korelasi positif pada ketiga varietas, (RGM 00-869 (R² = 0,385 ; y= 0,003x + 2,181), GP-11 (R² = 0,191 ; y = 0,003x + 2,054), GMP-3 (R² = 0,902 ; y = 0,030x +0,973)) antara kepadatan populasi dan intensitas serangan A. tegalensis.

(3)
(4)

HUBUNGAN ANTARA KEPADATAN POPULASI KUTU PERISAI (Aulacaspis tegalensis Zehntner) DAN INTENSITAS SERANGANNYA

PADA BEBERAPA VARIETAS TEBU DI PT GUNUNG MADU PLANTATIONS LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

SYARIF HIDAYAT

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pola pengambilan sampel dalam lokasi penelitian. ... 14 2. Tindakan pengelupasan pelepah daun pada ruas batang tebu. ... 15 3. Grafik rata-rata intensitas serangan kutu perisai A.tegalensis

pada beberapa varietas tanaman tebu. ... 18 4. Grafik rata- rata kepadatan populasi kutu perisai A.tegalensis

pada beberapa varietas tanaman tebu. ... 20 5. (A). Pelepah daun tebu lekat (B). Pelepah daun tebu renggang. ... 22 6. Hubungan antara kepadatan populasi A. tegalensis dan intensitas

serangan ruas batang tanaman pada varietas RGM 00-869. ... 24 7. Hubungan antara kepadatan populasi A. tegalensis dan intensitas

serangan ruas batang tanaman pada varietas GP-11. ... 24 8. Hubungan antara kepadatan populasi A. tegalensis dan intensitas

serangan ruas batang tanaman pada varietas GMP-3. ... 24 9. Hubungan antara kepadatan populasi A. tegalensis dan intensitas

serangan pada beberapa varietas tanaman tebu. ... 25 10. Tanaman tebu sehat dan tanaman tebu terserang kutu perisai. ... 35 11. Tingkat kerusakan tanaman tebu akibat serangan kutu perisai

(6)
(7)

ii

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 13

3.3.1 Pengamatan Populasi dan Intensitas Serangan Hama ... 15

3.3.2 Identifikasi Kutu dan Tanaman Tebu ... 16

3.4 Analisis Data ... 16

3.4.1 Persentase (%) Ruas Batang Terserang ... 16

3.4.2 Kepadatan Populasi Kutu Perisai per Batang ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1 Intensitas Serangan A. tegalensis Pada Ruas Batang Tebu ... 17

4.2 Kepadatan Populasi Kutu Perisai A. tegalensis ... 19

4.3 Hubungan Antara Kepadatan Populasi & Intensitas Serangan (A. tegalensis) Pada Beberapa Varietas Tanaman Tebu ... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

PUSTAKA ACUAN ... 27

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata persentase serangan kutu perisai A. tegalensis

pada beberapa varietas tanaman tebu dengan teknik pengamatan

secara langsung. ... 17 2. Rata-rata kepadatan populasi kutu perisai A. tegalensis

(ekor/batang) pada beberapa varietas tanaman tebu dengan teknik

pengamatan secara langsung. ... 19 3. Hubungan antara kepadatan populasi dengan intensitas serangan

kutu perisai A. tegalensis pada beberapa varietas tanaman tebu. ... 23 4. Jumlah populasi kutu perisai A. tegalensis. ... 30 5. Persentase jumlah ruas batang terserang. ... 30 6. Rerata kepadatan populasi dan intensitas serangan varietas

(9)
(10)
(11)

"Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar." Umar Bin Khothob Radhiallahu 'anhu.

