• Tidak ada hasil yang ditemukan

The evaluation use coconut leaves substrates with different area to increase media quality and production of Tilapia Oreochromis niloticus base on periphyton.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The evaluation use coconut leaves substrates with different area to increase media quality and production of Tilapia Oreochromis niloticus base on periphyton."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGGUNAAN SUBSTRAT DAUN KELAPA DENGAN

LUASAN BERBEDA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS MEDIA

DAN PRODUKSI BUDIDAYA IKAN NILA

Oreochromis niloticus

BERBASIS PERIFITON

ANDRI HENDRIANA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Penggunaan Substrat Daun kelapa dengan Luasan Berbeda terhadap Peningkatan Kualitas Media dan Produksi Budidaya Ikan Nila Oreochromis niloticus Berbasis Perifiton. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Andri Hendriana

(4)

RINGKASAN

ANDRI HENDRIANA. Evaluasi Penggunaan Substrat Daun kelapa dengan Luasan Berbeda terhadap Peningkatan Kualitas Media dan Produksi Budidaya Ikan Nila Oreochromis niloticus Berbasis Perifiton. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan TATAG BUDIARDI.

Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu produk unggulan dalam produksi akuakultur. Perifiton dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan oleh mikroorganisme dalam budidaya, serta menjaga kualitas air. Dengan demikian, perifiton dapat meningkatan seluruh sistem secara efisien. Penelitian ini bertujuan menganalisis produktivitas, asimilasi N dan P oleh perifiton pada substrat daun kelapa, mengevaluasi kinerja perifiton pada substrat daun kelapa dalam peningkatan kualitas media dan produksi ikan nila, serta menentukan luas substrat daun kelapa yang menghasilkan kinerja produksi yang maksimal. Penelitian dilaksanakan di kolam perikanan Program Diploma IPB, selama 3 bulan dengan dua tahap penelitian. Penelitian tahap 1 menggunakan bak berukuran 3 m x 1.5 m x 1 m sebanyak 3 buah yang dilengkapi jaring berukuran 1.5 m x 1 m x 1 m. Ikan nila ditebar sebanyak 100 ekor/bak. Substrat berupa anyaman daun kelapa berukuran 40 cm x 30 cm sebanyak 6 buah yang diletakan secara vertikal. Penelitian tahap 2 menggunakan bak sebanyak 12 buah. Perlakuan luas substrat daun kelapa menjadi perlakuan penelitian yang terdiri dari bak kontrol tanpa substrat (A), bak dengan luas substrat 0.72 m2 (B), bak dengan luas substrat 1.44 m2 (C) dan bak dengan luas substrat 2.16 m2 (D). Setiap perlakuan ditebar ikan nila sebanyak 300 ekor.

Pada penelitian tahap 1 peningkatan biomassa perifiton pada bak 1 sampai akhir penelitian 0.8 g/m2 per hari. Proses pembentukan perifiton pada perairan sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari, bahan organik dan proses nitrifikasi dari perairan. Hasil analisis proksimat protein perifiton 41.72% menjadikan perifiton salah satu sumber pakan alami yang sangat baik. Komposisi jenis penyusun perifiton pada substrat daun kelapa didominasi oleh Chlorophyceae sebanyak 1617.12 ind/L, Cyanophyceae sebanyak 568.8 ind/l, Bacillriophyceae sebanyak 190.08 ind/L, Euglenophyceae sebanyak 24.48 ind/l, dan rotifer sebanyak 28.8 ind/L. Besarnya Chlorophyceae menandakan bakteri/organisme penyusun perifiton bersifat autotrofik, hal tersebut didukung hasil klorofil a sebesar 30,08%.

Penelitian tahap 2 menghasilkan laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, rasio konversi pakan, retensi protein dan produktivitas ikan secara statistik berbeda nyata (P<0.05). Biomassa ikan perlakuan A (0) sebesar 11.67 kg, perlakuan B (0.72 m2) sebesar 11.98 kg, perlakuan C (1.44 m2) sebesar 13.76 kg, dan perlakuan D (2.16 m2) sebesar 14.58 kg. Substrat daun kelapa dapat menghasilkan perifiton dengan bobot kering rata-rata sebesar 34.41 g/m2 dengan kemampuan mengasimilasi N sebesar 5.5%/m2 dan P sebesar 12.67%/m2. Mampu mempertahankan amonia yang tetap rendah dan layak bagi kehidupan ikan nila serta mampu meningkatkan produksi sebesar lima kali dari biomasa awal. Luas substrat daun kelapa yang paling baik untuk menghasilkan produksi ikan nila merah yang maksimal adalah 2.16 m2.

(5)

SUMMARY

ANDRI HENDRIANA. The evaluation use coconut leaves substrates with different area to increase media quality and production of Tilapia Oreochromis niloticus base on periphyton. Supervised by EDDY SUPRIYONO and TATAG BUDIARDI

Tilapia Oreochromis niloticus is one of the superior products in aquaculture production. Periphyton can be consumed or utilized by microorganisms in the aquaculture and improve the water quality. Therefore, perifiton can improve the all system efficiently. This study aims to analyze the productivity, to assimilate the N and P by periphyton on coconut leaf substrate, evaluate the performance of the periphyton on coconut leaf substrate in improving the tilapia’s media quality and production, and determine the extent of the coconut leaf substrate that produces a maximum output performance. The experiment was conducted in the fisheries of IPB Diploma Program, for 3 months with a two-stage study. Phase 1 study used 3 pieces 3 m x 1.5 m x 1 m tubs equipped by 1.5 m x 1 m x 1 m net. Tilapias were stocked as many as 100 tails per tub. 6 (six) substrates in the form of 40 cm x 30 cm woven palm leaves were placed vertically. Phase 2 study used 12 tubs. The extensive treatment of coconut leaf substrate became a study treatment comprising of control tub without substrate (A), tub with 0.72 m2 substrate (B), tub with 1.44 m2 substrate (C) and tub with 2.16 m2 substrate (D). 300 tails of tilapia were stocked in each treatment.

In the phase 1 study, the increase of periphyton biomass in basin 1 until the end of the study was 0.8 g/m2 per day. The process of Periphyton formation in waters was strongly influenced by sunlight, organic matter and nitrification process from waters. Proximate analysis results of 41.72% protein periphyton makes periphyton to be one of very good natural food sources. Constituent species composition of periphyton on of coconut leaf substrate is dominated by 1617.12 ind/L Chlorophyceae, 568.8 ind/L Cyanophyceae, 190.08 ind/L Bacillriophyceae, 24.48 ind/L Euglenophyceae much as, and 28.8 ind/L rotifers. The magnitude of Chlorophyceae indicates that the bacterial/organisms periphyton constituent are autotrophic, it is supported by the results of a chlorophyll of 30.08%.

Phase 2 study generated the daily growth rate, survival, feed conversion ratio, protein retention and fish productivity which statistically significantly different (P <0.05). Fish biomass treatment A (0) is 11.67 kg, treatment B (0.72 m2) is 11.98 kg, treatment C (1.44 m2) is 13.76 kg, and treatment D (2.16 m2) is 14.58 kg. The amount of fish biomass in treatment D (2.16 m2) increases the lowest feed conversion value. Coconut leaf substrate can produce periphyton with a dry average weight of 34.41 g/m2, with the ability to assimilate N of 5.5%/m2 and P of 12.67%/m2. It is also able to maintain a constant low and appropriate ammonia for tilapia’s life and able to increase the production by five times of the initial biomass. The best extent of coconut leaf substrate to produce the red tilapia production is 2.16 m2.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

EVALUASI PENGGUNAAN SUBSTRAT DAUN KELAPA DENGAN

LUASAN BERBEDA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS MEDIA

DAN PRODUKSI BUDIDAYA IKAN NILA

Oreochromis niloticus

BERBASIS PERIFITON

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(8)
(9)
(10)

Judul Tesis : Evaluasi Penggunaan Substrat Daun kelapa dengan Luasan Berbeda terhadap Peningkatan Kualitas Media dan Produksi Budidaya Ikan Nila Oreochromis niloticus Berbasis Perifiton.

Nama : Andri Hendriana NIM : C151110181

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Eddy Supriyono, MSc Ketua

Dr Ir Tatag Budiardi, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr Ir Sukenda, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWTatas segala rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ialah Evaluasi Penggunaan Substrat Daun Kelapa dengan Luasan Berbeda terhadap Peningkatan Kualitas Media dan Produksi Budidaya Ikan Nila

Oreochromis niloticus Berbasis Perifiton.

Ungkapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Komisi pembimbing Bapak Dr Ir Eddy Supriyono, MSc dan Bapak Dr Ir Tatag Budiardi, MSi, atas bimbingan, kebijaksanaan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ibu Julie Ekasari, SPi, MSc atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan 3. Ibu Dr Widanarni, MSi, selaku Wakil Program Studi Ilmu Akuakultur atas

arahan, masukan dan perbaikan tesis ini.

4. Ibu Dr Mia Setiawati MSi, selaku dosen penguji luar komisi, atas arahan dan masukan untuk perbaikan dalam penyusunan tesis ini.

