• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 43 MEDAN T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 43 MEDAN T.A 2015/2016."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNKASI SISWA

DI KELAS VIII SMP NEGERI 43 MEDAN T.A 2015/2016

Oleh : Dwi Ayu Apriani NIM 4122111007

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Dwi Ayu Apriani adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Lahir di

Helvetia, tanggal 14 April 1994. Ayah bernama Alm. Sukarman dan Ibu bernama

Rahayu. Pada tahun 2000 penulis masuk SD Negeri 067255 Medan dan lulus pada

tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 43

Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan sekolah

di SMA Swasta Nusantara Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun

2012 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 43 MEDAN

T.A 2015/2016

Dwi Ayu Apriani (NIM: 4122111007) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VIII SMP negeri 43 Medan tahun ajaran 2015/2016, (2) untuk mengetahui aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII SMP negeri 43 Medan tahun ajaran 2015/2016, (3) untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII di SMP negeri 43 Medan tahun ajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-7 SMP Negeri 43 Medan T.A 2015/2016 yang berjumlah 36 orang. Objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif jigsaw pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 43 Medan Tahun Ajaran 2015/2016.

Berdasarkan analisis data setelah pemberian tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematika I diperoleh 16 siswa (44,44%) dari 36 siswa telah memiliki kemampuan komunikasi matematika minimal kategori sedang (nilainya  70). Setelah tindakan II, melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematika IV diperoleh 32 siswa (88,88%) dari 36 siswa yang telah telah memiliki kemampuan komunikasi matematika minimal kategori sedang (nilainya  70). Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka persentase ketuntasan ini sudah memenuhi.

Pada pemberian tindakan pada siklus I melalui pemberian tes kemampuan komunikasi matematika siswa untuk setiap aspek yang diteliti, persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika minimal kategori sedang (nilainya  70) pada aspek menggambar sebesar 66,67%, pada aspek ekspresi matematika sebesar 66,67%, pada aspek menulis/menjelaskan sebesar 55,56%. Dan pada siklus II terjadi peningkatan seperti berikut : persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika minimal kategori sedang (nilainya  70) pada aspek menggambar sebesar 86,11%, pada aspek ekspresi matematika sebesar 88,89%, pada aspek menulis/menjelaskan sebesar 88,89%.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan komunikasi matematika siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 43 Medan T.A 2015/2016.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala berkat dan karunianya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada

penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi berjudul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika

siswa di kelas VIII SMP Negeri 43 Medan T.A 2015/2016”, disusun untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.

Asrin Lubis, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana

penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd, Bapak Dr. Kms

Amin Fauzi, M.Pd, dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih

juga kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Ucapan terima

kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku

Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED,

Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs.

Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED,

Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA

UNIMED yang sudah membantu penulis dan memberikan kelancaran selama

penyusunan skripsi ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Jaramin

Manik selaku Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 43 Medan, M.Pd, Bapak

(6)

v

Bapak/ Ibu guru beserta Staf Pegawai SMP Negeri 43 Medan serta adik-adik kelas

VIII-7 yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang

tersayang Alm. Sukarman, Ibunda tercinta Rahayu yang selalu memberikan

limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan yang tak

ternilai harganya. Dan Adik tersayang Tri Elvira serta Kakak tersayang Ika Ayu

Kardila, S.H, kekasih tercinta Faisal Fachri yang begitu banyak memberikan do’a,

motivasi, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan

studi di UNIMED serta seluruh keluarga yang tak hentinya memberikan doa,

dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan

studi.

Terima kasih juga buat sahabat “terhebat” penulis yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat

dan dukungan yaitu kakak bab, lolek, armi tai’, angcito, kak dara, mila, Riski

Setia Ayu (teman seperjuangan bimbingan skripsi) dan semua teman–teman

sekelas Matematika Reguler Dik A’12 yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun

duka, dalam tangis maupun tawa. Terima kasih juga kepada teman-teman PPLT

Unimed 2015 di SMA Swasta Nusantara Lubuk Pakam yang selalu memberi

dukungan dan berbagi pengalaman bersama penulis.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari

segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis

berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Agustus 2016 Penulis

(7)

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 10

1.3. Batasan Masalah 11

1.4. Rumusan Masalah 11

1.5. Tujuan Penelitian 11

1.6. Manfaat Penelitian 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 13

2.1.1. Komunikasi 13

2.1.1.1.Pengertian Komunikasi 13

2.1.1.2.Jenis-Jenis Komunikasi 14

2.1.1.3.Aspek-Aspek Komunikasi 16

2.1.2. Komunikasi Matematika 17

2.1.2.1.Indikator Komunikasi Matematika 20

2.1.3. Pembelajaran Kooperatif 21

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 25

2.1.4.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe 25

Jigsaw

(8)

