• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penapisan Inhibitor Tirosinase pada Empat Spesies Famili Asteraceae Chrysantemum morifolium R, Gerbera jamesonii A, Dahlia rosea Cav, dan Tagetes erecta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penapisan Inhibitor Tirosinase pada Empat Spesies Famili Asteraceae Chrysantemum morifolium R, Gerbera jamesonii A, Dahlia rosea Cav, dan Tagetes erecta."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENAPISAN INHIBITOR TIROSINASE PADA EMPAT

SPESIES FAMILI ASTERACEAE

Chrysantemum morifolium

R,

Gerbera jamesonii

A,

Dahlia rosea

Cav, DAN

Tagetes erecta

MEYSI ANNA FRANSISKA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

MEYSI ANNA FRANSISKA. Penapisan Inhibitor Tirosinase pada Empat Spesies

Famili Asteraceae

C

hrysantemum morifolium

R,

Gerbera jamesonii

A,

Dahlia

rosea

Cav, dan

Tagetes erecta

. Dibimbing oleh IRMANIDA BATUBARA dan

LATIFAH K DARUSMAN

Tujuan penelitian ini adalah menapis potensi inhibitor tirosinase dari 4

spesies famili Asteraceae. Penapisan ini dilakukan pada daun dan bunga

Chrysantemum morifolium

R,

Gerbera jamesonii

A,

Dahlia rosea

Cav, dan

Tagetes erecta

. Sampel dikeringkan, lalu diekstraksi dengan

n

-heksana, etil asetat,

dan metanol. Aktivitas inhibisi diuji menggunakan spektrofotometer

microplate

reader

pada panjang gelombang 492 nm. Ekstrak etil asetat bunga

D. rosea

Cav

paling berpotensi sebagai inhibitor tirosinase (IC

50

untuk monofenolase 18.42

µg/mL dan untuk difenolase 687.79 µg/mL) dibandingkan dengan jenis

Asteraceae lainnya. Sementara minyak atsiri yang paling aktif sebagai inhibitor

tirosinase diperoleh dari bunga

T. erecta

(IC

50

monofenolase 1882.62 µg/mL dan

difenolase 1884.33 µg/mL). Kontrol positif yang digunakan ialah asam kojat yang

memiliki nilai IC

50

untuk monofenolase sebesar 11.024 µg/mL dan difenolase

sebesar 84.19

µg/mL. Fraksionasi ekstrak teraktif dengan kromatografi lapis tipis

preparatif dengan fase gerak kloroform menghasilkan 12 fraksi. Fraksi teraktif

memiliki IC

50

5.55 µg/mL untuk monofenolase dan 109.96 µg/mL untuk

difenolase dan diidentifikasi sebagai flavonoid.

ABSTRACT

MEYSI ANNA FRANSISKA. Screening of Tyrosinase Inhibitor from Four

Species of Asteraceae Family C

hrysantemum morifolium

R,

Gerbera jamesonii

A,

Dahlia rosea

Cav, and

Tagetes erecta

. Supervised by IRMANIDA BATUBARA

and LATIFAH K DARUSMAN

The research was conducted to screen the potency of tyrosinase inhibitor

from 4 species of Asteraceae family. The screening was performed on the leaves

and flowers of C

hrysantemum morifolium

R,

Gerbera jamesonii

A,

Dahlia rosea

Cav, and

Tagetes erecta

. The samples were dried and then extracted with

n

-hexane, ethyl acetate, and methanol. The inhibition activity was tested by a

microplate reader spectrophotometer in 492 nm. The ethyl acetate extract of

D.

rosea

Cav flower was the most potent tyrosinase inhibitor (IC

50

for

monophenolase 18.42 µg/mL and for diphenolase 687.79 µg/mL) compared with

the other Asteraceae species. The most active essential oils as inhibitor of

tyrosinase was obtained from

T. erecta

flower (IC

50

for monophenolase 1882.62

µg/mL and for diphenolase 1884.33 µg/mL). Positive control used was kojic acid

with IC

50

value of 11.02 µg/mL for monophenolase and 84.19 µg/mL for

diphenolase. Fractionation of the extract by preparative thin layer chromatography

with chloroform as mobile phase gave 12 fractions. The most active fraction had

IC

50

of 5.55 µg/mL for monophenolase and 109.96 µg/mL for diphenolase, and

(3)

PENAPISAN INHIBITOR TIROSINASE PADA EMPAT

SPESIES FAMILI ASTERACEAE

Chrysantemum morifolium

R,

Gerbera jamesonii

A,

Dahlia rosea

Cav, DAN

Tagetes erecta

MEYSI ANNA FRANSISKA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Penapisan Inhibitor Tirosinase pada Empat Spesies Famili

Asteraceae C

hrysantemum morifolium

R,

Gerbera jamesonii

A,

Dahlia rosea

Cav, dan

Tagetes erecta

.

Nama

: Meysi Anna Fransiska

NIM

: G44096019

Disetujui,

Pembimbing I

Dr Irmanida Batubara, SSi, MSi

NIP 19750807 200501 2 001

Pembimbing II

Prof Dr Ir Latifah K Darusman, MS

NIP 19530824 197603 2 003

Diketahui,

Ketua Departemen Kimia

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS

NIP 19501227 197603 2 002

(5)

PRAKATA

Tiada kata terindah selain ungkapan rasa syukur dan terima kasih penulis

pada Tuhan Sang Pencipta yang telah memberikan inspirasi pada penulis sehingga

dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul “

Penapisan Inhibitor Tirosinase pada

Empat Spesies Famili Asteraceae C

hrysantemum morifolium

R,

Gerbera

jamesonii

A,

Dahlia rosea

Cav, dan

Tagetes erecta

”.

Karya ilmiah ini disusun

berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 hingga Mei

2012 di Laboratorium Kimia Analitik Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga dan

Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Taman Kencana.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Irmanida Batubara, SSi, MSi

dan Prof Dr Ir Latifah K Darusman, MS selaku pembimbing yang telah

memberikan arahan, pengetahuan, motivasi, bimbingan, saran, dan doa selama

penelitian. Terima kasih kepada Pusat Studi Biofarmaka (PSB) Taman Kencana

yang sudah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian di

laboratorium PSB. Terima kasih kepada Bapak dan Mama tercinta untuk

dukungan, motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah berhenti diberikan.

