• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Aspek Produksi dan Ekonomi Peternakan Kelinci (Studi Kasus di Desa Gudang Kahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Aspek Produksi dan Ekonomi Peternakan Kelinci (Studi Kasus di Desa Gudang Kahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

ABSRACT

Evaluation of Production and Economic Aspects of Rabbit Farms (Case Study in Gudang Kahuripan Village, Lembang Subdistrict, West Bandung Regency)

Afif, H., S. Rahayu, and L. Cyrilla ENSD

This research aims to find and understanding the production and economic aspect of rabbits farming, and it could be one of consideration for rabbit breeders in Lembang to determine an appropriate business development strategy. The method of this research is descriptive analysis with primery and secondary data. This research was located in Gudang Kahuripan Village, Lembang Subdistrict, West Bandung Regency. Desa Gudang Kahuripan has 254.741 ha areas, elevation 1200 FBC/mld, rainfall 1,862 mm/year, and temperature 20-25 °C. Most of local people in Desa Gudang Kahuripan work as rabbit farmrs (500 rabbit farms). Evaluation of rabbit farms production aspect shows that management of rabbits business should be improved, especially about recording, drinking water of rabbits, and resources utilization. In economic aspect, financial administration on rabbit farming should be improved. Most of rabbit breeders in Desa Gudang Kahuripan got the profit business in first year. SWOT analysis is one of the strategy that use to develop rabbit breeders in Desa Gudang Kahuripan , such as : 1) organize breeding training and mentoring to increase rabbits breeders capability, 2) increasing production and quality of rabbit farming, 3) institutional strengthening, and (4) make standardization of the selling price.

(2)

13 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelinci memiliki potensi biologis dan ekonomi yang tinggi untuk Kelinci Kelinci mempunyai kemampuan berkembangbiak yang tinggi (beranak sampai 4-6 kali dalam setahun dengan kemampuan menghasilkan anak 4-10 ekor per kelahiran) sehingga menghasilkan kotoran (berupa feses dan urine) yang berpotensi sebagai penghasil pupuk. Paka kelinci berasal dari hijauan, limbah pertanian, dan limbah pangan serta dapat dipelihara pada skala rumah tangga/skala kecil oleh masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan dapat memanfaatkan daging kelinci yang bernilai gizi tinggi untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bagi masyarakat perkotaan kelinci dapat dijadikan sebagai hewan peliharaan yang mempunyai nilai jual tinggi dan sebagai ternak laboratorium bagi kalangan peneliti.

(3)

14 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aspek produksi dan ekonomi peternakan kelinci di Desa Gudang Kahuripan Kecamatan Lembang. Aspek produksi mencakup pakan, kesehatan dan penyakit, tenaga kerja, kandang dan peralatan, serta reproduksi dan aspek ekonomi mencakup analisa usaha terkait dengan pendapatan, keuntungan dan analisa SWOT

(4)

15 TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Kelinci

Ternak kelinci sudah dikenal manusia sejak jutaan tahun silam sebagai hewan peliharaan dan juga hewan konsumsi. Kelinci yang saat ini banyak diternakkan, dahulu berasal dari kelinci liar yang telah mengalami proses domestikasi. Menurut Cheeke et al. (1987), taksonomi kelinci yaitu : Kingdom : Animalia, Phylum : Chordata, Sub phylum: Vertebrata, Class: Mammalia, Ordo : Lagomorpha, Famili: Leporidae, Sub famili: Leporinae, Species: Lepus spp, Oryctolagus spp.

Kelinci mempunyai potensi biologis yang tinggi, yaitu kemampuan reproduksi yang tinggi, cepat berkembang biak, interval kelahiran yang pendek, prolifikasi yang sangat tinggi, mudah pemeliharan dan tidak membutuhkan lahan yang luas (Templeton, 1968). Keuntungan lainnya yaitu pertumbuhan yang cepat, sehingga cocok untuk diternakkan sebagai penghasil daging komersial. Kelinci penghasil daging memiliki bobot badan yang besar dan tumbuh dengan cepat, seperti Flemish Giant, Chinchilla, New Zealand White, English Spot dan lainnnya (Raharjo, 2005). Bangsa kelinci lainnya adalah penghasil wool yaitu Angora dan sebagai penghasil kulit/bulu yaitu Rex (Gillespie, 1992). Daging kelinci memiliki kadar lemak yang paling rendah dibanding ternak lainnya, seperti terlihat pada (Tabel 1). Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Beberapa Jenis Ternak

(5)

16 Di negara maju, kelinci telah dibudidayakan dalam skala rumah tangga maupun skala komersial. Tujuan pemeliharaan bermacam-macam, antara lain sebagai sumber pengadaan daging, penghasil wool dan kulit, serta sebagai ternak kesayangan atau peliharaan.

Beberapa tahun terakhir ini, minat masyarakat Indonesia terhadap ternak kelinci sebagai ternak hias atau peliharaan semakin meningkat. Namun di negara maju, kelinci sebagai ternak kesayangan telah lama diminati. Bangsa kelinci hias yang ekslusif mempunyai bentuk dan ukuran tubuh kecil, lucu serta berbulu indah, tebal, dan lembut.

New Zealand White

Jenis kelinci ini sangat mudah ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Para petani biasanya menyebut “terwelu Australi”. Berasal dari New Zealand, sehingga disebut New Zealand White (Brown, 1978).

Kelinci ini dikenal mudah dalam perawatannya. Bobot badan kelinci ini rata-rata mencapai 4,5-5,5 kg. New Zealand White bisa menghasilkan anak antara 8-12 ekor setiap dua bulan sekali. Dagingnya tebal dan bagus untuk perdagingan.

Ciri-ciri menonjol dari New Zealand White terletak pada warnanya yang putih bbersih, dengan mata merah murni (albino) dan telinga merah muda, atau berwarna hitam atau kemerah-merahan.

Gambar 1. Kelinci New Zealand White Flemish Giant

(6)

17 Usia kawin Flemish Giant mungkin tergolong lambat, yakni dapat bisa kawin di usia 8 atau bahkan 10 bulan. Produktivitas induk rata-rata dapat melahirkan 6-8 anak.

Gambar 2. Flemish Giant Angora

Kelinci ini berasal dari Inggris dan tersebar di negara-negara Eropa Timur, Jepang, Kanada, dan Amerika Serikat. Jenis Angora diminati banyak orang karena bulu tebal. Pertumbuhan bulunya sangat pesat, mencapai 2 cm setiap bulan. Kelinci ini memiliki warna putih, hitam, dan warna seperti anak rusa. Jenis Kelinci Angora agak lemah dalam fisik. Beberapa jenis kelinci Angora yaitu : Angora Inggris, Angora Prancis, Angora Satin, dan Angora Giant.

Gambar 3. Angora Rex

(7)

18 Gambar 4. Rex

Dutch

Berat badan kelinci yakni antara 1,7-2,2 kg, namun tak jarang bisa juga memiliki berat badan lebih dari 3 kg. Warna bulunya unik. Bagian belakang warna gelap, sedangkan bagian perut ke depan warnanya putih. Kelinci jenis Dutch berasal dari Belanda.

Gambar 5. Kelinci Dutch Satin

Kelinci Satin berasal dari Amerika Serikat, ditemukan pada tahun 1930-an. Bobot Satin pejantan dewasa antara 3,8-4,3 kg. Sedangkan induk betina dewasa sedikit lebih besar, rata-rata 4,2-5 kg. Warna Kelinci Satin adalah hitam, biru, california, chinchilla, coklat, perak, merah, dan lain-lain. Rata-rata induk dapat menghasilkan anak antara 7-10 anak.

(8)

19 Holand Lop dan Familinya

Kelinci ini awalnya muncul pada tahun 1949 yang berasal dari Inggis (Brown, 1978). Panjang telinga antara 10-13 cm. Kelinci Holand Lop mempunyai warna hitam, abu-abu, putih, coklat, kombinasi dua hingga tiga warna, dan kuning kecoklatan.

Selain Holand Lop, kita juga mengenal Fuzzy Lop dan Mini Lop. Fuzzy Lop memiliki banyak kesamaan dengan Holand Lop, perbedaannya terletak pada bulu Fuzzy Lop yang lebih lebat. Sedangkan Mini Lop berasal dari Jerman hasil perkawinan antara Holand Lop dengan Nederland Dwarf pada tahun 1982.

Gambar 7. Kelinci Holland Lop Himalayan

Kelinci Himalayan berasal dari Cina dan sekarang penyebarannya hampir di seluruh dunia (Brown, 1978). Produktivitasnya yang rendah (beranak 2-6) membuat populasinya juga tidak sepesat kelinci lain. Ciri-ciri yang menonjol dari kelinci ini adalah kepalanya panjang dan lancip dengan bulu putih, mata merah. Bagian telinga, wajah, kaki memiliki warna tertentu yang khas.

