• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Oral Higiene dengan Pengalaman Karies anak Usia 12 Tahun Menggunakan Indeks DMFT dan SiC (WHO) di SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Oral Higiene dengan Pengalaman Karies anak Usia 12 Tahun Menggunakan Indeks DMFT dan SiC (WHO) di SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

1

2

UNIVERSITAS SUMATERA UT ARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

HUBUNGAN ORAL HIGIENE DENGAN PENGALAMAN KARIES ANAK USIA 12 TAHUN MENGGUNAKAN INDEKS DMF-T DAN SIC (WHO)

DI SD SWASTA AL-ULUM MEDAN DAN SD NEGERI DI KECAMATAN MEDAN KOTA.

Nama : NO :

TANGGAL :

A. 1) JenisKelamin : 1. Laki-laki 2.Perempuan

2) Usia :

B. Pemeriksaan gigi

27 26 25 24 23 22 21 11 12 13 14 15 16 17

47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

Indeks Karies (Menurut WHO) Kode Kode Pemeriksa Kondisi

(2)

3

4

5

1 D Lubang

2 D Tumpatan dengan lubang (karies sekunder)

3 F Tumpatan baik

4 M Hilang karena karies

Skor DMFT = (D) + (M) + (F) =

C. Pemeriksaan Oral Higiene

1. Indeks Debris :

Skor Kriteria Debris Skor Kriteria Kalkulus 0 Tidak ada debris 0 Tidak ada kalkulus 1 Debris menutupi

tidak lebih 1/3

1 Kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3permukaan gigi yang terkena.

2 Debris menutupi lebih dari 1/3 tapi

(3)

6

7 3. OHI-S = Skor Debris + Skor Kalkulus = + =

Kategori OHI-S : Baik : 0,0 – 1,2

Sedang : 1,3 – 3,0

Buruk : 3,1 – 6,0 kurang dari 2/3 permukaan gigi.

yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva berupa flek disekeliling leher gigi.

Subgingival mengelilingi leher berupa flek 3 Debris menutupi

lebih dari 2/3 permukaan gigi.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

FREQUENCIES VARIABLES=jk /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet5] Tabel 2. Persentase siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota.sav

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-lak 114 50.9 50.9 50.9

Perempua 110 49.1 49.1 100.0

Total 224 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=skorOHIS KategoriOHIS indeksdebris indekskalkulus /STATISTICS=STDDEV MEAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet5] Tabel 3. Rerata OHIS siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota.sav

Statistics

skor OHIS kategori OHIS indeks debris indeks kalkulus

N Valid 224 224 224 224

Missing 0 0 0 0

Mean 1.6212 1.1173 .5082

(10)

kategori OHIS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Baik indeks debris indeks kalkulus ohis

N Valid 84 84 84 84

Missing 0 0 0 0

Mean .7101 .1655 .8696

Std. Deviation .18980 .16796 .23679

Statistics

sedang indeks debris indeks kalkulus ohis

N Valid 124 124 124 124

Missing 0 0 0 0

Mean 1.2549 .6155 1.8666

Std. Deviation .31499 .31596 .44935

Statistics

buruk indeks debris indeks kalkulus ohis

N Valid 16 16 16 16

Missing 0 0 0 0

Mean 2.1888 1.4763 3.6650

(11)

[DataSet4] Tabel 4. Prevalensi karies SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 37 16.5 16.5 16.5

ya 187 83.5 83.5 100.0

Total 224 100.0 100.0

[DataSet5] Tabel 5. Rerata DMFT pada siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota.sav

Statistics

jenis kelamin decay missing filling DMFT

N Valid 224 224 224 224 224

Missing 0 0 0 0 0

Mean 2.4598 .0580 .0402 2.5625

Std. Deviation 1.90308 .28604 .19682 1.96280

Statistics

laki-laki decayed missing fillling DMFT

N Valid 114 114 114 114 114

Missing 0 0 0 0 0

(12)

Statistics

perempuan decayed missing filling DMFT

N Valid 110 110 110 110 110

Missing 0 0 0 0 0

Mean 2.5091 .0455 .0455 2.6091

Std. Deviation 1.97110 .24927 .20925 2.12065

[DataSet21] Tabel 6. Skor SiC berdasarkan jenis kelamin.sav

Statistics

jenis kelamin SiC

N Valid 75 75

Missing 0 0

Mean 4.6933

Std. Deviation 1.57663

Statistics

laki-laki SiC

N Valid 38 38

Missing 0 0

Mean 5.2632

Std. Deviation 1.92683

Statistics

perempuan SiC

N Valid 37 37

Missing 0 0

Mean 4.1081

(13)

