Efektifitas Konsep Politik SBY-Boediono Mengenai Kebijakan
Subsidi Pupuk Terhadap Kalangan Petani Antara Tahun 2009-2011
(Studi Kasus : Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)
Disusun Oleh :
P. FERIANDI GULTOM
(050906050)
Departemen Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Pertanian mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan
perekonomian nasional. Dimana pembangunan pertanian tidak terlepas dari
pengembangan desa yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama
perekonomian. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah dan penduduk miskin
selalu meningkat dari tahun ke tahun khususnya bagi penduduk miskin di pedesaan
dan umumnya adalah petani. Oleh karena itu,
Pemerintah menjalankan program subsidi pupuk sebagai program peningkatan
kesejahteraan petani yang telah dijalankan sejak tahun 2003, sebagai program
nasional yang dijalankan diseluruh wilayah Indonesia bagi semua warga masyarakat.
Penelitian ini dilakukan di Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang. Disini penulis ingin mengetahui seberapa efektifkah program yang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah: “Efektifitas Konsep Politik SBY-Boediono
Mengenai Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Kalangan Petani Antara Tahun
2009-2011 (Studi Kasus : Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang). Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam
mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Evi Novida Ginting selaku dosen pembimbing
dan abangda Khusnul Isa Harahap selaku Dosen Pembaca, dan juga kepada
orang-orang yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini mempunyai banyak kekurangan,
untuk itu Penulis mohon maaf atas keterbatasan -keterbatasan Penulis, dan sangat
mengharapkan kritik dan saran dari setiap Pembaca, agar kelak skripsi ini semakin
berguna, atau memberi kontribusi yang lebih baik bagi setiap yang membutuhkan
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ………..1
I.2 Perumusan Masalah ………..9
I.3 Pembatasan Masalah ………..9
I.4 Tujuan Penelitian ………..10
I.5. Manfat Penelitian ………..10
I.6 Kerangka Teori ………..11
I.6.1. Teori Kebijakan Publik ………..11
I.6.1.1. Pengertian Kebijakan Publik ………..11
I.6.1.2. Proses Kebijakan Publik ………..15
I.6.1.3. Pendekatan Dalam Kebijakan Publik ………..18
I.7. Definisi Konsep ………..24
I.8. Definisi Operasional ………..24
I.9. Metodelogi Penelitian ………..25
I.9.1. Metode Penelitian ………..25
I.9.2. Jenis Penelitian ………..25
I.9.3. Lokasi Penelitian ………..26
I.9.4. Populasi Dan Sampel ………..27
I.10. Tekhnik Pengumpulan Data ………..28
I.12. Sistematika Penulisan ………..29
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II.1 Deskripsi Singkat ………..31
II.2 Demografi Penduduk ………..32
II.3 Sarana Dan Prasarana ………..33
II.4 Daftar Nama Kelompok Tani dan Kios Pupuk ………..38
II.5 Pemilu Presiden 2009 Di Desa Pagar Jati ………..41
BAB III DATA DAN ANALISIS DATA III.1 Deskripsi Sampel ………..43
III.2 Konsep RDK dan RDKK ………..66
III.2.1 Konsep RDK dan RDKK ………..66
III.2.2 Penyusunan RDK dan RDKK ………..70
III.2.3 Mekanisme Pelaksanaan RDKK ………..73
III.2.4 Penyusunan Dan Pelaksanaan RDKK ………..75
III.3 Perkembangan Kebijakan Subsidi Pupuk ………..77
III.4 Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk ………..78
III.5 Indikator Tingkat Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk ………..79
III.6 Penyaluran, Pengadaan, Pengawasan Pupuk Bersubsidi……….80
III.7 Peningkatan Kesejahteraan Petani ………..82
BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan ………..85
IV.2 Saran ………..86
ABSTRAK
Pertanian mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan
perekonomian nasional. Dimana pembangunan pertanian tidak terlepas dari
pengembangan desa yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama
perekonomian. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah dan penduduk miskin
selalu meningkat dari tahun ke tahun khususnya bagi penduduk miskin di pedesaan
dan umumnya adalah petani. Oleh karena itu,
Pemerintah menjalankan program subsidi pupuk sebagai program peningkatan
kesejahteraan petani yang telah dijalankan sejak tahun 2003, sebagai program
nasional yang dijalankan diseluruh wilayah Indonesia bagi semua warga masyarakat.
Penelitian ini dilakukan di Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang. Disini penulis ingin mengetahui seberapa efektifkah program yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Demokrasi pada prinsipnya merupakan sebuah ideologi yang menganut niali
nilai kebebasan dan kesetaraan. Demokrasi sendiri diyakini tumbuh dan berkembang
dalam peradaban yunani yang dimulai dengan munculnya negara kota ( polis). Secara
etimologi berasal dari gabungan dua kata yang berasal dari yunani, yakni demos yang
berakti rakyat dan kratos/cratein yang berarti pemerintah. Atau secara ringkas
demokrasi diartikan sebagai bentuk pemerintahan rakyat.1
Indonesia sebagai negara yang memproklamirkan kemerdekaannya pasca
perang dunia II adalah salah satu negara yang menganut paham demokrasi hingga saat
ini. Konsistensi dari penerapan demokrasi tersebut dapat dijadikan acuan bahwa
demokrasi masih dianggap sistem yang terbaik dalam menjalankan roda pemerintahan
( dalam hal ini adalah negara). Setidaknya anggapan itulah yang diberikan ahli ahli
piker bangsa ini. Pemerintahan dari suatu negara demokratis sebenarnya tidak lebih
dari pelayan bagi seluruh rakyat, yang diserahi tugas untuk melaksanakan undang
undang yang telah disetujuhi bersama.
Di kalangan yang lebih
umum demokrasi di defenisikan sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat untuk rakyat
dan oleh rakyat. Rakyat di anggap sebagai elemen utama dalam menjalankan sebuah
pemerintahan.
2
Proses demokrasi atau yang biasa disebut demokratisasi biasanya di artikan
sebagai bentuk pembangunan politik. Pembangunan politik merupakan pembentukan
1
Eko Prasetyo, Demokrasi Tidak Untuk Rakyat, Yogyakarta, Ressist Book, 2005, hlm. 9
2
lembaga lembaga atau praktek praktek demokratis.3Dalam Hal ini Demokrasi yang telah terjadi di Indonesia telah mengalami pasang surutnya namun, hal ini merupakan
bagian dari sejarah bagi perkembangan demokrasi di Indonesia serta dapat dikatakan
Demokratisasi telah berhasil membentuk pemerintah Indonesia yang demokratis
karena nilai-nilai demokrasi yang penting telah diterapkan melalui pelaksanaan
peraturan perundangan mulai dari UUD 1945. Memang benar bahwa demokrasi
adalah sebuah kondisi yang tidak pernah terwujut secara tuntas , namun dengan
adanya perubahan-perubahan tadi, Demokrasi di Indonesia telah memiliki dasar yang
kuat untuk berkembang4
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip
. Penataan Politik dalam agenda kebangsaan agar segera
dilakukan, karena itu, agenda penataan ulang design institusi politik merupakan
agenda mendesak bangsac Indonesia menuju presidensialisme yang efektif agar
demokrasi bermanfaat bagi rakyat.
kekuasaan politik negara
tiga jenis lembaga negara yang saling lepas
yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara
ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsi
diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.
Demokrasi adalah suatu pemikiran manusia yang mempunyai kebebasan
berbicara, megeluarkan pendapat. Demokrasi itu bukan barang mewah, sehingga
3
Colin MacAndrews, Masalah masalah pembangunan politik, Yogyakarta, Gadja Mada University Press, hlm. 11
4
sangat sulit untuk kita raih atau capai, tetapi demokrasi itu adalah sesuatu yang sangat
rasionil yang bisa kita pakai guna kelangsungan nilai-nilai kemanusian diatas dunia
ini.Negara Indonesia menunjukan sebuah Negara yang sukses menuju demokrasi
sebagai bukti yang nyata, dalam pemilihan langsung presiden dan wakil presiden.
