• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemimpin Lokal Terhadap Keberhasilan Program Pembangunan (Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemimpin Lokal Terhadap Keberhasilan Program Pembangunan (Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupa"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN

(Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

Oleh:

ZESSY ARDINAL BARLAN I34070103

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRACT

Successness of a development program PNPM in rural areas must not be separated from influence of local leader in village. This study showed that there are four local leaders at Dramaga Village with different bases. The bases are descendant, government institution, religious elite, and educate.

The four local leaders are activist of PNPM. Refers to their social capital, all the local leaders have internal capital which is higher than external capital. This study also showed that external capital was not completely real impact on the involvement of local leaders in stages of the program. While, internal capital had significant effect on all local leader against involvement in the phases of the program.

Based on the base and the capital owned by local leaders, then established typology of local leaders. The typology suggests that; first, local leaders on the basis of descendant and have an index of the influence of human capital, social, and economic lower than others, tend to be involved in the planning stages; second, local leaders on the basis of governmental institutions and have an index of the influence of human capital, social, and economic higher than others, tend to be involved at all stages of the program; third, local leaders on the basis of the religious and have an index of human capital and social influence of the same and higher than economic capital, tend to be involved in the evaluation stage; fourth, local leaders on the basis of educated and have an index of human capital effects are higher than other capital, tend to be involved at the implementation stage.

.

(3)

RINGKASAN

ZESSY ARDINAL BARLAN. PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN (Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan Lala M.Kolopaking, dan Sofyan Sjaf.

Keberhasilan suatu program ditentukan oleh keterlibatan pemimpin lokal. Keterlibatan pemimpin lokal dipengaruhi oleh basis dan modal yang dimilikinya. Modal merupakan basis dominansi yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain, memperjuangkan posisi atau sesuatu yang diinginkan. Pemimpin lokal adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan yang mempengaruhi masyarakat dan sekitarnya. Besarnya pengaruh dari tindakan tersebut dipengaruhi oleh modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui pemimpin lokal yang berpengaruh dalam masyarakat khususnya dalam program-program pembangunan pedesaan, (2) mengetahui derajat pengaruh masing-masing pemimpin lokal terhadap masyarakat, khususnya dalam program-program pembangunan di pedesaan, (3) mengetahui tipologi pemimpin lokal berdasarkan derajat pengaruh pemimpin lokal terhadap masyarakat, khususnya dalam program pembangunan di pedesaan.

(4)

Analisa perhitungan pengaruh kepemilikan modal menggunakan Indeks Casey sedangkan analisa statistik menggunakan uji regresi linear sederhana, uji nilai tengah, dan tabulasi silang dengan menggunakan software SPSS 16.0 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat Pemimpin lokal yang berpengaruh terhadap masyarakat khususnya dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan pembangunan infrastruktur ada empat kategori. Pertama, pemimpin lokal AR yang merupakan pemimpin lokal informal dengan basis keturunan. Kedua, pemimpin lokal YT yang merupakan pemimpin lokal formal dengan basis institusi pemerintahan yaitu sebagai kepala desa. Ketiga, pemimpin lokal DM yang merupakan pemimpin lokal informal dengan basis elit agama, DM juga disebut sebagai ustadz Desa Dramaga. Keempat, pemimpin lokal AQ yang merupakan pemimpin lokal formal dengan basis terpelajar dan termasuk pengurus aktif PNPM Mandiri Perdesaan.

(5)

Pemimpin lokal dengan basis pemerintahan dan memiliki modal manusia, sosial, dan ekonomi yang tinggi (YT), maka pemimpin lokal tersebut akan terlibat dalam setiap tahapan program, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Namun pemimpin lokal dengan basis keturunan yang memiliki modal manusia, sosial, ekonomi yang rendah (AR), maka pemimpin lokal tersebut hanya terlibat dalam tahapan perencanaan saja, yaitu saat merumuskan konsep program dan kehadiran dalam rapat. Sedangkan, pemimpin lokal dengan basis terpelajar dan memiliki modal manusia yang jauh lebih tinggi dibandingkan modal sosial dan ekonomi (AQ), cenderung terlibat dalam tahap pelaksanaan, yaitu pada saat memberikan ide maupun terlibat langsung dalam teknis program. Pemimpin lokal dengan basis elit agama memiliki modal manusia dan sosial yang sama serta lebih tinggi dibandingkan modal ekonomi (DM), cenderung terlibat pada tahapan evaluasi, yaitu saat memberikan kritik dan saran serta kehadiran dalam rapat evaluasi.

Modal internal adalah modal yang menentukan kecenderungan keterlibatan pemimpin lokal dalam tahapan program sehingga hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan ditolak. Semakin baik tokoh pemerintah mengetahui kepentingan publik dan melakukan kerja sama yang baik dengan masyarakat dalam menggulirkan program pembangunan, maka masyarakat akan juga semakin baik dalam pelaksanaan dan pengelolaan program pembangunan tersebut.

(6)

PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN

(Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

Oleh:

ZESSY ARDINAL BARLAN I34070103

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh :

Nama : Zessy Ardinal Barlan

NRP : I34070103

Program Studi : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN

(Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana

Mandi Cuci Kakus (MCK) dalam Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Lala M.Kolopaking, MS Sofyan Sjaf, S.Pt, M.Si

NIP. 19580827 198303 1 001 NIP. 1978 1003 200912 1 003

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Ketua

Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

(8)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN SALURAN IRIGASI DAN SARANA MANDI CUCI KAKUS (MCK) DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DESA DRAMAGA, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2011

(9)

RIWAYAT HIDUP

Zessy Ardinal Barlan dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juli 1989. Anak pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan suami istri H. Zainal Arifin, SE dan Hj. Ardyan Rus Nasution. Sebagai pelajar, Penulis menempuh pendidikan di TK TUGU IBU Depok selama dua tahun, SD TUGU IBU Depok selama tiga tahun kemudian melanjutkan di SDN Kenari Tinggi II Ternate, Maluku Utara hingga tamat. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Cilacap Jawa Tengah dan diteruskan ke SMAN 1 Balikpapan Kalimantan Timur yang masing-masing ditempuh selama tiga tahun. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor tepatnya di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia melalaui jalur tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Penulis mulai aktif berorganisasi sejak SMA yaitu sebagai wakil ketua umum Musyawarah Perwakilan Kelas (MPK) SMAN 1 Balikpapan. Hal ini berlanjut hingga dibangku kuliah yaitu berkiprah sebagai bendahara di Komisi C (Pendidikan) Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB periode 2007/2008, Ketua Komisi Eksternal DPM Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB periode 2008/2009, Anggota BP 2 (MWA) Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Keluarga Mahasiswa (KM) IPB periode 2008/2009, Anggota Komisi 3 (Advertising) DPM KM IPB periode 2009/2010, Bendahara BP 1 (Konstitusi) MPM KM IPB periode 2009/2010, Anggota BP 1 (konstitusi) MPM KM IPB periode 2010/2011, dan saat ini sebagai wakil ketua DPM KM IPB periode 2010/2011.