(9)

20 English Spot

Kelinci jenis ini berasal dari Inggris dan dikenal memiliki badan besar dengan bulu dasar putih halus dengan totol hitam, coklat, abu-abu, atau kehijauan di sekitar tubuh. Badan English Spot dewasa antara 2,5-3,9 kg. Umur rata-rata mencapai 5-8 tahun. Masa produktif induk 5,5 bulan hingga 3 tahun. Induk melahirkan rata-rata 3-5 ekor atau terkadang mencapai 6 dan 8 ekor

Gambar 9. Kelinci English Spot Aspek Teknis Usaha Peternakan Kelinci Pemilihan Bibit Ternak

Pengembangan pembibitan ternak kelinci dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui seleksi dan persilangan. Seleksi dan persilangan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan tujuan pembibitan. Sehingga program pembibitan yang sesuai dapat dilakukan menggunakan bangsa kelinci yang terbaik.

Seleksi diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan ternak-ternak tertentu bereproduksi sedangkan ternak lainnya tidak. Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan. Sehingga dengan seleksi diharapkan terjadinya peningkatan produktivitas dan keseragaman yang tinggi (Brahmantiyo dan Raharjo, 2005). Persilangan sendiri merupakan perkawinan yang dilakukan pada kelinci yang berbeda bangsanya dengan harapan diperoleh heterosis, hybrid vigour dan komplementabilitas diantara kelompok yang dipersilangkan (Brahmantiyo dan Raharjo, 2005).

(10)

21 tidak terkena penyakit, terlihat sehat dan mampu berkembang biak sebaik tetuanya. Ciri-ciri kelinci yang sehat dapat dilihat pada (Tabel 2).

Tabel 2. Ciri-ciri Kelinci Sehat

Bagian Tubuh Karakteristik

Kepala Seimbang dengan ukuran badannya Telinga Tegak, bersih, tebal, lebar, panjang, dan

tampak seimbang

Mata Bulat bercahaya, bersih, pandangan mata cerah dan jernih

Hidung dan Mulut Kering dan bersih

Kaki Kuat, kokoh, berkuku pendek, dan lurus tidak bengkok

Badan Bulat, berdada lebar, dan padat

Bulu Bersih, licin, halus, mengkilat dan rata Ekor Tegak, lurus ke atas, menempel pada

punggung Sumber : Brown, 1978

Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas ternak. Penerapan tatalaksana pemberian pakan, yang berorientasi pada kebutuhan kelinci dan ketersediaan bahan pakan, merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan produktivitas ternak kelinci secara efisien. Pemberian pakan harus mengacu kepada kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh kelinci (Muslih et al., 2005).Kelinci membutuhkan karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air. Jumlah kebutuhannya tergantung pada umur, tujuan produksi, serta laju atau kecepatan pertumbuhannya (Blakely dan Bade, 1995).

(11)

22 yang memberikan 60% konsentrat, sisanya hijauan. Kebutuhan zat gizi pakan pada kelinci dapat dilihat pada (Tabel 3).

Tabel 3. Zat Gizi Pakan Kelinci

(12)

23 mencapai 80-90% dari total ransum. Jenis-jenis hijauan yang dapat diberikan sebagai pakan kelinci diantaranya rumput lapang, daun ubi jalar, daun pisang, daun wortel, daun singkong, kobis, dan lamtoro. Sedangkan konsentrat untuk bahan pakan kelinci dapat berupa pellet (pakan buatan pabrik), atau campuran beberapa bahan pakan diantaranya dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas tapioka, bulgur, pakan starter ayam, ubi jalar dan ubi kayu. Pemilihan jenis bahan konsentrat tergantung kepada tujuan, sistem pemeliharaan dan ketersediaan bahan pakan di masing-masing daerah.

Cheeke et al. (1987) menyatakan ada dua cara pemberian pakan yaitu ad libitum dan pemberian pakan terbatas. Pemberian pakan ad libitum untuk induk kelinci dengan anak-anaknya dan kelinci sapihan. Pemberian secara terbatas dengan pengaturan waktu yang tepat akan lebih mengefisienkan dan mengefektifkan jumlah pakan yang diberikan.

Perkandangan dan Peralatan

Bangunan kandang dan peralatan perlu direncanakan untuk menghemat tenaga kerja. Bangunan kandang dan peralatan yang diperlukan tergantung pada lokasi peternakan kelinci, besar peternakan dan besar modal dalam investasi (Herman, 2002).

(13)

24 Berdasarkan penempatannya, kandang kelinci dibedakan atas kandang di dalam ruangan, kandang di luar ruangan, dan kandang yang bisa dipindah-pindah. Sedangkan berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi : (1) Kandang battery, mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi berjajar, bertingkat, atau piramid; (2) Kandang postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda; serta (3) Kandang ranch, dilengkapi dengan halaman pengumbaran.

Penyakit Kelinci

Penyakit kelinci dapat timbul akibat kurang baik dalam menjaga sanitasi kandang, pemberian pakan yang kurang dalam jumlah maupun gizinya, tertular kelinci yang sakit dan perubahan cuaca. Kelinci yang sakit mempunyai gejala seperti lesu, nafsu makan kurang, mata sayu, dan suhu badan naik turun. Kelinci yang menunjukkan gejala seperti itu sebaiknya dipisahkan di kandang karantina untuk dirawat terpisah. Beberapa penyakit yang sering menyerang kelinci yang menimbulkan kematian antara lain enteritis complex, pasteurellosis, young doe syndrome, scabies, dan coccidioses (Farrell dan Raharjo, 1984). Penyakit lain yang biasa menyerang kelinci adalah pilek, sembelit, pneumonia, kudis, dan kanker telinga. Ternak kelinci yang sudah terkena penyakit, sebaiknya dipisahkan dari ternak lainnya (Suryani, 2002).

Reproduksi dan Perkawinan

Cheeke et al. (1987) menyatakan bahwa pejantan dapat dikawinkan setiap hari, tetapi sebaiknya dikawinkan 3-4 kali dalam seminggu. Satu ekor pejantan cukup untuk mengawini 10-15 ekor betina dewasa. Data biologi kelinci tertera pada (Tabel 4).

Tabel 4. Data Biologis Kelinci

Data Biologi Karakteristik

Lama hidup 5-10 tahun

Lama produksi 1-3 tahun

(14)

25 Lama penyapihan 6-8 minggu

Umur dewasa / dewasa kelamin 4-10 bulan Umur dikawinkan 6-12 bulan

Kawin sesudah beranak Satu minggu setelah anak disapih

Siklus birahi Sekitar dua minggu Jumlah anak lahir 4-10 ekor

Bobot dewasa Sangat bervariasi,

tergantung ras dan jenis Sumber : Brown, (1978)

Tenaga Kerja

Kegiatan pokok dari tenaga kerja dalam suatu usaha peternakan adalah pemberian pakan dan pembersihan kandang. Kegiatan lain seperti pengawasan dan pencegahan penyakit hanya merupakan pendukung. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu peternakan sebaiknya disesuaikan dengan skala usaha, karena berdampak pada biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Irwansyah (1993), curahan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menangani satu ekor induk dan enam ekor kelinci muda lepas sapih sebesar 0,081 HKP/ hari. Curahan tenaga kerja tersebut meliputi kegiatan menyabit rumput, membersihkan kandang, merawat kandang, membuat pellet, memberi makan, dan tidak termasuk membuat mesin pembuat pellet.

Aspek Ekonomi Usaha Peternakan Kelinci Analisis Usaha

Analisis secara teknis berhubungan dengan faktor produksi (input) dan hasil produksi (output) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Tujuan penelitian secara teknis adalah untuk menilai apakah usaha itu layak (feasible) dari segi teknis meliputi proses produksi, lokasi usaha, kebutuhan, skala usaha, dan lain-lain (Purba, 1997).

(15)

26 digunakan untuk pembayaran dan yang disimpan. Penerimaan usahatani dipengaruhi total produksi dan harga pasar yang berlaku.

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2009).

Analisis matriks SWOT merupakan salah satu alat analisis untuk mencocokkan antara elemen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Proses pemaduan dan pencocokan ini sangat penting karena proses ini bertujuan untuk menentukan alternatif strategi yang dipilih berdasarkan elemen-elemen tersebut (Andika, 2010). Matriks SWOT dapat dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu (1) identifikasi terhadap kekuatan internal yaitu kelebihan atau keunggulan relatif perusahaan terhadap pesaing, serta kelemahan internal yaitu keterbatasan atau kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan, (2) identifikasi peluang yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan dan ancaman yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam perusahaan (Chadizaviary, 2010). Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan (Rangkuti, 2009). Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu kasus sehingga dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis, seperti yang terlihat pada (Tabel 5).

Tabel 5. Matriks SWOT

(16)

27

Strategi SO. Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang,

Strategi WO. Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang,

Strategi ST. Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, dan

Strategi WT. Menciptakan strategi yang dapat meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman (Soleh, 2009).

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

(17)

28 Materi

Bahan yang digunakan yaitu ternak kelinci dengan berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin yang dimiliki oleh 17 peternak yang berada di sepanjang Jalan Raya Lembang-Bandung di Desa Gudang Kahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Peralatan yang digunakan meliputi alat tulis, kamera, dan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan.

Prosedur

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi kasus untuk mengevaluasi aspek produksi dan ekonomi peternakan kelinci yang bersifat deskriptif analisis. Studi kasus adalah studi yang intensif dan terperinci mengenai suatu objek, untuk menggambarkan atau memecahkan masalah secara sistematis, faktual dan akurat.