5. Program Diploma IPB yang telah memberikan Beasiswa Program Pascasarjana.

6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Ending Haerudin dan Ibunda Aam Nurjanah, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya

7. Istriku Mardiana Amd atas kesetiaan dan kesabaran selama penulis melaksanakan studi.

8. Teman-teman AKU 2011 dan Staf dosen serta Teknisi Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya Program Diploma atas bantuan dan dukungan yang diberikan.

Tesis ini diharapkan memberikan informasi baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Budidaya Ikan Nila Oreochromis niloticus 4

Perifiton 7

Peranan Perifiton dalam budidaya 8

Substrat penempelan perifiton 9

3 METODE 11

Waktu dan Lokasi Penelitian 11

Materi Uji 11

Rancangan Penelitian 11

Prosedur Penelitian 12

Penelitian tahap 1 : Produktivitas perifiton pada substrat daun kelapa

pada media budidaya ikan nila merah 12

Penelitian tahap 2 : Pengaruh peningkatan luasan substrat daun kelapa terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila merah 14

Pengukuran parameter kualitas air 15

Parameter Uji 16

Analisis Data 17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 18

Hasil Penelitian tahap 1 18

Pertambahan biomasa perifiton 18

Kelimpahan perifiton 18

Komposisi proksimat perifiton, konsentrasi klorofil a, total nitrogen

dan fosfor 19

Asimilasi nitrogen dan fosfor 19

Kualitas air penelitian tahap 1 20

Hasil Penelitian tahap 2 20

Kinerja produksi ikan nila merah 20

Komposisi penyusun perifiton 21

Retensi N 22

(13)

Pembahasan 26 Produktivitas perifiton pada substrat daun kelapa 26

Tingkat asimilasi nitrogen dan fospor 27

Kinerja produksi ikan nila merah 27

Kualitas air 30

5 SIMPULAN DAN SARAN 32

Simpulan 32

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 36

RIWAYAT HIDUP 52

DAFTAR TABEL

1 Frekuensi pemberian pakan pada berbagai ukuran ikan nila 6

2 Kebutuhan protein ikan nila 6

3 Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila 6

4 Hasil penelitian perifiton 9

5 Produktivitas perifiton dengan empat substrat yang berbeda

(Kashavanath et al. 2012) 10

6 Hasil analisis proksimat pakan penelitian 13

7 Alat dan metode analisa parameter kualitas air 15 8 Hasil proksimat dan konsentrasi klorofil a pada perifiton 19

9 Asimilasi nitrogen dan fosfor dalam perifiton 19

10 Hasil pengukuran kualitas air media pemeliharaan setiap ulangan pada

penelitian tahap 1 20

11 Kinerja produksi ikan nila merah dengan perlakuan luas substrat daun

kelapa 20

12 Retensi nitrogen ikan nila merah 22

13 Kualitas air pemeliharaan ikan nila merah pada penelitian tahap 2 22

DAFTAR GAMBAR

1 Laju pertumbuhan ikan nila merah pada kolam (Wirabakti 2006) 5 2 Skema perifiton dalam akuakultur (Crab et al. 2007) 8

3 Skema penelitian tahap 1 12

4 Skema penelitian tahap 2 14

5 Grafik pertambahan biomassa perifiton 18

6 Kelimpahan jenis penyusun perifiton pada substrat daun kelapa 19 7 Kurva pertumbuhan biomassa ikan nila merah pada setiap perlakuan 21 8 Komposisi penyusun perifiton dalam usus ikan nila merah 22

(14)

10 Fluktuasi TAN selama penelitian 24

11 Fluktuasi nitrit selama penelitian 24

12 Fluktuasi TSS selama penelitian 25

13 Fluktuasi kecerahan selama penelitian 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Desain penelitian tahap 1 dan penelitian tahap 2 37

2 Substrat anyaman/tikar dari daun kelapa 37

3 Perhitungan konversi pakan (FCR) pada setiap perlakuan penelitian

tahap 2 38

4 Prosedur analisis uji proksimat kadar air 39

5 Prosedur analisis uji proksimat kadar abu 40

6 Prosedur analisis uji proksimat protein 41

7 Prosedur analisis uji proksimat lemak 42

8 Prosedur analisis uji proksimat serat kasar 43

9 Prosedur penentuan kadar klorofil a pada perifiton 45 10 Analisis ragam biomassa ikan nila merah pada akhir penelitian tahap 2

setiap perlakuan luas substrat daun kelapa 46

11 Analisis ragam laju pertumbuhan harian (SGR) pada penelitian tahap 2

setiap perlakuan luas substrat daun kelapa 47

12 Analisis ragam tingkat kelangasungan hidup (SR) pada penelitian tahap

2 setiap perlakuan luas substrat daun kelapa 48

13 Analisis ragam konversi pakan pada penelitian tahap 2 setiap perlakuan

luas substrat daun kelapa 49

14 Analisis ragam retensi protein pada penelitian tahap 2 setiap perlakuan

luas substrat daun kelapa 50

15 Analisis ragam produksi bersih pada penelitian tahap 2 setiap perlakuan

(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu produk unggulan dalam produksi akuakultur yang ditetapkan pemerintah. Keunggulan ikan nila untuk di kembangkan karena sangat mudah dibudidayakan di dalam berbagai ekosistem, cepat tumbuh, mempunyai kemampuan mengkonsumsi aneka ragam pakan, dan ekonomis sebagai komoditas ekspor.

Berdasarkan data dari FAO (2012) produksi ikan nila di dunia mengalami kenaikan setiap tahun. Pada tahun 2006 sampai tahun 2011 kenaikan produksi ikan nila sebesar 147.58%. Kenaikan produksi ikan nila di dunia sejalan dengan kenaikan produksi ikan nila di Indonesia. Sidatik KKP (2012) mencatat kenaikan produksi ikan nila sebesar 306.42% dari tahun 2006 sampai tahun 2011. Produksi ikan nila di Indonesia masih memiliki prospek yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan data produksi ikan nila di dunia, hal ini menjadi peluang bagi para pembudidaya ikan nila Indonesia dalam meningkatkan produksi ikan nila tersebut. Produksi ikan nila yang terus meningkat tersebut akan berimplikasi terhadap peningkatan pakan. Kebutuhan pakan untuk mencapai produksi tersebut meningkat rata-rata 26.38% atau meningkat dari kebutuhan 590.168 ton pada tahun 2010 menjadi 1.49l.480 ton pada tahun 2014 (Azwar 2010).

Produksi ikan dalam akuakultur tidak terlepas dari penggunaan pakan. Pemberian pakan terutama pada sistem budidaya intensif potensial menimbulkan pencemaran bahan organik maupun anorganik di perairan. Sisa pakan dalam budidaya intensif jika tidak dikelola dengan baik akan merupakan bagian limbah organik yang cepat memperburuk mutu air. Sifat limbah organik dari ikan kaya akan unsur nitrogen dan fosfor, karena pakan ikan tinggi kandungan proteinnya. Ketidakseimbangan antara ketersediaan dan pemakaian unsur nitrogen dalam perairan akan mengakibatkan terakumulasi senyawa nitrogen di dalam sistem budidaya. Pada kasus nasional, misalnya Waduk Cirata telah banyak ditenggarai sumber pencemaran budidaya termasuk eutrofikasi.

Umumnya pakan ikan kaya akan unsur nitrogen, karena komposisi terbesar dalam pakan adalah protein. Ikan hanya dapat meretensi N dalam pakan sebesar 30% dari total N pakan yang masuk kedalam tubuh ikan dan sisanya akan terbuang kedalam perairan (Goddard 1996). Sisa N yang tidak diserap maupun diretensi tubuh akan dibuang menjadi limbah budidaya dalam bentuk produksi ekskresi, residu pakan dan feses (Pillay 1990). Ketidakseimbangan kandungan fosfor, nitrogen dan karbon dalam air akan menyebabkan gangguan kinerja mikroba autotrof sebagai agen utama yang terlibat dalam siklus hara di air. Kondisi ini selanjutnya akan mempercepat memburuknya kualitas air.

(16)

media budidaya ditambahkann karbon sebagai pakan untuk bakteri heterotrofik penyusun flok. Selain itu media budidaya membutuhkan oksigen yang tinggi dan sistem pengadukan dalam pembentukan flok. Teknologi budidaya berbasis perifiton sangat mudah dilakukan. Beberapa penelitian yang memanfaatan perifiton dalam budidaya telah dilakukan oleh Azim et al. 2004 dan

Asaduzzaman et al. 2009.

