• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file PENGARUH WORKFAMILY CONFLICT TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA (Studi Pada Karyawan Wanita Rumah Sakit Permata Bunda Malang) | Afrilia | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file PENGARUH WORKFAMILY CONFLICT TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA (Studi Pada Karyawan Wanita Rumah Sakit Permata Bunda Malang) | Afrilia | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 2 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

48

PENGARUH

WORK-F AMILY CONF LICT

TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN

KINERJA

(Studi Pada Karyawan Wanita Rumah Sakit Permata Bunda Malang)

Lisa Dwi Afrilia HamidahNayatiUtami FakultasIlmuAdministrasi

UnivеrsitasBrawijaya Malang

Lisaafriliaa@gmail.com

ABSTRACT

The objective of research is to describe and explain the significant influence of work family conflict (X), Job Satisfaction (Y1), and employes performance (Y2).Research type is explanatory research with quantitative

approach. Sampling studied were 42 woman employees of Permata Bunda Hospital Malang. Data analysis uses descriptive analysis and linear regression support by SPSS for windows ver 16.00. The value has already got from linear regression analysis so that variable employee engagement (X) on organizational cirtizenship behavior (Y1) has beta coefficient amount 0,702 with significant 0,000. Variable employee engagement (X) on

job satisfaction (Y2) has beta coefficient amount 0,201 with significant 0,000.Advice that given by author for the

company is the company should maintain and improve employees performance. Some efforts that can be done tocontinue to provide motivation and passion to subordinates, understand the problem and minimize the conflict both in the family and at work. This research can be used as a reference for Permata Bunda Hospital Malangin maintaining and improving employee performance

Kеywords: Work F amily Conflict, Job Satisfaction, Performance

АBSTRАK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan pengaruh variabel Work Family Conflict(X) terhadap kepuasan kerja (Y1) dan kinerja (Y2). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

explanatory research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel yang diambil sebanyak 42 karyawan RS Permata Bunda Malang. Nilai yang diperoleh dari analisis jalur menunjukkan pengaruh variabel

Work Family Conflict(X) terhadap kepuasan kerja (Y1) memiliki koefisien beta 0,375 dengan signifikansi 0,000.

Variabel Work Family Conflict(X) terhadap kinerja (Y2) memiliki koefisien beta sebesar 0,300 dengan nilai

signifikansi 0,000 dan variabel kepuasan kerja (Y1) terhadap kinerja (Y2) memiliki koefisien beta 0,281 dengan

signifikansi 0,000.Saran yang diberikan penulis kepada perusahaan adalah sebaiknya pihak perusahaan mempertahankan tingkat kepuasan kerja yang dimiliki karyawan. Beberapa usaha yang dapat dilakukan adalah terus memberikan motivasi dan semangat kepada bawahan, memahami masalah dan meminimalisirkonflikbaik di keluarga maupun di pekerjaan. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk RS Permata Bunda Malang dalam mempertahankan dan meningkatkankinerja karyawan

(2)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 2 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

49 PЕNDAHULUAN

Dalam era serba modern seperti sekarang ini, bukan menjadi hal yang tabu jika seorang wanita turut mengambil alih dalam tugas menghidupi keluarga dan tidak sedikit wanita yang menjadi pemimpin di suatu organisasi bahkan mampu memimpin negara. Di masa lampau wanita sering kali dianggap, bahkan menganggap diri sendiri lebih rendah atau bergantung kepada pria. Sekarang masyarakat harus menerima kenyataan bahwa wanita mampu bekerja dan mempunyai karir yang memuaskan seperti pria. Beberapa dorongan yang membuat banyaknya wanita yang menjadi pekerja di antaranya adalah faktor ekonomi,pemenuhan standar hidup yang layak serta peningkatan permintaan tenaga kerja wanita (Chayaningdyah,2009). Masuknya wanita kedalam dunia kerja menyebabkan perubahan baik dalam masyarakat, keluarga dankehidupan individu yang bersangkutan.