Untuk membangun suatu system demokrasi disuatu negara bukanlah hal yang mudah
karena tidak menutup kemungkinan pembangunan sistem demokrasi di suatu Negara
akan mengalami kegagalan. Tetapi yang harus kita banggakan demokrasi di negara
Indonesia sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat contahnya dari segi
kebebasan, berkeyakinan, berpendapat atau pun berkumpul mereka bebas bergaul
tanpa ada batasan-batasan yang membatasi mereka. Tapi bukan berarti demokrasi di
Indonesia saat ini sudah berjalan sempurna masih banyak kritik-kritik yang muncul
terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya bisa menjamin kebebasan warga
negaranya.
Memasuki era reformasi pasca runtuhnya rezim orde baru, sistem
pemerintahan yang demokratis sudah mulai berjalan kearah yang lebih baik. Ini
ditandai dengan adanya perubahan amandemen undang-undang dasar yang membatasi
masa jabatan kekuasaan eksekutif. Ini diciptakan agar tidak lagi terciptanya
kekuasaan eksekutif yang otoriter dan diktator seperti pada masa Orde Baru.
Amandemen Undang-undang dasar juga menghasilkan pemilihan presiden dan wakil
presiden yang dilakukan secara langsung oleh rakyat yang tertuang dalam Pasal 6A
UUD 1945. Kemudian diatur dalam undang-undang No 23 tahun 2003 tentang
prosedur, mekanisme dan persyaratan calon presiden.
1. Konsep pemilihan presiden oleh MPR menimbulkan beban pertanggung
jawaban atas segala pelaksanaan kekuasaan presiden yang dapat membawa
jatuhnya presiden dalam masa jabatannya jika pertanggung jawaban tidak
diterima oleh MPR. Ini menunjukan sistem pemerintahan dan secara khusus
hubungan Presiden dengan lembaga perwakilan rakyat baik DPR maupun
MPR merupakan hubungan yang in between antara sistem parlemen disatu
sisi dengan sistem presidensial disisi lain. Parlemen dimana eksekutif dapat
jatuh dari jabatannya kapan saja karena hilangnya dukungan parlemen. Pola
hubungan seperti ini harus segera diakhiri. Jika hendak meletakkan dominasi
kekuasan negara atas prinsip kedaulatan rakyat ditangan lembaga perwakilan
rakyat, maka prinsip-prinsip sistem parlementerlah yang harus dipakai.
Tetapi jika hendak mempertahankan sistem presidential maka pola hubungan
yang seimbang antara presiden dengan lembaga perwakilan rakyat harus
diterapkan. Dan ini berarti pengangkatan presiden oleh MPR harus diubah
dengan pemilihan langsung oleh rakyat agar legitimasi kekuasaan presiden
tidak lagi berasal dari majelis dengan segala konsekuensinya.
2. Problem lain yang menyangkut dasar legitimasi kekuasaan presiden.
Pemilihan presiden yang dimiliki kekuasaan besar itu hanya ditentukan oleh
700 orang anggota MPR. Jika suara MPR yang memenangkan calon presiden
terpilih sama dengan keinginan rakyat yang tecermin dari raihan kursi partai
yang mencalonkan calon presiden dimaksud, dasar jumlah 700 suara anggota
MPR tidak begitu menjadi persoalan.
Tetapi jika terjadi sebaliknya kehendak calon presiden dari sebagian besar
rakyat tidak sama dengan keinginan sebagian besar anggota MPR maka dasar
akan mendapat tingkat akseptansi yang rendah di masyarakat sehingga prinsip
kehendak rakyat adalah dasar kekuasaan pemerintah tidak terpenuhi.
3. Pemilihan presiden yang dilakukan di MPR mudah pula untuk di manipulasi.
Sejarah membuktikan dalam masa pemerintahan Orde Baru MPR telah
direkayasa sedemikian rupa melalui pembuatan undang-undang tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, undang-undang tentang pemilihan umum, dan
undang-undang tentang partai politik. Sehingga presiden yang berkuasa dapat
terus menerus dipilih oleh MPR itu.
Pada masa sekarang ketika rekayasa undang-undang hampir tidak mungkin
lagi karena undang-undang yang berlaku sudah terhindar dari kepentingan untuk
mempertahankan kekuasaan yang tidak demokratis, maka manipulasi berwujud dalam
dimensi yang lain. Jual beli suara misalnya, merupakan ancaman serius proses
pemilihan presiden sekarang ini di samping teror atau tekanan politik untuk
memenangkan satu calon presiden tertentu.
Pemilihan presiden langsung merupakan sebuah metode pemilihan yang paling
tepat digunakan dimasa reformasi. Pemilihan presiden secara langsung mengharuskan
calon presiden harus memiliki visi dan misi yang menyentuh masyarakat. Pemihan
presiden langsung pada tahun 2004 adalah yang pertama kali dilakukan di Indonesia.
Dalam UUD 1945 pasca amandemen pasal 6A ayat (3) yang berbunyi :
Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mendapatkan suara lebih
dari lima puluh persen suara disetiap propinsi yang tersebar di lebih dari setengah
Dikarenakan hal tersebut pada Pemilu 2004 dilaksanakan dengan dua putaran,
dikarenakan tidak ada satu pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50%.
Pada Pemilu putaran pertama pasangan calon H. Susilo Bambang Yudhoyono – Dr.
H. Muhammad Yusuf Kalla dan Hj. Megawati Soekarnoputri – H. Hasyim Muzadi
menempati urutan pertama dan kedua dari keseluruhan perolehan suara. Sehingga
kedua pasangan calon presiden ini kembali bertarung pada putaran kedua.
Dalam Pemilu 2004 putaran kedua, pasangan calon presiden H. Susilo
Bambang Yudhoyono – Dr. H. Muhammad Yusuf Kalla ( SBY-JK ) mendapatkan
perolehan suara terbanyak. Sehingga pasangan inilah yang memenangkan Pemilihan
Umum Presiden 2004.
Pada Pemilu 2009, peta politik di Indonesia sedikit berubah. Pada Pemilu
2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mencalonkan dirinya dalam
Pilpres, namun kali ini calon pasangan SBY bukan lagi Jusuf Kalla namun ia
berpasangan dengan Bodiono. Setelah melalui masa pemilihan pasangan
SBY-Bodiono memenangkan Pemilu 2009 ini melalui proses pemilihan langsung. Melalui
program-program yang dibuat oleh SBY-Bodiono, masyarakat masih percaya
kapisitas kerja SBY sebagai Presiden. Setelah terpilih menjadi presiden, SBY
membuat sebuah konsep yang mungkin memihak kepada para petani. SBY membuat
konsep yang mungkin bercermin dari masa pemerintahan Orde Baru.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, sekitar tahun 1980-an, Presiden Soeharto
melaksanakan program Repelita ( Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang
memfokuskan pada masalah swasembada pangan. Hal positif ini lah yang ingin
pembangunan ekonomi dimulai dari pangan yang menguasai hajat hidup orang
banyak.
Pembangunan pertanian menempati prioritas utama pembangunan dalam
pembangunan ekonomi nasional. Karena itu sektor pertanian merupakan sektor utama
pembangunan ekonomi nasional. Dalam pendekatan perhitungan pendapatan nasional,
sektor pertanian terdiri dari sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,
peternakan, perikanan dan kehutanan. Selain sektor pertanian, terdapat delapan sektor
ekonomi lainnya yang secara bersama menentukan besarnya pertumbuhan ekonomi
bangsa melalui pendapatan domestik (GDP) dan pendapatan nasional (GNP).
