• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Berbagai Tingkat Kecepatan Putaran Terhadap Kualitas Hasil Pada Alat Pengering Kelapa Parut (Desiccated Coconut)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Berbagai Tingkat Kecepatan Putaran Terhadap Kualitas Hasil Pada Alat Pengering Kelapa Parut (Desiccated Coconut)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

UJI BERBAGAI TINGKAT KECEPATAN PUTARAN

TERHADAP KUALITAS HASIL PADA ALAT PENGERING

KELAPA PARUT (DESICCATED COCONUT)

SKRIPSI

OLEH :

YOGA PURNAMA NOOR

100308063/KETEKNIKAN PERTANIAN

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KELAPA PARUT (DESICCATED COCONUT)

SKRIPSI

OLEH :

YOGA PURNAMA NOOR

100308063/KETEKNIKAN PERTANIAN

Draft sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Program Studi keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si SulastriPanggabean,STP, M.Si Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

i

ABSTRAK

YOGA PURNAMA NOOR: Uji Bebagai Tingkat Kecepatan Putaran Terhadap Kualitas Hasil Pada Alat Pengering Kelapa Parut (Desiccated Coconut),

dibimbing oleh LUKMAN ADLIN HARAHAP dan SULASTRI

PANGGABEAN.

Pengeringan kelapa parut merupakan sebuah teknologi pengolahan bahan pangan yang dapat menghasilkan makanan sehat tanpa banyak mengubah bentuk aslinya seperti rasa, aroma, warna dan nutrisi bahan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh berbagai kecepatan pulley terhadap kualiatas hasil pada alat pengeringan kelapa parut. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian USU pada Januari 2015 menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan tiga perlakuan D1 = 2 inchi ( 70 RPM ) , D2 = 4 inchi ( 35 RPM ) , D3 = 6 inchi ( 23,3 RPM ). Parameter yang diamati adalah kadar air, rendemen dan uji organoleptik. Perbedaan kecepatan putaran memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan rendemen serta memberikan pengaruh tidak nyata terhadap uji organoleptik warna, aroma, dan penerimaan keseluruhan.Kecepatan putaran terbaik adalah D1 = 2 inchi ( 70 RPM ) .

Kata kunci : Kelapa parut,Kecepatan Putaran,Alat Pengering Kelapa Parut.

ABSTRACK

YOGA PURNAMA NOOR: Study of RPM effect on Product Quality of Desiccated Coconut Dried in Desiccated Coconut Dryer, supervised by LUKMAN ADLIN HARAHAP AND SULASTRI PANGGABEAN.

Drying of grated coconut is a food processing technology that can produce healthy food without much changing it’s original nature like taste, aroma, color and nutrient of the food. This research was aimed to tested speed of pulley of Desiccated Coconut Dried in Desiccated Coconut Therefore, a research had been conducted at Agricultural Engineering Laboratory, Faculty of Agriculture USU in january 2015 using a non factorial completely randomized design with three times D1 = 2 inch (70 RPM), D2 = 4 inch ( 35 RPM ), D3 = 6 inch (23,3 RPM). Parameters observed were moisture content, yield and organoleptic tests.the different of speed RPM had significant effect on water content and yield, and had no significant effect on color, aroma and overall acceptance. The best of speed RPM is D1 = 2 inch (70 RPM).

(4)

ii

RIWAYAT HIDUP

Yoga Purnama Noor, dilahirkan di Sei Merbau, Sumatera Utara pada

tanggal 12 Februari 1993 dari ayah Muhammad Yusuf dan ibu Suryani. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Harapan 1 Medan dan pada tahun

2010 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi

Mandiri. Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam Ikatan Mahasiswa

Teknik Pertanian (IMATETA) Universitas Sumatera Utara. Penulis juga

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

PTPN IV Kebun Adolina Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara pada bulan

