• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan-2-Perlindungan Konsumen-28-11-2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan-2-Perlindungan Konsumen-28-11-2008"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN

KONSUMEN

(2)

Hornby:

“ Konsumen (consumer) adalah seseorang yang membeli barang

atau menggunakan jasa”

“Seseorang atau suatu perusahaan yang membeli barang tertentu

atau menggunakan jasa tertentu”

“Sesuatu atau Seseorang yang menggunakan suatu persediaan

atau sejumlah barang”

“Setiap orang yang menggunakan barang atau jasa”

Black’s Law Dictionary:

“One who consumers, individuals who purchase, use, maintain and

dispose of product and services” artinya:

“seseorang yang mengkonsumsi, individu yang membeli,

menggunakan, memelihara dan menggunakan/ menghabis dari

produk dan jasa”

(3)

Konsumen yang menggunakan barang/ jasa

untuk keperluan komersial (

intermediate

consumer, intermediate buyer, derived buyer,

consumer of industrial market

)

Konsumen yang menggunakan barang/ jasa

untuk keperluan diri sendiri/ keluarga/ non

komersial (

Ultimate

consumer, Ultimate buyer,

end user, final consumer, consumer of the

consumer market)

(4)

BPHN: “Pemakai akhir dari barang, digunakan

untuk keperluan diri sendiri atau orang lain dan

tidak diperjual belikan”.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia:

“Pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, bagi keperluan diri sendiri atau

keluarganya atau orang lain dan tidak untuk

diperdagangkan kembali”

Fakultas Hukum Universitas Indonesia “Setiap

orang atau keluarga yang mendapatkan barang

untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan”

(5)

Undang-Undang Perlindungan Konsumen India:

“Konsumen adalah setiap orang pembeli barang yang disepakati,

menyangkut harga dan cara pembayarannya, tetapi tidak termasuk

mereka yang mendapatkan barang untuk dijual kembali atau

lain-lain keperluan komersial”

Perundang-undangan Australia:

“setiap orang yang mendapatkan barang tertentu dengan harga

yang telah ditetapkan (setinggi-tingginya A $. 15,000, atau kalau

harganya lebih , maka kegunaan barang tersebut umumnya untuk

keperluan pribadi, domestik, atau rumah tangga (normally used for

personal, family or household purposes)

Undang-Undang Jaminan Produk (Amerika Serikat):

“Setiap pembeli produk konsumen yang tidak untuk dijual kembali,

dan pada umumnyadigunakan untuk keperluan pribadi, keluarga

atau rumah tangga (personal, family or household )

(6)

BW Baru Belanda (NBW):

“ orang alamiah (yang dalam mengadakan

perjanjian tidak bertindak selaku orang yang

menjalankan profesi atau perusahaan”

Hukum Inggris:

“Setiap pembeli (private purchaser) yang pada

saat membeli barang tertentu , tidak

menjalankan bisnis dagang atau keuangan, baik

sebagian maupun seutuhnya dari barang

tertentu yang dibelinya itu”.

(7)

Di dalam realitas bisnis tidak jarang dibedakan antara:

Consumer (Konsumen) dan Customer (pelanggan).

Konsumen adalah semua orang atau masyarakat termasuk

pelanggan.

Pelanggan adalah konsumen yang telah mengkonsumsi suatu

produk yang diproduksi oleh produsen tertentu.

Konsumen akhir dengan konsumen antara:

Konsumen akhir adalah konsumen yang mengkonsumsi secara

langsung produk yang diperolehnya, sedangkan:

Konsumen antara adalah konsumen yang memperoleh produk

untuk memproduksi produk lainnya.

Misal:

membeli kain untuk langsung digunakan adalah konsumen akhir.

membeli kain untuk dibuat busana dan dijual kembali adalah konsumen

antara.

(8)

Terdapat 2 Model:

HUBUNGAN PRODUSEN - KONSUMEN

(JALUR PEMASARAN)

Produsen

Konsumen

(9)

HUBUNGAN PRODUSEN - KONSUMEN

(JALUR PEMASARAN)

Produsen

Grosir/

Whole Saler

Pengecer/

Retailer

Konsumen

Wanprestasi

(10)

HUBUNGAN

PERIKATAN DAN PERJANJIAN

Perikatan

Perjanjian

(Privity of Contract)

Menggugat atas dasar hubungan kontraktual (wanprestasi/ ingkar

(11)

Kemanfaatan penerapan tahapan konsumen:

agar dengan mudah mencari akar permasalahan dan

mencari jalan penyelesaiannya.

penyusunan perundang-undangan yang melindungi

konsumen.

Tahap Pra transaksi konsumen.

Tahap transaksi konsumen.

Tahap purna transaksi konsumen.

(12)

1.

Tahap Pra transaksi konsumen

Konsumen mencari informasi atas barang dan jasa.

Informasi yang benar dan bertanggungjawab.

Putusan pilihan konsumen yang benar atas barang dan jasa

yang dibutuhkan sangat bergantung atas kebenaran dan

bertanggungjawabnya informasi yang disediakan oleh

pihak-pihak yang berkaitan dengan barang dan jasa konsumen.

Informasi dapat berupa:

Label/etiket pada produk.