Terima kasih juga buat abang dan kakak iparku tersayang Bang Jeffry dan Kak

Diana, Robby Parlo, dan kedua adikku yang kusayangi Leo dan Adi atas

dukungannya dan kesetiaannya membantu penulis dengan penuh kasih selama

masa studi hingga proses penyusunan karya ilmiah ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para laboran Kimia

Analitik Bu Nunung, Om Eman, Pak Engkos, Pak Dede, kepada seluruh analis di

laboratorium PSB, Mba Salina, teman-temanku Diah Daru, Lia, Irma, Fitri Siddiq,

Gina, Kak Doni, Kak Yana, Lalu, Zuzu, Niati, Ichsan, dan Cahya dan teman kos

di Bagunde 14 (Kak Epi, Kak Fina, Dyanika, Wisty, Friska, Naomi, Besty, Icha,

Ana Barokah, Shelo, Lesmi, Dina, dan Tri), seluruh teman peneliti di

Laboratorium Kimia Analitik, dan semua teman seperjuanganku di Ekstensi

Kimia atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2012

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 18 Mei 1988 dari pasangan Bapak

Bahtera Peranginangin dan Ibu Rantemalem Purba sebagai putri kedua dari empat

bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 10 Pekanbaru pada tahun 2006 dan

pada tahun yang sama diterima di Program Diploma 3 Analisis Kimia IPB melalui

jalur reguler. Penulis lulus pada tahun 2009 dan melanjutkan pendidikan S1

melalui Program Alih Jenis Departemen Kimia IPB pada tahun yang sama.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN... 1

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan ... 1

Metode Penelitian ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Sampel ...

Error! Bookmark not defined.

Kadar Air dan Abu ... 4

Ekstrak ... 4

Aktivitas Inhibitor Tirosinase Ekstrak Kasar ... 5

Fitokimia Ekstrak Kasar Aktif ... 6

Hasil Analisis GC-MS ... 6

Eluen Terbaik ... 7

Fraksi-fraksi KLTP ... 7

Analisis Spektrum FTIR Fraksi Teraktif ... 9

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 9

Saran ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kadar air dan abu famili Asteraceae ... 4

2 Rendemen ekstrak

n

-heksana, etil asetat, dan metanol serta minyak atsiri

famili Asteraceae ... 4

3 IC

50

ekstrak

n

-heksana, etil asetat, dan metanol serta minyak atsiri

famili Asteraceae ... 5

4 Fitokimia ekstrak kasar dengan aktivitas inhibitor tirosinase ... 6

5 Senyawa dalam minyak atsiri bunga

T. erecta

... 7

6 Rendemen fraksi hasil pemisahan dengan KLTP ekstrak etil asetat

bunga

D. rosea

Cav ... 8

7 IC

50

fraksi-fraksi hasil KLTP ekstrak etil asetat bunga

D

.

rosea

Cav ... 8

8 Absorpsi inframerah gugus fungsi fraksi 1 (F1) pada ekstrak etil asetat

bunga

D

.

rosea

Cav ... 9

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Struktur piperiton dan piperitenon oksida ... 7

2 Struktur linalool . ... 7

3 Kromatogram ekstrak kasar etil asetat (*) dan 12 fraksi (F1

F12)

hasil KLTP. ... 8

4 Warna hasil uji kualitatif flavonoid dengan KLT. Deteksi dilakukan

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Prosedur penelitian ... 12

2 Identifikasi sampel famili Asteraceae ... 15

3 Kadar air serbuk daun dan bunga

D. rosea

Cav... 18

4 Kadar abu serbuk daun dan bunga

D. rosea

Cav ... 19

5 Rendemen ekstrak daun dan bunga

D. rosea

Cav... 20

6 Contoh perhitungan IC

50

monofenolase dan difenolase ekstrak

etil asetat bunga

D. rosea

Cav ... 21

7 Kromatogram GC-MS minyak atsiri

T

.

erecta

... 22

8 Kromatogram eluen terbaik... 22

(10)

PENDAHULUAN

Warna kulit bergantung pada 3 (tiga) komponen menurut derajat yang bervariasi. Jaringan memiliki warna inheren kekuningan diakibatkan oleh kandungan karotena. Adanya hemoglobin (Hb) beroksigen di dasar kapiler dermis memberikan warna kemerahan. Warna kecokelatan sampai kehitaman diakibatkan oleh variasi jumlah pigmen melanin, satu-satunya pigmen yang dihasilkan di kulit. Prinsip utama dari produk pencerah kulit ialah menghambat pembentukan melanin.

Enzim merupakan biokatalis yang mampu meningkatkan laju reaksi kimia tertentu tanpa ikut bereaksi (Montgomery et al. 1993). Tirosinase merupakan enzim yang mengatur biosintesis melanin. Pembentukan melanin dapat dihambat dengan cara menurunkan sintesis tirosinase atau menghambat aktivitasnya (Hartanti & Setiawan 2009). Enzim tirosinase bekerja mengubah tirosin menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (DOPA) dan kemudian menjadi dopakuinonyang selanjutnya melalui beberapa tahap transformasi dikonversi menjadi melanin (Fitrie 2004).

Inhibitor tirosinase akan menghambat reaksi pencokelatan atau pembentukan melanin. Berbagai inhibitor tirosinase telah banyak digunakan dalam bahan kosmetik sebagai pencegah hiperpigmentasi, di antaranya adalah asam askorbat, arbutin, asam kojat, merkuri, dan hidrokuinon. Dari beberapa senyawa tersebut, asam kojat memiliki efek inhibisi dan kestabilan paling besar, namun menurut Miyazawa dan Tamura (2007), asam kojat bersifat karsinogenik.

Bunga famili Asteraceae memiliki ragam yang sangat banyak di dunia maupun di Indonesia sekalipun. Famili Asteraceae atau Compositae diwakili oleh sekitar 900 genus dan 13000 spesies antara lain

Chrysanthemum, Gerbera, Dahlia, dan

Tagetes. Bunga Chrysanthemum atau krisan aslinya berasal dari negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Cina, dan Korea. Krisan memiliki sekitar 30 spesies tanaman berbunga. Ekstrak bunga spesies Bellis perennis (Daisy) yang termasuk ke dalam genus Chrysantemum famili Asteraceae dapat digunakan sebagai pencerah (pemutih) kulit alami, membantu mengencangkan kulit, mengontrol bintik-bintik akibat usia, dan

menyeimbangkan hiperpigmentasi (Jhon et al. 2005). Beberapa contoh spesies

Chrysanthemum ialah C. morifolium R, C. indicum, dan C. daisy (Allison 2010).

Gerbera merupakan tanaman bunga hias yang diduga berasal dari Afrika Selatan dan Swaziland. Salah satunya ialah Gerbera jamesonii (Mattjik 2010). Tanaman hias

Gerbera merupakan salah satu penghasil minyak atsiri dan digunakan sebagai bahan baku industri minyak atsiri dan digunakan sebagai bahan baku industri minyak wangi, sabun, dan kosmetik (Agronomi 2010).

Bunga Dahlia termasuk tanaman perdu atau akar berumbi yang sifatnya tahunan, salah satunya ialah Dahlia rosea Cav. Tanaman dahlia memiliki kandungan kimia flavonoid. Bila ditinjau dari sejarahnya,

Dahlia sudah sejak lama digunakan sebagai tanaman obat (Mattjik 2010).