Perifiton merupakan kumpulan dari tanaman dan hewan dari berbagai spesies yang menempel pada berbagai jenis substrat dalam lingkungan perairan (Lukaszewska 2007). Pertumbuhan perifiton pada substrat dimulai dengan deposisi pelapisan substansi/materi organik terlarut, selanjutnya bakteri akan menempel melalui reaksi hidrofobik yang distimulasi oleh keberadaan partikel renik pada perairan yang kaya nutrisi (Hootsman and Vermaat 1985). Pertumbuhan perifiton memerlukan substrat terutama substrat alami dalam penempelan di media. Produksi perifiton per unit area dapat mencapai tiga kali dari produksi fitoplankton dan sepuluh kali dari mikrofita (Bayly and William 1971 dalam Pratiwi 2007). Oleh karena itu keberadaan substrat dalam penumbuhan perifiton memerlukan luas area yang besar terutama dalam peningkatan produksi perifiton. Tipe substrat sangat menentukan proses kolonisasi dan komposisi perifiton, yang berkaitan erat dengan kemampuan dan alat penempelnya. Harlin (1980) menyatakan, bahwa jenis perifiton yang ditemukan pada substrat alami lebih banyak dibandingkan pada substrat buatan. Pada substrat alami akan terjadi perubahan lingkungan sebagai akibat respirasi dan asimilasi. Daun kelapa merupakan substrat alami yang memiliki struktur dan terbukti lebih baik dari substrat lainnya, seperti daun tebu, daun kelapa sawit, dan daun bambu dalam penumbuhan produktivitas perifiton pada budidaya ikan rohu (Keshavanath

et al. 2012). Area daun kelapa dengan 8 m2 pada wadah budidaya 25 m2 memberikan hasil yang signifikan dalam penumbuhan bobot kering perifiton (Keshavanath et al. 2012).

(17)

Perumusan Masalah

Budidaya intensif dalam akuakultur merupakan solusi untuk mencapai target dari produksi ikan yang dihasilkan sehingga tidak terlepas dari penggunaan pakan buatan. Kemampuan ikan dalam memanfaatkan nutrien pakan terbatas. Pakan yang tidak termakan, produksi ekskresi, urin dan feses dapat mencemari lingkungan. Banyaknya nutrien pakan yang terbuang dan tidak dimanfaatkan oleh ikan menimbulkan bahaya terhadap kelangsungan hidup ikan. Kualitas air media budidaya akan menurun akibat dari senyawa nitrogen dan fosfor yang selanjutnya akan menurunkan produksi dalam akuakultur.

Pengelolaan kualitas air yang buruk akibat dari proses produksi memerlukan penanganan yang mengarah pada penanganan budidaya tanpa harus mengganti pergantian air (water zero exchange). Pemanfaatan perifiton merupakan salah satu alternatif dalam penanganan limbah budidaya. Perifiton merupakan kumpulan berbagai mikroorganisme yang membentuk komunitas pada substrat yang dapat memanfaatkan limbah budidaya.

Mikroorganisme ini memiliki fungsi dan peran dalam pemanfaatan nutrien dalam air. Proses pengurangan kandungan amoniak terdiri dari tiga proses yakni proses fotoautotrofik oleh alga, proses autotrofik bakterial yang mengubah amoniak menjadi nitrat, dan proses heterotrofik bakterial yang mengubah amoniak langsung menjadi biomassa bakteri, sehingga ditargetkan dengan adanya perifiton pada substrat secara alami dalam wadah budidaya nutrien yang terbuang dapat dimanfaatkan kembali sebagai pakan ikan sehingga dapat menurunkan nutrien yang terbuang.

Perifiton dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan oleh organisme dalam budidaya, sehingga selain meningkatkan kualitas air, perifiton juga dimanfaatkan sebagai pakan tambahan alternatif. Dengan demikian, peningkatan efisiensi secara keseluruhan dapat berjalan. Dalam sistem budidaya berbasis perifiton, produktivitas perifiton dibatasi substrat, sehingga pertumbuhan perifiton memerlukan luasan area yang sesuai dengan jumlah bahan organik yang terbuang dari pakan yang ditambahkan selama budidaya. Dalam sistem budidaya, perifiton diharapkan dapat menyerap nutrien pakan yang tidak dimanfaatkan oleh ikan, sehingga kondisi lingkungan budidaya terjaga dan pertumbuhan ikan tetap berjalan dengan baik.

(18)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis produktivitas perifiton pada substrat daun kelapa. 2. Menganalisis tingkat asimilasi N dan P oleh perifiton

3. Mengevaluasi kinerja perifiton pada substrat daun kelapa dalam peningkatan kualitas media dan produksi ikan nila

4. Menentukan luas substrat daun kelapa yang menghasilkan kinerja produksi yang maksimal.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi pemanfaatan daun kelapa sebagai substrat perifiton dalam menunjang produksi budidaya intensif ikan nila merah dan sebagai alternatif teknologi sederhana dalam penerapan di lapangan.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Ikan Nila Oreochromis niloticus

Ikan nila merupakan kelompok ikan jenis tilapia yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya di Afrika, yang oleh Trewavas (1982) in

Halver and Hardy (2002) digolongkan ke dalam genus Oreochromis. Ikan nila dapat ditebar sebanyak 20000 sampai 30000 ukuran fingerlings per ha (Pilay 1990). Nama Tilapia nilotica dikoreksi menjadi Oreochromis niloticus. Hal ini didasarkan pada perilaku pemijahan (perkawinan), yaitu suku Tilapiinae yang mengerami telur di mulut (misalnya Oreochromis dan Sarotherodon), serta memijah di dasar (misalnya Tilapia). Kedudukan ikan nila dalam sistem taksonomi adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Kelas : Osteichthyes Subkelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

(19)

terletak pada bagian kepala. Ikan nila memiliki struktur mulut yang kecil yang terletak pada kepala bagian depan, sepasang mata yang besar terletak di bagian atas dan hidung kecil terletak di depan mata, serta tutup insang yang merupakan pelindung ingsang terletak di bagian belakang kepala.

Ikan nila bersifat macrophyte feeder dan macrophagus yang memakan fitoplankton, zooplankton, detritus dan organisme bentos. Genus Oreochromis

umumnya bersifat omnivor. Sebagian ikan nila mempunyai gill raker yang luas dan kuat, tetapi sangat efisien dalam memanfaatkan plankton bahkan

Nanochloropsis (alga hijau berdiameter lebih kecil dari 5 µm) (Halver and Hardy 2002). Proses pengumpulan makanan berupa partikel yang disekresikan oleh kelenjar lendir di mulut dan penyaringan oleh microbranchiospiens pada lengkungan insang terluar (Fryer and Illes 1992 in Halver and Hardy (2002)

Ikan nila yang dibudidayakan di daerah tropis memiliki kualitas yang baik, pertumbuhan cepat, efektif memakan pakan alami dan pakan tambahan, mudah direproduksi, serta mudah dikelola meskipun pada kondisi kualitas air yang kurang bagus. Keberadaan organisme pakan alami bisa memberikan nutrisi yang sangat besar pada budidaya ikan nila di kolam (Halver and Hardy 2002). Kecepatan pertumbuhan ikan nila di kolam dipengaruhi oleh faktor yang mendukung, diantaranya adalah kondisi lingkungan, yaitu pengolahan tanah dan pemupukan sehingga perairan menjadi kaya akan unsur hara yang berfungsi menumbuhkan dan memperbanyak pakan alami berupa plankton (Wirabakti 2006). Kecepatan pertumbuhan relatif ikan nila merah pada kolam tertera pada Gambar 1.

(20)

and Ross (1982), Coche (1982), and Kubarynk (1982) in Halver and Hardy (2002) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Frekuensi pemberian pakan pada berbagai ukuran ikan nila

Ukuran Pemberian pakan harian (% biomassa) Frekuensi (kali/hari)

2 hari sampai 1 g 30 – 40 8

1 - 5 g 10 – 6 6

5 - 20 g 6 – 4 4

20 - 100 g 4 – 3 3 - 4

> 100 g 3 3

Jumlah pakan yang diberikan pada ikan dipengaruhi oleh spesies, ukuran, tingkat energi, frekuensi pemberian pakan, dan ketersediaan pakan alami (Halver and Hardy 2002). Pakan ikan nila yang diberikan masih dalam standar untuk kebutuhan ikan nila pada umumnya yaitu sebesar 25% - 30% untuk pendederan sampai pembesaran. Penelitian untuk pakan ikan nila sebelumnya telah dilakukan oleh Fitzsimmons (1997) yang memberikan informasi kebutuhan protein ikan nila (Tabel 2).

Tabel 2 Kebutuhan protein ikan nila

Ukuran ikan (gram) Kadar protein (%)

Larva 45 – 50

0.02 – 2 40

2 -35 35

35- panen 30 – 32

Kondisi lingkungan merupakan faktor yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan ikan nila. Kondisi lingkungan akan sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan dan kesehatan ikan itu sendiri. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila tertera pada Tabel 3.

Tabel 3 Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila

No Parameter Satuan Kisaran

1 Suhu °C 26-32

2 pH 6.5-8.5

3 Oksigen terlarut mg/l ≥ 3

4 Total Amonia mg/l <1

5 Kecerahan Cm 30-40

6 Alkalinitas mg/l >20

7 Kesadahan mg/l >50

(21)

Ikan nila merupakan ikan tropis dan tidak bertahan hidup pada suhu dibawah 100C. Beberapa spesies ikan nila telah terbukti bertahan hidup pada konsentrasi oksigen 0.1 mg/liter mentoleransi amonia pada konsentrasi 2.4 mg/L. Toleransi nilai pH untuk ikan nila berkisar 6 – 9 (Popma and Masser 1999).