vii

Jigsaw

2.1.4.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran 29

Kooperatif Tipe Jigsaw

2.2. Materi Pelajaran Kubus dan Balok 30

2.2.1. Mengenal Kubus dan Balok 30

2.2.2. Unsur-Unsur pada Kubus dan Balok 31

2.2.2.1. Unsur-Unsur Kubus 31

2.2.2.2. Unsur-Unsur Balok 34

2.2.3 Menggambar Kubus dan Balok 40

2.2.3.1. Menggambar Kubus 40

2.2.3.2. Menggambar Balok 42

2.2.4 Jaring-Jaring Kubus dan Balok 43

2.2.4.1. Jaring-jaring kubus 43

2.2.4.2. Jaring-Jaring Balok 44

2.2.5 Luas Permukaan Kubus dan Balok 44

2.2.5.1. Luas Permukaan Kubus 44

2.2.5.2. Luas Permukaan Balok 45

2.2.6 Volume Kubus dan Balok 46

2.2.6.1. Volume Kubus 46

2.2.6.2. Volume Balok 47

2.3. Penelitian yang Relevan 47

2.4. Kerangka Konseptual 49

2.5. Hipotesis Tindakan 50

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 52

3.1.1. Lokasi Penelitian 52

3.1.2. Waktu Penelitian 52

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 52

3.3.1. Subjek Penelitian 52

(9)

viii

3.3. Jenis Penelitian 52

3.4. Prosedur Penelitian 53

3.4.1 SIKLUS I 53

3.4.1.1.Permasalahan I 53

3.4.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 54

3.4.1.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan I 54

3.4.1.4 Tahap Observasi I 55

3.4.1.5 Tahap Analisis Data I 56

3.4.1.6 Tahap Refleksi I 56

3.4.2 SIKLUS II 57

3.5. Instrumen Penenlitian 57

3.5.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 57

3.5.2. Observasi 58

3.6. Teknik Analisis Data 58

3.6.1 Reduksi Data 58

3.6.2 Paparan Data 59

3.6.2.1 Analisis Hasil Tes Komunikasi Matematika Siswa 59

3.6.2.2 Analisis Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran 61

3.6.2.3 Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa 62

3.6.2.4 Analisis Angket Respon Siswa 63

3.6.3 Penarikan Kesimpulan 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 66

4.1.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus I 66

4.1.1.1 Permasalahan I 66

4.1.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 73

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 76

4.1.1.4Observasi I 80

4.1.1.4.1 Observasi Pengelolaan Pembelajaran 81

(10)

ix

4.1.1.5 Analisis Data I 83

4.1.1.5.1 Reduksi Data 83

4.1.1.5.2 Paparan Data 90

4.1.1.5.2.1 Analisis Hasil Tes Komunikasi 90

Matematika Siswa I dan II

4.1.1.5.2.2 Analisis Hasil Observasi 92

Pengelolaan Pembelajaran I dan II

4.1.1.5.2.3 Analisis Hasil Observasi Aktivitas 97

Siswa

4.1.1.5.2.4 Analisis Hasil Respon Siswa 99

4.1.1.6 Refleksi I 101

4.1.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus II 104

4.1.2.1 Permasalahan II 104

4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II 106

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 109

4.1.2.4 Observasi II 116

4.1.2.4.1 Observasi Pengelolaan Pembelajaran 116

4.1.2.4.2 Observasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa 119

4.1.2.5 Analisis Data II 119

4.1.2.5.1 Reduksi Data 119

4.1.2.5.2 Paparan Data 120

4.1.2.5.2.1 Analisis Hasil Tes 120

Komunikasi Matematika Siswa III

dan IV

4.1.2.5.2.2 Analisis Hasil Observasi 122

Pengelolaan Pembelajaran III dan IV

4.1.2.5.2.3 Analisis Hasil Observasi 127

Aktivitas Siswa

4.1.2.5.2.4 Analisis Hasil Respon Siswa 129

4.1.2.6 Refleksi II 131

(11)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 145

5.2 Saran 146

DAFTAR PUSTAKA 147

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 23

Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan 28

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok 29

Tabel 3.1. Penilaian Komunikasi 58

Tabel 3.2 Rubrik Penskoran Komunikasi Matematik Siswa 59

Tabel 3.3 Tingkat Komunikasi Matematika Siswa 60

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Observasi 62

Tabel 3.5 Aspek Kategori Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 62

Tabel 3.6 Kriteria Waktu Pencapaian Waktu Ideal 63

Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pada 66

Tes Awal

Tabel 4.2 Kesalahan-Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal 67

Pada Tes Awal Per Indikator

Tabel 4.3 Kesalahan-Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal 69

Pada Tes Awal

Tabel 4.4 Kesalahan-Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal 84

Pada Tes Kemampuan Komunikasi I

Tabel 4.5 Kesalahan-Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal 87

Pada Tes Kemampuan Komunikasi II

Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada 90

Tes Kemampuan Komunikasi I Dan II

Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada 91

Tes Kemampuan Komunikasi I Dan II Per Indikator

Tabel 4.8 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran I dan II 95

Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa I dan II 98

Tabel 4.10 Respon Siswa Terhadap Komponen dan Kegiatan 99

Pembelajaran I dan II

(13)

xii

pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa III

Dan IV

Tabel 4.12 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa 121

pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa III

Dan IV Per Indikator

Tabel 4.13 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran III dan IV 125

Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa III dan IV 128

Tabel 4.15 Respon Siswa Terhadap Komponen dan Kegiatan 129

Pembelajaran III dan IV

Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa 135

pada Tes Awal, Tes I, II, III Dan IV Per Indikator

Tabel 4.17 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran I, II, III Dan IV 137

Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktivitas Siswa I, II, III Dan IV 139

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa 1 7

Gambar 1.2 Jawaban Tes Awal Siswa 2 8

Gambar 1.3 Jawaban Tes Awal Siswa 3 8

Gambar 2.1 Formula Laswell 15

Gambar 2.2 Model Komunikasi Sirkuler 15

Gambar 2.3. Pengaturan Kelompok Dalam Model Pembelajaran 28

Kooperatif Tipe jigsaw

Gambar 2.4 Kubus dan Balok dalam Kehidupan Sehari-hari 31

Gambar 2.5 Unsur-Unsur Kubus 31

Gambar 2.6 Diagonal Bidang Kubus 32

Gambar 2.7 Diagonal Ruang Kubus 33

Gambar 2.8 Bidang Diagonal Kubus 34

Gambar 2.9 Sisi Balok 34

Gambar 2.10 Rusuk Balok 35

Gambar 2.11 Titik Sudut Balok 35

Gambar 2.12 Bidang Diagonal Balok 39

Gambar 2.13 Jaring-Jaring Kubus 43

Gambar 2.14 Jaring-Jaring Balok 44

Gambar 3.1. Alur kegiatan penelitian tindakan kelas 57

Gambar 4.1 Persentase Jumlah Siswa Yang Memiliki Kemampuan 67

Komunikasi Matematika Minimal Sedang Pada Tes Awal

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

Gambar 4.2 Persentase Jumlah Siswa Yang Memiliki Kemampuan 68

Komunikasi Matematika Minimal Sedang Pada Tes Awal

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Per Indikator

Gambar 4.3 Persentase Jumlah Siswa Yang Memiliki Kemampuan 91

Komunikasi Matematika Minimal Sedang Pada Tes

(15)

xiv

Gambar 4.4 Persentase Jumlah Siswa Yang Memiliki Kemampuan 92

Komunikasi Matematika Minimal Sedang Pada Tes

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa I dan II

Per Indikator

Gambar 4.5 Persentase Jumlah Siswa Yang Memiliki Kemampuan 121

Komunikasi Matematika Minimal Sedang Pada Tes

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa III dan

IV

Gambar 4.6 Persentase Jumlah Siswa Yang Memiliki Kemampuan 122

Komunikasi Matematika Minimal Sedang Pada Tes

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa III dan

IV Per Indikator

Gambar 4.7 Persentase Ketuntasan Klasikal Pada Tes Awal, Tes I, 136

II, III, dan IV Per Indikator

Gambar 4.8 Persentase Jumlah Siswa Yang Memiliki Kemampuan 136

Komunikasi Matematika Minimal Sedang Pada Tes Awal

Tes I, II, III dan IV Per Indikator

Gambar 4.9 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran I, II, III dan IV 138

Gambar 4.10 Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa I, II, III dan IV 140

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus (RPP) I 151

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus (RPP) II 157

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus (RPP) III 163

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus (RPP) IV 169

Lampiran 5 Pembagian Kelompok Pada Siklus I 174

Lampiran 6 Pembagian Kelompok Pada Siklus II 175

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli I Pertemuan I 176

Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 178

I Pertemuan I

Lampiran 9 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli II Pertemuan I 180

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 183

II Pertemuan I

Lampiran 11 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli I Pertemuan III 186

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 190

I Pertemuan III

Lampiran 13 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli II Pertemuan III 193

Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 197

II Pertemuan III

Lampiran 15 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli I Pertemuan V 201

Lampiran 16 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 203

I Pertemuan V

Lampiran 17 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli II Pertemuan V 205

Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 210

II Pertemuan V

Lampiran 19 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli III Pertemuan V 215

Lampiran 20 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 219

III Pertemuan V

(17)

xvi

Lampiran 22 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 226

IV Pertemuan V

Lampiran 23 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli I Pertemuan VII 229

Lampiran 24 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 231

I Pertemuan VII

Lampiran 25 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli II Pertemuan VII 233

Lampiran 26 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 234

II Pertemuan VII

Lampiran 27 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli III Pertemuan VII 235

Lampiran 28 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 237

III Pertemuan VII

Lampiran 29 Lembar Aktivitas Kelompok Ahli IV Pertemuan VII 239

Lampiran 30 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Kelompok Ahli 242

IV Pertemuan VII

Lampiran 31 Kisi-Kisi Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika 244