[DataSet25] Tabel 7. Hasil Analisis oral higiene dengan rerata DMFT.sav

Statistics

kategori OHIS DMFT skor OHIS

N Valid 224 224 224

Missing 0 0 0

Mean 2.5625 1.6212

Std. Deviation 1.96280 .83292

Statistics

baik DMFT ohis

N Valid 84 84 84

Missing 0 0 0

Mean 1.6764 .8696

Std. Deviation 1.40348 .23679

Statistics

sedang dmft ohis

N Valid 124 124 124

Missing 0 0 0

Mean 2.9839 1.8666

Std. Deviation 2.04814 .44935

Statistics

buruk DMFT ohis

N Valid 16 16 16

Missing 0 0 0

Mean 3.8125 3.6650

(14)

Oneway

Descriptives skor OHIS

95% Confidence Interval for Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

(15)

[DataSet21] Tabel 8. Hasil analisis oral higiene dengan rerata SiC.sav

Statistics

Kategori OHIS SiC OHIS

N Valid 75 75 75

Missing 0 0 0

Mean 4.6933 1.6772

Std. Deviation 1.57663 .82156

Statistics

baik SiC OHIS

N Valid 12 12 12

Missing 0 0 0

Mean 4.0833 .5950

Std. Deviation .66856 .30038

Statistics

sedang SiC skor OHIS

N Valid 55 55 55

Missing 0 0 0

Mean 4.7091 1.6491

Std. Deviation 1.66303 .36664

Statistics

buruk SiC skor ohis

N Valid 8 8 8

Missing 0 0 0

Mean 5.5000 3.4938

(16)

Oneway

Descriptives OHIS

95% Confidence Interval for Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

3.00 13 1.5092 .70745 .19621 1.0817 1.9367

4.00 31 1.4752 .71774 .12891 1.2119 1.7384

5.00 12 1.3742 .58813 .16978 1.0005 1.7478

6.00 13 2.2138 .87226 .24192 1.6867 2.7409

7.00 3 2.7400 1.12214 .64787 -.0476 5.5276

8.00 1 3.3000 . . . .

10.00 1 1.3300 . . . .

12.00 1 2.3200 . . . .

Total 75 1.6772 .82156 .09487 1.4882 1.8662

Test of Homogeneity of Variances OHIS

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.799a 4 67 .530

.

ANOVA OHIS

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 13.034 7 1.862 3.380 .004

Within Groups 36.914 67 .551

(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Syahfitri Sinaga

Tempat/tanggal lahir : Medan, 13 Maret 1994

Alamat : Jln. Swadaya Simp. Sepakat No.199 Medan

20228

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Bapak : Ahmad Sinaga,S.Sos., M.M

Ibu : Masnun

Alamat Orang Tua : Jln. Swadaya Simp. Sepakat No.199 Medan

20228

Pendidikan

SD : Perguruan Swasta SD Islam Teladan

SMP : SMP Negeri 4 Medan

SMA : SMA Negeri 5 Medan

(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat : Pencegahan dan Pemeliharaan. Medan : USU Press, 2008; 4-35.

2. Riedle L. Gambaran kebutuhan perawatan karies gigi pada siswa sekolah menengah atas di Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung. J eG 2013; 1. 3. Dengah PR, Mariyati WN. Gambaran tingkat karies berdasarkan status

kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 12-13 tahun di SMP Katolik Santo Yohanis Penginjil Desa Laikit Minahasa Utara. J eG 2015; 3: 488-493.

4. Mirjana Djurickovic. The state of oral health in children at the age of 12 in Montenegro. Vojnosanitetski Pregled 2011; 68: 550-555.

5. Namal N. Significant caries index values and related factors in 5-6 year old children in Istanbul Turkey. Eastern Mediterranean Health J 2009; 15: 1. 6. Poudyal S. Dental Caries Experience Using the significant caries index among

12 year old school children in Karnataka India. International J Advanced R 2015; 3: 5: 308-312.

7. Nishi M, Bratthall D, Stjernsward J. How to calculate the significant caries index (SiC Index). Faculty of Odontology University of Malmo Sweden,2001. 8. Hobdell M. global goals for oral health 2020. International Dent J 2003; 53:

285-288.

9. Putri HM. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC, 2010: 154-157.

10.Hongini YS. Kesehatan gigi dan mulut. Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2012: 37-38.

11.Noerdin S. Pencegahan karies dengan pemberian fluoride pada anak. J I TEK GI 2010; 7 (1): 31-36.

(19)

13.Ditmyer M. Inequalities of caries experience in Nevada youth expressed by DMFT index vs significant caries index (SiC) over time. BMC Oral Health 2011; 11-12.

14.Alhamda S. Status kebersihan gigi dan mulut dengan status karies gigi (kajian pada murid kelompok usia 12 tahun di SD Negeri Kota Bukittinggi). Berita Kedokteran Masyarakat 2011; 27 (2): 108-115.

15.Fujita H, Asakura K, Ogura M. Age and sex-related dental caries prevalence in Japanese from the jomon period. J Oral Biosciences 2007:198-204.