Kedudukan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional adalah
cukup nyata, dilihat dari proporsinya terhadap pendapatan nasional.
Selain kontribusinya melalui GDP, peran sektor pertanian dalam pembangunan
nasional dapat dilihat dari peran sektor pertanian yang sangat luas, mencakup
beberapa indikator antara lain:
Pertama, pertanian sebagai penyerap tenaga kerja yang cukup besar. Kedua, pertanian
merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi
secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi
pilihan. Ketiga, komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga. Harga
produk-produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen sehingga
dinamikanya sangat berpengaruh terhadap inflasi. Keempat, akselerasi pembangunan
pertanian sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor.
Untuk mendukung program swasembada pangan ini, dibutuhkan kesuksesan
harga pupuk sangat dibutuhkan dimana pupuk sebagai elemen utama yang
mendukung kuantitas dan kualitas panen.
Pupuk mempunyai peranan penting dalam peningkatan produksi pertanian.
Petani mendapatkan input yang lebih murah untuk produksi mereka sehingga hasil
produksinya juga akan meningkat. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan kebijakan
subsidi pupuk. Distribusi pupuk subsidi yang berlaku saat ini mengikuti Peraturan
Menteri Perdagangan (Permendag) No. 07/M-Dag/Per/2/2009 tentang pasokan subsidi
pupuk yang diharapkan dapat memperbaiki penyaluran subsidi pupuk yang berkaitan
dengan tepat waktu. Peraturan ini menggantikan peraturan sebelumnya yaitu
Permendag No.21/M-Dag/Per/6/2008 tentang sistem distribusi pupuk bersubsidi
tertutup yang terbatas hanya pada petani atau kelompok tani yang sudah tercatat.
Penyempurnaan peraturan-peraturan dari pemerintah terkait dengan distribusi pupuk
bersubsidi yang seharusnya dapat mempermudah petani untuk mendapatkan pupuk
bersubsidi. Namun, pada kenyataan karena peraturan tentang pengawasan distribusi
pupuk besubsidi masih lemah dan tidak ada koordinasi pada masing-masing bagian
baik pada perencanaan, pengadaan, maupun pendistribusian sehingga masih tetap
banyak petani yang tidak bisamendapatkan pupuk bersubsidi dengan mudah karena
pengecer resmi juga dapat dengan mudah menjual ke siapa saja. Peningkatan input
produksi berupa penambahan penggunaan pupuk secara teori dapat meningkatkan
produksi padi apabila penggunaannya sesuai dengan dosis yang dibutuhkan (400
kg/ha) pada setiap produksinya.
Namun, apabila penambahan pupuk untuk produksi sudah pada batas optimum
penggunaan maka apabila dilakukan penambahan lagi akan berakibat negatif pada
untuk setiap penggunaannya berkaitan dengan luas lahan yang mereka miliki sehingga
berakibat pada penurunan produktivitas pada hasil produksinya. Efektivitas subsidi
pupuk juga berkaitan dengan harga pupuk besubsidi di lapangan. Penetapan harga
pupuk bersubsidi sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
No.2/Permentan/SR.130/4/2010 tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi (HET)
pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2010. Harga eceran tertinggi
pupuk bersubsidi telah ditetapkan oleh pemerintah melalui peraturan perundangan
tetapi tetap ada harga yang berbeda di pasar dan merugikan petani. Salah satu hal
yang menjadi alasan bagi para pelaku distribusi menaikkan harga secara tidak resmi
adalah untuk mendapatkan marjin pemasaran dari upah pelaku distribusi dan biaya
pemasaran karena harga pupuk bersubsidi yang kurang realistik. Kenaikan harga ini
akan merugikan petani karena harga pupuk bersubsidi di pasar lebih tinggi dari HET
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pertanian merupakan aspek penting dalam mendukung keberlangsungan hidup
suatu negara. Indonesia sebagai negara agraris, menempatkan pertanian sebagai sektor
utama dalam perekonomian nasional. Selain itu, pertanian sebagai aspek pendukung
ketersedian pangan di suatu negara. Oleh karena itu, terdapat berbagai kebijakan
pemerintah yang mendukung produksi sektor pertanian. Selain itu, pendapatan negara
juga sebagian besar berasal dari sektor pertanian.
Subsidi pupuk mulai diberlakukan sejak tahun 1960 sampai tahun 1998 yang
diatur oleh pemerintah dimana pengadaan dan penyalurannya diserahkan pada PT. Pupuk
Sriwijaya. Sejak 1 Desember 1998 subsidi pupuk mulai dicabut dan diberlakukan kembali
mulai tanggal 13 Maret 2001. Pada saat pencabutan subsidi pupuk terjadi penurunan
ton pada tahun 1998. Pada periode 1998 sampai 2001 produksi padi cenderung tidak
stabil.
Pada tahun 2002 dimana subsidi pupuk sudah mulai diberlakukan kembali dengan
semua produsen pupuk diberikan kesempatan untuk pengadaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi. Dengan adanya pemberlakuan subsidi pupuk kembali, produksi padi juga
meningkat sejak tahun 2002 sampai 2009.
Hal ini lah yang menjadi rujukan saya sebagai penulis sangat tertarik meneliti
tentang “Efektifitas Konsep Politik SBY- Boediono Mengenai Kebijakan Subsidi
Pupuk Terhadap Kalangan Petani Dari Tahun 2009-2011 Di Desa Pagar Jati
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang”.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “seberapa efektifkah konsep politik SBY-BOEDIONO yang
diterpakan di Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang
antara tahun 2009 sampai 2011?”
I. 3. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terfokus pada pokok permasalah nya maka yang menjadi
batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Penelitian ini difokuskan pada efektifitas konsep politik SBY terhadap
subsidi pupuk
• Penelitian ini di fokuskan dari antara tahun 2009 sampai 2011.
I.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa efektif konsep
politik SBY-Bodieono (dalam hal ini mengenai subsidi pupuk) yang diterapkan di
Desa Pagar Jati Kabupaten Deli Serdang.
I.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang bermanfaat
kepada semua pihak secara umum yaitu :
1. Bagi penulis dapat mengasah dan meningkatkan serta mengembangkan
kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah.
2. Memberikan bahan masukan dan bahan pertimbangan pada pihak yang
berkepentingan berkaitan dengan efektifitas konsep politik.
3. Dan diharapkan dapat menambah referensi karya ilmiah dibidang ilmu sosial
dan ilmu politik.
I.6. Kerangka Teori
I.6.1. Kebijakan Publik
I.6.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Istilah policy atau kebijakan merupakan di pergunakan dalam pengertian yang
berbeda – beda. E. Hugh Heclo mengatakan bahwa kebijakan adalah cara bertindak
yang sengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan untuk mencapai tujuan
daripada sebagai suatu rumusan kata-kata. Menurut, Charles O. Jones kebijakan
terdiri dari beberapa komponen – komponen yaitu :5
• Goal atau tujuan yang diinginkan
• Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan,
• Program atau cara tertentu yang telah mendapata persetujuan dan pengesahan
untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
• Decision atau keputusan, yaitu tindakan – tindakan untuk mementukan tujuan,
membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.
• Efek, yaitu akibat – akibat dari progam (baik di sengaja atau tidak primer atau
sekunder).
Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam hubungannya dengan tindakan
pemerintah untuk mengatasi masalah – masalah masyarakat, kebijakan adalah
keputusan – keputusan pemerintah untuk memecahkan masalah – masalah yang telah
di utarakan atau dapat juga kebijakan diartikan sebagai suatu keputusan untuk
mengakhiri atau menjawab pertanyaan yang di berikan masyarakat kepada
pemerintah. Heclomenggunakan istilah kebijakan secara luas yaitu sebagai rangkaian
tindakan pemerintah atau tidak bertindaknya pemerintah atas sesuatu masalah. Jadi
lebih luasnya dari tindakan atas keputusan yang khusus.