Secara umum, Tagetes disebut bunga marigold. Tanaman ini aslinya berasal dari Amerika Utara dan Selatan. Tanaman ini termasuk famili Asteraceae, beberapa spesies di antaranya lebih dikenal dengan nama

“Tagette”. Selain itu, minyak ini dapat diaplikasikan dalam produk makanan, antara lain kola, minuman beralkohol, permen, gelatin, puding, dan bumbu (Babu & Kaul 2007). Spesies Tagetes minuta diketahui memiliki potensi sebagai inhibitor tirosinase (Chairi et al. 2009). Beberapa spesies lainnya dari genus ini ialah Tagetes erecta, T. filifolia,

T. lacera, T. lucida, T. patula, T. tenuifolia

(Sukarman & Chumaidi 2010).

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan senyawa aktif sebagai inhibitor tirosinase pada beberapa spesies dalam famili Asteraceae. Spesies yang diteliti meliputi C.

morifolium R, G. jamesonii A, D. rosea Cav,

dan T. erecta

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

(11)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ialah bunga dan daun

C. morifolium Ramat, G. jamesonii Adlam, D.

rosea Cav dari Berastagi Sumatra Utara, dan

T. erecta dari daerah Cipanas, Jawa Barat, metanol, etanol, kloroform p.a, etil asetat, aseton, dietil eter, dimetil sulfoksida (DMSO), bufer fosfat pH 6.5, dietil eter, serbuk Mg, H2SO4 p.a, NH4OH, amil alkohol, n-heksana,

diklorometana, FeCl3 1 %, akuades, enzim

tirosinase dari jamur (Sigma, 333 unit/mL), asam kojat, dan L-DOPA 2 mM atau L-tirosin 2 mM.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini meliputi penyulingan minyak atsiri, persiapan sampel, uji pendahuluan, ekstraksi, uji fitokimia (alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, dan tanin), penentuan eluen terbaik, uji inhibisi tirosinase, analisis kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS), serta identifikasi gugus fungsi dengan FTIR. Metode keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 1

Penyulingan Minyak Atsiri (Harborne 1987).

Bunga atau daun T. erecta dan D. rosea

Cav yang telah dirajang dimasukkan dalam labu bulat yang berisi air lalu direbus. Uap air yang bercampur dengan minyak atsiri berubah fase menjadi cair setelah melewati kondensor. Minyak yang dihasilkan ditampung, lalu dipartisi dengan etil asetat dan diuapkan dengan penguap putar.

Preparasi dan Ekstraksi (Batubara et al. 2010)

Bagian daun dan bunga dipisahkan, masing-masing dikeringkan kemudian digiling. Setelah itu, sampel direndam dalam

n-heksana, etil asetat, dan metanol dengan nisbah 1:10 selama 24 jam sebanyak 3 kali ulangan. Ekstrak disaring dengan kertas saring dan filtrat dipekatkan dengan penguap putar pada suhu 30 oC. Rendemen tiap ekstrak ditentukan.

Penentuan Kadar Air (Sulaiman et al. 2005)

Cawan porselen dikeringkan di dalam oven 105 oC selama 30 menit, didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (W1). Sebanyak 3 g sampel (W2)

dimasukkan dalam cawan lalu dikeringkan

dalam oven bersuhu 105 oC selama 4 jam, didinginkan dalam desikator selama 15 menit, dan ditimbang. Pengukuran bobot sampel ini diulangi setiap 1 jam sampai diperoleh bobot konstan (W3).

Kadar air (%) = 100%

1 2 3 2    W W W W

Penetapan Kadar Abu (Sulaiman et al. 2005)

Cawan porselen dikeringkan di dalam tanur 600 oC selama 30 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan bobot awal ditimbang (X). Sebanyak 3 g sampel (Y) dimasukkan ke dalam cawan, dipijarkan di atas nyala pembakar Bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian dimasukkan ke dalam tanur 600 oC selama 30 menit. Cawan berisi abu ditimbang kembali (Z).

Kadar abu (%) = 100%

Y X Z

 

Uji Inhibisi Tirosinase (Batubara et al. 2010)

Ekstrak n-heksana, etil asetat, metanol dan minyak atsiri yang sudah dipartisi dengan etil asetat (daun dan bunga Asteraceae) dilarutkan dalam DMSO hingga konsentrasi 10000 µg/mL. Larutan stok kemudian disiapkan dengan melarutkan ekstrak ke dalam bufer fosfat 50 mM (pH 6.5) hingga diperoleh konsentrasi 2857 µg/mL.

Setelah itu, ekstrak dan asam kojat sebagai kontrol positif diuji mulai konsentrasi 7.81 hingga 2000 µg/mL dalam pelat tetes 96 sumur. Sebanyak 70 µL ekstrak pengenceran ini masing-masing digabungkan dengan 30 µL enzim tirosinase (Sigma, 333 unit/mL dalam bufer fosfat). Pelat diinkubasi pada suhu kamar selama 5 menit, kemudian ditambahkan 110 µL substrat L-tirosin 2 mM atau L-DOPA 2 mM dan diinkubasi kembali selama 30 menit pada suhu kamar. Larutan pada setiap sumur diukur dengan menggunakan multi-well plate reader pada panjang gelombang 492 nm untuk menentukan persen inhibisi dan nilai konsentrasi hambat 50% (IC50). Persen

inhibisi dihitung dengan cara membandingkan serapan sampel sebelum penambahan ekstrak (A) dengan setelah penambahan ekstrak (B):

Inhibisi (%) =  100%

A B

(12)

Uji Fitokimia

Uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui kandungan kimia alkaloid, steroid, saponin, flavonoid, tanin, dan fenol secara kualitatif (Harborne 1987). Uji fitokimia dilakukan terhadap ekstrak n -heksana, etil asetat, dan metanol.

Uji Alkaloid. Ekstrak dengan bobot tertentu dilarutkan dengan 10 mL kloroform dan beberapa tetes NH4OH kemudian disaring

ke dalam tabung tertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 10 tetes H2SO4 2 M dan lapisan asamnya dipisahkan

ke dalam tabung reaksi lain. Lapisan asam ini diteteskan ke lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendorf yang akan menimbulkan endapan dengan warna berturut-turut putih, cokelat, dan merah jingga jika ekstrak mengandung alkaloid.

Uji Saponin dan Flavonoid. Ekstrak dengan bobot tertentu dimasukkan ke dalam gelas piala besar kemudian ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit. Setelah itu, disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Uji saponin dilakukan dengan mengocok 10 mL filtrat di dalam tabung reaksi tertutup selama 10 detik kemudian dibiarkan selama 10 menit. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih stabil. Sebanyak 10 mL filtrat yang lain ditambahkan 0.5 g serbuk Mg, 2 mL alkohol klohidrat (campuran HCl 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama), dan 20 mL amil alkohol kemudian dikocok kuat-kuat. Terbentuknya warna merah, kuning, dan jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

Uji Steroid. Ekstrak dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (50 oC) kemudian disaring ke dalam pinggan porselen dan diuapkan sampai kering. Residu ditambahkan eter, dipindahkan ke lempeng tetes, lalu ditambahkan 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (uji Lieberman-Buchard).