 Kegiatan marketing berupa pamflet, brosur, selebaran,

Kegiatan peluncuran ptoduk;

Iklan dan hal lainnya yang serupa.

(13)

Label/etiket pada produk

harus memuat semua informasi pokok tentang produk tersebut

sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku, ditempelkan atau dimasukan dalam kemasan

Iklan

peran iklan sangat berpengaruh terhadap konsumen, baik

menyesatkan atau memberi perlindungan. Iklan yang baik dapat

memberikan pertimbangan putusan bagi konsumen, sedangkan

yang menyesatkan dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen.

Perlu dibinanya kode etik priklanan. Regulasi periklanan adalah

Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI) yang

dijalankan oleh Komisi Tata Krama dan Tata Cara Periklanan

(14)

2.

Tahap transaksi konsumen

Transaksi konsumen sudah terjadi.

Permasalahan banyak terjadi untuk transaksi di luar tunai

(cash), misalnya: kredit, beli sewa dsb.

Masalah banyak diakibatkan dengan menggunakan perjanjian

baku, di mana orang tidak meneliti terlebih dahulu atas

syarat-syarat baku yang disodorkan oleh penjual.

Perjanjian ini dikenal dengan kontrak standar (standard

contract) atau syarat-syarat umum (algemene voorwaarden)

Konsumen harus menerima perjanjian baku yang disodorkan

untuk transaksi tersebut (“take it or leave it).

(15)

Penerapan syarat-syarat baku yang bersifat negatif ( hak

menuntut gantirugi, pengalihan tanggungjawab) dinilai mergikan

posisi konsumen.

Penggunaan metode pemasaran produk (desain, jaringan

distribusi, iklan untuk mengingat produk tertentu, sistem direct

selling dsb)

Diperlukan adanya persaingan usaha yang jujur (fair

competition), khususnya terhadap penjualan yang menggunakan

cara dengan embel-embel hadiah dsb.

Kasus-kasus banyak terjadi yang berkaitan dengan barang yang

dijual dengan cara kredit, perumahan di kawasan real estate dsb.

(16)

Tahap purna transaksi konsumen

◦ telah terjadi transaksi dan pelaksanaannya telah diselenggarakan.

◦ Terdapat kepuasan atau kekecewaan dari konsumen.

Masalah hukum dan ekonomi terjadi:

bila barang/jasa yang telah digunakan konsumen tidak memenuhi harapannya sebagaimana yang diiklankan.

◦ bila barang/jasa tidak sesuai dengan mutu produk, baik sesuai standard yang berlaku maupun klaim pengusaha ybs.

◦ Layanan purna jual tidak cocok tentang jaminan mutu produk (guarantee) maupun penyediaan suku cadangnya.

Sengketa terhadap

masalah ini diatasi dengan cara:

◦ melalui penyelesaian damai.

◦ Melalui lembaga atau instansi yang berwenang.

(17)

 Tanggung jawab produsen di bidang goods (barang) dan bukan jasa,

karena pertanggungjawaban jasa telah khusus yaitu Proffesional liability yang bersandar pada contractual liability.

 Dalam product liability dikenal dua caveat yaitu Caveat Emptor (konsumen

berhati-hati) dan Caveat Venditor (produsen berhati-hati)

 pertanggung jawaban produk ini merupakan tanggungjawab produsen

kalau produknya menimbulkan kerugian dan merupakan tanggungjawab perdata.

 Untuk melindungi konsumen terdapat dua ketentuan yaitu hukum publik

dan hukum perdata, di mana dalam hukum perdata terdiri dari hukum perjanjian dan hukum tentang perbuatan melawan hukum.

 Hukum perjanjian didalamnya terdapat tanggungjawab atas dasar kontrak

(contractual liability) sedangkan hukum tentang perbuatan melawan

hukum atas dasar Tortius liability (Tanggungjawab atas dasar perbuatan melawan hukum

(18)

Hubungan Product Liability dan

Perlindungan Konsumen

CONSUMER PROTECTION

Civil Law Public Law

Law of Obligations (Perikatan)

Law of Contract (Perjanjian) Law of Tort (Hk Tentang Perbuatan Melawan Hukum Contractual Liability (tanggung jawab

atas dasar kontrak) atas dasar perbuatan melawan hukumTortius Liability ( Tanggungjawab

Fault Liability (Klasik:

tanggung jawab atas dasar kesalahan Pasal 1365 KUHPerdata

No Fault Liability/ Strict Liability

PRODUCT LIABILITY Building Owner

(19)

Hubungan Product Liability dan

Perlindungan Konsumen

Fault Liability (Klasik:

tanggung jawab atas dasar kesalahan Pasal 1365 KUHPerdata

No Fault Liability/ Strict Liability

PRODUCT LIABILITY Building Owner

liability Vicarious Liability

Bukan atas dasar kontraktual atau perjanjian, tetapi perbuatan

(20)

Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian

kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya

menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”

bukan mendasarkan kontraktual atau perjanjian tetapi perbuatan

melawan hukum, karena dalam bisnis jarang sekali hubungan

produsen langsung ke konsumen (lihat model pemasaran 2).