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun draft yang berjudul

“Uji Berbagai Tingkat Kecepatan Putaran Terhadap Kualitas Hasil Pada Alat

Pengering Kelapa Parut (Desiccated Coconut)” yang merupakan salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing dan

kepada Ibu Sulastri Panggabean,STP,M.Si,selakuanggota komisi pembimbing

yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan usulan

penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga usulan penelitian

ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2015

(6)

iv

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Sejarah Kelapa ... 4

Botani Kelapa ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Daya Guna Kelapa ... 6

Kelapa Parut Kering (Desiccated Coconut) ... 6

Pengeringan ... 7

Peralatan Pengeringan ... 9

Pengeringan Secara Mekanis ... 10

Pengering Berputar (Rotary Dryer) ... 11

Elemen Mesin... 12

Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Uji organoleptik ... 22

Kadar Air ... 23

Rendemen ... 26

Uji Organoleptik... 28

Warna ... 29

Aroma ... 29

Penerimaan Keseluruhan ... 29

(7)

v

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Uji organoleptik untuk aroma dan warna. ... 22

2. Pengaruh suhu pengeringan terhadap parameter ... 23

3. Pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar air ... 24

(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

Hal. 1. Hubungan kecepatan putaran terhadap kadar air. ... 25

(10)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Flowchart pelaksanaan penelitian. ... 34

2. Data kelapa parut kering (kg)... 35

3. Data pengamatan kadar air (%) ... 36

4. Data pengamatan rendemen (%) ... 37

5. Data pengamatan organoleptik warna ... 38

6. Data pengamatan organoleptik aroma... 39

7. Data pengamatan organoleptik penerimaan keseluruhan... 40

8. Syarat mutu kelapa parut kering menurut SNI... 41

(11)

i

ABSTRAK

YOGA PURNAMA NOOR: Uji Bebagai Tingkat Kecepatan Putaran Terhadap Kualitas Hasil Pada Alat Pengering Kelapa Parut (Desiccated Coconut),

dibimbing oleh LUKMAN ADLIN HARAHAP dan SULASTRI

PANGGABEAN.

Pengeringan kelapa parut merupakan sebuah teknologi pengolahan bahan pangan yang dapat menghasilkan makanan sehat tanpa banyak mengubah bentuk aslinya seperti rasa, aroma, warna dan nutrisi bahan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh berbagai kecepatan pulley terhadap kualiatas hasil pada alat pengeringan kelapa parut. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian USU pada Januari 2015 menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan tiga perlakuan D1 = 2 inchi ( 70 RPM ) , D2 = 4 inchi ( 35 RPM ) , D3 = 6 inchi ( 23,3 RPM ). Parameter yang diamati adalah kadar air, rendemen dan uji organoleptik. Perbedaan kecepatan putaran memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan rendemen serta memberikan pengaruh tidak nyata terhadap uji organoleptik warna, aroma, dan penerimaan keseluruhan.Kecepatan putaran terbaik adalah D1 = 2 inchi ( 70 RPM ) .

Kata kunci : Kelapa parut,Kecepatan Putaran,Alat Pengering Kelapa Parut.

ABSTRACK

YOGA PURNAMA NOOR: Study of RPM effect on Product Quality of Desiccated Coconut Dried in Desiccated Coconut Dryer, supervised by LUKMAN ADLIN HARAHAP AND SULASTRI PANGGABEAN.

Drying of grated coconut is a food processing technology that can produce healthy food without much changing it’s original nature like taste, aroma, color and nutrient of the food. This research was aimed to tested speed of pulley of Desiccated Coconut Dried in Desiccated Coconut Therefore, a research had been conducted at Agricultural Engineering Laboratory, Faculty of Agriculture USU in january 2015 using a non factorial completely randomized design with three times D1 = 2 inch (70 RPM), D2 = 4 inch ( 35 RPM ), D3 = 6 inch (23,3 RPM). Parameters observed were moisture content, yield and organoleptic tests.the different of speed RPM had significant effect on water content and yield, and had no significant effect on color, aroma and overall acceptance. The best of speed RPM is D1 = 2 inch (70 RPM).

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tahunan dan

dikenal sebagai salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang utama di

Indonesia. Disamping itu kelapa juga mengandung protein bernilai gizi tinggi

karena mengandung asam amino yang lengkap.