Warna merah atau ungu atau biru menunjukkan adanya steroid.

Uji Tanin dan Fenol. Ekstrak ditambahkan 100 mL air panas, dididihkan selama 5 menit, dan disaring. Ke dalam sebagian filtrat ditambahkan larutan FeCl3 1

%. Warna hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin, sedangkan warna ungu, biru tua, atau hijau menunjukkan senyawa fenolik.

Penentuan Eluen Terbaik

Sedikit ekstrak pekat sampel ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, pelat dielusi dalam bejana yang telah dijenuhkan oleh uap eluen pengembang. Eluen yang digunakan adalah metanol, aseton, etil asetat, kloroform, diklorometana, dietil eter, dan n-heksana. Pemisahan dilanjutkandengan berbagai nisbah campuran eluen yang menghasilkan noda banyak dan terpisah. Noda hasil elusi diamati di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 365 nm.

Pemisahan Secara Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (Nohong 2009)

Ekstrak pekat sebanyak ±0.2000 g dilarutkan dalam etil asetat. Ekstrak ditotolkan 2 cm dari tepi bawah pelat KLT preparatif berukuran 20

20 cm2 sebagai fase diam, dan dielusi dengan eluen kloroform p.a. Campuran akan terpisah menjadi beberapa fraksi. Pelat KLT preparatif yang telah dielusi dibiarkan kering udara dan disinari dengan lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 365 nm. Pita-pita pemisahan yang tampak ditandai dengan pensil. Masing-masing dikerok, ditampung dalam tabung reaksi, dan diekstraksi dengan etil asetat. Residu disaring, filtrat dikumpulkan dan diuapkan pelarutnya untuk mendapatkan padatan.

Identifikasi Senyawa

Sebanyak ±0.8000 mg sampel dihaluskan bersama dengan 0.2004 g KBr dalam mortar agat. Setelah halus dan bercampur, serbuk dimasukkan ke dalam alat pencetak. Lempengan yang diperoleh dimasukkan ke dalam spektrofotometer FTIR.

Penentuan Senyawa dalam Distilat Kasar Minyak Atsiri dengan GC-MS

(13)

Identifikasi senyawa dilakukan dengan membandingkan puncak spektrum massa dengan yang terdapat dalam library index MS

Wiley Library. Persentase komposisi dihitung dari luas puncak kromatogram.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Sampel

Sampel yang digunakan adalah berbagai spesies dari famili Asteraceae yang diperoleh dari Cipanas, Jawa Barat. Bagian batang, bunga, dan daun diidentifikasi di Herbarium Bogoriensis, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa Barat.

Berdasarkan hasil identifikasi, sampel bunga krisan, Gerbera, dahlia, dan Tagetes

yang digunakan adalah Chrysanthemum morifolium Ramat dengan nomor spesimen 1135/IPH.1.02/If.8/VIII/2011, Gerbera jamesonii Adlam dengan nomor spesimen 1180/IPH.1.02/If.8/VIII/2011, Dahlia rosea Cav dengan nomor spesimen 1532/IPH.1.02/If.8/XI/2011, dan Tagetes erecta dengan nomor spesimen 1136/IPH.1.02/If.8/VIII/2011. Hasil identifikasi terlampir (Lampiran 2).

Kadar Air dan Abu

Jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan berbeda-beda bergantung pada perlakuan yang dialami serta kelembapan tempat penyimpanan bahan tersebut (Harjadi 1986). Suatu sampel dikatakan baik dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama bila memiliki kadar air <10% karena akan relatif terhindar dari kerusakan oleh mikrob (Winarno 1992). Penentuan kadar air juga berguna sebagai faktor koreksi rendemen serta untuk memperkirakan masa simpan bahan serta ketahanannya terhadap mikrob. Kandungan air pada serbuk kering daun dan bunga Asteraceae berkisar antara 7.84 dan 16.56% (Tabel 1). Perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 3.

Kadar abu menunjukkan kandungan mineral, kemurnian, serta kebersihan suatu bahan. Kadar abu yang diperoleh berkisar 5.61–15.91% (Tabel 1). Kadar abu pada sampel daun lebih tinggi dibandingkan dengan sampel bunga, menunjukkan kandungan mineral yang lebih besar pada sampel serbuk daun. Perhitungan kadar abu ditunjukkan pada Lampiran 4.

Tabel 1 Kadar air dan abu famili Asteraceae

Spesies Bagian Kadar (%)

Air Abu

C. morifolium Daun 7.84±0.05 15.59±0.24

Bunga 12.36±0.01 8.70±0.05

G. jamesonii Daun 9.81±0.04 10.02±0.22

Bunga 16.56±0.13 5.61±0.16

D. rosea Cav Daun 8.12±0.01 12.47±0.13

Bunga 9.51±0.05 7.39±0.03

T. erecta Daun 9.76±0.42 15.91±0.41

Bunga 8.71±0.03 6.67±0.03

Ekstrak

Ekstraksi bertingkat secara maserasi dilakukan dengan menggunakan pelarut n -heksana, etil asetat, dan metanol secara berturut-turut selama 24 jam. Banyaknya senyawa yang terekstraksi dapat dilihat dari persen rendemen yang diperoleh (Tabel 2).

Pelarut n-heksana non polar sehingga diharapkan mampu mengekstraksi senyawa-senyawa yang mempunyai kepolaran rendah. Pelarut etil asetat dengan kepolaran sedang diharapkan mampu mengekstraksi senyawa-senyawa dengan kepolaran sedang, sedangkan pelarut metanol dengan kepolaran yang tinggi diharapkan dapat mengekstraksi senyawa-senyawa berkepolaran tinggi.

(14)

Tabel 2 Rendemen ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol serta minyak atsiri famili Asteraceae

Spesies Bagian Rendemen ekstrak kering (%b/b)

n-heksana Etil asetat Metanol Minyak atsiri

C. morifolium R Daun 5.64±0.42 2.49±0.25 11.84±0.30 (-)

Bunga 4.76±0.11 2.29±0.33 28.54±0.32 (-)

G. jamesonii A Daun 4.88±0.67 10.73±0.18 20.97±0.49 (-)

Bunga 2.90±0.11 6.35±0.32 49.61±1.09 (-)

D. rosea Cav Daun 2.18±0.01 1.94±0.09 13.89±1.29 0.0263

Bunga 5.52±0.06 1.71±0.06 40.75±0.83 0.0019

T. erecta Daun 1.61±0.08 3.58±0.02 8.18±0.11 0.0116

Bunga 6.69±0.01 3.52±0.16 24.27±0.27 0.0091

Keterangan: (-) tidak dilakukan

Minyak atsiri diperoleh dari bunga dan daun D. rosea Cav dan T. erecta yang memiliki aroma paling khas. Rendemen paling tinggi diperoleh dari bagian daun (Tabel 2). Rendemen tertinggi (0.2630%) berasal dari daun D. rosea Cav, terendah (0.0019%) berasal dari bunganya. Rendemen minyak atsiri sangat kecil dibandingkan dengan ekstrak kasar. Hal ini dapat disebabkan jumlah minyak atsiri dalam sampel sangat sedikit dan distilasi minyak tidak menggunakan sampel basah.

