• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Konsep Politik SBY-Boediono Mengenai Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Kalangan Petani Antara Tahun 2009-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Konsep Politik SBY-Boediono Mengenai Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Kalangan Petani Antara Tahun 2009-2011"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Efektifitas Konsep Politik SBY-Boediono Mengenai Kebijakan

Subsidi Pupuk Terhadap Kalangan Petani Antara Tahun 2009-2011

(Studi Kasus : Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

Disusun Oleh :

P. FERIANDI GULTOM

(050906050)

Departemen Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

(2)

ABSTRAK

Pertanian mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan

perekonomian nasional. Dimana pembangunan pertanian tidak terlepas dari

pengembangan desa yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama

perekonomian. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah dan penduduk miskin

selalu meningkat dari tahun ke tahun khususnya bagi penduduk miskin di pedesaan

dan umumnya adalah petani. Oleh karena itu,

Pemerintah menjalankan program subsidi pupuk sebagai program peningkatan

kesejahteraan petani yang telah dijalankan sejak tahun 2003, sebagai program

nasional yang dijalankan diseluruh wilayah Indonesia bagi semua warga masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

Serdang. Disini penulis ingin mengetahui seberapa efektifkah program yang

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah: “Efektifitas Konsep Politik SBY-Boediono

Mengenai Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Kalangan Petani Antara Tahun

2009-2011 (Studi Kasus : Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

Serdang). Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam

mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Evi Novida Ginting selaku dosen pembimbing

dan abangda Khusnul Isa Harahap selaku Dosen Pembaca, dan juga kepada

orang-orang yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini mempunyai banyak kekurangan,

untuk itu Penulis mohon maaf atas keterbatasan -keterbatasan Penulis, dan sangat

mengharapkan kritik dan saran dari setiap Pembaca, agar kelak skripsi ini semakin

berguna, atau memberi kontribusi yang lebih baik bagi setiap yang membutuhkan

(4)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ………..1

I.2 Perumusan Masalah ………..9

I.3 Pembatasan Masalah ………..9

I.4 Tujuan Penelitian ………..10

I.5. Manfat Penelitian ………..10

I.6 Kerangka Teori ………..11

I.6.1. Teori Kebijakan Publik ………..11

I.6.1.1. Pengertian Kebijakan Publik ………..11

I.6.1.2. Proses Kebijakan Publik ………..15

I.6.1.3. Pendekatan Dalam Kebijakan Publik ………..18

I.7. Definisi Konsep ………..24

I.8. Definisi Operasional ………..24

I.9. Metodelogi Penelitian ………..25

I.9.1. Metode Penelitian ………..25

I.9.2. Jenis Penelitian ………..25

I.9.3. Lokasi Penelitian ………..26

I.9.4. Populasi Dan Sampel ………..27

I.10. Tekhnik Pengumpulan Data ………..28

(5)

I.12. Sistematika Penulisan ………..29

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II.1 Deskripsi Singkat ………..31

II.2 Demografi Penduduk ………..32

II.3 Sarana Dan Prasarana ………..33

II.4 Daftar Nama Kelompok Tani dan Kios Pupuk ………..38

II.5 Pemilu Presiden 2009 Di Desa Pagar Jati ………..41

BAB III DATA DAN ANALISIS DATA III.1 Deskripsi Sampel ………..43

III.2 Konsep RDK dan RDKK ………..66

III.2.1 Konsep RDK dan RDKK ………..66

III.2.2 Penyusunan RDK dan RDKK ………..70

III.2.3 Mekanisme Pelaksanaan RDKK ………..73

III.2.4 Penyusunan Dan Pelaksanaan RDKK ………..75

III.3 Perkembangan Kebijakan Subsidi Pupuk ………..77

III.4 Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk ………..78

III.5 Indikator Tingkat Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk ………..79

III.6 Penyaluran, Pengadaan, Pengawasan Pupuk Bersubsidi……….80

III.7 Peningkatan Kesejahteraan Petani ………..82

BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan ………..85

IV.2 Saran ………..86

(6)

ABSTRAK

Pertanian mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan

perekonomian nasional. Dimana pembangunan pertanian tidak terlepas dari

pengembangan desa yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama

perekonomian. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah dan penduduk miskin

selalu meningkat dari tahun ke tahun khususnya bagi penduduk miskin di pedesaan

dan umumnya adalah petani. Oleh karena itu,

Pemerintah menjalankan program subsidi pupuk sebagai program peningkatan

kesejahteraan petani yang telah dijalankan sejak tahun 2003, sebagai program

nasional yang dijalankan diseluruh wilayah Indonesia bagi semua warga masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

Serdang. Disini penulis ingin mengetahui seberapa efektifkah program yang

(7)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Demokrasi pada prinsipnya merupakan sebuah ideologi yang menganut niali

nilai kebebasan dan kesetaraan. Demokrasi sendiri diyakini tumbuh dan berkembang

dalam peradaban yunani yang dimulai dengan munculnya negara kota ( polis). Secara

etimologi berasal dari gabungan dua kata yang berasal dari yunani, yakni demos yang

berakti rakyat dan kratos/cratein yang berarti pemerintah. Atau secara ringkas

demokrasi diartikan sebagai bentuk pemerintahan rakyat.1

Indonesia sebagai negara yang memproklamirkan kemerdekaannya pasca

perang dunia II adalah salah satu negara yang menganut paham demokrasi hingga saat

ini. Konsistensi dari penerapan demokrasi tersebut dapat dijadikan acuan bahwa

demokrasi masih dianggap sistem yang terbaik dalam menjalankan roda pemerintahan

( dalam hal ini adalah negara). Setidaknya anggapan itulah yang diberikan ahli ahli

piker bangsa ini. Pemerintahan dari suatu negara demokratis sebenarnya tidak lebih

dari pelayan bagi seluruh rakyat, yang diserahi tugas untuk melaksanakan undang

undang yang telah disetujuhi bersama.

Di kalangan yang lebih

umum demokrasi di defenisikan sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat untuk rakyat

dan oleh rakyat. Rakyat di anggap sebagai elemen utama dalam menjalankan sebuah

pemerintahan.

2

Proses demokrasi atau yang biasa disebut demokratisasi biasanya di artikan

sebagai bentuk pembangunan politik. Pembangunan politik merupakan pembentukan

1

Eko Prasetyo, Demokrasi Tidak Untuk Rakyat, Yogyakarta, Ressist Book, 2005, hlm. 9

2

(8)

lembaga lembaga atau praktek praktek demokratis.3Dalam Hal ini Demokrasi yang telah terjadi di Indonesia telah mengalami pasang surutnya namun, hal ini merupakan

bagian dari sejarah bagi perkembangan demokrasi di Indonesia serta dapat dikatakan

Demokratisasi telah berhasil membentuk pemerintah Indonesia yang demokratis

karena nilai-nilai demokrasi yang penting telah diterapkan melalui pelaksanaan

peraturan perundangan mulai dari UUD 1945. Memang benar bahwa demokrasi

adalah sebuah kondisi yang tidak pernah terwujut secara tuntas , namun dengan

adanya perubahan-perubahan tadi, Demokrasi di Indonesia telah memiliki dasar yang

kuat untuk berkembang4

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip

. Penataan Politik dalam agenda kebangsaan agar segera

dilakukan, karena itu, agenda penataan ulang design institusi politik merupakan

agenda mendesak bangsac Indonesia menuju presidensialisme yang efektif agar

demokrasi bermanfaat bagi rakyat.

kekuasaan politik negara

tiga jenis lembaga negara yang saling lepas

yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara

ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling

mengontrol berdasarkan prinsi

diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat.

