• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT TARAHAN LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT TARAHAN LAMPUNG"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS THAT CORRELATE WITH THE VALUE OF WORKER’S VITAL LUNG CAPACITY IN BUKIT ASAM (PERSERO) TBK

UNIT TARAHAN LAMPUNG

By

Silvi Qiro’atul Aini

Background:There are several potential hazards Health and Safety, which raises the risk of long impact on health. There are several kind of industrial activities that can lead to environmental air pollution, such as mining processes like limestone, coal, and natural gas. Dust inhaled by workers can cause a decrease in vital lung capacity. Vital lung capacity value of a person is not only influenced by the concentration of dust exposure received, it’s also influenced by the characteristics contained in individual workers.

Method:This type of research is observational analytic using cross sectional design. The research were done at PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Tarahan Lampung from November 2015 to January 2016. 181 workers were included in the study as the subject of this research using simple random sampling technique. The independent variable in this study were age, nutritional state, work period, using PPE, smoking habits, exercise habits and exposure to dust while the vital lung capacity as the dependent variable. The data were analyzed using Chi-square test and logistic regression. Collecting data is using questionnaires, observations and direct measurements.

(2)

with vital lung capacity with p value was (0.000). There is no relationship between using PPE with vital lung capacity with p value (0.102). The most correlate variable is work periode.

Conclusion: There are correlations between age, nutritional state, work period, smoking habits, exercise habits with vital lung capacity value. There is no relationship between using PPE with vital lung capacity value. Work period is the most associated variable with vital lung capacity.

(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO)

TBK UNIT TARAHAN LAMPUNG

Oleh

Silvi Qiro’atul Aini

Latar Belakang: Terdapat beberapa bahaya potensial keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang menimbulkan risiko dampak panjang pada kesehatan. Kegiatan industri yang dapat menimbulkan pencemaran udara lingkungan ada beberapa macam, misalnya proses pertambangan seperti batu kapur, batu bara, dan gas alam. Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan penurunan kapasitas vital paru. nilai kapasitas vital paru seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi paparan debu yang diterima saja, hal itu juga dipengaruhi oleh karakteristik yang terdapat pada individu pekerja.

(4)

Hasil:Dari 181 responden, 107 responden yang mengalami gangguan kapasitas vital paru dan 74 responden yang tidak ada gangguan kapasitas vital paru. Terdapat hubungan antara umur, status gizi, masa kerja, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru dengan nilai p value adalah (0,000). Tidak terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan kapasitas vital paru dengan nila p value(0,102). Variabel yang paling berhubungan yaitu masa kerja.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara umur, status gizi, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga dengan nilai kapasitas vital paru. Tidak terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan nilai kapasitas vital paru. Masa kerja merupakan variabel yang paling berhubungan dengan kapasitas vital paru.

(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA DI PT. BUKIT ASAM

(PERSERO) TBK UNIT TARAHAN LAMPUNG

Oleh

SILVI

QIRO’ATUL AINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA DI PT. BUKIT ASAM

(PERSERO) TBK UNIT TARAHAN LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

SILVI QIRO’ATUL AINI 1218011143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(7)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(8)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL... vi

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2 Manfaat Aplikatif ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Kesehatan Kerja ... 8

2.2 Debu dan Industri Pengolahan Batubara... 11

2.2.1 Definisi dan Karakteristik Debu ... 12

2.2.2 Jenis Debu ... 13

2.2.3 Suber Debu ... 14

(9)

ii

2.2.5 Pengaruh Debu Lingkungan Terhadap Kesehatan Manusia... 15

2.2.6 Pengukuran Kadar Debu di Udara ... 18

2.3 Sistem Pernapasan ... 19

2.3.1 Anatomi Sistem Pernapasan ... 19

2.3.2 Kapasitas Paru... 20

2.3.3 Pengukuran Pernapasan ... 21

2.4 Penurunan Fungsi Paru Akibat Paparan Debu... 24

2.5 Faktor Lain Yang Mempengaruhi Gangguan Fungsi Paru ... 28

2.5.1 Usia ... 28

2.5.2 Masa Kerja ... 29

2.5.3 Perilaku Penggunaan APD... 29

2.5.4 Riwayat Penyakit ... 32

2.5.5 Jenis Kelamin... 32

2.5.6 Kebiasaan Olahraga ... 32

2.5.7 Status Gizi ... 33

2.5.8 Kebiasaan Merokok ... 34

2.6 Kerangka Teori ... 36

2.7 Kerangka Konsep ... 38

2.8 Hipotesis ... 39

BAB III : METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Rancangan Penelitian ... 40

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1 Waktu Penelitian ... 40

3.2.2 Tempat Penelitian ... 40

3.3 Variabel Penelitian ... 41

3.3.1 Variabel Terikat ... 41

3.3.2 Variabel Bebas ... 41

(10)

iii

3.4.1 Populasi Penelitian ... 41

3.4.2 Sampel Penelitian ... 42

3.4.3 Kriteria Inklusi ... 43

3.4.4 Kriteria Eksklusi ... 43

3.5 Definisi Operasional ... 44

3.6 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ... 46

3.6.1 Instrumen Penelitian ... 46

3.6.2 Cara Pengumpulan Data ... 49

3.7 Alur Penelitian ... 51

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 51

3.8.1 Pengolahan Data ... 51

3.8.2 Analisis Data ... 53

3.9 Etika Penelitian ... 56

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 57

4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 57

4.2 Hasil Penelitian ... 58

4.2.1 Analisis Univariat ... 58

4.2.2 Analisis Bivariat ... 65

4.2.3 Analisis Multivariat ... 71

4.3 Pembahasan 4.3.1 Analisis Univariat ... 73

4.3.2 Analisis Bivariat ... 83

4.3.3 Analisis Multivariat ... 91

BAB V : PENUTUP ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.1.1 Kesimpulan Umum ... 93

(11)

iv

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis Debu yang Dapat Mengganggu Pernapasan Manusia...14

2. Struktur Utama Sistem Pernapasan………...20

3. Definisi Operasional………...44

4. Distribusi Responden berdasarkan Umur Responden... 58

5. Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi ...59

6. Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja...60

7. Distribusi Responden berdasarkan Penggunaan APD ... ...61

8. Distribusi Responden berdasarkan Kebiasaan Merokok... 62

9. Distribusi Responden berdasarkan Kebiasaan Olahraga... 63

10. Distribusi Responden berdasarkan Paparan Debu...63

11. Distribusi Responden berdasarkan Kapasitas Vital Paru...64

12. Hasil Uji Chi-square antara Umur Responden dengan Kapasitas Vital Paru...65

13. Hasil UjiChi-square antara Status Gizi Responden dengan Kapasitas Vital Paru...66

14. Hasil Uji Chi-squareantara Masa Kerja Responden dengan Kapasitas Vital Paru...67

15. Hasil UjiChi-squareantara Penggunaan APD Responden dengan Kapasitas Vital Paru...68

16. Hasil UjiChi-squareantara Kebiasaan Merokok Responden dengan Kapasitas Vital Paru...69

17. Hasil Uji Chi-square antara Kebiasaan Olahraga Responden dengan Kapasitas Vital Paru...70

18. Tabel langkah awal seleksi multivariat variabel yang berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru... 71

(13)
(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, Lampung pada tanggal 9 Mei 1995 dengan nama

Silvi Qiro’atul Aini sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Nuridin

dan Ibu Fathonah.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Al-Arsyad diselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 10 Metro Pusat pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 3 Metro pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2012.