“Kecerdasan tidak banyak berperan dalam proses penemuan. Ada suatu lompatan dalam kesadaran, sebutlah itu intuisi atau apapun namanya,

solusinya muncul begitu saja dan kita tidak tahu bagaimana atau mengapa" (Albert Einstein, 1879-1955)

Bila kamu punya kebenaran, maka kebenaran itu harus ditambah dengan cinta, atau pesan dan pembawanya akan ditolak. (Mahatma Gandhi, 1869-1948)

(12)

Puji dan Syukur kupanjatkan kepada-Mu, Tuhanku Yang Maha Esa, Allah

SWT. Kupersembahkan karya ilmiah ini kepada keluargaku tercinta

Ayahanda Ibrahim Harun, Ibunda Juariyah, Abang Herman, Kaka Wulan,

Abang Khoiril, Kak Neti, Abang Joni, Kak Fitri, dan

keponakan-keponakan ku tercinta serta almamater tercinta

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Purwodadi Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus pada tanggal 04 Juli 1991, merupakan putra keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Ibrahim Harun dan Ibu Juariyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 3 Suka Jawa, Bandar Lampung pada tahun 2003; Sekolah Menengah Pertama di SMPN 23 Bandar Lampung pada tahun 2006; dan Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan di antaranya yaitu Perhimpunan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA-AGT) Periode 2010/2011 dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM-FP) Periode 2011/ 2012. Penulis pernah menjadi asisten dosen pada Mata Kuliah

(14)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hamim Sudarsono, M.Sc., selaku pembimbing utama atas bimbingan, saran, serta dengan sabar memberikan arahan, motivasi, dan ilmu selama penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Ir. Indriyati, selaku pembimbing kedua atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku pembahas dan Ketua Bidang Proteksi Tanaman atas saran, motivasi, dan bimbingannya.

4. Ibu Ir. Yayuk Nurmiyati, M.S., selaku pembimbing akademik. 5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi atas saran dan bantuannya.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

(15)

8. Ayahanda, Ibunda, serta abang dan kakakku tersayang, dengan segala cinta kasih, dan doa tulus yang diberikan, serta tak pernah berkata menyerah untuk menjadikanku manusia yang tak sekedar hidup.

9. Rekan satu penelitian Java Samando, S.P., atas kerjasama, dan dorongan semangat yang diberikan selama ini. Semoga persahabatan kita dapat terus terjalin.

10. Sahabatku Heri, Gagat, Doni, Reza, Darma, Komang, Deni, Jamal, Riki, Hardi, Suhe, Ganda, Saede, Fajar, Andre, Deri, atas kebersamaan yang terbalut canda tawa, bersama menikmati tahapan pendewasaan diri. Semoga disuatu titik nanti kita semua dapat berkumpul kembali.

11. Teman-teman AGT 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011 (Mba Puji, Mba Ipeh, Bang Taufik, Bang Bul, Bang Leo, Bang Parman, Bang Riski, Mesa, Viani, Vias, Geraldo, Fahmi, Noval, Breri, Hafiz, Adit, Oki dan lain-lain) atas kebersamaannya selama ini .

12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama kuliah dan penelitian yang tidak mungkin disebut satu persatu.

Bandar Lampung, November 2014 Penulis,

(16)
(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Produksi gula nasional tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula dalam negeri. Sampai dengan tahun 2013 luas areal perkebunan tebu nasional sebesar 460.496 ha, dengan produksi gula 2,25 juta ton. Sementara itu, Indonesia membutuhkan 4,85 juta ton gula yang terdiri dari 2,7 juta ton untuk konsumsi langsung dan 2,15 juta ton untuk keperluan industri. Berdasarkan data tersebut produksi gula nasional sampai saat ini belum mencukupi kebutuhan gula nasional dan Indonesia masih mengalami kekurangan gula (Kementerian Pertanian, 2013).

Untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri diperlukan perbaikan dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang pengendalian hama tanaman tebu. Mengingat serangan hama pada tanaman tebu dilaporkan menyebabkan kehilangan hasil produksi 10-50%. Pada kondisi serangan hama yang sangat parah, kerusakan pada pertanaman tebu dapat mengakibatkan kegagalan panen (Pratama, 2010).

(18)

2

brix, pol, dan purity. Brix adalah jumlah bahan padat yang larut dalam setiap 100 g larutan nira, pol adalah jumlah gula yang ada di dalam 100 g larutan nira, sedangkan

purity adalah perbandingan antara keduanya yang merupakan ukuran kemurnian, semakin tinggi kemurniannya maka semakin besar pula gulanya (Kuswurj, 2011).