(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur dihaturkan kepada Allah SWT Tuhan bagi alam semesta berkat nikmat iman, rahmat, dan ridhoNya sehingga Skripsi dengan judul “PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN (Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)” ini dapat terselesaikan. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh dan keterlibatan pemimpin lokal dalam tahapan program. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh pemimpin lokal dalam keberhasilan program. Selain itu, skripsi ini disusun untuk melengkapi kewajiban dalam menempuh tugas belajar pada program Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah dengan sukarela dan ikhlas membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya kepada pihak-pihak yang telah membantu melalui bimbingan, saran, maupun dukungan semangat, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Lala M.Kolopaking, MS dan Sofyan Sjaf S.Pt, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu sabar membimbing penulis. Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan dan terhadap ilmu serta penerapan pembelajaran, khususnya bagi Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2011

(12)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT Tuhan bagi alam semesta berkat nikmat iman, rahmat, dan ridho Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “PENGARUH PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN (Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)” ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi kewajiban dalam menempuh tugas belajar pada program Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis tidak lupa menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada beberapa pihak yang telah dengan sukarela dan ikhlas membantu dalam penyusunan Skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda tercinta H. Zainal Arifin SE yang selalu memberikan motivasi serta ilmu-ilmu yang berharga di setiap diskusi yang kita lakukan, kepada ibunda tercinta Hj. Ardyan Rus Nasution yang selalu memberikan pelajaran moral dan kasih sayang yang berharga bagi penulis, serta adikku Zergie Nalardy Barlan yang selalu memberikan semangat dan bantuan yang tak ternilai harganya.

2. Bapak Dr. Ir. Lala M.Kolopaking, MS selaku dosen pembimbing skripsi pertama atas perhatian dan arahannya dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

(13)

4. Bapak Ir. Fredian Tonny, MS selaku dosen penguji petik atas koreksi penulisan skripsi penulis sehingga skripsi ini layak dan dapat diteruskan dalam ujian skipsi.

5. Keluarga besar orang tua di Bekasi dan Padang Sidimpuan yaitu Andong, tulang, nantulang, anteh, om ali, ancil, Bou, Uda, Nanguda, dan mufli serta sitta yang selalu memotivasi dan mendukung penulis untuk berjuang di tempat yang jauh dari keluarga inti di Balikpapan. 6. Vika dan Lita sebagai teman satu bimbingan Studi Pustaka dan Skripsi

penulis yang selalu memberikan semangat dan saling menguatkan satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Intan, Lili, Indah, Riska, Rinda, Mba Manda, Mba Inay, dan Mba wita, terima kasih atas kebersamaan, tawa, canda yang diberikan, semoga kita dapat meraih cita-cita kita masing-masing, amin.

8. Wawan Dinawan, Atik Nurwanda, Siti Nurjanah (Nung), Adhit Wibawa Putra, Qr, Dati, Kyo, Nela, dan seluruh keluarga besar Dewan Patriot, terima kasih atas idealisme dan profesional yang diajarkan dan semangat yang diberikan kepada Penulis.

9. Puspa, Sisi, Hadi, dan seluruh keluarga besar Dewan Pejuang, terima kasih atas semangat yang selama ini diberikan kepada Penulis.

10.Ghulam, Ridy, Kak Rahmat, Reza, Mba Ati, Enhar, Mei, Ririn, dan Kak Imam, serta seluruh keluarga besar Dewan Centriod, terima kasih untuk kebersamaan, tawa dan canda yang diberikan selama ini.

11.Art Fudlaili Fanuzia (Fidel), Nurina Rachma Adiningsih, Ainun, Ega, Anis, Forum Cendikiawati dan seluruh keluarga besar Dewan Cendekia, tarima kasih buat senyum, semangat, nasihat, motivasi, kebersamaan, dukungan, serta toleransi yang diberikan selama Penulis mengerjakan skripsi ini. Terima kasih.

(14)

DAFTAR ISI

1.4. Kegunaan Penelitian ………. 5

BAB II PENDEKATAN TEORITIS…..………... 6

2.1.5. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan...………..…………. 16

2.2. Kerangka Pemikiran………..……… 18

2.3. Hipotesis………....… 20

2.4. Definisi Operasional……….. 20

BAB III METODE PENELITIAN………. 24

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 24

3.2. Pendekatan Penelitian….……….. 24

3.3. Teknik Pemilihan Responden dan Informan serta Tahapan Penelitian………...………... 25

3.4. Jenis, Teknik Pengolahan, dan Analisis Data…………... 26

BAB IV GAMBARAN UMUM……… 37

4.1. Gambaran Umum Desa ……… 37

4.2. Gambaran Umum Program………..………. 40

BAB V PEMIMPIN LOKAL DALAM MENDORONG KEBERHASILAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR………... 42

5.1. Pemimpin Lokal yang Pilihan Warga..…………..……… 42

(15)

5.2.1. Pemimpin Lokal AR………... 46

5.2.2. Pemimpin Lokal YT ………... 47

5.2.3. Pemimpin Lokal DM……….. 50

5.2.4. Pemimpin Lokal AQ………... 52

5.3. Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Program PNPM Mandiri Perdesaan Pembangunan Infrastruktur………… 54

BAB VI PENGARUH PEMIMPIN LOKAL DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR……….. 56

6.1. Modal Internal………... 56

6.1.1. Modal Manusia………... 56

6.1.2. Modal Sosial………... 62

6.1.3. Modal Ekonomi………... 66

6.2. Modal Eksternal……… 67

6.2.1. Modal Institusi.………... 67

6.2.2. Modal Simbolik………... 70

6.2.3. Modal Budaya………. 73

6.2.4. Modal Moral………... 74

6.3. Modal Internal dan Eksternal……… 75

BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR … 81 7.1. Pengaruh Kepemilikan Modal pada Tahapan Program…. 81 7.1.1. Tahapan Perencanaan……….. 81

7.1.2. Tahapan Pelaksanaan………... 83

7.1.3. Tahapan Evaluasi……… 85

7.2. Tipologi Pemimpin Lokal………. 88

BAB VIII PEMIMPIN LOKAL DAN PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL...……… 91

BAB IX PENUTUP………... 94

9.1. Kesimpulan……… 94

9.2. Saran……….. 96

DAFTAR PUSTAKA………. 97

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tipologi Pemimpin Lokal Berdasarkan Sintesis Analisis Casey dan Hasil Studi di Indonesia……….

14

Tabel 2. Definisi Pembangunan...………...……… 15 Tabel 3. Jenis Data dan Teknik Pengolahannya...………... 26 Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status,

dan Tingkat Pendidikan……….. 43

Tabel 5. Pemimpin Lokal Menurut Pilihan Pengurus PNPM Mandiri Perdesaan (Responden), Desa Dramaga, Kecamatan

Dramaga, Tahun 2011………. 45

Tabel 6. Nilai Indeks Modal Manusia Masing-masing Pemimpin

Lokal………... 57

Tabel 7. Nilai Indeks Modal Sosial Masing-masing Pemimpin Lokal.. 62 Tabel 8. Nilai Indeks Modal Ekonomi pada Masing-masing

Pemimpin Lokal……….. 66

Tabel 9. Nilai Indeks Modal Institusi pada Masing-masing Pemimpin

Lokal………...……… 67

Tabel 10. Nilai Indeks Modal Simbolik Masing-masing Pemimpin

Lokal………... 71 Tabel 11. Nilai Indeks Modal Budaya Pada Masing-masing Pemimpin

Lokal………... 73

Tabel 12. Nilai Indeks Modal Moral pada Masing-masing Pemimpin

Lokal………... 74

Tabel 13. Nilai Indeks Modal Internal pada Masing-masing Pemimpin

Lokal………... 76

Tabel 14. Nilai Indeks Modal Eksternal pada Masing-masing

Pemimpin Lokal……….. 78 Tabel 15. Total Nilai Indeks Modal dan Interpretasinya pada

Masing-masing Pemimpin Lokal………. 80

Tabel 16. Hasil Regresi Linear Sederhana, Pengaruh Modal Internal dan Eksternal Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan,

Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011………. 81 Tabel 17. Hasil Regresi Linear Sederhana, Pengaruh Modal Internal

dan Eksternal Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan,

(17)

Tabel 18. Hasil Regresi Linear Sederhana, Pengaruh Modal Internal dan Eksternal Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Evaluasi PNPM Mandiri Perdesaan, Desa

Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011………. 86 Tabel 19. Tipologi Pemimpin Lokal Berdasarkan Basis dan Modal

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan ……….. 17 Gambar 2. Kerangka Analisis Pengaruh Pemimpin Lokal terhadap

Keberhasilan Program Pembangunan...……….. 19 Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status,

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(20)

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sajogyo (1986) dalam bukunya sosiologi pembangunan menyebutkan bahwa pembangunan tidak terlepas dari modernisasi. Pembangunan sendiri memiliki begitu banyak definisi diantaranya Tjondronegoro dalam Sajogyo menyebutkan bahwa pembangunan adalah perubahan susunan dan pola masyarakat. Perubahan dalam susunan tersebut akan merangsang lapisan-lapisan masyarakat berproduksi, dengan perubahan itu juga sarana pembagian dalam masyarakat akan berubah, perataan hasil pembangunan dimantapkan dan kemudian tekhnologi akan menyusul perubahan ini.