Perifiton

Perifiton merupakan kompleks biota akuatik sesil (imobil) terasosiasi dengan detritus, yang menempel pada substrat terendam; kompleks campuran mikroalga, cyanobacteria, heterotrofik, mikroba, protozoa, dan detritus; organisme bentik terkombinasi dengan mikroba biofilm (van Dam et al. 2002). Organisme yang tersangkut atau melekat pada batang dari tumbuhan yang berakar atau ada yang tegak lurus dari permukaan ke dasar (Odum 1971). Istilah 'perifiton' diterapkan pada kompleks biota sesil yang melekat pada substrat tenggelam seperti batu dan tongkat (batang) serta tidak hanya meliputi ganggang dan invertebrata tetapi juga terkait detritus dan mikroorganisme (Azim et al. 2002).

Perifiton dapat ditemukan di hampir setiap jenis air mulai kolam kecil sampai lautan dengan kondisi trofik berkisar dari oligotrofik ke daerah paling subur (Azim et al. 2005). Kedalaman air dari permukaan air sampai sekitar 0.5 m membuat laju fotosintesis danau tropik meningkat sehingga produksi tertinggi dapat dicapai (Crab et al. 2007). Nilai produktivitas perifiton dalam substrat umumnya berkisar antara 1-3 g/m2/hari (Azim et al. 2005). Perifiton menjebak detritus organik, menyerap nutrisi dari kolom air, serta membantu mengontrol konsentrasi oksigen terlarut dan pH air sekitarnya (Azim et al, 2002; Dodds, 2003; Bender et al. 2004).

Sebagian besar penyusun perifiton adalah fitobentos dari kelompok

Cyanophyceae, Bacillariophyceae, dan Chlorophyceae serta dari kelompok

Protozoa, Copepoda, Cladocera, Rotifera dan Cacing (Wetzel 1979). Perifiton merupakan jenis biota air yang dapat digunakan untuk menilai karakteristik suatu perairan. Kehidupan komunitas perifiton dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang saling berinteraksi, yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga kondisi lingkungan perairan sedikit banyak akan mempengaruhi organisme air terutama jenis organisme yang hidup menetap seperti perifiton.

(22)

..Peranan perifiton dalam budidaya

Peranan perifiton dalam sistem air sangat penting dalam budidaya karena menyediakan struktur komunitas dan produktivitas primer yang mendukung kehidupan berbagai organisme akuatik. Perifiton memberi kontribusi fiksasi karbon dan siklus nutrisi, perubahan lingkungan perairan dengan meningkatkan kualitas air dan ketersediaan pangan. Hal ini oleh invertebrata kecil, udang dan ikan memberikan kontribusi cukup dengan produktivitas ekosistem perairan serta menjadikan tempat berbagai organisme seperti ganggang, bakteri, jamur, protozoa, zooplankton dan lebih kecil (Piska and Khrisna 2009). Proses pembentukan perifiton pada perairan sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari, bahan organik dan proses nitrifikasi dari perairan. Skema perifiton pada akuakultur tertera pada Gambar 2

Gambar 2 Skema perifiton dalam Akuakultur (Crab et al. 2007) Perifiton dapat bertindak sebagai produsen primer; sumber makanan, bahan baku potensial untuk energi alternatif, obat/kosmetika, pakan/pangan alami, pupuk organik, indikator mutu kualitas air (tingkat pencemaran dalam perairan) penilaian biomassa (klorofil), jenis, kondisi biologi dan komposisi komunitas perifiton, serta menjaga kualitas air pada indikator mutu tertentu bagi perairan perikanan yang mencakup parameter fisika, kimia dan biologi. Perifiton juga dapat digunakan sebagai agen filtrasi dalam produksi akuakultur (Anonim, 2009).

Pengaruh menguntungkan dari perifiton pada kualitas air yang berbeda memiliki sistem akuakultur yang diteliti, serta dampak karakter memakan oleh ikan pada komunitas perifiton (Huchette et al. 2008; Azimet et al. 2002, 2004). Tidak semua ikan dapat memakan perifiton, karena diperlukan bentuk morfologi dan fisiologi serta adaptasi untuk memakan perifiton (Azim et al. 2005). Meskipun bukti eksperimental kurang banyak, budidaya jenis ikan yang secara efektif dapat memanfaatkan kumpulan perifiton mungkin lebih banyak daripada ikan yang secara eksklusif hanya memakan fitoplankton (van Dam et al. 2002).

(23)

pengendalian kualitas air melalui pengurangan partikulat terlarut dan meningkatkan penguraian materi organik, serta meningkatkan nitrifikasi (Anonim 2009).

Substrat penempelan perifiton

Seperti fitoplankton, perifiton dapat ditemukan pada banyak tipe perairan, mulai dari kolam kecil hingga laut luas; berbagai substrat dalam air dengan keberadaan cahaya dapat mensuport pertumbuhan perifiton. Penelitian perifiton telah banyak dilakukan oleh beberapa penelitian terkait dengan penggunaan substrat, yang hasilnya tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil penelitian perifiton

(24)

Reference Location Fertilization Substrate type Presence (+) and absence (-)

start : Poultry manure Bamboo Presence

DW : 0,1 to

Penambahan substrat dapat menyediakan proses terkait nitrogen dalam kolom air terutama yang terkait dengan autotrofik dan heterotrofik pada perifiton (Azim et al. 2005). Produktivitas perifiton dengan membandingkan empat daun perlakuan substrat tebu, kelapa sawit, kelapa, dan bambu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Produktivitas perifiton dengan empat substrat yang berbeda

(25)

Perlakuan

Penelitian dilaksanakan di kolam perikanan Program Diploma IPB, selama 3 bulan. Jangka waktu pelaksanaan penelitian terdiri atas dua tahap penelitian. Penelitian tahap 1 dimulai pada bulan Juli sampai Agustus 2012, sedangkan penelitian tahap 2 dimulai pada bulan Januari sampai Maret 2013. Analisa sampel untuk produktivitas perifiton dilakukan di laboratorium Kimia Program Diploma IPB. Analisis untuk proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi BDP FPIK IPB, serta analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan BDP FPIK IPB.

Materi Uji

Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila merah yang berasal dari kolam perikanan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan IPB. Ikan nila merah tersebut di adaptasikan dengan kondisi air yang berada di kolam Perikanan Program Diploma IPB. Benih ikan nila merah diseleksi yang memiliki organ tubuh lengkap, ukuran relatif seragam dan tidak terinfeksi penyakit sebelum penebaran. Selama penelitian dilakukan pengamatan terhadap sampel ikan, perifiton, dan air kolam.

Rancangan Penelitian

Penelitian pada tahap 1 dirancang secara eksplorasi dan hasilnya dijelaskan secara deskriptif. Penelitian tahap 2 dirancang dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yang masing-masing diberi 3 ulangan. Model yang disusun sesuai dengan Steel dan Torrie (1991):

ij + i + ij ; keterangan :

(26)

i = pengaruh luasan area substrat ke-i

ij = galat percobaan pada metode luas area substrat ke-i dan ulangan ke-j

Prosedur Penelitian

Penelitian tahap 1 : Produktivitas perifiton pada substrat daun kelapa pada media budidaya ikan nila merah

Penelitian tahap 1 merupakan tahapan penelitian untuk menentukan produktivitas perifiton dan asimilasi N dan P pada perifiton. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari persiapan wadah penelitian, pembuatan dan penganyaman substrat daun kelapa, pemasangan jaring, penebaran ikan, pemeliharaan, dan pengukuran parameter. Skema dalam penelitian tahap 1 tercantum pada Gambar 3. Wadah yang digunakan dalam penelitian tahap 1 berupa bak berukuran 3 m x 1.5 m x1 m.

Gambar 3 Skema penelitian tahap 1

Substrat untuk penumbuhan perifiton dalam penelitian ini menggunakan daun kelapa. Pembentukan substrat daun kelapa seperti anyaman/tikar dengan ukuran 40 cm x 30 cm sebanyak 6 buah untuk setiap bak. Total luasan substrat daun kelapa sebesar 32% dari total luasan bak penelitian atau 1.44 m2. Substrat daun kelapa diletakan secara vertikal bak penelitian.

Ikan nila merah yang dipelihara dalam jaring berukuran 1.5 m x 1 m x 1 m yang diletakan dalam bak penelitian. Dalam setiap ulangan (bak 1, bak 2 dan bak 3) ditempatkan satu buah jaring yang dipasang bersamaan dengan penebaran ikan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan pembentukan perifiton pada jaring. Fungsi lain pemeliharaan ikan nila merah pada jaring yaitu agar perifiton yang ada didalam substrat daun kelapa tidak dimakan oleh ikan nila merah, hal tersebut

Persiapan wadah

Penebaran ikan

Pembuatan dan penganyaman substrat

Pemasangan jaring

Pemeliharaan

Pengukuran parameter

(27)

sesuai dengan tujuan pada penelitian ini yaitu untuk menganalisis produktivitas perifton.