Adanya dua pekerja dalan satu keluarga (suami-istri) menyebabkan peningkatan dalam hal kesejahteran ekonomi keluarga dan masyarakat. Dua pendapatan diharapkan dapat memenuhi segala kebutuhan rumah tanggatermasuk biaya pendidikan anak. Bekerja bagi kaum wanita selain menjadi tuntutan kebutuhan ekonomi juga karena faktor sosial yang diciptakan oleh lingkungan. Pergeseran peran wanita dari seorang ibu rumah tangga atau seorang istri menjadi wanita bekerja menjadikan banyak keluarga mempunyai dual career

(Wirakristama, 2011).

Work-family conflict timbul karena adanya ketidakseimbangan antara peran sebagai karyawan dengan peran sebagai anggota keluarga.Ching (dalam Rantika dan Sunjoyo,2011). Hal ini ditegaskan oleh Burke(dalam Latifah,2008) yang mengemukakan bahwa tenaga, waktu dan perhatian diperlukan untuk dapat sukses dalam satu peran (peran pekerjaan atau peran keluarga) menyebahkan kekurangan tenaga, waktu dan perhatian terhadap peran yang lainnya sehingga menghasilkan konflik antara dua peran tersebut. Dengan kata lain bahwa waktu dan tenaga yang dihabiskan untuk mengembangkan pekerjaan adalah waktu dan tenaga yang tidak dihabiskan untuk mengembangkan kesuksesan dalam kehidupan keluarga.

Work-family conflict juga sering timbul ketika dalam pekerjaan menuntut lebih atau membutuhkan lebih banyak perhatian daripada peran dalam keluarga. Tidak dipungkiri, konflik ini menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi kehidupan keluarga dan pekerjaan wanita tersebut, di satu sisi wanita dituntut untuk bertanggung jawab dalam mengurus dan membina keluarga secara baik, di sisi lain sebagai seorang pekerja, wanita dituntut untuk bekerja sesuai dengan standar kinerja yang baik. Namun, tidak semua dari mereka bisa menyelaraskan peran dalam pekerjaan dengan peran dalam keluarga, yang berujung terjadinya work-family conflict.

Wanita dijadikan sebagai objek penelitian karena wanita yang bekerja dan berkeluarga dihadapkan pada peran ganda. Dalam menjalani kehidupannya, beberapawanita tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga yang baik dan menjalankan pekerjaan domestiknya, seperti mencuci, memasak, menyetrika, memandikan anak dan lain sebagainya. Tetapi, diluar tugas domestiknya sebagai ibu rumah tangga, ia tetap menjalankan kewajiibannya sebagai pekerja di sektor,publik. (www.Kompasiana.com).Timbulnya masalah dalam kedua peran yang dijalaninya itu bisa memicu tingkat stres para wanita tersebut. Adanya intensitas peran ganda yang tinggi menjadi penyebab menurunnya kinerja karena wanita bekerja akan mengalami depresi, peningkatan keluhan fisik dan tingkat energi yang rendah. Dari hasil penelitian Sianturi dan Zulkarnain (2013) menunjukkan banyak konsekuensi negatif yang disebabkan oleh konflik peran ganda yang dijalani oleh seseorang, tidak hanya berakibat pada dirinya sendiri tapi juga berakibat pada sikap kerja, keluarga, dan kehidupan sosialnya.

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 2 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

50 perawat mempunyai peran ganda yang tentunya

sebuah hal yang berat, karena dibutuhkan konsentrasi tinggi. Ini terkait pula dengan pelayanan kepada pasien yang harus dilakukan semaksimal mungkin.

Terkait dengan pelayanan pasien yang harus dilaksanakan semaksimal mungkin permasalahan kinerja merupakan permasalahan mendasar yang akan selalu dijumpai dalam manajemen rumah sakit ,maka dari itu manajemen rumah sakit harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kinerja perawat tidak maksimal. Menurut Gibson (dalam Ilyas2001), kinerja dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah faktor psikologis yang terdiri dari, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja. Faktor psikologis di dalamnya tercakup pula konflik peran, dalam hal ini peran ganda pada perawat wanita yang sudah menikah.