Kelapa hasil pertanaman rakyat sering mengalami fluktuasi baik jumlah

maupun harganya. Pada saat kelapa melimpah, harganya akan mengalami

penurunan sampai rendah sekali. Dalam kondisi seperti ini rakyatlah yang

mengalami kerugian, sehingga perlu pemanfaatan yang optimal dari buah kelapa

agar dapat meningkatkan nilai jual dari buah kelapaKelapa parut kering

merupakan bahan perdagangan yang sangat dibutuhkan oleh dunia. Produsen

terbesar produk ini adalah Filipina dan Srilangka dan negara-negara konsumen

lainnya adalah Amerika Serikat, Jerman, Australia, Canada, Belanda, Denmark,

Belgia dan Selandia Baru (Awang, 1991).

Akhir-akhir ini, harga minyak kelapa mendapat saingan yang sangat besar

terutama dari minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kacang kedelai dan

minyak bunga matahari. Sehingga harga minyak kelapa di dunia internasional

sulit untuk berkembang dan tampak mulai terdesak oleh minyak nabati lainnya.

Sedangkan produk-produk kelapa yang lain seperti coconut cream, desicated

coconut, serta hasil limbahnya seperti coconut charcoal, carbon active, coconut

fibre dan lainnya belum mempunyai nilai yang cukup potensial

(13)

2

Perkembangan harga desiccated coconut (kelapa parut kering) di dunia

internasional jauh lebih tinggi dibandingkan produk-produk olahan kelapa

lainnya. Sehingga harga desiccated coconut hampir dua kali lipat dari minyak

kelapa. Disamping itu, rendeman pada pengolahan kelapa parut kering juga lebih

tinggi. Karena 1 kg kelapa parut kering dihasilkan dari 8 – 9 butir kelapa,

sedangkan 1 kg minyak kelapa diperoleh dari 10 – 12 butir kelapa. Faktor lain

yang lebih menguntungkan adalah peluang pasar yang tersedia dan juga proses

pengolahannya cukup sederhana.

Desiccated coconut adalah hasil parutan daging buah kelapa segar yang

dikeringkan dan bernilai gizi tinggi mendekati nilai gizi daging buah kelapa segar.

Desiccated coconut dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya sebagai

bahan untuk membuat biskuit, gula, roti, kue, dan lain-lain.

Di Sri Langka digunakan alat pengering yang terdiri dari 7 sampai 8

tingkat baki dari logam yang berlubang-lubang memanjang dengan lebar dan

lempengan 8 cm. Sedangkan di Filipina digunakan continous conveyor drier. Pada

alat pengering tahap pertama sekitar 1150C dan pada tahap kedua berkurang

menjadi 1050C. Suatu terowongan dengan panjang 40 meter mempunyai kapasitas

1.350 kg kelapa parut kering per jam (Ebookpangan, 2006).

Alat yang akan digunakan penulis dalam mengeringkan kelapa parut ini di

rancang oleh Karten Malau (2014) dan pengujian suhu dilakukan oleh Wilson

Lapiga Ginting (2014) dimana suhu terbaik diperoleh pada suhu 1300C. Dalam

pengeringan tabung silinder, bahan pangan dimasukkan melalui hopper dan

dikeringkan oleh heater yang dipasang pada permukaan dinding tabung silinder.

(14)

yang berputar yang bertujuan mengaduk dan mencampur kelapa supaya dalam

kering merata. Pengeringan di dalam tabung silinder menggunakan aliran panas

konduksi yaitu pengeringan yang terjadi akibat kontak bahan dengan dinding

tabung silinder yang dialirkan melalui media yang berupa logam stainless steel.

Penelitian ini dilakukan dengan berbagai kecepatan putaran dengan

metode Rancang Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari tiga ulangan

pada tiap perlakuan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh berbagai kecepatan pulley

terhadap kualiatas hasil pada alat pengeringan kelapa parut.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang

merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi

Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai alat pengering kelapa parut kering.