Research and Development PT GMP (2009) melaporkan bahwa serangan kutu perisai pada pertanaman tebu di lahan PT GMP di Lampung Tengah mengurangi kadar brix

rata - rata 36,16%, pol 43,88%, dan purity 47,65%.

Mengingat tingginya tingkat kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan kutu perisai A. tegalensis, perlu dilakukan usaha pengendalian yang dirancang berdasarkan informasi biologi, dinamika populasi, serta pengaruh populasi hama terhadap

intensitas kerusakan yang ditimbulkannya. Pada tahap awal, salah satu aspek penting yang perlu dipelajari secara empirik adalah bagaimana hubungan antara intensitas serangan dan kepadatan populasi kutu perisai A. tegalensis pada beberapa varietas tebu yang berbeda.

(19)

3

1.2Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki:

1. Ketahanan varietas tebu terhadap hama dalam mempengaruhi kepadatan populasi kutu perisai A. tegalensis.

2. Pengaruh tingkat kepadatan populasi kutu perisai A. tegalensis terhadap intensitas serangannya pada tanaman tebu.

1.3Kerangka Pemikiran

Kutu perisai A. tegalensis menyerang tanaman tebu dengan cara menghisap cairan batang. Tanaman tebu yang terserang berat oleh kutu perisai menunjukkan gejala antara lain pertumbuhan batang terhambat, diameter batang lebih kecil, daun-daun berdiri, ruas tebu kotor dan bercak-bercak pucat pada ruas yang terserang. Serangan kutu perisai dapat menghambat tahapan pertunasan, memperlambat pertumbuhan, dan menurunkan nilai brix-pol-purity, yang akhirnya menyebabkan kehilangan hasil (Bidang Tanaman PTPN VII, 1997). Tingginya populasi kutu perisai A. tegalensis

pada ruas dan batang tanaman tebu selanjutnya mengakibatkan penurunan hasil tanaman tebu yang semakin besar.

(20)

4

A. tegalensis di antaranya adalah RGM 00-867, RGM 00-515, RGM 01-1324 (Setiawan, 2004). Varietas-varietas tebu tersebut perlu diuji dan diselidiki untuk mempelajari apakah mempunyai reaksi yang berbeda terhadap serangan kutu perisai.

Kepadatan populasi kutu perisai A. tegalensis pada periode tanam tertentu, diduga berkaitan erat dengan penggunaan varietasnya. Semakin tahan suatu varietas diharapkan kepadatan populasi hamanya akan semakin rendah. Keberadaan kutu perisai yang melimpah pada tanaman tebu diduga mempengaruhi intensitas serangan yang ditimbulkannya pada tanaman. Semakin padat populasi kutu perisai maka persentase kerusakan pada ruas batang tanaman tebu juga semakin tinggi.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Ketahanan varietas tebu terhadap hama mempengaruhi kepadatan populasi kutu

perisai A. tegalensis.

(21)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kutu Perisai (Aulacaspis tegalensis)

2.1.1 Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zehntner termasuk dalam Ordo Hemiptera, Sub ordo Homoptera, Super famili Coccoidea, Famili Diaspididae. Hama ini pertama kali dideskripsikan di Jawa pada tahun 1898 sebagai Chionaspis tegalensis.

Kemudian pada tahun 1921, Ferri di Taiwan mengusulkan sebagai Genus Aulacaspis. Meskipun kemudian pendapat Ferri dipertanyakan oleh Mamet di Mauritius, tetapi pada tahun 1952 diperkuat oleh Scot dan hingga sekarang nama genus tersebut tetap dipakai (Rao dan Sankaran, 1969).

Kutu perisai A. tegalensis tinggal di dalam perisai, berwarna kuning pada fase nimfa dan berwarna jingga pada fase imago. Warna perisai putih pada A. tegalensis

(22)

6

Telur dikeluarkan induk kutu di dalam perisai dengan panjang 250-280 µ dan diameternya 110 µ, berwarna kuning dan dibungkus beledu lilin putih. Telur ada dalam perisai kutu betina dimana inkubasi dan penetasan terjadi. Telur kutu perisai yang siap menetas salah satu bagian ujungnya berwarna coklat, jika telur sudah kosong akan berwarna putih bersih dengan sebuah robekan di salah satu ujungnya yang meluas secara diagonal ke salah satu sisi dari serangga yang ada didalamnya (Williams, 1970).

