• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Asam Amino dan Taurin Ubur-ubur (Aurelia aurita) Segar dan Kering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Asam Amino dan Taurin Ubur-ubur (Aurelia aurita) Segar dan Kering"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN ASAM AMINO DAN TAURIN

UBUR-UBUR (Aurelia aurita) SEGAR DAN KERING

NUROKHMATUNNISA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PENENTUAN ASAM AMINO DAN TAURIN

UBUR-UBUR (Aurelia aurita) SEGAR DAN KERING

NUROKHMATUNNISA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penentuan Asam Amino dan Taurin Ubur-ubur (Aurelia aurita) Segar dan Kering.” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

(6)
(7)

ABSTRAK

NUROKHMATUNNISA. Penentuan Asam Amino dan Taurin Ubur-ubur

(Aurelia aurita) Segar dan Kering. Dibimbing oleh NURJANAH dan AGOES

MARDIONO JACOEB.

Ubur-ubur merupakan salah satu komoditas hasil perairan yang ditemukan hampir di seluruh perairan laut Indonesia. Ubur-ubur diduga memiliki kandungan gizi tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi gizi, asam amino, serta taurin pada ubur-ubur (Aurelia aurita) segar dan kering. Asam amino esensial yang terdapat pada ubur-ubur yaitu arginin, leusin, valin, treonin, lisin, isoleusin, fenilalanin, metionin, dan histidin, sedangkan asam amino non esensial yaitu asam glutamat, glisin, asam aspartat, serin, alanin, dan tirosin. Kandungan asam amino lebih rendah pada ubur-ubur kering. Kandungan asam amino esensial pada ubur-ubur segar dan kering tertinggi adalah arginin sebesar 1,72% (bk) dan 1,44% (bk), dan terendah adalah histidin yaitu sebesar 0,19% (bk) dan 0,13% (bk). Kandungan asam amino non esensial pada payung ubur-ubur segar dan kering tertinggi adalah asam glutamat dan glisin yaitu sebesar 3,26% (bk) dan 2,62% (bk), dan terendah adalah tirosin yaitu sebesar 0,38% (bk) dan 0,41% (bk). Kandungan taurin payung ubur-ubur segar sebesar 2,68% (bk), dan kering sebesar 0,67% (bk).

Kata kunci: asam amino, proksimat, taurin, ubur-ubur (Aurelia aurita).

ABSTRACT

NUROKHMATUNNISA. Determination of Amino Acids and Taurine on Fresh and Dried jellyfish (Aurelia aurita). Supervised by NURJANAH and AGOES MARDIONO JACOEB.

Jellyfish is one of aquatic product comodity that found in virtually any Indonesian waters. The jellyfish is expected has a high nutrition contents. The purpose of this research is to determine the compisition of nutrition, amino acids and taurin in fresh and dried jellyfish (Aurelia aurita). The essential amino acids that contained in jellyfish are arginine, leucine, valine, threonine, lysine, isoleucine, phenylalanine, methionine, and histidine, whereas non essential amino acidsare glutamic acid, glysine, aspartic acid, serine, alanine, and tyrosine. The amino acids content are lower in dried jellyfish. The highest of essential amino acid content in fresh and dried jellyfish is arginine, 1.72% (db) and 1.44% (db), and the lowest is histidine, 0.19% (db) and 0.13% (db). The highest of non essential amino acid content in fresh and dried jellyfish are glutamic acid and glysin, 3.26% (db) and 2.62% (db), and the lowest is tyrosine, 0.38% (db) and 0.41% (db). The content of taurine in fresh jellyfish umbrella is 2.68% (db) and dried jellyfish 0.67% (db).

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Penentuan Asam Amino dan Taurin Ubur-ubur (Aurelia aurita) Segar dan Kering

Nama : Nurokhmatunnisa NIM : C34090062

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Prof.Dr.Ir. Nurjanah, MS. Pembimbing I

Dr.Ir. Agoes M Jacoeb, Dipl.- Biol. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ruddy Suwandi MS, M Phil. Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Mei 2013 dengan judul Penentuan Asam Amino dan Taurin Ubur-ubur (Aurelia aurita) Segar dan Kering.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Nurjanah, M.S. dan Dr. Ir. Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl.- Biol. selaku dosen pembimbing, dan Dr. Sugeng Heri Suseno, S. Pi., M. Si. selaku dosen penguji, serta staf dosen dan administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu, Bapak, kakak-kakak tersayang, dan keluarga besar yang senantiasa memberi semangat dan doa, serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian ini. Ungkapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada Kementrian Agama RI, teman-teman CSS MoRA, teman-teman-teman-teman Spada dan Godja Holic, serta teman-teman seperjuangan Amel dan Detti, dan teman-teman THP 46, 44, 45, 47, dan 48 atas segala bantuan dan motivasinya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Analisis Penelitian 3

Preparasi bahan baku 3

Pengolahan ubur-ubur kering 3

Analisis proksimat 4

Analisis asam amino 6

Analisis taurin 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Karakteristik Bahan Baku 7

Rendemen Ubur-ubur (Aurelia aurita) 8

Komposisi Kimia Payung Ubur-ubur (A. aurita) 9

Kandungan Asam Amino Payung Ubur-ubur (A. aurita) 11

Kandungan Taurin Payung Ubur-ubur (A. aurita) 13

KESIMPULAN DAN SARAN 16

Kesimpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

(13)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia payung ubur-ubur (A. aurita) segar dan kering 9 2 Komposisi asam amino payung ubur-ubur (A. aurita) 11 3 Komposisi asam amino beberapa jenis ubur-ubur (%) 15