Work-Family Conflict akan menurunkan kinerja, produktivitas dan kepuasan kerja menurut Rohmah(2015). Kepuasan kerja merupakan keadaan pikiran yang positif, bahagia dan selalu bekerja keras, karyawan yang bekerja keras dan memiliki perasaan sengan terhadap pekerjaannya merupakan aset dalam organisasi, mereka akan menghasilkan kinerja dan citra yang baik bagi organisasi (Bashir dan Ramay, 2010). Dalam penelitian Churiyah(2011) menyatakan adanya hubungan negatif antara work-family conflict dan kepuasan kerja yang akan berdampak pada kinerja.

Sedangkan pengertian kinerja menurut Bangun (2012) kinerja karyawan (performance) adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan. Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan dan pemahaman tentang work-family conflict serta pengaruhnya terhadap kepuasan kerja yang berkaitan dengan tingkat kinerja karyawan dalam pekerjaannya.

KAJIAN PUSTAKA

Work-family conflict(WFC)

Masuknya wanita ke dalam dunia kerja menyebabkan perubahan baik dalam masyarakat maupun dalam keluarga dan dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Wanita dituntut profesional dalam bekerja sedangkan dalam keluarga wanita kembali pada tanggung jawab utama mengurus rumah tangga,dalam menjalani

kedua peran tersebut sekaligus tidaklah mudah sehingga dalam pelaksanaannya dapat terjadi benturan tanggung jawab dalam bekerja dan juga pekerjaan. Menurut Susanto (2010) konflik kerja- keluarga (work-family conflict) adalah konflik yang terjadi pada individu akibat menanggung peran ganda, baik dalam pekerjaan (work) maupun keluarga (family), di mana karena waktu dan perhatian terlalu tercurah pada satu peran saja di antaranya (biasanya pada peran dalam dunia kerja), sehingga tuntutan peran lain (dalam keluarga) tidak bisa dipenuhi secara optimal.

Work family conflict terjadi ketika tuntutan pekerjaan tidak bisa diseimbangkan sehingga terjadi ketidakharmonisan dengan tuntutan keluarga (Bruck, Allan dan Spector (2002) ) dalam Ann Robbins (2004:3), Boles et al(dalam Purnamasari 2008) “Work-Family Conflict adalah konflik yang terjadi karena ketidakseimbangan peran antara tanggung jawab di tempat tinggal dengan di tempat kerja yang dialami pekerja”. Sedangkan menurut Frone, Russel & Cooper (1992) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga (work-family conflict) yang terjadi pada karyawan, dimana satu sisi ia harus melakukan pekerjaan di kantor dan di sisi lain harus memerhatikan keluarga secara utuh, sehingga sulit membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga dan keluarga mengganggu pekerjaan.

Bellavia & Frone (2015:123) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi work-family conflict menjadi tiga faktor, yaitu:

1. Dalam diri individu (general intra individual predictors)

2. Peran keluarga (family role predictors) 3. Peran pekerjaan (work role predictors) Kepuasan kerja

Prabu (2009) dalam Herawan (2014) mengemukakan beberapa teorikepuasan kerja yaitu: 1. Teori Keadilan (Equity Theory)

Puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil dari membandingkan antara input-outcome

dirinya dengan pegawai lain. Jadi, jika perbandingan tersebut dirasakan seimbang, maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi, apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu

(4)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 2 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

51 (ketidakseimbangan yang meguntungkan

pegawai lain yang menjadi pembanding).

2. Teori perbedaan (Discrepancy Theory) Kepuasan kerja pegawai tergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dengan apa yang diharapkan oleh pegawai. Apabila yang didapat pegawai ternyata lebih besar daripada apa yang diharapkan maka pegawai tersebut menjadi puas. Begitu pula sebaliknya.

3. Teori pemenuhan kebutuhan (Need Fulfillment Theory)

Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai tergatung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai.

4. Teori pandangan kelompok (Social reference group theory)

Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, melainkan juga bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang oleh pegawai dianggap sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh pegawai dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi pegawai akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.

Kinеrja

Mеnurut Dharma (2005:46), standar pеngukuran kinеrja diantaranya sеbagai bеrikut :

1) Kuantitas, yaitu jumlah yang harus disеlеsaikan atau dicapai. Pеngukuran kuantitatif mеlibatkan pеrhitungan kеluaran dari prosеs atau pеlaksanaan kеgiatan. Ini bеrkaitan dеngan jumlah kеluaran yang dihasilkan.

2) Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pеngukuran kualitatif kеluaran mеncеrminkan pеngukuran “tingkat kеpuasan” yaitu sеbеrapa baik pеnyеlеsaiannya.

3) Kеtеpatan waktu, yaitu sеsuai tidaknya dеngan waktu yang dirеncanakan. Pеngukuran kеtеpatan waktu mеrupakan jеnis khusus dari pеngukuran kuantitatif yang mеnеntukan waktu pеnyеlеsaian suatu kеgiatan.

Hipotеsis

Gambar 1. Modеl Hipotеsis

H1: Work Family Conflict (X1) berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan(Y1)

H2: Work Family Conflict(X1) berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan (Y2)

H3: Kepuasan kerja (Y1) berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan (Y2)

MЕTODE PЕNЕLITIAN

Pеnеlitian ini mеrupakan

pеnеlitianpеnjеlasan (еxplanatory rеsеarch) dеngan pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian dilakukan di RS. PERMATA BUNDA yang berlokasi di jalan Soekarno Hatta No.75 Malang. Diperolehsampel 42rеspondеndеnganpеngumpulan..data

mеnggunakan teknik sampel jenuh dengan bantuan kuеsionеr,dianalisis mеnggunakan analisis jalur dan.

HASIL DAN PЕMBAHASAN

Tabеl 1.koefisien jalur pada hubungan work -family conflict

Variabel Beta T hitung Sig Ket

Work family conflict (X)

-0,375 -2,435 0,019 Sig

T tabel : 2,011 Rsquare : 0,522 Y1 : Kepuasan Kerja

Sumber: Data dioleh tahun 2017

KepuasanK erja (Y1)

Work Family Conflict

(X)

KinеrjaKa ryawan

(Y2)

H1

H2

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 2 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

52

Tabel 2.Pengaruhwork-family conflict (X) dan

Kepuasan kerja (Y1) terhadap Kinerja (Y2)

Sumber: Data dioleh tahun 2017

Tabel 3.PengaruhlangsungdantidakLangsung

Pengaruh variabel

Hasil pengaruh

Total Langsung Tidak langsung

X terhadap Y1 -0,375 - -0,375 X terhadap Y2 -0,300 0,375 x 0,281

=-0,105

-0,405

Y1 terhadap Y2 0,281 - 0,281 Sumber: Data dioleh tahun 2017

R2 = 1-(1-`R12) (1-R22)

=1-(1-0,522) (1-0,629) = 1-(0,478) (0,371) = 1- 0,1773

= 0,8227 atau 82,7%

Hasil perhitungan ketepatan model sebesar 82,7% menerangkan bahwa kontribusi model untuk menjelaskan hubungan struktural dari ke tiga variabel yang diteliti sebesar 82,7%. Sedangkan sisanya sebesar 17,3% dijelaskan oleh variabel lain dluar penelitian ini.

Tabel 4. Variabel, Indikator dan Item Penelitian

Variabel Indikator Item Mean

Work

Kepuas Kepuasan Gaji yang diterima telah sesuai dengan

(6)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 2 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

53

Gaji yang diterima telah memenuhi kebutuhan perlakuan yang adil dari manajemen rumah sakit.

kualitas hasil kerja lebih baik dibandingkan

Deskripsiwork-family conflict, kepuasan kerja dan kinerja pada RS. Permata Bunda Malang.

Distribusi frekuensi pada variabel work-family conflict (X) secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata sebesar 3,80 sehingga dapat diartikan bahwa perawat wanita Rumah Sakit Permata Bunda memiliki konflik pekerjaaan yang mengganggu keluarga diindikasikan tinggi atau sebagian besar setuju. Masing-masing item memiliki rata-rata yang baik, namun terdapat item yang memiliki rata-rata tertinggi yaitu sebesar 3,60 yaitu pada item X1.8 yang menunjukkan bahwa karyawan wanita RS Permata Bunda sering melewatkan kegiatan dalam keluarga karena waktu yang digunakan untuk bekerja. Sedangkan rata-rata distribusi terendah pada item X1.5 saya dapat berperilaku baik di rumah tetapi tidak sama baiknya bisa ditempat kerja, dengan nilai 1,76. Sehingga dapat ditarik kesimpulan jika karyawan wanita RS Permata Bunda mengalami konflik dalam keluarga disebabkan waktu yang habis digunakan untuk bekerja dan tidak setuju dengan pernyataan dapat berperilaku baik di rumah tapi tidak di tempat kerja (dapat berperilaku sama baiknya antara rumah dengan pekerjaan).