Ikan nila merah ditebar sebanyak 100 ekor/bak atau dengan padat tebar 67 ekor/m2 untuk setiap jaring pada bak penelitian. Ikan nila yang ditebar memiliki panjang 8.72 ± 0.41 cm dengan berat tubuh 10.13 ± 1.50 g. Pemeliharaan ikan nila merah dilakukan selama 1 bulan. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial yang mengandung protein sebesar 31.65%. Pakan diberikan sebanyak 5 % dari biomassa ikan pada awal, kemudian diberikan secara ad satiation setiap hari dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pada waktu pagi, siang dan sore hari. Kandungan pakan penelitian hasil analisis proksimat tercantum pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil analisis proksimat pakan penelitian

Parameter Nilai (%)

Pengukuran parameter dan pengumpulan data bobot ikan nila merah, produktivitas perifiton, dan kualitas air dilakukan setiap minggu. Kematian ikan diamati setiap hari. Hasil sampling bobot dan pengamatan kelangsungan hidup ikan nila merah menjadi dasar jumlah pakan yang akan diberikan setiap harinya.

Analisa produktivitas perifiton meliputi biomassa perifiton, kelimpahan perifiton, klorofil a, proksimat perifiton, asimilasi N dan P. Pengukuran biomassa perifiton dalam bentuk kering. Prosedur yang dilakukan dengan cara mengerik substrat daun kelapa dengan luasan 2 cm x 2 cm sebanyak lima kali ulangan berdasarkan (APHA 1992). Hasil kerikan dimasukkan ke dalam botol film yang berisi akuades (30 ml), kemudian disaring dengan kertas Whatman dan dikeringkan pada suhu 60°C. Berat kering perifiton merupakan berat kering sampel dibandingkan dengan luasan substrat. Pengukuran klorofil a dilakukan dengan cara mengambil perifiton yang dikerik kemudian dimasukan kedalam botol yang sudah diberikan larutan akuades. Bahan sampel kemudian dilakukan pengujian dengan standar metode yang diterapkan (APHA 2005). Identifikasi dan perhitungan kelimpahan perifiton dilakukan dengan cara mengambil sampel pada substrat daun kelapa dengan cara mengerik pada substrat tersebut dengan luasan 2 cm x 2 cm sebanyak lima kali ulangan. Hasil kerikan dimasukan ke dalam botol film (30 ml) yang sudah diisi dengan air akuades dan diawetkan dengan diberi lugol sampai berwarna kecoklatan. Identifikasi perifiton dilakukan dengan menggunakan metode strip sebanyak lima kali lapang pandang dan tiga kali ulangan. Identifikasi perifiton dilakukan berdasarkan buku identifikasi plankton dan perifiton (Needham 1962).

(28)

pada perifiton dilakukan pada akhir pengamatan dengan cara mengerik setiap perifiton pada substrat. Analisa N total di perifiton menggunakan metode Kjeldahl, sedangkan analisa total P di perifiton dianalisis dengan menggunakan metode Taussky.

Kualitas air yang diukur in situ meliputi oksigen terlarut dengan DO-meter, suhu dengan termoDO-meter, pH dengan pH-DO-meter, dan kecerahan dengan

secchi disc. Parameter yang dianalisis di laboratorium meliputi fosfat, total N,

total ammonium nitrogen (TAN), nitrit, dan nitrat yang diukur dengan spektrofotometer, alkalinitas dengan titrimetri, sedangkan total suspended solid

(TSS), dan total dissolved solid (TDS) dengan metode gravimetri (APHA 2005). Penelitian tahap 2 :Pengaruh peningkatan luasan substrat daun kelapa terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila merah

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari : persiapan wadah penelitian, pembuatan dan penganyaman substrat daun kelapa, penebaran ikan, pemeliharaan, dan pengukuran parameter. Skema penelitian tahap 2 disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Skema Penelitian Tahap 2

Wadah yang digunakan dalam penelitian tahap 2 sama dengan penelitian tahap 1 yaitu bak berukuran 3 m x 1.5 m x 1 m sebanyak 12 buah. Persiapan wadah pada penelitian ini sama dengan yang dilakukan pada penelitian tahap 1.

Perlakuan penelitian tahap 2 terdiri : 1. Bak kontrol tanpa substrat (A)

2. Bak dengan luasan substrat 0.72 m2 (B) 3. Bak dengan luasan substrat 1.44 m2 (C) 4. Bak dengan luasan substrat 2.16 m2 (D)

Substrat untuk penumbuhan perifiton dalam penelitian ini terbuat dari daun kelapa yang dibentuk anyaman/tikar berukuran 40 cm x 30 cm. Substrat daun kelapa diletakan secara vertikal pada setiap bak penelitian. Penebaran ikan nila merah sebanyak 300 ekor (padat tebar 67 ekor/m2) untuk setiap bak

Persiapan wadah

Pemeliharaan

Pembuatan substrat perlakuan

Penebaran ikan

Produktivitas ikan

Pengukuran parameter

(29)

perlakuan. Ikan nila yang ditebar memiliki panjang sebesar 12.34 ± 1.21 cm dengan berat tubuh sebesar 11.19 ± 0.00 g. Pemeliharaan ikan nila merah dilakukan selama 2 bulan, dengan pemberian pakan komersial berprotein 31.65%. %. Pakan diberikan sebanyak 5 % dari biomassa ikan pada awal, kemudian diberikan secara ad satiation setiap hari dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pada waktu pagi, siang dan sore hari

Pengukuran parameter dan pengumpulan data bobot ikan nila merah dan kualitas air dilakukan setiap sepuluh hari sekali secara acak. Sedangkan kematian ikan diamati setiap hari. Hasil sampling bobot dan pengamatan kelangsungan hidup ikan nila merah menjadi dasar jumlah pakan yang akan diberikan setiap harinya. Pengukuran produktivitas dan kinerja ikan nila merah meliputi biomassa awal dan akhir ikan, laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, rasio konversi pakan, retensi protein, dan produktivitas produksi.

Pengukuran parameter kualitas air

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan untuk mengetahui kualitas air sesuai dengan pemeliharaan ikan. Pengukuran kualitas air dilakukan bersamaan dengan sampling ikan nila yaitu pada hari ke-0, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60. Alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran parameter kualitas air tercantum pada Tabel 7.

Tabel 7 Alat dan metode analisa parameter kualitas air

No Parameter Metode/Alat

1 Oksigen terlarut (DO) Insitu/DO meter

2 Suhu Insitu/pH meter

3 pH Secchi disc

4 Kecerahan Apha, ed 21.2005 5 Amoniak (NH3) Apha, ed 21.2005

6 Nitrit (NH2) Apha, ed 21.2005

7 Nitrat (NH3) Apha, ed 21.2005

8 Kesadahan Apha, ed 21.2005

9 TAN Apha, ed 21.2005

10 Alkalinitas Apha, ed 21.2005

11 TSS Apha, ed 21.2005

12 TDS Apha, ed 21.2005

13 Total N Apha, ed 21.2005

(30)

Parameter Uji

Parameter uji yang diamati selama penelitian terdiri atas : 1) Laju pertumbuhan spesifik

Laju pertumbuhan harian spesifik dihitung dengan rumus (Huisman

Rasio konversi pakan atau food conversion ratio (FCR) adalah jumlah kg pakan yang di butuhkan untuk menaikan bobot ikan sebesar 1 kg, atau jumlah kg pakan yang diubah menjadi kg daging.

FCR = 100%

3) Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup ditentukan berdasarkan rumus Effendie (1979), yaitu :

Nt = jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) No = jumlah ikan pada awal pemeliharan (ekor)

(31)

5) Retensi nitrogen No = Jumlah nitrogen ikan pada awal penelitian (g) Np = Jumlah nitrogen pakan yang diberikan pada ikan (g) 6) Retensi Fosfor 7) Asimilasi Nitrogen

Asimilasi N = x100%

Produksi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Produksi kotor (Kg/m2/MT) = Bt : A

Produksi bersih (Kg/m2/MT) = (Bt-Bo) : A Produktivitas kotor (kg/m2/tahun) = Pk x MT Produksi bersih (Kg/m2/tahun) = Pb x MT Keterangan : A = Luas lahan (m2)

Bt = Jumlah biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (kg) Bo = Jumlah biomassa ikan pada awal pemeliharaan (kg) Pk = Produksi kotor (kg/m2/MT)

Pb = Produksi bersih (kg/m2/MT)

MT = Jumlah musim tanam dalam setahun (kali)

Analisis Data

(32)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian tahap 1

Pertambahan biomassa perifiton

Pengukuran biomassa perifiton dilakukan seminggu sekali. Biomassa perifiton mengalami kenaikan di setiap bak (Gambar 5). Biomassa perifiton mulai terlihat pertumbuhannya pada hari ke-7, dengan biomassa pada bak 1 sebesar 9.5 g/m2, bak ke-2 sebesar 14.25 g/m2, dan bak ke-3 sebesar 8.75 g/m2. Biomassa perifiton semakin meningkat dengan waktu meningkatnya waktu pemeliharaan, sehingga pada hari terahir penelitian (hari ke-30), biomassa perifiton bak 1 sebesar 37.25 g/m2, bak ke-2 sebesar 37.25 g/m2, dan bak ke-3 sebesar 28.75 g/m2.