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

terutama petani kelapa.

Hipotesis Penelitian

Diduga adanya pengaruh kecepatan putaran pulley terhadap kualitas hasil

(15)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Kelapa

Tanaman kelapa merupakan tanaman asli daerah tropis dan dapat

ditemukan di seluruh wilayah Indonesia mulai daerah pesisir pantai hingga daerah

pegunungan yang agak tinggi. Bagi rakyat Indonesia kelapa merupakan salah satu

komoditas terpenting sesudah padi dan merupakan sumber pendapatan yang dapat

diandalkan dari pemanfaatan tanah pekarangan. Tanaman kelapa diperkirakan

berasal dari Amerika Selatan.

Tanaman kelapa telah dibudidayakan di sekitar Lembah Andes di

Kolumbia, Amerika Selatan sejak ribuan tahun sebelum masehi. Catatan lain

menyatakan bahwa tanaman kelapa berawal dari kawasan Asia Selatan atau

Malaysia, atau mungkin Pasifik Barat. Selanjutnya, tanaman kelapa menyebar dari

pantai yang satu ke pantai yang lain. Cara penyebaran buah kelapa bisa melalui

aliran sungai dan lautan, atau dibawa oleh para awak kapal yang sedang berlabuh

dari pantai yang satu ke pantai yang lain (Warisno, 1998).

Botani Kelapa

Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan satu-satunya spesies

Cocos. Tanaman ini termasuk famili Palmae. Menurut Decandalle’s Shool, daerah

asal tanaman kelapa adalah belahan bumi sebelah barat tepatnya Madagaskar

sampai Philipina (Ketaren dan Djatmiko, 1978).

Pada umumnya kelapa dibedakan atas 2 golongan yakni golongan kelapa

genjah (dwarf coconut) dan kelapa dalam (tall coconut). Kelapa genjah (dwarf

(16)

sedangkan kelapa dalam (tall coconut) mulai berbuah pada umur 6 – 8 tahun dan

dapat mencapai umur 110 tahun (Soedijanto dan Sianipar, 1981).

Menurut Suhardiman (1999) kelapa dikenal dikenal dengan nama botani,

yaitu cocos nucifera L. Adapun klasifikasi tanaman kelapa adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatoohyta

Subdivisio : Angiosperma

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera

Syarat Tumbuh

Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang

berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kelapa. Kedua komponen ini harus

saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kelapa bisa optimal.

Tanaman kelapa tumbuh baik pada daerah yang mempunyai iklim tropis

dan sub tropis dengan ketinggian 0 – 500 m diatas permukaan laut. Kelapa

menghendaki iklim yang panas dengan intensitas penyinaran matahari minimal

7,1 jam setiap hari. Temperatur yang baik untuk pertumbuhan kelapa sekitar

23,9 – 29,4oC dan tidak boleh kurang dari 20oC. Curah hujan yang diperlukan

berkisar antara 1.524 – 2.032 mm yang merata sepanjang tahunnya dan jika curah

hujan kurang dari 1006 mm, maka pertumbuhannya akan terhambat. Kelembaban

(17)

6

Daya Guna Kelapa

Tanaman kelapa mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan

dengan jenispalm lainnya. Tanaman ini sering disebut Tree of Life, King of the

tropical flora, Tree of heaven (Woodroof, 1979).

Hampir semua bagian dari tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk

berbagai kebutuhan manusia. Dari ujung batang dan pelepah kelapa, dapat

diperoleh selulosa yang dibutuhkan sebagai bahan dalam pembuatan pulp. Air

buah dari kelapa, dapat dimanfaatkan untuk pembuatan nata de coco, cuka, kecap

serta untuk mencegah penyakit demam. Daging buah kelapa dapat dijadikan

kopra, minyak kelapa, desiccated coconut (DCN), santan yang dikalengkan,

coconut cream. Bagian tempurung untuk bahan bakar, arang aktif. Batang kelapa

untuk tiang rumah dan bagian kayu dari batang kelapa yang diberikan perlakuan

zat kimia, dapat digunakan untuk meja, bingkai gambar, rak. Akar kelapa untuk

bahan baku pembuatan zat warna (Ketaren dan Djatmiko, 1978).