Lampiran 32 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa I 245

Lampiran 33 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa II 246

Lampiran 34 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa III 247

Lampiran 35 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa IV 248

Lampiran 36 Lembar Validitas Tes Awal Kemampuan Komunikasi 249

Matematika

Lampiran 37 Lembar Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 252

Siswa I

Lampiran 38 Lembar Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 255

Siswa II

Lampiran 39 Lembar Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 258

Siswa III

Lampiran 40 Lembar Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 261

Siswa IV

Lampiran 41 Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa 264

(18)

xvii

Matematika Siswa

Lampiran 43 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa I 267

Lampiran 44 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi 268

Matematika Siswa I

Lampiran 45 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa II 270

Lampiran 46 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi 271

Matematika Siswa II

Lampiran 47 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa III 273

Lampiran 48 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi 274

Matematika Siswa III

Lampiran 49 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa IV 276

Lampiran 50 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi 277

Matematika Siswa IV

Lampiran 51 Angket Respon Siswa Terhadap Komponen dan Kegiatan 279

Pembelajaran

Lampiran 52 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran 280

Lampiran 53 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa I 282

Lampiran 54 Analisis Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa 284

Lampiran 55 Analisis Angket Respon Siswa Terhadap Komponen dan 288

Kegiatan Pembelajaran

Lampiran 56 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 296

Siswa

Lampiran 57 Analisi Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika 306

Tiap Indikator

Lampiran 58 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 321

Lampiran 59 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 323

Lampiran 60 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran 324

(Strategi yang Dilakukan Guru) Siklus I

Lampiran 61 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran 327

(Strategi yang Dilakukan Guru) Siklus II

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan

dari upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang ini sedang menjadi

sorotan dan harapan banyak orang di Indonesia. Wujud dari proses pendidikan

yang paling riil terjadi di lapangan dan bersentuhan langsung dengan sasaran

adalah berupa kegiatan belajar mengajar pada tingkat satuan pendidikan. Kualitas

kegiatan belajar mengajar tentu saja akan berpengaruh terhadap kualitas

pendidikan yang output nya berupa sumber daya manusia. Perkembangan dan

kualitas pendidikan tersebut berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan juga memajukan suatu negara. Hal ini sejalan dengan pendapat

Muhardi (dalam http://ejournal.unisba.ac.id):

“Peningkatan kualitas suatu bangsa sesungguhnya bertumpu pada peningkatan kualitas sumber manusianya, dan hanya akan dapat dicapai salah satunya melalui penekanan pada pentingnya pendidikan. Ini artinya pendidikan mempunyai kontribusi yang sangat berharga dan signifikan dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa, tentunya juga bagi bangsa Indonesia”.

Dewasa ini pemerintah sedang giat-giatnya meningkatkan kualitas

pendidikan di tanah air sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Trianto (2011:4) menyatakan bahwa, “Untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional pemerintah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu

pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang”. Perbaikan yang dilakukan

pemerintah antara lain seperti yang dikemukakan oleh Nurhariyanti (dalam

https://dwicitranurhariyanti.wordpress.com) yaitu:

“Memberikan penghargaan kepada insan pendidikan, meningkatkan profesionalisme guru dan pendidik, mengurangi dan memberantas korupsi, serta memberikan sarana dan prasarana yang layak”.

Pembelajaran matematika adalah bagian dari Pendidikan Nasional yang

tidak luput dari upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan. Matematika

(20)

2

mengambil peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Penguasaan

matematika menjadi modal atau alat untuk mempelajari mata pelajaran lainnya,

seperti fisika, kimia, biologi dan bahkan ilmu sosial. Penguasaan matematika akan

memberikan dasar pengetahuan untuk bidang-bidang yang sangat penting, seperti

penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:204) menjelaskan :

”Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia. Namun demikian, sampai saat ini hasilnya belum

menggembirakan. Banyak data yang menunjukkan rendahnya mutu pendidikan

siswa Indonesia. Diantaranya yaitu dikemukakan dalam http://www.kompasiana.

com bahwa:

“UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa Kualitas dan Kuantitas Pendidikan di Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian Education Development Index (EDI). Sementara itu The United Nations Development Programme (UNDP) pada 14 Maret 2013 melaporkan Human Development Index (HDI) Indonesia berada pada urutan ke-121 dari 185 negara. Artikel pada website BBC 2012 juga memberitakan bahwa menurut tabel Liga Global yang diterbitkan oleh Firma Pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia”.

Dalam http://edukasi.kompas.com juga menyebutkan bahwa:

“Berdasarkan hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS)

(21)

3

Serta dalam http://www.kopertis12.or.id juga menyebutkan bahwa:

Kemampuan anak Indonesia di bidang matematika, sains, dan membaca dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia masih rendah. Hasil Programme for International Student Assessment 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes. Penilaian itu dipublikasikan the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi matematika, salah

satunya karena siswa menganggap matematika itu miskin komunikasi. Menurut

Bambang (dalam http://rbaryans.wordpress.com) bahwa :

“Prestasi belajar matematika mengkhawatirkan bahkan mungkin lebih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi. Beberapa pelajar juga berpikir bahwa matematika pelajaran yang membosankan, karena penuh rumus dan miskin nilai moral. Kebanyakan pelajar tidak merasa senang ketika belajar matematika”.