Gambar 5 Grafik pertambahan biomassa perifiton

Kelimpahan perifiton

Chlorophyceae pada penelitan mendominasi kelimpahan perifiton yang terdapat pada substrat daun kelapa. Semakin bertambahnya waktu penelitian kelimpahan perifiton semakin meningkat. Kelimpahan jenis penyusun perifiton disajikan pada Gambar 6.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

H0 H7 H14 H21 H30

B

io

m

asa Per

ifi

to

n

(

g

ram

/m

2)

Waktu samplling

(33)

Gambar 6 Kelimpahan jenis penyusun perifiton pada substrat daun kelapa Komposisi proksimat perifiton, konsentrasi klorofil a, total nitrogen dan fosfor

Pengukuran analisis proksimat (kadar air, kadar abu, protein, lemak, serat kasar, BETN, total N dan total P) dan konsentrasi klorofil a pada perifiton, disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil proksimat dan konsentrasi klorofil a pada perifiton

Kadar air Kadar abu Protein Lemak Serat kasar BETN Total N Total P Klorofil a

85.97 35.10 41.72 86.90 12.29 7.16 5.04 0.66 30.08

Asimilasi Nitrogen dan Fosfor

Nitrogen dan fosfor merupakan unsur makro yang dibutuhkan oleh fitoplankton, berperan penting dalam produksi primer pada ekosistem akuatik (Boyd 1982). Produktivitas asimilasi nitrogen dan fosfor setiap bak ulangan menunjukkan tingkat penyerapan nitrogen dan fosfor oleh perifiton di dalam substrat daun kelapa. Asimilasi nitrogen rata-rata sebesar 5.51%. Penyerapan nitrogen diimbangi dengan penyerapan fosfor, yang dinyatkan oleh hasil asimilasi fosfor pada bak 1 sebesar 12.67%, (Tabel 9).

Tabel 9 Asimilasi nitrogen dan fosfor dalam perifiton

Nitrogen (%) Fosfor (%)

BAK 5.51 12.67

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

H0 H7 H14 H21 H30

in

d

iv

id

u

/Lit

e

r

(34)

Kualitas air penelitian tahap 1

Hasil pengamatan terhadap parameter kualitas air meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, Total N, total fosfat, amonia, nitrit, nitrat, kesadahan, alkalinitas, TSS, dan TDS selama penelitian tercantum pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil pengukuran kualitas air media pemeliharaan setiap ulangan pada penelitian tahap 1

Parameter Satuan Bak 1 Bak 2 Bak 3

Suhu °C 25 - 30 25 - 30 25 - 30

pH 6.9 - 8.2 6.9 - 8.2 6.9 - 8.2

DO mg/L 5.4 - 8.9 5.4-8.9 5.4-8.9

Total N mg/L 0.00 - 3.84 0.00 - 4.41 0.00 - 4.14 Total Fosfat mg/L 0.01 - 4.47 0.01 - 6.36 0.02 - 4.65 Amonia mg/L 0.05 - 0.02 0.01 - 0.08 0.00 - 0.08 Nitrat mg/L 0.48 - 1.98 0.48 - 2.25 0.47 - 2.44

Nitrit mg/L 0.43 - 1.27 0.12 - 1.35 0.13 - 1.21 Kesadahan mg/L 156.53 - 243.44 201 - 418.02 120.12 - 210.77

Alkalinitas mg/L 201 -217.08 181.71 - 229.15 143.11 - 233.16

Kecerahan cm 9.75 - 47.50 9.75 - 47.50 9.75 - 47.50

TSS mg/L 30 - 56.00 8 - 81.7 10 - 89

TDS mg/L 206 - 284 200 - 320 188 - 316

Hasil Penelitian tahap 2

Kinerja produksi ikan nila merah

Hasil pengamatan kinerja produksi ikan nila merah pada perlakuan luasan substrat daun kelapa disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Kinerja produksi ikan nila merah dengan perlakuan luas substrat daun kelapa

Parameter A (0) B (0.72 m2)

Luasan substrat

C (1.44 m2) D (2.16 m2)

Biomassa awal (kg) 3.36±0.00a 3.36±0.00a 3.36±0.00a 3.36±0.00a Biomassa akhir (kg) 11.67±0.28a 11.98±0.08a 13.76±0.02b 14.58±0.08c Laju pertumbuhan harian

(%/hari) 2.11±0,04a 2.12±0.01a 2.35±0.00b 2.45±0.01c Kelangsungan hidup (%) 98.11±0.51a 99.33±1.25a 100±0.00b 100±0.00b Rasio konversi pakan 1.75±0,12a 1.72±0.11a 1.51±0.05b 1.31±0.09c Retensi Protein 41.07±4.35a 44.15±3.50a 48.52±1.82ab 54.94±1.99b Produktivitas bersih

(35)

Tabel 11 menunjukkan bahwa parameter biomassa akhir, laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, rasio konversi pakan, retensi protein dan produktivitas bersih ikan berbeda nyata (P<0.05). Pada akhir penelitian biomassa ikan perlakuan A (0) sebesar 11.67 kg, perlakuan B (0.72 m2) sebesar 11.98 kg, perlakuan C (1.44 m2) sebesar 13.76 kg, dan perlakuan D (2.16 m2) sebesar 14.58 kg. Hasil biomassa ikan selama penelitian menunjukkan bahwa perlakuan D (2.16 m2) memiliki biomassa yang paling besar dibandingkan dengan perlakuan yang lain (A, B, dan C). Semakin besarnya biomassa sampai akhir pemeliharaan pada perlakuan tersebut sebanding dengan laju pertumbuhan, rasio konversi pakan dan produktivitas bersih ikan yang dihasilkan. Pada Gambar 7 terlihat bahwa kurva pertumbuhan biomassa masih mengalami kenaikan sampai akhir penelitian.

Gambar 7 Kurva pertumbuhan biomassa ikan nila merah pada setiap perlakuan

Komposisi penyusun perifiton

Komposisi penyusun perifiton dalam usus ikan didominasi oleh kelas

Chlorophyceae pada setiap perlakuan (Gambar 8). 0

2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

H0 H10 H20 H30 H40 H50 H60

B

io

m

asa Ikan

(

g

)

Hari

(36)

Gambar 8 Komposisi penyusun perifiton dalam usus ikan nila merah Retensi N

Tabel 12 menunjukkan bahwa parameter retensi nitrogen pada ikan nila secara statistik berbeda nyata (P<0.05).

Tabel 12 Retensi nitrogen ikan nila merah

Perlakuan Retensi Nitrogen %

A (0) 30.82±3.59a B (0.72 m2) 33.86±2.91a C (1.44 m2) 38.80±1.81b D (2.16 m2) 44.55±1.69c

Kualitas air perlakuan penelitian tahap 2

Hasil pengamatan terhadap parameter kualitas air yang meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, total N, total fosfat, amonia, nitrit, nitrat, kesadahan, alkalinitas, TSS, dan TDS selama penelitian tercantum pada Tabel 13.

Tabel 13 Kualitas air pemeliharaan ikan nila merah pada penelitian tahap 2

No Parameter Satuan A (0) B (0.72 m2) C (1.44 m2) D (2.16 m2)

1 Suhu pagi °C 24.4 – 27.73 24.60 – 27.73

24.67 – 27.90

24.73 – 27.90

suhu siang 25.13 – 31.07

25.23 – 31.07

25.07 – 31.07

25.03 – 31.07 2 pH pagi 6.3 – 8 6.3 – 8 6.3 – 8 6.3 – 8

(37)

0,000

Hasil pengukuran kualitas air pada setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan, namun untuk parameter amonia, TAN, nitrat dan nitrit memiliki kecenderungan lebih baik pada perlakuan D (2.16 m2). Nilai amonia memberikan nilai yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila merah pada media budidaya.

Gambar 9 Fluktuasi amonia selama penelitian

Hasil pengukuran amonia selama penelitian menunjukkan amonia befluktuasi setiap waktu sampling (Gambar 9). Pada akhir penelitian menunjukkan nilai amonia berkurang, yang terlihat pada perlakuan A (0), sebesar 0.01 mg/L, perlakuan B (0.72 m2) sebesar 0.012 mg/L, perlakuan C (1.44 m2) sebesar 0.02 mg/L, dan perlakuan D (2.16m2) sebesar 0.01 mg/L.

(38)

Gambar 10 Fluktuasi TAN selama penelitian

Gambar 10 menunjukkan hasil pengukuran TAN pada semua perlakuan berfluktuasi dari awal sampai akhir pemeliharaan. Kecenderungan menurun secara jelas terjadi pada akhir pemeliharaan dengan rata-rata nilai TAN pada akhir perlakuan A (0), sebesar 0.12 mg/l, perlakuan B (0.72 m2) sebesar 0.12 mg/L, perlakuan C (1.44 m2) sebesar 0.11 mg/L, dan perlakuan D (2.16 m2) sebesar 0.09 mg/L. Pada akhir pemeliharaan perlakuan D (2.16 m2) rata-rata nilai TAN sebesar 0.09 mg/L, nilai tersebut merupakan nilai paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.