Kelapa Parut Kering (Desiccated Coconut)

DCN adalah hasil parutan daging buah kelapa yang diproses secara

higienis dan bernilai gizi tinggi, mendekati nilai daging kelapa segar. DCN

berbentuk lempengan, benang-benang atau butiran (Suhardiyono, 1988).

Penggunaan kelapa parut kering antara lain, sebagai bahan dalam

pembuatan biskuit, kue, gula-gula, roti, es krim dan sebagainya. Untuk

menghasilkan DCN yang baik, buah kelapa yang digunakan harus tua dan telah

disimpan selama lebih kurang 1 bulan sebelum pengupasan. Penyimpanan ini

(18)

Biasanya 1 kg DCN dihasilkan dari 8 – 9 butir buah kelapa, sedangkan 1

kg minyak kelapa dihasilkan dari 10 – 12 butir. Sehingga rendemen DCN yang

dihasilkan lebih tinggi, harganya lebih tinggi, peluang pasar tersedia, proses

pengolahannya sederhana.

DCN pada umumnya dibuat melalui tahapan pemisahan tempurung,

pengupasan testa, memarut atau memotong untuk memperoleh bentuk dan ukuran

yang dikehendaki, serta pengeringan. Mutu kelapa parut kering ditentukan oleh

ukuran ranjangan, warna, rasa, kadar air, kadar minyak, kadar asam lemak bebas.

Pengeringan

Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan

kadar air dari bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih panjang.

Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan enzim

menurun sebagai akibat dari air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup

(Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Proses pengeringan kelapa parut di Indonesia banyak dilakukan dengan

penjemuran di bawah sinar matahari. Hal ini disebabkan oleh biaya proses

pengeringan tersebut sangat murah dan kondisi iklim tropis Indonesia yang

mendukung. Meskipun demikian cara tersebut kurang begitu baik, karena proses

pengeringan tersebut sangat dipengaruhi oleh cuaca dan pengering hanya dapat

dilakukan pada siang hari sehingga proses pengeringan menjadi lebih lama dan

kondisinya tidak stabil dan menyebabkan mutu kelapa parut menjadi kurang baik.

Kendala tersebut dapat ditanggulangi sehingga proses pengeringan dapat

dilakukan secara terus menerus. Untuk menanggulangi kendala tersebut

(19)

8

diperoleh dari proses pembakaran, minyak, gas, ataupun biomassa. Tetapi

penggunaan sumber-sumber energi dapat menyebabkan biaya produksi menjadi

meningkat (Sarmidi, 1993).

Pengeringan merupakan suatu usaha dimana sebagian air buah diuapkan

sampai pada kandungan air yang diinginkan. Kandungan air buah kering

berpengaruh terhadap tekstur dan aroma yang terbentuk. Disamping itu juga

berpeng aruh kemungkinan terserang jamur selama penyimpanan (Kapti, 1979).

Semakin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengering semakin cepat

pula proses pengeringan berlangsung. Semakin tinggi suhu udara pengering makin

besar energi panas yang dibawa udara sehingga semakin banyak jumlah massa

cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan (Adnan, 1982).

Pengeringan merupakan kegiatan yang penting artinya dalam pengawetan

bahan, maupun industri pengolahan hasil pertanian. Tujuan pengeringan hasil

pertanian adalah

1. agar produk dapat disimpan lebih lama,

2. mempertahankan daya fisiologik biji-bijian/benih,

3. pemanenan dapat dilakukan lebih awal,

4. mendapatkan kualitas yang lebih baik,

5. menghemat biaya pengangkutan.