Bila melihat bahwa produsen yang bertanggungjawab , maka kita

menggugatnya tidak dengan wanprestasi, karena tidak ada

hubungan kontraktual (Privity of contract, yaitu hubungan yang

langsung dengan konsumen). Jadi bila tidak ada hubungan tersebut

maka menggugatnya harus berdasarkan perbuatan melawan

hukum.

(21)

Kronologisnya hukum perikatan--- hukum perjanjian--- hukum

perbuatan melawan hukum.

Bila berdasarkan hukum perjanjian adalah wanprestasi (contractual

liability) sedangkan berikutnya adalah perbuatan melawan hukum

(law of Tort) adalah tortius liability.

Tortius liability terbagi atas:

◦ Fault Liability menggugat berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata, berarti siapa yang mendalilkan, dia harus yang membuktikan. Bila diterapkan dalam kasus biskuit beracun, maka konsumen harus membuktikan bahwa produsen yang bersalah. Ini tidak menguntungkan bagi

konsumen. Perlindungan terhadap konsumen menjadi mustahil kalau berdasarkan fault liability, karena yang mendalilkan harus membuktikan.

(22)

◦ Isi Pasal 1365 KUHPerdata bila dikaji:

Perbuatan melawan hukum.Kesalahan.

Kerugian

Hubungan Kausal (sebab akibat)

◦ membuktikan kesalahan adalah upaya yang paling sulit. Bagaimana agar beban konsumen diperingan?.

◦ Oleh karena itu unsur kesalahan yang tadinya dibebankan kepada konsumen dialihkan atau dibebankan kepada produsen yang harus membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Ketiga unsur lainnya tetap berada pada konsumen.

 Ini yang disebut rezim baru yaitu No fault liability di mana dalam

product liability penggugat/konsumen tidak perlu membuktikan

kesalahan produsen, melainkan produsen yang harus membuktikan bahwa dia tidak bersalah.

(23)

Kesimpulan:

Fault: Penggugat membuktikan.

No fault liability: Penggugat tidak perlu membuktikan.

Strict liability disebut pula No Fault Liability.

Di Indonesia terdapat

Vicaroius liability,

yaitu perbuatan melawan

hukum yang berada dalam tanggungjawab majikan terhadap

pekerjaan buruhnya (Pasal 1367 KUHPerdata).

◦ Building Owner Liability: pemilik gedung.

◦ Pete’s master Liability: pemilik binatang peliharaan yang bertanggungjawab.

(24)

Perkembangan/munculnya Prinsip No Fault Liability.

Proses terjadinya menimbulkan polemik dalam hukum, khususnya

terhadap prinsip “Presumption innocence”, di mana harus dibuktikan

terlebih dahulu di pengadilan baru dapat dikatakan bersalah.

◦ Awal mulanya terdapat prinsip RES IPSA LOQUITUR (the things speak for itself), artinya fakta telah bicara sendiri, tidak perlu dibuktikan lagi. Hal ini sangat berpengaruh dalam perkembangan no fault liability. Misal: sungai telah tercemar (berbusa) dari industri tersebut.

◦ Muncul kasus-kasus yang PRIMA FACIE CASE (nyata-nyata tidak perlu diperdebatkan lagi, kejadian telah berbicara sendiri). Misal makan biskuit langsung mati, fakta telah membuktikannya.

Prinsip

No Fault Liability

dipelopori para advokasi/ praktisi

konsumen.

(25)

Hukum Konsumen menurut Mochtar Kusumaatmaja adalah:

◦ “ Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/ atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.”

Hukum Perlindungan Konsumen adalah:

◦ “Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan/ atau jasa konsumen”.

Kesimpulan:

◦ Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam

kedudukan sosial ekonomi, daya saing maupun tingkat pendidikannya.

◦ Hukum Perlindungan Konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah itu dalam

masyarkat tidak seimbang.

(26)

Kepentingan Fisik konsumen:

◦ “kepentingan badani konsumen yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan tubuh dan/ atau jiwa mereka dalam penggunaan

barang atau jasa konsumen. Dalam setiap perolehan barang atau jasa konsumen, barang atau jasa tersebut harus memenuhi kebutuhan hidup dari konsumen tersebut dan memberikan manfaat baginya (tubuh dan jiwanya)”.

Kepentingan sosial ekonomi konsumen:

◦ “Setiap konsumen dapat memperoleh hasil optimal dengan penggunaan sumber-sumber ekonomi mereka dalam mendapatkan barang atau jasa kebutuhan hidup mereka. Untuk keperluan itu, tentu saja konsumen

harus mendapatkan informasi yang benar dan bertanggungjawab tentang produk konsumen tersebut, yaitu informasi yang informatif tentang segala sesuatu kebutuhan hidup yang diperlukan.

kepentingan perlindungan hukum:

(27)

kepentingan perlindungan hukum:

Sampai saat ini masih merupakan

◦ hambatan bagi konsumen atas perarutan yang diterbitkan bukan tujuan utamanya mengatur dan atau melindungi konsumen.

◦ Kriteria konsumen dan apa kategori kepentingan konsumen.

◦ Perilaku dari pelaku bisnis yang canggih, sehingga terhadap perbuatan tersebut undang-undang tidak dapat menjangkaunya.