Demokrasi adalah suatu pemikiran manusia yang mempunyai kebebasan

berbicara, megeluarkan pendapat. Demokrasi itu bukan barang mewah, sehingga

3

Colin MacAndrews, Masalah masalah pembangunan politik, Yogyakarta, Gadja Mada University Press, hlm. 11

4

(9)

sangat sulit untuk kita raih atau capai, tetapi demokrasi itu adalah sesuatu yang sangat

rasionil yang bisa kita pakai guna kelangsungan nilai-nilai kemanusian diatas dunia

ini.Negara Indonesia menunjukan sebuah Negara yang sukses menuju demokrasi

sebagai bukti yang nyata, dalam pemilihan langsung presiden dan wakil presiden.

Untuk membangun suatu system demokrasi disuatu negara bukanlah hal yang mudah

karena tidak menutup kemungkinan pembangunan sistem demokrasi di suatu Negara

akan mengalami kegagalan. Tetapi yang harus kita banggakan demokrasi di negara

Indonesia sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat contahnya dari segi

kebebasan, berkeyakinan, berpendapat atau pun berkumpul mereka bebas bergaul

tanpa ada batasan-batasan yang membatasi mereka. Tapi bukan berarti demokrasi di

Indonesia saat ini sudah berjalan sempurna masih banyak kritik-kritik yang muncul

terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya bisa menjamin kebebasan warga

negaranya.

Memasuki era reformasi pasca runtuhnya rezim orde baru, sistem

pemerintahan yang demokratis sudah mulai berjalan kearah yang lebih baik. Ini

ditandai dengan adanya perubahan amandemen undang-undang dasar yang membatasi

masa jabatan kekuasaan eksekutif. Ini diciptakan agar tidak lagi terciptanya

kekuasaan eksekutif yang otoriter dan diktator seperti pada masa Orde Baru.

Amandemen Undang-undang dasar juga menghasilkan pemilihan presiden dan wakil

presiden yang dilakukan secara langsung oleh rakyat yang tertuang dalam Pasal 6A

UUD 1945. Kemudian diatur dalam undang-undang No 23 tahun 2003 tentang

prosedur, mekanisme dan persyaratan calon presiden.

(10)

1. Konsep pemilihan presiden oleh MPR menimbulkan beban pertanggung

jawaban atas segala pelaksanaan kekuasaan presiden yang dapat membawa

jatuhnya presiden dalam masa jabatannya jika pertanggung jawaban tidak

diterima oleh MPR. Ini menunjukan sistem pemerintahan dan secara khusus

hubungan Presiden dengan lembaga perwakilan rakyat baik DPR maupun

MPR merupakan hubungan yang in between antara sistem parlemen disatu

sisi dengan sistem presidensial disisi lain. Parlemen dimana eksekutif dapat

jatuh dari jabatannya kapan saja karena hilangnya dukungan parlemen. Pola

hubungan seperti ini harus segera diakhiri. Jika hendak meletakkan dominasi

kekuasan negara atas prinsip kedaulatan rakyat ditangan lembaga perwakilan

rakyat, maka prinsip-prinsip sistem parlementerlah yang harus dipakai.

Tetapi jika hendak mempertahankan sistem presidential maka pola hubungan

yang seimbang antara presiden dengan lembaga perwakilan rakyat harus

diterapkan. Dan ini berarti pengangkatan presiden oleh MPR harus diubah

dengan pemilihan langsung oleh rakyat agar legitimasi kekuasaan presiden

tidak lagi berasal dari majelis dengan segala konsekuensinya.

2. Problem lain yang menyangkut dasar legitimasi kekuasaan presiden.

Pemilihan presiden yang dimiliki kekuasaan besar itu hanya ditentukan oleh

700 orang anggota MPR. Jika suara MPR yang memenangkan calon presiden

terpilih sama dengan keinginan rakyat yang tecermin dari raihan kursi partai

yang mencalonkan calon presiden dimaksud, dasar jumlah 700 suara anggota

MPR tidak begitu menjadi persoalan.

Tetapi jika terjadi sebaliknya kehendak calon presiden dari sebagian besar

rakyat tidak sama dengan keinginan sebagian besar anggota MPR maka dasar

(11)

akan mendapat tingkat akseptansi yang rendah di masyarakat sehingga prinsip

kehendak rakyat adalah dasar kekuasaan pemerintah tidak terpenuhi.

3. Pemilihan presiden yang dilakukan di MPR mudah pula untuk di manipulasi.

Sejarah membuktikan dalam masa pemerintahan Orde Baru MPR telah

direkayasa sedemikian rupa melalui pembuatan undang-undang tentang

Susunan dan Kedudukan MPR, undang-undang tentang pemilihan umum, dan

undang-undang tentang partai politik. Sehingga presiden yang berkuasa dapat

terus menerus dipilih oleh MPR itu.

Pada masa sekarang ketika rekayasa undang-undang hampir tidak mungkin

lagi karena undang-undang yang berlaku sudah terhindar dari kepentingan untuk

mempertahankan kekuasaan yang tidak demokratis, maka manipulasi berwujud dalam

dimensi yang lain. Jual beli suara misalnya, merupakan ancaman serius proses

pemilihan presiden sekarang ini di samping teror atau tekanan politik untuk

memenangkan satu calon presiden tertentu.

Pemilihan presiden langsung merupakan sebuah metode pemilihan yang paling

tepat digunakan dimasa reformasi. Pemilihan presiden secara langsung mengharuskan

calon presiden harus memiliki visi dan misi yang menyentuh masyarakat. Pemihan

presiden langsung pada tahun 2004 adalah yang pertama kali dilakukan di Indonesia.

Dalam UUD 1945 pasca amandemen pasal 6A ayat (3) yang berbunyi :

Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mendapatkan suara lebih

dari lima puluh persen suara disetiap propinsi yang tersebar di lebih dari setengah

(12)

Dikarenakan hal tersebut pada Pemilu 2004 dilaksanakan dengan dua putaran,

dikarenakan tidak ada satu pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50%.

Pada Pemilu putaran pertama pasangan calon H. Susilo Bambang Yudhoyono – Dr.

H. Muhammad Yusuf Kalla dan Hj. Megawati Soekarnoputri – H. Hasyim Muzadi

menempati urutan pertama dan kedua dari keseluruhan perolehan suara. Sehingga

kedua pasangan calon presiden ini kembali bertarung pada putaran kedua.

Dalam Pemilu 2004 putaran kedua, pasangan calon presiden H. Susilo

Bambang Yudhoyono – Dr. H. Muhammad Yusuf Kalla ( SBY-JK ) mendapatkan

perolehan suara terbanyak. Sehingga pasangan inilah yang memenangkan Pemilihan

Umum Presiden 2004.

Pada Pemilu 2009, peta politik di Indonesia sedikit berubah. Pada Pemilu

2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mencalonkan dirinya dalam

Pilpres, namun kali ini calon pasangan SBY bukan lagi Jusuf Kalla namun ia

berpasangan dengan Bodiono. Setelah melalui masa pemilihan pasangan

SBY-Bodiono memenangkan Pemilu 2009 ini melalui proses pemilihan langsung. Melalui

program-program yang dibuat oleh SBY-Bodiono, masyarakat masih percaya

kapisitas kerja SBY sebagai Presiden. Setelah terpilih menjadi presiden, SBY

membuat sebuah konsep yang mungkin memihak kepada para petani. SBY membuat

konsep yang mungkin bercermin dari masa pemerintahan Orde Baru.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, sekitar tahun 1980-an, Presiden Soeharto

melaksanakan program Repelita ( Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang

memfokuskan pada masalah swasembada pangan. Hal positif ini lah yang ingin

(13)

pembangunan ekonomi dimulai dari pangan yang menguasai hajat hidup orang

banyak.

Pembangunan pertanian menempati prioritas utama pembangunan dalam

pembangunan ekonomi nasional. Karena itu sektor pertanian merupakan sektor utama

pembangunan ekonomi nasional. Dalam pendekatan perhitungan pendapatan nasional,

sektor pertanian terdiri dari sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,

peternakan, perikanan dan kehutanan. Selain sektor pertanian, terdapat delapan sektor

ekonomi lainnya yang secara bersama menentukan besarnya pertumbuhan ekonomi

bangsa melalui pendapatan domestik (GDP) dan pendapatan nasional (GNP).