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 2 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

54 Distribusi frekuensi pada variabel

kinerja (Y2) secara keseluruhan memiliki rata-rata

sebesar 3,92 sehingga dapat diartikan bahwa karyawan wanita RS Permata Bunda secara kualitas, kuantitas, ketepatan waktu serta hasil kerja berjalan dengan baik. Pada item (Y2.1) mempunyai rata-rata jawaban responden sebesar (3,88) yang berarti responden menyatakan setuju mengenai kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan beban yang diberikan.Pada item (Y2.2) mempunyai rata-rata jawaban responden sebesar (3,95) yang berarti responden menyatakan setuju mengenaiKemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih baik dari waktu sebelumnya.Pada item (Y2.3) mempunyai rata-rata jawaban responden sebesar (4,02) yang berarti responden menyatakan setuju mengenaikualitas pekerjaansesuai dengan standar.Pada item (Y2.4) mempunyai rata-rata jawaban responden sebesar (4,02) yang berarti responden menyatakan setuju mengenai kualitas hasil kerja saya lebih baik dibanding waktu yang lalu. Pada item (Y2.5) mempunyai rata-rata jawaban responden sebesar (3,88) yang berarti responden menyatakan setuju mengenaibisa menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.Pada item (Y2.6) mempunyai rata-rata jawaban responden sebesar (3,81) yang berarti responden menyatakan setuju mengenaiadanya peningkatan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dibandingkan waktu yang lalu.

ada 2 (dua) sebesar 4,02 yaitu Y.2.3 yang menyatakan kualitas pekerjaan karyawan wanita RS Permata Bunda sesuai dengan standar serta Y 2.4 yaitu kualitas hasil kerja lebih baik dibandingkan waktu yang lalu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja karyawan wanita RS Permata Bunda Malang baik. Berdasarkan deskripsi diatas, maka dapat dikatakan bahwa work-family conflict di RS Permata Bunda Malang tinggi.

Pengaruh work-family conflict terhadap kepuasan kerja

Hasil uji path menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar -0,375 diartikan bahwa

work-family conflict (X) karyawan wanita RS Permata Bunda Malang memiliki pengaruh langsung sebesar -0,375 terhadap kepuasan kerja. Uji hipotesis membuktikan H1 didukung sehingga

dapat disimpulkan work-family conflict terdapat dalam diri karyawan wanita RS Permata Bunda Malang berpengaruh negatif signifikan terhadap

kepuasan kerja (Y1). Hasil tersebut memperkuat hasil suatu studi yang dikemukakan oleh Anderson

et al, (2002) yang menemukan bahwa work-family conflict mempunyai hubungan negatif dengan kepuasan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa beban pekerjaan yang tinggi akan mempengaruhi pada berkurangnya kepuasan kerja.

Podsakoff dan Mackenzie dalam Kelana (2009:60) “Work-F amily Conflict(WFC) memberikan pengaruh negatif terhadap kepuasan kerja sehingga produktivitas kerja menurun, tidak efektif dalam kegiatan-kegiatan bekerja, penurunan kemampuan berorganisasi dan kurang bisa beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan”.

Pengaruh work-family conflict terhadap kinerja Hasil uji path menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,300 diartikan bahwa work-family conflict karyawan wanita RS Permata Bunda memiliki pengaruh secara langsung sebesar -0,300 terhadap kinerja. Uji hipotesis membuktikan H2

didukug sehingga dapat disimpulkan work-family conflict yang terdapat dalam diri karyawan wanita RS Permata Bunda Malang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat, artinya semakin tinggi

work-family conflict yang dialami maka kinerja semakin rendah begitupun sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara work-family conflict dengan kinerja karyawan, dengan memiliki hubungan yang cenderung kuat. Maka hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan signifikan antara work-family conflict (X) dengan kinerja karyawan (Y1). Kuatnya hubungan work-family conflict dengan kinerja karyawan adalah sebesar 0,300 (30%).