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung dengan peternak. Wawancara yang dilakukan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari laporan desa setempat serta berbagai literatur lain yang relevan dengan topik penelitian.

Data dalam penelitian ini adalah :

1. Identitas peternak meliputi nama, umur, latar belakang pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pekerjaan.

2. Identitas ternak, meliputi jumlah ternak, jenis kelamin, umur, dan jenis ternak kelinci.

3. Jumlah pakan dan air minum yang diberikan, meliputi sistem pemberian air minum, jenis pakan (hijauan maupun pelet / konsentrat), perbandingan antara pemberian hijauan dan konsentrat, frekuensi pemberian, dan jumlah yang diberikan per hari.

4. Sistem perkandangan, meliputi bentuk kandang (individu atau kelompok), ukuran kandang, keadaan sekitar kandang, jenis bahan, frekuensi pembersihan, dan biaya pembuatan serta perawatan kandang.

(18)

29 6. Reproduksi dan perkawinan, meliputi frekuensi beranak, perbandingan jantan dan betina, umur indukan afkir, umur sapih, litter size, sex ratio, serta cara pengawinan.

7. Pengendalian penyakit, meliputi penyakit yang menyerang ternak, cara mengobati, dan pencegahannya.

8. Tenaga kerja, meliputi jumlah tenaga kerja yang digunakan, upah, jumlah jam kerja, dan latar belakang tenaga kerja

Analisis Data

Data atau hasil wawancara yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan analisis SWOT. Analisis data secara deskriptif kualitatif dilakukan untuk mengembangkan hubungan personal langsung dengan subyek penelitian, sehingga dapat memperoleh pemahaman secara jelas tentang realitas sosial ataupun kondisi nyata kehidupan dan perilaku yang dimunculkan peternak.

Selain itu menggunakan juga analisis finansial untuk menghitung seluruh pengeluaran dan pemasukan usaha, kemudian menghitung keuntungan dengan rumus

P = B – C

P = keuntungan yang diperoleh B = manfaat / penerimaan usaha C = biaya usaha

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian

(19)

30 (Kecamatan Sukasari), sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wangunsari (Kecamatan Lembang), dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cihideung (Kecamatan Parongpong).

Gambar 10. Peta Desa Gudang Kahuripan

Peternak-peternak kelinci yang berada di Desa Gudang Kahuripan tersebar di beberapa Kampung (Kp), antara lain Kp Batureok, Kp Babakan Laksana, Kp Andir, Kp Cihideung, Kp Pasirwangi, dan Kp Pasirjati. Pusat pemasaran ternak kelinci yang paling besar yaitu terletak di Kp Andir, karena berada di Jl Raya Lembang (Jalur Bandung-Subang) yang mempunyai akses yang lebih mudah untuk memasarkan ternak kelinci. Desa Gudang Kahuripan mempunyai prospek yang cerah untuk pemasaran ternak kelinci karena sebagai daerah tujuan wisata dan kondisi geografis yang mendukung.

(20)

31 yang mendapat pakan rumput lapang (Sari, 2007). Data geografis Desa Gudang Kahuripan dapat dilihat pada (Tabel 6).

Tabel 6. Kondisi Geografis Desa Gudang Kahuripan

Uraian Data

Luas daerah (ha) 254,741

Ketinggian dari permukaan laut

(dpl/mdl) 1200

Curah hujan (mm/thn) 1,862

Jumlah bulan hujan (bulan) 5

Kelembaban (%) 70

Suhu rata-rata (oC) 20-25

Sumber : Desa Gudang Kahuripan Dalam Angka Tahun 2010

Karakteristik Peternak Kelinci Kelompok Peternak Kelinci

(21)

32

Gambar 11. Asosiasi Kelompok Peternak Kelinci Identitas Peternak

Peternak kelinci di daerah Lembang khususnya di Desa Gudang Kahuripan dahulu tidak sebanyak sekarang. Hanya beberapa orang saja yang beternak kelinci, itu pun disebabkan hobi dan kecintaannya pada kelinci. Sampai pada awal tahun 1990 an, warga Desa Gudang Kahuripan mulai banyak yang beternak kelinci karena cara pemeliharaannya yang mudah dan menghasilkan penghasilan tambahan dari penjualan ternak kelinci. Ditambah lagi, letak Desa Gudang Kahuripan yang strategis sehingga memudahkan peternak untuk mendapatkan konsumen.

Jumlah penduduk Desa Gudang Kahuripan pada tahun 2010 mencapai 12062 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebesar 6206 jiwa dan perempuan 5854 jiwa. Sebanyak 804 jiwa mempunyai mata pencaharian sebagai peternak. Peternak yang dimaksud tidak hanya peternak kelinci saja, tetapi juga jenis ternak lainnya. Jumlah populasi kelinci di Desa Gudang Kahuripan mencapai 8000 ekor yang dimiliki oleh sekitar 500 peternak. Hal ini membuktikan beternak kelinci sudah menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk Desa Gudang Kahuripan dan menjadikannya salah satu sentra kelinci di Indonesia.

(22)

33 Tabel 7. Identitas Responden dan Data Kependudukan Desa Gudang Kahuripan

Uraian Peternak (orang)

Persentase (%)

Jumlah Penduduk

(orang)

Jenis Kelamin

Laki-laki 13 76,5 6206

Perempuan 4 23,5 5854

Umur (thn)

26-35 1 5,9 1822

36-45 10 58,9 1738

46-55 6 35,2 1408

Pendidikan

SD 5 29,4 1750

SMP 11 64,7 2151

SMA 1 5,9 1420

D1 241

D2 95

D3 126

S1 57

S2 34

S3 10

(23)

34

Petani 212

Peternak 17 100 804

Wiraswasta 157

PNS 402

Buruh 178

Sumber : Desa Gudang Kahuripan Dalam Angka Tahun 2010

Kisaran umur yang banyak menjadi peternak yaitu di umur 36-45 tahun (10 orang atau 58,9%) dan 46-55 tahun (6 orang (35,2%). Padahal jika dilihat pada jumlah populasi penduduk, paling banyak pada kisaran umur produktif 26-35 tahun (hanya 1 orang atau 5,9 %). Hal ini diakibatkan para pemuda di Desa Gudang Kahuripan lebih senang mencari pekerjaan di luar desa dan menunjukkan bahwa dunia peternakan / pertanian belum menarik bagi mereka.

Indikator dari tingkat pendidikan menunjukkan peternak kelinci didominasi oleh lulusan SMP sebanyak 11 orang (64,7%), lalu lulusan SD sebanyak 5 orang (29,4%), dan yang terakhir lulusan SMA sebanyak 1 orang (5,9%). Hal ini sesuai dengan jumlah populasi penduduk terbanyak dengan lulusan SMP, selanjutnya lulusan SD, dan yang terakhir lulusan SMA. Di Desa Gudang Kahuripan, warga yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi lebih banyak mencari pekerjaan di luar desa. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan formal akan mempengaruhi laju penyerapan inovasi (teknologi), perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan keadaan lainnya sehingga akan berpengaruh dalam usaha pemeliharaan ternak oleh peternak (Sari, 2007).

(24)

35 Tipe Peternak

Peternak-peternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan mempunyai tiga tipe yaitu sebagai peternak, sebagai pedagang/pengumpul, atau sebagai peternak sekaligus pedagang/pengumpul.

Tipe Peternak. Tipe peternak merupakan tipe yang tidak dapat di lokasi penelitian, tetapi tipe ini banyak terdapat di pedalaman Desa Gudang Kahuripan. Pemasaran ternak kelinci tipe ini banyak dibantu oleh pedagang/pengumpul. Jadi mereka memelihara ternak kelinci, setelah itu dijual ke pedagang/pengumpul. Tipe peternak ini tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga jual, tetapi elebihannya adalah mereka dapat mempunyai kelinci dengan kualitas bagus karena ikut memelihara kelinci.

Tipe Pengumpul. Tipe ini tidak terdapat di lokasi penelitian. Tipe ini tidak mempunyai kandang dan ternak kelinci. Mereka hanya bekerja (mencari kelinci) setelah mereka mendapat pesanan. Mereka membeli kelinci untuk dijual kembali dari peternak-peternak rakyat yang berada di pedalaman dengan harga rendah dan menjual ke konsumen dengan harga yang tinggi. Kelemahan tipe ini adalah mereka tidak selalu mendapatkan kelinci dengan kualitas bagus karena tidak ikut memeliharanya.

Tipe Peternak Sekaligus Pedagang. Semua peternak di lokasi penelitian semuanya sebagai peternak sekaligus pedagang. Mereka beternak sendiri lalu langsung menjualnya ke konsumen. Sehingga mereka mendapatkan kelinci dengan kualitas yang unnggul dan harga yang cocok dari konsumen. Tetapi saat kekurangan persediaan ternak kelinci, para peternak ini juga mengambil ternak ke peternak-peternak rakyat ataupun lewat pengumpul. Peternak seperti ini tersebar di sepanjang jalan Lembang-Bandung. Kendala tipe seperti adalah dibutuhkan modal yang besar untuk memelihara ternak kelinci sekaligus untuk menyewa tempat.