Kedudukan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional adalah

cukup nyata, dilihat dari proporsinya terhadap pendapatan nasional.

Selain kontribusinya melalui GDP, peran sektor pertanian dalam pembangunan

nasional dapat dilihat dari peran sektor pertanian yang sangat luas, mencakup

beberapa indikator antara lain:

Pertama, pertanian sebagai penyerap tenaga kerja yang cukup besar. Kedua, pertanian

merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi

secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi

pilihan. Ketiga, komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga. Harga

produk-produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen sehingga

dinamikanya sangat berpengaruh terhadap inflasi. Keempat, akselerasi pembangunan

pertanian sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor.

Untuk mendukung program swasembada pangan ini, dibutuhkan kesuksesan

(14)

harga pupuk sangat dibutuhkan dimana pupuk sebagai elemen utama yang

mendukung kuantitas dan kualitas panen.

Pupuk mempunyai peranan penting dalam peningkatan produksi pertanian.

Petani mendapatkan input yang lebih murah untuk produksi mereka sehingga hasil

produksinya juga akan meningkat. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan kebijakan

subsidi pupuk. Distribusi pupuk subsidi yang berlaku saat ini mengikuti Peraturan

Menteri Perdagangan (Permendag) No. 07/M-Dag/Per/2/2009 tentang pasokan subsidi

pupuk yang diharapkan dapat memperbaiki penyaluran subsidi pupuk yang berkaitan

dengan tepat waktu. Peraturan ini menggantikan peraturan sebelumnya yaitu

Permendag No.21/M-Dag/Per/6/2008 tentang sistem distribusi pupuk bersubsidi

tertutup yang terbatas hanya pada petani atau kelompok tani yang sudah tercatat.

Penyempurnaan peraturan-peraturan dari pemerintah terkait dengan distribusi pupuk

bersubsidi yang seharusnya dapat mempermudah petani untuk mendapatkan pupuk

bersubsidi. Namun, pada kenyataan karena peraturan tentang pengawasan distribusi

pupuk besubsidi masih lemah dan tidak ada koordinasi pada masing-masing bagian

baik pada perencanaan, pengadaan, maupun pendistribusian sehingga masih tetap

banyak petani yang tidak bisamendapatkan pupuk bersubsidi dengan mudah karena

pengecer resmi juga dapat dengan mudah menjual ke siapa saja. Peningkatan input

produksi berupa penambahan penggunaan pupuk secara teori dapat meningkatkan

produksi padi apabila penggunaannya sesuai dengan dosis yang dibutuhkan (400

kg/ha) pada setiap produksinya.

Namun, apabila penambahan pupuk untuk produksi sudah pada batas optimum

penggunaan maka apabila dilakukan penambahan lagi akan berakibat negatif pada

(15)

untuk setiap penggunaannya berkaitan dengan luas lahan yang mereka miliki sehingga

berakibat pada penurunan produktivitas pada hasil produksinya. Efektivitas subsidi

pupuk juga berkaitan dengan harga pupuk besubsidi di lapangan. Penetapan harga

pupuk bersubsidi sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian

No.2/Permentan/SR.130/4/2010 tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi (HET)

pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2010. Harga eceran tertinggi

pupuk bersubsidi telah ditetapkan oleh pemerintah melalui peraturan perundangan

tetapi tetap ada harga yang berbeda di pasar dan merugikan petani. Salah satu hal

yang menjadi alasan bagi para pelaku distribusi menaikkan harga secara tidak resmi

adalah untuk mendapatkan marjin pemasaran dari upah pelaku distribusi dan biaya

pemasaran karena harga pupuk bersubsidi yang kurang realistik. Kenaikan harga ini

akan merugikan petani karena harga pupuk bersubsidi di pasar lebih tinggi dari HET

yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pertanian merupakan aspek penting dalam mendukung keberlangsungan hidup

suatu negara. Indonesia sebagai negara agraris, menempatkan pertanian sebagai sektor

utama dalam perekonomian nasional. Selain itu, pertanian sebagai aspek pendukung

ketersedian pangan di suatu negara. Oleh karena itu, terdapat berbagai kebijakan

pemerintah yang mendukung produksi sektor pertanian. Selain itu, pendapatan negara

juga sebagian besar berasal dari sektor pertanian.

Subsidi pupuk mulai diberlakukan sejak tahun 1960 sampai tahun 1998 yang

diatur oleh pemerintah dimana pengadaan dan penyalurannya diserahkan pada PT. Pupuk

Sriwijaya. Sejak 1 Desember 1998 subsidi pupuk mulai dicabut dan diberlakukan kembali

mulai tanggal 13 Maret 2001. Pada saat pencabutan subsidi pupuk terjadi penurunan

(16)

ton pada tahun 1998. Pada periode 1998 sampai 2001 produksi padi cenderung tidak

stabil.

Pada tahun 2002 dimana subsidi pupuk sudah mulai diberlakukan kembali dengan

semua produsen pupuk diberikan kesempatan untuk pengadaan dan penyaluran pupuk

bersubsidi. Dengan adanya pemberlakuan subsidi pupuk kembali, produksi padi juga

meningkat sejak tahun 2002 sampai 2009.

Hal ini lah yang menjadi rujukan saya sebagai penulis sangat tertarik meneliti

tentang “Efektifitas Konsep Politik SBY- Boediono Mengenai Kebijakan Subsidi

Pupuk Terhadap Kalangan Petani Dari Tahun 2009-2011 Di Desa Pagar Jati

Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang”.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “seberapa efektifkah konsep politik SBY-BOEDIONO yang

diterpakan di Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

antara tahun 2009 sampai 2011?”

I. 3. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terfokus pada pokok permasalah nya maka yang menjadi

batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

• Penelitian ini difokuskan pada efektifitas konsep politik SBY terhadap

subsidi pupuk

• Penelitian ini di fokuskan dari antara tahun 2009 sampai 2011.

(17)

I.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa efektif konsep

politik SBY-Bodieono (dalam hal ini mengenai subsidi pupuk) yang diterapkan di

Desa Pagar Jati Kabupaten Deli Serdang.

I.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang bermanfaat

kepada semua pihak secara umum yaitu :

1. Bagi penulis dapat mengasah dan meningkatkan serta mengembangkan

kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah.

2. Memberikan bahan masukan dan bahan pertimbangan pada pihak yang

berkepentingan berkaitan dengan efektifitas konsep politik.

3. Dan diharapkan dapat menambah referensi karya ilmiah dibidang ilmu sosial

dan ilmu politik.

I.6. Kerangka Teori

I.6.1. Kebijakan Publik

I.6.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Istilah policy atau kebijakan merupakan di pergunakan dalam pengertian yang

berbeda – beda. E. Hugh Heclo mengatakan bahwa kebijakan adalah cara bertindak

yang sengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan untuk mencapai tujuan

(18)

daripada sebagai suatu rumusan kata-kata. Menurut, Charles O. Jones kebijakan

terdiri dari beberapa komponen – komponen yaitu :5

• Goal atau tujuan yang diinginkan

• Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan,

• Program atau cara tertentu yang telah mendapata persetujuan dan pengesahan

untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

• Decision atau keputusan, yaitu tindakan – tindakan untuk mementukan tujuan,

membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.

• Efek, yaitu akibat – akibat dari progam (baik di sengaja atau tidak primer atau

sekunder).

Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam hubungannya dengan tindakan

pemerintah untuk mengatasi masalah – masalah masyarakat, kebijakan adalah

keputusan – keputusan pemerintah untuk memecahkan masalah – masalah yang telah

di utarakan atau dapat juga kebijakan diartikan sebagai suatu keputusan untuk

mengakhiri atau menjawab pertanyaan yang di berikan masyarakat kepada

pemerintah. Heclomenggunakan istilah kebijakan secara luas yaitu sebagai rangkaian

tindakan pemerintah atau tidak bertindaknya pemerintah atas sesuatu masalah. Jadi

lebih luasnya dari tindakan atas keputusan yang khusus.