(15)
(16)

Persembahan untuk

Abah, Mama,

Mamas Aris dan Pigut

(17)
(18)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tiada Tuhan selain DIA, Tuhan Yang Maha Segalanya, Pemilik segala puja dan puji, dan DIA lah Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini. Dan berkat kasih sayang, pertolongan dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT PELABUHAN TARAHAN LAMPUNG” ini disusun merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada :

(19)

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. dr. Fitria Saftarina, M.Sc, selaku Pembimbing Pertama atas semua bantuan, saran, bimbingan dan pengarahan yang sangat luar biasa ditengah kesibukan beliau, beliau tetap ada untuk membantu dalam penyusunan skripsi ini.

4. dr. Mukhlis Imanto, M.Kes., Sp.THT, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya membimbing, memberikan pengarahan ditengah kesibukkan beliau dan selalu memberikan semangat, saran dan nasehat untuk mengerjakan skripsi ini.

5. dr. Ermin Rachmawati, M.Biomed, selaku pembahas yang telah memberikan banyak masukan dan saran untuk skripsi ini.

6. dr. Susianti, M.Sc, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama proses perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Staff Administrasi serta seluruh civitas akademik Fakultas Kedokteran Unila, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

(20)

9. Untuk abahku tercinta, Bapak Nuridin terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang yang selalu abah berikan. Terima kasih untuk semua yang abah ajarkan kepada silvi. Terima kasih telah bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita silvi. Terima kasih atas doanya selalu saat silvi sulit untuk menghadapi ujian sampai adis bisa menyelesaikan skripsi. Silvi sayang abah.

10. Untuk mamas dan adekku tercinta, Aris Munandar terima kasih untuk semua doa dan nasehatnya selama ini. Terima kasih selalu menjadi pendengar yang baik dan selalu menyayangi adikmu ini. Silvi selalu sayang mamas.

11. Untuk adikku tercinta, Rafi Rafsanjani terima kasih untuk semua doa dan dukungannya selama ini. Terima kasih atas segala kebahagiaan dan kelucuan yang selalu ada setiap hari. Mba sayang pigut.

12. Untuk Team tercinta, Delvi Rusitaini Putri, Kadek Aryati, Siti Aminah Hasibuan, Sevfianti, Harmeida Risa, Aulia Sari Pratiwi, Noviana Hartika Sari, Anasthasia. Thanks a bunch, girls!Terima kasih untuk 3.5 tahun ini, semoga kita kompak selalu sampai jannah-Nya yaa. Aamiiin. Terima kasih sudah menjadi sahabat setia dari masa kita masih nginep bareng, nge-gosip bareng, ketawa bareng, nangis bareng, belajar bareng, pokoknya semuanya bareng. Terima kasih banyak atas pertemanan yang hangat yang selalu

diberikan, do’a-do’a dan semangatnya.Love y’all!

(21)

untuk sama-sama berjuang mengerjakan skripsi tanpa kenal lelah. Terima kasih telah menjadi teman seperjuangan yang dahsyat.

14. Keluarga FK UNILA 12, terima kasih banyak sudah menjadi angkatan yang luar biasa tidak terbayangkan oleh akal sehat. Pokoknya

T-W-E-L-V-E good job…good job!

15. Untuk karyawan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung, Bapak Iskandar, Bapak Ivan Sagara, Ibu Maya, Pak Pola Gautama, Bang Niko, Uni Sri Maryeni, dr. Win Gurgunsyah dan Karyawan K3 Bapak Aang, Bapak Agus Kurniadi, Bapak Hasan Basri, Mba Silvi dan Mba Dita. Terima kasih atas sambutan hangatnya di PT. Bukit Asam dan sudah diperbolehkan melakukan penelitian disana. Terima kasih juga untuk bantuannya dalam melaksanakan penelitian.

16. Untuk Feni Anggraini, Fuji Lestari dan Silvia Oktarina terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik sejak SMP. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini dan itu takkan terlupakan.

17. Keluarga KKN Desa Sukarame, Meraksa Aji, Tulang Bawang: Pak Jito, Bu kades, Pak Carik, Pak Supri, Dianita Ananda, Nurhudiman dan Zahidah Sholehah. Terima kasih banyak atas bantuannya selama KKN, kebersamaannya, canda tawa, semangat dan doanya selama ini.

18. Serta semua orang yang tidak saya sebutkan satu-persatu, saya mohon maaf, dan terima kasih banyak ikut mendo’akan dan menyemangati saya

(22)

Penulis berdoa semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Demikianlah, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 05 Februari 2016

(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja (Mukono, 2008).

Terdapat beberapa bahaya potensial keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang menimbulkan risiko dampak panjang pada kesehatan. Potensi bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap), bahaya faktor biologi (penyakit dan gangguan oleh bakteri, virus dan binatang), bahaya faktor fisik (bising, penerangan, getaran, iklim kerja, jatuh), cara bekerja dan bahaya faktor ergonomis (posisi bangku kerja, pekerjaan berulang, jam kerja yang lama) dan potensi bahaya lingkungan yang disebabkan oleh polusi pada perusahaan di masyarakat (ILO, 2013).

(24)

2

faktor risiko yang timbul dari aktivitas kerja. Data International Labor Organization (ILO) juga menyebutkan bahwa terdapat 1,1 juta kematian oleh penyakit akibat kerja, 5% diantaranya disebabkan oleh pneumokoniosis yakni penyakit paru yang disebabkan adanya pajanan partikel debu. Pneumokoniosis sendiri berupa silikosis, asbestosis, pneumokoniosis batubara dan bentuk lainnya (Nikmatullah dan Wyke, 2013).

Kegiatan industri yang dapat menimbulkan pencemaran udara lingkungan ada beberapa macam, misalnya proses pertambangan seperti batu kapur, batu bara, dan gas alam. Selain itu industri keramik, industri patrokimin, industri plastik dan industri obat-obatan juga dapat menimbulkan pencemaran udara (Rahmatullah, 2009).

(25)

3

Bahaya dengan tingkat risiko tinggi (high) adalah bahaya aktivitas peledakan. Satu-satunya industri batu bara yang ada di Lampung yaitu PT. Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung.