Gambar 11 Fluktuasi nitrit selama penelitian

(39)

Gambar 12 Fluktuasi TSS selama penelitian

Nilai TSS selama pengukuran menunjukan cenderungan berfluktuasi dari awal sampai akhir pemeliharaan (Gambar 12). Pada hari ke-50 sampai hari ke-60 penurunan cenderung konstan, hal tersebut terlihat dari hasil rata-rata nilai TSS pada akhir perlakuan A (0) sebesar 141 mg/L, perlakuan B (0.72 m2) sebesar 135 mg/l, perlakuan C (1.44 m2) sebesar 131 mg/L, dan perlakuan D (2.16 m2)

(40)

Pembahasan

Produktivitas perifiton pada substrat daun kelapa

Biomassa perifiton adalah banyaknya zat hidup persatuan luas atau per satuan volume pada suatu daerah pada satuan waktu tertentu (Pratiwi 2007). Peningkatan biomassa perifiton pada bak 1 sebesar 0.9 g/m2 per hari sampai hari ke-30. Pada bak 2 peningkatan produktivitas biomassa perifiton sebesar 0.8 g/m2 per hari, sedangkan pada bak 3 produktivitas biomassa perifiton sebesar 0.7 g/m2. Peningkatan produktivitas perifiton biasanya dalam kisaran 1 sampai 3 g/m2 per hari (Azim et al. 2005).

Proses pembentukan perifiton pada perairan sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari, bahan organik dan proses nitrifikasi dari perairan. Bak penelitian terletak di outdoor sehingga cahaya matahari cukup dalam perairan. Pencahayaan matahari pada bak pemeliharaan terlihat dari hasil pengukuran kecerahan selama penelitian berkisar 9.75 cm sampai 47.50 cm. Pemupukan di awal persiapan berfungsi untuk menyediakan unsur hara dalam bak pemeliharaan. Selanjutnya, perifiton akan memanfaatkan sisa metabolisme ikan dan sisa pakan di dalam perairan, baik langsung maupun tidak langsung, serta mengubahnya menjadi biomassa perifiton.

Rata-rata nilai total N sebesar 2.64 mg/L dan P sebesar 5.16 mg/L pada media air dalam bak pemeliharan. Kandungan N dan P pada awal penelitian yang kaya akan unsur hara memungkinkan terbentuknya perifiton. Kandungan protein perifiton dalam bentuk kering sangat tinggi, sebesar 41.72 (Tabel 8) menjadikan perifiton salah satu sumber pakan alami yang sangat baik bagi ikan. Hasil pengukuran total P sebesar 0.66%. Fosfor total menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat maupun terlarut, anorganik maupun organik (Boyd 1982). Diperairan, bentuk fosfor berubah secara terus – menerus, akibat proses dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan anorganik yang dilakukan oleh mikroba. Fosfor juga merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan algae akuatik serta mempengaruhi tingkat produktivitas perairan (Boyd 1982). Adanya substrat daun kelapa yang ditambahkan kedalam bak pemeliharaan dapat menyediakan tempat berbagai proses perombakan dan pemanfaatan nutrien seperti nitrifikasi dan asimilasi berbagai organisme pembentuk perifiton.

Komposisi mikroorganisme didominasi oleh Chlorophyceae sebanyak 761.76 ind/L, Cyanophyceae sebanyak 309.6 ind/L, dan Bacillriophyceae

sebanyak 136.8 ind/L. Kelimpahan perifiton meningkat mulai hari ke-7 dan mengalami kenaikan sampai akhir penelitian yaitu hari ke-30 dimana jumlah

Chlorophyceae sebanyak 1617.12 ind/L, Cyanophyceae sebanyak 568.8 ind/L,

Bacillriophyceae sebanyak 190.08 ind/L, Euglenophyceae sebanyak 24.48 ind/L, dan rotifer sebanyak 28.8 ind/L. Komposisi perifiton didominasi oleh

Chlorophyceae karena pada kelas ini sangat tahan terhadap perubahan musiman dan intensitas cahaya matahari. Dominasi oleh Chlorophyceae pada penelitian ini terlihat dari hasil pengukuran klorofil a yang besar (Tabel 8). Hasil yang sama dihasilkan oleh Asaduzzaman et al. 2009 dengan dominasi perifiton yang tumbuh yaitu Chlorophyceae sebesar 15.51 x 103 sel/m2, kemudian di ikuti oleh

(41)

Klorofil a adalah salah satu pigmen fotosintesa yang paling penting bagi tumbuhan termasuk diatom perifitik (Pratiwi 2007). Kandungan klorofil a dari perifiton sebesar 30.08%. Hasil pengukuran dari kandungan klorofil a cenderung kearah bakteri/organisme bersifat autotrofik. Pada kelompok tumbuhan tertentu terdapat pigmen asesori (pelengkap) yang menyerap cahaya pada panjang gelombang yang sedikit berbeda dengan klorofil. Kandungan klorofil dapat digunakan untuk menyatakan laju fotosintesis pada suatu spesies alga; ekspresi aktivitas relatif fotosintesis terhadap jumlah klorofil a direkomendasikan untuk membandingkan berbagai spesies algae (Dawes 1981)

Pertumbuhan perifiton ditunjang dengan kualitas air dalam media perlakuan yang sesuai. Setiap jenis mikroalga membutuhkan suhu dan cahaya tertentu untuk pertumbuhan maksimumnya. Pada penelitian suhu berkisar 25°C sampai 30 °C. Fogg (1975) dalam Pratiwi 2007 menyatakan bahwa suhu yang baik untuk kultur berkisar 25°C - 30°C dan kisaran nitrat yang baik untuk pertumbuhan perifiton antara 0.01 mg/L - 5 mg/L (Parson and Takeshi 1997). Pada penelitian ini rata-rata nilai nitrat pada bak 1 sebesar 0.43 mg/L – 1.27 mg/L, bak 2 antara 0.12 mg/L

– 1.35 mg/L, dan bak 3 antara 0.13 mg/L – 1.21 mg/L. Nilai nitrat pada penelitian masih dalam batas untuk pertumbuhan perifiton.

Tingkat asimilasi nitrogen dan fosfor

Asimilasi adalah proses pemakaian makanan hasil hidrolisis untuk membentuk (sintesis) protoplasma baru. Rata-rata hasil pengukuran asimilasi nitrogen oleh perifiton sebesar 5.51%. Nilai asimilasi nitrogen oleh bakteri heterotroft pada pemeliharaan ikan lele dengan menggunakan teknologi bioflok sebesar 15.22% (Rohmana 2010). Avnimelech (1999) menyatakan konversi efisiensi nitrogen bakteri heterotrof sebesar 40%. Jika dibandingkan dengan penelitian bioflok penggunaan perifiton masih kecil, namun nilai tersebut menunjukan bahwa perifiton mampu menyerap nitrogen dari perairan hasil buangan metababolisme ikan. Berdasarkan Brune et al. (2003) nitrogen pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan didistribusikan menjadi nitrogen untuk pertumbuhan, nitrogen yang dieksresikan dalam bentuk amonia dan nitrogen limbah (feses, pakan yang tidak termakan), dan secara keseluruhan akan membentuk massa nitrogen (Rohmana 2009). Hasil pengukuran rata-rata asimilasi fosfor oleh perifiton sebesar 12.67%.

Kinerja produksi ikan nila merah

(42)

umum, pemberian pakan akan menghasilkan pertambahan bobot rata-rata pertumbuhan (Putra et al. 2011).

Tingginya biomassa ikan berbanding lurus dengan pertumbuhan ikan. Protein adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Protein yang berkualitas baik akan meningkatkan pertambahan bobot badan untuk setiap unit protein yang dikonsumsi dibandingkan protein yang berkualitas rendah. Ikan nila merah mampu memanfaatkan pakan tambahan, dalam hal ini perifiton. Ikan nila bersifat mackrofit feeder macrofagus, yaitu ikan yang memakan fitoplankton, zooplankton, detritus dan organisme bentos. Menurut Surawidjaya (2006), umumnya mikroflora dapat dimanfaatkan oleh organisme ber-trophic level rendah seperti detrivora, herbivora dan omnivora. Pemanfaatan pakan tambahan berupa perifiton dalam substrat daun kelapa lebih efisien pada perlakuan D (2.16 m2). Hal tersebut terlihat dari komposisi perifiton yang terdapat pada usus ikan nila (Gambar 8). Pengukuran komposisi perifiton pada usus ikan pada awal, tengah dan akhir penelitian menunjukkan bahwa ikan memanfaatkan pakan alami berupa perifiton.

Penambahan substrat yang semakin luas pada media pemeliharaan ikan nila meningkatkan pertumbuhan dan komposisi perifiton dalam substrat tersebut, sehingga dapat dimanfatkan oleh ikan nila merah dalam pertumbuhan. Komposisi perifiton mempunyai protein sangat tinggi dalam bentuk kering (Tabel 8) memungkinkan pertambahan biomassa ikan lebih besar pada perlakuan D (2.16 m2) melalui pemanfaatan perifiton tersebut. Penambahan biomassa ikan nila yang semakin besar dengan penambahan substrat daun kelapa menjadikan substrat daun kelapa tersebut cocok untuk media pelekatan dan pertumbuhan perifiton. Daun kelapa merupakan substrat yang cocok dalam penumbuhan biomassa perifiton (Tabel 5). Hasil penelitian daun kelapa sebagai substrat sesuai dengan yang dilakukan oleh Kashavanath et al. 2012, yang menunjukkan media daun kelapa secara signifikan paling baik dalam produktivitas perifiton dibandingkan dengan substrat lainnya seperti daun tebu, daun kelapa sawit, dan bambu.