Henz Eulau dan Kennet Previt merumuskan kebijakan sebagai keputusan

tetap, ditandai oleh kelakuan yang berkesinambungan dan berulang – ulang pada

5

(19)

mereka yang membuat kebijakan dan melaksanakannya. Jones menekankan studi

kebijakan Negara Indonesia pada dua proses, yaitu :

a. Proses – proses dalam ilmu politik, seperti bagaimana masalah – masalah itu

sampai pada pemerintah, bagaimana pemerintah mendefenisikan masalah itu, dan

bagaimana tindakan pemerintah.

b. Refleksi tentang bagaimana seseorang bereaksi terhadap masalah – masalah,

teradap kebijakan Negara dan memecahkannya.

Kebijakan secara umum dapat dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu kebijakan

umum, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis. Kebijakan umum adalah

kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif

ataupun yang bersifat negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang

bersangkutan. Agar suatu kebijakan umum dapat menjadi pedoman bagi tingkatan

kebijakan dibawahnya, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Pertama, cakupan

kebijakan itu meliputi keseluruhan wawasannya. Artinya, kebijakan itu tidak hanya

meliputi dan ditujukan pada aspek tertentu atau sektor tertentu. Kedua, tiak berjangka

pendek. Masa berlakunya atau tujuan yang ingin dicapai dengan kebijakan tersebut

berada dalam jangka panjang ataupun tidak mempunyai batas waktu tertentu. Ketiga,

strategi kebijakan umum tidak bersifat operasional. Seperti halnya pada pengertian

umum, pengertian operasional atau teknis juga bersifat relatif.

Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum.

Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang berada dibawah kebijakan

pelaksanaan itu. Secara umum dapat disebutkan bahwa kebijakan umum adalah

kebijakan tingkat pertama, kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan tingkat pertama,

(20)

Pengertian Publik

Istilah publik dalam rangkaian kata kebijakan publik mengandung tiga makna

yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum. 6

1. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah bukan organisasi

swasta.

Dalam lingkup subjek, kebijakan publik

adalah kebijakan dari pemerintah. Jadi salah satu ciri kebijakan adalah kebijakan dari

pemerintahlah yang dapat dianggap kebijakan yang resmi dan dengan demikian

mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhi nya.

Dalam lingkup objek adalah lingkungan yang dikenai kebijakan, pengertian

publik disini adalah masyarakat. Pengertian umum dari istilah publik dalam kebijakan

terdapat dalam strata kebijakan. Suatu kebijakan publik biasanya tidak bersifat

spesifik dan sempit tetapi lebih luasdan berada pada strata strategis. Sebab itu

kebijakan publik berfungsi sebagai pedoman umum untuk kebijakan dan

keputusan-keputusan khusus dibawahnya.

Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Thomas Dye, adalah apapun pilihan pemerintah

untuk melakukan atau tidak melakukan. Konsep tersebut sangat luas karena

kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah disamping

yang dilakukan oleh pemirintah menghadapi suatu masalah publik. Definisi kebijakan

publik dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa :

2. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak

dilakukan oleh badan pemerintah.

6

(21)

Kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik

sosial yang ada dalam masyarakat. Ketika kebijakan publik berisi nilai-nilai yang

bertentangan dengan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat maka kebiakan tersebut

akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan. Sebaliknya kebijakan publik

harus mampu mengakomodasi nilai-nilai dan praktik- praktik yang hidup dan

berkembang dalam mayarakat.

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor atau

bidang pembangunan, seperti kebijakan publik dibidang pendidikan, pertanian,

kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya.

Jenis- Jenis Kebijakan Publik

Secara tradisional pakar ilmu politik mengkatagorikan kebijakan publik

kedalam katagori:7

1. Kebijakan substantif (misalnya: kebijakan perburuhan, kesejahteraan

sosial, hak-hak sipil, masalah luar negeri dan sebagainya)

2. Kelembagaan (misalnya: kebijakan legislatif, kebijakan judikatif,

kebijakan departemen)

3. Kebijakan menurut kurun waktu tertentu (misalnya: kebijakan masa

reformasi, kebijakan maswa Orde Baru, dan kebijakan masa Orde Lama).

I.6.1.2 Proses Kebijakan Publik

Michael Howlet dan M. Ramesh menyatakan bahwa proses kebijakan publik

terdiri dari lima tahapan sebagai berikut :

7

(22)

1. Penyusunan Agenda ( agenda setting ),yakni suatu proses agar suatu masalah

bisa mendapat perhatian dari pemerintah.

2. Formulasi kebijakan ( policy formulation ), yakni proses perumusan

pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah.

3. Pembuatan kebijakan (decision making ), yakni proses ketika pemerintah

memilih untuk melakukan sesuatu tindakan atau tidak melakukan suatu

tindakan.

4. Implementasi kebijakan ( policy implementation ), yaitu proses untuk

melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:8

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam

realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa

yang disebut sebagai masal 1.Penyusunan Agenda

dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik,

dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak

mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik

yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues)

sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues

8

(23)

biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai

arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai

karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn, isu kebijakan merupakan

produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan

maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk

menjadi suatu agenda kebijakan.

Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik diantaranya:

1. telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang

serius;

2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis;

3. menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia) dan

mendapat dukungan media massa;

4. menjangkau dampak yang amat luas ;

5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat,

6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah

dirasakan kehadirannya)

Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat

urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak

(24)

2.Formulasi kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda

para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari

pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai

alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu

masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan

masing-masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil

untuk memecahkan masalah.

3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar

pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan

rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus

percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim

cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan

pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi

dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini

orang belajar untuk mendukung pemerintah.

4. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan

Secara umum

menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,

implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan

(25)

melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi

kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah kebijakan,

program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi,

maupun tahap dampak kebijakan.

I.6.1.3 Pendekatan dalam Kebijakan Publik

Dalam studi kebijakan publik terdapat dua pendekatan, yakni : Pertama

dikenal dengan istilah analisis kebijakan (policy analysis), dan kedua kebijakan publik

(political public policy).9

Implementasi kebijakan adalah aspek penting dari keseluruhan proses kebijakan

politik sebab proses implementasi kebijakan sudah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari perumusan kebijakan. Akan tetapi sering terjadi implementation gap

dalam pelaksanaan suatu kebijakan, di mana implementation gap merupakan kondisi

adanya suatu perbedaan suatu perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat Pada pendekatan pertama, studi analisis kebijakan lebih

terfokus pada studi pembuatan keputusan (decision making) dan penetapan kebijakan

(policy formation) dengan menggunakan model-model statistik. Sedangkan pada

pendekatan kedua, lebih menekankan pada hasil dan outcome dari kebijakan publik.

Pada pendekatan pertama, pendekatan kuantitatif digunakan dalam pembuatan

keputusan. Dengan demikian keputusan yang diambil benar-benar rasional menurut

pertimbangan untung dan rugi. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang

memberikan manfaat bersih paling optimal.

Implementasi Kebijakan Politik

9

(26)

kebijakan dengan hasil atau kenyataan yang dicapai. Proses implementasi suatu

kebijakan dapat di analisa dari 3 (tiga) sudut pandang:

a. Pemrakarsa kebijakan/pembuat kebijakan (the center), di mana dari sudut

pandang ini, melihat usaha-usaha yang dilakukan oleh pejabat-pejabat atasan

atau lembaga-lembaga di tingkat pusat untuk mendapatkan kepatuhan dari

lembaga-lembaga atau pejabat-pejabat di bawahnya/daerah atau untuk

mengubah perilaku masyarakat/ kelompok sasaran.

b. Pejabat-pejabat di lapangan (the periphery) yaitu melihat tindakan para

pejabat dan instansi-instansi di lapangan untuk menanggulangi

gangguan-gangguan yang terjadi di wilayah kerjanya.

c. Kelompok sasaran (target group) yaitu memusatkan perhatian pada efektivitas

dan efisiensi pelayanan atau Jawa yang diberikan pemerintah telah mengubah

pola hidupnya.