Aspek Produksi Usaha Peternakan Kelinci Pemilihan Bibit Ternak

(25)

36 dan Raharjo (2005), hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembibitan adalah adanya catatan (recording), baik catatan tetua (induk dan pejantan) maupun catatan anak. Peternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan belum melakukan pencatatan secara teratur dan benar. Peternak hanya menggunakan cara mengingat-ingat dan menulisnya di kandang dengan menggunakan pensil dalam pencatatan (recording).

Bibit ternak mempunyai peranan yang sangat strategis dalam proses produksi ternak, sehingga dalam perkembangannya diperlukan selain kuantitas juga kualitas bibit ternak untuk memenuhi kebutuhan. Proses pembibitan dapat dilakukan dengan cara seleksi. Seleksi dapat dilakukan untuk mengetahui tujuan pembibitan. Kriteria yang diseleksi mempunyai kriteria seperti bobot hidup, bentuk badan proporsional, telinga tegak, dan mata cerah (Raharjo, 2005). Pelaksanaan seleksi di Desa Gudang Kahuripan selengkapnya dapat dilihat pada (Tabel 8).

Tabel 8. Pelaksanaan Seleksi Pelaksanaan

Seleksi

Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

Melakukan seleksi 3 17.6

Tidak melakukan

seleksi 14 82,4

Jumlah 17 100

(26)

37 Sedangkan peternak yang sudah melakukan seleksi biasanya menggunakan metode seleksi individu yang berbasis atas performa individu secara kuantitatif dan catatan kesehatan ternak. Informasi dari peternak didapatkan dari bahan bacaan terkait ternak kelinci dan berasal dari informasi mahasiswa yang melakukan kegiatan magang di peternakan kelinci peternak.

Gambar 13. Bibit Kelinci Unggulan Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas ternak. Pakan sendiri merupakan biaya produksi terbesar dalam pemeliharaan ternak (60%-70%). Pemberian pakan berdasarkan ketersediaan sumber bahan pakan yang meliputi pemilihan jenis bahan pakan, pemenuhan jumlah kebutuhan, dan pengaturan pola pemberian pakan, produktivitas ternak kelinci dapat ditingkatkan (Sudaryanto et al., 1984). Menurut Blakely dan Bade (1995), kelinci membutuhkan karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air. Jumlah kebutuhannya tergantung pada umur, tujuan produksi, serta laju atau kecepatan pertumbuhannya. Salah satu jenis pakan yang sering digunakan peternak kelinci adalah konsentrat (dalam bentuk pellet) dan hijauan. Jenis pakan yang diberikan peternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan dapat dilihat pada (Tabel 9).

Tabel 9. Jenis Pakan Kelinci

Jenis Pakan Jumlah Peternak

(orang)

Persentase (%)

(27)

38 Hijauan (Rumput)

Konsentrat (Pellet)+Hijauan (sayuran+rumput)

6 35,3

Jumlah 17 100

Warga Desa Gudang Kahuripan tidak menggunakan pakan dari ampas tahu seperti kebanyakan peternak kelinci rakyat pada umumnya. Hal ini disebabkan karena ketersediaan ampas tahu tidak mencukupi, padahal ampas tahu mempunyai kandungan serat yang relatif tinggi dan harga yang relatif murah sehingga dapat menekan biaya produksi. Tabel 11 menunjukkan bahwa peternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan semuanya menggunakan pellet dan hijauan yang berupa limbah sayuran serta rumput. Harga pellet antara Rp 10.000,00 –Rp12.000,00/kg, sedangkan harga hijauan antara Rp 10.000,00 - Rp 15.000,00/karung.

(28)

39 anakan sebanyak 25 g/ekor/hari. Pellet yang digunakan, didapat peternak dari membeli pada salah satu peternak yang memproduksi pellet.

Hijauan yang diberikan berasal dari rumput lapang atau limbah sayuran yang berasal dari sekitar lokasi peternakan. Hijauan diberikan secara tidak terbatas (ad libitum), hal ini dikarenakan kelinci termasuk binatang malam (noctural), dimana aktivitasnya lebih banyak dilakukan pada malam hari, maka pemberian volume pakan terbanyak pada sore hari sampai malam hari. Pemberian hijauan sebanyak 2 kg/ekor/hari untuk kelinci dewasa dan 1 kg/ekor/hari untuk anak kelinci. Hijauan yang diberikan dalam bentuk yang sudah dilayukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ensminger (1991), bahwa hijauan yang akan dberikan sebaiknya dilakukan pelayuan terlebih dahulu. Melalui proses pelayuan zat toksik yang terkandung pada hijauan dapat dikurangi. Selain itu pelayuan dapat menurunkan kadar air hijauan yang sangat basah, dimana hijauan yang basah dapat mengakibatkan kembung (bloat) dan mencret (enteritis) pada kelinci (Belanger, 1977).

Pemberian pakan secara berangsur-angsur dengan pengaturan waktu yang tepat akan lebih mengefisienkan dan mengefektifkan jumlah pakan yang diberikan. Pemberian pakan di lokasi penelitian sebagian besar dilakukan setiap dua kali sehari yaitu sejumlah 11 peternak (64,7%), sedangkan 6 peternak (35,3%) melakukan pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari dan tidak ada peternak yang memberikan pakan setiap satu kali sehari. Peternak yang memberikan pakan dua kali sehari setiap pukul 08.00 WIB dan pukul 17.00 WIB, sedangkan yang memberikan tiga kali sehari setiap pukul 08.00 WIB, pukul 13.00 WIB, dan pukul 19.00 WIB. Menurut penelitian Harsojo dan Lestari (1988), kelinci yang diberi pakan dari pukul 18.00 – 06.00 WIB bobot badannya lebih tinggi dibanding kelinci yang diberi pakan dari pukul 06.00–18.00 WIB karena kelinci termasuk binatang malam (nocturnal), dimana aktivitasnya banyak dilakukan pada malam hari. Frekuensi pemberian pakan selengkapnya dapat dilihat pada (Tabel 10).

(29)

40

Satu kali sehari 0 0

Dua kali sehari 11 64,7

Tiga kali sehari 6 35,3

Jumlah 17 100

Gambar 14. Pelet dan Hijauan Kelinci

Air minum merupakan salah satu faktor penting yang harus diberikan kepada kelinci. Pemberian air minum dapat dilakukan dengan menyediakan tempat minum pada masing-masing kandang. Bentuk tempat minum pada peternakan rakyat biasanya terbuat dari semen yang bentuknya sama dengan tempat pakan, sedangkan pada peternakan yang intensif sistem nipple digunakan pada masing-masing kandang.

(30)

41 Frekuensi

Pemberian

Jumlah Peternak

(orang) Persentase (%)

Melakukan 1 5,9

Tidak melakukan 16 94,1

Jumlah 17 100

Gambar 15. Air Minum Kelinci Perkandangan

Bangunan kandang dan peralatan yang diperlukan tergantung pada lokasi peternakan, besar peternakan, dan besar modal. Kandang didesain agar mudah dipakai, mudah untuk pengawasan dan ternak merasa cocok serta mudah untuk membersihkan kotoran. Menurut Widagdho (2008), kandang sebagai tempat perkembangbiakan sebaiknya memiliki suhu berkisar antara 15-20 oC, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Jenis, bahan, model, dan tata letak kandang pada lokasi penelitian dapat dilihat pada (Tabel 12).

Tabel 12. Jenis Bahan, Model dan Letak Kandang

Uraian Jumlah Responden

(orang)

Persentase (%)

(31)

42 Model kandang

Battery 16 94,1

Battery dan Postal 1 5,9

Bahan Kandang

Bambu + Kayu 0 0

Kawat + Bambu +

Kayu 17 100

Letak Kandang

Di dalam bangunan 17 100

Di luar bangunan 0 0

Jenis Kandang

Kandang Individu 17 100

Kandang Koloni 0 0

Tabel 12 menunjukkan bahwa peternak kelinci di lokasi penelitian sebagian besar menggunakan kandang berbentuk battery (94,1%) serta hanya satu peternak yang menggunakan kandang berbentuk battery dan postal. Kandang battery milik peternak dibentuk menjadi dua tingkat sehingga dapat menghemat tempat dan biaya. Kandang battery diisi satu ekor kelinci tiap kotaknya, sedangkan kandang postal digunakan untuk induk dan anakan sebelum lepas sapih.

(32)

43 Seluruh responden (100%) meletakkan kandangnya di dalam bangunan untuk menghindari gangguan kesehatan ternak kelinci, sekaligus untuk menghindari binatang pemangsa/predator. Peternak meletakkan kelincinya di luar hanya sebagai contoh yang ditunjukkan ke konsumen. Peternak kelinci mempunyai tempat berjualan/kios berada di pinggir jalan raya.

Jenis kandang pada lokasi penelitian semuanya merupakan kandang individu. Kandang koloni hanya digunakan pada kelinci induk dan anaknya yang belum lepas sapih. Biaya pembuatan kandang sebesar Rp. 50.000,00 - Rp. 60.000,00 per kotak. Secara keseluruhan biaya pembuatan kandang tergantung pada jenis bahan yang digunakan dan jumlah kotak yang diinginkan peternak.