Menuju pembangunan diperlukan penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sasaran. Pada penyusunan program perlu dilihat kebutuhan serta kondisi masyarakat, disini diperlukan pihak-pihak tertentu atau bisa disebut sebagai pemimpin lokal yang paham akan kondisi di desa tersebut untuk membantu memetakan kebutuhan masyarakat yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat setempat.

Program-program pembangunan yang masuk ke desa sebelumnya bisa terjadi karena merupakan program dari pemerintah atau permintaan dari masyarakat sendiri. Baik dari masyarakat maupun pemerintah, program-progam tersebut sudah tentu dipengaruhi oleh pemimpin lokal, baik karena sejalan dengan kepentingan pemimpin lokal pribadi maupun kepentingan masyarakat setempat. Pemimpin lokal juga dipengaruhi oleh adanya program tersebut, karena berhasilnya program juga menentukan reputasi pemimpin lokal dimasyarakat.

(21)

2

masyarakat. Pengaruh yang dimaksud disini adalah tidak hanya terbatas pada pengambilan keputusan yang terkait dengan program saja tetapi juga terkait dengan personal masyarakat.

Melihat uraian dari pemimpin lokal di atas, terlihat bahwa pemimpin lokal tidak hanya berperan sebagai pemimpin dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan tindakan-tindakan kolektif (mempengaruhi lingkungan), tetapi juga sebagai panutan sikap serta tempat meminta pendapat untuk hal-hal yang bersifat personal sehingga pada kelompok maupun individu dalam proses pengambilan keputusan secara personal maupun umum tidak lepas dari peran pemimpin lokal yang ada disekelilingnya.

Contoh kasus adalah penelitian yang dijelaskan di dalam buku Sosiologi Pedesaan, Sajogyo dan Sajogyo (2002) menjelaskan tentang struktur sosial dalam masyarakat pedesaan di daerah Cibodas, salah satu peranan dalam struktur sosial tersebut adalah tuan tanah besar. Kelompok ini terdiri dari sejumlah kecil keluarga yang berhubungan rapat dengan perkawinan yang mana mereka itu adalah kalangan bangsawan desa, merekalah yang menentukan jenis kegiatan kemasyarakatan dan memainkan peranan penting, baik positif maupun negatif, dalam setiap kegiatan di desa itu, dalam arti bahwa mereka selalu terlibat dalam kegiatan tersebut, sebagai pendukung atau sebagai lawan, baik secara terbuka maupun tersembunyi. Mereka mempunyai sumber modal terbesar dan mendapat kepercayaan dari para tengkulak uang. Dan dengan tuan tanah besar inilah, para wakil jawatan pemerintah mengadakan hubungan-hubungan pribadi, dan sampai saat ini dari merekalah para pejabat memperoleh informasi tentang keadaan masalah-masalah desa. Tuan tanah besar ini juga merupakan aktor atau orang yang memainkan politik lokal. Pada kasus Cibodas tersebut di atas menujukkan bahwa pemimpin lokal memainkan peranan tertentu dalam pembagunan di pedesaan, walaupun setiap pemimpin lokal memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap masyarakat maupun individu dari masyarakat itu sendiri.

(22)

terhadap masyarakat. Elemen-elemen tersebut adalah modal manusia, modal institusi, modal sosial, modal simbolik, modal ekonomi, modal budaya, dan modal moral.

Mengingat peran penting yang dimiliki pemimpin lokal dalam pengambilan keputusan individu atau kelompok dalam masyarakat pedesaan, maka dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melakukan identifikasi pemimpin lokal yang memiliki pengaruh lebih kuat kepada masyarakat pedesaan, penelitian ini akan dimulai dengan pengidentifikasian pemimpin lokal yang terkait program pembangunan. Umumnya sebuah program terdiri dari tiga tahapan, diantaranya adalah tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kemudian akan dilihat sejauhmana keterlibatan dan pengaruh pemimpin lokal pada setiap tahapan tersebut. Posisi penelitian ini adalah ingin melihat dan menganalisis sejauh mana keterlibatan pemimpin lokal dalam program pembangunan dan pemimpin lokal yang dimaksudkan disini adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan. Besarnya pengaruh dari tindakan tersebut dipengaruhi oleh modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal.

1.2.Rumusan Masalah

(23)

4

Oleh sebab itu, perlu dilihat bagaimanakah pengaruh pemimpin lokal terhadap program dilihat dari modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal, khususnya program pembangunan di pedesaan, karena hal ini akan mempengaruhi arah serta jenis program yang akan masuk atau yang akan di implementasikan dalam suatu daerah. Hal ini perlu dilihat agar saat pihak-pihak yang berkepentingan ingin membuat suatu program, dapat disesuaikan dengan karakteristik masyarakatnya, dilihat dari tipologi pemimpin lokal yang ada. Hal ini akan memudahkan program untuk lebih tepat sasaran. Untuk melihat hal itu perlu juga dilihat :

1. Siapa sajakah pemimpin lokal yang terlibat di dalam suatu program? 2. Bagaimanakah modal yang dimiliki pemimpin lokal dan pengaruhnya

terhadap masyarakat, khususnya dalam program pembangunan di pedesaan?

3. Bagaimanakah tipologi pemimpin lokal berdasarkan basis dan keterkaitan antara modal yang dimiliki pemimpin lokal dengan keterlibatannya dalam tahapan program, khususnya dalam program-program pembangunan di pedesaan?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimanakah pengaruh pemimpin lokal terhadap program dilihat dari modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal. Hal ini berguna agar implementasi program dapat berjalan sesuai dengan seharusnya. Selain itu tujuan dari penelitian ini juga untuk:

1. Mengetahui pemimpin lokal yang berpengaruh dalam masyarakat, khususnya dalam program-program pembangunan pedesaan.

2. Mengetahui modal yang dimiliki pemimpin lokal dan pengaruhnya terhadap masyarakat, khususnya dalam program pembangunan di pedesaan.

(24)

1.4.Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan tipologi pemimpin lokal berdasarkan modal yang dimiliki dan hubungannya dengan tingkat pengaruh pemimpin lokal dalam tiga tahapan program. Adapun penelitian ini memberikan manfaat untuk mahasiswa selaku pengamat dan akademisi, masyarakat, perguruan tinggi dan pemerintah. Manfaat yang diperoleh yaitu:

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini bermanfaat menjadi tambahan literatur penelitian mengenai hubungan antara pengaruh pemimpin lokal dengan modal yang dimiliki sehingga kedepannya dapat mempermudah dalam menganalisis terkait topik kepemimpinan untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini merupakan perwujudan dari Tridharma Perguruan Tinggi yang diharapkan dapat meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi sumber rujukan dalam topik kepemimpinan khususnya dalam menganalisis keberhasilan program sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas perguruan tinggi.

3. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini akhirnya melahirkan suatu tipologi pemimpin lokal yang dapat digunakan sebagai bahan referensi pemerintah maupun pihak-pihak terkait dalam menggulirkan program ke pedesaan agar program yang masuk terimplementasikan dengan baik dan sesuai dengan rencana serta tujuan.

4. Bagi Masyarakat

(25)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1.Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pemimpin Lokal dalam Pembangunan

Kartodirdjo (1986) menyebutkan bahwa dalam setiap masyarakat secara wajar timbullah dua kelompok yang berbeda peranan sosialnya, yaitu yang memimpin sebagai golongan kecil yang terpilih dan kelompok yang dipimpin, ialah orang kebanyakkan. Kartodirdjo juga menjelaskan bahwa akibat adanya interaksi antara orang dengan kepribadian yang kuat dengan faktor situasional akan menghasilkan pemimpin. Hal ini oleh Kartodidjo disebut sebagai teori kepribadian dalam situasi. Lebih rinci lagi ialah bahwa kepemimpinan adalah pertemuan antara pelbagai faktor : (1) Sifat dan golongannya, (2) Kepribadian dan (3) Situasi atau Kejadian.

Terkait penjelasan tersebut Wiriadihardja (1987) menyebutkan bahwa yang dimaksud sebagai pemimpin (Leader) adalah seorang yang dengan cara apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Tidak jauh berbeda, pemimpin juga didefinisikan sebagai pengaruh antar personal yang dilaksanakan dalam suatu keadaan yang ditujukan untuk mencapai suatu tujuan khusus, melalui proses komunikasi (Tannebeum dalam Wiriadihardja, 1987).

Lebih tegas lagi Etzioni (1985) menjelaskan bahwa pemimpin dapat dibagi menjadi dua yaitu formal dan informal. Etzioni menambahkan bahwa yang dimaksud dengan pemimpin informal adalah seorang individu yang mampu mengendalikan bawahan berdasarkan kekuatan pribadinya, sedangkan seorang yang sekaligus memiliki kekuasaan posisional dan kekuatan pribadi disebut pimpinan formal.

(26)

ditunjukkan dalam bentuk tindakan yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya. Besarnya pengaruh dari tindakan tersebut dipengaruhi oleh modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal.

Peran pemimpin lokal dalam pembangunan salah satunya adalah dengan melihat partisipasi pemimpin lokal tersebut dalam program pembangunan. Mengaitkan dengan teori Cohen dan Uphoff (1979) yang membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan kegiatan, tahapan tersebut yaitu sebagai berikut: (1) Tahap pengambilan keputusan, diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini adalah proses perencanaan suatu kegiatan. (2) Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek. (3) Tahap menikmati hasil, yang menjadi indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek yang dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. (4) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Merujuk pemaparan Cohen dan Uphoff di atas maka tahapan pembangunan dapat dianalogikan dengan tahapan partisipasi dalam kegiatan, terkait hal ini, penelitian ini melihat pengaruh pemimpin lokal dalam tiga tahapan saja, yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.1.2. Kepemilikan Modal dan Pengaruh Pemimpin Lokal

(27)

8

otoritas (yang dirujuk sebagai modal simbolik), serta modal budaya (yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi).

Selain itu, Bordieu juga menambahkan bahwa modal berperan sebagai sebuah relasi sosial yang terdapat di dalam suatu sistem pertukaran, dan istilah ini diperluas pada segala bentuk barang-baik materil maupun simbol, tanpa perbedaan- yang mempresentasikan dirinya sebagai sesuatu yang jarang dan layak untuk dicari dalam sebuah formasi tertentu.

Modal juga dipandang Bordieu sebagai basis dominansi (meskipun tidak selalu diakui demikian oleh partisipan). Beragam jenis modal dapat ditukar dengan jenis-jenis modal lainnya-yang artinya modal bersifat ’dapat ditukar’. Penukaran paling hebat yang telah dibuat adalah penukaran pada modal simbolik, sebab dalam bentuk-bentuk modal yang berbeda dipersepsi dan dikenali sebagai sesuatu yang legitimit.

Bordieu juga menambahkan bahwa ranah dapat dipahami sebagai ranah kekuatan dan perjuangan posisi dan otoritas legitimit, sementara logika yang mengatur perjuangan-perjuangan ini adalah logika modal.

Terkait modal di atas, Casey (2008) membagi modal menjadi tujuh bagian yaitu modal manusia, modal institusi, modal sosial, modal simbolik, modal ekonomi, modal budaya, dan modal moral. Pembagian modal yang dilakukan Casey sebenarnya merujuk dari empat pembagian modal yang dilakukan oleh Bordieu. Penjelasan pembagian modal menurut Casey adalah :

1. Modal Manusia

Modal manusia merupakan kombinasi dari kemampuan dan ketrampilan, pengalaman serta pendidikan. Modal manusia biasanya dilihat dari dua hal yaitu pengalaman dan pendidikan. Pengalaman dibagi menjadi dua yaitu pengalaman pemimpin dibidangnya dan pengalaman pemimpin diluar dari bidang yang ditekuninya.

(28)

merupakan elemen modal yang didapatkan dengan mengawinkan implementasi dengan waktu. Dengan demikian, pengalaman merupakan elemen modal yang dihasilkan bukan secara instan, oleh sebab itu secara otomatis masyarakat akan lebih percaya pemimpin lokal yang memiliki pengalaman yang mencukupi. Selain itu hal ini bukan berarti pendidikan dan kemampuan tidak diperhitungkan dalam mengidentifikasi modal manusia yang dimiliki oleh pemimpin lokal.

2. Modal Intitusi

Pada umumnya untuk melihat derajat modal institusi yang dimiliki oleh aktor dapat dilihat dari tiga hal yaitu: dukungan institusi terhadap aktor, ideologi institusi, dan pengaruh institusi kepada pemimpin lokal.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh (Sajogyo dan Sajogyo, 2002; Iberamsjah, 1988; Patton, 2003; dan Ginting, 1999) terlihat bahwa dari tiga elemen modal institusi yaitu dukungan institusi terhadap pemimpin lokal, ideologi institusi, dan pengaruh intitusi, dukungan institusi adalah elemen modal institusi yang paling sering dimiliki oleh para pemimpin lokal. Terlihat dari kasus-kasus ini adalah dalam kehidupan masyarakat pedesaan cukup hanya dengan dukungan dari institusi baik berupa pengakuan maupun keterlibatan secara langsung ternyata mempengaruhi tingkat pengaruh aktif terhadap masyarakat.

3. Modal Sosial

Modal Sosial biasanya dilihat dari tiga hal yaitu dukungan grup kolektif, jaringan, dan reputasi. Dukungan grup kolektif biasanya diukur dari angka statistik yang diterima oleh kandidat (jika dalam pemilihan umum), dalam kasus ini adalah dukungan yang diberikan oleh masyarakat setempat. Jaringan berasal dari kelompok sosial dimana sang kandidat turut terlibat, dan reputasi adalah seberapa diketahuinya pemimpin lokal oleh masyarakat.

(29)

10

banyak memiliki informasi sehingga memudahkan pemimpin lokal dalam mengakses banyak hal maupun mempengaruhi sesuatu keputusan karena dianggap sebagai pihak yang lebih mengerti dibandingkan yang lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sajogyo dan Sajogyo, 2002; Iberamsjah, 1988; Patton, 2003; dan Ginting, 1999)

4. Modal Simbolik

Modal simbolik merupakan hasil dari praktek sosial. Bordieu mengemukakan bahwa modal simbolik merupakan simbol yang melegitimasi/membuktikan dominasi melalui strata sosial atau pembeda terhadap orang lain, sehingga hal simbolik dapat memenuhi fungsi politik (Swartz). Modal Simbolik dapat dilihat dari dua hal yaitu prestise yang dibawa serta gelar. Modal Simbolik sangat bergantung pada masyarakatnya.

