Analisis Sumber Kitin dari Limbah Industri Perikanan
(Harry Agusnar)
85
ANALISIS SUMBER KITIN DARI LIMBAH INDUSTRI
PERIKANAN
DI SUMATERA UTARA
Harry Agusnar
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Kitin dari limbah perikanan yang telah diindustri dari perdangangan adalah dari kulit udang dan kulit kepiting. Sdalam kajian ini sumber kitin dari buangan perikanan lainnya yang mempunyai potensi tinggi untuk dikembangkan adalah dari kulit balangkas dan tulang sotong (cumi-cumi). Pada sumber kitin tersebut dilakukan pemisahan untuk mendapatkan kitin yang baik. Anilisis spektrofotometri inframerah, analisis termogravimetri dan analisis unsur (C, H, O, N) telah menujukkan bahwa sumber-sumber tersebut mengandung kitin yang tinggi.
Kata Kunci: Limbah, Kitin
PENDAHULUAN
Kitin merupakan polmer alam yang kedua terbanyak di dunia setelah selulosa. Kitin dan selulosa adalah
turunan polisakarida, pada kitin struktur kimianya pada C-2, sedangkan pada selulosa gugusan (OH) (Muzzareli, 1978)
Gambar 1. Struktur Kitin
Penyelidikan kitin untuk penggunaan berbagai bidang telah berkembang dengan pesat seperti bioteknologi, elektronik, farmasi, kedokteran, kosmetik, pertanian dan perawatan limbah (Zikakis, 1984). Dengan banyaknya bidang yang memerlukan, sudah barang tertentu akan berlaku permintaan yang banyak sehingga sumber-sumber yang lain perlu digali agar dapat terpenuhi. Penyelidikan ini bertujuan untuk mencari sumber baru untuk
kegunaan indsutri dengan kualitas yang sama.
METODOLOGIPENELITIAN
Jurnal Sains Kimia Vol 9, No.2, 2005: 85-86
86
Hackman dan Golberg (1964). Horowitz (1957) dan Be Miller (1963) juga dilakukan beberapa variasi.
Pada kitin yang dihasilkan telah dilakukan analisis dengan menggunakan alat spektrofotometri infra merah (Parkin elemer), analisis termogravimetri (Du pont) dan analisis unsur (C, H, N, O) (carlo Erba)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum proses pemisahan kitin dari komponen-komponen yang bukan kitin adalah dengan menghilangkan mineral atau menghilangkan kapur dengan menggunakan larutan asam klorida dan proses menghilangkan protein dengan menggunakan Natrium hidroksida campuran. Perbandingan jumlah kitin yang dihasilkan dapat ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Jumlah Hasil Kitin
Sumber Berat kering
sampel (gr) Kulit kepiting
Kulit udang Kulit Belangkas Kulit Sotong
150
Tabel 2. Analisis Unsur Kitin dari Beberapa Sumber
Sumber Data Analisa (%)
C H N o Kulit kepiting
Kulit udang Kulit Belangkas Kulit Sotong
46,60
Spektrum infra merah kitin keempat-empat adalah sama dan ini adalah sangat bersesuaian dengan yang dilaporkan Pearson (1960). Begitu juga dengan termogram menujukkan suhu antara 2250C, 400C dan degradasi yang tertinggi pada suhu 405 0C. Analisis unsur setiap sumber kitin telah ditunjukan pada Tabel 2. Data yang diperoleh menunjukkan tidak jauh perbedaanya diantara sumber-sumber kitin
yang sama seperti yang dilaporkan Muzzarelli (1978).
KESIMPULAN
Kulit udang, kulit kepiting, tulang sotong dan kulit belangkas sangat potensial dikembangkan karena kitin yang dihasilkan cukup tinggi sekitar 70% untuk tulang sotong dan 10% untuk tulang belangkas. Apabila kedua bahan tersebut merupakan bahan yang terbuang/terbiar tanpa pemanfaatan yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Be Miller, J. N. and Whistler, R. L. 1962, “Alkaline Degradation of Amino Sugar”, J. Org. Chem. 27: 1161 - 1163
Hackman, R. H. 1954. “Enzyim Degradation of Chitin and Chitin Ester”, J. Biol Sci. 7. 168 – 178.
Herowitz, S. T., Roseman, S., and Bhumental, H. J. 1957, “The Preparation of Glucosamine Oligosacharides”. J. Amer. Chem. Sec. 79: 5046 - 5049
Muzzarelli, R. A. A., 1978. “Chitin Pergamon”, Press. Oxford.