Padahal , tujuan pembelajaran matematika yaitu:

(1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); (2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections); dan (5) pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics)(NCTM (dalam Gordah, Eka Kasah, dan Reni Astuti, 2013: 1)).

Selain itu, tujuan mempelajari matematika adalah agar siswa memiliki

kemampuan:

(22)

4

Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa pentingnya komunikasi

matematika yang merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika tidak

sejalan dengan anggapan siswa bahwa matematika miskin komunikasi. Sejumlah

pekar telah mendefinisikan pengertian, prinsip, dan standar komunikasi

matematika.

“Matematika sebagai alat komunikasi (Mathematics as Comunication)

merupakan pengembangan bahasa dan simbol untuk mengkomunikasikan ide matematik, sehingga siswa dapat : (1) mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya, (2) merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi (penemuan), (3) mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan, (4) membaca wahana matematika dengan pemahaman, (5) menjelaskan dan mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah dipelajarinya, dan (6) menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematik, serta peranannya dalam mengembangkan ide /

gagasan matematik”(NCTM (dalam Ansari, 2009:9)).

Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang

peranan penting karena membantu dalam proses penyusunan pikiran,

menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal

yang kurang dalam jaringan gagasan siswa.

Hal senada juga disampaikan Baroody (dalam Ansari,2009:4):

“Sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika

perlu ditumbuhkembangkan dikalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (aooltoaid thinking), alat untuk menentukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity; artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa”.

Kesadaran tentang pentingnya memperhatikan kemampuan siswa dalam

berkomunikasi dengan menggunakan matematika yang dipelajari di sekolah perlu

ditumbuhkan, sebab salah satu fungsi pelajaran matematika adalah sebagai cara

mengkomunikasikan gagasan secara praktis, sistematis, dan efisien.

Selain kepala sekolah hal yang tidak kalah pentingnya dalam rangka

(23)

5

jawab guru, mengingat guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan

dengan peserta didik dalam melaksanakan PBM, sehingga pada akhirnya out put

pendidikan dapat dirasakan oleh masyarakat. Lebih tegas lagi dikatakan oleh Nani

Rosdijati dan WidyaiswaraMadya (dalam http://lpmpjateng.go.id) bahwa:

“Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa. Keadaan tersebut kedudukan guru yang tidak dapat digantikan dengan media apapun, sehingga keberadaannya sebagai ujung tombak pembelajaran harus tetap ada. Komponen-komponen peningkatan mutu yang ikut andil dalam pelaksanannya adalah penampilan guru, penguasaan materi/kurikulum, penggunaan metode mengajar, pendayagunaan alat/fasilitas pendidikan, penyelengaraan pembelajaran dan evaluasi dan pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra-kurikuler”.

Tetapi pada kenyataannya, saat proses pembelajaran berlangsung siswa

banyak bersikap pasif. Pembelajaran yang dilakukan guru terhadap siswa masih

bersifat konvensional, artinya guru kurang bervariasi dalam menggunakan model

pembelajaran, sehingga siswa kurang kreatif dalam belajar. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Trianto (2011:5) bahwa, “proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya”.

Faktanya, berdasarkan hasil observasi pada hari Selasa, 05 Januari 2016 di

SMP Negeri 43 Medan, peneliti mendapati bahwa guru masih berorientasi pada

pembelajaran konvensional dalam proses pembelajaran yang terjadi disekolah.

Hal tersebut membuat kurangnya partisipasi siswa dikelas sehingga selama

pembelajaran siswa cenderung pasif dan hanya menerima informasi dari guru.

Akibatnya, tidak dapat diketahui kemampuan komunikasi matematika siswa

dalam menyampaikan pemikiran tentang gagasan dan ide matematisnya dalam

menyelesaikan masalah matematika. Pada akhirnya salah satu tujuan

pembelajaran matematika di atas terabaikan dan proses komunikasi pada saat

pembelajaran hanya bersifat satu arah, sehingga tidak menstimulasi siswa untuk

menggunakan kemampuan komunikasi mereka secara maksimal baik komunikasi

(24)

6

Peneliti juga melakukan wawancara kepada salah seorang guru mata

pelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 43 Medan pada tanggal 17

Desember 2015. Guru tersebut (Sugianto, S.Pd) mengatakan bahwa:

“Salah satu pokok bahasan dalam matematika yang sulit adalah kubus dan balok. Sebagian besar siswa sulit merepresentasikan atau menggambar kubus dan balok serta sulit mengidentifikasi unsur-unsur kubus dan balok seperti membedakan diagonal bidang dengan bidang diagonal yang sebelumnya belum dipelajari dijenjang pendidikan dasar.”

Peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa orang siswa. Mereka

mengatakan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan terkadang

mereka merasa bosan belajar matematika, apalagi jika mempelajarinya sendirian.