Secara singkat, pengertian implementasi kebijakan yaitu:

1. menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan berdampak terhadap

sesuatu.

2. Kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya

pedoman-pedoman kebijakan pemerintah, baik usaha administrasi atau untuk

menimbulkan dampak pada masyarakat/ kejadian.

3. Proses implementasi kebijakan menyangkut perilaku badan-badan administrasi

yang kompeten terhadap suatu program serta tanggung jawabnya pada

(27)

sosial yang mempengaruhi perilaku pihak-pihak yang terlibat sehingga

berdampak sesuai harapan ataupun tidak sesuai harapan.

Ciri-ciri Kebijakan Politik Pemerintah

Ciri-ciri yang melekat pada kebijakan-kebijakan pemerintah pada

kenyataannya bersumber pada orang-orang yang memiliki wewenang dalam sistem

politik yang pada akhirnya membawa implikasi tertentu terhadap konsep kebijakan

pemerintah. Berbagai hal mungkin saja dilakukan oleh pemerintah, artinya

pemerintah dapat saja menempuh usaha kebijakan yang sangat liberal dalam hal

campur tangan atau cuci tangan sama sekali, baik terhadap seluruh atau sebagian

sektor kehidupan. Kebijakan pemerintah dalam bentuknya yang positif pada

umumnya dibuat berlandaskan hukum dan kewenangan tertentu. Hakikat kebijakan

pemerintah dapat diperinci ke dalam beberapa kategori, yaitu: demands (tuntutan

kebijakan), poling decision (keputusan kebijakan), policy statement (pernyataan

kebijakan), policy outputs (keluaran kebijakan), dan policy outcomes (hasil akhir

kebijakan).

Dalam menganalisa kebijakan pemerintah dapat digunakan teori-teori kebijakan

diantaranya :

• Teori Kelembagaan (Institutionalism Theory)

.Teori kelembagaan memandang kebijakan sebagai aktivitas kelembagaan di

mana struktur dan lembaga pemerintah merupakan pusat kegiatan politik. Lain halnya

dengan teori kelompok yang memandang kebijakan sebagai keseimbangan kelompok

yang tercapai dalam perjuangan kelompok pada suatu saat tertentu. Kebijakan

(28)

demikian pandangan teori elit. Sedang teori rasional memandang kebijakan sebagai

pencapaian tujuan secara efisien melalui sistem pengambilan keputusan yang tetap.

• Teori inkremental

Kebijakan dipandang sebagai variasi terhadap kebijakan masa lampau atau

dengan kata lain kebijakan pemerintah yang ada sekarang ini merupakan kelanjutan

kebijakan pemerintah pada waktu yang lalu yang disertai modifikasi secara bertahap.

Teori permainan memandang kebijakan sebagai pilihan yang rasional dalam

situasi-situasi yang saling bersaing. Sistem politik turut mewarnai kebijakan pemerintah,

demikian pandangan teori sistem. Menurut teori sistem, lingkungan dipandang

sebagai input dari sistem politik, sedangkan public policy dipandang sebagai output

dari sistem politik.

• Teori Campuran

Merupakan gabungan model rasional komprehensif dan inkremental.

Hubungan kewenangan politik, administrasi dan kepentingan umum dapat dianalisa

dengan menggunakan kisi-kisi perumusan kebijakan. Dengan menggunakan kisi-kisi

tersebut dapat diperoleh 5 gaya kebijakan, yaitu survival style, rasionalist style,

reactive style, prescriptive style, dan proacvtive style.

Proses Kebijakan Politik

Kebijakan dibuat untuk mengatur perilaku masyarakat. Kebijakan yang dibuat

tersebut dapat bersifat distributif maupun redistributif. Untuk mencapai tujuan

(29)

penghimpunan sumber daya dan pengelolaan sumber daya yang ada. Hasil yang

diperoleh dari aksi kebijakan tersebut dapat berupa input kebijakan dan implementasi

kebijakan. Dalam proses implementasi tersebut birokrasi pemerintah

mengimplementasikan kebijakan menjadi program. Selanjutnya agar lebih operasional

lagi program dirumuskan sebagai proyek. Setelah diterjemahkan sebagai program dan

proyek lalu diikuti dengan tindakan fisik, kebijakan menimbulkan konsekuensi yaitu

hasil efek atau akibat.

Agar kebijakan berjalan sesuai dengan tujuan atau tepat sasaran maka

dilakukan evaluasi kebijakan. Di mana evaluasi kebijakan pada umumnya dilakukan

untuk mengetahui empat aspek yaitu: proses pembuatan kebijakan, proses

implementasi, konsekuensi kebijakan dan efektivitas dampak kebijakan. Evaluasi

kebijakan dapat dilakukan sebelum maupun sesudah kebijakan dilaksanakan. Evaluasi

kebijakan mempunyai empat fungsi yaitu: ekspansi, kepatuhan, auditing dan akunting.

Evaluasi Implementasi Kebijakan Politik.

Kebijakan pemerintah selalu mengandung paling tidak tiga komponen dasar

yaitu: tujuan yang luas, sasaran yang spesifik dan cara mencapai sasaran tersebut

(implementasi kebijakan). Implementasi kebijakan merupakan tindakan yang

dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun kelompok

yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan di dalam

kebijakan. Dengan demikian implementasi mulai berlangsung pada tahap penyusunan

program. Meter dan Horn merumuskan sebuah abstraksi yang memperlihatkan

hubungan antar berbagai faktor yang mempengaruhi hasil atau kinerja suatu

kebijakan. Kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat

(30)

Menurut Grindle, implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan

konteks implementasinya. Isi kebijakan meliputi: kepentingan yang dipengaruhi tipe

manfaat, derajat perubahan yang diharapkan, letak pengambilan keputusan, pelaksana

program dan sumber daya yang dilibatkan. Sedangkan konteks implementasi terdiri

dari: (1) kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat; (2) karakteristik

lembaga dan penguasa; (3) kepatuhan dan daya tanggap. Menurut Sabatier dan

Mazmanian; implementasi kebijakan merupakan fungsi dari tiga variabel yaitu; (1)

karakteristik masalah; (2) struktur manajemen program yang tercermin dalam

berbagai macam peraturan yang mengoperasikan kebijakan, dan (3) faktor-faktor di

luar peraturan.

Setelah mengetahui kerangka pemikiran dari suatu studi implementasi, maka

tugas evaluator berikutnya adalah mengetahui cara pengumpulan informasi/data

melalui metode yang lazim yaitu: kuesioner, interview terbimbing maupun interview

bebas dan mendalam dan analisis data sekunder. Untuk melakukan evaluasi dampak

kebijakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. peramalan (forecasting), Peramalan merupakan sebuah tahap yang sangat

penting dalam proses pembuatan kebijakan. Ketidaktepatan peramalan

dapat menjadikan kebijakan yang dibuat tidak efektif. Peramalan dapat

dipandang sebagai suatu bentuk evaluasi pada tahap pra kebijakan.

b. Karakteristik Analisis Dampak Sosial (ADS); harus bersifat empiris, tidak

bias, rasional, handal dan sahih (secara logika-empiris).

c. Langkah-langkah ADS:

1.Langkah 1 : mengembangkan file input ADS.

(31)

3.Langkah 3 : menentukan respon dari individu dan kelompok

pedampak.

4.Langkah 4 : penyesuaian kebijakan.

5.Langkah 5 : kesimpulan dan rekomendasi.

d. Dimensi-dimensi dampak: waktu, selisih antara dampak aktual dan yang

diharapkan, tingkat agregasi dampak,dan jenis dampak.