◦ Hukum acara yang ada tidak dapat secara mudah dimanfaatkan oleh konsumen yang dirugikan dalam hubungannya dengan penyedia barang dan/atau jasa.

(28)

Beberapa Praktek Niaga Yang Merugikan Konsumen:

Iklan pancingan (bait and switch ad)

◦ iklan pancingan adalah iklan yang sebenarnya tidak berniat untuk menjual produk yang ditawarkan tetapi lebih ditujukan pada menarik

konsumen ke tempat usaha tersebut. Setelah mereka datang ditawarkan produk lainnya, karena produk tersebut sudah habis.

◦ Contoh: analogi iklan: Air Asia dsb.

iklan-klan yang menyesatkan ( mock up ad).

◦ Iklan jenis ini mengesankan keampuhan suatu barang dengan cara mendomontrasikannya secara berlebihan dan mengarah menyesatkan. Umumnya menggunakan media televisi.

◦ Contoh: iklan pencukur (shave cream).

Kunjungan penjual dan kiriman langsung

PRAKTEK NIAGA

(29)

Beberapa Praktek Niaga Yang Merugikan Konsumen:

Kunjungan penjual dan kiriman langsung

◦ dilakukan dengan kunjungan penjual (salesman calls) yang selain menawarkan juga menjual produk tersebut.

◦ Praktek niaga kiriman langsung menimbulkan 2 (dua) masalah yaitu:

Apakah ia merupakan bagian dari perjanjian antara pengusaha dan konsumen

atau tidak;

siapa yang dibebani kewajiban mengembalikan produk konsumen yang dikirim

langsung, apabila tidak terjadi kesepakatan untuk mengadakan hubungan hukum mengenai produk itu.

PRAKTEK NIAGA

(30)

Konstruksi hukum:

Perjanjian

Perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata)

Perbandingan:

Australia: Trade Practises Act 1974/1977

Unsolicited Goods and Services Act 1971

◦ Kesimpulan dari 2 (dua) undang-undang di atas, bahwa pengiriman barang atau jasa yang tidak dipesan atau diminta oleh konsumen baik secara tertulis atau lisan merupakan perbuatan melawan hukum.

◦ Akibatnya tidak dapat meminta pembayaran atas barang tersebut.

PRAKTEK NIAGA

(31)

Aspek Hukum Privat:

TINJAUAN

ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

Asas Hukum

Kaidah Hukum

Asas Kebebasan Berkontrak (Pasal 1338 ayat 1)Asas Konsensualitas (Pasal 1320 ayat 1).

Asas Itikad Baik (Pasal 1338 ayat 3)

Hukum Perjanjian

Perjanjian dengan syarat2 baku

(standard contract).

Lihat Praktik di Inggris

“ The Unfair Contrcat Terms Act 1977

• Syarat baku dilarang berkaitan dengan:

• pengecualian tanggungjawab karena wan prestasi.

• Menghindari Tanggungjawab atas kelaikan

barang.

(32)

TINJAUAN

ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

Kaidah Hukum LIHAT PERIKATAN

Perjanjian

(33)

Nyonya Donoghue diajak temannya kr restoran milik Minchella, dan di sana ia ditraktir temannya itu dengan sebotol minuman “ginger beer” dan es krim. Botol “ginger beer” itu guram sehingga orang tidak dapat melihat apa yang ada didalamnya. Minchella

menuangkan sebagian “ginger beer” ke dalam gelas berisi es krim untuk Nyonya Donoghue dan langsung diminumnya, sedangkan sisanya dituangkan teman Nyonya Donoghue ke gelas kosong lain yang tersedia, dan kini di dalam gelas kosong tersebut terlihat keong (snail) dalam bentuk terpotong-potong. Milihat barang menjijikan

tersebut Nyonya Donoghue shock dan menderita “gastro enteritis”. Atas gangguan kesehatan tubuh dan kejiwaannya, ia menggugat gantirugi terhadap Stevenson, produsen “ginger beer” itu.

TINJAUAN

ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

(34)

TINJAUAN

ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

Perbuatan Melawan Hukum

House of Lord memutuskan:

Nyonya Donoghue mempunyai alas hak untuk menggugat

Stevenson dan mengabulkan gugatan Nyonya Donoghue.

Pertimbangan House of Lord

…. That a manufacturer owner a general duty to take care

(35)

Aspek Hukum Publik terdiri atas:

Hukum Administrasi:

Peraturan yang berhubungan dengan pembinaan dan pengawasan

mutu dan keamanan barang.

Peraturan yang berhubungan dengan praktik penjualan.Peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup.

Hukum Pidana:

 KUHPidanadan peraturan perundang-undangan diluar KUHPidana.terdiri atas KUHAPidana

Dapat dijadikan dasar untuk menggugat secara perdata (kasus biskuit

beracun).

 Pasal-pasal penting: Pasal 204, 205 KUHPidana: menyangkut barang-barang pada umumnya.

 Pasal 382 bis : persaingan curang.

TINJAUAN

(36)

Aspek Hukum Publik terdiri atas:

Pasal 383: penjual menipu pembeli tentang berbagai barang, keadaan,

sifat dst.