Mereka tidak berani/ malu untuk bertanya kepada guru. Sehingga jika mereka

tidak tahu, mereka hanya diam dan membiarkan ketidaktahuannya tersebut. Dari

hasil wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa siswa masih belum terbiasa

berkomunikasi. Hal ini sangat disayangkan, karena kemampuan berkomunikasi

dalam matematika sangat penting. Jika siswa tidak terlatih dalam berkomunikasi,

maka akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Selain itu peneliti juga memberikan tes awal kemampuan komunikasi siswa

kepada siswa kelas VIII untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika

tertulis siswa. Soal yang diberikan sebanyak tiga buah soal. Dari tes tersebut

didapatkan hasil bahwa kemampuan komunikasi matematika tertulis siswa masih

rendah. Hal ini dilihat dari aspek-aspek komunikasi tertulis. Pada aspek

menggambar terlihat bahwa persentase siswa yang memiliki kemampuan

komunikasi matematika kategori minimal sedang hanya 31,11%. Pada aspek

ekspresi matematika terlihat bahwa persentase siswa yang memiliki kemampuan

komunikasi matematika kategori minimal sedang hanya 44,44%. Sedangkan Pada

aspek menulis/menjelaskan terlihat bahwa persentase siswa yang memiliki

kemampuan komunikasi matematika kategori minimal sedang hanya 25%.

Berikut ini merupakan tes awal kemampuan komunikasi yang diberikan

kepada siswa:

1. Syfa akan merayakan pesta ulang tahunnya di taman belakang rumahnya pada

(25)

7

berukuran 7 m x 3 m x 2 m. Dipinggir kolam renang akan dihias dengan

lilin-lilin seperti gambar di samping. Masing-masing lilin-lilin berjarak 10 cm, berapa

jumlah lilin yang dibutuhkan Syfa untuk menghias pinggir kolam renang ?

2. Pak Joko akan memasang keramik dilantai kamarnya yang berukuran 6 m x 3

m. Dengan jenis keramik yang sama, terdapat dua pilihan ukuran di toko

keramik itu yaitu sebagai berikut:

Tipe

keramik

Ukuran keramik Banyak keramik tiap

dos

Harga

I 30 cm x 30 cm 11/dos Rp 46.500

II 50 cm x 50 cm 4/dos Rp 60.000

NB: harus beli per dos, tidak boleh per buah.

Tipe keramik manakah yang harus dipilih Pak Joko agar uang yang

dikeluarkannya lebih efisien?

3. Ayu membuat sebuah taplak meja berbentuk persegi panjang. Ayu menghias

taplak meja buatannya dengan renda. Untuk satu pasang sisi yang sejajar,

dihias dengan renda bunga-bunga, dan untuk satu pasang sisi sejajar lainnya

dihias dengan renda garis-garis, sedangkan satu pasang diagonal sisi dihias

dengan renda bergelombang. Bagaimana bentuk taplak meja Ayu setelah dihias

dengan renda ? Kamu bisa menjelaskannya menggunakan gambar !

Berikut ini beberapa jawaban tes diagnostik yang dikerjakan siswa.

Gambar1.1 Jawaban Tes Awal Siswa1

Dari jawaban siswa pada soal no. 1 terlihat bahwa siswa belum mampu

memodelkan matematika dengan benar, sehingga penyelesaian yang diperoleh

(26)

8

Gambar 1.2 Jawaban Tes Awal Siswa 2

Dari jawaban siswa pada soal no. 2, terlihat bahwa siswa mampu menulis

penjelasan dari jawaban permasalahannya secara sistematis tetapi siswa tidak

tepat menggunakan yang diketahui dari soal untuk menjawab soal.

Gambar 1.3 Jawaban Tes Awal Siswa 3

Dari jawaban siswa pada soal no. 3 siswa Siswa tidak mampu

merepresentasi-kan soal dengan menggunakan gambar, dan siswa tidak

mengetahui apa yang ditanya sehingga jawabannya yang diperoleh tidak tepat.

Dengan demikian, untuk itu guru dituntut kemahirannya untuk menentukan

suatu perubahan baru strategi belajar yang tepat dalam rangka menarik perhatian

siswa terhadap pelajaran matematika terkhusus meningkatkan komunikasi

matematika siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan :

Sejalan dengan perkembangan dalam dunia pendidikan, telah banyak juga

perkembangan dalam model pembelajaran. “Cara yang dipandang tepat untuk

mengembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa adalah berdiskusi

(27)

9

Percakapan antara siswa dan siswa maupun siswa dengan guru akan

mendorong atau memperkuat pemahaman yang mendalam akan konsep-konsep

matematika.

“Kemampuan komunikasi matematika dapat terjadi ketika siswa belajar kelompok, ketika siswa menjelaskan suatu algoritma untuk memecahkan

suatu persamaan, ketika siswa menyajikan cara unik untuk memecahkan

masalah, ketika siswa mengkonstruk dan menjelaskan suatu representasi

grafik terhadap fenomena dunia nyata, atau ketika siswa memberikan suatu

konjektur tentang gambar-gambar geometri”(NCTM (dalam Ansari,

2009:10)).

Lebih tegas lagi Ansari (2009:56) menyatakan bahwa salah satu strategi

belajar yang mendukung kemampuan komunikasi matematika siswa adalah model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw

merupakan model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa yang

berbentuk kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar.

Bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan tiap siswa

bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari materi pelajaran tersebut.

Setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap pendapat,

kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama

saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

Hal ini dilihat dari langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw, yaitu pada tahap diskusi dengan kelompok ahli, siswa dapat

berdiskusi/bertukar pendapat dan aktif serta siswa dituntut bertanggung jawab atas

penguasaan materi belajar sehingga pada tahap berdiskusi dengan kelompok asal,

setiap anggota mampu menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap

pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara

bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota dalam mencapai indikator

komunikasi matematika yang baik yaitu menulis penjelasan dari jawaban

permasalahannya secara matematis, masuk akal dan jelas, serta tersusun secara

(28)

10

secara lengkap dan benar, serta memodelkan matematika dengan benar, kemudian

melakukan perhitungan atau mendapat solusi secara lengkap dan benar.

Sejalan dengan itu, menurut Isjoni (2011:54): ”Jigsaw merupakan salah satu

tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal”.

Dari uraian diatas terlihat bahwa model pembelajaran jigsaw dianggap

mampu mengoptimalkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam bekerja sama yang

semuanya membutuhkan kemampuan komunikasi matematika.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul

penelitian : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 43 Medan T.A 2015/2016”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah sehingga menyebabkan

rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berdampak pada kesejahteraan

masyarakat dan kemajuan negara Indonesia.

2. Siswa SMP Negeri 43 Medan menganggap bahwa matematika sebagai mata

pelajaran yang sulit dan membosankan.

3. Kemampuan komunikasi matematika siswa SMP Negeri 43 Medan khususnya

kemampuan komunikasi matematika tertulis masih rendah

4. Siswa SMP Negeri 43 Medan tidak terbiasa untuk mengungkapkan

pendapatnya pada saat pembelajaran berlangsung.

5. Proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa SMP Negeri 43 Medan

untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematikanya.

6. Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru SMP Negeri 43

Medan masih berorientasi pada pembelajaran konvensional sehingga siswa

(29)

11

1.3Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, maka peneliti membatasi masalah

penelitian. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah: peningkatan komunikasi

matematika siswa di Kelas VIII SMP Negeri 43 Medan Tahun Ajaran 2015/2016

dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VIII

SMP Negeri 43 Medan tahun ajaran 2015/2016 ?

2. Bagaimana aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII SMP Negeri 43 Medan tahun ajaran

2015/2016 ?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa setelah

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII di SMP

Negeri 43 Medan tahun ajaran 2015/2016?

1.5Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa di

kelas VIII SMP negeri 43 Medan tahun ajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII SMP negeri 43 Medan tahun

ajaran 2015/2016.

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa

setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII di

(30)

12

1.6Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan manfaat yang berarti, yaitu:

1. Bagi siswa, meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam

belajar matematika yang akan membawa pengaruh positif dengan

meningkatnya hasil belajar siswa.

2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru bidang studi

matematika dalam menentukan model pembelajaran yang efektif pada kegiatan

belajar mengajar.

3. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah dalam

rangka perbaikan model pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.

4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

yang nantinya menjadi pembelajaran bagi peneliti untuk diterapkan dalam

pembelajaran di sekolah

5. Bagi penelitis lain, sebagai bahan masukan awal dalam melakukan kajian

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan

sudah baik dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa

di kelas VIII SMP negeri 43 Medan tahun ajaran 2015/2016

2. Aktivitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw di kelas VIII SMP negeri 43 Medan tahun ajaran 2015/2016 sudah baik

dan mencapai kriteria pencapaian waktu ideal.

3. Kemampuan komunikasi matematika siswa setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VIII di SMP negeri 43 Medan

tahun ajaran 2015/2016 mengalami peningkatan, hal ini tampak dari ketuntasan

klasikal pada tes awal KKM (kemampuan komunikasi matematika) yaitu

sebesar 25%, pada tes KKM I meningkat menjadi 44,44%, pada tes KKM II

sebesar 44,44%, pada tes KKM III meningkat menjadi 86,11%, dan pada tes

KKM IV meningkat lagi menjadi 88,88%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika disarankan untuk menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam mengajarkan materi

pembelajaran matematika sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika siswa, selalu melibatkan siswa dalam

pembelajaran dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses

belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar,

sebelum memulai pembelajaran hendaknya mengkondisikan siswa dalam

keadaan nyaman dan siap untuk belajar, karena kondisi yang nyaman

(32)

146

2. Kepada siswa khususnya siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematika rendah disarankan untuk lebih aktif dalam proses belajar

mengajar, lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal dan lebih berani

untuk mengungkapkan ide dan pendapat saat berdiskusi.

3. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek-aspek komunikasi yang

lain dalam pembelajaran dan memperhatikan pokok bahasan yang akan

dipilih yaitu dengan memilih pokok bahasan yang tidak terkait antara satu

(33)

147

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikas. Banda Aceh: Pena

Arikunto, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Ayuk. 2015. “Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Mind Mapping Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Peserta Didik Kelas X Pada Pokok Bahasan Akar, Pangkat Dan Logaritma Di Sma Negeri 4 Kota Kediri Tahun Pelajaran 2015/2016”. simki.unpkediri.ac.id/ mahasiswa / fileartikel/ 2015 /11.1.01.05.0161. pdf (diakses pada tanggal 29 Juli 2016)

Bambang, R. 2008. Membangun keterampilan komunikasi matematika dan nilai moral siswa melalui model pembelajaran pangajen. https://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/membangun-keterampilankom unikasi-matematika-dan-nilai-moral-siswa-melalui-model-pembelajaran-bentang-pangajen/#more-351 (diakses 9 januari 2016).

Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media

Dellasera, Qory. 2013. Kualitas Pendidikan Indonesia.

http://www.kompasiana.com/www.savanaofedelweiss.com/kualitaspendidi kan-indonesia-refleksi-2-mei_5529c509f17e610d25d623ba (diakses pada tanggal 05 Maret 2016)

Depdiknas. 2006. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatakn Kemempuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Forum Penelitian. Edisi khusus No. 1: 76-89

(34)

148

Heryani, Yeni. 2014. Peningkatan Kemampuan Koneksi Dan Komunikasi Matematik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Peserta Didik SMK Negeri Di Kabupaten Kuningan. Vol 1 No 1. http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JPK/article/view/5 (diakses pada tanggal 29 juli 2016)

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Kompas. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun.

http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan. Matematika.Indonesia.Menurun (diakses pada tanggal 11 Januari 2016)

Kompas. 2013. Skor PISA: Posisi Indonesia Nyaris Jadi Juru Kunci.

http://www.kopertis12.or.id/2013/12/05/skor- pisa-posisi- indonesia-nyaris jadi -juru-kunci.html (diakses pada tanggal 05 Maret 2016)

Lie, A. 2010. Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang – Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo

Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal MIPMIPA UNHALU. Volume 8 No 1 ISSN 1412-2318:1-9

Muhardi. 2004. Kontribusi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia. jurnal Manajemen. FE. Universitas Islam Bandung. Vol 20 No 4. http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/153 (diakses 9 januari 2016)

Nurhariyanti, Dwi Citra. 2010. Peningkatan Mutu Pendidikan.

https://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/landasan-dan-problematika-dal am-pendidikan/peningkatan-mutu-pendidikan/(diakses 12 januari 2016)

Qohar. 2009. Pengunaan Reciprocal Teaching Untuk Mengembangkan Komunikasi Matematis. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Fakultas MIPA. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

http://eprints.uny.ac.id/12258/1/M_Pend_2_Abd.%20Qohar.pdf (diakses 25 januari 2016)

(35)

149

Rosdijati, Nani dan Widyaiswara Madya. Peran Dan Fungsi Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran.

http://lpmpjateng.go.id/web/index.php/arsip/karya-tulis-ilmiah/899-peran-dan- fungsi -guru- dalam- meningkatkan- mutu- pembelajaran (diakses 9 januari 2016)

Riyanto, Theo. 2002. Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta: Grasindo

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pross Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sari, Dyah Khoirina. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Stad Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Pada Materi Persamaan Garis Lurus Kelas VIII. Skripsi FMIPA. UNNES. Semarang. http://lib.unnes.ac.id/968/1/7356.pdf (diakses 11 Januari 2016)

Sinaga B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Disertasi. Program Studi Pendidikan Matematika. Surabaya: UNS

Slameto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugianto, dkk. 2012. Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMA, Jurnal Didaktik Matematika. FMIPA. UNIMED. Medan. ISSN: 2355-4185:96-128.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=157637&val=5828&t itle=PERBEDAAN%20PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJARA N%20KOOPERATIF%20TIPE%20JIGSAW%20DAN%20STAD%20DI TINJAU%20DARI%20KEMAMPUAN%20PENALARAN%20DAN%20 KOMUNIKASI%20MATEMATIS%20SISWA%20SMA (diakses 11 Januari 2016)

Sutirman. 2013. Media & Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tim UPPL. 2015. Buku Petunjuk Program Pengalaman Lapangan Terpadu Program S1 Kependidikan. Medan: UNIMED

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana.

(36)

150

Gambar

Tabel 4.12  Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Gambar 4.4  Persentase Jumlah Siswa Yang Memiliki Kemampuan
Gambar1.1 Jawaban Tes Awal Siswa1
Gambar 1.2 Jawaban Tes Awal Siswa 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk masing-masing proses pentransferan da- ta menggunakan rumus pada proses perhitungannya, yaitu dengan cara membagi ukuran data dengan waktu transfer yang didapat.

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

Maka tak perlu dipasang rangkaian umpan balik untuk menggunakannya seperti halnya penguat operasioanal (op-amp). Penguat instrumentasi yang bermutu tinggi dibuat

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, agar saudara dapat hadir dan membawa dokumen asli sesuai dengan yang di upload pada website :hhtp/www.lpse.sumsel.polri.go.id

 Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal (pyramidal) merupakan jalur desending yang terdiri dari