Dalam melakukan pengeringan, faktor udara dan iklim tempat pengolahan

akan mempengaruhi waktu pengeringan, cara pengeringan serta hasil pengeringan

yang akan didapat. Cara yang paling mudah dan murah untuk melakukan

pengeringan adalah dengan menggunakan sinar matahari atau penjemuran

(20)

Alat pengering jenis rotary dryer sebagai alat pengering yang sangat

cocok untuk mengeringkan bahan berbentuk partikulat. Dengan adanya alat rotary

dryer ini, diharapkan akan dapat membantu kerja dalam pengeringan hasil

pertanian. Selain itu, dengan adanya peralatan pengering ini diharapkan akan

terjadi peningkatan kapasitas produksi. Selain itu, produk yang diperoleh akan

mempunyai kualitas yang baik yaitu mempuyai kadar air yang seragam. Dari sisi

ekonomi dengan adanya peningkatan kapasitas produksi nilai jual akan meningkat

sehingga profit yang diperoleh akan meningkat pula. Selain itu kendala tidak

dapat dipenuhinya kebutuhan pasar karena rendahnya kapasitas produksi dapat

diatasi. Dengan kualitas produk yang baik maka akan semakin memperluas pasar

yang telah ada ( Widowati, 2012).

Peralatan Pengeringan

Secara garis besarnya pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

pengeringan secara alami (natural drying) dan pengeringan buatan (artificial

drying). Pengeringan secara alami dapat dilakukan dengan cara menjemur di

bawah sinar matahari (sun drying). Sedangkan pengeringan secara buatan dapat

dilakukan dengan menggunakan alat pengering.

Alat pengering buatan pada umumnya terdiri dari tenaga penggerak dan

kipas, unit pemanas (heater) serta alat-alat kontrol. Sebagai sumber tenaga untuk

mengalirkan udara penggerak dapat digunakan motor bakar atau motor listrik.

Untuk alat pengering dengan unit pemanas, beberapa macam sumber energi panas

yang biasanya dipakai adalah gas, minyak bumi, batubara atau elemen pemanas

(21)

10

Pada elemen heater dipasang bersentuhan dengan termokopel yang

berfungsi sebagai pendeteksi temperatur pada holding furnace. Termokopel

berupa tranducer yang mendeteksi temperatur pada dapur dan mengubahnya ke

besaran listrik yaitu tegangan. Kemudian mengirim sinyal tersebut ke

thermocontroller menerima sinyal tersebut dalam besaran temperatur.

Termokopel ini bekerja setiap waktu selama proses berjalan, untuk memberi tahu

setiap perubahan ataupun kondisi temperatur pada holding furnace.

Sumber panas pada holding furnace berasal dari elemen pemanas yang

terdapat pada bagian atap dari dapur tersebut. Dimana kawat yang digunakan pada

elemen pemanas listrik ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Harus tahan lama pada suhu yang dikehendaki

2. Sifat mekanisnya harus cukup kuat pada suhu yang dikehendaki

3. Koefisien muai harus kecil, sehingga perubahan bentuknya pada suhu yang

dikehendaki tidak terlalu besar.

4. Tahanan jenisnya harus tinggi

5. Koefisien suhunya harus kecil, sehingga arus kerjanya sedapat mungkin

konstan.

( Fadli, 2010)

Pengeringan Secara Mekanis

Pengeringan dengan menggunakan alat mekanis (pengering buatan) yang

menggunakan tambahan panas memberikan beberapa keuntungan diantaranya

tidak tergantung cuaca, kapasitas pengering dapat dipilih sesuai dengan yang

diperlukan, tidak memerlukan tempat yang luas, serta kondisi pengeringan dapat

(22)

pengering, mengimbangi radiasi panas yang keluar dari alat, memanaskan bahan,

menguapkan air bahan serta menggerakkan udara (Kartasapoetra, 1994).

Pengeringan buatan adalah pengeringan dengan menggunakan alat

pengering, dimana suhu, kelembaban udara, kecepatan pengaliran udara dan

waktu pengeringan dapat diatur dan diawasi. Pengeringan buatan dapat dibagi

menjadi dua kelompok yaitu pengeringan adiabatik dan pengeringan isothermik.