(20)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional,

yang mempelajari interaksi pengaruh antara organisme, agen, dan lingkungan dalam waktu yang sama.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah anak di SD Swasta Al-Ulum Medan yang berjumlah 144 orang dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota yang berjumlah 149 orang yang terdiri dari SD Negeri 060807 yang berjumlah 52 orang, SD Negeri 060809 yang berjumlah 49 orang dan SD Negeri 060810 yang berjumlah 48 orang, sehingga total populasi adalah 293 orang. Cara sampling yang digunakan adalah

purposive sampling dengan kriteria inklusi anak usia 12 tahun yang berjumlah 230 orang yang terdiri dari SD Swasta Al-ulum Medan dengan jumlah 125 orang dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota dengan jumlah 105 orang yang terdiri dari :

1. SD Negeri 060807 yang berjumlah 31 orang. 2. SD Negeri 060809 yang berjumlah 40 orang. 3. SD Negeri 060810 yang berjumlah 34 orang.

Kriteria inklusi adalah anak usia 12 tahun, kehadiran saat penelitian, kooperatif dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian, sedangkan, kriteria eksklusi adalah anak yang tidak hadir saat penelitian.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

a. Penelitian dilakukan di SD Swasta Al-Ulum Medan Jln. Puri No.154/346 Medan.

(21)

c. Waktu penelitian dijalankan selama 7 bulan dimulai dari pembuatan dan pengajuan proposal hingga selesai.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan. 2. Usia adalah ulang tahun terakhir responden.

3. Skor oral higiene yaitu pengukuran skor plak dan skor kalkulus dengan menggunakan indeks OHI-S.

4. Pengalaman karies yaitu pengukuran skor DMF-T yaitu jumlah skor yang

menunjukkan adanya karies gigi (Decayed), kehilangan gigi (Missing) dan tumpatan yang baik (Filling), yang dihitung dengan menggunakan indeks DMF-T WHO.

5. Skor SiC yaitu angka yang menunjukkan skor DMF-T yang dihitung dengan mengambil sepertiga populasi yang mempunyai skor DMFT tertinggi dan dihitung nilai rata-ratanya.

3.5 Cara Pengambilan Data

1. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang telah disediakan pihak sekolah dengan bantuan cahaya matahari yang terang melalui jendela kelas.

2. Setiap 5 murid dipanggil dari kelasnya masing-masing dan dikumpulkan di ruangan pemeriksaan, kemudian didudukkan di bangku yang telah disediakan.

3. Pemeriksaan oral higiene dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde tanpa menggunakan zat pewarna plak. Hasil pemeriksaan dicatat pada kuesioner yang tersedia.

4. Pemeriksaan pengalaman karies dilakukan dengan kaca mulut dan sonde untuk menghitung skor DMF-T.

(22)

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi yaitu data dimasukkan kedalam program komputer untuk dianalisis dengan uji statistik.

a. Univariat : Menghitung skor oral higiene, DMFT, dan SiC pada anak usia 12 tahun.

b. Bivariat : 1). Menganalisis hubungan oral higiene dengan DMFT anak usia 12 tahun menggunakan uji statistik one-way Anova.

(23)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Persentase Siswa/I SD Swasta Al-ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota.

Pada penelitian ini sampel sebanyak 230 orang, namun 4 orang tidak hadir saat pemeriksaan dan 2 orang anak menolak untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden laki-laki sebanyak 50,9% hampir sama dengan perempuan (49,1%) (Tabel 2)

Tabel 2. Persentase siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di

a Kecamatan Medan Kota berdasarkan jenis kelamin (n=224)

Jenis Kelamin n %

4.2 Oral Higiene Indeks Simplified

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) pada siswa/i SD Swasta Al-ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota adalah 1,62 ± 0,83 dengan indeks debris 1,11 ± 0,47 dan indeks kalkulus 0,50 ± 0,43 (Tabel 3)

Tabel 3. Rerata OHIS siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di

MKecamatan Medan Kota

(24)

4.2.1 Prevalensi karies siswa/i SD Swasta Al-ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota

Prevalensi karies gigi pada siswa/i SD Swasta Al-ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota adalah 83,5% (Tabel 4).

Tabel 4. Prevalensi karies siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di

aKecamatan Medan Kota

Karies n %

Ada 187 83,5

Tidak ada 37 16.5

Total 224 100

4.2.2 Rerata Pengalaman Karies

Rata-rata DMFT keseluruhan anak yang menjadi responden adalah 2,57 ± 1,97, dengan Decay 2,45 ± 1,90, Missing 0,05 ± 0,29, dan Filling 0,04 ± 0,20 (Tabel 5). Berdasarkan jenis kelamin, rerata DMFT pada perempuan lebih tinggi yaitu 2,60 ± 2,12 dibandingkan responden laki-laki yaitu 2,51 ± 1,81.

Tabel 5. Rerata DMFT pada siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di

iKecamatan Medan Kota berdasarkan jenis kelamin

Jenis

(25)

1,81. Sedangkan, berdasarkan jenis kelamin skor SiC lebih tinggi pada laki-laki yaitu 5,26 ± 1,92 dibandingkan pada perempuan 4,10 ± 0,77.