Kebersihan merupakan syarat mutlak bagi peternak kelinci, baik itu kebersihan pada ternak kelincinya sendiri atau pun kebersihan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud di sini merupakan kandang kelinci. Pengelolaan kandang bertujuan untuk sanitasi dan kerapihan. Kotoran yang menumpuk dan sisa pakan dapat memicu timbulnya bibit penyakit yang akan menyerang pada ternak kelinci. Oleh karena itu pembersihan kandang mutlak dilakukan oleh peternak kelinci. Frekuensi pembersihan kandang pada lokasi penelitian dapat dilihat pada (Tabel 13). Tabel 13. Frekuensi Pembersihan Kandang

Frekuensi Jumlah Responden (orang)

Persentase (%)

1 kali / hari 17 100

2 kali / hari 0 0

1 kali / minggu 0 0

1kali / bulan 0 0

Jumlah 17 100

(33)

44 melakukan pembersihan kandang satu kali pada waktu pagi hari. Peternak melakukan pembersihan sendiri atau membayar karyawan untuk membersihkan. Pembersihan kandang meliputi pembersihan kotoran dan air kencing kelinci serta sisa-sisa pakan. Penjagaan kandang dilakukan oleh peternak sendiri. Kandang yang berada di lokasi penelitian sudah cukup baik karena kebersihan kandang, ventilasi, serta bentuk kandang sangat diperhatikan. Menurut Sari (2007), bangunan kandang harus mempunyai fentilasi yang baik agar suasana di dalamnya cukup segar dengan cahaya yang cukup terang.

Gambar 16. Kandang Kelinci Reproduksi dan Perkawinan

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Menurut Williamson dan Payne (1993), kesulitan beradaptasi dengan lingkungan akan menyebabkan turunnya produktivitas yang berpengaruh langsung terhadap reproduksi dan perkawinan.

(34)

45 kembali seminggu kemudian. Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan kembali kelinci betina ke dalam kandang pejantan. Apabila betina menolak atau tidak mau dikawini pejantan, berarti kemungkinan besar betina bunting.

Dewasa Kelamin. Umur dewasa kelamin kelinci di lokasi penelitian rata-rata 6 bulan. Menurut Lebas et al. (1986) dicapai kelinci pada umur 4-8 bulan tergantung bangsa, pakan, dan kesehatan. Kelinci jantan lebih lambat mencapai dewasa kelamin meskipun telah memperlihatkan aktivitas sekseual pada umur dini.

Lama Bunting. Menurut Cheeke et al. (1987), lama bunting kelinci pada umumnya adalah 31 hari, sedangkan pada lokasi penelitian lama bunting 30 hari. Kebuntingan dipengaruhi oleh sterilitas, umur induk, kondisi hewan, kebuntingan palsu, perlakuan selama kebuntingan, makanan, penyakit, dan daya tahan fetus (Templeton, 1968). Litter Size dan Frekuensi Beranak. Jumlah anak sepelahiran (litter size), menurut Fielding (1991), umumnya 8-10 ekor sedangkan di lokasi penelitian 6 ekor. Frekuensi beranak tiap tahunnya mencapai 4-6 kali, sama dengan hasil yang didapatkan Limbong (2008). Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, musim, umur induk, periode beranak dan ras. Musim dingin induk kelinci menghasilkan litter size lebih banyak dan bobot hidup yang lebih berat dari pada musim panas. Penyapihan. Penyapihan pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa peternak umumnya dilakukan selama 50-60 hari. Hasil tersebut tidak berbeda dari hasil penelitian Sastrodihardjo (1985), yang menyatakan bahwa 43 % peternak melakukan penyapihan anak kelinci setelah 40-60 hari. Penyapihan yang lebih cepat dapat menyebabkan anak kelinci kekurangan susu, sehingga menyebabkan pertumbuhan anak kelinci tidak optimal (Rosita, 2002).

(35)

46 Sex Ratio. Perbandingan jenis kelamin pada satu kelahiran (sex ratio) pada lokasi penelitian adalah 40:60 (kelinci jantan : kelinci betina). Menurut Suryani (2002), sex ratio antara anak jantan dan betina adalah 40:60, betina lebih banyak dihasilkan dari pada jantan. Sedangkan pada lokasi penelitian perbandingan kelinci jantan dan betina yaitu 1:5-10. Hal tersebut sesuai dengan Cheeke et al. (1987), satu ekor kelinci jantan dewasa bisa dikawinkan dengan 10-15 ekor betina dewasa. Umur kelinci produktif di lokasi peternakan yaitu 3-4 tahun. Hal tersebut berarti setelah umur indukan melebihi 3-4 tahun, kelinci tersebut akan diafkir. Menurut Cheeke et al.(2004), kelinci berusia di atas tiga tahun sudah tidak produktif lagi karena kemampuan reproduksinya sudah sangat rendah. Rekapitulasi hasil reproduksi dan perkawinan selengkapnya dilihat pada (Tabel 14).

Tabel 14. Rekapitulasi Reproduksi dan Perkawinan di Lokasi Penelitian

Sifat Reproduksi Lokasi

Penelitian Literatur Dewasa kelamin

(bulan) 6 4-8 (Lebas et al., 1986)

Lama bunting (hari) 30 31 (Cheeke et al., 1987)

Litter size (ekor) 6 8-10 (Fielding, 1991)

Penyapihan (hari) 60 40-60 (Sastrodihardjo, 1985)

Pengawinan kembali

(hari) 7-10 7-15 (Sari, 2007)

Sex

ratio/jantan:betina (ekor)

40:60 40:60 (Suryani, 2002)

(36)

47 beranak(kali/tahun)

Pengendalian Penyakit

Kebersihan kelinci berhubungan erat dengan kesehatan kelinci. Kesehatan kelinci meliputi pemeriksaan dan perawatan secara berkala. Pemeriksaan dilakukan salah satunya dengan mengamati ternak kelinci, apabila ada seekor ternak kelinci yang sakit maka segera dilakukan pemisahan agar kelinci yang lain tidak tertular. Penyakit sendiri dapat dideteksi oleh peternak sendiri atau pun mendatangkan dokter hewan. Beberapa penyakit yang sering menyerang kelinci yang menimbulkan kematian antara lain enteritis complex, pasteurellosis, young doe syndrome, scabies, dan coccidioses (Farrell dan Raharjo, 1984). Penyakit yang menyerang di lokasi penelitian adalah kembung dan scabies. Penyakit tersebut bisa diakibatkan salah satunya kurangnya tingkat kebersihan di peternak kelinci ataupun suhu dalam kandang kelinci yang lembab. Peternak kelinci biasanya menggunakan obat merk wormectin yang digunakan untuk penyakit scabies, sedangkan untuk penyakit kembung biasanya diberikan obat minyak adas dan minyak kelapa. Peternak kelinci tidak menggunakan obat-obatan herbal untuk menanggulangi penyakit, padahal di sekitar peternakan banyak terdapat tanaman-tanaman yang dapat digunakan sebagai obat. Hal tersebut dapat diakibatkan kurangnya pengetahuan peternak dalam menangani penyakit kelinci.

Gambar 17. Penyakit dan Obat Kelinci

(37)

48 diperlukan lainnya adalah pemotongan kuku kelinci. Karena kuku yang memanjang akan membahayakan manusia yang akan memegang atau pun anak kelinci. Kelinci di lokasi penelitian tidak dimandikan dikarenakan para peternak tidak mempunyai alat pengering.

Ternak kelinci yang mati karena terkena penyakit langsung dikubur atau dibakar. Rata-rata tiap hari pasti ada ternak kelinci yang mati di tiap pedagang dengan persentase mencapai 10%. Hal tersebut berarti perwatan kelinci di lokasi penelitian cukup bagus, karena menurut Raharjo (2005) derajat kematian anakan kelinci cukup tinggi yaitu antara 20%-25%. Kematian ternak kelinci di lokasi penelitian menyerang pada kelinci anakan yang disebabkan penyakit kembung dan kurang intensif peternak dalam memelihara khususnya dalam pemberian pakan. Selain itu penyebab lainnya adalah adanya predator seperti tikus.

Tindakan pencegahan yang dilakukan peternak untuk mengatasi penyakit adalah sanitasi dan ventilasi yang lebih baik (Suryani, 2002). Selain itu untuk mengatasi gangguan predator yaitu dengan menempatkan kelinci dalam kandang secara benar dan melakukan penjagaan.

Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu peternakan sebaiknya disesuaikan dengan skala usaha, karena berdampak pada biaya produksi yang dikeluarkan. Penggunaan tenaga kerja di suatu peternakan di evaluasi dengan membandingkan antara jumlah ternak yang dipelihara dalam satuan ternak (ST), dengan jumlah tenaga kerja dalam satuan Hari Kerja Pria Dewasa (HKP/hari). Pemakaian satuan ternak yang digunakan adalah sapi betina dewasa sebagai satuan dasar dan begitu juga ternak lain dikaitkan dengan dasar satuan tersebut (Gittinger, 1986). Data penggunaan tenaga kerja pada lokasi penelitian selengkapnya dapat dilihat pada (Tabel 15).