Penelitian ini dilakukan di PT Bukit Asam karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan pengolahan batu bara yang dalam proses operasinya menghasilkan debu. Berdasarkan survey pendahuluan dan data Medical Check Up yang dilakukan oleh PT Bukit Asam pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dari 330 karyawan perusahaan tersebut, 144 diantaranya mengalami penurunan kapasitas vital paru.

Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan penurunan kapasitas vital paru. Hal ini sejalan dengan penelitian Pratama (2014) bahwa didapatkan hubungan yang signifikan antara paparan debu diatas Nilai Ambang Batas (NAB) dengan penurunan kapasitas vital paru pada operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kecamatan Ciputat tahun 2014. Penelitian Khumaidah (2009) menyebutkan bahwa ada hubungan signifikan antara konsentrasi debu perorangan dengan kapasitas vital paru dibawah normal.

(26)

4

akut (ISPA), penyakit paru obstruktif kerja, asma bronkial, kanker paru, tuberkulosis, penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, dan penyakit pada perinatal (Rahmatullah, 2009).

Hasil penelitian Ferreira (2008) menyatakan bahwa debu yang terhirup termasuk terutama debu batubara dalam jumlah yang berlebihan oleh saluran pernapasan, menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan dan rasa tidak nyaman pada saat bekerja. Paparan yang tinggi dengan inhalasi dapat mengakibatkan gangguan pada paru yang bersifat temporer disertai dengan batuk, perasaan tidak nyaman, susah bernapas, napas pendek dan lama kelamaan dapat berakibat fatal.

(27)

5

Namun pada dasarnya nilai kapasitas vital paru seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi paparan debu yang diterima saja, hal itu juga dipengaruhi oleh karakteristik yang terdapat pada individu pekerja, seperti usia, alat pelindung diri, jenis kelamin, status gizi, masa kerja, riwayat merokok dan riwayat penyakit (Sirait, 2010).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, di pikirkan perlu diadakannya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai kapasitas vital paru pekerja PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini yaitu apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai kapasitas vital paru pekerja P.T. Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

(28)

6

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

a. Mengetahui gambaran kapasitas vital paru pada pekerja PT. Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung. b. Mengetahui gambaran debu total pada PT. Bukit Asam

(Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung.

c. Mengetahui gambaran umur, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja PT. Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung.

d. Mengetahui hubungan paparan debu, umur, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan alat pelindung diri dengan nilai kapasitas vital paru pada pekerja PT. Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung.

e. Mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan nilai kapasitas vital paru pada pekerja PT. Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

(29)

7

1.4.2 Manfaat Aplikatif

a. Manfaat Bagi Subjek atau Masyarakat :

1. Diharapkan masyarakat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai kapasitas paru.

2. Diharapkan tenaga kerja menyadari pentingnya penggunaan alat pelindung diri untuk mengurangi resiko terpapar debu.

b. Manfaat Bagi Institusi :

1. Diharapkan pengusaha lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan tenaga kerjanya agar tidak terganggu produktivitasnya.

2. Diharapkan sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan untuk lebih memperhatikan kesehatan pekerja di sektor industri.

c. Manfaat Bagi Peneliti :

1. Diharapkan menambah pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai kapasitas vital paru pekerja PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung.

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah ilmu spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan agar para pekerja dan masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi tingginya baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha prevensif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta penyakit umum (Suma’mur, 2009).

Status kesehatan seseorang, menurut Blum ditentukan oleh empat faktor yakni :

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik, atau anorganik, logam berat atau debu), biologis (virus, bakteri, mikroorganisme lain) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan dan pekerjaan).

2. Perilaku, yang meliputi : sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.

3. Pelayanan kesehatan yang meliputi : promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, dan rehabilitasi.

(31)

9

Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan juga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian juga status kesehatan pekerja yang sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya, pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya (Suma’mur, 2009).

Pada tahun 1950 satu komisi bersama ILO dan WHO menyusun definisi kesehatan kerja. Menurut komisi tersebut kesehatan kerja adalah merupakan promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya dan layanan tersebut memerlukan peran serta para manejer dan serikat kerja. Sejumlah kaum professional terlibat dalam bidang ini seperti Dokter, Ahli Higene Kerja, Ahli Toksiologi, Ahli Mikrobiologi, Ahli Ergonomi, Perawat, Sarjana Hukum, Ahli Labotarium, Ahli Epidemiologi, dan Insinyur Keselamatan (Suma’mur, 2009).

Sedangkan tujuan kesehatan kerja menurut Suma’mur adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif

b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

(32)

10

d. Pemberantasan kelelahan kerja dan penglipatgandaan kegairahan serta kenikmatan kerja.

e. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia.

f. Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan yang bersangkutan. g. Dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang

mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri.

Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat suatu pekerjaan seseorang. Penyebab penyakit ini bisa disebabkan oleh tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Unsafe actadalah suatu tindakan seseorang yang menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan dan dapat mengakibatkan dan dapat mengakibatkan bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Unsafe condition adalah semua kondisi yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, peralatan maupun lingkungan yang ada disekitarnya. Menurut Budiono bahwa kecelakaan kerja 96% disebabkan olehunsafe actdan 4% disebabkan olehunsafe condition(Budiono, 2009).

(33)

11

Adapun jenis-jenis penyakit akibat kerja, antara lain penyakit saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis, penyakit kulit, kerusakan pendengaran, gejala punggung dan sendi dan kanker. Hasil studi Depkes RI (2005) tentang Profil Masalah Kesehatan Pekerja di Indonesia tahun 2005 didapatkan 40,5% dari pekerja memiliki keluhan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan salah satunya adalah infeksi saluran pernapasan.

2.2 Debu dan Industri Pengolahan Batu Bara

(34)

12

2.2.1 Definisi dan Karakteristik Debu

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Meter/SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.

Dalam kasus pencemaran udara baik di dalam maupun di luar gedung debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran. Digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (Pudjiastuti, 2002).

Debu adalah partikel-partikel zat yang dihasilkan oleh pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam,arang batu, butir-butir zat padat dan sebagainya

(Suma’mur, 2009).

(35)

13

Hanya debu yang berukuran kurang dari 5 µm yang dapat mencapai bagian dalam dari paru-paru atau alveoli (Lestari, 2010).

2.2.2 Jenis Debu

(36)

14

Tabel 1. Jenis Debu yang Dapat Mengganggu Pernapasan Manusia

Batu bara, karbon hitam, arang, granit TBC, antraks, enzim, bacillus

Histoplasmosis,kriptokokus, thermophilic

Cacar air, Q fever, psikatosis

Padi, gabus, serat nanas, alang-alang Kotoran burung, ayam

Besi, barium, titanium, alumunium, seng Arsen, kobal, nikle, uranium, khrom

2.2.3 Sumber Debu

(37)

15

berada di udara dan tidak mudah mengendap. Sumber-sumber debu dapat berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin maupun akibat aktivitas manusia yang tertiup angin (Yunus, 1997).