Pengeringan adiabatikadalah pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering

oleh udara panas. Udara panas ini akan memberikan panas pada bahan yang akan

dikeringkan dan mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan. Pengeringan

isothermik adalah pengeringan dimana bahan yang akan dikeringkan berhubungan

langsung dengan lembaran logam yang panas (Winarno,dkk, 1980).

Pengering Berputar (Rotary Dryer)

Pengering rotary dryer telah menjadi andalan bagi banyak industri yang

menghasilkan produk dalam tonase yang tinggi. Pengeringan ini biasanya padat

modal, kurang efisien tetapi sangat fleksibel. Penggunaan tabung uap yang

dibenamkan dalam sel berputar membuat pengering rotari pancuran (casanding

rotary dryer) lebih efisien secara termal. Tetapi, untuk berapa lama belum ada

inovasi nyata pada teknologi ini.

Akhir-akhir ini Yamato Sankyo Mfg. Co., Tokyo, Jepang, telah

mematenkan rancangan pengering rotasi sederhana, dimana udara pengering

disuntikkan ke dalam tumpukan bahan yang dibawa pada cangkang silinder

berputar melalui percabangan dari pipa pusat. Laju dapat diberikan oleh ukuran

yang lebih kecil, kesederhanaan dan biaya yang lebih rendah. Namun pengering

(23)

12

rotari pancuran. Jika layak, rancangan ini dapat mengurangi volume pengering

dua kali lipat untuk kondisi operasi yang sama. Hal ini merupakan keunggulan

utama dari ide inovatif pengering rotasi.

Pengeringan kontak langsung yang beroperasi secara kontinu, terdiri atas

cangkang silinder yang berputar perlahan, biasanya dimiringkan beberapa derajat

dari bidang horizontal untuk membantu perpindahan umpan basah yang

dimasukkan pada atas ujung drum. Bahan kering dikeluarkan pada ujung bawah,

waktu pengeringan cepat biasanya sekitar 10 - 60 menit. Pengering jenis ini cocok

untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran (Rohanah, 2006).

Elemen Mesin

Motor listrik

Tenaga listrik merupakan ubahan dari tenaga lain. Tenaga listrik melalui

motor listrik dapat menghasilkan tenaga listrik dapat menghasilkan tenaga

mekanik lainnya. Keuntungan penggunaan tenaga listrik antara lain:

a. Motor listrik konstruksinya sederhana dan kompak

b. Pengembalian tenaga listrik mudah terutama setelah listrik masuk desa

c. Membutuhkan pemeliharaan dan perawatan yang sederhana

d. Cara mengoprasikannya sangat mudah, yaitu hanya memutar kontak

e. Tidak menimbulkan suara, bersih

f. Menghasilkan tenaga yang halus dan seragam

g. Dapat menyesuaikan dengan beban

(24)

Sabuk-V

Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.

Tenunan teteron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk

membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan di keliling alur puli yang

berbentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami

lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan

juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan

transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan

salah satu keunggulan sabuk-V dibandingkan dengan sabuk rata

(Sularso dan Suga, 2004).

Pada perpindahan sabuk, gerak putarnya dipindahkan dari puli sabuk yang

satu ke puli sabuk yang lain, supaya terdapat suatu gesekan yang cukup kuat

antara sabuk dan pulinya sabuknya dipasang sekencang-kencangya pada

puli-pulinya, atau diberi puli pengencang, tetapi pada sabuk bentuk V tidak perlu

dipasang sekencang sabuk rata (Daryanto, 2007).

Pulley

Pulley sabuk dibuat dari dari besi cor atau dari baja. Pulley kayu tidak

banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan

alumunium. Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi

(diatas 35 m/det).

Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi

penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang

(25)

14

SD (penggerak) = SD(yang digerakkan)...(2)

Dimana S adalah kecepatan putar pulley(rpm) dan D adalah diameter pulley(mm)

(Smith dan Wilkes, 1990).

Menurut Daryanto (1986), ada beberapa jenis tipe pulley yang digunakan

sebagai sabuk penggerak, yaitu:

1. Pulley datar

Pulley ini kebanyakan dibuat dari besi tuang dan juga dari baja dalam

bentuk yang bervariasi.