Aktivitas Inhibitor Tirosinase Ekstrak Kasar

Daya inhibisi tirosinase ekstrak dan minyak atsiri diukur sebagai nilai IC50

terhadap monofenolase dan difenolase. Ekstrak etil asetat bunga D. rosea Cav didapat memiliki aktivitas tertinggi sebagai inhibitor tirosinase. IC50-nya tidak jauh berbeda dengan

kontrol positif (asam kojat) (Tabel 3), yaitu 18.42 µg/mL untuk monofenolase dan 687.79 µg/mL untuk difenolase. Perhitungan nilai IC50 ekstrak kasar diberikan pada Lampiran 6.

Tabel 3 menunjukkan bahwa minyak atsiri bunga T. erecta memiliki aktivitas paling baik bila dibandingkan dengan bunga/daun D. rosea Cav, namun nilai IC50-nya sangat kecil,

yaitu 1882.62 µg/mL untuk monofenolase dan 1884.33 µg/mL untuk difenolase. Minyak atsiri bunga T. erecta dianalisis lebih lanjut dengan GC-MS.

Tabel 3 IC50 ekstrak n-heksana, etil asetat, metanol, dan minyak atsiri famili Asteraceae

Monofenolase (µg/mL) Difenolase (µg/mL)

Sampel Bagian Ekstrak Ekstrak Ekstrak Minyak Ekstrak Ekstrak Ekstrak Minyak

n -heksana

Etil

asetat Metanol atsiri

n -heksana

Etil

asetat Metanol atsiri

C. morifolium R Bunga (-) (-) 1213.93 (*) (-) (-) (-) (*)

Daun 1579.06 (-) (-) (*) 1762.35 705.99 (-) (*)

G. jamesonii A Bunga (-) (-) 1395.15 (*) (-) (-) 525.15 (*)

Daun (-) (-) (-) (*) (-) (-) (-) (*)

D. rosea Cav Bunga (-) 18.42 359.6 (-) (-) 687.79 1304.61 1135.65

Daun (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

T. erecta Bunga (-) 48.92 22.58 1882.62 (-) 396.4 109.85 1884.33

Daun (-) 1387.3 - (-) (-) - - (-)

Asam kojat 11.02 84.19

(15)

Tabel 4 Fitokimia ekstrak kasar dengan aktivitas inhibitor tirosinase Fitokimia C. morifolium R G. jamesonii A D. rosea Cav T. erecta Daun Bunga Daun Bunga Daun Bunga Daun Bunga

A1 (-) * * * * * * * A2 (-) * * * * (+) * (+) A3 * (+) * (+) * (+) (-) (+) B1 (+) * * * * * * * B2 (+) * * * * (+) * (+) B3 * (+) * (+) * (+) (+) (+) C1 (+) * * * * * * * C2 (+) * * * * (-) * (+) C3 * (+) * (+) * (+) (-) (-) D1 (-) * * * * * * * D2 (-) * * * * (-) * (+) D3 * (+) * (+) * (-) (-) (+) E1 (-) * * * * * * * E2 (-) * * * * (-) * (+) E3 * (+) * (+) * (+) (-) (+) F1 (-) * * * * * * * F2 (-) * * * * (-) * (-) F3 * (-) * (-) * (-) (-) (-) G1 (+) (*) * * * * * * G2 (+) (*) * * * (-) * (-) G3 * (-) * (-) * (-) (+) (-)

Keterangan: (A) flavonoid, (B) alkaloid, (C) saponin, (D) tanin, (E) fenol, (F) triterpenoid, (G) steroid (1) ekstrak n-heksana, (2) ekstrak etil asetat, (3) ekstrak metanol

(*) tidak diuji karena nilai IC50 monofenolase dan difenolasenya melebihi 2000 µg/mL.

Fitokimia Ekstrak Kasar Aktif

Ekstrak yang aktif terhadap inhibitor tirosinase (Tabel 3) diuji fitokimia, hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4. Alkaloid terdapat pada ekstrak metanol bunga C. morifolium R,

G. jamesonii A, dan D. rosea Cav serta ekstrak etil asetat dan metanol bunga T. erecta. Flavonoid terdapat pada semua ekstrak yang aktif terhadap inhibitor tirosinase. Saponin terdapat pada semua ekstrak bunga C. morifolium R dan G. jamesonii A, ekstrak metanol bunga D. rosea Cav, dan ekstrak etil asetat bunga T. erecta.

Tanin terdapat pada ekstrak metanol bunga C. morifolium R dan bunga G. jamesonii A, serta ekstrak etil asetat dan metanol bunga T. erecta. Senyawa fenolik terdapat pada ekstrak metanol bunga C. morifolium R, G. jamesonii A, dan D. rosea

Cav serta ekstrak etil asetat dan metanol bunga T. erecta. Senyawa triterpenoid tidak ada pada semua ekstrak yang aktif terhadap

inhibitor tirosinase. Senyawa steroid ditemukan pada seluruh ekstrak daun T. erecta. Dalam penelitian Chang (2009) dinyatakan bahwa kandungan flavonoid dalam ekstrak diduga akan memberikan efek inhibisi yang cukup besar terhadap enzim tirosinase.

Hasil Analisis GC-MS

Identifikasi kandungan senyawa dalam minyak atsiri bunga T. erecta dilakukan dengan menggunakan instrumen GC-MS (Shimadzu-QP-5050A) dan menghasilkan kromatogram seperti ditunjukkan pada Lampiran 7. Analisis kandungan senyawa dilakukan dengan membandingkan m/z

(16)

Tabel 5 Senyawa dalam minyak atsiri bunga

T. erecta

Waktu

Komponen retensi Area (%)

(menit)

Linalool 4.27 0.78

cis-epoksi-osimena 4.71 2.51

Silana 5.23 0.52

Terpineol 5.28 2.97

Piperiton 6.00 15.34

β-Pinena 6.23 2.64

Fenol 6.31 0.34

Ketol 6.39 2.22

Isotimol 6.53 5.85

3-Terpinolenon 6.81 3.49

Eugenol 6.97 0.27

Piperitenon oksida 7.08 9.22

Prenitena 7.29 4.43

Sinerolon 7.37 0.34

α-Kurkumen 8.04 0.40

Spatulenol 8.96 0.69

β-Selinena 9.02 1.35

t-Muurolol 9.57 1.37

3-Oktabesena 10.51 1.65

Asam miristinat 11.81 1.73

Stearol 12.13 0.14

Heneikosana 12.68 1.35

Fitol 12.79 0.22

Trikosana 13.94 2.10

Lain-lain - Hingga 100%

Distilat kasar minyak atsiri bunga T. erecta memiliki 90 senyawa dengan komponen paling besar ialah piperiton (15.34%) dan piperitenon oksida (9.22%) (Gambar 1). Menurut laporan Jose dan Rajalakshmi (2004), kandungan utama minyak atsiri dalam T. erecta ialah linalool (Gambar 2) yang tergolong monoterpena asiklik (Harborne 1987).