Henz Eulau dan Kennet Previt merumuskan kebijakan sebagai keputusan
tetap, ditandai oleh kelakuan yang berkesinambungan dan berulang – ulang pada
5
mereka yang membuat kebijakan dan melaksanakannya. Jones menekankan studi
kebijakan Negara Indonesia pada dua proses, yaitu :
a. Proses – proses dalam ilmu politik, seperti bagaimana masalah – masalah itu
sampai pada pemerintah, bagaimana pemerintah mendefenisikan masalah itu, dan
bagaimana tindakan pemerintah.
b. Refleksi tentang bagaimana seseorang bereaksi terhadap masalah – masalah,
teradap kebijakan Negara dan memecahkannya.
Kebijakan secara umum dapat dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu kebijakan
umum, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis. Kebijakan umum adalah
kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif
ataupun yang bersifat negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang
bersangkutan. Agar suatu kebijakan umum dapat menjadi pedoman bagi tingkatan
kebijakan dibawahnya, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Pertama, cakupan
kebijakan itu meliputi keseluruhan wawasannya. Artinya, kebijakan itu tidak hanya
meliputi dan ditujukan pada aspek tertentu atau sektor tertentu. Kedua, tiak berjangka
pendek. Masa berlakunya atau tujuan yang ingin dicapai dengan kebijakan tersebut
berada dalam jangka panjang ataupun tidak mempunyai batas waktu tertentu. Ketiga,
strategi kebijakan umum tidak bersifat operasional. Seperti halnya pada pengertian
umum, pengertian operasional atau teknis juga bersifat relatif.
Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum.
Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang berada dibawah kebijakan
pelaksanaan itu. Secara umum dapat disebutkan bahwa kebijakan umum adalah
kebijakan tingkat pertama, kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan tingkat pertama,
Pengertian Publik
Istilah publik dalam rangkaian kata kebijakan publik mengandung tiga makna
yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum. 6
1. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah bukan organisasi
swasta.
Dalam lingkup subjek, kebijakan publik
adalah kebijakan dari pemerintah. Jadi salah satu ciri kebijakan adalah kebijakan dari
pemerintahlah yang dapat dianggap kebijakan yang resmi dan dengan demikian
mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhi nya.
Dalam lingkup objek adalah lingkungan yang dikenai kebijakan, pengertian
publik disini adalah masyarakat. Pengertian umum dari istilah publik dalam kebijakan
terdapat dalam strata kebijakan. Suatu kebijakan publik biasanya tidak bersifat
spesifik dan sempit tetapi lebih luasdan berada pada strata strategis. Sebab itu
kebijakan publik berfungsi sebagai pedoman umum untuk kebijakan dan
keputusan-keputusan khusus dibawahnya.
Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan publik menurut Thomas Dye, adalah apapun pilihan pemerintah
untuk melakukan atau tidak melakukan. Konsep tersebut sangat luas karena
kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah disamping
yang dilakukan oleh pemirintah menghadapi suatu masalah publik. Definisi kebijakan
publik dari Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa :
2. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak
dilakukan oleh badan pemerintah.
6
Kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik
sosial yang ada dalam masyarakat. Ketika kebijakan publik berisi nilai-nilai yang
bertentangan dengan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat maka kebiakan tersebut
akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan. Sebaliknya kebijakan publik
harus mampu mengakomodasi nilai-nilai dan praktik- praktik yang hidup dan
berkembang dalam mayarakat.
Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor atau
bidang pembangunan, seperti kebijakan publik dibidang pendidikan, pertanian,
kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya.
Jenis- Jenis Kebijakan Publik
Secara tradisional pakar ilmu politik mengkatagorikan kebijakan publik
kedalam katagori:7
1. Kebijakan substantif (misalnya: kebijakan perburuhan, kesejahteraan
sosial, hak-hak sipil, masalah luar negeri dan sebagainya)
2. Kelembagaan (misalnya: kebijakan legislatif, kebijakan judikatif,
kebijakan departemen)
3. Kebijakan menurut kurun waktu tertentu (misalnya: kebijakan masa
reformasi, kebijakan maswa Orde Baru, dan kebijakan masa Orde Lama).
I.6.1.2 Proses Kebijakan Publik
Michael Howlet dan M. Ramesh menyatakan bahwa proses kebijakan publik
terdiri dari lima tahapan sebagai berikut :
7
1. Penyusunan Agenda ( agenda setting ),yakni suatu proses agar suatu masalah
bisa mendapat perhatian dari pemerintah.
2. Formulasi kebijakan ( policy formulation ), yakni proses perumusan
pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah.
3. Pembuatan kebijakan (decision making ), yakni proses ketika pemerintah
memilih untuk melakukan sesuatu tindakan atau tidak melakukan suatu
tindakan.
4. Implementasi kebijakan ( policy implementation ), yaitu proses untuk
melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.
Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:8
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam
realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa
yang disebut sebagai masal 1.Penyusunan Agenda
dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik,
dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik
yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan (policy issues)
sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues
8
biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai
arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai
karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn, isu kebijakan merupakan
produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan
maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk
menjadi suatu agenda kebijakan.
Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik diantaranya:
1. telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang
serius;
2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis;
3. menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia) dan
mendapat dukungan media massa;
4. menjangkau dampak yang amat luas ;
5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat,
6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah
dirasakan kehadirannya)
Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat
urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak
2.Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu
masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan
masing-masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan
rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus
percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim
cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan
pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi
dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini
orang belajar untuk mendukung pemerintah.
4. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Secara umum
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan
melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi
kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah kebijakan,
program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi,
maupun tahap dampak kebijakan.
I.6.1.3 Pendekatan dalam Kebijakan Publik
Dalam studi kebijakan publik terdapat dua pendekatan, yakni : Pertama
dikenal dengan istilah analisis kebijakan (policy analysis), dan kedua kebijakan publik
(political public policy).9
Implementasi kebijakan adalah aspek penting dari keseluruhan proses kebijakan
politik sebab proses implementasi kebijakan sudah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari perumusan kebijakan. Akan tetapi sering terjadi implementation gap
dalam pelaksanaan suatu kebijakan, di mana implementation gap merupakan kondisi
adanya suatu perbedaan suatu perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat Pada pendekatan pertama, studi analisis kebijakan lebih
terfokus pada studi pembuatan keputusan (decision making) dan penetapan kebijakan
(policy formation) dengan menggunakan model-model statistik. Sedangkan pada
pendekatan kedua, lebih menekankan pada hasil dan outcome dari kebijakan publik.
Pada pendekatan pertama, pendekatan kuantitatif digunakan dalam pembuatan
keputusan. Dengan demikian keputusan yang diambil benar-benar rasional menurut
pertimbangan untung dan rugi. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang
memberikan manfaat bersih paling optimal.
Implementasi Kebijakan Politik
9
kebijakan dengan hasil atau kenyataan yang dicapai. Proses implementasi suatu
kebijakan dapat di analisa dari 3 (tiga) sudut pandang:
a. Pemrakarsa kebijakan/pembuat kebijakan (the center), di mana dari sudut
pandang ini, melihat usaha-usaha yang dilakukan oleh pejabat-pejabat atasan
atau lembaga-lembaga di tingkat pusat untuk mendapatkan kepatuhan dari
lembaga-lembaga atau pejabat-pejabat di bawahnya/daerah atau untuk
mengubah perilaku masyarakat/ kelompok sasaran.
b. Pejabat-pejabat di lapangan (the periphery) yaitu melihat tindakan para
pejabat dan instansi-instansi di lapangan untuk menanggulangi
gangguan-gangguan yang terjadi di wilayah kerjanya.
c. Kelompok sasaran (target group) yaitu memusatkan perhatian pada efektivitas
dan efisiensi pelayanan atau Jawa yang diberikan pemerintah telah mengubah
pola hidupnya.