Nimfa instar I kutu perisai A. tegalensis keluar melalui tepian perisai induknya, hanya nimfa instar I yang dapat bergerak, dalam hitungan jam nimfa akan menemukan tempat untuk menetap dan tidak bergerak lagi (sedentary). Nimfa selanjutnya diam sambil menusukkan stiletnya ke jaringan tanaman inang setelah menemukan tempat yang tepat. Nimfa instar I A. tegalensis cenderung lebih banyak menetap di sekitar induknya dan sebagian lagi bergerak ke bagian ruas tanaman yang lebih tinggi. Tidak ditemukan nimfa yang bergerak ke ruas yang lebih bawah (R&D PT GMP, 2001).

Ketika akan menetap, nimfa instar I kutu perisai A. tegalensis membenamkan diri dalam lilin pada kulit batang tebu hingga tidak terlihat kakinya, dan kemudian lambat laun bagian dorsal terselimuti oleh benang-benang lilin. Pada saat lapisan lilin

(23)

7

2.1.2 Sebaran dan Status Hama Kutu Perisai A. tegalensis

Kutu perisai A. tegalensis berasal dari Malaya dan pulau-pulau di Asia tenggara, dan kemudian masuk ke kepulauan Mascarene dan Afrika timur (Scott, 1952).

Penyebaran hama kutu perisai ini pada tanaman tebu cukup luas. Negara-negara yang telah teridentifikasi mengalami serangan hama ini antara lain : Indonesia, Malaysia, Filiphina, Taiwan, Hawai, Afrika selatan, Madagaskar, Reunion, Seychelles,

Tanganyika, dan Kenya (Kalshoven, 1981).

Pada perkebunan tebu di Lampung Tengah, kutu perisai A. tegalensis pada mulanya hanya dikenal sebagai hama minor tetapi setelah tahun 1994 statusnya berubah menjadi hama potensial. Pada awal musim giling tahun 2000, status A. tegalensis

berubah menjadi hama utama setelah ditemukan adanya serangan berat pada beberapa varietas tanaman tebu di PT GMP. Pada musim tanam berikutnya diketahui terdapat indikasi peningkatan serangan. Menurut data yang ada hama ini sudah hampir menyerang seluruh varietas tanaman tebu yang ada walaupun intensitas serangannya berbeda-beda (R&D PT GMP, 2001).

2.1.3 Gejala Serangan dan Akibat Serangan Kutu Perisai A. tegalensis

(24)

8

menguning yang kemudian berubah menjadi coklat dan kering bahkan dapat menimbulkan kematian tanaman tebu yang berumur kurang dari delapan bulan. Serangan berat kutu perisai dapat menimbulkan spot-spot yang terlihat jelas di areal pertanaman tebu (Samoedi, 1993).

Tebu yang terserang berat kutu perisai sejak umur muda, menunjukkan gejala berupa diameter batang kecil, tinggi batang terhambat, daun berdiri, daun-daun bawah

mengering, ruas kotor, serta timbul bercak-bercak pada ruas batang. Pada ruas batang yang terserang cukup berat dan serangan terjadi cukup lama akan terlihat garis merah yang pendek. Proses kematian batang dapat terjadi pada bagian tengah atau pangkal pucuk sebagai akibat serangan berat dalam kurun waktu yang lama. Pada umumnya tanaman tebu yang terserang kutu perisai adalah tebu yang pelepahnya rapat dan sukar membuka, tunas ataupun sogolan yang seluruh pelepahnya masih lekat dapat terserang pada bagian permukaannya, baik permukaan luar pelepah maupun helaian daunnya. Populasi kutu perisai akan meningkat setelah mulai turun hujan dan secara bertahap menyebar dalam batang (Samoedi, 1993).