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir kerangka penelitian 3

2 Ubur-ubur segar dan ubur-ubur kering 8

3 Rendemen ubur-ubur (A. aurita) 8

4 Diagram batang taurin ubur-ubur (A. aurita) 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh perhitungan analisis proksimat payung ubur-ubur 19 2 Contoh perhitungan analisis asam amino payung ubur-ubur 21 3 Contoh perhitungan analisis taurin payung ubur-ubur 21

4 Kromatogram asam amino 22

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ubur-ubur merupakan salah satu komoditas hasil perairan yang ditemukan hampir di seluruh perairan laut Indonesia, serta memiliki jenis yang banyak. Ubur-ubur yang telah diusahakan adalah yang tertangkap di perairan Riau dan Kalimantan Barat, perairan sepanjang pantai utara Jawa, perairan Cilacap, dan perairan Ambon. Menurut data statistik perikanan tangkap Indonesia, produksi ubur-ubur pada tahun 2011 mencapai 674.000 ton (KKP 2011). Ubur-ubur umumnya diolah secara tradisional yaitu dengan penggaraman. Di beberapa negara diantaranya China dan Jepang, ubur-ubur banyak dikonsumsi manusia dalam bentuk asinan ubur-ubur. Di Indonesia, umumnya ubur-ubur belum dimanfaatkan secara optimal sehingga lebih banyak diekspor ke luar negeri. Hal tersebut disebabkan kurangnya informasi mengenai kandungan gizi ubur-ubur.

Murniyati (2009) menyatakan bahwa ubur-ubur dapat digunakan sebagai obat dan dipercaya dapat menyembuhkan arthritis, tekanan darah tinggi, sakit mag, melembutkan kulit, serta meningkatkan fungsi pencernaan. Hsiesh et al. (2001) menyatakan bahwa ubur-ubur memiliki kalori yang rendah, mengandung 95% air, dan 4-5% protein, terutama kolagen. Rackmil et al. (2009) menyatakan bahwa ubur-ubur mengandung protein sebesar 9,20%.

Protein merupakan komponen yang tersusun dari berbagai jenis asam amino. Protein berfungsi menyusun jaringan material tubuh dan sebagai enzim, serta hormon yang diperlukan pada proses metabolisme dan pengaturan tubuh. Mutu protein tergantung dari kelengkapan kadar asam amino esensialnya. Hasil perairan berpotensi sebagai protein hewani yang memiliki nilai biologi protein tinggi sebagai sumber asam amino esensial (Nurjanah et al. 2011). Hal tersebut mendasari dilakukannya penelitian mengenai kandungan asam amino dan taurin pada ubur-ubur.

Perumusan Masalah

Ubur-ubur merupakan komoditas hasil perairan yang jumlahnya cukup melimpah, namun belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya informasi mengenai kandungan gizi ubur-ubur. Hasil perairan berpotensi sebagai sumber protein hewani dan asam amino esensial. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ubur-ubur mengandung 9,20% protein, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan asam amino dan taurin pada ubur-ubur.

Tujuan Penelitian

(15)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi informasi mengenai komposisi gizi, asam amino, serta taurin pada ubur-ubur segar dan kering.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan contoh, analisis kandungan gizi, analisis asam amino, analisis taurin, analisis data, dan penulisan laporan.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Mei 2013. Preparasi dilakukan di Laboratorium Pengetahuan Bahan Baku Industri Hasil Perairan, analisis proksimat di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, sentrifugasi di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Hewan, dan analisis asam amino di Laboratorium Terpadu,Institut Pertanian Bogor. Analisis taurin dilakukan di Laboratorium Saraswanti Indo-Genetech, Bogor.

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubur-ubur

(Aurelia aurita) dari perairan Cirebon. Bahan yang digunakan untuk proses

pengeringan ubur-ubur adalah air, garam, dan tawas. Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat adalah akuades, selenium, H2SO4, NaOH, HCl, asam borat, kertas saring, kapas, dan pelarut heksana. Bahan yang digunakan untuk analisis asam amino adalah ortoftalaldehida (OPA), natrium hidroksida, asam borat, larutan brij-30 30%, merkaptoetanol, larutan standar asam amino 0,5 µmol/mL, Na-EDTA, metanol, tetrahidrofuran (THF), dan Na-asetat. Bahan yang digunakan untuk analisis taurin adalah akuabides, pereaksi Carrez I dan II, larutan standar taurin 100 µg/mL, buffer Na2CO3, pereaksi dansil klorida, dan metilamin HCl.

Alat

(16)

3

tanur Yamato tipe FM 38 dan desikator (analisis kadar abu). Alat yang digunakan untuk analisis asam amino adalah membran millipore 0,45 mikron, perangkat HPLC merk Shimadzu LC-10 AD kolom ODS, syringe 100 µL, vial 1 mL, labu takar 100 mL, dan ampul. Alat yang digunakan untuk analisis taurin adalah HPLC merk Shimadzu LC-10 AD kolom C-18, kertas saring No 42, labu takar 100 mL, vial 5 mL.

Prosedur Analisis Penelitian

Tahapan penelitian dimulai dengan pengambilan sampel ubur-ubur yang berasal dari perairan Cirebon. Ubur-ubur kemudian dipreparasi, sebagian dibiarkan segar dan sebagian diolah menjadi ubur-ubur kering. Tahap selanjutnya dilakukan analisis proksimat, asam amino, serta taurin pada ubur-ubur segar dan kering. Kerangka penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir kerangka penelitian

Preparasi Bahan Baku

Sampel ubur-ubur (A. aurita) diukur morfometrik dan bobotnya. Tahap selanjutnya dipisahkan bagian medusa dari jeroan dan tentakelnya. Bagian medusa yang telah dipisahkan dibagi menjadi dua bagian untuk ubur-ubur segar dan ubur-ubur yang akan diolah menjadi ubur-ubur kering.