(43)

proses pembentukan dan komposisi perifiton paling banyak (Gambar 8) pada perlakuan D (2.16 m2).

Kelangsungan hidup ikan berbeda nyata antar perlakuan (P<0.05). Kelangsungan hidup ikan nila merah tertinggi terjadi pada perlakuan C (1.44 m2) dan perlakuan D (2.16 m2) sebesar 100%. sedangkan penelitian Putra et al. 2011 nilai kelangsungan hidup ikan nila merah tertinggi dengan perlakuan selada sebesar 88 %. Nilai kelangsungan hidup pada penelitian yang dilakukan masih tinggi pada kisaran kelangsungan hidup 90% setiap perlakuan. Hal tersebut menunjukkan, bahwa media kualitas air pada pemeliharaan ikan nila merah masih dalam batas toleransi (Tabel 13).

Pada Tabel 12 rasio konversi pakan tertinggi pada penelitian perlakuan A (0) sebesar 1.75 dan terendah pada perlakuan D (2.16 m2) sebesar 1.31. Rasio konversi pakan setiap perlakuan berbeda (P<0.05). Konversi pakan merupakan gambaran jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menaikan bobot ikan atau jumlah pakan yang diubah menjadi daging. Konversi pakan merupakan hal yang terpenting dalam produksi akuakultur terkait dengan penggunaan pakan buatan. Rata-rata nilai konversi pakan pada penelitian Wirabakti, 2006 pada ikan nila dikolam sebesar 1.44. Hasil nilai konversi pakan ikan nila merah pada penelitian Putra et al. 2011 rata-rata sebesar 1.79

Besar nilai konversi pakan ikan nila merah pada perlakuan D sebesar 1.31 lebih baik dibandingkan dengan perlakuan A (1.75), B (1.72) dan C (1.51). Nilai konversi pakan pemeliharaan ikan nila dikolam tanah (1.44). Rendahnya nilai konversi pakan pada penelitian perlakuan D (2.16 m2) berhubungan dengan pemanfaatan energi. Pertumbuhan biomassa ikan nila merah paling tinggi terdapat pada perlakuan D (2.16 m2) (Gambar 7). Hal lain yang berhubungan dengan konversi pakan pada penelitian ikan nila merah memanfaatkan pakan tambahan berupa perifiton dari substrat daun kelapa, hal tersebut terlihat dari komposisi perifiton dalam usus ikan nila merah tersebut (Gambar 8).

Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme sehari-hari (Buwono 2000). Hasil retensi protein perlakuan menunjukkan kemampuan ikan dalam menyerap protein dari pakan. Retensi protein pada penelitian berbeda setiap perlakuan (P<0.05). Nilai retensi protein pada penelitian lebih besar dibandingkan dengan retensi ikan nila 23 % (Avnimelech, 1999). Tidak semua protein yang masuk ke dalam tubuh dapat diretensi, tetapi tergantung pada faktor genetik dan faktor umur. Nilai retensi protein menunjukkan indeks deposisi protein sebagai jaringan tubuh (dimanfaaatkan bagi pertumbuhan). Hasil penelitian Ogino and Saito (1970)

(44)

Retensi nitrogen adalah jumlah konsumsi nitrogen dikurangi dengan ekskresi nitrogen dan nitrogen endogenous. Menurut Wedemeyer (1996) pakan yang dikonsumsi oleh hewan akan dimetabolisme dan diekresikan. Pada ikan produk akhir metabolisme adalah air, karbondioksida, dan amonia bersama sejumlah kecil urea, dan asam uric, sedangkan produk limbah nitrogen utama yang dieksresikan adalah ammonia. Retensi nitrogen perlakuan D (2.16 m2) pada ikan nila merah sebesar 44.55 % menunjukkan perlakuan tersebut lebih efisien menyerap nitrogen dalam tubuh ikan dibandingkan perlakuan perlakuan A (0), perlakuan B (0.72 m2), dan perlakuan C (1.44 m2) (Tabel 12). Pemanfaatan retensi nitrogen menunjukkan ikan nila merah pada perlakuan D (2.16 m2) lebih efisien memanfaatkan nutrien pakan. Nilai retensi protein sebanding dengan nilai retensi protein pada ikan nila yang mampu menghasilkan konversi pakan lebih rendah. Pada beberapa spesies akuakultur (udang laut dan nila), biomassa bakteri ini diproduksi dalam sistem nol-pertukaran yang intensif dapat menjadi sumber penting protein pakan, mengurangi biaya produksi dan dengan demikian meningkatkan ekonomi secara keseluruhan (McIntosh 1999; Moss 2002 in

Ebeling 2006).

Hasil produksi akuakultur dilihat dari capaian berupa ikan ukuran konsumsi atau benih dengan berbagai ukuran pada akhir pemeliharaan. Berdasarkan Tabel 8 terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05) produktivitas ikan nila merah pada setiap perlakuan. Produksi ikan nila dengan pemberian substrat bambu pada penelitian

Asaduzzaman et al. 2009 sebesar 1103 kg/ha/120 hari atau 3.31 kg/m2/tahun dengan tebar awal sebesar 23.8 g dan hasil panen bobot 229.1 g. Hasil penelitian yang dilakukan lebih besar dibandingkan dengan penelitian Asaduzzaman et al. 2009.

Kualitas air

Hasil pengamatan suhu air pada semua perlakuan relatif tidak berbeda (Tabel 13) dan berada dalam batas yang layak bagi pertumbuhan ikan nila merah. Hasil pengamatan suhu harian di semua perlakuan sama, yaitu pada pagi hari berkisar 24°C sampai 27°C, dan pada siang hari suhu berkisar 25 sampai 31°C. Menurut Wedemeyer (1996) suhu yang ekstrim dan bervariasi mempengaruhi kesehatan ikan pada budidaya intensif. Kisaran suhu yang paling baik bagi pertumbuhan ikan nila merah yaitu 25°C – 32 °C.

(45)

Kandungan oksigen terlarut sangat penting terutama dalam budidaya intensif, karena kandungan oksigen yang terlalu rendah dapat mempengaruhi kesehatan ikan meliputi anoreksia, stress respiratori, hypoksia jaringan, hilang kesadaran dan berakhir pada kematian (Wedemeyer 1996). Batas oksigen terlarut untuk pertumbuhan ikan nila yaitu sebesar > 3 mg/L. Semua perlakuan diberikan aerasi 6 titik pada setiap bak pemeliharaan ikan nila merah untuk mensuplai oksigen terlarut. Hasil pengukuran oksigen terlarut pada setiap perlakuan tidak berbeda (P<0.05). Pada perlakuan A (0) oksigen terlarut berkisar 3.7 sampai 10.8 mg/L, perlakuan B (0.72 m2) berkisar 3.5 sampai 11 mg/L, perlakuan C (1.44 m2) berkisar 3.8 sampai 11 mg/L, dan perlakuan D (2.16 m2) berkisar 4 sampai 11.2 mg/L. Hasil pengukuran oksigen terlarut terlihat adanya trend kecenderungan bahwa nilai oksigen terlarut pada perlakuan dengan substrat daun kelapa lebih tinggi daripada perlakuan lain, kecenderungan tersebut karena selain penambahan aerasi pada media penambahan luasan substrat diduga terjadi proses fotosintesa dari perifiton dan plankton yang berlimpah.

Konsentrasi nitrogen anorganik terlarut (TAN, Nitrit, dan Nitrat) pada setiap perlakuan selama periode penelitian disajikan pada Gambar 10 dan Gambar 11. Nampak bahwa konsentrasi TAN, nitrit, dan nitrat berfluktuasi selama periode penelitian, akan tetapi konsentrasi TAN, dan nitrit terlihat adanya trend penurunan pada akhir penelitian dengan kecenderungan nilai lebih rendah pada perlakuan D (2.16 m2) yang diduga akan semakin menurun terus seiring dengan waktu dan perombakan bahan organik oleh pembentuk perifiton maupun plankton.

(46)

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Substrat daun kelapa dapat menghasilkan perifiton dengan berat rata-rata kering sebesar 34.41 g/m2 dengan kemampuan mengasimilasi N sebesar 5.5 %/m2 dan P sebesar 12.67 %/m2. Mampu mempertahankan amonia yang tetap rendah dan layak bagi kehidupan ikan nila serta mampu meningkatkan produksi sebesar lima kali dari biomassa awal. Luasan substrat daun kelapa yang paling baik untuk menghasilkan produksi ikan nila merah yang maksimal adalah 2.16 m2 .

Saran

Gambar

Gambar 1.
Tabel 4 Hasil penelitian perifiton
Tabel 5 Produktivitas perifiton dengan empat substrat yang berbeda
Gambar 3  Skema penelitian tahap 1
+7

Referensi

Dokumen terkait