Pemaparan tersebut ditemukan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Iberamsjah (1988) yang menggambarkan bahawa pengakuan dari masyarakat merupakan simbol dimana secara tidak langsung elit informal agama memiliki prestise sendiri dan memiliki gelar sendiri yang mana apa yang diputuskannya merupakan keputusan yang terbaik. Hal ini menunjukkan bahwa elit informal agama memiliki pengaruh terhadap masyarakat.

5. Modal Ekonomi

Modal ekonomi berasal dari produksi material dan petukaran atau perdagangan, uang, atau materi yang dihasilkan seseorang, baik dagang dan produksi sendiri. Secara umum yang ditonjolkan adalah seberapa kuat dukungan finansial atau kekayaan yang dimiliki kandidat atau pemimpin lokal.

(30)

Dikarenakan mereka memiliki sumber modal terbesar di desa tersebut, mereka mendapat kepercayaan dari para tengkulak uang. Berkat laba yang besar yang mereka tarik dari menanam kentang dan kubis untuk dipasarkan, mereka sanggup mendirikan bungalow-bungalow baru di desa itu atau di Bandung.

6. Modal Budaya

Modal budaya merupakan hasil dari praktek sosial dan pengembangan sosial dari beberapa simbol dan arti yang termasuk kelas yang lebih tinggi untuk melakukan kultur dominan mereka dalam siklus pengembangan kultur.

Merujuk pada hal tersebut hasil penelitian yang dilakukan oleh Iberamsjah (1988) dan Patton (2003) terlihat bahwa tingkat pengaruh pemimpin lokal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan atau budaya dari lingkungan pemimpin lokal tersebut. Jika budaya telah terbentuk, maka walaupun kemampuan pemimpin lokal tidak mencukupi, masyarakat akan tetap mengikuti arahan dari pemimpin lokal tersebut. Hal ini terjadi khususnya didaerah-daerah yang kelembagaan adat nya masih kental.

7. Modal Moral

Modal moral adalah dimana pemimpin informal memiliki tujuan yang jelas dan bermanfaat untuk masyarakat. Pada umumnya modal moral dapat dilihat dari opini publik tehadap pemimpin informal tersebut.

Hasil penelitian dari (Iberamsjah,1988; Yanti,2004; dan Ginting,1999). Modal moral yang dimiliki oleh seorang pemimpin lokal dapat dilihat dari opini publik tentang dirinya, semakin baik opini publik tentang dirinya semakin tinggi modal moral yang dimiliki pemimpin lokal tersebut. Hal ini yang akhirnya berujung pada semakin berpengaruhnya pemimpin lokal terhadap masyarakat.

2.1.3. Tipologi Pemimpin Lokal

(31)

12

modal internal yang terdiri dari modal manusia, modal sosial, dan modal ekonomi. Modal manusia digolongkan ke dalam modal internal dikarenakan indikator yang berada dalam modal manusia merupakan indikator yang dapat dicapai dengan usaha individu tersebut. Sama halnya dengan modal sosial, pada modal sosial dapat dilihat bagaimana usaha pemimpin lokal untuk mendapatkan dukungan, membuat jaringan, dan menciptakan reputasi yang baik. Sedangkan pada modal ekonomi adalah dukungan keuangan yang dimiliki oleh individu pemimpin lokal.

Kemudian modal yang berasal dari luar individu pemimpin lokal atau dari atribut sosial pemimpin lokal termasuk dalam modal eksternal yang terdiri dari modal institusi, modal simbolik, modal budaya, dan modal moral. Modal institusi termasuk dalam kategori modal eksternal dikarenakan institusi memberikan dampak kepada pemimpin lokal atas keterlibatannya dalam institusi tersebut. Begitu juga dengan modal simbolik, dimana prestise dan gelar diberikan kepada individu oleh masyarakat atau institusi yang berwenang. Kemudian modal budaya dan moral merupakan pendapat masyarakat tentang tindakan, aktivitas serta kebijakan pemimpin lokal terkait dengan budaya dan kapabilitasnya.

Kedua kategori tersebut saling memberikan pengaruh satu sama lain yang akhirnya mempengaruhi posisi atau keterlibatan pemimpin lokal itu sendiri dalam masyarakat.

(32)

kasus kyai pesantren di Pekalongan yang oleh Fadhillah (2007) saat pemimpin lokal tersebut mampu memobilisasi jama’ahnya untuk memilih seseorang kandidat calon elit selain itu dalam musyawarah atau diskusi, pendapat pemimpin lokal hampir tidak pernah mendapat sanggahan atau bantahan dari masyarakat.

Modal manusia-budaya merupakan modal yang dimiliki pemimpin lokal yang pola kebiasaan masyarakatnya sejalan dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki pemimpin lokal. Hal ini ditunjukkan dengan peran pemimpin lokal yang menjadi tempat bertanya bagi masyarakat karena adanya anggapan bahwa pemimpin lokal tersebut merupakan pihak yang patut diikuti (Iberamsjah, 1988 dalam Peranan Elit Informal Desa Dalam Proses Pembuatan Keputusan Pembangunan Desa).

Selanjutnya pemimpin lokal yang memiliki modal manusia-moral adalah pemimpin lokal yang memiliki kemampuan dan pendidikan yang baik serta opini publik yang positif. Hal ini merujuk dalam kasus Hutan Adat Nagari Koto Malintang Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Provinsi Sumatra Utara oleh Yanti (2004) disebutkan bahwa pemimpin lokal merupakan figure yang dapat dipercaya, dihormati dan dapat membawa perubahan dalam kehidupan. Berikutnya adalah pemimpin lokal yang memiliki modal sosial dan simbolik. Pemimpin lokal yang memiliki modal ini adalah pemimpin informal yang termasuk bangsawan desa dan mempunyai jaringan yang luas. Hal ini terlihat dalam penelitian kasus Desa Cibodas yang dilakukan oleh Sajogyo dan Sajogyo (2002).

(33)

14

(34)

2.1.4. Program Pembangunan

Terdapat cukup banyak definisi mengenai pembangunan, diantaranya seperti yang di jelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2. Definisi Pembangunan

Tokoh Definisi Pembangunan

Inayatullah (1967)

Perubahan menuju pola-pola masyarakat yang

memungkinkan masyarakat mempunyai kontrol yang besar terhadap lingkungan, tujuan politik, dan memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri.

Rogers dan Shoemaker (1971)

Perubahan sosial di mana ide baru diperkenalkan kepada suatu sistem sosial untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Modernisasi pada tingkat sistem sosial.

Kleinjans (1975)

Pencapaian pengetahuan dan ketrampilan baru, kesadaran, perluasan wawasan dan meningkatkan semangat serta kepercayaan diri.

Rogers (1983) Perubahan sosial dengan patrisipatori yang luas

Berangkat dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan pembangunan adalah perubahan sosial pada masyarakat secara partisipatif. Perubahan tersebut tidak hanya dilihat dari perubahan pendapatan perkapita saja tetapi juga perubahan sistem sosial, kapasitas individu, serta kontrol masyarakat terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.

Nasution (1998) dalam bukunya Komunikasi Pembangunan juga menambahkan bahwa pembangunan memiliki tujuan umum, khusus, dan target. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1) Tujuan Umum (Goals) Pembangunan adalah proyeksi terjauh dari harapan-hatapan dan ide-ide manusia, komponan-komponen dari yang terbaik yang mungkin, atau masyarakat ideal terbaik yang dapat dibayangkan.