Pengolahan Ubur-ubur Kering (Manuputty 1988)

Pengolahan ubur-ubur kering terdiri dari tujuh tahap. Tahap pertama, sebanyak 3.300 gram bagian medusa direndam dalam 10 L air tawar dan dicampur dengan 50 gram tawas selama 3-5 jam atau sampai terlihat adanya lapisan tebal berwarna putih pada sub-umbrella. Tahap kedua, medusa dibersihkan dari lapisan tebal berwarna putih, kemudian disusun pada wadah yang

Segar Kering

Analisis Proksimat

Analisis Asam Amino

Preparasi sampel (pemisahan tentakel dari medusa), dan pembuatan ubur-ubur kering

Daging utuh

(17)

4

lain dengan bagian sub-umbrella ke atas dan dibiarkan selama 3-4 hari. Diantara tumpukan medusa diberi tawas 120 gram dan garam 600 gram. Tahap ini akan mereduksi kurang lebih 50% dari cairan. Tahap ketiga, medusa dipindahkan ke wadah lain yang telah diisi dengan campuran tawas 60 gram dan garam 80 gram selama 3 hari. Tahap ini akan mereduksi kurang lebih 70% dari cairan. Tahap keempat, medusa dipindahkan ke wadah berikutnya, kemudian ditambah tawas 30 gram dan garam 40 gram. Setelah 4 hari tepi medusa akan mulai terlipat dan dicuci dengan larutan garam. Bagian selaput tipis pada medusa dibuang kemudian dicuci kembali dengan larutan garam.

Tahap kelima, medusa disusun dalam wadah berikutnya dan diberi garam 300 gram. Setelah 3 hari, medusa dicuci kembali dengan larutan garam. Tahap keenam, medusa yang telah berbentuk lempengan disusun dalam wadah yang lain, kemudian ditaburi garam 200 gram (garam ditaburkan pada setiap lapisan). Larutan garam dimasukkan pada wadah hingga mencapai 4/5 bagian dari wadah tersebut. Bagian atas ditutup dan diberi pemberat agar mengurangi cairan dari lempengan medusa. Tahap ketujuh, lempengan medusa dipindahkan ke wadah bersih.

Analisis Proksimat

Analisis proksimat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan yang meliputi analisis kadar air, abu, lemak, dan protein.

a. Analisis kadar air (AOAC 950.46B 2005)

Analisis kadar air diawali dengan cawan porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ºC selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga beratnya konstan. Sampel payung ubur-ubur 5 gram dimasukkan ke dalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 ºC selama 5 jam atau hingga beratnya konstan. Cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin dan selanjutnya ditimbang kembali.

B1 = Berat cawan yang diisi sampel (gram)

B2 = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram)

b. Analisis kadar abu (AOAC 900.02 2005)

(18)

5

suhu 600 ºC selama 7 jam. Cawan dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin, kemudian ditimbang.

Perhitungan kadar abu:

% Kadar abu (basis basah) = Bobot setelah tanur - cawan kosong (g) x 100% Berat sampel awal (g)

% Kadar abu (basis kering) = kadar abu (bb) x 100% 100 - kadar air (bb)

c. Analisis kadar lemak (AOAC 996.06 2005)

Sampel payung ubur-ubur 5 gram (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring, pada kedua ujung kertas saring ditutup dengan kapas bebas lemak, kemudian dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan dengan tabung Soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung Soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (n-heksana), serta direfluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor pada saat destilasi, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ºC, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3).

Perhitungan kadar lemak:

% Kadar lemak (basis basah) =W3 - W2 x 100% W1

% Kadar lemak (basis kering) = kadar lemak (bb) x 100% 100 - kadar air (bb)

Keterangan:

W1 = Berat sampel (gram)

W2 = Berat labu lemak kosong (gram) W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)

d. Analisis kadar protein (AOAC 960.52 2005)

(19)

6

titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh. Perhitungan kadar protein adalah sebagai berikut.

% N = (mL HCl - mL blanko) x N HCl x 14,007 x 100% berat sampel (mg)

% Kadar protein (basis basah) = %N x Faktor konversi (6,25) % Kadar protein (basis kering) = kadar protein (bb) x 100%

100 - kadar air (bb)

e. Analisis karbohidrat by difference

Kadar karbohidrat total ditentukan dengan metode by difference yaitu: 100% - (kadar air + abu + protein + lemak).

f. Protein larut air (Wahyuni 1992)

Sampel payung ubur-ubur 5 gram ditimbang, kemudian ditambah 50 mL akuades, lalu dihomogenkan dengan homogenizer selama 5 menit. Sampel kemudian disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit dengan suhu 4 ºC, lalu disaring dengan kertas saring Whatman. Filtrat ditampung dalam erlenmeyer. Filtrat sebanyak 10 mL dianalisis kandungan proteinnya dengan metode Kjehldal. Perhitungan kadar protein larut air adalah sebagai berikut.

% protein = (mL HCl - mL blanko) x N HCl x FP x 14,007 x 100% berat sampel (mg)

Keterangan:

FP = Faktor pengenceran

g. Protein larut garam (Wahyuni 1992)

Sampel payung ubur-ubur 5 gram ditimbang, kemudian ditambah 50 mL larutan NaCl 5%, lalu dihomogenkan dengan homogenizer selama 5 menit. Sampel kemudian disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit dengan suhu 4 °C, lalu disaring dengan kertas saring Whatman. Filtrat ditampung dalam erlenmeyer. Filtrat sebanyak 10 mL dianalisis kandungan proteinnya dengan metode Kjehldal. Perhitungan kadar protein larut air adalah sebagai berikut.