Secara singkat, pengertian implementasi kebijakan yaitu:
1. menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan berdampak terhadap
sesuatu.
2. Kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya
pedoman-pedoman kebijakan pemerintah, baik usaha administrasi atau untuk
menimbulkan dampak pada masyarakat/ kejadian.
3. Proses implementasi kebijakan menyangkut perilaku badan-badan administrasi
yang kompeten terhadap suatu program serta tanggung jawabnya pada
sosial yang mempengaruhi perilaku pihak-pihak yang terlibat sehingga
berdampak sesuai harapan ataupun tidak sesuai harapan.
Ciri-ciri Kebijakan Politik Pemerintah
Ciri-ciri yang melekat pada kebijakan-kebijakan pemerintah pada
kenyataannya bersumber pada orang-orang yang memiliki wewenang dalam sistem
politik yang pada akhirnya membawa implikasi tertentu terhadap konsep kebijakan
pemerintah. Berbagai hal mungkin saja dilakukan oleh pemerintah, artinya
pemerintah dapat saja menempuh usaha kebijakan yang sangat liberal dalam hal
campur tangan atau cuci tangan sama sekali, baik terhadap seluruh atau sebagian
sektor kehidupan. Kebijakan pemerintah dalam bentuknya yang positif pada
umumnya dibuat berlandaskan hukum dan kewenangan tertentu. Hakikat kebijakan
pemerintah dapat diperinci ke dalam beberapa kategori, yaitu: demands (tuntutan
kebijakan), poling decision (keputusan kebijakan), policy statement (pernyataan
kebijakan), policy outputs (keluaran kebijakan), dan policy outcomes (hasil akhir
kebijakan).
Dalam menganalisa kebijakan pemerintah dapat digunakan teori-teori kebijakan
diantaranya :
• Teori Kelembagaan (Institutionalism Theory)
.Teori kelembagaan memandang kebijakan sebagai aktivitas kelembagaan di
mana struktur dan lembaga pemerintah merupakan pusat kegiatan politik. Lain halnya
dengan teori kelompok yang memandang kebijakan sebagai keseimbangan kelompok
yang tercapai dalam perjuangan kelompok pada suatu saat tertentu. Kebijakan
demikian pandangan teori elit. Sedang teori rasional memandang kebijakan sebagai
pencapaian tujuan secara efisien melalui sistem pengambilan keputusan yang tetap.
• Teori inkremental
Kebijakan dipandang sebagai variasi terhadap kebijakan masa lampau atau
dengan kata lain kebijakan pemerintah yang ada sekarang ini merupakan kelanjutan
kebijakan pemerintah pada waktu yang lalu yang disertai modifikasi secara bertahap.
Teori permainan memandang kebijakan sebagai pilihan yang rasional dalam
situasi-situasi yang saling bersaing. Sistem politik turut mewarnai kebijakan pemerintah,
demikian pandangan teori sistem. Menurut teori sistem, lingkungan dipandang
sebagai input dari sistem politik, sedangkan public policy dipandang sebagai output
dari sistem politik.
• Teori Campuran
Merupakan gabungan model rasional komprehensif dan inkremental.
Hubungan kewenangan politik, administrasi dan kepentingan umum dapat dianalisa
dengan menggunakan kisi-kisi perumusan kebijakan. Dengan menggunakan kisi-kisi
tersebut dapat diperoleh 5 gaya kebijakan, yaitu survival style, rasionalist style,
reactive style, prescriptive style, dan proacvtive style.
Proses Kebijakan Politik
Kebijakan dibuat untuk mengatur perilaku masyarakat. Kebijakan yang dibuat
tersebut dapat bersifat distributif maupun redistributif. Untuk mencapai tujuan
penghimpunan sumber daya dan pengelolaan sumber daya yang ada. Hasil yang
diperoleh dari aksi kebijakan tersebut dapat berupa input kebijakan dan implementasi
kebijakan. Dalam proses implementasi tersebut birokrasi pemerintah
mengimplementasikan kebijakan menjadi program. Selanjutnya agar lebih operasional
lagi program dirumuskan sebagai proyek. Setelah diterjemahkan sebagai program dan
proyek lalu diikuti dengan tindakan fisik, kebijakan menimbulkan konsekuensi yaitu
hasil efek atau akibat.
Agar kebijakan berjalan sesuai dengan tujuan atau tepat sasaran maka
dilakukan evaluasi kebijakan. Di mana evaluasi kebijakan pada umumnya dilakukan
untuk mengetahui empat aspek yaitu: proses pembuatan kebijakan, proses
implementasi, konsekuensi kebijakan dan efektivitas dampak kebijakan. Evaluasi
kebijakan dapat dilakukan sebelum maupun sesudah kebijakan dilaksanakan. Evaluasi
kebijakan mempunyai empat fungsi yaitu: ekspansi, kepatuhan, auditing dan akunting.
Evaluasi Implementasi Kebijakan Politik.
Kebijakan pemerintah selalu mengandung paling tidak tiga komponen dasar
yaitu: tujuan yang luas, sasaran yang spesifik dan cara mencapai sasaran tersebut
(implementasi kebijakan). Implementasi kebijakan merupakan tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun kelompok
yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan di dalam
kebijakan. Dengan demikian implementasi mulai berlangsung pada tahap penyusunan
program. Meter dan Horn merumuskan sebuah abstraksi yang memperlihatkan
hubungan antar berbagai faktor yang mempengaruhi hasil atau kinerja suatu
kebijakan. Kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat
Menurut Grindle, implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan
konteks implementasinya. Isi kebijakan meliputi: kepentingan yang dipengaruhi tipe
manfaat, derajat perubahan yang diharapkan, letak pengambilan keputusan, pelaksana
program dan sumber daya yang dilibatkan. Sedangkan konteks implementasi terdiri
dari: (1) kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat; (2) karakteristik
lembaga dan penguasa; (3) kepatuhan dan daya tanggap. Menurut Sabatier dan
Mazmanian; implementasi kebijakan merupakan fungsi dari tiga variabel yaitu; (1)
karakteristik masalah; (2) struktur manajemen program yang tercermin dalam
berbagai macam peraturan yang mengoperasikan kebijakan, dan (3) faktor-faktor di
luar peraturan.
Setelah mengetahui kerangka pemikiran dari suatu studi implementasi, maka
tugas evaluator berikutnya adalah mengetahui cara pengumpulan informasi/data
melalui metode yang lazim yaitu: kuesioner, interview terbimbing maupun interview
bebas dan mendalam dan analisis data sekunder. Untuk melakukan evaluasi dampak
kebijakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. peramalan (forecasting), Peramalan merupakan sebuah tahap yang sangat
penting dalam proses pembuatan kebijakan. Ketidaktepatan peramalan
dapat menjadikan kebijakan yang dibuat tidak efektif. Peramalan dapat
dipandang sebagai suatu bentuk evaluasi pada tahap pra kebijakan.
b. Karakteristik Analisis Dampak Sosial (ADS); harus bersifat empiris, tidak
bias, rasional, handal dan sahih (secara logika-empiris).
c. Langkah-langkah ADS:
1.Langkah 1 : mengembangkan file input ADS.
3.Langkah 3 : menentukan respon dari individu dan kelompok
pedampak.
4.Langkah 4 : penyesuaian kebijakan.
5.Langkah 5 : kesimpulan dan rekomendasi.
d. Dimensi-dimensi dampak: waktu, selisih antara dampak aktual dan yang
diharapkan, tingkat agregasi dampak,dan jenis dampak.