(25)

9

Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mengendalikan serangan kutu perisai di antaranya penggunaan bibit bersih, menjaga kesehatan kebun, pengelupasan/trashing, dan keragaman waktu tebang. Berdasarkan informasi tentang hubungan kepadatan populasi dan intensitas serangan kutu perisai ini diharapkan perkebunan tebu mampu mengevaluasi varietas apa yang sebaiknya ditanam apabila populasi kutu perisai mengalami peningkatan jumlah pada saat periode-periode tanam tertentu.

2.2 Tanaman Tebu

2.2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Tebu

Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi

Magnoliophyta. Klasifikasi tanaman tebu menurut Daniel dan Roach (1987) adalah sebagai berikut :

Filum : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Familia : Poaceae

Group : Andropogoneae Genus : Saccharum

Species : Saccharum officinarum L.

(26)

10

Menurut Sastrowijono (1997), akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek, akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit.

Sementara itu, akar stek adalah akar yang tumbuh dari cincin akar batang dan masa hidupnya tidak lama. Bagian luar batang tanaman tebu merupakan kulit yang keras, sementara bagian dalam berstruktur lunak dan mengandung nira. Batang tebu beruas-ruas dan kedudukan beruas-ruas yang satu dengan yang lainnya tegak atau zig zag. Bentuk ruas dapat bervariasi sesuai dengan varietasnya. Pada ruas tebu terdapat mata ruas, dimana mata ruas tersebut adalah kuncup tebu yang terletak pada buku ruas batang dan terlindung oleh pangkal pelepah. Batang tebu yang baik biasanya memiliki tinggi antara 3 sampai 5 meter. Sedangkan daun tebu terdiri dari helai daun dan pelepah daun. Daun berpangkal pada buku dan kedudukannya berseling kanan dan kiri. Pelepah daun menutupi batang, sehingga buku-buku tidak terlihat. Pada bagian bunga tanaman tebu terdapat malai yang berbentuk piramida dengan panjang 70-90 cm dan mengandung ribuan bunga kecil. Bunga tebu terdiri dari tenda bunga yakni tiga helai daun kelopak dan satu helai daun tajuk bunga, tiga benang sari dan satu bakal buah dengan kepala putik yang berbentuk bulu-bulu.

(27)

11

2.2.2 Kategori Tanaman Tebu

Pada sistem budidaya tebu secara konvensional dikenal dua kategori tanaman tebu, yaitu tanaman pertama (plant cane) dan tanaman keprasan (ratoon cane). Tanaman tebu pertama adalah tanaman dari bibit tebu pilihan yang ditanam dengan

membongkar tanah dan meletakkan bibit tersebut sesuai kebutuhan penanaman. Teknik budidaya tanaman pertama (plant cane) di lahan kering antara lain dengan penetapan masa tanam, pembukaan lahan, penanaman, pemupukan, pembumbunan, dan klentek. Turunan dari tanaman pertama menghasilkan tanaman keprasan (ratoon cane), yaitu tanaman tebu yang berasal dari tanaman yang telah dipanen sebelumnya, lalu tunggul-tunggulnya dipelihara kembali hingga menghasilkan tunas-tunas baru yang akan tumbuh menjadi tanaman baru pada musim tanam selanjutnya

(PT Perkebunan Nusantara XI, 2010).

2.2.3 Ekologi Tanaman Tebu

Tanaman tebu adalah salah satu tanaman tropis yang memerlukan air dalam jumlah yang banyak. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, curah hujan bulanan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah 200 mm/bulan pada 5-6 bulan berturut-turut, 125 mm/bulan 2 bulan transisi dan 75 mm/bulan pada 4-5 bulan berturut-turut. Suhu rata-rata tahunan sebaiknya pada kisaran di atas 20°C dan tidak kurang dari 17°C dan kelembaban udara sekitar 85 % (Pudjiarso, 1999).