 Pasal 386: menyangkut khusus barang makanan, minuman dan obat-obatan.

 Pasal 386 ayat 2: barang makanan, minuman dan obat-obatan palsu yaitu yang harga dan guna obat tersebut menjadi berkurang karena telah dicampur dengan bahan-bahan lain.

Dst.

Hukum Internasional:

Yurisdiksi : Hakim mana yang berwenang mengadili gugatan.

Pilihan hukum: hukum mana yang digunakan dalam memeriksa dan

memutus sengketa yang terjadi.

TINJAUAN

(37)

Hukum Konsumen/

Hukum Perlindungan KOnsumen

Hukum Perdata

(dalam arti luas)

Hukum Publik

Hukum Perdata

Hukum Dagang

Hukum Administrasi

Hukum Pidana

Hukum Perdata Internasional

(38)

Ketidakseimbangan antara produsen dan konsumen 

dikompensasi

Kekuatan kapital/modal,

Produsen lebih terorganisasi, konsumen lebih

individual,

Produsen diberikan kemudahan-kemudahan oleh

pemerintah.

Caranya: gerakan perlindungan konsumen, perangkat

kelembagaan dan hukum, dan upaya lain supaya

konsumen bisa mengkonsumsi dengan lebih aman.

Hal ini merupakan keharusan, karena perkembangan

ekonomi dan industri maju  dampak negatif.

(39)

Perkembangan industri dan gerak modal yang

cepat menyebabkan produksi barang dan jasa

semakin kompleks.

Informasi di balik proses industri  salah satu

faktor persaingan.

Hal lain, konsumen golongan bawah mempunyai

pilihan yang terbatas hanya untuk

barang-barang murah.

Mekanisme dan transaksi pasar, tidak selalu adil

sehingga sering merugikan konsumen.

Pemerintah masih kurang berperan untuk

menjadi wasit dalam mengatasi mekanisme

pasar yang unfair dan cenderung merugikan

konsumen.

(40)

Perkembangan ekonomi dan industrialisasi

sangat kuat  konsumen menjadi lemah.

Untuk itu kekuatan konsumen perlu digalang.

Dengan kelembagaan yang kuat, produsen

diharapkan akan lebih berhati-hati dalam

memproduksi barang dan jasa.

Apabila kepentingan konsumen dilanggar,

gerakan konsumen dimungkinkan masuk ke

bidang politik ekonomi  menambah

bargaining power

dengan wakil-wakil

politiknya.

(41)

Kesenjangan ekonomi paling merugikan konsumen

sebagai salah satu pelaku ekonomi.

Resolusi PBB No. 39/248 Tahun 1985 tentang Perlindungan

Konsumen, tanggal 16 April 1985 (No. A/RES/39/248)

The UN Guidelines for Consumer Protection.

UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

tanggal 20 April 1999.

Keikutsertaan Indonesia di WTO

Dampak positif,

Dampak negatif.

Kongres Internasional Organization of Consumers Unions

(IOCU) ke-14, sekarang Consumers International (CI)

memandang perlu menindaklanjuti Resolusi PBB.

(42)

Digabungkan dengan Hukum Persaingan

dengan nama

Antitrust and Consumers

Protection

.

Unfair competition

– selalu berpengaruh

kepada konsumen.

(43)

Pelaku usaha mengangkat konsumen,

sekaligus melindungi rakyat yakni dengan

cara meningkatkan kualitas barangnya

dengan harga yang tetap terjangkau.

Perlindungan hukum perdata, pidana, dan

administrasi negara (perlindungan yang

lebih bersifat tidak langsung, preventif,

proaktif).

43

(44)

Let the buyer beware (caveat emptor)

◦ Pelaku usaha dan konsumen seimbang sehingga tidak perlu perlindungan.

The due care theory

◦ Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melakukan prinsip kehati-hatian dalam memasyarakatkan produk (barang/ jasa).

The privity of contract

◦ Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan apabila di antara mereka terjalin suatu hubungan kontraktual.

 Prinsip kontrak bukan merupakan syarat

◦ Kontrak bukan merupakan syarat untuk menetapkan eksistensi suatu hubungan hukum.

(45)

The right to safe products,

The right to be informed about products,

The right to definite choice in selecting

products,

The right to be heard regarding consumer

interests

.

45

Hak Konsumen

(46)

The Right to Basic Needs

The right to basic needs means the right to all the goods and services that are needed in our daily life including enough food, clothing, house, health and education.

The Right to Safety

The consumers have the right to be protected from goods, services and manufacturing processes that might expose their health and life to danger.

The Right to be Informed

The right to be informed means that the consumers have the right to obtain accurate and precise facts about the goods and services that they want to consume in order for them to make the right choice. The consumers need to be equipped with enough information so that they can act in a wise and responsible way.

The Right to Choose

The consumers are entitled to have freedom in buying or assuring that the goods and services that they need are

obtained through the right channels, based on the right price. In the case of monopoly, the consumers need to obtain

guarantee over the quality of the goods and services at a

reasonable price. 46

(47)

The Right to be Heard

This means the right to advocate consumers' interest

with a view to their receiving full and sympathetic

consideration in the formulation and execution of

economic and other policies.