2.2.4 Nilai Ambang Batas (NAB) Debu

Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Permenakertrans RI No.13 tahun 2011). Menurut National Occupational Health and Safety Commission (NOHSC) dalam Tanter (2004), NAB kadar debu respirabel individu yang digunakan adalah 3 mg/m3.

2.2.5 Pengaruh Debu Lingkungan Terhadap Kesehatan Manusia

(38)

16

sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda (Pujiastuti, 2002).

Ada tiga cara masuknya bahan polutan seperti debu dari udara ke tubuh manusia, yaitu melalui inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan dari udara dapat menyebabkan gangguan di paru dan saluran nafas. Bahan polutan yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran cerna (Aditama, 2002).

Menurut Riyadina (1996), efek biologis paparan debu di udara terhadap kesehatan manusia atau pekerja terdiri dari:

1. Efek Fibrogenik

Debu fibrogenik sebagai debu respirabel dari kristal silika (asbestos), debu batubara, debuberrylium, debu talk, dan debu dari tumbuhan. Konsentrasi massa dari sisa debu yang respirabel sebagai faktor tunggal yang paling penting pada perkembangan/kemajuan keparahan pneumokoniosis pada pekerja.

2. Efek Iritan

(39)

17

tes fungsional ataupun pemeriksaan secara morfologi dapat diperlihatkan kasus dimana efek yang timbul berasal dari debu. 3. Efek Alergi

Debu dari tumbuhan hewan mempunyai sifat dapat meningkatkan reaksi alergi. Beberapa reaksi kekebalan biasanya membentuk respon secara psikologi berupa iritasi. Secara patologi dapat ditentukan melalui tes alergi sebagai penyakit akibat kerja pada saluran pernafasan yang umumnya berupa asma bronchial. Debu organik yang menyebabkan alergi meliputi tepung, pollen (serbuk sari), rambut hewan, bulu unggas, jamur, cendawan dan serangga.

4. Efek Karsinogenik

Penyebab yang berperan penting dalam pertumbuhan kanker pada manusia adalah debu asbestos, arsenik, chromium dan nikel. Akan tetapi, penyebab tersebut kurang lebih 2000 substansi kimia diketahui sebagai penyebab timbulnya kanker. 5. Efek Sistemik Toksik

(40)

18

6. Efek pada Kulit

Partikel-partikel debu yang berasal dari material yang berbentuk pita dan tebal seperti fiberglass, dan material tahan api sering sebagai penyebab dermatitis.

Berbagai gangguan atau penyakit dapat timbul pada pekerja tergantung dari lamanya paparan dan kepekaan individual terhadap debu. Debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan non spesifik berupa bersin dan batuk. Pneumokoniosis biasanya timbul setelah pekerja terpapar selama bertahun-tahun. Penyakit akibat paparan debu yang lain seperti asma kerja, bronchitis industri (Yunus, 1997).

2.2.6 Pengukuran Kadar Debu di Udara

Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui apakah kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya sesuai dengan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja.

Alat-alat yang biasa digunakan untuk pengambilan sampel debu total (TSP) di udara seperti:

(41)

19

3.Low Volume Dust Sampler

4.Personal Dust Sampler(Ramaddan, 2008).

2.3 Sistem Pernapasan

2.3.1 Anatomi Sistem Pernapasan

Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh dapat menerima kebutuhan oksigen dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya (Price, 2007). Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut terlibat dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen (O2) antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbondioksida (CO2) antara darah dan atmosfer. Struktur yang membentuk sistem pernapasan dapat dibedakan menjadi struktur utama (principal structure), dan struktur pelengkap (accessory structure) (Djojodibroto, 2009).

(42)

20

Tabel 2. Struktur Utama Sistem Pernapasan Saluran Udara Pernapasan

- Saluran Udara Pernapasan Bagian Atas (Jalan Napas) Lubang hidung

Sinus Faring Laring

- Saluran Udara Pernapasan Bagian Bawah (Saluran Napas) Trakea

Bronkus Bronkiolus

Struktur pelengkap sistem pernapasan adalah struktur penunjang yang diperlukan untuk bekerjanya sistem pernapasan itu sendiri. Struktur pelengkap tersebut adalah dinding dada yang terdiri dari iga dan otot, otot abdomen, dan otot-otot lain, diagfragma, serta pleura (Djojodibroto, 2009).

2.3.2 Kapasitas Paru.

Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Kapasitas Paru Total (KPT), sama dengan volume kapasitas vital + volume residu, atau jumlah maksimal udara yang dapat dimuat paru pada akhir inspirasi maksimal dengan cara inspirasi paksa sebesar ± 5.800 ml.

(43)

21

dengan sekuat-kuatnya setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkan dengan maksimal ± 4.600 ml.

3. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal, atau jumlah maksimal udara yang dapat dihirup oleh seseorang sebesar ± 3.500 ml dari posisi istirahat (akhir ekspirasi tenang / normal) sampai jumlah maksimal.

4. Kapasitas Residu Fungsional (KRF), sama dengan volume cadangan ekspirasi + volume residu, atau jumlah udara yang masih tertinggal/tersisa dalam paru pada posisi istirahat atau akhir respirasi normal sebesar ± 2.300 ml.

5. Kapasitas paru wanita, volume kapasitas paru pada wanita 25% lebih kecil dari pada volume kapasitas pada pria dan lebih besar lagi pada seorang atlet dan bertubuh besar dari pada seorang atlet bertubuh kecil (Guyton, 2007).

2.3.3 Pengukuran Pernapasan

(44)

22

maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik (VEP1). Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mL) (Guyton, 2007).

Ada beberapa indikasi-indikasi dari pemeriksaan spirometri seperti:

a. Untuk mengevaluasi gejala dan tanda

b. Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru c. Untuk menilai resiko pra-operasi

d. Untuk menilai prognosis

e. Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat program (Milleret. al, 2005).

(45)

23

Nilai diprediksi Normal untuk fungsi ventilasi umumnya bervariasi sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin: Untuk ketinggian tertentu dan usia, laki-laki memiliki VEP1, KVP, FEF25%-75% dan PEF yang lebih besar tetapi memiliki VEP1/KVP yang relatif lebih kecil. b. Umur: VEP1, KVP, FEF25-75% dan PEF meningkat

sementara penurunan VEP1/ KVP dengan usia sampai sekitar 20 tahun pada wanita dan 25 tahun pada pria. Setelah ini, semua indeks bertahap turun, meskipun kadar penurunan yang tepat tidak diketahui karena keterkaitan antara usia dan tinggi badan. Penurunan VEP1/ KVP dengan usia pada orang dewasa karena penurunan yang lebih besar pada VEP1 dari KVP. c. Tinggi: Semua indeks selain VEP1/ KVP meningkat.

d. Etnis asal: Polinesia termasuk yang paling rendah memiliki VEP1 dan KVP dari berbagai kelompok etnis seperti kaukasia dan afrika (Milleret. al, 2005).