Tabel 6. Skor DMFT dan SiC pada siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD

bNegeri di Kecamatan Medan Kota berdasarkan jenis kelamin

Jenis

4.3 Hubungan Oral Higiene dengan Pengalaman Karies Menggunakan Indeks DMFT dan SiC (WHO)

Tabel 7 menunjukkan OHIS secara umum 2,57 ± 1,57 dengan kategori baik mempunyai DMFT 1,67 ± 1,40, sedangkan OHIS dengan kategori buruk mempunyai DMFT 3,81 ± 2,13. OHIS yang baik mempunyai DMFT yang rendah, sebaliknya OHIS yang buruk mempunyai skor DMFT yang tinggi. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan anatar oral higiene dengan indeks DMFT (p=0,000).

Tabel 7. Hasil analisis kategori oral higiene dengan rerata DMFT pada siswa/i SD

iSwasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota

Kategori

(26)

SiC 5,50 ± 1,69. OHIS yang baik mempunyai SiC yang rendah, sebaliknya OHIS yang buruk mempunyai skor SiC yang tinggi. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara oral higiene dengan skor SiC (p=0,004).

Tabel 8. Hasil analisis kategori oral higiene dengan rerata SiC pada siswa/i SD

aSwasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota

Kategori OHIS

n

SiC Rerata SiC

(

x

̄

± SD)

Hasil analisis

Baik (0-1,2) 12 4,08 ± 0,66

p= 0,004

Sedang (1,3-3,0) 55 4,70 ± 1,66

Buruk (3,1-6) 8 5,50 ± 1,69

(27)

BAB 5 PEMBAHASAN

Tabel 3 menunjukkan rerata indeks OHIS siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota yaitu 1,62 ± 0,83 yang termasuk kategori sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mirjana et al di Serbia, pada responden 12 tahun yaitu rerata OHIS 1,73 ± 0,65 dengan kategori sedang.4 Hal ini dikarenakan kondisi sosial ekonomi orang tua yang berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari termasuk kebutuhan perawatan medis sehingga dapat memberikan dampak positif bagi anak dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut.

(28)

mempunyai skor karies paling tinggi.1 Brathall mengusulkan indeks SiC digunakan sebagai standar pengukuran statistik epidemiologis yang lebih ditekankan pada individu yang memiliki angka karies yang tinggi pada suatu populasi.12 Hal ini menunjukkan bahwa siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota memerlukan perhatian khusus untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut. Rata-rata SiC pada siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota yaitu 4,70 ± 1,57. Namun, masih jauh dari visi kesehatan rongga mulut tahun 2015 adalah anak berusia 12 tahun mempunyai skor SiC yang tidak lebih dari 3.1

(29)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rata-rata skor oral higiene 1,62 ± 0,83 dengan kategori sedang. 2. Rata-rata DMFT adalah 2,57 ± 1,97.

3. Rata-rata SiC yaitu 4,70 ± 1,57. Rata-rata SiC lebih tinggi dari rata-rata DMFT karena perhitungan SiC diperoleh dari 1/3 populasi yang mempunyai skor karies paling tinggi.

4. Tingginya angka prevalensi karies gigi yang disebabkan oleh kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Anak yang memiliki status OHIS yang baik mempunyai DMFT yang rendah. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara oral higiene dengan indeks DMFT (p=0,000) dan oral higiene dengan indeks SiC (p=0,004).

6.2 Saran

1. Bagi orang tua dan guru dapat mengawasi dan mengontrol pemeliharaan kesehatan gigi anaknya, dikarenakan 1/3 populasi masih memiliki skor karies yang tinggi.

2. Bagi tenaga kesehatan hasil penelitian ini akan memberikan masukan untuk mengetahui hubungan oral higiene dengan indeks DMFT dan Significant Caries

(SiC) pada murid SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oral Higiene

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya.9 Plak gigi terbentuk oleh bakteri yang berusaha menempel pada permukaan halus dari gigi. Plak yang tidak dibersihkan akan menyebabkan mikroorganisme berkembang biak dan plak akan tebal, mengeras dan menjadi kalkulus.10

Kalkulus merupakan jaringan keras yang melekat erat pada gigi terdiri dari bahan mineral seperti, kalsium, ferum, zinc, Cu, Ni dan sebagainya. Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari mikroorganisme dan umumnya memegang peranan penting dalam pembentukan dan perlekatan kalkulus yang dimulai dengan pembentukan plak gigi. Sehingga permukaan kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival selalu diliputi oleh plak gigi. Kalkulus supragingival warnanya kuning dan biasanya mudah dilepas hanya dengan jari saja. Sedangkan kalkulus subgingival warnanya coklat kehitaman, melekat erat dibawah gingival dan sukar dibersihkan.9 Plak dan kalkulus akan mengiritasi gingival mengakibatkan pembengkakan pada gingival dan kegoyangan pada gigi.