The Right of Redress

The right of

redress means

the consumers have the

right to a fair settlement of just claims.

The Right for Consumer Education

The consumers have the right to acquire the knowledge

and skills necessary to be an informed consumers.

The Right to a Healthy Environment

This means the right to a physical environment that will

enhance the quality of life

.

(48)

Hak untuk memperoleh kebutuhan pokok

the right to satisfaction of basic needs

”.

Pangan, papan, sandang, kesehatan, dan

pendidikan.

48

(49)

Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap

kesehatan dan keamanannya,

Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial

konsumen,

Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk

memberikan kemampuan mereka melakukan pelatihan yang

tepat sesuai kehendak dan kebutuhan pribadi,

Pendidikan konsumen,

Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif,

Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau

organisasi lainnya yang relevan dan memberikan

kesempatan kepada organisasi tersebut untuk menyuarakan

pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan yang

menyangkut kepentingan mereka.

49

UN Guidelines

:

(50)

 Bab I Ketentuan Umum  Bab II Asas dan Tujuan  Bab III Hak dan Kewajiban

 Bab IV Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha  Bab V Ketentuan Pencantuman Klausua Baku

 Bab VI Tanggung Jawab Pelaku Usaha  Bab VII Pembinaan dan Pengawasan

 Bab VIII Badan Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat  Bab IX Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat  Bab X Penyelesaian Sengketa

 Bab XI Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen  Bab XII Penyidikan

 Bab XIII Sanksi

 Bab XIV Ketentuan Peralihan  Bab XV Ketentuan Penutup

50

UUPK

(51)

“Setiap orang pemakai barang dan/atau

jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan”.

51

UUPK

(52)

“Setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan

hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara

Republik Indonesia, baik sendiri maupun

bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan

kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.

Produsen pabrikan, rekanan, agen, distributor,

serta jaringan-jaringan yang melaksanakan fungsi

pendistribusian dan pemasaran barang dan/atau

jasa kepada masyarakat luas selaku pemakai

dan/atau penggunaan barang dan/atau jasa.

52

UUPK

(53)

Hak konsumen

Pasal 4

9 butir

Kewajiban konsumen

Pasal 5

Hak pelaku usaha

Pasal 6

Kewajiban pelaku usaha

Pasal 7

53

UUPK

(54)

Penerapan asas beban pembuktian terbalik

dalam hukum pidana – Pembuktian terhadap

ada/tidaknya unsur kesalahan dalam kasus

pidana, merupakan beban dan tanggung jawab

pelaku usaha (Pasal 22 UUPK).

Isu HAM pelaku usaha dalam posisi pihak

yang bersalah ><

presumption of innocence.

Dinilai

fair

bagi konsumen karena pelaku

uaha mempunyai akses yang lebih besar atas

produk dan proses dari barang dan/atau jasa

yang dihasilkan.

(55)

Definisi barang

“Setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud,

baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan

maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat

diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau

dimanfaatkan oleh konsumen”.

Di Eropa

Dikecualikan:

Agricultural product

(apabila produk hasil pertanian

langsung dikonsumsi, tidak termasuk dalam

product

liability

karena tidak mengalami proses awal),

Hunting product

(sda),

Fishery product

(sda).

55

(56)

“Setiap layanan yang berbentuk pekerjaan

atau prestasi yang disediakan bagi

masyarakat untuk dimanfaatkan oleh

konsumen”.

56

(57)

Pertanggungjawaban pidana korporasi

Hak gugat lembaga konsumen

Gugatan kepentingan kelompok

Beban pembuktian terbalik

57

UUPK

(58)

Subjek tindak pidana dalam UUPK adalah

pelaku usaha

Penjelasan Pasal 1 angka 3: Pelaku usaha

Perusahaan,

Korporasi,

BUMN,

Koperasi,

Importir,

Pedagang,

Distributor.

58

UUPK

(59)

LK a.n. konsumen dapat mengajukan

gugatan atas pelanggaran yang dilakukan

pelaku usaha yang merugikan kepentingan

konsumen (Pasal 46 ayat (1) huruf c).

LK mempunyai hak gugat (

legal standing to

sue

) kepada pelaku usaha, lepas ada atau

tidak ada surat kuasa dari konsumen yang

dirugikan.

59

UUPK

(60)

Terhadap sengketa konsumen yang melibatkan

konsumen dalam jumlah besar/massal, padahal

inti persoalan menyangkut hal yang sama,

konsumen dapat mengajukan gugatan

kepentingan kelompok (

class action

) kepada

pelaku usaha (Pasal 46 ayat (1) huruf b).

Gugatan kepada pelaku usaha cukup diwakili

beberapa konsumen dan apabila gugatan

dimenangkan dan telah mempunyai kekuatan

hukum tetap, konsumen lain yang tidak ikut

menggugat dapat langsung menuntut ganti rugi

berdasarkan putusan pengadilan tersebut.

60

UUPK

(61)

Pasal 123 HIR (Hukum Acara Perdata)

Untuk mengajukan gugatan ganti rugi, korban

harus membuat surat kuasa khusus kepada

pengacara untuk selanjutnya mengajukan

gugatan perdata ke PN setempat.