Tes spirometri memiliki Interpretasi Fungsi Ventilasi. Kelainan ventilasi dapat disimpulkan jika ada VEP1, KVP, PEF atau VEP1/KVP adalah luar kisaran normal.

a. Normal: KVP≥ 80%, VEP1/KVP≥75%

(46)

24

c. Gangguan Restriksi: Kapasitas Vital (KV)< 80% nilai prediksi, KVP< 80% nilai prediksi, VEP1/KVP< 75% nilai prediksi (Johns DP, Pierce, 2007).

2.4 Penurunan Fungsi Paru akibat Paparan Debu

Paru merupakan organ di dalam tubuh yang berhubungan langsung dengan udara atmosfer. Dalam 24 jam, 300 juta alveoli yang memiliki luas total permukaan dinding seluas lapangan tenis, akan menampung udara sebanyak 11.520 liter (frekuensi napas 16 per menit, volume tidal 500 ml) sehingga paru mempunyai kemungkinan terpajan bahan atau benda yang berbahaya, seperti partikel debu, gas toksik, dan kuman penyakit yang terdapat di udara (Djojodibroto,2009).

Sebelum kontak dengan manusia, pencemaran udara akibat partikel atau debu mengalami beberapa proses dalam dinamikanya menuju pada manusia, diantaranya adalah :

a. Arah dan kecepatan angin.

Angin menentukan ke mana berbagai bahan pencemar udara akan dibawa, terutama gas dan partikel berukuran kecil.

b. Kelembaban.

(47)

25

c. Suhu.

Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkan kelembapan udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif. Suhu meningkat akan meningkatkan kecepatan reaksi suatu bahan kimia.

d. Sinar matahari.

Sinar matahari dapat mempengaruhi oksidan terutama O2 di atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan alat bangunan atau bahan-bahan terbuat dari karet (Achmadi, 2011).

(48)

26

Mekanisme pengendapan partikel debu di paru berlanggsung dengan berbagai cara :

a. Gravitasi

Sedimentasi partikel yang masuk saluran nafas karena gaya grafitasi. Artinya partikel akan jatuh dan menempel di saluran napas karena faktor gaya tarik bumi. Karena itu terjadinya sedimentasi berhubungan dengan ukuran partiakel, beratnya dan juga kecepatannya.

b. Impaction

Terjadi karena adanya percabangan saluran napas. Partikel yang masuk bersama udara inspirasi akan terbentur di percabangan bronkus dan jatuh pada percabangan yang kecil. Mekanisme impactionbiasanya terjadi pada partikel > 1 mikron.

c. Brown diffusion

Brown diffusion yaitu mengendapnya partikel dengan diameter <2 mikron yang disebabkan oleh terjadinya gerakan keliling (gerakanbrown) dari partikel oleh energi kinetik. Akibat gerakan ini partikel dapat terbawa bergarak langsung ke dinding saluran napas. Difusi ini merupakan cara yang terpenting bagi partikel <0,5 mikron untuk dapat menempel di dinding saluran napas/paru.

d. Electrostatic

(49)

27

e. Interseption

Terjadi pengendapan yang berhubungan dengan sifat fisik partikel berupa ukuran panjang/besar partikel ini penting untuk mengetahui dimana terjadi pengendapan. Sebagian besar partikel yang berukuran >5 mikron akan tertahan dihidung dan jalan napas bagian atas. Partikel yang berukuran antara 3-5 mikron akan tertahan dibagian tengah jalan napas dan partikel berukuran antara 1-3 akan menempel di dalam alveoli (Mengkidi, 2006).

Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut (Pudjiastuti, 2002):

a. 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas. b. 3-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian tengah. c. 1-3 mikron sampai dipermukaan alveoli.

d. 0,5-0,1 mikron hinggap dipermukaan alveoli/selaput lendir sehingga menyebabkan fibrosis paru.

e. 0,1-0,5 mikron melayang dipermukaan alveoli.

(50)

28

debu, juga tergantung pada jenis debu, lama paparan dan kepekaan individual (Yunus, 1997).

2.5 Faktor Lain Yang Mempengaruhi Gangguan Fungsi Paru

Selain yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai faktor yang mempengaruhi fungsi paru seperti paparan debu, ada beberapa hal yang juga menjadi pencetus gangguan fungsi paru, yakni :

2.5.1 Usia

Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur. Semakin tua usia seseorang semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi paru (Suyono, 2001).

(51)

29

Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap kemudian menurun secara perlahan-lahan, biasanya umur 30 tahun sudah mulai penurunan, berikutnya nilai fungsi paru (KVP= Kapasitas Vital Paksa dan VEP1= Volume ekspirasi paksa satu detik pertama) menagalami penurunan rerata sekitar 20 ml tiap pertambahan satu tahun umur individu (Rahmatullah, 2009).

2.5.2 Masa Kerja

Menurut Soleh (2001) masa kerja dikategorikan menjadi dua macam, yaitu masa kerja baru (< 5 tahun) dan masa kerja lama (≥ 5 tahun). Semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak terpapar oleh bahan berbahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur, 2009). Menurut hasil penelitian Rosbinawati (2005) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja seseorang semakin lama terpajan dengan debu, aerosol dan gas iritan sehingga semakin mengganggu kesehatan paru.

2.5.3 Perilaku Penggunaan APD

(52)

30

pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja.

Jenis alat pelindung pernafasan antara lain: a. Masker

Marker digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikelpartikel yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan (Harnawanti, 2009). Adapun jenis-jenis masker dalam membantu pekerjaan:

1. Masker sekali pakai

Masker ini terbuat dari bahan filter, beberapa cocok untuk debu berukuran pernapasan.

2. Separuh masker

Masker ini terbuat dari karet atau plastik yang dirancang untuk menutup mulut dan hidung. Alat ini memiliki cartridge filter yang dapat diganti.

3. Masker seluruh muka

(53)

31

4. Masker berdaya

Masker ini terbuat dari karet atau plastik yang dirancang untuk menutup hidung yang dipertahankan dalam tekanan positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter deengan bantuan kipas baterai (Ramaddan, 2008).

b. Respirator

Menurut Harwanti (2009), alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara lain:

1. Chemical Respirator

Merupakancatridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan toksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silica gel. Sedangkan canister digunakan untuk mengadsorbsi khlor dan gas atau uap zat organik.

2. Mechanical Filter Respirator

(54)

32

Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas atau wol dan serat sintetis yang dilapisi dengan resin untuk memberi muatan pada partikel.

2.5.4 Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit merupakan faktor yang dianggap juga sebagai pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena penyakit yang di derita seseorang akan mempengaruhi kondisi kesehatan dalam lingkungan kerja. Apabila seseorang pernah atau sementara menderita penyakit sistem pernafasan, maka akan meningkatkan resiko timbulnya penyakit sistem pernapasan jika terpapar debu.

2.5.5 Jenis Kelamin

Menurut Guyton (2007) volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil daripada pria, dan lebih besar lagi pada atletis dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis.