Tabel 15. Penggunaan Tenaga Kerja di Lokasi Penelitian Jumlah Tenaga Kerja

(orang)

Jumlah Peternak

(38)

49

Satu 5 29,4

Dua 5 29,4

Tiga 7 41,2

(39)

50 Gambar 18. Tenaga Kerja

Aspek Ekonomi Usaha Peternakan Kelinci Analisis Usaha

Analisis secara teknis berhubungan dengan input (faktor produksi) dan output (hasil produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Menurut Purba (1997), tujuan penilaian secara teknis adalah untuk menilai apakah usaha itu layak dari segi teknis meliputi proses produksi, lokasi usaha, kebutuhan, skala usaha, dan lain-lain. Analisis usaha budidaya kelinci di Desa Gudang Kahuripan dapat dihitung dengan melihat penerimaan usaha dan biaya produksi. Analisis usaha tersebut didapat dari ke 17 peternak di lokasi penelitian yang terbagi dalam beberapa skala usaha.

Usahatani ternak kelinci yang dilakukan peternak Desa Gudang Kahuripan merupakan pekerjaan utama bukan sambilan. Jumlah ternak berkisar antara 12 ekor sampai 600 ekor. Adapun jenis ternak adalah rex, angora, flemish giant, new zealand white, satin, dan persilangan kelinci lokal dan impor (lion). Data jumlah peternak yang terbagi menurut skala usaha dapat dilihat pada (Tabel 16).

Tabel 16. Data Jumlah Peternak menurut Skala Usaha Skala Usaha

(ekor)

Jumlah Peternak (orang)

< 40 3

(40)

51

≥ 240 1

Penerimaan Usaha

Penerimaan usaha merupakan selisih antara nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi. Penerimaan usaha diperoleh dari penjualan ternak kelinci (indukan dan anakan), pellet, tempat pakan dan minum, dan kandang. Data penerimaan usaha pada tahun pertama yang didapatkan peternak dapat dilihat pada (Tabel 17).

Tabel 17. Penerimaan Usaha (Tahun Kedua)

(41)

52

Tabel 17 menunjukkan penerimaan terbesar di dapat dari penjualan kelinci yaitu anak dan indukan. Penerimaan terbesar selanjutnya didapat dari penjualan pellet, kandang, dan tempat pakan. Harga kelinci di lokasi peternakan berkisar antara Rp 11.000,00-Rp 30.000,00/ekor untuk anak kelinci yang lepas sapih dan untuk indukan (kelinci jantan atau betina) Rp 250.000,00-Rp 1.000.000,00/ekor tergantung jenis dan umurnya dengan penjualan antara 20-200 ekor/minggu untuk anak kelinci dan 5-20 ekor/minggu untuk indukan. Sedangkan untuk pellet, harganya berkisar antara Rp 5.000,00-Rp 15.000,00/kg tergantung kandungan nutrisi yang terdapat dalam pellet tersebut dengan penjualan antara 10-50 kg/ minggu. Kandang kelinci yang dijual terbuat dari kayu yang dijual dengan harga Rp 35.000,00-Rp60.000,00/kadang tergantung ukuran dengan penjualan tiap minggunya antara 5-20 kandang masing-masing peternak. Sedangkan untuk tempat pakan dan air minum hanya tiga peternak yang menjual dengan penjualan tiap minggunya anatara 5-20 tempat pakan & minum dengan harga antara Rp 15.000,00-Rp 25.000,00 tergantung ukuran dan bahan. Peternak dengan skala usaha >240 ekor mempunyai jumlah total penerimaan terbesar. Konsumen di lokasi penelitian tersebut berasal dari dalam maupun luar kota. Konsumen membeli kelinci untuk dijadikan hewan peliharaan (hobiis) dan untuk dijual kembali. Konsumen yang membeli untuk dijual kembali berasal dari luar kota Bandung dengan pembelian kelinci yang skalanya besar.

(42)

53 Biaya produksi terdiri dari biaya variabel tetap dan biaya tetap total. Biaya variabel terdiri atas biaya pembuatan kandang dan peralatan, pembelian bibit, biaya pakan, obat-obatan, tenaga kerja, dan biaya sewa kios. Bunga pinjaman tidak termasuk dalam biaya peubah total karena menggunakan modal pribadi untuk usahanya. Biaya peubah total terbesar terdapat pada skala usaha lebih dari 240 ekor. Biaya peubah total dalam bentuk investasi dan biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan peternak-peternak pada tahun pertama. Total biaya sudah termasuk biaya penyusutan kandang dan peralatan. Biaya yang paling besar terdapat pada pembelian pakan dan pembelian bibit ternak. Pakan berupa pellet dengan harga antara Rp 4.500,00 - Rp 10.000,00/kg dan hijauan dengan harga Rp 15.000,00 /karung. Sedangkan pembelian bibit ternak kelinci harganya Rp 250.000,00/ekor. Biaya listrik & air serta sewa kios masing-masing Rp 480.000,00/tahun dan Rp1.800.000,00/tahun. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari saudara atau tetangga dari peternak sendiri dengan upah Rp 300.000,00 - Rp500.000,00/orang/bulan. Obat-obatan yang digunakan berupa obat untuk scabies, kembung, dan juga vitamin yang diberikan setiap minggunya dengan jumlah pengeluaran per bulan mencapai Rp 100.000,00 - Rp 200.000,00. Biaya variabel pada lokasi penelitian selengkapnya dapat dilihat pada (Tabel 18).

Tabel 18. Biaya Produksi (Tahun Kedua)

Skala Usaha (ekor) Jumlah Peternak (orang)

Total (Rp .000,-)

< 40 3 82.296

40 ≤ SK < 80 10 190.947

80 ≤ SK < 120 2 286.307

120 ≤ SK < 160 0 0

(43)

54 Biaya tetap total terdiri dari biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan. Biaya tetap peternakan kelinci di lokasi penelitian selengkapnya dapat dilihat pada (Tabel 19).

Tabel 19. Biaya Tetap (Tahun Kedua)

(44)

55 Tabel 19 menunjukkan bahwa peternak yang mempunyai skala usaha lebih dari 240 ekor mempunyai biaya tetap yang paling besar. Biaya pembuatan kandang dihitung per kotak. Pembuatan kandang menghabiskan biaya sebesar Rp. 50.000,- per kotak, sehingga semakin jumlah ternak maka jumlah kandang yang dibuat akan semakin banyak. Bahan kandang yang digunakan pada lokasi peternakan adalah kayu dan kawat, sehingga estimasi untuk penyusutan selama 10 tahun kandang tersebut tidak dapat digunakan lagi. Sedangkan penyusutan peralatan yaitu selama 2 tahun. Peralatan terdiri atas tempat pakan, timbangan, sapu lidi, tempat sampah, dan ember. Keuntungan

Salah satu faktor yang menentukan dalam beternak di Desa Gudang Kahuripan adalah seberapa besar jaringan yang dimiliki peternak. Semakin luas jaringan yang dimiliki peternak maka akan semakin besar keuntungannya walaupun dia mempunyai populasi ternak yang sedikit. Sistem penjualan di lokasi penelitian salah satunya adalah apabila peternak ada pesanan dari konsumen, baru mereka mencari ternak ke peternak lainnya sehingga mereka tidak mengeluarkan biaya untuk modal. Peternak di Desa Gudang Kahuripan yang paling sukses adalah Asep Sutisna pemilik Asep Rabbit Project. Selain memiliki jumlah ternak yang banyak (sekitar 600 ekor), peternak tersebut juga memiliki jaringan yang luas serta pangsa pasarnya adalah untuk kalangan hobiis. Keuntungan didapat dari jumlah penerimaan usaha dikurangi jumlah pengeluaran. Data analisis usaha peternak-peternak pada lokasi penelitian tertera pada (Tabel 20).

Tabel 20. Analisis Usaha (Tahun Kedua) Skala Usaha

(ekor)

Jumlah Peternak (orang)

Keuntungan (Rp .000,-)

< 40 3 34.704

40 ≤ SK < 80 10 47.250 80 ≤ SK < 120 2 72.042

(45)

56 200 ≤ SK < 240 1 126.190

≥ 240 1 108.970

Tabel 20 menunjukkan bahwa semua peternak sudah mendapatkan keuntungan. Hal tersebut dikarenakan biaya yang dikeluarkan masih lebih besar dibandingkan pendapatan yang dihasilkan peternak. Selain itu penyebab kerugian lainnya adalah mortalitas ternak kelinci yang tinggi, angka kelahiran yang rendah, dan kurangnya jumlah indukan. Tetapi jumlah indukan bukan menjadi faktor utama, karena berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa banyaknya jumlah ternak yang dipelihara belum tentu mendapat keuntungan yang maksimal. Tabel 22 juga menunjukkan peternak yang mempunyai skala usaha 40-80 ekor lebih efektif dalam jumlah keuntungan dari pada skala usaha 80-120 ekor. Hal tersebut tergantung dari umur ternak yang dipelihara dan ketrampilan peternak dalam memelihara ternak. Setelah tahun pertama, total penerimaan yang diterima peternak diproyeksikan akan mengalami kenaikan yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan kelinci anakan yang dipelihara pada tahun pertama diproyeksikan tumbuh menjadi dewasa dan menghasilkan banyak anak.