I.7. Definisi Konsep
Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting yang merupakan definisi yang
dipakai peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau
fenomena alam.10
a. Efektiftas yaitu pencapaian target output yang diukur dengan cara
membandingkan output anggaran atau seharusnya dengan output
realisasi atau sesungguhnya, dikatakan efektif jika output seharusnya
lebih besar daripada output sesungguhnya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan definisi konsep sebagai
berikut :
b. Konsep Rencana Defintif Kelompok (RDK) dan Konsep Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Dimana dari konsep tersebut
lah penetapan dan penyaluran subsidi pupuk dapat dijalankan.
10
I.8. Definisi Operasional
Defini operasional adalah penjelasan tentang bagaimana suatu variabel akan
diukur. Definisi operasional merupakan rincian indikator-indikator pengukurs suatu
variabel. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah efektifkah konsep
politik yang digunakan SBY dalam subsidi pupuk di Desa Pagar Jati di Kabupaten
Deli Serdang.
I.9. Metodelogi Penelitian
I.9.1. Metode Penelitian
Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka
dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah
yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data- data yang ada.11
Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran,
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini tidak sampai
mempersoalkan jalinan hubungan antar variable yang ada, tidak dimaksudkan untuk
menarik generalisasi yang menjelaskan variable- variable yang menyebabkan suatu
gejala dan kenyataan social. Karenanya pada penelitian deskriptif tidak menggunakan
atau tidak melakukan pengujian hipotesa seperti yang dilakukan pada penelitian Penelitian
ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau
fenomena.
11
eksplanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan
perbendaharaan teori.12
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk, mengetahui hubungan antar variabel, dan
dianalisa secara kuantitatif dengan menampilkan tabel-tabel dan kemudian
dideskripsikan.
I.9.2. Jenis Penelitian
13
Setelah data terkumpul, selanjutnya data dianalisis, sampai menghasilkan
kesimpulan yang merupakan langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang
berupa jawaban terhadap rumusan masalah.Berdasarkan proses penelitian kuantitatif Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif
dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau
penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk
menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka.
Dalam penelitian kuantitatif metode yang digunakan antara lain : metode
survey, eksperimen, evaluasi, action research, policy research (selain metode
naturalistic dan sejarah ), setelah metode penelitian ditentukan, maka yang perlu
dilakukan adalah penyusunan instrument penelitian, yang digunakan sebagai alat
pengumpul data yang dapat berbentuk tes, angket / kuesioner, untuk pedoman dan
wawancara atau observasi. Dalam menentukan instrument perlu diteliti terlebih
dahulu validitas dan reliabilitasnya.
12
Sanafiah Faisal, Format Penelitian Sosial Dasar- Dasar Aplikasi, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995, hal.20
13
tersebut, maka penelitian kuantitatif bersifat linier, di mana langkahnya jelas, mulai
dari rumusan masalah, teori, hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, sera
membuat kesimpulan dan saran.
I.9.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pagar Jati, Kelurahan Lubuk Pakam,
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
I.9.4. Populasi dan Sampel
a) Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.14
b) Sampel
Dalam penelitian ini
yang menjadi subjek populasi adalah masyarakat petani.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.15 Dalam menentukan jumlah sampel untuk quisoner penulis menggunakan
rumus Taro Yamame, yaitu :16
1
N = Jumlah Populasi yang diketahui
14
Suharsimi Arikuno, Prosedur Penelitian,Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, hal.108
15
Ibid,hal. 109
16
d = Presisi yang ditetapkan
Sehingga sampel yang di dapat adalah :
1
Sehingga jumlah sampel yang di dapat adalah 94 orang.
Pada lokasi penelitian masyarakat Desa Pagar Jati, berdasarkan Pemilihan
Presiden 2009,
c) Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah dengan tehnik
random sampling yaitu cara pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.
I.10. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan, maka penulis
melakukan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :
a. Data Primer yang didasarkan pada peninjauan langsung dengan objek yang
akan diteliti untuk memperoleh data-data. Studi lapangan yang dilakukan
adalah dengan datang langsung kelokasi yang dijadikan objek penelitian
dengan cara menyebarkan angket/ kuesioner dan juga wawancara langsung
b. Data sekunder yaitu penulis mengadakan penelitian dengan cara mencari
data dan informasi melalui buku-buku, literature dan lain- lain yang
berkaitan dengan penelitian ini.
I.11. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan datra ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data.17
1.12. SISTEMATIKA PENULISAN
Proses pengolahan data ini dimulai dari tahap mengedit data yang terkumpul.
Hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian data terkumpul dan diolah dilanjutkan
dengan menganalisis data secara deskriptif berdasarkan fenomena yang terjadi
dilapangan dan data yang diperoleh dari informan dan responden. Hal ini penting
dilakukan agar diperoleh kejelasan atas permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan atas penelitian yang dilakukan.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode
penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA / LANDASAN TEORI
17
Bab ini memberikan dan menyajikan secara ringakas tentang
kebijakan politik dan peraturan pemerintah mengenai subsidi
pupuk
BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini memuat penyajian data yang di peroleh melalui
penelitian ini dan setelah itu analisis terhadap data penelitian
yang telah didapat melalui metode penelitian yang digunakan.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil – hasil pembahasan bab –
bab sebelumnya,serta berisi saran – saran yang di nantinya akan
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1 Deskripsi Singkat
Desa Pagar Jati merupakan bagian dari Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten
Deli Serdang. Desa Pagar Jati telah berdiri sejak tahun 1948 dan terdiri dari 8 dusun
dengan luas desa 337,64 Ha yang terdiri dari 186 Ha sawah, 44,64 Ha Perumahan, 15
Ha jalan (termasuk kuburan, dan sarana umum lainnya). Sejak tahun 1948 sampai
sekarang telah melakukan 7 (tujuh) kali pemilihan Kepala Desa.
Letak Geografis Desa Pagar Jati berada diantara batas-batas wilayah sebagai
berikut;
a. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukamandi Hilir, Sukamandi Hulu
(Kecamatan Pagar Merbau)
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pasar Melintang, Desa Sumberjo
(Kecamatan Pagar Merbau)
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Cemara
d. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sekip, Desa Sukamandi Hilir (Kecamatan
Pagar Merbau)
e. Desa Pagar Jati terletak diantara Lubukpakam Kota dan Kota Perbaungan
(Kabupaten Serdang Bedagai)
Jumlah penduduk Desa Pagar Jati adalah 6635 jiwa, dari jumlah tersebut
2.2 Demografi Penduduk
Desa Pagar Jati dapat digambarkan lebih rinci dengan data-data sosial tentang
kepercayaan, nilai-nilai, kelas masyarakat, dan sarana/ prasarana. Beberapa
penggolongan data tersebut dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut:
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
No. Kelompok Umur Jumlah
1. 0-4 tahun 580
2. 5-9 tahun 705
3. 10-14 tahun 737
4. 15-19 tahun 723
5. 20-24 tahun 515
6. 25-29 tahun 478
7. 30-34 tahun 498
8. 35-39 tahun 370
9. 40-44 tahun 375
10. 45-49 tahun 422
11. > 50 tahun 1222
Total 6625
Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, 2008
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnis
No. Suku Bangsa Jumlah Persentase
2. Batak Simalungun 167 2,52
3. Batak Karo 173 2,61
4. Mandailing 236 3,56
5. Melayu 38 0,57
6. Jawa 635 9,57
7. Minang 38 0,57
8. Aceh 8 0,12
Total 6635 100%
Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009
Berdasarkan Tabel 2.2 di atas dapat disimpulkan bahwa etnis Batak Toba
adalah etnis yang mendominasi atau etnis yang merupakan mayoritas di Desa Pagar
Jati. Persentase sebanyak 80,48% yang menempati jauh di atas etnis-etnis lain
dibawahnya yang diikuti oleh Jawa 9,57%, Mandailing 3,56%, Batak Karo 2,61%,
Batak Simalungun 2,52%, dan diikuti oleh etnis Melayu, Minang, dan Aceh dengan
persentase dibawah 1%.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Agama
No. Agama Jumlah Persentase (%)
1. Islam 862 12,99
2. Kristen Protestan 5539 83,48
3 Kristen Katolik 234 3,53
4 Hindu - -
Total 6635 100%
Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009
Berdasarkan Tabel 2.3 di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas agama yang
terdapat di Desa Pagar Jati adalah Kristen Protestan dengan persentase 83,48%,
diikuti Islam 12,99% dan Kristen Katolik 3,53%.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki-Laki 3212 48,41
2. Perempuan 3423 51,59
Total 6635 100%
Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009
Berdasarkan Tabel 2.4 di atas diperoleh persentase antara jenis kelamin
laki-laki dengan perempuan berbanding tipis dengan persentase perempuan sedikit di atas
laki-laki di Desa Pagar Jati.