Piperiton dan piperitenon oksida berfungsi meningkatkan aktivitas antijamur (Romagnoli et al. 2005). Sementara senyawa linalool dilaporkan dapat menghambat enzim tirosinase dengan nilai inhibisi 50.50% (Nakatsu 2000). Oleh karena itu, senyawa linalool pada minyak atsiri bunga T. erecta

diduga berperan sebagai inhibitor tirosinase.

. . O . . . O O.

.

CH4

Gambar 1 Struktur piperiton (a) dan piperitenon oksida (b) (Brown 2010).

. .

. .

OH

Gambar 2 Struktur linalool (Nakatsu et al. 2010).

Eluen Terbaik

Pemilihan pelarut untuk fase gerak KLTP dimulai dengan menguji 7 pelarut tunggal, yaitu aseton, n-heksana, etil asetat, metanol, diklorometana, kloroform, dan dietil eter. Sampel yang digunakan ialah ekstrak yang teraktif sebagai inhibitor tirosinase, yaitu ekstrak kasar etil asetat bunga D. rosea Cav dengan deteksi noda menggunakan lampu UV 254 dan 365 nm. Terlihat pada Lampiran 8, pelarut kloroform menghasilkan noda terbanyak dan terpisah dengan baik, berjumlah 12 noda, maka dipilih sebagai eluen terbaik.

Fraksi-fraksi KLTP

Fraksionasi ekstrak etil asetat bunga D.

(17)

Gambar 3 Kromatogram ekstrak kasar etil asetat (*) dan 12 fraksi (F1F12) hasil KLTP.

Tabel 6 Rendemen fraksi hasil pemisahan dengan KLTP ekstrak etil asetat bunga D. rosea Cav

Fraksi Jumlah Nilai Rf Bobot Rendemen

KLTP noda (g) (%)

1 2 0.06, 0.14 0.0382 15.33

2 3 5 4 0.03, 0.05, 0.13, 1.17, 0.21 0.04, 0.11, 0.23, 0.26 0.0135 0.0135 0.0079 0.0079 5.42 3.17 3.17 4 4 0.04, 0.09,

0.14, 0.33

0.0111 4.45

5 6 2 6 0.04, 0.09 0.04, 0.15, 0.0089 0.0130 3.57 5.22 0.24, 0.53, 0.67, 0.81

7 5 0.04, 0.09, 0.58, 0.72,

0.0131 5.26

8 6

0.77

0.04, 0.71, 0.0086 3.45 0.77, 0.84,

0.86, 0.91

9 6 0.04, 0.09, 0.13, 0.84,

0.017 6.82

10 4

0.86, 0.91

0.03, 0.13, 0.0127 5.10 0.86, 0.91,

0.86, 0.91 0.0127

11 6 0.03, 0.06, 0.12, 0.15,

0.0148 5.94

12 8

0.15, 0.99

0.03, 0.13, 0.0103 4.13 0.14, 0.18,

0.23, 0.40, 0.78, 0.93

Fraksi hasil KLTP kemudian diuji aktivitas inhibitor tirosinasenya dan dibandingkan dengan ekstrak kasar. Fraksi 1 (F1) memiliki daya inhibisi paling besar, IC50

sebesar 5.55 µg/mL untuk monofenolase dan 109.96 µg/mL untuk difenolase (Tabel 7). Aktivitas inhibitor tirosinase fraksi 1 (F1) lebih besar daripada ekstrak kasarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemisahan komponen-komponen ekstrak akan menghasilkan senyawa lebih murni dan lebih berpotensi sebagai inhibitor tirosinase.

Tabel 7 IC50 fraksi-fraksi hasil KLTP ekstrak

etil asetat bunga D. rosea Cav

Fraksi KLTP

IC50 (µg/mL)

Monofenolase Difenolase

F1 5.55 109.96

F5 326.67 -

F9 - -

Ekstrak kasar

etil asetat 18.42 687.79

Asam kojat 11.02 84.19

Keterangan: (-) tidak mencapai IC50 hingga konsentrasi

2000 µg/mL.

Uji fitokimia lanjutan dilakukan dan diperoleh bahwa F1 mengandung flavonoid. Hasil ini didukung dengan analisis kualitatif KLT menggunakkan eluen terbaik. Warna noda yang tampak ketika disinari dengan lampu UV 365 nm ialah kuning pucat (Gambar 4a) dan setelah diuapi dengan amonia menjadi kuning kunyit (kuning semakin pekat) (Gambar 4b). Berdasarkan hasil ini, F1 diduga merupakan golongan flavon (Harborne 1987).

(a) (b)

Gambar 4 Warna hasil uji kualitatif flavonoid dengan KLT. Deteksi dilakukan dengan sinar UV 365 nm (a) dan dengan uap amonia (b).

(18)

Analisis Spektrum FTIR Fraksi Teraktif

Fraksi F1 kemudian dianalisis dengan spektrofotometer FTIR untuk menentukan gugus-gugus fungsi yang ada. Serapan yang dihasilkan memperkuat dugaan bahwa F1 tersebut merupakan flavonoid. Spektrum FTIR dari F1 dapat dilihat pada Lampiran 9. Analisis pada Tabel 8 menunjukkan serapan ulur OH fenol, ulur C-H, C=O (ulur), C=C aromatik, ulur C-O, dan C-C aromatik (tekuk). Beberapa golongan senyawa flavonoid yang diketahui dapat menginhibisi enzim tirosinase di antaranya ialah flavanon, flavonol, flavon, isoflavon, kalkon, dan isoflavon (Chang 2009).