2.5.6 Kebiasaan Olahraga

(55)

33

besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga. Kebiasaan olah raga akan meningkan kapasitas paru dan akan meningkat 30-40% (Guyton, 2007).

2.5.7 Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan darinutrituredalam bentuk variabel tertentu. Status gizi buruk akan menyebabkan daya tahan tubuh seseorang akan menurun, sehingga dengan menurunnya daya tahan tubuh, seseorang akan mudah terinfeksi oleh mikroba. Berkaitan dengan infeksi saluran nafas apabila terjadi secara berulang- ulang dan disertai batuk berdahak, akan dapat menyebabkan terjadinya bronkitis kronis. Salah satu akibat kekurangan gizi dapat menurunkan imunitas dan anti bodi sehingga seseorang mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek, diare dan berkurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap benda asing seperti debu yang masuk ke dalam tubuh (Supariasa, 2002).

(56)

34

yang merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses pengolahan makanan, 3) Aktifitas fisik adalah kegiatan tubuh yang mebutuhkan energi dan 4) Pertumbuhan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel dan jaringan baru. Dalam hal ini gizi baik akan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dan akan mempengaruhi produktifitas tenaga kerja sehingga dapat mengalami peningkatan produktifitas perusahaan dan produktifitas nasional (Supariasa, 2002).

Status gizi ini dapat dihitung salah satunya dengan menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan rumus (Pikih, 2014):

IMT = Berat badan (kg) (Tinggi badan (m))²

Kategori berdasarkan Depkes (2003) : 1. Kurus sekali : < 17

2. Kurus : 17–18,4 3. Normal : 18,5–25 4. Gemuk : 25–27 5. Gemuk sekali : > 27.

2.5.8 Kebiasaan Merokok

(57)

35

(FEV1) berhubungan langsung dengan kebiasaan merokok (konsumsi rokok). Pada orang dengan fungsi paru normal dan tidak merokok mengalami penurunan FEV1 20 ml pertahun, sedangkan pada orang yang merokok (perokok) akan mengalami penurunan FEV1 lebih dari 50 ml pertahunnya (Rahmatullah, 2009).

(58)

36

Seorang dapat digolongkan sebagai :

a. Tidak merokok (bukan perokok).

b. Perokok ringan (jika dalam hidupnya pernah merokok sebanyak 100 batang rokok dan saat dianamnesis masih sering merokok).

c. Perokok berat (jika hasil perkalian antara jumlah batang rokok yang diisap per hari dan lamanya merokok dalam hitungan tahun lebih dari 400 batang per tahun). Indeks Brinkman = jumlah rokok per hari (batang) x lamanya merokok (tahun).

d. Bekas perokok (jika seorang perokok saat dianamnesis telah berhenti merokok 3 tahun yang lalu dan tidak pernah merokok lagi) (Bustan, 2007).

2.6 Kerangka Teori

Kerangka teori diperoleh dari hasil modifikasi berbagai sumber. Pikih (2014) menyatakan terdapat hubungan antara kadar debu total dengan nilai kapasitas vital paru. Usia (Budiono, 2007), jenis kelamin (Pearce,

2009), masa kerja (Suma’mur, 2009), aktivitas merokok (Rahmatullah,

2009), aktivitas olahraga (Guyton, 2007), indeks massa tubuh (Supriasa, 2002), riwayat penyakit (Guyton, 2007), riwayat pekerjaan (Suma’mur,

(59)

37

Dari hasil modifikasi tersebut digambarkan kerangka teori sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Teori (Pikih (2014); (Budiono, 2007);(Suma’mur, 2009); (Rahmatullah, 2009); (Guyton, 2007); (Supriasa, 2002); (Guyton, 2007);(Suma’mur, 2009); (Harnawati, 2009); (Budiono, 2007); (Guyton,

2007)). Kadar Debu Total

Faktor Eksternal : 1. Masa kerja 2. Riwayat

pekerjaan 3. Kebiasaan

merokok 4. Kebiasaan

olahraga 5. Penggunaan

APD 6. Beban kerja Faktor Internal :

1. Umur 2. Jenis

kelamin 3. Riwayat penyakit

(60)

38

2.7 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Keterangan :

: diteliti : Tidak diteliti

(61)

39

2.8 Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian kali ini adalah :

Ho : Tidak ada hubungan antara kadar debu total, umur pekerja, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan alat pelindung diri dengan nilai kapasitas vital paru pada pekerja PT. Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung.

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu melakukan pengukuran terhadap nilai kapasitas vital paru tenaga kerja dan kadar debu di tempat kerja, mengumpulkan data-data mengenai umur, jenis kelamin, durasi paparan, masa kerja, dan pemakaian alat pelindung diri saat bekerja. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lain dari suatu populasi pada satu waktu tertentu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016.

3.2.2 Tempat Penelitian

(63)

41

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai kapasitas vital paru pada pekerja.

3.3.2 Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang apabila berubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar debu total, umur pekerja, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan alat pelindung diri.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

(64)

42

3.4.2 Sampel Penelitian

Sebagai sampel penelitian diambil dari sebagian populasi, jumlah sampel yang diuji dihitung dengan menggunakan rumus dari Sevilla et al yaitu rumus slovin dan menggunakan bantuan kalkulator. Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

n = besar sampel (sample size) N = besar populasi

e = taraf kesalahan (error) sebesar 0,05

Sehingga didapatkan jumlah sampel sebagai berikut:

pekerja

(65)

43

3.4.3 Kriteria Inklusi

Sampel penelitian sebanyak 181 responden adalah sebagian dari populasi yang ditentukan dengan kriteria inklusi sebagai berikut: a. Pekerja PT Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan b. Bersedia mengikuti penelitian.

c. Berjenis kelamin laki-laki.

d. Melakukan Medical Check Up di klinik PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Tarahan, Bandar Lampung.

3.4.4 Kriteria Eksklusi

Sampel penelitian sebanyak 181 responden adalah sebagian dari populasi yang apabila terdapat kriteria ekslusi tidak dapat menjadi responden dalam penelitian ini. Kriteria ekslusi yang diajukan adalah:

a. Pekerja yang tidak mau menjadi subjek penelitian. b. Pekerja yang mengundurkan diri.

(66)

44

3.5 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Alat ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur

Paparan

(67)

45

Kuesioner Kuesioner Ordinal 0. Bukan perokok

(68)

46

3.6 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

a. Alat tulis, yaitu peralatan yang di gunakan untuk mencatat data penelitian

b. FormulirInformed Consent

Merupakan formulir yang berisi kesediaan dari responden dalam mengikuti penelitian yang akan dilakukan.

c. Kuesioner Penelitian

Kuesioner dipakai untuk mencatat dan sebagai pedoman penelitian untuk mendapatkan data-data mengenai umur pekerja, jenis kelamin, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, status gizi dan penggunaan alat pelindung diri saat bekerja. Bagi para pekerja sebagai responden, disusun daftar pertanyaan untuk memperoleh data pendukung tersebut oleh peneliti yang dibuat peneliti dengan mengacu pada landasan teori. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner modifikasi dari penelitian sebelumnya.

d. Haz-DustModel EPAM-5000

(69)

47

alat untuk memantau real-time partikulat dengan sensitivitas tinggi yang dirancang untuk ambien kualitas udara lingkungan dan udara ruangan.