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah % / 6635
1. Pegawai Negeri Sipil 310 4,67
2. TNI/ POLRI 15 0.23
3. Petani 1468 22,12
4. Pedagang 98 1,48
5. Guru 12 0,18
7. Bidan/ Perawat 15 0,23
8. Dukun 5 0,07
9. Pendeta 6 0,09
10. Ustad 2 0,03
11. Pensiunan PNS 138 2,08
Total 2072 / 6635 31,22%
Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009
Berdasarkan Tabel 2.5 di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas mata
pencaharian masyarakat di Desa Pagar Jati adalah Petani dengan persentase jauh di
atas dengan 22,12% dari 2072 orang penduduk yang termasuk usia produktif.
Banyaknya profesi penduduk sebagai petani dapat disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu (1) karena letak geografis Desa Pagar Jati yang sejak berdirinya sebagai desa
dipenuhi oleh lahan persawahan (hal tersebut menyebabkan masyarakat mengolah
lahan yang telah ada dan menjadikannya sebagai mata pencaharian tetap), dan (2)
karena tingkat pendidikan yang rendah (dapat juga disebabkan oleh letak geografis di
atas – tanpa sekolahpun masyarakat sudah mampu memperoleh pekerjaan).
Penjelasan di atas dapat menggambarkan situasi dan kondisi maupun latar
belakang mayoritas pemilih di Desa Pagar Jati. Faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi seorang pemilih dalam menjatuhkan pilihan politiknya.
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1. Perguruan Tinggi 383 5,77
3. SMP 1985 29,92
4. SD 1374 20,71
5. Tidak/ Belum Sekolah 879 13,25
Total 6635 100%
Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009
Seperti dijelaskan pada Tabel 2.5 diatas, dalam Tabel 2.6 ini berhubungan erat
dengan jenis pekerjaan masyarakat di Desa Pagar Jati. Di desa ini terdapat persentase
yang tinggi untuk klasifikasi kearah petani, yaitu persentase dari poin tidak sekolah,
SD, SMP yang berjumlah 63,16%. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat persentase
SMA 30,35%. Sedangkan persentase Perguruan Tinggi adalah yang terendah
sebanyak 5,77%. Jadi rendahnya tingkat pendidikan di desa Pagar Jati membukan
peluang besar bagi masyarakatnya untuk berprofesi sebagai petani.
2.3 Sarana dan Prasarana
Di Desa Pagar Jati juga terdapat sarana dan prasarana penunjang kehidupan
sosial masyarakat. Berikut ini data-datanya:
Tabel 2.7
Jumlah Sarana dan Prasarana di Desa Pagar Jati
No. Jenis Sarana/ Prasarana Jumlah
1. Kantor Lurah 1
2. Sekolah 6
3. Sarana Kesehatan 7
4. Dinas Pekerjaan Umum 1
6. Mesjid 2
7. Koperasi Unit Desa 3
8 Kios Penjualan Pupuk Bersubsidi 4
Total 34
Sumber: Kantor Kepala Desa Pagar Jati, April 2009
2.4 Daftar Nama Kelompok Tani dan Kios Pupuk Di Desa Pagar Jati Kec.Lubuk Pakam Kab.Deli Serdang
Berikut ini adalah nama-nama kelompok tani dan kios pupuk yang ada di Desa
Pagar Jati, Kec.Lubuk Pakam, Kab. Deli Serdang.
2.4.1 Daftar Kelompok Tani
Nama Kelompok
Sumber : Tim BPP Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang
2.4.2 Daftar Nama Kios Pupuk dan Penyebarannya
Daftar Nama Kios Pupuk dan Penyebarannya Tahun 2009 Di Desa Pagar Jati Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang
Bunga Tani - Kelompok Tani Makmur Jaya - Kelompok Tani Dosroha
Duma Tani - Kelompok Tani Soloan
- Kelompok Tani Sejati
Tani Guntur - Kelompok Tani Subur
- Kelompok Tani Maduma
Sumber : Tim BPP Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang
Daftar Nama Kios Pupuk dan Penyebarannya Tahun 2010 Di Desa Pagar Jati Kec.Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang
Nama Kios Penyebaran Wilayah Kelompok
Bunga Tani - Kelompok Tani Makmur Jaya
- Kelompok Tani Dosroha
Duma Tani - Kelompok Tani Soloan
- Kelompok Tani Sejati
Tani Guntur - Kelompok Tani Subur
- Kelompok Tani Maduma
Sumber : Tim BPP Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang
Daftar Nama Kios Pupuk dan Penyebarannya Tahun 2011 Di Desa Pagar Jati Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang
Nama Kios Penyebaran Wilayah Kelompok
Bunga Tani - Kelompok Tani Makmur Jaya
Duma Tani - Kelompok Tani Soloan - Kelompok Tani Sejati
Tani Guntur - Kelompok Tani Tani Subur
- Kelompok Tani Maduma
Mega Tani Baru - Kelompok Tani Martabe
Sumber : Tim BPP Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang
2.5 Pemilu Presiden 2009 di Desa Pagar Jati
Berdasarkan data yang diperoleh dari KPU Deli Serdang, hasil perolehan suara
dalam pemilihan presiden 2009 di Desa Pagar Jati tercatat total suara yang diperoleh
sebanyak 2787 terlihat dalam tabel 2.8 di bawah jumlah suara yang diperoleh oleh
masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2009,
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.8
Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Desa Pagar Jati
No Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Jumlah Suara
1 Hj. Megawati Soekarno Putri
dan
H. Prabowo Subianto
866
2 DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono
dan
Prof. DR. Boediono
3 H. M. Jusuf Kalla
dan
H. Wiranto
66
Jumlah Seluruh Suara Sah Pasangan Calon Presiden dan
Wakil Presiden
2707
Jumlah Seluruh Suara Tidak Sah 80
Total Seluruh Suara 2787
Sumber: PPK Lubukpakam, April 2009
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 2.8 di atas di peroleh data yang
sesuai dengan hasil Pemilu Presiden 2009 dimana dari perolehan suara tersebut,
pasangan calon Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Prof. DR. Boediono
BAB III
DATA DAN ANALISA DATA III.1. Deskripsi Sampel
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data responden yang diperlukan
untuk proses penelitian. Data-data latar belakang responden diperoleh dari lembaran
kuesioner yang disebarkan secara insedental yaitu siapa saja yang secara kebetulan
dijumpai oleh peneliti yang dinilai sesuai sebagai sumber data. Adapun jumlah
kuesioner yang disebarkan sesuai dengan jumlah responden yang diperoleh dari
teknik pengambelan sampel yang menggunakan rumus Taro Yamane yang berjumlah
94 orang. Untuk mempermudah dalam menganalisa data, maka data hasil dari
kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 3.1
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
NO Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-Laki 47 50%
2 Perempuan 47 50,%
Jumlah 94 100%
Sumber:Data Responden
Berdasarkan tabel 3.1 diatas perbandingan antara responden laki-laki dan
perempuan adalah berimbang yaitu masing masing berjumlah 47 responden. Karena
teknik penarikan sampelnya menggunakan sampling insedental maka hal ini sengaja
dilakukan supaya responden yang diambil data nantinya tidak dominan kepada salah
Tabel 3.2
Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur
NO Kelompok Umur Jumlah Persentase
1 17-27 Tahun 28 29,79%
2 28-48 Tahun 38 40,42%
3 49-59 Tahun 22 23,4%
4 ≥ 60 Tahun 6 6,39%
94 100%
Sumber: Data Responden
Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada
pada kelompok umur 28-48 tahun sebanyak 38 responden dengan persentase 40,42%.