(28)

12

Pertumbuhan tanaman tebu akan baik jika terkena sinar matahari langsung. Sinar matahari tidak hanya penting dalam pembentukan gula dan tercapainya suatu kadar gula yang tinggi dalam batang, tetapi juga mempercepat proses pemasakan. Kadar sukrosa tebu tertinggi pada penyinaran selama 7-9 jam per hari. Jenis tanahnya alluvial, regosol, mediteran, latosol, gromosol, podzolik merah kuning, litosol. Tekstur tanahnya sedang-berat, strukturnya baik dan mantap, tanah cukup subur dengan kedalaman minimal 50 cm. Ketinggian tempat antara 0-500 m dpl. Kemiringan lahan maksimal 15% dan kadar pH sekitar 5,5-7 (PT Perkebunan Nusantara XI, 2010).

2.2.4 Deskripsi Tanaman Tebu Pada Beberapa Varietas

Tanaman tebu varietas GMP-3 memiliki mata tunas yang tersusun zig-zag, warna batang hijau tua, diameter batang kecil, panjang antar ruas 5-6 cm, memiliki

(29)

13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Research and Development (R & D) PT GMP, Terusan Nunyai, Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi kutu perisai A. tegalensis, tanaman tebu yang terdiri dari tiga varietas. Sesuai dengan rekomendasi pihak

Gunung Madu Plantations, varietas yang digunakan pada percobaan ini adalah GMP-3 (tahan), GP-11 (sedang) dan RGM 00-869 (rentan). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas label, alat ukur (meteran), kaca pembesar, benang penanda, alat tulis dan handcounter.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

(30)

14

memilih tanaman sesuai kategori pengamatan secara acak pada setiap baris untuk kemudian diamati. Areal yang diamati berada pada lokasi yang dipilih berdasarkan varietas, dan keseragaman umur tanaman (± 6 bulan). Luas areal pengamatan untuk setiap varietas adalah 100 x 100 m, setiap plot memiliki luas 6 x 6 m. Masing-masing varietas terdiri atas sembilan plot pengamatan (Gambar 1), setiap plot terdiri atas 10 titik sampel tanaman yang terbagi atas lima baris tanaman, sehingga dalam setiap varietas terdapat 90 sampel tanaman yang diamati.

Keterangan : Petak percobaan (100x100 m) Plot pengamatan (6x6 m)

(31)

15

3.3.1 Pengamatan Populasi dan Intensitas Serangan Hama

Pada setiap unit tanaman sampel dihitung jumlah kutu perisai A. tegalensis yang terdapat pada ruas batang secara manual. Untuk mempermudah kegiatan pengamatan kutu perisai A. tegalensis, daun batang tebu yang terpilih sebagai sampel dikelupas dengan membuka daun kering pada setiap ruas batang tebu hingga bersih dan hanya menyisakan lima daun muda di bagian paling atas (Gambar 2).

Gambar 2. Tindakan pengelupasan pelepah daun pada ruas batang tebu (Sumber : Hidayat, 2014)

Pengamatan jumlah populasi kutu perisai A. tegalensis dan intensitas serangannya dilakukan dengan memotong tanaman sampel kemudian dihitung secara manual dengan menggunakan kaca pembesar dan handcounter. Pengamatan populasi

(32)

16

3.3.2 Identifikasi Kutu dan Tanaman Tebu

Identifikasi kutu perisai A. tegalensis dan tanaman tebu dilakukan di labolatorium Entomologi Research and Development PT GMP. Sedangkan identifikasi pada tanaman tebu dilakukan untuk melihat perbedaan bentuk, warna, dan ukuran pada setiap varietas tanaman tebu yang diamati.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Persentase (%) Ruas Batang Terserang

Dari pengamatan yang telah dilakukan, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif sederhana. Persentase (%) ruas batang terserang dihitung dengan rumus :

% serangan = Σ ruas batang terserang x 100% Σ ruas batang yang diamati

3.4.2 Kepadatan Populasi Kutu Perisai per Batang.

Dari pengamatan yang telah dilakukan, data kepadatan populasi hama A. tegalensis

yang diperoleh dihitung dengan rumus :

Kepadatan populasi = Jumlah individu Jumlah unit batang teramati

(33)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Tanaman tebu varietas GMP-3 lebih tahan terhadap serangan kutu perisai

A. tegalensis dibandingkan dengan varietas GP-11 dan RGM 00-869.

2. Intensitas serangan kutu perisai A. tegalensis pada tanaman tebu varietas GMP-3 lebih rendah daripada varietas GP-11 dan RGM 00-869.