Kesehatan rongga mulut memegang peranan penting sebagai komponen hidup sehat. Jika oral higiene tidak di perlihara dengan baik, maka akan menimbulkan penyakit didalam rongga mulut, yaitu karies gigi yang merupakan penyakit di rongga mulut yang dapat menyebabkan hilangnya gigi secara patologis.9

(31)

menjaga rongga mulut agar tetap bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, serta bau mulut. Tujuan pemeliharaan oral higiene adalah untuk menyingkirkan atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan yang melekat di gigi. Oral higine dalam kesehatan gigi dan mulut sangat penting, beberapa penyakit gigi dan mulut bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut.10

Penyakit gigi dan mulut sering dijumpai adalah karies gigi. Karies gigi dikenal sebagai kerusakan gigi yang infeksi, biasanya berasal dari bakteri, yang menyebabkan demineralisasi jaringan keras (enamel, dentin dan cementum) dan perusakan materi organik gigi dengan produksi asam oleh hidrolisis dari akumulasi sisa makanan pada permukaan gigi.10 Jika demineralisasi melebihi air liur dan faktor remineralisasi lain seperti memproduksi gigi karies (gigi berlubang). Dua bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk gigi berlubang adalah Streptococcus Mutans dan Lactobacillus. Jika dibiarkan dan tidak diobati, maka dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan gigi dan infeksi. Saat ini, karies tetap merupakan salah satu penyakit yang paling umum diseluruh dunia.10

2.2 Karies Gigi

Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keraas gigi yaitu, email, dentin dan sementum disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.1 Dua bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk gigi berlubang adalah Streptococcus Mutans dan Lactobacillus. Jika dibiarkan dan tidak diobati, maka dapat menyebabkan rasa sakit, infeksi dan kehilangan gigi. Saat ini, karies tetap merupakan salah satu penyakit yang paling umum diseluruh dunia.10

2.2.1 Etiologi Karies

(32)

maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.1

Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial1

a. Host

(33)

tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.1

b. Agen atau Mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti streptokokus mutans, streptokokus sanguis, streptokokus mitis dan streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, s.mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena s.mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resistensi terhadap asam).1

c. Substrat

(34)

d. Waktu

Karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup, diperkirakan 6-48 bulan.1

2.2.2 Faktor Risiko Karies Gigi

Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah : a. Pengalaman Karies

Adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies dimasa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%. Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi terjadinya pada gigi permanennya.1

b. Penggunaan Fluor

Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun local merupakan hal yang penting dalam mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi.1 Pemberian dosis tergantung pada usia dan konsentrasi fluoride yang terkandung. Demi perbaikan kesehatan gigi mulut, diperlukan fluoridasi air minum dan menggosok gigi memakai pasta fluoride sehari-hari.11

c. Umur

Terjadinya peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsii lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orang tua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.1

d. Jenis Kelamin

(35)

Sebaliknya, pria mempunya komponen (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMFT.1

e. Sosial Ekonomi

Rendahnya status sosial ekonomi cenderung mempengaruhi pola hidup masyarakat. Prevalensi karies lebih tinggi pada status ekonomi rendah. Faktor yang mempengaruhi keadaan ini adalah pendidikan dan pekerjaan yang berhubungan dengan kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Hal ini dikarenakan makanan yang bersifat kariogenik, rendahnya pengetahuan akan kesehatan gigi dapat dilihat dari kesehatan mulut yang buruk,karies tinggi pada keluarga, dan jarang melakukan kunjungan kedokter gigi, sehingga banyak karies gigi yang tidak dirawat.1

2.3 Pengukuran Kebersihan Gigi dan Mulut

Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut, Green and Vermillion

menggunakan indeks yang dikenal dengan Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S). yang digunakan untuk mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi. Pemeriksaan yang dilakukan pada 6 gigi yaitu gigi 16,11,26,36,31, dan 46. Pada gigi 16,11,26,31 yang dilihat dari permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Pemeriksaannya terdiri atas pemeriksaan skor debris dan kalkulus.9

2.3.1 Pemeriksaan Skor Debris

(36)

Keterangan :

0 = tidak ada debris

1 = debris menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal atau terdapat stain ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut.

2 = debris menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi. 3 = debris menutupi lebih dari 2/3 dari permukaan gigi.

Cara pemeriksaan debris dapat dilakukan tanpa menggunakan larutan diskolosing yaitu dengan menggunakan sonde biasa untuk pemeriksaan debris. Gerakan sonde secara mendatar pada permukaan gigi, dengan demikian debris akan terbawa oleh sonde. Pemeriksaan indeks dimulai dari sepertiga bagian insisal atau oklusal, jika pada bagian ini tidak ditemukan debris, lanjutkan pada dua pertiga bagian gigi, dan jika dibagian ini tidak dijumpai maka teruskan sampai kesepertiga bagian servikal.1,10

2.3.2 Pemeriksaan Skor Kalkulus

Kalkulus adalah deposit keras yang melekat erat pada gigi dan berwarna kuning.Kriteria skor kalkulus yaitu sebagai berikut :1

Indeks Debris = Jumlah angka tiap bagian

(37)

Keterangan :

0 = tidak ada kalkulus

1 = kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi. 2 = kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena adanya kalkulus subgingiva berupa flek disekeliling leher gigi.