Tabel 8 Absorpsi inframerah gugus fungsi fraksi 1 (F1) pada ekstrak etil asetat bunga D. rosea Cav

Bilangan

Literatur* Gugus

Gelombang (cm-1) Dugaan

3383.63 3650–3300 ulur OH fenol

2851.55–2921.85 2700–3000 ulur C-H

1512.93 1550–1900 C=O (ulur)

1630.84 1400–1600 C=C aromatik

1165.42 795.17

1150–1200 675–900

uluran C-O C-C aromatik

(tekuk) Keterangan: * Pavia et al. (2001).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak kasar etil asetat bunga D. rosea

Cav merupakan inhibitor tirosinase teraktif dibandingkan dengan ekstrak dan minyak atsiri spesies Asteraceae lainnya yang diujikan. IC50 monofenolase dan difenolase

berturut-turut 18.42 dan 687.79 µg/mL. Fraksionasi ekstrak tersebut dengan KLTP menghasilkan fraksi 1 (Rf 0.06 dan 0.14)

sebagai inhibitor tirosinase teraktif dengan IC50 monofenolase dan difenolase sebesar

5.55 dan 109.96 µg/mL dan diduga mengandung flavonoid.

Saran

Perlu dilakukan uji lebih lanjut agar diperoleh senyawa yang berperan dalam menghambat enzim tirosinase pada fraksi dan minyak atsiri yang teraktif.

DAFTAR PUSTAKA

Agronomi R. 2010. Tip Merawat Tanaman Hias. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Allison R. 2010. Cosmeuceutical Skin

Nutrition Workbook. America: Wheeler Pr.

Babu KG, Kaul VK. 2007. Variations in quantitative and qualitative characteristics of wild marigold (Tagetes minuta L.) oils distilled under vacuum and at NTP.

Industrial Crops and Product: An Int J

26:241-251.

Batubara I, Darusman LK, Mitsunaga T, Rahminiwati M, Djauhari E. 2010. Potency of Indonesia medicinal plant as tyrosinase inhibitor and antioxidant agent.

J Biol Sci 10:138-144.

Brown GW. 2010. The biosynthesis of artemisinin (Qinghaosu) and the phytochemistry of Artemisia annua L. (Qinghao). Molecules 15:7603-7698. Chang TS. 2009. An updated review of

tyrosinase inhibitor. J Mol Sci 10:2440-2475.

Chairi ME, Joray MB, Ruiz G, Palacios SM, Carpinella MC. 2010. Tyrosinase inhibitory activity of native plants from central Argentina: Isolation of an active principle from Lithrea molleoides. Food Chem 120:10-14.

Fitrie AA. 2004. Histologi dari melanosit. e-USU Repository Universitas Sumatera Utara 5:1-6.

Harborne. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, penerjemah; Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari:

Phytochemical Methods.

Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Hartanti L, Setiawan HK. 2009. Inhibitory potential of some synthetic cinnamic acid derivatives towards tyrosinase enzyme.

Indo J Chem 9:158-168.

(19)

Jose J, Rajalakshmi R. 2004. Karyomorphometrical analysis and chemical polymorphism in Tagetes erecta

and Tagetes patula. Philippine J Sci.133:135-144. Mattjik NA. 2010. Budidaya Bunga dan Tanaman Hias. Bogor: IPB Pr.

Miyazawa M, Tamura N. 2007. Inhibitory compound of tyrosinase activity from the sprout of Polygonum hydropiper L. (Benitade). Biol Pharm Bull 30:595-597. Montgomery R, Conway TW, Spector AA.

1993. Biokimia Berorientasi pada Kasus-Klinik. Staf Pengajar FKUI, penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Biochemistry: A Case-Oriented Approarch.

Nakatsu T, Lupo AT, Chinn JW, Kang RK. 2000. Biological activity of essential oils and their constituents. Studies Nat Prod Chem 21:571-631.

Nohong. 2009. Skrining fitokimia

Ophiopogon jaburan Lodd dari Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. J Pembelajaran Sains 5:172-178.

Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS. 2001.

Introduction of Spectroscopy: a Guide for Student of Organic Chemistry. Ed ke-2. Philadelphia: Saunders Coll.

Romagnoli C, Bruni R, Andreotti E, Rai MK, Vicentini CB, Mares D. 2005. Chemical characterization and antifungal activity of essential oil of capitula from wild Indian

Tagetes patula L. Protoplasma 225:57-65.

Sukarman, Chumaidi. 2010. Bunga tai kotok (Tagetas sp.) sebagai sumber karotenoid pada ikan hias. Di dalam: Perkembangan Teknologi Pertanian. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur; Yoyakarta, 25 Apr 2010. Yogyakarta: Perhimpunan Teknologi Indonesia. hlm 803-807. Sulaiman, Suparto, Eviati. 2005. Petunjuk

Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.

(20)
(21)

- Diidentifikasi (determinasi) - Dipisahkan

Pengeringan dan pembuatan serbuk

Lampiran 1 Prosedur penelitian

a

Preparasi sampel

Famili Asteraceae

Bunga

Serbuk bunga

Daun

Serbuk Daun

 Penentuan kadar air

(22)

Maserasi dengan n-heksana

Maserasi dengan etil asetat

Maserasi dengan metanol

-Uji aktivitas inhibitor tirosinase

Didistilasi

b.

Ekstraksi, distilasi, dan uji aktivitas awal sampel (lanjutan)

Serbuk bunga

Serbuk daun

Ekstrak

n

-heksana

bunga dan daun

Ampas

Ekstrak etil asetat

bunga dan daun

Ampas

Ekstrak metanol

bunga dan daun

Ampas

Ekstrak teraktif

inhibitor tirosinase

Bunga

Daun

Minyak

atsiri bunga

Minyak atsiri teraktif

inhibitor tirosinase

Minyak

atsiri daun

Identifikasi GC-MS

(23)

-

Uji fitokimia

- Penentuan eluen terbaik - Fraksionasi dengan KLTP

Uji aktivitas

- Uji kualitatif fitokimia

- Identifikasi dengan spektrofotometer IR

c. Fraksionasi ekstrak teraktif inhibitor tirosinase (lanjutan)

Ekstrak teraktif

inhibitor tirosinase

Fraksi hasil KLT

preparatif

Fraksi KLTP teraktif

(24)

Lampiran 2 Identifikasi sampel famili Asteraceae

(25)
(26)
(27)

Lampiran 3 Kadar air serbuk daun dan bunga

D. rosea

Cav

Sampel Ulangan

Bobot (g) Kadar air (%b/b) Rerata kadar air (%b/b) SD Cawan kosong Contoh awal Cawan+contoh kering Contoh kering

Daun 1 1.9154 3.0109 4.6818 2.7664 8.12 8.12 0.01 2 1.9265 3.0225 4.7033 2.7768 8.13

3 1.9531 3.0248 4.7323 2.7792 8.12

Bunga 1 1.9157 3.0245 4.6543 2.7386 9.45 9.51 0.05 2 1.9260 3.0227 4.6612 2.7352 9.51

3 1.9533 3.0810 4.7400 2.7867 9.55

Contoh perhitungan kadar air:

Sampel daun

D. rosea

Cav (ulangan 1)

Bobot kering = (bobot kering bahan + bobot cawan kosong) - (bobot cawan kosong)

= 4.6818 g - 1.9154 g

= 2.7664 g

100

%

bahan

basah

bobot

kering

bobot

-bahan

basah

bobot

air

Kadar

=

100%

g 3.0109 g 2.7664 -g 3.0109

= 8.12%

n 3

i i

n

x

x

3

%

12

.