3. Kepadatan populasi kutu perisai A. tegalensis berpengaruh terhadap peningkatan intensitas serangannya pada tanaman tebu.

5.2 Saran

(34)

27

PUSTAKA ACUAN

Bidang Tanaman PTPN VII. 1997. Vademecum Tanaman Tebu. PT Perkebunan Nusantara VII. Bandar Lampung. 383 hlm.

Daniel, J. & B. T. Roach. 1987. Taxonomy and Evolution. Chapter 2. In: DJ Heinz, ed. Sugarcane Improvement Throught Breeding, Volume 11. Elsevier. Amsterdam. Netherland. P 7-84.

Hamdani, K. & Permadi, K. 2011. Penambahan Zeolit Untuk Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Hama Wereng Batang Cokelat dan Penggerek Batang Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Barat. 1-7.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Corps in Indonesia. Revised and Translated By P.A Van Der Laan. Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta. 701 pp.

Kementerian Pertanian. 2013. Nasib Komoditas Tebu Di Indonesia.

http://www.deptan.go.id. Ditjenbun. 2013. Kebutuhan Gula Nasional

Mencapai 5,700 Juta Ton Tahun 2014. http://ditjenbun.deptan.go.id/ Diakses pada hari Jum’at tanggal 25 April 2014.

Kuswurj, R. 2011. Pengertian Pol, Brix, Purity dalam Analisa Gula. Sugar Cane Processing and Technology. http://www.risvank.com/ Diakses pada hari Sabtu tanggal 26 April 2014.

Moutia, L. A. 1944. The Sugar Cane Scale, Aulacaspis tegalensis, Zehnt. Bull. Ent. Res. 35 : 69-77.

Pratama, Z. 2010. Pengaruh Kombinasi Waktu Pelepasan yang Berbeda Antara

Diatraeophaga striatalis dan Trichogramma chilonis Terhadap Persentase Kerusakan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) yang disebabkan oleh

Chilo auricilus Dudgeon. (PKMP-UNESA). Universitas Negeri Surabaya. Jawa Timur. 14 pp.

PT Perkebunan Nusantara XI (PERSERO). 2010. Panduan Teknik Budidaya Tebu

(35)

28

Pudjiarso. 1999. Standar Pengelolaan Kebun Pembibitan dan Upaya Penyehatannya, Pelatihan Petugas Libang PTPN XI (Persero). P3GI. Pasuruan.

Rao, V. P. & Sankaran, T. 1969. The Scale Insect Of Sugar Cane. In Williams, J. R. Ed. Pests of Sugar Cane. – pp. 325-342, Elsevier, Amsterdam.

Research & Development, PT GMP. 2001. Kutu Perisai(Aulacaspis tegalensis

Zehntner, Diaspididae). Publikasi Intern.

Research & Development, PT GMP. 2009. Kutu Perisai(Aulacaspis tegalensis

Zehntner, Diaspididae). Publikasi Intern.

Samoedi, D. 1993. Hama-Hama Penting Tanaman Tebu di Indonesia. P3GI. Pasuruan, Jawa Timur. Hlm 13-15.

Sastrowijono, S. 1997. Mutu Bibit Tebu dalam Menunjang Produktivitas Hasil Gula. Gula Indonesia XXII (1) : 3-6.

Scott, C. L. 1952. The Scale Insect Genus Aulacaspis in Eastern Asia (Homoptera : Coccoidea : Diaspididae). Microentomology 17 : 33-60.

Setiawan, A. 2004. Kepadatan Populasi Hama Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

Zehnt dan Predatornya Pada Dua Varietas Tanaman Tebu Saccharum officinarum. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 34 pp. Sudiatso, S. 1982. Bertanam Tebu. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian.

Institut Pertanian Bogor. 42 hlm.