3 = kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva berupa pita yang tidak terputus disekeliling gigi.

OHIS adalah indeks oral debris ditambah dengan indeks kalkulus. OHIS = ODI + CI.1,9

Penilaian kriteria indeks debris dan indeks kalkulus sama yaitu sebagai berikut :

Baik : 0 - 0,6 Sedang : 0,7 - 1,8 Buruk : 1,9 – 3,0

OHIS mempunyai kriteria tersendiri, yaitu sebagai berikut : Baik : 0,0 – 1,2

Sedang : 1,3 – 3,0 Buruk : 3,1 – 6,0

2.4 Indeks-Indeks Karies Gigi

Indeks karies dipakai untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Ada beberapa indeks karies yang biasa digunakan yaitu :

a. DMFT (Oral Health Surveys Basic Methode dari WHO)1

Perhitungan skor DMFT menurut WHO, diperoleh dari penjumlahan skor

Decay, Missing, dan Filling. Diagnosa Decay, Missing, dan Filling diperoleh 1

Indeks Kalkulus = Jumlah skor

(38)

Tabel 1.1 Indeks Karies Menurut WHO Kode Kondisi

0 Sehat

1 Lubang

2 Tumpatan dengan lubang (karies sekunder)

3 Tumpatan baik

4 Hilang karena karies

5 Hilang oleh sebab lain 6 Fissure silen

7 Gigi penyangga jembatan, crown atau

implant

8 Tidak tumbuh

T Trauma

9 Tidak diperiksa

Skor Decay (D) = ∑ kode 1 dan atau kode 2 Skor Missing (M) = ∑ kode 4

Skor Filling (F) = ∑ kode 3

DMF-T = Decay (D) + Missing (M) + Filling (F)

b. Indeks Significant Caries (SiC Index)

Indeks SiC baru diperkenalkan sekitar tahun 2000. Brathall mengusulkan indeks SiC digunakan sebagai standar pengukuran statistik epidemiologis yang lebih ditekankan pada individu yang mempunyai angka karies yang tinggi pada suatu populasi.12 Visi kesehatan rongga mulut tahun 2015 adalah anak berusia 12 tahun mempunyai skor SiC yang tidak lebih dari 3. Campus et al. telah menggunakan indeks SiC untuk menghitung pengalaman karies pada anak-anak Sardinian di Italia

Rata-rata DMFT populasi = ∑Skor DMFT populasi

(39)

pada tahun 1989 dan memperoleh rerata SiC sebesar 7,8 yang kemudian menurun menjadi 3,9 pada tahun 2004.1 Indeks SiC mudah dihitung, skor SiC diperoleh dari rerata DMFT pada sepertiga populasi yang mempunyai skor karies paling tinggi.6

Untuk menghitung indeks SiC, yang harus dilakukan adalah :1,6,13

1). Menghitung nilai DMFT masing-masing individu dari yang terendah sampai tertinggi atau mengelompokkan nilai yang sama kemudian, mengurutkan kelompok nilai tersebut dari yang kelompok terendah sampai tertinggi.

2). Memilih sepertiga dari jumlah populasi dengan skor DMFT paling tinggi. 3). Nilai rata-rata DMFT dari kelompok tersebut menggambarkan nilai

(40)

2.5 Kerangka Konsep

Oral Higiene Skor OHI-S

Pengalaman Karies 1. Skor DMF-T 2. Skor SiC

(41)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor yang paling penting bagi kehidupan manusia termasuk kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk menunjang kesehatan tubuh secara keseluruhan, karena mulut adalah pintu gerbang semua makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh. Tanpa di sadari kesehatan gigi dan mulut dapat berpengaruh secara signifikan terhadap organ di dalam tubuh terutama organ pencernaan.