I.7. Definisi Konsep

Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting yang merupakan definisi yang

dipakai peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau

fenomena alam.10

a. Efektiftas yaitu pencapaian target output yang diukur dengan cara

membandingkan output anggaran atau seharusnya dengan output

realisasi atau sesungguhnya, dikatakan efektif jika output seharusnya

lebih besar daripada output sesungguhnya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan definisi konsep sebagai

berikut :

b. Konsep Rencana Defintif Kelompok (RDK) dan Konsep Rencana

Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Dimana dari konsep tersebut

lah penetapan dan penyaluran subsidi pupuk dapat dijalankan.

10

(32)

I.8. Definisi Operasional

Defini operasional adalah penjelasan tentang bagaimana suatu variabel akan

diukur. Definisi operasional merupakan rincian indikator-indikator pengukurs suatu

variabel. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah efektifkah konsep

politik yang digunakan SBY dalam subsidi pupuk di Desa Pagar Jati di Kabupaten

Deli Serdang.

I.9. Metodelogi Penelitian

I.9.1. Metode Penelitian

Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka

dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah

yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data- data yang ada.11

Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran,

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,

serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini tidak sampai

mempersoalkan jalinan hubungan antar variable yang ada, tidak dimaksudkan untuk

menarik generalisasi yang menjelaskan variable- variable yang menyebabkan suatu

gejala dan kenyataan social. Karenanya pada penelitian deskriptif tidak menggunakan

atau tidak melakukan pengujian hipotesa seperti yang dilakukan pada penelitian Penelitian

ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau

fenomena.

11

(33)

eksplanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan

perbendaharaan teori.12

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu

penelitian yang dimaksudkan untuk, mengetahui hubungan antar variabel, dan

dianalisa secara kuantitatif dengan menampilkan tabel-tabel dan kemudian

dideskripsikan.

I.9.2. Jenis Penelitian

13

Setelah data terkumpul, selanjutnya data dianalisis, sampai menghasilkan

kesimpulan yang merupakan langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang

berupa jawaban terhadap rumusan masalah.Berdasarkan proses penelitian kuantitatif Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif

dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau

penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk

menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka.

Dalam penelitian kuantitatif metode yang digunakan antara lain : metode

survey, eksperimen, evaluasi, action research, policy research (selain metode

naturalistic dan sejarah ), setelah metode penelitian ditentukan, maka yang perlu

dilakukan adalah penyusunan instrument penelitian, yang digunakan sebagai alat

pengumpul data yang dapat berbentuk tes, angket / kuesioner, untuk pedoman dan

wawancara atau observasi. Dalam menentukan instrument perlu diteliti terlebih

dahulu validitas dan reliabilitasnya.

12

Sanafiah Faisal, Format Penelitian Sosial Dasar- Dasar Aplikasi, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995, hal.20

13

(34)

tersebut, maka penelitian kuantitatif bersifat linier, di mana langkahnya jelas, mulai

dari rumusan masalah, teori, hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, sera

membuat kesimpulan dan saran.

I.9.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagar Jati, Kelurahan Lubuk Pakam,

Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

I.9.4. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.14

b) Sampel

Dalam penelitian ini

yang menjadi subjek populasi adalah masyarakat petani.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.15 Dalam menentukan jumlah sampel untuk quisoner penulis menggunakan

rumus Taro Yamame, yaitu :16

1

N = Jumlah Populasi yang diketahui

14

Suharsimi Arikuno, Prosedur Penelitian,Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, hal.108

15

Ibid,hal. 109

16

(35)

d = Presisi yang ditetapkan

Sehingga sampel yang di dapat adalah :

1

Sehingga jumlah sampel yang di dapat adalah 94 orang.

Pada lokasi penelitian masyarakat Desa Pagar Jati, berdasarkan Pemilihan

Presiden 2009,

c) Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah dengan tehnik

random sampling yaitu cara pengambilan sampel yang memberikan

kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.

I.10. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan, maka penulis

melakukan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Data Primer yang didasarkan pada peninjauan langsung dengan objek yang

akan diteliti untuk memperoleh data-data. Studi lapangan yang dilakukan

adalah dengan datang langsung kelokasi yang dijadikan objek penelitian

dengan cara menyebarkan angket/ kuesioner dan juga wawancara langsung

(36)

b. Data sekunder yaitu penulis mengadakan penelitian dengan cara mencari

data dan informasi melalui buku-buku, literature dan lain- lain yang

berkaitan dengan penelitian ini.

I.11. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan datra ke dalam

pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data.17

1.12. SISTEMATIKA PENULISAN

Proses pengolahan data ini dimulai dari tahap mengedit data yang terkumpul.

Hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian data terkumpul dan diolah dilanjutkan

dengan menganalisis data secara deskriptif berdasarkan fenomena yang terjadi

dilapangan dan data yang diperoleh dari informan dan responden. Hal ini penting

dilakukan agar diperoleh kejelasan atas permasalahan yang telah dirumuskan

sebelumnya dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan atas penelitian yang dilakukan.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode

penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA / LANDASAN TEORI

17

(37)

Bab ini memberikan dan menyajikan secara ringakas tentang

kebijakan politik dan peraturan pemerintah mengenai subsidi

pupuk

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini memuat penyajian data yang di peroleh melalui

penelitian ini dan setelah itu analisis terhadap data penelitian

yang telah didapat melalui metode penelitian yang digunakan.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil – hasil pembahasan bab –

bab sebelumnya,serta berisi saran – saran yang di nantinya akan

(38)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Deskripsi Singkat

Desa Pagar Jati merupakan bagian dari Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten

Deli Serdang. Desa Pagar Jati telah berdiri sejak tahun 1948 dan terdiri dari 8 dusun

dengan luas desa 337,64 Ha yang terdiri dari 186 Ha sawah, 44,64 Ha Perumahan, 15

Ha jalan (termasuk kuburan, dan sarana umum lainnya). Sejak tahun 1948 sampai

sekarang telah melakukan 7 (tujuh) kali pemilihan Kepala Desa.

Letak Geografis Desa Pagar Jati berada diantara batas-batas wilayah sebagai

berikut;

a. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukamandi Hilir, Sukamandi Hulu

(Kecamatan Pagar Merbau)

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pasar Melintang, Desa Sumberjo

(Kecamatan Pagar Merbau)

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Cemara

d. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sekip, Desa Sukamandi Hilir (Kecamatan

Pagar Merbau)

e. Desa Pagar Jati terletak diantara Lubukpakam Kota dan Kota Perbaungan

(Kabupaten Serdang Bedagai)

Jumlah penduduk Desa Pagar Jati adalah 6635 jiwa, dari jumlah tersebut

(39)

2.2 Demografi Penduduk

Desa Pagar Jati dapat digambarkan lebih rinci dengan data-data sosial tentang

kepercayaan, nilai-nilai, kelas masyarakat, dan sarana/ prasarana. Beberapa

penggolongan data tersebut dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut:

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Umur Jumlah

1. 0-4 tahun 580

2. 5-9 tahun 705

3. 10-14 tahun 737

4. 15-19 tahun 723

5. 20-24 tahun 515

6. 25-29 tahun 478

7. 30-34 tahun 498

8. 35-39 tahun 370

9. 40-44 tahun 375

10. 45-49 tahun 422

11. > 50 tahun 1222

Total 6625

Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, 2008

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnis

No. Suku Bangsa Jumlah Persentase

(40)

2. Batak Simalungun 167 2,52

3. Batak Karo 173 2,61

4. Mandailing 236 3,56

5. Melayu 38 0,57

6. Jawa 635 9,57

7. Minang 38 0,57

8. Aceh 8 0,12

Total 6635 100%

Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009

Berdasarkan Tabel 2.2 di atas dapat disimpulkan bahwa etnis Batak Toba

adalah etnis yang mendominasi atau etnis yang merupakan mayoritas di Desa Pagar

Jati. Persentase sebanyak 80,48% yang menempati jauh di atas etnis-etnis lain

dibawahnya yang diikuti oleh Jawa 9,57%, Mandailing 3,56%, Batak Karo 2,61%,

Batak Simalungun 2,52%, dan diikuti oleh etnis Melayu, Minang, dan Aceh dengan

persentase dibawah 1%.