% protein = (mL HCl mL blanko) x N HCl x FP x 14,007 x 100% berat sampel (mg)

Keterangan:

FP = Faktor pengenceran

Analisis Asam Amino

Komposisi asam amino ditentukan menggunakan alat High Performance

Liquid Chromatografi (HPLC). Analisis asam amino dengan HPLC terdiri dari

(20)

7

Tahap selanjutnya adalah pengeringan. Sampel yang telah dihidrolisis disaring ke dalam labu evaporator 50 mL dengan kertas saring Millipore, kemudian dibilas dengan 2 mL HCl 0,01 N dan cairan bilasan dimasukkan ke dalam labu evaporator. Proses ini diulangi hingga 2-3 kali, sampel kemudian dikeringkan. Tahap selanjutnya adalah derivatisasi. Larutan derivatisasi sebanyak 25 µL ditambah pada hasil pengeringan dan dibiarkan selama 1 menit. Larutan derivatisasi dibuat dari larutan buffer kalium borat dengan sampel 1:1, kemudian dicampurkan dengan larutan Ortoftalaldehida (OPA) dengan perbandingan 5:1 dengan sampel. Hasil saringan diambil sebanyak 5 µL untuk diinjeksikan ke HPLC. Kandungan asam amino dalam bahan dapat dihitung dengan rumus:

% asam amino = luas area sampel x C x Vtera x BM x 100% luas area standar x bobot sampel

Keterangan:

C = Konsentrasi standar asam amino (µmol/mL)

BM = Bobot molekul dari masing-masing asam amino (g/mol)

Analisis Taurin

Sampel payung ubur-ubur 5,0 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung ukur 100 mL, kemudian ditambah 80 mL akuabides dan 1 mL pereaksi Carrez I dan II lalu dikocok hingga homogen. Selanjutnya diencerkan dengan menambahkan akuabides sampai tanda tera dan dikocok hingga homogen. Kemudian larutan disaring menggunakan kertas saring No 42. Filtrat disimpan pada suhu 4 ºC.

Tahap derivatisasi dilakukan dengan mengambil 1 mL ekstrak sampel dimasukkan ke labu takar 10 mL, kemudian ditambah 1 mL buffer Na2CO3 dan 1 mL pereaksi dansil klorida. Setelah itu sampel didiamkan selama 2 jam lalu dikocok dan ditambah 0,5 mL larutan metilamin HCl kemudian dikocok kembali hingga homogen. Hasil derivatisasi diambil sebanyak 20 µL untuk diinjeksikan ke dalam HPLC. Kandungan taurin dalam bahan dapat dihitung dengan rumus:

Taurin (mg/kg) = luas area sampel x C x volume labu x FP luas area standar x bobot sampel (g) Keterangan:

C = Konsentrasi standar taurin (µg/mL) FP = Faktor pengenceran

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bahan Baku

(21)

8

tergolong jenis Aurelia aurita. Ubur-ubur yang telah dikeringkan berbentuk lempengan berwarna kekuningan dengan tekstur yang lebih kompak, padat, dan elastis. Hal ini disebabkan adanya penambahan tawas selama pengolahan ubur-ubur. Nurrahman dan Isworo (2002) menyebutkan bahwa perendaman dalam larutan tawas menyebabkan tekstur daging ikan menjadi lebih kompak, kesat, dan keras.

Ubur-ubur yang digunakan untuk proses pengeringan adalah ubur-ubur yang memiliki diameter minimum 25 cm, dengan bobot payung ubur-ubur segar sebanyak 3.300 gram. Bobot payung ubur-ubur kering menjadi 32% dari bobot awal, yaitu sebesar 1.056 gram. Hal ini disebabkan adanya penambahan garam dan tawas yang pada prinsipnya untuk menarik cairan tubuh dan menghilangkan lendir. Sesuai dengan pernyataan Trimaningsih (2008) bahwa tawas berfungsi untuk memperoleh penyusutan minimum agar lapisan ektoderm (lapisan kulit atau daging) ubur-ubur menjadi pipih dan kenyal serta garam yang berfungsi sebagai bahan pengawet dan pengering ubur-ubur. Ubur-ubur yang digunakan disajikan pada Gambar 2.

(a) (b)

Gambar 2 (a) Ubur-ubur segar (b) Ubur-ubur kering

Rendemen ubur-ubur (A. aurita)

Rendemen adalah persentase bagian bahan baku yang dapat dimanfaatkan. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu bahan atau produk. Semakin tinggi nilai rendemen suatu bahan maka nilai ekonomisnya akan lebih tinggi begitu pula dengan pemanfaatannya. Rendemen ubur-ubur disajikan pada Gambar 3.

(22)

9

Gambar 3 menunjukkan bahwa rendemen daging yang meliputi payung dan tentakel memiliki persentase paling besar. Rendemen payung sebesar 59%, rendemen tentakel 37% dan jeroan sebesar 4%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Solihat (2004) bahwa ubur-ubur memiliki rendemen daging yang paling besar. Besarnya rendemen yang dapat dimanfaatkan menjadikan ubur-ubur sebagai komoditas perairan bernilai ekonomis tinggi.

Komposisi Kimia Payung Ubur-ubur (A. aurita)

Komposisi kimia suatu bahan pangan perlu diketahui karena dapat menentukan kandungan gizi yang terdapat didalamnya. Kandungan gizi bahan pangan meliputi air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat. Komposisi kimia payung ubur-ubur segar dan kering disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi kimia payung ubur-ubur (A. aurita) segar dan kering

Parameter Payung ubur-ubur segar (%) Payung ubur-ubur kering (%) basis basah basis kering basis basah basis kering Kadar air sebesar 96,1% ± 0,2, dan jenis Rhizostoma octopus sebesar 96,5% ± 0,8. Kadar air yang tinggi ini diduga karena ubur-ubur memiliki massa jenis yang hampir sama dengan massa jenis air laut. Kadar air payung ubur-ubur kering sebesar 68,67%. Penurunan kadar air diduga karena penambahan garam dan penjemuran. Garam bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap air yang terkandung dalam bahan kemudian menurunkan aktivitas air dari bahan tersebut (Winarno 2008). Penjemuran menyebabkan pelepasan molekul air dari produk sehingga kadar air berkurang (Purwadaria et al.1999).