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal yang menimbulkan inflamasi dan rasa nyeri. Karies dapat terjadi di seluruh permukaan gigi, sampai sekarang, karies masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara-negara bekembang.1

Prevalensi karies gigi di negara maju dilaporkan menurun sedangkan di negara berkembang termasuk Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi karies di Indonesia sebesar 46,5%.2

(42)

indikator kritis, karena sekitar 76,97% karies menyerang pada usia tersebut dengan DMF-T rata-rata 2,21.1

Tingginya angka prevalensi karies gigi disebabkan oleh kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Kebersihan gigi dan mulut seseorang mempengaruhi terjadinya karies karena kurangnya kesadaran dan perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut.3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pentingnya tindakan pencegahan terhadap terjadinya karies, karena salah satu penyebab terjadinya karies yaitu sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut serta kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Penelitian Mirjana et al pada 455 orang anak yang berusia 12 tahun menunjukkan skor OHI-S yaitu 1,73 (kategori sedang), dengan rata-rata indeks DMF-T yaitu 3,43 dan indeks SiC 6,35.4 Indeks SiC diperkenalkan sekitar tahun 2000.5 Brathall mengusulkan indeks SiC digunakan sebagai standar pengukuran statistik epidemiologis yang lebih ditekankan pada individu yang mempunyai angka karies yang tinggi pada suatu populasi. Nasional Epidemiologi Oral Survey Kesehatan yang dilakukan oleh Dewan Dokter Gigi India pada tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa

DMFT rata-rata anak-anak berusia 12 tahun di Karnataka adalah 2 dan nilai indeks

SiC ditemukan 2-3 kali lebih tinggi dari rata-rata DMFT.6 Pada tahun 2015 indeks

SiC harus kurang dari 3 pada usia 12 tahun. Visi kesehatan rongga mulut tahun 2015 adalah anak berusia 12 tahun mempunyai skor SiC yang tidak lebih dari 3.1,7 Oleh karena itu, sebaiknya menurunkan skor DMFT khususnya decayed pada usia 12 tahun. dengan memberikan perhatian khusus pada kelompok berisiko tinggi dalam populasi.8

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan oral higiene dengan indeks DMF-T dan SiC anak 12 tahun pada murid SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri Kecamatan Medan Kota.

1.2Rumusan Masalah

(43)

1.3Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui rata-rata skor oral higiene anak usia 12 tahun. 2) Untuk mengetahui rata-rata DMF-T anak usia 12 tahun.

3) Untuk mengetahui rata-rata SiC anak usia 12 tahun.

4) Untuk mengetahui hubungan oral higiene dengan DMFT anak usia 12 tahun di SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri Kecamatan Medan Kota.

5) Untuk mengetahui hubungan oral higienedengan Significant Caries Index

anak usia 12 tahun di SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri Kecamatan Medan Kota.

1.4Hipotesis Penelitian

Ada hubungan oral higiene dengan pengalaman karies (indeks DMF-T) dan SiC anak usia 12 tahun di SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri Kecamatan Medan Kota.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini akan memberikan masukan bagi tenaga kesehatan gigi untuk mengetahui hubungan oral higiene dengan indeks DMFT dan Significant Caries (SiC) pada murid SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota.

2. Bagi ilmu pengetahuan

Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat.

3. Bagi peneliti

(44)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2016

Syahfitri Sinaga

Hubungan oral higiene dengan pengalaman karies anak usia 12 tahun menggunakan indeks DMFT dan SiC (WHO) di SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota

x+ 26 halaman

Oral higiene merupakan tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut agar tetap bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, serta bau mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan oral higiene dengan pengalaman karies menggunakan indeks DMFT dan SiC (WHO). Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional yang dilakukan pada 224 orang siswa/i SD Swasta Al-Ulum dan tiga SD Negeri di Kecamatan Medan Kota. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Indeks pengukuran oral higiene menggunakan

Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S), analisis menggunakan one-way Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa OHIS dengan kategori baik mempunyai rerata DMFT 1,67 ± 1,40 sedangkan OHIS dengan kategori buruk mempunyai rerata DMFT yang lebih tinggi yaitu 3,81 ± 2,13. Demikian juga OHIS dengan kategori baik mempunyai rerata SiC 4,08 ± 0,66 sedangkan OHIS dengan kategori buruk mempunyai rerata SiC 5,50 ± 1,69. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara oral higiene dengan indeks DMFT (p=0,000) dan indeks SiC (p=0,004). Hal ini menunjukkan anak yang memiliki status OHIS yang baik mempunyai DMFT dan SiC yang rendah, sebaliknya status OHIS yang buruk mempunyai skor DMFT dan SiC yang tinggi.

(45)

HUBUNGAN ORAL HIGIENE DENGAN PENGALAMAN

KARIES MENGGUNAKAN INDEKS DMF-T DAN SIC

(WHO) ANAK USIA 12 TAHUN DI SD SWASTA

AL-ULUM MEDAN DAN SD NEGERI DI

KECAMATAN MEDAN KOTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

SYAHFITRI SINAGA NIM : 120600055

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2016

Syahfitri Sinaga

Hubungan oral higiene dengan pengalaman karies anak usia 12 tahun menggunakan indeks DMFT dan SiC (WHO) di SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota

x+ 26 halaman

Oral higiene merupakan tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut agar tetap bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, serta bau mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan oral higiene dengan pengalaman karies menggunakan indeks DMFT dan SiC (WHO). Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional yang dilakukan pada 224 orang siswa/i SD Swasta Al-Ulum dan tiga SD Negeri di Kecamatan Medan Kota. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Indeks pengukuran oral higiene menggunakan

Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S), analisis menggunakan one-way Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa OHIS dengan kategori baik mempunyai rerata DMFT 1,67 ± 1,40 sedangkan OHIS dengan kategori buruk mempunyai rerata DMFT yang lebih tinggi yaitu 3,81 ± 2,13. Demikian juga OHIS dengan kategori baik mempunyai rerata SiC 4,08 ± 0,66 sedangkan OHIS dengan kategori buruk mempunyai rerata SiC 5,50 ± 1,69. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara oral higiene dengan indeks DMFT (p=0,000) dan indeks SiC (p=0,004). Hal ini menunjukkan anak yang memiliki status OHIS yang baik mempunyai DMFT dan SiC yang rendah, sebaliknya status OHIS yang buruk mempunyai skor DMFT dan SiC yang tinggi.

(47)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 07 April 2016

Pembimbing Tanda Tangan

Prof. Sondang Pintauli, drg.,Ph.D ………

(48)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 07 April 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D ANGGOTA : 1. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM

(49)

KATA PENGANTAR

Dengan segenap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati serta penghargaan dan tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp. Ort, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universtas Sumatera Utara.

2. Putri Welda Utami R, drg., MDSc., Sp.Pros selaku penasehat akademik, yang telah memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D sebagai Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing, atas keluangan waktu, saran, dukungan, bantuan, motivasi, dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku tim penguji, atas keluangan waktu, saran, dukungan, dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dra.Sri Maharti, Ibu Hj.Elysa Nirmala, M.Pd, Ibu Dra. Nuramlah, dan Ibu Hanifah, S.Ag selaku kepala Sekolah Dasar Negeri 060810, 060807,060809 dan kepala Sekolah Dasar Swasta Al-Ulum yang telah memberikan izin sehingga penelitian dapat terlaksana baik.

(50)

7. Sahabat-sahabat tersayang penulis, Prajogo, Vincent, Wulandari Savitri, Deandhini, Yenni windasari, Jehan Elfandari, Arif Hidayat, Almira Novianty Hrp, Naila serta teman-teman stambuk 2012 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Terima kasih juga kepada abangda Afi Muftihul Situmorang, S.Kom yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, bantuan dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada Ayahanda Ahmad Sinaga, S.Sos., M.M dan Ibunda Masnun serta adikku tercinta Novia Ramadhani Sinaga dan Farhan Sinaga atas perhatian, kasih sayang, doa, bimbingan semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 07 April 2016 Penulis,

(51)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oral Higiene ... 4 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 15

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 15

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 15

3.5 Cara Pengambilan Data ... 16

(52)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden ... 18

4.2 Oral Higiene Indeks Simplified ... 18

4.2.1 Prevalensi Karies ... 19

4.2.2 Rerata Pengalaman Karies ... 19

4.2.3 Skor DMFT dan SiC dari WHO ... 19

4.3 Hubungan Oral Higiene dengan Pengalaman Karies Menggunakan Indeks DMFT dan SiC (WHO) ... 20

BAB 5 PEMBAHASAN……… ... 22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. . 6.1 Kesimpulan ... 24

6.2 Saran ... 24

(53)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Indeks karies Menurut WHO ... 12

2 Gambaran responden siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD

Negeri di Kecamatan Medan Kota berdasarkan jenis kelamin ... 18

3 Rerata OHIS siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri

di Kecamatan Medan Kota ... 18

4 Prevalensi karies siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD

Negeri di Kecamatan Medan Kota ... 19

5 Rerata DMFT pada siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD

Negeri di Kecamatan Medan Kota berdasarkan jenis kelamin ... 19

6 Skor DMFT dan SiC pada siswa/I SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota berdasarkan jenis

kelamin… ... 20

7 Hasil analisis kategori oral higiene dengan rerata DMFT pada siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan

Medan Kota ... 20

8 Hasil analisis kategori oral higiene dengan rerata SiC pada siswa/I SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan

(54)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kuesioner hubungan oral higiene dengan pengalaman karies anak usia 12 tahun menggunakan indeks DMFT dan SiC (WHO) di SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota

2 Surat persetujuan komite etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

3 Surat keterangan penelitian dari Kepala Sekolah SD Swasta Al-Ulum Medan, SDN 060807, SDN 060809, dan SDN 060810

Gambar

Tabel 3. Rerata OHIS siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di                   MKecamatan Medan Kota
Tabel 5. Rerata DMFT pada siswa/i SD Swasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di                   iKecamatan Medan Kota berdasarkan jenis kelamin
Tabel 7. Hasil analisis kategori oral higiene dengan rerata DMFT pada siswa/i SD iSwasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota
Tabel 8. Hasil analisis kategori oral higiene dengan rerata SiC pada siswa/i SD  aSwasta Al-Ulum Medan dan SD Negeri di Kecamatan Medan Kota
+2

Referensi

Dokumen terkait