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Agama

No. Agama Jumlah Persentase (%)

1. Islam 862 12,99

2. Kristen Protestan 5539 83,48

3 Kristen Katolik 234 3,53

4 Hindu - -

(41)

Total 6635 100%

Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009

Berdasarkan Tabel 2.3 di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas agama yang

terdapat di Desa Pagar Jati adalah Kristen Protestan dengan persentase 83,48%,

diikuti Islam 12,99% dan Kristen Katolik 3,53%.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-Laki 3212 48,41

2. Perempuan 3423 51,59

Total 6635 100%

Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009

Berdasarkan Tabel 2.4 di atas diperoleh persentase antara jenis kelamin

laki-laki dengan perempuan berbanding tipis dengan persentase perempuan sedikit di atas

laki-laki di Desa Pagar Jati.

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah % / 6635

1. Pegawai Negeri Sipil 310 4,67

2. TNI/ POLRI 15 0.23

3. Petani 1468 22,12

4. Pedagang 98 1,48

5. Guru 12 0,18

(42)

7. Bidan/ Perawat 15 0,23

8. Dukun 5 0,07

9. Pendeta 6 0,09

10. Ustad 2 0,03

11. Pensiunan PNS 138 2,08

Total 2072 / 6635 31,22%

Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009

Berdasarkan Tabel 2.5 di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas mata

pencaharian masyarakat di Desa Pagar Jati adalah Petani dengan persentase jauh di

atas dengan 22,12% dari 2072 orang penduduk yang termasuk usia produktif.

Banyaknya profesi penduduk sebagai petani dapat disebabkan oleh beberapa hal,

yaitu (1) karena letak geografis Desa Pagar Jati yang sejak berdirinya sebagai desa

dipenuhi oleh lahan persawahan (hal tersebut menyebabkan masyarakat mengolah

lahan yang telah ada dan menjadikannya sebagai mata pencaharian tetap), dan (2)

karena tingkat pendidikan yang rendah (dapat juga disebabkan oleh letak geografis di

atas – tanpa sekolahpun masyarakat sudah mampu memperoleh pekerjaan).

Penjelasan di atas dapat menggambarkan situasi dan kondisi maupun latar

belakang mayoritas pemilih di Desa Pagar Jati. Faktor-faktor tersebut dapat

mempengaruhi seorang pemilih dalam menjatuhkan pilihan politiknya.

Tabel 2.6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1. Perguruan Tinggi 383 5,77

(43)

3. SMP 1985 29,92

4. SD 1374 20,71

5. Tidak/ Belum Sekolah 879 13,25

Total 6635 100%

Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009

Seperti dijelaskan pada Tabel 2.5 diatas, dalam Tabel 2.6 ini berhubungan erat

dengan jenis pekerjaan masyarakat di Desa Pagar Jati. Di desa ini terdapat persentase

yang tinggi untuk klasifikasi kearah petani, yaitu persentase dari poin tidak sekolah,

SD, SMP yang berjumlah 63,16%. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat persentase

SMA 30,35%. Sedangkan persentase Perguruan Tinggi adalah yang terendah

sebanyak 5,77%. Jadi rendahnya tingkat pendidikan di desa Pagar Jati membukan

peluang besar bagi masyarakatnya untuk berprofesi sebagai petani.

2.3 Sarana dan Prasarana

Di Desa Pagar Jati juga terdapat sarana dan prasarana penunjang kehidupan

sosial masyarakat. Berikut ini data-datanya:

Tabel 2.7

Jumlah Sarana dan Prasarana di Desa Pagar Jati

No. Jenis Sarana/ Prasarana Jumlah

1. Kantor Lurah 1

2. Sekolah 6

3. Sarana Kesehatan 7

4. Dinas Pekerjaan Umum 1

(44)

6. Mesjid 2

7. Koperasi Unit Desa 3

8 Kios Penjualan Pupuk Bersubsidi 4

Total 34

Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009

2.4 Daftar Nama Kelompok Tani dan Kios Pupuk Di Desa Pagar Jati Kec.Lubuk Pakam Kab.Deli Serdang

Berikut ini adalah nama-nama kelompok tani dan kios pupuk yang ada di Desa

Pagar Jati, Kec.Lubuk Pakam, Kab. Deli Serdang.

2.4.1 Daftar Kelompok Tani

Nama Kelompok

Sumber : Tim BPP Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang

2.4.2 Daftar Nama Kios Pupuk dan Penyebarannya

Daftar Nama Kios Pupuk dan Penyebarannya Tahun 2009 Di Desa Pagar Jati Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang

(45)

Bunga Tani - Kelompok Tani Makmur Jaya - Kelompok Tani Dosroha

Duma Tani - Kelompok Tani Soloan

- Kelompok Tani Sejati

Tani Guntur - Kelompok Tani Subur

- Kelompok Tani Maduma

Sumber : Tim BPP Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang

Daftar Nama Kios Pupuk dan Penyebarannya Tahun 2010 Di Desa Pagar Jati Kec.Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang

Nama Kios Penyebaran Wilayah Kelompok

Bunga Tani - Kelompok Tani Makmur Jaya

- Kelompok Tani Dosroha

Duma Tani - Kelompok Tani Soloan

- Kelompok Tani Sejati

Tani Guntur - Kelompok Tani Subur

- Kelompok Tani Maduma

Sumber : Tim BPP Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang

Daftar Nama Kios Pupuk dan Penyebarannya Tahun 2011 Di Desa Pagar Jati Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang

Nama Kios Penyebaran Wilayah Kelompok

Bunga Tani - Kelompok Tani Makmur Jaya

(46)

Duma Tani - Kelompok Tani Soloan - Kelompok Tani Sejati

Tani Guntur - Kelompok Tani Tani Subur

- Kelompok Tani Maduma

Mega Tani Baru - Kelompok Tani Martabe

Sumber : Tim BPP Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang

2.5 Pemilu Presiden 2009 di Desa Pagar Jati

Berdasarkan data yang diperoleh dari KPU Deli Serdang, hasil perolehan suara

dalam pemilihan presiden 2009 di Desa Pagar Jati tercatat total suara yang diperoleh

sebanyak 2787 terlihat dalam tabel 2.8 di bawah jumlah suara yang diperoleh oleh

masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2009,

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.8

Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Desa Pagar Jati

No Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Jumlah Suara

1 Hj. Megawati Soekarno Putri

dan

H. Prabowo Subianto

866

2 DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono

dan

Prof. DR. Boediono

(47)

3 H. M. Jusuf Kalla

dan

H. Wiranto

66

Jumlah Seluruh Suara Sah Pasangan Calon Presiden dan

Wakil Presiden

2707

Jumlah Seluruh Suara Tidak Sah 80

Total Seluruh Suara 2787

Sumber: PPK Lubukpakam, April 2009

Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 2.8 di atas di peroleh data yang

sesuai dengan hasil Pemilu Presiden 2009 dimana dari perolehan suara tersebut,

pasangan calon Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Prof. DR. Boediono

(48)

BAB III

DATA DAN ANALISA DATA III.1. Deskripsi Sampel

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data responden yang diperlukan

untuk proses penelitian. Data-data latar belakang responden diperoleh dari lembaran

kuesioner yang disebarkan secara insedental yaitu siapa saja yang secara kebetulan

dijumpai oleh peneliti yang dinilai sesuai sebagai sumber data. Adapun jumlah

kuesioner yang disebarkan sesuai dengan jumlah responden yang diperoleh dari

teknik pengambelan sampel yang menggunakan rumus Taro Yamane yang berjumlah

94 orang. Untuk mempermudah dalam menganalisa data, maka data hasil dari

kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-Laki 47 50%

2 Perempuan 47 50,%

Jumlah 94 100%

Sumber:Data Responden

Berdasarkan tabel 3.1 diatas perbandingan antara responden laki-laki dan

perempuan adalah berimbang yaitu masing masing berjumlah 47 responden. Karena

teknik penarikan sampelnya menggunakan sampling insedental maka hal ini sengaja

dilakukan supaya responden yang diambil data nantinya tidak dominan kepada salah

(49)

Tabel 3.2

Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur

NO Kelompok Umur Jumlah Persentase

1 17-27 Tahun 28 29,79%

2 28-48 Tahun 38 40,42%

3 49-59 Tahun 22 23,4%

4 ≥ 60 Tahun 6 6,39%

94 100%

Sumber: Data Responden

Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada

pada kelompok umur 28-48 tahun sebanyak 38 responden dengan persentase 40,42%.