Kadar abu

(23)

10

sebesar 19,79% bk. Penurunan kadar abu diduga karena penambahan tawas selama pengolahan. Sudiarti (2009) menyatakan bahwa tawas memiliki kemampuan untuk menyerap senyawa organik maupun anorganik, sehingga kandungan senyawa organik dan anorganik dalam bahan menurun.

Kadar protein

Kadar protein payung ubur-ubur segar sebesar 35,63% bk. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Rackmil et al. (2009) yang menyatakan bahwa kadar protein pada ubur-ubur adalah 9,20%. Hal tersebut diduga karena perbedaan wilayah penangkapan dan fase pertumbuhan sehingga kandungan protein berbeda. Kadar protein payung ubur-ubur kering sebesar 35,40% bk. Penurunan kadar protein tersebut tidak signifikan jika dibandingkan dengan payung ubur-ubur segar. Nurrahman dan Isworo (2008) menyatakan bahwa tawas dapat menggumpalkan protein sehingga pada saat perendaman ubur-ubur tidak banyak protein yang keluar dari daging.

Kadar protein larut air (PLA) payung ubur-ubur segar sebesar 16,48% bk, sedangkan protein larut garam (PLG) sebesar 16,67% bk. Hal ini menunjukkan bahwa pada payung ubur-ubur segar lebih banyak terdapat protein miofibril dibandingkan dengan protein sarkoplasma, namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan. Protein larut air disebut sebagai protein sarkoplasma yang terdapat dalam plasma sel. Protein ini terdiri dari mioglobin, enzim dan albumin lainnya. Protein tersebut berperan sebagai enzim pada hasil perairan, dan menghalangi kemampuan pembentukan gel. Protein larut garam disebut sebagai protein miofibril, terdiri dari aktin, miosin, dan protein regulasi. Protein ini berfungsi untuk kontraksi otot dan berperan dalam pembentukan gel. Kadar protein larut air (PLA) payung ubur-ubur kering sebesar 5,62% bk, sedangkan protein larut garam (PLG) sebesar 2,78% bk. Kadar protein larut air lebih tinggi dibandingkan protein larut garam, diduga karena penambahan tawas selama pengolahan. Nurrahman dan Isworo (2008) menyatakan bahwa tawas dapat mempengaruhi kelarutan protein menjadi lebih larut dalam air.

Kadar lemak

Kadar lemak payung ubur-ubur segar sebesar 13,22% bk. Hasil ini berbeda dengan penelitian Rackmil et al. (2009) yang menyatakan kadar lemak pada ubur-ubur jenis Aurelia aurita adalah 2,05%. Hal ini diduga karena perbedaan wilayah dan waktu penangkapan sehingga kadar lemak yang terkandung pada ubur-ubur tidak sama. Kadar lemak payung ubur-ubur kering mengalami penurunan menjadi 0,96% bk. Hal ini diduga karena proses perendaman air dan penambahan garam. Hermansyah (1999) menyatakan bahwa adanya air menyebabkan penguraian lemak menjadi asam lemak dan gliserol berjalan dengan baik. Hal ini didukung pernyataan Ahmed et al. (2010), bahwa lemak dalam bahan tercuci selama pengolahan disebabkan adanya pertukaran lemak dari daging dan garam ke dalam daging.

Karbohidrat

Karbohidrat pada analisis komposisi kimia (proksimat) dihitung secara by

difference. Kandungan karbohidrat pada payung ubur-ubur segar sebesar 14,37%

(24)

11

disebabkan oleh kadar abu, protein, dan lemak pada payung ubur-ubur kering turun sehingga kadar karbohidrat akan meningkat secara proporsional.

Kandungan Asam Amino Payung Ubur-ubur (A. aurita)

Asam amino esensial yang terdapat pada ubur-ubur yaitu arginin, leusin, valin, treonin, lisin, isoleusin, fenilalanin, metionin, dan histidin. Triptofan tidak ditemukan pada ubur-ubur diduga karena mengalami kerusakan selama hidrolisis asam. Asam amino non esensial yang terdapat pada ubur-ubur yaitu asam glutamat, glisin, asam aspartat, serin, alanin, dan tirosin. Kandungan asam amino pada payung ubur-ubur dinyatakan dalam basis basah dan kering. Komposisi asam amino pada payung ubur-ubur disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi asam amino payung ubur-ubur (A. aurita)

Jenis asam amino Payung ubur-ubur segar Payung ubur-ubur kering Asam amino Keterangan : bb = basis basah; bk = basis kering; data diperoleh dari tiga kali ulangan

(25)

12

Kandungan asam amino esensial lainnya adalah leusin, valin, treonin, lisin, isoleusin, fenilalanin, dan metionin. Leusin, isoleusin, dan valin berfungsi untuk menghambat kelelahan otot serta membentuk protein otot selama setelah berolahraga (Mutumanikam 2013). Treonin berperan meningkatkan penyerapan usus dan fungsi pencernaan (Stoll 2006). Fenilalanin berfungsi sebagai penghantar atau transduksi sinyal menuju otak (Handayani et al. 2011). Metionin berfungsi melindungi kerusakan otak dan meningkatkan fungsi imun (Brummelen dan Toit 2006). Kandungan asam amino esensial terendah adalah histidin sebesar 0,19% (bk). Hasil ini berbeda dengan Suganthi dan Perumal (2012) yang menyatakan histidin merupakan asam amino terendah pada daging ubur-ubur jenis Chrysaora

quinquecirrha yaitu sebesar 0,45% (bb). Asam amino histidin menjadi asam

amino pembatas pada ubur-ubur. Asam amino pembatas merupakan asam amino yang berada dalam jumlah paling sedikit. Histidin dibutuhkan oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan (Kresnawan dan Markun 2008).