Lalu kemudian rentang umur 17-27 tahun sebanyak 28 responden dengan persentase
29,79%. Sementara untuk rentang umur diatas 60 tahun hanya berjumlah 6 responden
dengan persentase 6,39%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari
responden berada pada rentang umur yang relatif produktif sehingga lebih besar
kemungkinan untuk tanggap terhadap isu-isu yang berkembang.
Tabel 3.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
1 Perguruan Tinggi 2 2,13
2 SLTA 16 17,02%
3 SLTP 35 37,23%
4 SD 29 30,85%
Jumlah 94 100%
Sumber: Data Responden
Berdasarkan tabel 3.3 diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir
dari responden yang paling banyak adalah berada pada jenjang SLTP sebanyak 35
orang disusul kemudian pada jenjang SD sebanyak 29 orang. Ini menunjukan bahwa
mayoritas petani di kecamatan ini masih berada pada tingkat pendidikan yang relatif
rendah. Hal ini disebabkan karena presepsi yang berkembang dimasyarakat bahwa
petani relatif dengan orang yang berpendidikan relatif rendah. Jumlah responden yang
berada pada tingkat pendidikan diabawah SLTA jika ditotalkan bahkan lebih dari
80%. Hal ini menyimpulkan bahwa petani (dalam hal ini yang menjadi responden)
didominasi oleh orang-orang yang berpendidikan relatif masih rendah.
Tabel 3.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dilakukannya Pemiliu Presiden Tahun 2009
NO Jawaban Jumlah Persentase
1 Tahu 89 94,68%
2 Tidak Tahu 5 5,32%
Jumlah 94 100%
Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 1
Berdasarkan tabel 3.4 diatas dapat dilihat bahwa hampir semua responden
mengetahui diadakannya Pilpres Presiden pada tahun 2009 yang mencapai angka
hampir 95%. Namun walaupun demikian, tetap saja masih ada responden yang tidak
mengetahui diadakannya Pemilu Presiden 2009. Padahal proses Pemilu Presiden
merupakan sebuah proses politik yang sangat penting karena menyangkut
Tabel 3.5
Distribusi Responden Berdasarkan Yang Memberikan Hak Suara Pada Pemilu Presiden 2009
NO Jawaban Jumlah Persentase
1 Ya 80 85,1%
2 Tidak 14 14,89%
umlah 94 100%
Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 2
Berdasarkan tabel 3.5diatas dapat diketahui bahwa mayoritas dari responden
telah memberikan hak suaranya pada Pemilu 2009. Dari data diatas dapat dilihat
bahwa lebih dari 85% dari responden memberikan hak suaranya pada Pemilu Presiden
2009. Dengan demikian mayoritas dari responden pernah terlibat dalam sebuah proses
politik yang dalam hal ini adalah Pemilihan Umum Presiden. Sedangkan yang tidak
memberikan hak suaranya dalam Pemilihan Umum Presiden 2009 tidak sampai
mencapai angka 15%. Dengan demikian sangat kecil persentase responden yang tidak
menggunakan hak suaranya pada Pemilu Presiden 2009.
Tabel 3.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pilihan Politik Pada Pemilu Presiden 2009
NO Jawaban Jumlah Persentase
1 Jusuf Kalla/ Wiranto 11 11,7%
2 SBY/ Boediono 48 51,1%
3 Megawati/ Prabowo 29 30,8%
Jumlah 94 100%
Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 3
Dari tabel 3.6 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas menjadikan pilihan
politiknya kepada SBY/ Boediono yang mencapai angka 51%. Sedangkan responden
yang memilih pasangan Megawati/ Prabowo mencapai angka 30%. Sementara itu
responden yang memilih pasangan Jusuf Kalla/ Wiranto hanya mencapai angka 11%.
Hal ini berbanding lurus dengan perolehan suara mayoritas Partai Demokrat di
kecamatan ini yang mengusung pasangan SBY/ Boediono.
Tabel 3.7
Distribusi Responden Berdasarkan Spesifikasi bidang pertanian yang digeluti
NO Jawaban Jumlah Persentase
1 Padi 78 82,97%
2 Sayur-Mayur 9 9,58%
3 Lainnya 7 7,45%
Jumlah 94 100%
Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 4
Berdasarkan tabel 3.7 diatas dapat dilihat bahwa spesifikasi bidang pertanian
yang digeluti oleh para responden adalah Padi. Petani padi yang menjadi responden
sebanyak 78 orang yang mencapai angka 82%. Sedangkan petani sayur-mayur tidak
sampai mencapai angka 10%. Banyaknya petani yang terspesifik pada tanaman padi
tidak terlepas dari tersedianya areal persawahan yang luas didaerah ini. Secara tidak
langsung hal ini menyebabkan banyak dari para petani memilih menanam padi
Tabel 3.8
Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Permasalahan Pokok Pada Petani
NO Jawaban Jumlah Persentase
1 Pengadaan Pupuk 72 76,6%
2 Pembibitan 14 14,9%
3 Lainnya 8 8,5%
Jumlah 94% 100%
Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 5
Berdasarkan tabel 3.8 diatas kita dapat mengetahui apa sebenarnya yang
menjadi permasalahan pokok yang dihadapi oleh responden. Sekalipun banyak
maslaah yang dihadapi petani dalam menjalankan pekerjaannya, namun para
responden mayoritas menilai bahwa maalah pengadaan pupuk merupakan masalah
pokok yang menjadi permasalahan mereka dalam melangsungkan pekerjaan mereka
sebagai petani. Ini ditunjukan dengan hasil persentase yang mencapai 76,6%. Dengak
kata lain berarti hanya sekitar 23,4% dari responden yang memilih masalah lain diluar
masalah pengadaan pupuk sebagai masalah pokok yang dihadapai dalam hal
pertanian. Dan angka itu masih relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan
permasalahan pengadaan pupuk.
Tabel 3.9
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Adanya Organisasi Petani
NO Jawaban Jumlah Persentase
2. Tidak Tahu 18 19,15%
Jumlah 94 100%
Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 6
Berdasarkan tabel 3.9 diatas dapat dilihat bahwa 76 orang dari responden
mengetahui mengenai keberadaan organisasi petani didaearah tersebut. Dengan kata
lain organisasi petani didaerah tersebut cukup familiar dikalangan responden.
Sementara itu responden yang tidak mengetahui keberadaan organisasi tani di daerah
tersebut relatif kecil karena hanya berjumlah 18 responden saja. Dalam daerah yang
mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani, sudah barang tentu keberadaan
organisasi sangat diperlukan, sebagai wadah saling bertukar pikiran diantara kalangan
petani itu sendiri.
Tabel 3.10
Distribusi Responden Berdasarkan Status Keanggotaan Pada Organisasi Petani
NO Jawaban Jumlah Persentase
1 Ya (menjadi anggota) 55 58,51%
2 Tidak 39 41,49%
Jumlah 94 100%
Sumber: Kuesioner, data hasil pertanyaaan no 7
Berdasarkan tabel 3.10 diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak responden
yang menjadi anggota dari organisasi petani dibandingkan yang tidak menjadi
anggota. Namun demikian perbedaan sangat tipis, dimana perbedaannya tidak
mencapai 20%. Artinya jumlah responden yang menjadi anggota dari organisasi