Analisis SWOT

Faktor Internal Peternak Kelinci di Desa Gudang Kahuripan

(46)

57 Kualitas Peternak Kelinci. Kualitas peternak kelinci di lokasi penelitian sendiri dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur peternak, dan pendidikan. Sebagian besar peternak kelinci di Kecamatan Lembang adalah laki-laki dengan rentang umur 36-45 tahun dan merupakan lulusan SMP. Tetapi hal tersebut seharusnya bukan menjadi kendala karena dapat diminimalisir dengan mengadakan pelatihan-pelatihan budidaya ternak kelinci yang benar oleh pemerintah.

Kelompok Peternak. Fungsi dari kelompok peternak adalah sebagai wadah komunikasi dan koordinasi bagi peminat maupun praktisi kelinci. Asep Sutisna pemilik Asep Rabbit merupakan ketua perhimpunan peternak kelinci di Kecamatan Lembang. Beliau juga ketua dari Asosiasi Peternakan Kelinci Indonesia (APKIN). Kegiatan dari kelompok tersebut yaitu pembibitan kelinci, produksi pakan, produksi mesin pembuat pakan, dan menjadi pengumpul untuk memasarkan kelinci pedaging. Kelompok tersebut belum mampu mengkoordinasikan kegiatan budidaya ternak kelinci yang dilaksanakan oleh masing-masing peternak walaupun kelompok tersebut sudah mempunyai badan hukum yang jelas. Hal tersebut berakibat fungsi dari kelompok belum dirasakan manfaatnya oleh para peternak kelinci, khususnya yang terdapat di lokasi penelitian. Akibat yang timbul salah satunya adalah belum adanya standarisai harga jual ternak kelinci.

(47)

58 modal yang diberikan tidak dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk peminjaman ternak kelinci untuk dipelihara dan setelah itu dikembalikan kembali kepada pemiliknya. Diharapkan dengan pola tersebut diharapkan dapat memacu peternak untuk meningkatkan produksi.

Harga Jual Ternak Kelinci. Penentuan harga jual ternak kelinci di lokasi penelitian berdasarkan pada kesepakatan para peternak melalui kelembagaannya. Dikarenakan lembaga yang belum berfungsi optimal sehingga sampai sekarang belum ada standarisasi harga jual. Tetapi juga ada peternak yang menentukan harga jual sendiri dan mempunyai harga jual yang tinggi. Biasanya peternak tersebut mempunyai pasar sendiri yaitu kalangan hobbies (pecinta hewan kesayangan). Harga jual ternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan mengalami fluktuasi dan bervariasi. Hal tersebut dipengaruhi musim dan jenis-jenis kelinci hias yang lagi terkenal. Harga kelinci hias usia 3 bulan (lepas sapih) berkisar antara Rp 30.000,00 – Rp 60.000,00 kelinci usia 5-6 bulan (dewasa) berkisar antara Rp 60.000,00 – Rp 150.000,00 dan kelinci induk atau pejantan mempunyai harga jual antara Rp150.000,00 – Rp 6.000.000,00 tegantung jenisnya. Kelinci pedaging usia 3 bulan (lepas sapih) berikisar antara Rp 10.000,00 – Rp 20.000,00; kelinci 5-6 bulan (dewasa) antara Rp 30.000,00 – Rp 60.000,00 dan kelinci induk atau pejantan berkisar antara Rp 80.000,00 – Rp 200.000,00 tergantung jenisnya.

(48)

59 produksi masih di bawah jumlah permintaan. Misalnya di peternakan Asep Rabbit, untuk permintaan anakan kelinci sekarang mencapai 1000 ekor per bulan tetapi baru dipenuhi 500 ekor per bulan. Permintaan untuk kelinci pedaging saat ini sebesar 7 ton per bulan dan baru dapat dipenuhi 1 ton per bulan. Sehingga ini dapat dijadikan peluang usaha dengan meningkatkan jumlah produksi.

Pendapatan Usaha. Peternak-peternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan mempunyai warung untuk menampilkan produk kelinci yang bertempat di sepanjang jalan raya Lembang-Bandung. Walaupun tempatnya strategis, tetapi hari-hari yang biasanya banyak pengunjung yaitu hari Sabtu-Minggu ataupun hari-hari libur. Kalau hari-hari biasa, para peternak biasanya hanya mampu menjual ternak kelinci baik itu hias ataupun pedaging sebanyak 10-20 ekor per peternak dan daging sebanyak 10 kg per peternak per hari. Hari Sabtu-Minggu ataupun hari besar bisa menjual 50-100 ekor per peternak per hari dan 20-30 kg daging per peternak per hari. Hal tersebut ditambah apabila ada pembeli langganan yang biasanya membeli untuk dijual lagi. Konsumen tersebut setiap transaksi nominalnya sampai 5 juta rupiah. Sehingga rata-rata para peternak mampu meraup keuntungan sekitar 2-10 juta per bulannya sudah dipotong gaji karyawan, biaya pakan, dan lain-lain. Selain dari ternak kelinci, pendapatan para peternak juga didapt dari penjualan pakan, kandang, dan lain-lain. Lokasi Peternakan. Kondisis geografis Desa Gudang Kahuripan berada pada ketinggian 1200 dpl/mdl dengan luas lahan 254741 ha, dengan suhu berkisar antara 20-25 oC. Curah hujan di Desa Gudang Kahuripan berkisar antara 1862 mm/thn. Tanah di Desa Gudang Kahuripan terdiri atas tanah latosol yang baik untuk ditanami tumbuhan terutama sayur-sayuran, sehingga banyak para penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai petani sayuran. Desa Gudang Kahuripan selain memiliki sentra usaha pertanian, juga memmiliki sentra usaha peternakan. Kondisi alam dan geografis yang baik membuat Desa Gudang Kahuripan memiliki banyak sentra usaha pertanian dan peternakan.

(49)

60 panjang, ubi kayu, ubi jalar, cabai, tomat, buncis, dan brokoli. Sisa-sisa tanaman ini sebenarnya bisa digunakan sebagai pakan ternak kelinci, tetapi para peternak belum memanfaatkannya. Peternak di lokasi penelitian membeli pakan atau menggaji orang untuk mengambil pakan untuk ternak kelincinya. Hal tersebut tentunya sebagai suatu pemborosan. Padahal kalau dimanfaatkan dapat menekan biaya produksi.

Karakteristik Peternak. Peternak di Desa Gudang Kahuripan mempunyai karakter yang kurang bekerja keras. Hal tersebut bisa dilihat dari melimpahnya ketersediaan pakan di lokasi penelitian tetapi belum dimanfaatkan oleh peternak. Mereka lebih baik membeli hijauan seharga Rp 15.000,00/karung. Kotoran kelinci berupa feces dan urine pada lokasi penelitian tidak dilakukan pengolahan. Padahal kalau hal tersebut dilakukan, akan menambah pendapatan peternak.

Faktor Eksternal Peternak Kelinci Di Desa Gudang Kahuripan

Permintaan Kelinci. Konsumsi daging masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut BPS (2010), dari tahun 2006-2010 konsumsi daging masyarakat Indonesia 1,95; 2,62; 2,4; 2,22; 2,55 kg/kapita/tahun. Peningkatan juga terjadi pada volume ekspor komoditas peternakan khususnya kelinci. Hal ini dapat dilihat pada (Tabel 21).

(50)

61 2004 ke 2005. Hal ini berarti bahwa adanya peluang pasar yang sangat besar di luar negeri sehingga para peternak kelinci harus bisa menangkap peluang ini dengan menghasilkan kelinci-kelinci berkualitas dan berdaya saing tinggi.Permintaan kelinci anakan cukup menjanjikan.

Jumlah Pesaing. Kecamatan Lembang terdiri dari 16 desa yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai peternak khususnya peternak kelinci. yang sudah menjadi budaya masyarakat Kecamatan Lembang. Kelinci di Lembang mulai dikembangkan sejak tahun 1950 sampai sekarang. Menurut data kependudukan Kecamatan Lembang, lebih dari 1000 orang menjadi peternnak kelinci. Hal tersebut bisa menjadi peluang sekaligus ancaman bagi peternak kelinci di lokasi penelitian.

(51)

62 mendatangkan bibit kelinci unggul, yaitu jenis Vlaamsche reus dari daerah Vlamingen Belgia.

Industri-Industri Berbahan Dasar Daging Kelinci. Ternak kelinci di Indonesia mulai berkembang dengan baik. Dari data Statistik Peternakan dapat dilihat populasi kelinci tahun 2009 baru mencapai 834.608 ekor. Tahun 2010 telah terjadi peningkatan sebesar 7,6% mencapai 898.075 ekor (Deptan, 2007). Kontribusi daging kelinci dalam penyediaan daging secara nasional memang masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan data statistik 2010, dari produksi daging nasional sebesar 2,18 juta ton, daging kelinci menyumbang sebesar 100 ton atau 0,0046% (Deptan, 2007). Mengingat permintaan daging kelinci yang meningkat, sehingga mendorong industri-industri besar/kecil untuk mulai memanfaatkannya, misalnya restoran-restoran, pedagang sate, dan yang lain-lain. Hal tersebut ditambah fasilitas ke Desa Gudang Kahuripan sangat mendukung karena berada di sepanjang jalan raya Lembang-Bandung.