Unit ini menggabungkan teknik saringan tradisional dengan metodereal-time monitoring.

Cara penggunaan alat :

1. Masukkan filter pada tempat yang telah disediakan pada alat. 2. Pilih dan pasang impactor yang sesuai dengan ukuran partikulat. Terdapat tiga ukuran yaitu 1 µm, 2.5 µm dan 10 µm.

3. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON. 4. Untuk ukuran partikulat 1 µm :

-Pilihspecial functiondari menu utama -Pilihsystem options

-Pilihextended options

-Pilihsize select: pilih ukuran 1 µm -Pilihspecial function

- Pilihsystem operations

- Pilihsample rate: pilih waktu pengukuran. - Pilihrun

(70)

48

- Tunggu sampai waktu yang ditentukan - Baca hasil pengukuran

5. Lakukan kembali langkah 1-4 untuk ukuran partikulat 2.5 µm dan 10 µm.

6. Tentukan rerata nilai partikulat .

e. Spirometer

Spirometer yaitu alat untuk mengukur fungsi paru. Cara mengukur kapasitas vital paru menggunakan spirometri yaitu : 1. Subjek diminta menghirup udara sebanyak mungkin

2. Subjek diminta mengeluarkan udara sebanyak mungkin tanpa maneuver paksa.

Pemeriksaan harus memenuhi syarat sebagai berikut harus memenuhi syarat pemeriksaan spirometri yaitu :

1. Persiapan operator

Operator harus memiliki pengetahuan yang memadai, mengetahui tujuan pemeriksaan dan mampu melakukan intruksi kepada subjek dengan maneuver yang benar.

2. Persiapan Alat

Spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan arus udara minimal 1 kali seminggu.

3. Persiapan subjek

(71)

49

b. Subjek sudah mengetahui sebelumnya tentang tujuan dan maneuver yang akan dilakukan.

c. Subjek harus bebas rokok minimal 2 jam sebelum pemeriksaan

d. Subjek tidak makan terlalu kenyang e. Tidak berpakaian terlalu ketat

f. Penggunaan obat pelega napas terakhir 8 jam sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi panjang.

4. Kondisi Lingkungan

Ruang pemeriksaan harus mempunyai sistem ventilasi yang baik dan suhu berkisar 17-40 C.

3.6.2 Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian diperlukan berbagai data baik primer maupun data sekuder. Data-data tersebut adalah :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung.

Cara memperoleh data primer yaitu dengan melakukan :

a. Pengamatan terhadap proses produksi, keadaan lingkungan tempat kerja, dan keadaan tenaga kerja.

(72)

50

c. Wawancara dan pemberian kuesioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan ataupun referensi yang relevan terhadap objek yang sedang diteliti.

Adapun data sekunder dalam penelitian ini meliputi:

a. Buku dan jurnal referensi yang relevan terhadap objek yang diteliti.

(73)

51

3.7 Alur Penelitian

Adapun alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

2

Gambar 3. Bagan Prosedur Penelitian

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan data

Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelititan yang telah dilakukan agar dapat dipahami, dinalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan kemudian ditarik

Penelusuran Kepustakaan dan Survey Pendahuluan

Penyusunan Proposal Penelitian

Seminar Proposal

Permohonan Izin Penelitian

Proses Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

(74)

52

kesimpulan sehingga menggambarkan hasil penelitian (Suyanto, 2005). Adapun teknik penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Pemeriksaan data (editing)

Editing dilakukan sebelum pengolahan data. Data yang telah dikumpulkan dari kuesioner perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki, apabila terdapat hal-hal yang salah atau masih meragukan misalnya, apakah semua pertanyaan sudah terisi, apakah jawaban relevan dengan pertanyaan, apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban-jawaban pertanyaan yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas data serta menghilangkan keraguan data.

b. Pemberian kode (Coding)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atua bilangan. Pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

c. Pemberian skor (scoring)

(75)

53

d. Tabulasi

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel-tabel sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Suyanto, 2005).

3.8.2 Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik dengan menggunakan metode :

a. Analisis Univariat

Analisis yang digunakan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persen dari tiap variabel. Analisis data ini digunakan untuk mendeskripsikan semua variable dalam bentuk tabel diagram distribusi dan persentase untuk memberikan gambaran mengenai kadar debu batu bara dengan kapasitas vital paru pada pekerja batu bara.

b. Analisis Bivariat

(76)

54

Rumus uji statistikChi Squareyaitu :

Keterangan : = Kai kuadrat

= Frekuensi hasil observasi dari sampel penelitian

= Frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian dengan

p= 0.05

(77)

55

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik model prediksi, dengan tingkat kepercayaan 95% dan menggunakan metode menentukan odds rasio variabel kategorik polikontom dengan salah satu kategori menjadi pembanding dengan carachi square.

Langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik adalah sebagai berikut (Dahlan, 2014)

1. Melakukan seleksi variabel yang layak dilakukan dalam model multivariat dengan cara terlebih dahulu melakukan seleksi bivariat antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen dengan uji regresi logistik sederhana

2. Bila hasil analisis bivariat menghasilkan pvalue< 0,25 atau termasuk substansi yang penting maka variabel tersebut dapat dimasukkan dalam model multivariat. 3. Variabel yang memenuhi syarat lalu dimasukkan ke

dalam analisis multivariat.

(78)

56

5. Variabel yang p valuenya >0,05 ditandai dan dikeluarkan satu-persatu dari model, hingga seluruh variabel yang p value-nya >0,05 hilang.

6. Untuk melihat adanya interaksi antar variabel selanjutnya dilakukan uji interaksi. Variabel dikatakan tidak saling berinteraksi jika didapatkan hasil p value-nya >0,05 pada α:0,05.

7. Pada langkah terakhir akan tampak nilai exp(B), yang menunjukan bahwa semakin besar nilai exp(B)/OR maka makin besar pengaruh variabel tersebut tehadap variabel dependen.

3.9 Etika Penelitian

(79)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Kesimpulan Umum

Dari hasil penelitian di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai kapasitas vital paru dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai kapasitas vital paru adalah umur, status gizi, masa kerja, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga sedangkan yang tidak berhubungan yaitu penggunaan APD.

5.1.2 Kesimpulan Khusus

Dari hasil penelitian di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai kapasitas vital paru dapat disimpulkan bahwa :

(80)

paru sebanyak 59,1% sementara 40,9% memiliki nilai kapasitas vital paru dalam ambang normal.