8

%

13

.

8

%

12

.

8

8

.

12

%

   3 2 1 SD n i i n x x

 

 

1

3

12

.

8

12

.

8

12

.

8

13

.

8

12

.

8

12

.

8

=

SD

2 2 2

(28)

Lampiran 4 Kadar abu serbuk daun dan bunga

D. rosea

Cav

Sampel Ulangan

Bobot (g) Kadar abu (%b/b) (%b/b) Rerata kadar abu (%b/b) SD Cawan kosong Contoh awal Cawan+contoh kering Contoh kering

Daun 1 25.2091 3.0238 25.5841 0.375 12.4 12.47 0.13 2 28.6702 3.0015 29.0419 0.3717 12.38

3 28.1068 3.0145 28.487 0.3802 12.61

Bunga 1 22.8908 3.0044 23.1133 0.2225 7.41 7.39 0.03 2 27.9965 3.0020 28.2175 0.2210 7.36

3 26.7722 3.0085 26.9951 0.2229 7.41

C

ontoh perhitngan kadar abu:

Sampel daun

D. rosea

Cav (ulangan 1)

Bobot abu

= (bobot cawan + bobot sampel) - (bobot cawan kosong)

= 25.5841 g

25.5841 g

= 0.3750 g

%

100

sampel

bobot

abu

bobot

abu

Kadar

%

100

0238

.

3

3750

.

0

%

40

.

12

n 3

i i

n

x

x

3

%

61

.

12

%

38

.

12

%

40

.

12

%

47

.

12

3 2
(29)

Lampiran 5 Rendemen ekstrak daun dan bunga

D. rosea

Cav

Bobot (g)

Faktor koreksi kadar air

Rendemen (%) Rata-rata (%b/b) SD Sampel Ulangan

Sampel

Ekstrak Ekstrak Ekstrak ekstrak

n -Heksana

Etil

asetat Metanol

n -Heksana

Etil

asetat Metanol

n -Heksana

Etil

asetat Metanol

n -heksana

Etil

asetat Metanol Daun 1 10.0028 0.2002 0.1845 1.3371 0.0812 2.18 2.01 14.55 2.12 1.94 13.89 0.01 0.09 1.29

2 10.0087 0.2013 0.1685 1.1410 0.0812 2.19 1.83 12.41 3 10.0105 0.1991 0.1815 1.3539 0.0812 2.16 1.97 14.72

Bunga 1 10.0097 0.1601 0.1601 3.6709 0.0951 1.77 1.77 40.53 1.71 1.71 40.75 0.05 0.06 0.83 2 10.0056 0.1554 0.1554 3.7733 0.0951 1.72 1.72 41.67

3 10.0008 0.1498 0.1498 3.6255 0.0951 1.66 1.66 40.06

Contoh perhitungan rendemen ekstrak

n

-heksana daun

D. rosea

Cav (ulangan 1)

100

%

sampel

bobot

air

kadar

koreksi

faktor

1

kasar

ekstrak

bobot

Rendemen

100

%

g

0028

.

10

)

0812

.

0

1

(

g

2002

.

0

2

.

18

%

n 3

i i

n

x

x

3

%

16

.

2

%

19

.

2

%

18

.

2

(30)

Lampiran 6 Contoh perhitungan IC

50

monofenolase dan difenolase ekstrak etil

asetat bunga

D. rosea

Cav

Kurva inhibisi monofenolase

y

= 12.04 ln

x

+ 14.92

50

= 12.04 ln

x

+ 14.92

ln

x

= (50

14.92) / 12.04

x

= 18.42 µg/mL (IC

50

monofenolase)

Kurva inhibisi difenolase

y

= 15.14 ln

x

48.92

50

= 15.14 ln

x

48.92

ln

x

= (50 + 48.92) /15.14

x

= 687.79 µg/mL (IC

50

difenolase)

Konsentrasi

Inhibisi (%)

(µg/mL)

monofenolase

difenolase

2000

95.38

67.90

1000

96.31

56.81

500

95.69

52.80

250

92.00

21.65

125

82.31

23.02

62.50

67.08

8.55

(31)

Lampiran 7 Kromatogram GC-MS minyak atsiri

T

.

erecta

5 . 0 0 1 0 . 0 0 1 5 . 0 0 2 0 . 0 0 2 5 . 0 0 3 0 . 0 0 3 5 . 0 0 4 0 . 0 0 2 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0 1 e + 0 7 1 . 2 e + 0 7 1 . 4 e + 0 7 1 . 6 e + 0 7 1 . 8 e + 0 7 2 e + 0 7 2 . 2 e + 0 7 2 . 4 e + 0 7 2 . 6 e + 0 7

T i m e - - > A b u n d a n c e

T I C: S A M P E L . D

Lampiran 8 Kromatogram eluen terbaik

(32)

Gambar

Tabel 1  Kadar air dan abu famili Asteraceae
Tabel 3  IC50 ekstrak n-heksana, etil asetat, metanol, dan minyak atsiri famili Asteraceae
Tabel 4  Fitokimia ekstrak kasar dengan aktivitas inhibitor tirosinase
Tabel 5  Senyawa dalam minyak atsiri bunga T. erecta
+2

Referensi

Dokumen terkait

Usai data-data tersebut terkumpul, langkah selanjutnya ialah melakukan Dalam pembuatan studi kasus ini, yang pertama kali dilakukan adalah wawancara terfokus untuk mengumpulkan

ukuran huruf, tetapi dia belum dapat menggabungkan huruf untuk menulis kata. Tahap fonemik, dalam tahap ini siswa sudah mulai mengenali prinsip- prinsip fonetik,

After graduating from the Newman School in 1913, Fitzgerald decided to stay in New Jersey to continue his artistic development at Princeton University.. He firmly

Untuk mengetahui fungsi Senandung jolo pada masyarakat Jambi di Kelurahan Tanjung Kecamatan.. Kumpeh Kabupaten

Vol.. dalam hal ketaatan, keimanan, dan kejujuran adalah sebanding. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia, balasannya disesuaikan dengan amal dan perbuatan

Apabila hasil penelitian Kawara (2002) digunakan untuk analogi, maka pada kedalaman 0 sampai dengan 1 m di area perairan waduk Jatiluhur yang mempunyai kecepatan arus kurang dari

Hasil analisis regresi linier untuk menguji hubungan fungsional /pengaruh pengawasan Camat terhadap disiplin kerja pegawai didapat persamaan regresi linier Ý = 28,107

Situasi lingkungan yang dialami dan dirasakan oleh remaja akhir baik tentang peristiwa kekerasan dalam konflik sosial maupun peristiwa sosial lainnya sangat