Apabila korban ratusan, surat kuasa khusus

tersebut sulit.

Hanya korban yang menggugat yang akan

memperoleh ganti rugi apabila gugatannya

berhasil.

61

(62)

Gugatan perwakilan kelompok.

Sifat massal.

Untuk kasus yang sama, cukup diwakili

beberapa korban menuntut secara perdata

ke pengadilan.

Untuk putusan yang mempunyai kekuatan

hukum tetap pihak korban dimenangkan,

korban lain yang tidak mengajukan gugatan

dapat meminta ganti rugi tanpa harus

mengajukan gugatan baru.

62

(63)

Biasanya apabila menggugat, konsumen

harus membuktikan bahwa produsen

melakukan kesalahan yang menimbulkan

kerugian di pihak konsumen.

Dari perspektif konsumen akan lebih adil apabila

beban pembuktian ada pada produsen: produsen

harus membuktikan bahwa produsen telah

melakukan proses produksi sesuai dengan

prosedur yang ada.

63

UUPK

(64)

Contoh: kasus biskuit beracun

Apabila konsumen yang harus membuktikan,

konsumen kesulitan karena awam tentang proses

produksi makanan ybs – secara teknis bukanlah

hal yang mudah/sederhana.

64

UUPK

(65)

Small Claim Court

: semacam peradilan kilat dengan hakim tunggal,

tanpa harus menggunakan pengacara, biaya

ringan, tidak ada upaya banding.

Untuk sengketa konsumen dengan nilai nomial

sangat kecil – menghindari biaya mahal dan

prosedur rumit.

Memberikan akses konsumen untuk menggugat

produsen, walaupun nilai nominal kasus kecil.

Class Action

Beban Pembuktian Terbalik

65

(66)

Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha

(Bab IV UUPK),

Ketentuan pencantuman klausula baku (Bab

V UUPK).

66

UUPK

(67)

Kegiatan produksi dan/atau perdagangan barang

dan/atau jasa (Pasal 8 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

UUPK),

Kegiatan penawaran, promosi, dan periklanan barang

dan/atau jasa (Pasal 9 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),

Pasal 10, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2), Pasal

15, Pasal 16, serta Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2)

UUPK),

Kegiatan transaksi penjualan barang dan/atau jasa

(Pasal 11, Pasal 14, serta Pasal 18 ayat (1), ayat (2),

dan ayat (4) UUPK),

Kegiatan pascatransaksi penjualan barang dan/atau

jasa (Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2) UUPK).

67

Norma-norma itu disebut sebagai

(68)

Iklan menyesatkan,

Keamanan pangan,

Product liability,

Unfair contract,

Standard contract,

Penjualan,

Iklan perumahan,

Redress mechanism,

dan lain-lain.

(69)

Kecelakaan transportasi (KA, pesawat

udara, bus),

Keracunan makanan,

Penjualan perumahan fiktif,

Likuidasi 16 bank bermasalah,

Pemungutan dana stiker Sea Games,

Pemadaman listrik oleh PT PLN, dan

lain-lain.

69

(70)

YLKI: Konsumen Bank BCA a.n. Sri Rahayu A/C:

005-010814-7, alamat Jl. Raya Bogor No. 2 RT 04/06,

Kramatjati, Jaktim.

Konsumen tuna netra nasabah Tahapan BCA melalui

fasilitas Halo BCA.

Ybs tidak dapat membuat tanda tangan (hanya

menggunakan cap jempol tangan) maka apabila ybs

ingin menjadi nasabah BCA ditetapkan persyaratan

khusus yi menggunakan pengampu yang diangkat

oleh hakim berdasarkan suatu putusan pengadilan.

Ketentuan ini untuk melindungi nasabah yi demi

keselamatan dana nasabah dari kemungkinan

penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab.

70

Kasus:

(71)

Pasal 7 UUPK kurang lengkap.

Pasal 5 UU No. 4 Tahun 1997 Tentang

Penyandang Cacat

“setiap penyandang cacat mempunyai hak yang

sama dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan”.

Seseorang tidak cakap apabila sakit

ingatan/gila dan di bawah umur 21 tahun.

Sumber: Bidang Pengaduan YLKI, Register

Kasus No. 128/B/SDM/YLKI/1999, 17 Feb

1999).

71

Kasus:

(72)

Terganggunya proses belajar mengajar

karena konflik internal sekolah/universitas.

Praktik bisnis tidak sehat dengan menjadikan

siswa sebagai objek bisnis.

Siswa harus menerima beban pelajaran di

luar kemampuan siswa.

Trik-trik pemasaran sekolah/universitas dalam

bentuk iklan/brosur, belum tampil sebagai

sumber informasi yang utuh, namun lebih

berbau persuasif bahkan manipulatif.

Pelajaran di sekolah tidak mencukupi.

72

(73)

PT Telkom

Tanggap terhadap keluhan pelanggan. “Hari ini

mengadu, hari ini beres”.

Ada inisiatif untuk menggelar Forum Temu

Pelanggan (5 Juli 1997, Bentara Budaya Jakarta).

Belum ada standar mekanisme penyelesaian

pengaduan konsumen.