Kandungan asam amino esensial pada payung ubur-ubur kering lebih rendah dibandingkan dengan payung ubur-ubur segar (Tabel 2), namun perbedaannya tidak signifikan. Hal ini diduga karena penambahan garam dan tawas pada pengolahan ubur-ubur kering. Nurrahman dan Isworo (2008) menyatakan penambahan tawas dapat meningkatkan difusi asam amino keluar dari daging sehingga asam amino dalam daging menurun, namun dengan penambahan garam penurunan asam amino tidak signifikan. Menurut Kurniawan (2008), garam menghambat aktivitas enzim protease sehingga protein yang terpecahkan menjadi asam amino menurun.

Kandungan asam amino non esensial tertinggi pada payung ubur-ubur segar yaitu asam glutamat dan glisin sebesar 3,26% (bk). Hasil ini berbeda dengan penelitian Pearson et al. (2011), yaitu pada lendir medusa ubur-ubur jenis

Catostylus mosaicus asam glutamat sebesar 10,0% (bk) dan glisin sebesar 0,5%

(bk). Suganthi dan Perumal (2012) menyatakan asam glutamat pada daging ubur-ubur jenis Chrysaora quinquecirrha sebesar 0,03% (bb), serta glisin sebesar 14,55% (bb). Asam glutamat berfungsi membantu meningkatkan kecerdasan dan fungsi otak. Glisin berfungsi membantu mengatur sintesis asam empedu untuk membantu mencerna makanan (Aminoacidsguide 2007).

Asam amino non esensial lain yang terdapat pada ubur-ubur yaitu asam aspartat, serin, dan alanin. Asam aspartat dipercaya dapat mengurangi depresi dan kelelahan. Serin berfungsi membantu membentuk fosfolipid, membantu pembentukan otot, dan pemeliharaan sistem kekebalan tubuh. Alanin berfungsi menghilangkan kelebihan racun dari hati (Aminoacidsguide 2007). Kandungan asam amino non esensial terendah adalah tirosin sebesar 0,38% (bk). Hasil ini berbeda dengan Suganthi dan Perumal (2012) yang menyatakan kandungan tirosin ubur-ubur jenis Chrysaora quinquecirrha pada daging sebesar 5,37% (bb) dan sengatan 1,66% (bb). Tirosin berfungsi mengurangi stres, kecemasan, dan meningkatkan kewasdaan (Aminoacidsguide 2007).

(26)

13

proses penjemuran. Purwadaria et al. (1999) menyatakan, pengeringan dengan matahari dengan suhu lebih rendah menghasilkan nilai nutrisi yang lebih baik dibandingkan pengeringan lainnya. Perbandingan Komposisi asam amino dari beberapa jenis ubur-ubur disajikan pada Tabel 3. Kebutuhan asam amino bagi tubuh bervariasi sesuai dengan usia. Kebutuhan asam amino pada bayi yang baru lahir yaitu 1,5-4,0 g/kg per hari, bayi berumur satu bulan sebesar 1,5-3,0 g/kg per hari, bayi berumur 1-3 tahun sebesar 1,0-2,5 g/kg per hari, anak berumur lebih dari tiga tahun dan orang dewasa sebesar 1,0-2,0 g/kg per hari (Pediatr Gastroenterol Nutr 2005).

Kandungan Taurin payung ubur-ubur (A. aurita)

Taurin adalah salah satu turunan dari asam amino yang mengandung sulfur yaitu sistein dan metionin. Taurin merupakan asam amino bebas yang cukup melimpah dalam tubuh. Komposisi taurin pada payung ubur-ubur disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Diagram batang taurin ubur-ubur (Aurelia aurita), (a) basis basah; (b) basis kering

0,14 0,21

2,68

0,67

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

segar kering

k

ad

ar

t

au

ri

n

(

%

)

(a) (a)

(b)

(27)

14

Kandungan taurin pada payung ubur-ubur segar sebesar 1.404,53 mg/kg atau 0,14% ± 0,04 (bb). Hasil penelitian ini berbeda dengan Suganthi dan Perumal (2012) yang menyatakan kandungan taurin ubur-ubur jenis Chrysaora

quinquecirrha pada daging sebesar 0,567% dan sengatan sebesar 0,675%.

Kandungan taurin pada payung ubur-ubur kering sebesar 2.130,98 mg/kg atau 0,21% ± 0,05 (bb). Kandungan taurin dalam basis basah terlihat mengalami peningkatan, namun dalam basis kering mengalami penurunan, yaitu pada payung ubur-ubur segar sebesar 2,68% (bk) menjadi 0,67% (bk) pada payung ubur-ubur kering. Hal ini diduga karena taurin larut dalam air sehingga tercuci pada saat perendaman ubur-ubur, serta ubur-ubur mengalami sineresis selama preparasi. Sineresis merupakan fenomena dimana air keluar dari dalam gel setelah produk disimpan pada suhu rendah sekitar 7-10 °C (Astuti et al. 2010).