Sunaryo & R. Hasibuan. 2003. Kajian Perkembangan Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zenth. dan Pengaruh Tingkat Serangannya Terhadap Penurunan Hasil Tanaman Tebu di PT Gunung Madu Plantations (PT GMP) Lampung Tengah. J.HPT Tropika 3(2) : 1-5.

(36)

29

(37)

30

Tabel 4. Jumlah populasi kutu perisai Aulacaspis tegalensis.

ULANGAN VARIETAS

Tabel 5. Persentase jumlah ruas batang terserang.

(38)

31

Tabel 6. Rerata kepadatan populasi dan intensitas serangan varietas RGM 00-869.

No Varietas RGM 00-869

Populasi Intensitas serangan

1 24,3 2

Tabel 7. Rerata kepadatan populasi dan intensitas serangan varietas GP-11.

No Varietas GP-11

Populasi Intensitas serangan

(39)

32

Tabel 8. Rerata kepadatan populasi dan intensitas serangan varietas GMP-3.

No Varietas GMP-3

Populasi Intensitas serangan

1 2,3 0,8

2 23,8 1,5

3 3,4 0,9

4 4,4 1,4

5 3,3 1,2

6 10,8 1,4

7 3,6 1,1

8 3,2 1,1

9 55 2,7

(40)

33

Tabel 9. Analisis ragam kepadatan populasi kutu perisai Aulacaspis tegalensis

Statistix 8.0 1/2/2014, 1:24:29 PM

Randomized Complete Block AOV Table for populasi

Source DF SS MS F P

Tukey's 1 Degree of Freedom Test for Nonadditivity Source DF SS MS F P

Nonadditivity 1 13589.7 13589.7 4.98 0.0412 Remainder 15 40895.0 2726.3

Relative Efficiency, RCB 1.00

Means of populasi for perlakuan

perlakuan Mean Std Error (Diff of 2 Means) 27.509

Statistix 8.0 1/2/2014, 1:22:03 PM

LSD All-Pairwise Comparisons Test of populasi for perlakuan

perlakuan Mean Homogeneous Groups

1 86.644 A 2 63.956 AB 3 12.200 B

Alpha 0.05 Standard Error for Comparison 27.509 Critical T Value 2.120 Critical Value for Comparison 58.316 Error term used: Ulangan*perlakuan, 16 DF

(41)

34

Tabel 10. Analisis ragam intensitas serangan kutu perisai Aulacaspis tegalensis

Statistix 8.0 1/2/2014, 1:32:03 PM

Randomized Complete Block AOV Table for intensitas

Source DF SS MS F P

Tukey's 1 Degree of Freedom Test for Nonadditivity Source DF SS MS F P

Nonadditivity 1 0.30605 0.30605 3.15 0.0962 Remainder 15 1.45765 0.09718

Relative Efficiency, RCB 1.78

Means of intensitas for perlakuan

perlakuan Mean Std Error (Diff of 2 Means) 0.1565

Statistix 8.0 1/2/2014, 1:32:36 PM

LSD All-Pairwise Comparisons Test of intensitas for perlakuan

perlakuan Mean Homogeneous Groups

1 2.4444 A 2 2.2667 A 3 1.3444 B

Alpha 0.05 Standard Error for Comparison 0.1565 Critical T Value 2.120 Critical Value for Comparison 0.3318 Error term used: ulangan*perlakuan, 16 DF

(42)

35

Gambar 10. Tanaman tebu sehat dan tanaman tebu terserang kutu perisai.

(A) (B) (C)

(43)

36

Gambar 12. Penentuan sampel tanaman pada setiap plot-plot pengamatan.

Gambar

Gambar 1.  Pola pengambilan sampel dalam lokasi penelitian.
Gambar 2. Tindakan pengelupasan pelepah daun pada ruas batang tebu        (Sumber : Hidayat, 2014)
Tabel 5. Persentase jumlah ruas batang terserang.
Tabel 6. Rerata kepadatan populasi dan intensitas serangan varietas RGM 00-869.
+5

Referensi

Dokumen terkait