Sistem pengaduan masalah yang dialami

konsumen.

73

(74)

"

Product liability

"

means liability for damages

because of any personal injury, death, emotional

harm, consequential economic damage, or

property damage, including damages resulting

from the loss of use of property, arising out of

the manufacture, design, importation,

distribution, packaging, labeling, lease, or sale

of a product, but does not include the liability of

any person for those damages if the product

involved was in the possession of the person

when the incident giving rise to the claim

occurred –

Tanggung Jawab Produksi.

74

Negara lain

(75)

Product Liability

means the responsibility of any and

all parties contributing to the manufacture of a given

product for any and all damages caused by said product.

A product can be deemed defective for any of the

following reasons:

Negligence

Breach of Implied or Expressed Warranties

Strict Liability

Defective products can ruin lives. They can cause

serious injury, disability, even death. So, it is only right

that those who were negligent in the manufacture of a

product be held liable

.

75

(76)

Unfair contract

means a contract

:

a) 

that is unfair, harsh or unconscionable,

or

b) 

that is against the public interest, or

c) 

that provides a total remuneration that is

less than a person performing the work

would receive as an employee performing

the work, or

d) 

that is designed to, or does, avoid the

provisions of an industrial instrument

.

(77)

Redress mechanism

is valuable indicator

of client satisfaction with the service and

tool to deal with satisfaction

.

(78)

Who Are Consumers

?

Consumers are anyone who consumes

goods and services from the market, for his

own or his family's consumption. This

means everybody is a consumer. Producers

are also consumers because they too

consume goods and services

.

Source:

www.kpdnhq.gov.my

(79)

Contest questions

1.

Write a letter of complaint to a shopkeeper who

has sold unsafe food items

.

2.

Write a letter to a local consumer organization,

outlining a problem consumers have with getting

refunds and replacements for faulty products and

suggest ways that they can help

.

Extracted from Consumer Responsibilities and

Rights, S.S. Nathan, Principal, Bala Vidya Mandir,

Chennai

(80)

2 arah secara bersama

Arus bawah

Adanya lembaga konsumen yang:

Kuat

Tersosialisasi secara merata dalam masyarakat

Secara representatif dapat menampung dan

memperjuangkan aspirasi konsumen

Arus atas

Adanya departemen/bagian dalam struktur

kekuasaan yang secara khusus mengurusi

masalah perlindungan konsumen

Semakin tinggi posisi lembaga, makin kuat

power

yang dimiliki untuk melindungi konsumen

80

(81)

Tergantung pada

Lembaga konsumen

Kepedulian pemerintah

Melalui institusi yang dibentuk untuk melindungi

konsumen

81

(82)

Kontribusi lembaga konsumen

Bergantung pada kondisi perkembangan hukum:

Apabila secara substansial hak-hak konsumen belum

diakomodasi dalam hukum positif, kontribusi:

mendorong legalisasi UUPK

Apabila sudah ada UUPK, kontribusi: mengawasi

implementasi dan

law enforcement

UUPK di

lapangan

82

(83)

Tiga pendekatan dalam upaya perlindungan

konsumen

Pendekatan sektoral

: hak-hak konsumen diakomodasi dalam UU sektoral,

e.g.

UU Pangan

Pendekatan holistik

: ada UU khusus mengatur perlindungan konsumen

dan menjadi payung UU sektoral yang berdimensi

konsumen

Pendekatan gabungan

: selain ada UUPK, dipertegas lagi dalam UU sektoral

83

(84)

Rakyat juga bertanggung jawab untuk

efektivitas perlindungan konsumen

Globalisasi

Dumping

barang dan jasa yang

under quality

kesejahteraan rakyat lebih sulit diwujudkan

(85)

Substansi hukum,

Kelembagaan,

Budaya hukum.

(86)

 Hukum Perbankan dan PK

Financial Privacy dan PK

 Perlindungan Merek dan PK  Digital copyright dan PK  Hak Paten dan PK

 Perlindungan Varietas

Tanaman dan PK

 Persaingan Usaha dan PK

 Ekolabeling dan PK  Carbon trade dan PK  Natural resources

sustainability dan PK

 WTO (globalization of the

economy, free trade) dan PK

Consumer food choice dan

PK

Food product development

dan PK

 Promosi-Periklanan dan PK

 Teknologi informasi dan PK

86

(87)

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKKRI) 2012 mengungkapkan beberapa perilaku berpacaran remaja yang belum menikah, antara lain: remaja

 Namun pengamat tidak bisa mencatat burung yang di luar waktu dan jarak yang di tentukan..

Dengan adanya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Cipta Karya diharapkan Kabupaten dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk

[r]

Administrasi merupakan salah satu tolak ukur berkembangnya suatu organisasi dengan pesat. Administrasi berkaitan erat dengan pengolahan data yang saat ini sesuai

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model

Foto Kopy Ijazah Pendidikan Terakhir 1 Lembar.. A.n Ketua/Rektor

Kajian ini mencakup tentang teknik budidaya bunga gerbera dan bauran pemasaran yang meliputi empat aspek yaitu produk, harga, tempat dan promosi dalam pemasaran bunga gerbera