2) Tujuan Khusus (Objectives) Pembangunan adalah tujuan jangka pendek, biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian sasaran dari suatu program tertentu. (Suld dan Tyson 1978 dalan Nasution 1998). 3) Target Pembagunan adalah tujuan-tujuan yang dirumuskan secara

(35)

16

aspirasi antara suatu situasi yang ada dengan tujuan akhir pembangunan.

2.1.5. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Mulai Tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. (Anonim,2006)

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

(36)

Sumber: PTO PNPM Mandiri

Gambar 1: Alur Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan

Alur PNPM Mandiri Perdesaan berawal dari orientasi lapang yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh pemerintah, kemudian pada tingkat kecamatan dibentuk Musyawarah antar Desa (MAD) untuk sosialisasi program serta ketentuan mengikuti PNPM Mandiri. Setelah itu dilanjutkan dengan Musyawarah Desa (MUSDES) untuk mensosialisasikan program PNPM Mandiri kepada warga desa. Tahap selanjutnya adalah tahap penggalian gagasan, pada tahap ini dilakukan cukup banyak musyawarah di tingkat desa yang nantinya akan dibawa pada MAD Prioritas Usulan pada tingkat kecamatan.

(37)

18

Tahap terakhir adalah tahap evaluasi, tahap ini dilakukan untuk memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan program PNPM Mandiri selanjutnya.

2.2.Kerangka Pemikiran

Pembangunan pada umumnya dilakukan secara bertahap, mulai dari kota besar sampai ke masyarakat pedesaan. Hal ini menjadi masalah ketika dalam proses tersebut sering terjadi ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan. Ketimpangan tersebut akhirnya dapat memicu masalah kependudukan dimana terjadinya pergerakan penduduk dari desa ke kota dalam jumlah besar. Oleh sebab itu, untuk mencegah hal tersebut terjadi maka pada daerah-darerah tertentu khususnya pedesaan perlu digulirkan program-program yang bertujuan untuk membagun desa.

Program pembangunan yang digulirkan pemerintah ke pedesaan tentunya akan melibatkan pemimpin lokal desa. Namun tidak semua pemimpin lokal akan terlibat. Keterlibatan pemimpin lokal ditentukan oleh pengaruh pemimpin lokal tersebut terhadap masyarakat.

Pengaruh pemimpin lokal terhadap masyarakat tidak terlepas dari modal yang dimilikinya. Merujuk dari pembagian modal oleh Casey, penulis mencoba mengkategorikan ketujuh modal tersebut menjadi dua kategori. Kategorisasi ini didasarkan dari asal modal tersebut. Modal yang berasal dari dalam individu pemimpin lokal disebut modal internal yang terdiri dari modal manusia, modal sosial, dan modal ekonomi. Kemudian modal yang berasal dari luar individu pemimpin lokal atau dari atribut sosial pemimpin lokal termasuk dalam modal eksternal yang terdiri dari modal institusi, modal simbolik, modal budaya, dan modal moral.

(38)

: Index Pengaruh Pemimpin Lokal : Regresi

: Saling mempengaruhi : Mempengaruhi

(39)

20

2.3.Hipotesis

Pemimpin lokal dalam pengaruh dan peranannya dibentuk oleh modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal tersebut. Oleh karena itu dilihat sejauh mana hubungan dominansi modal internal dan eksternal dengan keterlibatan pemimpin lokal dalam implementasi program tersebut. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, terdapat beberapa hipotesis, diantaranya adalah:

1. Pemimpin lokal yang memiliki modal dominan internal cenderung lebih banyak terlibat dalam tahap perencanaan.

2. Pemimpin lokal yang memiliki modal internal dan eksternal yang setara cenderung lebih banyak terlibat dalam pelaksanaan program. 3. Pemimpin lokal yang memiliki modal dominan eksternal cenderung

lebih banyak terlibat dalam evaluasi kegiatan.

2.4. Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki tiga konsep utama yaitu pemimpin, modal, dan tahapan program. Dari ketiga konsep tersebut, maka dirumuskan definisi operasional yang bertujuan sebagai batasan dari indikator dalam penelitian ini. Adapun definisi operasional tersebut yaitu:

a. Pemimpin

Seorang yang dengan cara apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai.

a.1. Pemimpin Lokal

Seorang individu pada suatu wilayah yang mampu mempengaruhi pihak lain untuk berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai.

a.2. Pemimpin Informal

Seorang individu yang mampu mengendalikan bawahan berdasarkan kekuatan pribadinya.

(40)

a.3. Pemimpin Formal

Seorang yang sekaligus memiliki kekuasaan posisional dan kekuatan pribadi disebut pimpinan formal.

 Kepala Desa  Ketua RW  Ketua RT b. Modal

Sesuatu atau alat yang dimiliki oleh pemimpin lokal untuk mencapai tujuan tertentu.

b.1. Modal Internal

Modal yang berasal dari diri pemimpin lokal tersebut b.1.1. Modal Manusia

1) Kemampuan adalah sebaik apa pemimpin dapat menjalankan tugas dan kewajibannya.

2) Pengalaman dibidangnya adalah kiprah pemimpin dalam bidang yang digelutinya.

3) Pengalaman diluar bidang adalah kiprah pemimpin diluar bidangnya.

4) Tingkat Pendidikan Formal adalah tingkat kelulusan pendidikan formal terakhir pemimpin lokal.

b.1.2. Modal Sosial

1) Dukungan grup kolektif adalah dukungan masyarakat, kelompok, individu kepada pemimpin lokal baik berbentuk sikap yang tidak membantah dan mendukung kebijakan pemimpin lokal.

2) Jaringan adalah kekuatan dan keluasan jaringan yang dimiliki oleh pemimpin lokal.

3) Reputasi adalah sejauh mana pemimpin lokal dikenal atau familiar dimasyarakat.

b.1.3. Modal Ekonomi

1) Dukungan keuangan adalah daya dukung keuangan yang dimiliki pemimpin lokal dalam membiayai segala aktivitasnya.

(41)

22

b.2. Modal Eksternal

Modal yang berasal dari luar diri pemimpin lokal tersebut b.2.1. Modal Institusi

1)Dukungan Institusi adalah dukungan yang diberikan institusi kepada pemimpin dalam menjalankan kebijakan-kebijakan pemimpin lokal tersebut.

2)Ideologi Institusi adalah kesesuian pemimpin lokal dalam menjalankan kebijakan-kebijakannya dengan ideologi dari institusi tersebut.

3) Pengaruh Institusi adalah sejauhmana institusi memberikan pengaruh positif kepada pemimpin lokal, baik dalam hal pengaruhnya kepada masyarakat maupun dalam pelaksanaan kebijakan.

b.2.2. Modal Simbolik

1) Prestise adalah wibawa atau kehormatan yang dimiliki oleh pemimpin lokal dalam mempengaruhi masyarakat.

2) Gelar adalah latar belakang pendidikan dilihat dari dimana/tempat pemimpin lokal tersebut menuntut ilmu.

b.2.3. Modal Budaya

1) Kesesuaian dengan budaya adalah kesesuaian segala tingkah laku, kebijakan, dan aktivitas pemimpin lokal merupakan representasi dari budayanya (sesuai dengan budaya setempat).

b.2.4. Modal Moral

1) Opini positif publik adalah bagaimana tanggapan atau pandangan masyarakat tentang pemimpin lokal.

c. Tahapan Program c.1. Tahap Perencanaan

1. Kehadiran adalah keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau musyawarah yang diadakan saat perencanaan program.