Analisis SWOT Peternakan Kelinci Di Kecamatan Lembang

Kekuatan/Strenghts (S). Kekeuatan yang dimiliki peternak-peternak kelinci di Kecamatan Lembang antara lain : banyak terdapat hijauan di sekitar lokasi peternakan (luas tegal/ladang 76,42 ha; usaha yang turun-temurun (sejak tahun 1963); terdapat asosiasi peternak kelinci (Apkin); letak geografis dan kondisi suhu sangat mendukung (berada di sepanjang jalan raya Lembang-Bandung dengan suhu 20-25 oC); tekad sesama peternak untuk meningkatkan daya saing (dibentuknya Apkin).

Kelemahan/Weaknesses (W). Kelemahan yang dimiliki peternak-peternak kelinci di Kecamatan Lembang antara lain : budidaya masih tradisional (berbentuk peternakan rakyat); keterbatasan modal (berbentuk peternakan rakyat); fungsi kelompok belum optimal; penyakit dan kematian anakan (ratio kematian 10%); sumber bibit langka; belum adanya standarisasi harga jual (harga berbeda-beda di setiap peternak); karakter peternak kurang bekerja keras.

(52)

63 = 60 ribu ton); konsumsi masyarakat akan produk daging semakin meningkat (2,55 kg/kapita/tahun); program swasembada daging 2014 oleh pemerintah; industri-industri yang menggunakan bahan baku ternak kelinci semakin meningkat (industri-industri kulit, makanan, pupuk).

Ancaman/Threats (T). Ancaman yang dihadapi peternak-peternak kelinci di Kecamatan Lembang antara lain : bertambahnya pesaing di pasaran (jumlah peternak kelinci di Kecamatan Lembang lebih dari 1000 orang); adanya tengkulak yang semakin meningkat; program pemerintah swasembada daging 2014 kurang optimal. Matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan dengan mengkombinasikan faktor strategis eksternal dan internal suatu usaha untuk mendapatkan sejumlah alternatif strategi. Strategi yang dirumuskan harus sesuai dengan kondisi usaha saat ini. Perumusan alternatif strategi berdasarkan pengembangan empat tipe strategi, yatiu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi W-T.

Strategi Strenghts-Opportunities (S-O)

Strategi S-O merupakan strategi yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan jumlah produksi ternak kelinci dan peningkatan fasilitas dari pemerintah.

(53)

64 Peningkatan Fasilitas dari Pemerintah. Adanya kesadaran dan komitmen bersama dari peternak dengan pemerintah diharapkan menjadi modal berharga untuk pengembangan peternakan kelinci di Kecamatan Lembang. Salah satu bentuk fasilitas dari pemerintah yaitu dengan adanya program swasembada daging 2014. Program swasembada daging 2014, pemerintah diharapkan membuat kebijakan-kebijakan yang salah satunya membatasi impor ternak dari luar negeri khususnya ternak kelinci serta membantu mengkampanyekan konsumsi daging kelinci sebagai daging yang mempunyai kualitas terbaik. Hal ini untuk memenuhi permintaan akan ternak kelinci semakin meningkat baik itu dalam bentuk daging atau pun ternak hidup.

Strategi Weakness-Opportunities (W-O)

Strategi W-O merupakan strategi yang dilakukan untuk meminimalkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat dilakukan adalah penguatan aspek finansial, meningkatkan kualitas produksi peternak kelinci, dan penguatan kelompok.

Penguatan Aspek Finansial. Strategi ini merupakan formulasi dari tingginya permintaan ternak kelinci dengan keterbatasan modal sekaligus program pemerintah terkait swasembada daging 2014. Kebanyakan peternak-peternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan merupakan peternak-peternak tradisional yang hanya mempunyai modal yang kecil, sedangkan permintaan ternak kelinci yang semakin meningkat sehingga peternak tidak dapat mengembangkan usahanya. Peternak di Desa Gudang Kahuripan masih ragu untuk meminjam dana di bank dikarenakan adanya sistem agunan dan jaminan yang dianggap memberatkan, sehingga diperlukan peran pemerintah yang berperan sebagai pembuat kebijakan agar memudahkan mekanisme pemnjaman. Peran pemerintah melalui kebijakannya juga diperlukan untuk menstandarisasi harga. Peternak-peternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan belum mempunyai standarisasi harga, sehingga menyebabkan peternak mengalami kerugian. Penilaian harga jual ternak di Desa Gudang Kahuripan masih subjektif tergantung dari masing-masing peternak.

(54)

65 ternak kelinci masih tradisional sehingga akan sulit untuk memenuhi permintaan ternak kelinci yang semakin meningkat. Pemerintah melalui program swasembada daging 2014 diharapkan mampu membantu untuk mengurangi kelemahan-kelemahan tersebut. Salah satu bentuk konkrit yang dari pemerintah adalah mengadakan pengembangan dan pelatihan bagi para peternak kelinci untuk meningkatkan kualitas produksi. Bentuk pelatihan yang diharapkan para peternak di Kecamatan Lembang salah satunya adalah dengan mengadakan kegiatan kegiatan penyuluhan serta bimbingan cara beternak kelinci yang tepat dan benar. Kegiatan penyuluhan serta bimbingan cara beternak kelinci yang tepat dan benar diperlukan salah satunya untuk menanggulangi kematian anakan dan penyakit serta langkanya sumber bibit. Diharapkan dengan kegiatan tersebut, peternak mampu meningkatkan kualitas produksi ternak kelinci. Kegiatan penyuluhan serta bimbingan tersebut diharapkan berisikan materi-materi penyuluhan yang mudah diaplikasikan oleh para peternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan.

Penguatan Kelompok. Peternak-peternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan sebagian kecil tergabung Asosiasi Peternak Kelinci Indonesia (Apkin) pimpinan salah satu tokoh kelinci Indonesia yaitu Asep Sutisna (pemilik Asep Rabbit). Peternak-peternak kelinci di lokasi penelitian kebanyakan tidak tergabung dalam kelembagaan. Hal tersebut dikarenakan anggapan mereka (para peternak kelinci) kalau masuk dalam kelembagaan, harga akan disesuaikan dengan harga yang disepakati dalam kelembagaan tersebut. Hal tersebut merugikan para peternak yang telah mempunyai pasar sendiri. Keuntungan kalau mengikuti kelembagaan, pasar kelinci akan terjamin sehingga cocok bagi para peternak yang belum mempunyai pasar. Menyikapi hal tersebut diperlukan peran pemerintah dan swasta dalam hal ini industri-industri yang berbahan dasar baku kelinci. Pemerintah membantu untuk mensosialisasikan dan membuat pelatihan terkait penguatan kelembagaan bagi para peternak. Sedangkan pihak swasta menjamin pasar untuk daging kelinci.

Strategi Strenghts-Threats (S-T)

(55)

66 Pelatihan Manajemen Pemasaran bagi Peternak. Usaha ternak kelinci di Kecamatan Lembang merupakan usaha yang turun temurun yang sudah berlangsung sejak tahun 1980-an, sehingga sesama peternak sudah mempunyai tekad untuk sama-sama berkembang. Salah satu contohnya sudah berdiri Asosiasi Peternak Kelinci Indonesia (Apkin). Diharapkan dengan adanya semua kekuatan itu mampu mengurangi kendala kelinci impor yang masuk dan tengkulak-tengkulak yang merusak harga. Peternak kelinci di Desa Gudang Kahuripan membutuhkan pelatihan untuk meminimalisir kendala tersebut. Salah satu bentuk pelatihannya adalah pelatihan manajemen pemasaran. Pelatihan tersebut dapat terlaksana atas kerjasama pemerintah setempat, pihak swasta, ataupun asosiasi. Pelatihan tersebut berisi materi-materi yang aplikatif yang dapat diapliksikan oleh peternak. Diharapkan dengan pelatihan tersebut, para peternak mampu memasarkan produknya sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya.

Strategi Weakness-Threats (W-T)

Strategi W-T merupakan strategi yang dilakukan dengan meminimalkan kelemahan internal untuk menghindari ancaman eksternal. Strategi yang dapat dilakukan adalah standarisasi harga jual.

Standarisasi Harga Jual. Peternak di Desa Gudang Kahuripan belum mempunyai standarisasi harga jual sehingga menyebabkan kerugian. Peternak masih subjektif dalam menentukan harga jual, sehingga dibutuhkan kerja sama semua elemen yang terkait untuk menentukan harga jual agar menghindari ancaman kelinci-kelinci impor yang masuk dan tengkulak-tengkulak yang meningka serta kompetisi dengan produk lain. Rumusan alternatif strategi yang dapat dijalankan peternak kelinci tertera pada (Tabel 22).

Tabel 22. Matriks SWOT Peternak Kelinci di Desa Gudang Kahuripan

(56)

Gambar

Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Beberapa Jenis Ternak
Gambar 5. Kelinci Dutch
Tabel 3. Zat Gizi Pakan Kelinci
Tabel 6. Kondisi Geografis Desa Gudang Kahuripan
+7

Referensi

Dokumen terkait