Lalu kemudian rentang umur 17-27 tahun sebanyak 28 responden dengan persentase

29,79%. Sementara untuk rentang umur diatas 60 tahun hanya berjumlah 6 responden

dengan persentase 6,39%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari

responden berada pada rentang umur yang relatif produktif sehingga lebih besar

kemungkinan untuk tanggap terhadap isu-isu yang berkembang.

Tabel 3.3

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase

1 Perguruan Tinggi 2 2,13

2 SLTA 16 17,02%

3 SLTP 35 37,23%

4 SD 29 30,85%

(50)

Jumlah 94 100%

Sumber: Data Responden

Berdasarkan tabel 3.3 diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir

dari responden yang paling banyak adalah berada pada jenjang SLTP sebanyak 35

orang disusul kemudian pada jenjang SD sebanyak 29 orang. Ini menunjukan bahwa

mayoritas petani di kecamatan ini masih berada pada tingkat pendidikan yang relatif

rendah. Hal ini disebabkan karena presepsi yang berkembang dimasyarakat bahwa

petani relatif dengan orang yang berpendidikan relatif rendah. Jumlah responden yang

berada pada tingkat pendidikan diabawah SLTA jika ditotalkan bahkan lebih dari

80%. Hal ini menyimpulkan bahwa petani (dalam hal ini yang menjadi responden)

didominasi oleh orang-orang yang berpendidikan relatif masih rendah.

Tabel 3.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dilakukannya Pemiliu Presiden Tahun 2009

NO Jawaban Jumlah Persentase

1 Tahu 89 94,68%

2 Tidak Tahu 5 5,32%

Jumlah 94 100%

Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 1

Berdasarkan tabel 3.4 diatas dapat dilihat bahwa hampir semua responden

mengetahui diadakannya Pilpres Presiden pada tahun 2009 yang mencapai angka

hampir 95%. Namun walaupun demikian, tetap saja masih ada responden yang tidak

mengetahui diadakannya Pemilu Presiden 2009. Padahal proses Pemilu Presiden

merupakan sebuah proses politik yang sangat penting karena menyangkut

(51)

Tabel 3.5

Distribusi Responden Berdasarkan Yang Memberikan Hak Suara Pada Pemilu Presiden 2009

NO Jawaban Jumlah Persentase

1 Ya 80 85,1%

2 Tidak 14 14,89%

umlah 94 100%

Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 2

Berdasarkan tabel 3.5diatas dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden

telah memberikan hak suaranya pada Pemilu 2009. Dari data diatas dapat dilihat

bahwa lebih dari 85% dari responden memberikan hak suaranya pada Pemilu Presiden

2009. Dengan demikian mayoritas dari responden pernah terlibat dalam sebuah proses

politik yang dalam hal ini adalah Pemilihan Umum Presiden. Sedangkan yang tidak

memberikan hak suaranya dalam Pemilihan Umum Presiden 2009 tidak sampai

mencapai angka 15%. Dengan demikian sangat kecil persentase responden yang tidak

menggunakan hak suaranya pada Pemilu Presiden 2009.

Tabel 3.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pilihan Politik Pada Pemilu Presiden 2009

NO Jawaban Jumlah Persentase

1 Jusuf Kalla/ Wiranto 11 11,7%

2 SBY/ Boediono 48 51,1%

3 Megawati/ Prabowo 29 30,8%

(52)

Jumlah 94 100%

Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 3

Dari tabel 3.6 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas menjadikan pilihan

politiknya kepada SBY/ Boediono yang mencapai angka 51%. Sedangkan responden

yang memilih pasangan Megawati/ Prabowo mencapai angka 30%. Sementara itu

responden yang memilih pasangan Jusuf Kalla/ Wiranto hanya mencapai angka 11%.

Hal ini berbanding lurus dengan perolehan suara mayoritas Partai Demokrat di

kecamatan ini yang mengusung pasangan SBY/ Boediono.

Tabel 3.7

Distribusi Responden Berdasarkan Spesifikasi bidang pertanian yang digeluti

NO Jawaban Jumlah Persentase

1 Padi 78 82,97%

2 Sayur-Mayur 9 9,58%

3 Lainnya 7 7,45%

Jumlah 94 100%

Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 4

Berdasarkan tabel 3.7 diatas dapat dilihat bahwa spesifikasi bidang pertanian

yang digeluti oleh para responden adalah Padi. Petani padi yang menjadi responden

sebanyak 78 orang yang mencapai angka 82%. Sedangkan petani sayur-mayur tidak

sampai mencapai angka 10%. Banyaknya petani yang terspesifik pada tanaman padi

tidak terlepas dari tersedianya areal persawahan yang luas didaerah ini. Secara tidak

langsung hal ini menyebabkan banyak dari para petani memilih menanam padi

(53)

Tabel 3.8

Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Permasalahan Pokok Pada Petani

NO Jawaban Jumlah Persentase

1 Pengadaan Pupuk 72 76,6%

2 Pembibitan 14 14,9%

3 Lainnya 8 8,5%

Jumlah 94% 100%

Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 5

Berdasarkan tabel 3.8 diatas kita dapat mengetahui apa sebenarnya yang

menjadi permasalahan pokok yang dihadapi oleh responden. Sekalipun banyak

maslaah yang dihadapi petani dalam menjalankan pekerjaannya, namun para

responden mayoritas menilai bahwa maalah pengadaan pupuk merupakan masalah

pokok yang menjadi permasalahan mereka dalam melangsungkan pekerjaan mereka

sebagai petani. Ini ditunjukan dengan hasil persentase yang mencapai 76,6%. Dengak

kata lain berarti hanya sekitar 23,4% dari responden yang memilih masalah lain diluar

masalah pengadaan pupuk sebagai masalah pokok yang dihadapai dalam hal

pertanian. Dan angka itu masih relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan

permasalahan pengadaan pupuk.

Tabel 3.9

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Adanya Organisasi Petani

NO Jawaban Jumlah Persentase

(54)

2. Tidak Tahu 18 19,15%

Jumlah 94 100%

Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 6

Berdasarkan tabel 3.9 diatas dapat dilihat bahwa 76 orang dari responden

mengetahui mengenai keberadaan organisasi petani didaearah tersebut. Dengan kata

lain organisasi petani didaerah tersebut cukup familiar dikalangan responden.

Sementara itu responden yang tidak mengetahui keberadaan organisasi tani di daerah

tersebut relatif kecil karena hanya berjumlah 18 responden saja. Dalam daerah yang

mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani, sudah barang tentu keberadaan

organisasi sangat diperlukan, sebagai wadah saling bertukar pikiran diantara kalangan

petani itu sendiri.

Tabel 3.10

Distribusi Responden Berdasarkan Status Keanggotaan Pada Organisasi Petani

NO Jawaban Jumlah Persentase

1 Ya (menjadi anggota) 55 58,51%

2 Tidak 39 41,49%

Jumlah 94 100%

Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 7

Berdasarkan tabel 3.10 diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak responden

yang menjadi anggota dari organisasi petani dibandingkan yang tidak menjadi

anggota. Namun demikian perbedaan sangat tipis, dimana perbedaannya tidak

mencapai 20%. Artinya jumlah responden yang menjadi anggota dari organisasi

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.6
+7

Referensi

Dokumen terkait