Taurin merupakan salah satu golongan kecil asam amino yang tidak termasuk sebagai protein. Ripps dan Shen (2012) menyatakan, taurin berfungsi untuk perkembangan retina, pertumbuhan, perkembangan otak, memiliki sifat antioksidan, serta untuk meningkatkan fungsi mitokondria. Xu et al. (2008) menambahkan, taurin dapat membantu mencegah penyakit kardiovaskular, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Kebutuhan taurin adalah sebesar 22 µmol/g asam amino atau 2,8 mg/g asam amino (Pediatr Gastroenterol Nutr 2005).

(28)

15

Tabel 3 Komposisi asam amino pada beberapa komoditas hasil perairan (%)

Jenis asam

(29)

16

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Komposisi kimia yang terdapat pada ubur-ubur meliputi air 94,78%, abu 36,59% (bk), protein 35,63% (bk), lemak 13,22% (bk), dan karbohidrat 14,37% (bk). Kandungan asam amino esensial payung ubur-ubur segar dan kering tertinggi adalah arginin sebesar 1,72% (bk) dan 1,44% (bk). Kandungan asam amino non esensial pada payung ubur-ubur segar dan kering tertinggi adalah asam glutamat dan glisin sebesar 3,26% (bk) dan 2,62% (bk). Kandungan taurin payung ubur-ubur segar sebesar 1.404,53 mg/kg, dan mengalami penurunan pada payung ubur-ubur kering sebesar 2.130,98 mg/kg. Proses penjemuran menyebabkan penurunan komposisi gizi, asam amino, dan taurin, kecuali tirosin.

Saran

Saran yang diberikan yaitu penggunaan metode lain untuk pengujian asam amino misalnya metode LC-MS, agar dapat mengidentifikasi peak-peak yang belum teridentifikasi. Perlu dilakukan analisis komposisi gizi pada bagian tubuh ubur-ubur yang lain seperti tentakel, jeroan, maupun bisa ubur-ubur. Perlu dilakukan penelitian mengenai teknik pengkonsentrat taurin agar dapat memproduksi taurin.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of

Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington:

The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan, Ditjen Perikanan Tangkap. 2011. Potensi Ubur-ubur di Indonesia. www.kkp.go.id [20 Februari 2013].

Ahmed EO, Ali ME, Hamed AA. 2010. Quality changes of salted kass

(Hydrocynus forskalii) during storage at ambient temperature (37±1 ºC).

Pakistan Journal of Nutrition. 9 (9): 877-881.

Aminoacidsguide. 2007. Amino acids. http://www.aminoacidsguide.com. [3 Juli 2013].

Appleton J. 2002. Arginine: clinical potential of a semi-essential amino Acid.

Alternative Medicine Review. 7(6): 512-522.

Astuti SD, Andarwulan N, Hariyadi P. 2010. Penetapan formula gel minyak sawit

(Palm Oil Gel) kaya karotenoid sebagai ingredien pangan fungsional

sumber pro-vitamin A yang memiliki kekuatan gel tinggi. di dalam

Prosiding Seminar Nasional 2010. 1-13. Purwokerto (ID): UNSOED Press.

(30)

17

Doyle TK, Houghton JDR, McDevitt R, Davenport, Hays GC. 2007. The energy density of jellyfish: Estimates from bomb-calorimetry and proximate-composition. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 343:239–252.

Gulgun F, Huseyin G, Hanife K. 2008. Determination of the amino acids and chemical composition of canned smoked mussels (Mytilus galloprovincia, L.). Turk. J. Vet. Anim. Sci. 32(1): 1-5.

Handayani NSN, Sukmawati F, Pratiwi R. 2011. Mutasi missense (P.374Phe/Leu) pada ekson 5 gen MATP, penyebab oculocutaneous albinism tipe 4 (OCA4) di Wonosobo, Jawa Tengah. 8(1): 412-416. http://jurnal.fkip.uns.ac.id. [2 Juli 2013].

Hermansyah. 1999. Pengaruh konsentrasi garam, karbohidrat, dan lama

fermentasi terhadap mutu bekasam kering dari ikan mas

(Cyprinus carpio L) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Kurniawan R. 2008. Pengaruh konsentrasi larutan garam dan waktufermentasi terhadap kwalitas kecap ikan lele. Jurnal Teknik Kimia. 2(2): 127-135. Manuputty A. 1988. Ubur-ubur (Scyphomedusae) dan cara pengolahannya. Balai

Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. VIII (2): 49-61.

Murniyati. 2009. Ubur-ubur komoditas perikanan yang mapan. Foodreview

Indonesia. IV(8): 30-32.

Mutumanikam NR. 2013. Kebutuhan nutrisi pada masa pemulihan antar pertandingan. Jurnal Iptek Olahraga. 1(1): 48-54.

Nurjanah, Abdullah A, Kustiariyah. 2011. Pengetahuan dan Karakteristik Bahan

Baku Hasil Perairan. Bogor: IPB Press.

Nurrahman, Isworo JT. 2002. Pengaruh perendaman dan konsentrasi tawas terdahap sifat fisik, kimia dan organoleptik ikan tongkol asap. di dalam

Proseding Seminar PATPI Malang. 49-62. Malang (ID): UNIBRAW Press.

Nurrahman, Isworo JT. 2008. Peran tawas terhadap peruraian protein ikan tongkol. J.Unimus. 1(1): 274-285.

Okuzumi M, Fujii T. 2000. Nutritional and Functional Properties of Squid and

Cuttlefish. Japan (JP): National Cooperative Association of Squid

Processors.

Pearson R, Tellam R, Xu B, Zhao Z, Willcox M, Kongsuwan K. 2011. Isolation, Biochemical Characterization and Anti-adhesion Property of Mucin fromthe Blue Blubber Jellyfish (Catostylus mosaicus). Bioscience Methods. 2(4): 21-30.

Pediatr Gastroenterol Nutr. 2005. Amino acids. Journal of Pediatric

Gastroenterology and Nutrition. 41(2): 12-18.