(42)

c.2. Tahap Pelaksanaan

1. Keterlibatan sebagai anggota proyek adalah keterlibatan secara aktif pemimpin lokal dalam hal-hal teknis dilapangan.

2. Sumbangsih pemikiran adalah keterlibatan pemimpin lokal dalam menyumbangkan pemikirannya dalam mengambil kebijakan saat pelaksanaan program.

3. Sumbangsih materi adalah kemampuan pemimpin lokal dalam mendukung pelaksanaan program dengan materi (uang) yang dimilikinya.

c.3. Tahap Evaluasi

1. Kehadiran adalah keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau musyawarah yang diadakan saat program berakhir.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh pemimpin lokal terhadap keberhasilan program pembangunan ini dilaksanakan di Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan dan usulan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD) Kabupaten Bogor bahwa Kecamatan Dramaga merupakan salah satu kecamatan terbaik dalam pengelolaan program PNPM Mandiri Perdesaan. Kecamatan Dramaga menaungi sepuluh desa dan menurut rekomendasi Unit Pengelolaan Kegiatan PNPM Mandiri Kecamatan Dramaga, Desa Dramaga adalah desa yang terbaik dalam pengelolaan program PNPM Mandiri dan memiliki dinamika pemimpin lokal yang lebih beragam. Penelitian ini mengkhususkan pada program pembangunan fisik, yaitu program pembangunan saluran irigasi pada RW 04 dan sarana MCK pada RW 03, 04, dan 05.

Pengumpulan data sekunder dilaksanakan pada bulan Maret 2011. Sementara itu, pengumpulan data primer dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan April. Dalam kurun waktu tersebut, peneliti melakukan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dari beberapa sumber yang kemudian diakhiri dengan penyusunan laporan akhir skripsi dan sidang penelitian yang dilakukan mulai bulan Mei hingga Juli 2011.

3.2.Pendekatan Penelitian

(44)

metode kuantitatif dilakukan dengan pengumpulan data melalui instrument penelitian kuisioner.

Sementara itu, penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan dan responden yang terlibat dalam program PNPM mandiri khususnya pengurus dan anggota program PNPM Mandiri tersebut. Adapun instrumen wawancara mendalam dengan menggunakan panduan pertanyaan tertulis.

3.3.Teknik Pemilihan Responden dan Informan serta Tahapan Penelitian Populasi dari penelitian ini, yaitu penduduk Desa Dramaga yang termasuk pengurus anggota program PNPM Mandiri pembangunan fisik dan penerima manfaat dari pembangunan sarana infrastruktur tersebut. Pemilihan responden dalam penelitian ini, terbagi menjadi dua, pertama seluruh anggota PNPM Mandiri Perdesaan dengan jumlah 11 orang, kedua penerima manfaat yang dipilih secara purposive (sengaja) dengan jumlah 22 orang. Pemilihan secara purposive dilakukan agar dipilih responden yang kesehariannya memang menggunakan MCK dan bendungan Cirawakalong dalam melakukan aktivitasnya. Sehingga jumlah responden yang dipilih dalam penelitian ini sebanyak 33 orang.

Selain itu, informan dalam penelitian ini juga dipilih dengan cara purposive. Pemilihan ini dilakukan dengan melihat kapasitas informan dan sejauh mana informan tersebut terlibat dalam program PNPM Mandiri tersebut. Hal ini dilakukan agar data dan informasi yang didapat akurat.

Adapun tahapan penelitian, diawali dengan mengidentifikasi pemimpin lokal secara kualititatif. Identifikasi pemimpin lokal dilakukan melalui wawancara mendalam kepada beberapa informan. Setelah teridentifikasi pemimpin lokal yang berpengaruh tersebut, selanjutnya dilihat sejauhmana pengaruh pemimpin lokal berdasarkan kepemilikan modalnya. Kepemilikan modal dan pengaruhnya ini akan di ukur dengan menggunakan indeks Casey.

(45)

26

Mandiri Perdesaan pembangunan sarana insfrastruktur. Keterlibatan pemimpin lokal ini, akan dilihat pada tiga tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pengaruh keterlibatan pemimpin lokal akan dianalisis dengan menggunakan Regresi Linier Sederhana yang didukung dengan analisis tabulasi silang. Adapun maksud analisis ini adalah untuk melihat pengaruh pemimpin lokal berdasarkan modal yang dimilikinya dengan keterlibatannya dalam tahapan progam dalam mewujudkan keberhasilan program tersebut.

Selanjutnya digunakan analisis uji nilai tengah untuk mengetahui kecenderungan keterlibatan masing-masing pemimpin lokal dalam seluruh tahapan program. Analisis ini digunakan untuk membentuk tipologi pemimpin lokal yang akan dijelaskan dengan analisis kuadran.

3.4.Jenis, Teknik Pengolahan, dan Analisis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur yang dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan mengenai penelitian ini. Sementara itu, data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dimana dilakukan wawancara mendalam kepada informan dan responden yang mengacu kepada panduan pertanyaan dan kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan melalui studi literatur baik dari data di Kantor Kecamatan dan Kantor Kepala Desa ialah data mengenai kondisi wilayah desa dilihat dari segi geografis, demografis, profil desa, serta infrastruktur desa. Lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Data dan Teknik Pengolahannya

(46)

Selanjutnya untuk pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang ditanyakan pada pengurus dan anggota PNPM Mandiri dibagi menjadi enam bagian. Pertama, berisi data dan karakteristik responden, kedua, ketiga, dan ke-empat berisi keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program PNPM Mandiri dilihat dari pandangan pengurus dan anggota lainnya, kelima dan keenam berisi identifikasi modal internal dan eksternal pemimpin lokal dilihat dari pandangan pengurus dan anggota PNPM Mandiri lainnya.

(47)

28

3. Pengalaman di luar bidang :

(48)

2. Jaringan : ekonomi. Adapun kategori modal internal sebagai berikut:

 Sangat Berpengaruh = > 8

 Berpengaruh = 8 < X < 0

 Cukup berpengaruh = 0

(49)
(50)
(51)

32

Kategori modal di atas merujuk modal eksternal yang diukur dengan mengakumulasi jumlah skor dari modal institusi, modal simbolik, modal budaya, dan modal moral. Adapun kategori modal eksternal sebagai berikut:

 Sangat Berpengaruh = > 7

 Berpengaruh = 7 < X < 0

 Cukup berpengaruh = 0

 Sedikit Berpengaruh = 0 < X < -7  Tidak berpengaruh = < -7

Kategori modal di atas merujuk pada modal internal dan eksternal yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari modal manusia, modal sosial, modal ekonomi, modal institusi, modal simbolik, moda budaya, modal moral. Sehingga pengaruh pemimpin lokal dilihat dari akumulasi modal yang dimiliki dapat di ketegorikan menjadi:

 Sangat Berpengaruh = > 15

 Berpengaruh = 15 < X < 0

 Cukup berpengaruh = 0

 Sedikit Berpengaruh = 0 < X < -15  Tidak berpengaruh = < -15

Selain itu, akumulasi dari masing-masing kategori modal diatas, apabila dibandingkan dapat dikategorikan sebagai berikut :

 Modal internal > Modal eksternal maka Pemimpin lokal cenderung lebih banyak terlibat dalam perencanaan program

 Modal internal < Modal eksternal maka Pemimpin lokal cenderung lebih banyak terlibat dalam tahap pelaksanaan program  Modal internal = Modal eksternal maka Pemimpin lokal cenderung

(52)

B. Tahapan Program b.1. Tahap Perencanaan

1. Kehadiran :

 Selalu hadir = 5

 Sering hadir = 4

 Kadang-kadang hadir = 3

 Jarang hadir = 2

 Tidak hadir = 1

2. Konsep program :

 Selalu terlibat = 5

 Sering terlibat = 4

 Kadang-kadang terlibat = 3

 Jarang terlibat = 2

 Tidak terlibat = 1

Untuk tahapan program penilaian terhadap keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan perencanaan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari kehadiran dan konsep program. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan perencanaan dapat dikategorikan sebagai berikut:

(53)

34

b.2. Tahap Pelaksanaan

1. Keterlibatan sebagai anggota proyek :  Selalu terlibat = 5  Sering terlibat = 4  Kadang-kadang terlibat = 3  Jarang terlibat = 2

 Tidak terlibat = 1

2. Sumbangsih pemikiran :

 Selalu terlibat = 5  Sering terlibat = 4  Kadang-kadang terlibat = 3  Jarang terlibat = 2

 Tidak terlibat = 1

3. Sumbangsih materi :

 Selalu menyumbang = 5

 Sering menyumbang = 4

 Kadang-kadang menyumbang = 3

 Jarang menyumbang = 2

 Tidak menyumbang = 1

Untuk tahapan program penilaian terhadap keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan pelaksanaan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari keikutsertaan dalam tekhnis, pengambilan kebijakan dilapangan, dan sumbangsih materi. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan pelaksanaan dapat dikategorikan sebagai berikut:

(54)

b.3. Tahap Evaluasi 1. Kehadiran :

 Selalu hadir = 5

 Sering hadir = 4

 Kadang-kadang hadir = 3

 Jarang hadir = 2

 Tidak hadir = 1

2. Kritik dan Saran :

 Selalu terlibat = 5

 Sering terlibat = 4

 Kadang-kadang = 3

 Jarang terlibat = 2

 Tidak terlibat = 1

Untuk tahapan program penilaian terhadap keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan evaluasi yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari kehadiran dan kritik dan saran. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan perencanaan dapat dikategorikan sebagai berikut:

 Tinggi = > 8  Sedang = 8 < X < 6  Cukup = 6 < X < 4  Rendah = 4 < X < 2  Tidak Terlibat = < 2

(55)

36

Sementara itu, untuk analisis kepentingan analisis regresi linier sederhana digunakan untuk melihat hubungan antara modal yang dimiliki pemimpin lokal dengan keterlibatannya dalam tiga tahapan program (tahap pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi). Pengolahan data ini akan dilakukan menggunakan program komputer excel 2007 dan SPSS 13 for windows. Adapun rumus yang digunakan untuk analisis regresi linier sederhana dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Modal Internal = Mm + Ms + Me Keterangan :

Mm : Modal Manusia Ms : Modal Sosial Me : Modal Ekonomi

Modal Eksternal = Mi + Msm + Mb+Mmr Keterangan :

Mi : Modal Institusi Msm : Modal Simbolik Mb : Modal Budaya Mmr : Modal Moral

Modal Total = Mm + Ms + Me + Mi + Msm + Mb + Mmr Keterangan :

Mm : Modal Manusia Msm : Modal Simbolik Ms : Modal Sosial Mb : Modal Budaya Me : Modal Ekonomi Mmr : Modal Moral Mi : Modal Institusi

Y= B0 + B1X1 + E

Keterangan:

(56)

GAMBARAN UMUM

4.1. Gambaran Umum Desa

Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki topografi dataran tinggi. Adapun curah hujan yang dimiliki adalah 700 MM/HM dengan suhu udara sekitar 240C. Secara administratif batas-batas wilayah Desa Dramaga adalah sebagai berikut:

 Sebelah utara : Desa Babakan  Sebelah selatan : Desa Sinar Sari

 Sebelah barat : Sinar Sari dan Cihideung Hilir  Sebelah timur : Ciherang dan Kelurahan Margajaya

Desa Dramaga memiliki jarak 0,2 kilometer dari pusat pemerintahan Kecamatan Dramaga dan 33 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Selain itu Desa Dramaga memiliki luas wilayah 120,5 ha yang terdapat 22 Rukun Tetangga (RT), 6 Rukun Warga (RW), dan 3 Dusun di Desa Dramaga.

Desa Dramaga merupakan desa yang memiliki luas lahan paling sempit jika dibandingkan dengan kesembilan desa lainnya. Desa Dramaga juga memiliki lahan pertanian sawah yang minim jika dibandingkan dengan desa-desa lain di kawasan Kecamatan Dramaga. Selain itu Desa Dramaga juga mengalami penurunan penggunaan lahan pertanian dari 5 hektar pada tahun 2003 menjadi setengahnya yaitu 2,5 hektar pada tahun 2008. Sama halnya dengan lahan pertanian bukan sawah yang mengalami penurunan walaupun tidak terlalu signifikan yaitu hanya mengalami penurunan sebesar 0,6 hektar saja. Sedangkan lahan yang digunakan untuk non pertanian justru mengalami peningkatan dari luas 110 hektar menjadi 112,6 hektar. Lahan non pertanian ini adalah lahan untuk industri, pemukiman, dan pertokoan, untuk Desa Dramaga lahan non pertanian ini lebih banyak dibangun untuk pemukiman yang disebabkan karena bertambahnya jumlah penduduk pada Desa Dramaga.

(57)

38

Dramaga memiliki kenaikan laju pertumbuhan sebesar 4,8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Desa Dramaga mengalami kenaikan dalam kurun 5 tahun terakhir. Pada tahun 2003 tercatat jumlah penduduk Desa Dramaga ini sebanyak 9.043 jiwa dan meningkat pada tahun 2008 menjadi 11.483 jiwa. Laju pertumbuhan Desa Dramaga bahkan hampir sama dengan laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Dramaga.

Selain itu sebanyak 12,6 persen dari total penduduk Kecamatan Dramaga adalah penduduk Desa Dramaga, meskipun Desa Dramaga memiliki jumlah penduduk 12,6 persen di Kecamatan Dramaga, akan tetapi laju pertumbuhannya cenderung sedang yaitu 4,8 persen dibandingkan dengan Desa Babakan dan Neglasari. Disebut sedang karena desa-desa lain mengalami kenaikan laju pertumbuhan penduduk yang tidak terlalu tinggi khususnya enam desa yang mana laju pertumbuhan penduduknya dibawah laju pertumbuhan total penduduk Kecamatan Dramaga.

Terkait pertambahan penduduk pada Desa Dramaga, maka Desa Dramaga dapat disebut desa yang cukup ramai. Hal ini berkebalikan dengan jumlah keluarga di desa-desa pada Kecamatan Dramaga justru mengalami perubahan yang tidak semuanya menunjukkan peningkatan. Laju pertumbuhan keluarga di Kecamatan Dramaga sebesar 4,4 persen, walaupun terlihat bahwa dari 10 desa yang secara administratif termasuk Kecamatan Dramaga, hampir semua memiliki laju pertumbuhan positif. Desa Dramaga adalah desa yang memiliki laju pertumbuhan keluarga yang negatif dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah keluarga pada Desa Dramaga mengalami penurunan.

Jumlah keluarga petani di Desa Dramaga juga mengalami penurunan yang sangat signifikan. Laju pertumbuhan Desa Dramaga hingga -17,3. Hal ini dikarenakan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dibeberapa tempat dan bergesernya mata pencaharian penduduk dari petani ke pedagang. Namun khusus Kampung Manggis di Desa Dramaga, penduduknya tetap mempertahankan pertanian sawah dan perikanan sebagai mata pencaharian utama.

Gambar

GAMBARAN UMUM………………………………………
Tabel 1. Tipologi Pemimpin Lokal Berdasarkan Sintesis Analisis Casey dan Hasil Studi di Indonesia
Gambar 1: Alur Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan
Gambar 2. Kerangka Analisis Pengaruh Pemimpin Lokal terhadap Keberhasilan
+7

Referensi

Dokumen terkait