(8)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 2 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

55 Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja

Hasil uji path menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,281 diartikan bahwa kepuasan karyawan wanita RS Permata Bunda Malang memiliki pengaruh langsung sebesar 0,281 terhadap kinerja. Melalui uji hipotesis membuktikan bahwa H3 didukung sehingga dapat disimpulkan kepuasan kerja karyawan wanita RS Permata Bunda Malang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Syaiin (2008) adanya kepuasan kerja mampu meningkatkan produktivitas dalam kinerjanya. Kuatnya hubungankepuasan kerja dengan kinerja karyawan adalah sebesar 0,281 (28,1%).

Karyawanyang merasa puas akan lebih mungkin terlibat dalam organisasi yang dapat meningkatkan produktivitas, sedangkan karyawan yang tidak merasa puas maka akan mempengaruhi berjalannya organisasi dalam pencapaian tujuan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) bahwa peningkatan suatu kinerja karyawan didahului oleh peningkatan kepuasan kerja. Menurut Mathis (2001:99) meskipun kepuasan kerja itu menarik dan penting, hal yang paling mendasar adalah pengaruh kepuasan kerja terhadap organisasi yang akan mempengaruhi kinerja karyawan.

Pengaruh tidak langsung work-family conflict

terhadap kinerja melalui kepuasan kerja

Pengaruh tidak langsung work-family conflict terhadap kinerja melalui kepuasan kerja memperoleh hasil -0,105. Dari koefisien tersebut bisa disimpulkan bahwa variabel kepuasan kerja tidak memediasi pengaruh antara work-family conflict terhadap kinerja yang artinya nilai pengaruh tidak langsung lebih kecil dibandingkan pengaruh langsung. Berdasarkan nilai korelasi antara variabel

work-family conflict terhadap kepuasan kerja dan kinerja diperoleh nilain yang sama besar bahkan lebih besar korelasi terhadap variabel kinerjanya yakni variabel kepuasan kerja sebesar -0,67 dan kinerja sebesar -0,72, maka dapat disimpulkan dalam penelitian ini besar kecilnya tingkat kepuasan kerja tidak akan mempengaruhi hubungan antara variabel work-family conflictterhadap kinerja. Artinya H menyatakan kepuasan kerja memediasi pengaruh antara work-family conflict terhadap kinerja tidak didukung.

KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan

1. Work-family conflict berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja.

2. Work-family conflict berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja.

3. Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja.

Saran

1. Dalam aspek work-family conflict, hasil menunjukkan bahwa karyawan wanita RS Permata Bunda Malang cukup tinggi. Maka dari itu disarankan pihak rumahdapat memberikan kontribusi dalam mengelola masalah work-family conflict yang dialami karyawan wanita karena selain penting bagi karyawan, ketidakseriusan rumah sakit dalam menangani masalah ini dapat berdampak buruk terhadap kinerja rumah sakitdan akan berujung pada kerugian yang akan ditanggung pihak rumah sakit baik yang berbentuk materi maupun nonmateri, misalnya dengan cara rumah sakit mendirikan tempat penitipan anak dengan biaya yang cukup terjangkau bagi perawat rumah sakit tersebut. Serta bisa juga pihak rumah sakit untuk bisa lebih memperhatikan pembagian jam kerja (shift), adanya liburan keluarga yang diadakan oleh kantor sehingga meminimalisir rasa cemas dan tegang yang ditimbulkan dari work-family conflict.

2. Bagi karyawan wanita sekaligus ibu rumah tangga mempunyai peran ganda diharapkan tetap menjalankan karirnya dan bisa mempertahankan kinerja yang baik dengan tidak mengabaikan peran sebagai ibu rumah tangga. Karyawan wanita harus bijaksana menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab terhadap keluarga untuk memperkecil munculnya work-family conflict. 3. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya mampu

(9)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 2 Januari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

56 DAFTAR PUSTAKA

A.A.Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama . Bandung.

Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga

Wirakrisrama, Richardus Chandra. 2011. Analisis Pengaruh Konflik Peran Ganda(Work Family Conflict) Terhadap Kinerja Karyawan Wanita Pada PT Nyonya Meneer Semarang Dengan Stress Kerja Sebagai Variabel Intervening.

Bashir Usman, Muhamad Ismail Ramay, 2010,

Impact of Stress On Employees Job Performance a Study On Banking Sector of Pakistan. International Journal of Marketing, Vol 2, No 1:122:126.

Bellavia, G., & Frone, M. (2005). Work-family conflict. In J. Barling, E. K.

Kelloway, & M. Frone (Eds.), Handbook of Work Stress, (pp. 113-147). Sage

Publications: Thousand Oaks

Churiyah, Madziatul. 2011. Pengaruh Konflik Peran, Kelelahan Emosional terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi. Jurnal Ekonomi Bisnis, TH 16, (2): 145-154

Frone, M. R. Rusell, M. & Cooper, M. L. 1998, Antecedents and Outcomes of Work Family Conflict: Testing a Model of The Work-Family Interface, Journal of Applied Psichology.

Greenhaus, Jeffrey H., & Beutell, Nicholas J. 1985. Sources of Conflict between Work dan Family Roles . The Academy of Management Review, Vol. 10, No. 1 (Jan., 1985), pp. 76-88.

.Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada

Handoko, T. Hani. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung :

Salemba Empat

Hasibuan,Malayu. 2013. MSDM. Jakarta : Bumi Aksara.

Hariandja, MT, Efendi, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan,

Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Grasindo, Jakarta. Ilyas, Y. 1999. Kinerja: teori, penilaian dan

penelitian. (cetakan pertama). Depok: Badan Penerbit Fakultas Kesehatan Masyarakat – Universitas Indonesia Latifah, Ifah. 2008. P engaruh Konflik

Pekerjaan-Keluarga Terhadap Turnover Intentions Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi

Empiris Pada Auditor Kantor Akuntan Publik di Indonesia ). Tesis Universitas

Diponegoro: Semarang.

Mangkunegara, Anwar Prabu (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Putri,Rizky Herwinda . 2013. Analisis Pengaruh Stres Kerja dan Konflik Pekerjaan Keluarga (Work Family Conflict) Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Studi pada PT.ARA Shoes Indonesia.Semarang.

Purwaningsih & Suprapti (2009). Pengaruh Konflik Keluarga-PekerjaanTerhadap Komitmen Organisasi dengan Kepuasan Kerja

Sianturi, M.M, & Zulkarnain. (2013). Analisis work family conflict terhadap kesejahteraan psikologis pekerja. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, 1(3), 207-215

Gambar

Gambar 1. Modеl Hipotеsis
Tabel Kepuasan kerja (Y

Referensi

Dokumen terkait

Analisis sistem yang dilakukan peneliti pada Sistem rekrutman karyawan yang berjalan pada saat ini menemukan beberapa permasalahan diantaranya seleksi berkas

Dari hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan yang dilakukan di PG Kebon Agung ini, maka dapat diketahui

Kinerja karyawan pada perusahaan ini berada pada kategori cukup, artinya performa dan hasil kerja karyawan cukup sesuai dengan ketentuan atau standar yang

Pada item ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar perusahaan menunjukkan mayoritas responden menyatakan setuju bahwa karyawan selalu

Prosedur pembayaran gaji karyawan tetap dan kontrak pada Rumah Sakit Teja Husada Kepanjen Malang pada dasarnya sama, yaitu pembayaran gaji yang diberikan secara

Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins (2002:36) lingkungan dapat mempengaruhi kinerja karyawan, “para karyawan menaruh perhatian yang besar terhadap lingkungan kerja

Penerapan prinsip pelatihan akan membantu karyawan Hasanah Guest House untuk menyerap materi pembelajaran dan perbaikan dari manajer atau supervisor, sesuai dengan

Organizational Citizenship Behavior yang dimiliki karyawan dan Good Corporate Governance yang dimiliki suatu perusahaan merupakan faktor yang cukup penting dalam