(31)

18

Rackmil M, Messbauer A, Morgano M, DeNardo D, Ellen S. 2009. Investigations into the nutritional composition of moon jellyfish Aurelia aurita. Drum and

Croaker. 40: 34-47.

Ripps H, Shen W. 2012. Review: Taurine: a “very essential” amino acid.

Molecular Vision. 18: 2673-2686.

Solihat SH. 2004. Pemanfaatan ubur-ubur (Aurelia sp.) sebagai salah satu upaya diversifikasi pembuatan kerupuk ikan [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Stoll B. 2006. Intestinal uptake and metabolism of threonine: nutritional impact.

Advances in Pork Production. 17: 257-263.

Sudiarti R. 2009. Pengolahan limbah cair percetakan dengan penambahan koagulan tawas dan FeCl3 serta penjerapan oleh zeolit [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Suganthi K, Perumal P. 2012. Biological activities of nematocysts extract of

jellyfish Chrysaora quinquecirrha (Desor1848) from vellar estuary, Southeast coast of India. International Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical Sciences. 4(4): 300-304.

Trimaningsih. 2008. Mengenal Ubur-ubur. Warta Oseanografi-LIPI. 22(4): 32-38.

Wahyuni M. 1992. Sifat kimia dan fungsional ikan hiu lanyam (Charcarinus

limbatus) serta penggunaannya dalam pembuatan sosis [tesis]. Bogor:

Program Pascasarjana, IPB.

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

(32)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh perhitungan analisis proksimat payung ubur-ubur (%).

Kadar air

Sampel Ulangan Bobot cawan

B2 = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram)

Kadar abu

Kadar abu ulangan 1 (%) = Bobot setelah tanur- bobot cawan kosong x100% basis basah Bobot sampel awal (g)

= 21,45 - 21,35 x 100% 5,04

(33)

20

Kadar protein rata-rata (%) = kadar protein (bb) x 100% basis kering 100-kadar air (bb)

*tidak disertakan dalam perhitungan rata-rata

Kadar lemak ulangan 2 (%) = W3 - W2 x 100% W1

= 77,04 - 76,99 x 100% 5,01

= 0,99%

Kadar lemak rata-rata (%) = kadar lemak (bb) x 100% basis kering 100-kadar air (bb)

(34)

21

Keterangan : W1 = Berat sampel (gram)

W2 = Berat labu lemak kosong (gram) W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)

Kadar karbohidrat ubur-ubur segar = 100% - (94,78 + 1,91 + 1,86 + 0,69)% = 0,75%

Lampiran 2 Contoh perhitungan analisis asam amino payung ubur-ubur (%).

Arginin

Asam amino arginin ulangan 1 = asam amino (bb) x 100%

basis kering 100-kadar air (bb)

= 0,09 x 100%

100-94,78

= 1,72%

Keterangan : C = Konsentrasi standar asam amino (µmol/ml)

BM = Bobot molekul dari masing-masing asam amino (g/mol)

Lampiran 3 Contoh perhitungan analisis taurin payung ubur-ubur (%).

(35)

22

Taurin (mg/kg) = luas area sampel x C x volume labu x FP luas area standar x bobot sampel (g) % Taurin = taurin (mg/kg)

10000

Taurin ulangan 1 (mg/kg) = 579390 x 100,4 x 50 x 1

563329 x 5,0245

= 1027,59 mg/kg

% Taurin ulangan 1 = 1027,59 mg/kg = 0,1028%

10000

% Taurin basis kering = rata-rata taurin (bb) x 100%

100-kadar air (bb)

= 0,14 x 100% = 2,68%

100-94,78

Lampiran 4 Kromatogram asam amino

(36)

23

(37)

24

(38)

25

Lampiran 5 Kromatogram taurin

(39)

26

(40)

27

(41)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 13 Oktober 1991 dari ayah bernama Kasdono dan ibu bernama Asiyati. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal dimulai dari TK Aisyiyah BA Kajen kemudian melanjutkan ke SD Muhammadiyah Kajen, Pekalongan dan lulus pada tahun 2003. Tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di MTs Muhammadiyah Kajen, Pekalongan dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikannya di MA Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dan lulus pada tahun 2009.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir kerangka penelitian
Tabel 2 Komposisi asam amino payung ubur-ubur (A. aurita)
Tabel 3 Komposisi asam amino pada beberapa komoditas hasil perairan (%)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Eriyanto (2011: 255), pada dasarnya elemen struktur mikro leksikon menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata

Tujuan dari penelitian ini untuk menghasilkan solusi database High Availability, flexibility, dan scalability sehingga dapat meminimalkan dampak gangguan pada

Penelitian ini diperlukan sebagai dasar teori dan dasar praktis dalam memanfaatkan daun jambu biji sebagai bahan obat tradisional untuk mengetahui pengaruh daya

Sehingga dapat ditarik kesimpulan jika karyawan wanita RS Permata Bunda mengalami konflik dalam keluarga disebabkan waktu yang habis digunakan untuk bekerja dan

Berdasarkan tabel tingkat nyeri ibu bersalin pada kelompok perlakuan menunjukan bahwa tingkat nyeri sebelum penggunaan birthing ball sebagian responden mengalami nyeri

Proporsi penduduk yang memiliki kebiasan cuci tangan dengan benar menurut wilayah Hasil pengelompokan dengan metode average linkage untuk penduduk yang memiliki kebiasan cuci tangan

)esistensi adalah ukuran kemudahan #luida yang akan mengalir melalui tabung" yakni semakin mudah" semakin sedikit resistensi terhadap aliran" dan sebaliknya.$alam

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan stunting pada pasien diabetes mellitus (p=0,52). Pendek merupakan