BAHAN PA BULAN SEPTEMBER 2016 ( Minggu Kedua )
Bacaan
Leksionari :
Keluaran 32:7-14; Mazmur 51:1-10; 1 Timotius 1:12-17; Lukas 15:1-10
Bahan PA : Lukas 15:1-10
Tema : Pertobatan mengembalikan martabat kita sebagai manusia
Tujuan : Agar Jemaat memiliki kesadaran kebersalahan / keberdosaan yang membawanya pada pertobatan yang sejati.
Metode : Diskusi
PENGANTAR PA
Yesus, yang penuh kasih, tidak menjauhi kita. Ia tetap mengasihi kita.
Selanjutnya, kita perlu memerhatikan bahwa pembaruan hidup terjadi apabila dari pihak kita, sang domba, juga ada kesediaan untuk dijumpai dan mau dibawa kembali oleh sang gembala pada tempat yang seharusnya. Domba yang hilang bisa saja menolak untuk dibawa oleh sang gembala. Domba yang hilang bisa saja melarikan diri ketika melihat sang gembala yang sedang mencarinya. Tetapi itu tidak dilakukannya. Ia membiarkan dirinya ditemui. Ia membiarkan dirinya dibawa ke tempat yang seharusnya bersama dengan kawanan domba yang ada di padang gembalaan. Inilah yang namanya sikap pertobatan.
Apa yang dimaksud dengan bertobat? Bertobat adalah sebuah sikap yang membalikkan arah kehidupan. Dari yang semula tidak baik, tidak benar, tidak sempurna; menjadi benar, baik, dan sempurna di hadapan Tuhan dan sesama. Bertobat juga berarti kita meninggalkan sifat-sifat lama yang menghambat kita untuk dapat menjalin hubungan yang baik dan benar dengan Tuhan dan sesama.
Mudahkah bertobat? Tidak! Mengapa? Karena mengakui bahwa kita mempunyai kelemahan, kesalahan, dan telah melakukan sesuatu yang buruk pada diri sendiri dan orang lain bukan hal yang mudah. Diperlukan kebesaran hati dan jiwa untuk mengakui itu semua.
yang pertama ialah mereka yang menyadari dirinya bersalah dan kemudian memperbaiki dirinya. Tipe yang kedua ialah mereka yang tidak menyadari atau pura-pura tidak tahu kalau dirinya mempunyai kesalahan. Oleh sebab itu, mereka yang berada pada tipe kedua ini akan tetap hidup dalam kekekliruan, amarah, dan kebencian terhadap sesama bahkan kepada Tuhan. Mereka merasa dirinya tidak bersalah dan tidak membutuhkan pengampunan.
Agar kita menjadi manusia yang menyadari keberdosaan kita dan kemudian memperbaiki kehidupan ini, maka di dalam kehidupan kita sehari-hari kita jangan mengembangkan “perasaan bersalah” melainkan “kesadaran akan kesalahan”.
Dimanakah letak perbedaannya?
Perasaan Bersalah
1. Hidup yang senantiasa dikejar kesalahan masa lalu sehingga melumpuhkan sikap iman, pengharapan, dan kasih.
2. Tidak mampu melihat kebaikan Allah yang senantiasa menolong dan memperhatikan kita. 3. Dapat menyebabkan penyakit psikis yang
membuatnya menderita secara batin.
Kesadaran akan kesalahan
1. Melahirkan sikap pengakuan iman bahwa Allah itu penuh kasih dan pengampunan.
2. Menyadari kesalahan yang telah diperbuat serta mempunyai tekad yang kuat untuk memerbaiki diri dan hidup secara baru.
4. Menjadkan hidupnya sebagai sebuah kesempatan
untuk melayani Tuhan di dalam
ketidaksempurnaannya.
Tuhan tidak pernah merasa berputus asa kepada manusia yang berdosa. Tuhan akan meraih dan mengeluarkan kita dari masa lalu yang tidak sempurna serta memberikan kita peluang dan kesempatan yang baru agar kita memiliki hidup yang baru. Allah tidak melihat masa lalu kita asalkan kita mau jujur untuk mengakui dosa atau kesalahan yang telah kita lakukan. Seberapa buruknya masa lalu kita Allah tetap mengasihi kita.
Pertanyaan :
1. Kasih Tuhan melampaui pemberontakan kita kepadaNya. Bagaimana saudara bisa menjelaskan tentang hal ini ?
2. Bagaimana cara kita mengembangkan kesadaran akan kesalahan yang akan membawa kita pada sikap pertobatan dan bukan hanya perasaan bersalah ?
3. Bagi saudara, bertobat itu seperti apa? Beri contoh konkrit!