2. Kadar debu di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung dibawah NAB dengan nilai rerata sebesar 1,20 mg/mm3.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan nilai kapasitas vital paru pekerja di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung.

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan nilai kapasitas vital paru pekerja di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung.

5. Terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan nilai kapasitas vital paru pekerja di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung.

6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dengan nilai kapasitas vital paru pekerja di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung.

7. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan nilai kapasitas vital paru pekerja di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung.

(81)

✂ ✄

9. Masa kerja merupakan faktor yang paling berhubungan terhadap nilai kapasitas vital paru di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung.

5.2 Saran

1. Bagi responden, yaitu karyawan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung, diharapkan untuk meningkatkan konsumsi makanan bergizi, melakukan olahraga rutin dan membatasi konsumsi rokok.

2. Bagi Institusi

a. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Lampung, diharapkan untuk membuat kebijakan untuk tidak merokok di lingkungan kerja.

b. Perguruan Tinggi, khususnya Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dapat bekerja sama dengan pihak terkait untuk mengembangkan penelitian khususnya di bidang Kedokteran Okupasi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

(82)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi UF. 2011. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: Rajawali Press.

Aditama. 2002.Penyakit Paru Akibat Kerja.Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan.Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. Amminudin A. 2011.Kajian Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L) pada Proses Blasting di Area Pertambangan Batubara PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya Kalimantan Timur.[Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Anshar AS. 2005.Hubungan Paparan Debu Gamping Dengan Kapasitas Vital Paksa Paru Pada Pekerja Batu Gamping di UD. Usaha Maju. [Skripsi]. Yogyakarta: Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. Antao S. 2005.Rapidly progressive coal workers’ Pneumoconiosis inthe

united states: geographic clustering and other factors. United States: Occup Environment Med.

Aydin H. 2010.Evaluation of The Risk of coal Workers Pneumoconiosis (CWP):A Case Study For The Turkish Hardcoal Minning.Turkey: Department of Minning Enginering, Zonguldak Karaelmas University. Budiono I. 2009.Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja

Pengecatan Mobil.[Tesis]. Semarang: Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Bustan. 2007.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Jakarta: PT. Rineke Cipta.

Cheremisinoff P. 1999.Handbook of Industrial Toxicology and Hazardous Materials. New York: Marcel Deker.

Darling D. 2011. The Encyclopedia of Science, Anatomy and Physiology. USA [cited 2015 28 March]; Available from :

(83)

☎ ✆

Depkes RI. 2003.Modul Penelitian Bagi Fasilitas Kesehatan Kerja. Jakarta.

Deviandhoko, Endah N, Nurjazuli. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pengelasan di Kota Pontianak.Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 11(2): 123-9 Direktorat Gizi Masyarakat. 2003.Petunjuk Teknis Pemantauan Status

Gizi Orang Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).Jakarta: Dirjen Binkesmas Depkes RI.

Djojodibroto RD. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Donoghue AM. 2004.Occupational health hazards in mining: an overview. [cited 2015 9 September]. Available from:

http://www.oxfordjournals.org

Faridawati R. 1995.Penatalaksanaan Pneumonia Bakteri pada Usia Lanjut. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran.

Ferreira EF. 2008.Evaluating Coal Dust At The Face of South African Coal mines. Johhanessburg: Master of Public Health-Occupational Hygiene.

Flier JS. 1994.Obesity, Diabetes Mellitus. Philadelphia: Lea and Febriger, Waverty Co. p 351-62

Gehr dan Heyder. 2000.Particle-Lung Interaction. New York: Marcel Dekker, Inc.

Ghorayeb Y. 2011. Anatomy of the Sinuses, OtolaryngologyHead & Neck

Surgery. Texas [cited 2015 28 March]; Available from: http://www.ghorayeb.com/AnatomySinuses.html.

Guyton AC and Hall JE. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta: EGC.

Harwanti N. 2009.Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Memberikan Perlindungan Bagi Tenaga Kerja di Instalasi Rawat Inap I PSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.[Skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

(84)

✝8

ILO. 2013.Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja

Keberlanjutan Melalui Perusahaan yang Kompetitif dan Bertanggung Jawab (SCORE) Modul 5.Jakarta: International Labour Office. Juarfianti, Engka JNA, Supit S. 2015. Kapasitas Vital Paru Pada Penduduk

Dataran Tinggi Desa Rurukan Tomohon. Jurnal e-Biomedik(eBm), 3(1): 430-4.

Khumaidah. 2009.Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel PT. Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. [Skripsi]. Semarang : Universitas Diponogoro.

Lestari F. 2011. BAHAN KIMIA, Sampling dan Pengukuran

Kontaminasi K imia di Udara. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mengkidi D. 2006.Gangguan Fungsi Paru dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Karyawan P.T Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan.[Skripsi]. Semarang : Universitas Diponegoro Miller GJ, Hearn CED and Edwards EHT. 2008.Pulmonary Function At

Rest And During Exercise Following Bagassosis. University of the west indies, Mona, jamaica. The med research council's epid unit. Mukono HJ. 2008.Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan edisi kedua.

Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga. Pearce E. 2009.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta: PT.

Gramedia.

Prasetyo DR. 2010.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bengkel Las di Pisangan Ciputat Tahun 2010 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Pratama P. 2014.Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Nilai Kapasitas Vital Paru Pada Operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Di Kecamatan Ciputat Tahun 2014. [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Price SA and Wilson LM. 2007.Pathophysiology Clinical Concepts of Disease Processes. Jakarta: EGC.

Gambar

Tabel 2. Struktur Utama Sistem Pernapasan
Gambar 1. Kerangka Teori (Pikih (2014); (Budiono, 2007); (Suma’mur,
Gambar 2. Kerangka Konsep
Tabel 3. Definisi Operasional
+2

Referensi

Dokumen terkait

STANDAR ISI STANDAR PROSES STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STANDAR PENGELOLAAN STANDAR PEMBIAYAAN STANDAR PENILAIAN STANDAR SARANA &amp; PRASARANA STANDAR PENDIDIK/ TENAGA

Setelah diadakan evaluasi, klarifikasi dan pembuktian kualifikasi oleh Panitia Pengadaan Barang dan Jasa menurut ketentuan yang berlaku dan dituangkan dalam Berita Acara

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun seledri, semakin besar pula diameter zona hambat yang

• (DAWSON, PREWITT, &amp; DAWSON (1977): PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN  SARANA PENTING UNTUK MEMELIHARA DAN MENTRANSFORMASIKAN NILAI-NILAI POLITIK DARI SUATU SISTEM.. POLITIK

FAJAR KARYA dan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “Daya Antibakteri Ekstrak Daun Seledri ( Apium graveolens L.) terhadap

[r]

Setelah diadakan evaluasi, klarifikasi dan pembuktian kualifikasi oleh Panitia Pengadaan Barang dan Jasa menurut ketentuan yang berlaku dan dituangkan dalam Berita Acara