2. Pulley mahkota

Pulley ini lebih efektif dari pulley datar karena sabuknya sedikit menyudut

sehingga untuk slip relatif sukar, dan derajat ketirusannya

bermacam-macam menurut kegunaanya.

3. Pulley tipe lain

Pulley ini harus mempunyai kisar celah yang sama dengan kisar urat pada

sabuk penggeraknya.

Pemasangan pulley dapat dilakukan dengan cara:

1. Horizontal

Pemasangan pulley dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana pasangan

pulley terletak pada sumbu mendatar.

2. Vertikal

Pemasangan pulley dilakukan secara tegak dimana letak pasangan pulley

adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada

bagian sabuk yang kendur sehingga akan menimbulkan getaran

(26)

Speed reducer

Speedreducer adalah jenis motor yang mempunyai reduksi yang besar.

Gearbox bersinggungan ke dalam motor, tetapi secara bersamaan rangkaian ini

mengurangi kecepatan keluaran (output speed).

Speedreducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini

perbandingan speedreducer putarannya dapat cukup tinggi.

i = �1

�2

dimana:

i = perbandingan reduksi

N1 = input putaran (rpm)

N2 = output putaran (rpm)

(Niemann, 1982).

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga

putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan

panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta

elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan

baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak bekerja secara

semestinya (Sularso dan Suga, 2004).

Berbagai macam bantalan, pada prinsipnya bantalan dapat digolongkan

menjadi:

- Bantalan luncur

(27)

16

- Bantalan dengan beban radial

- Bantalan dengan beban aksial

- Bantalan dengan beban campuran (aksial-radial)

(Daryanto, 2007).

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama

dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan sebuah poros

adalah:

1. Kekuatan poros

Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan

antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau

tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila

diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai

alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga

cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan

atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian

(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping

kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikanan disesuaikan

(28)

3. Putaran Kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu

dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran

kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan

bagian-bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih

rendah dari puataran krititisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang

berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida

yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan

terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik

dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang

dihasilkan dari ingot yang di kill (baja yang dideoksidasikan dengan

ferrosilikon dan dicor; kadar karbon terjamin). Meskipun demikian, bahan

ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena

tegangan yang kurang seimbang. Tetapi penarikan dingin membuat

permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar.

(29)

18

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan seleai di

Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelapa parut.

Alat yang digunakan adalah alat pengering kelapa parut yang dirancang oleh

Karten Malau (2014), pulley, serbet, kunci pas dan ring, timbangan, stopwatch,

komputerdanalattulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari satu faktor yaitu RPM alat

pengaduk. Dengan tiga ulangan pada tiap perlakuan.

Faktor RPM alat pengaduk :

D1 = 2 inchi ( 70 RPM )

D2 = 4 inchi ( 35 RPM )

D3 = 6 inchi ( 23,3 RPM )

Model Rancangan Penelitian

Model rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak

lengkap (RAL) dengan rumus:

(30)

dimana:

Yik = Hasil pengamatan dari perlakuan faktor rpm pada taraf ke-i dan pada

ulangan ke k.

µ = Nilai tengah.

Ti = Pengaruh perlakuan ke-i.

εik = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan rpm pada taraf ke-i dan

ulangan ke-k.

Komponen Alat

Alat pengering kelapa parut (desiccated coconut) ini mempunyai beberapa

bagian penting yaitu:

1. Kerangka alat

Kerangka alat ini berfungsi sebaga pendukung komponen lainnya,

yang terbuat dari besi UNP dan besi siku. Kerangka alat ini

mempunyai panjang 80 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 70 cm.

2. Tabung silinder

Tabung silinder terbuat dari platstainless stell dengan ketebalan 3 mm,

pada dinding silinder dipasang tubular heater kemudian dilapisi oleh

isolasi aluminum foil,glasswool, dan dilapisi plat aluminium. Panjang

dari tabung silinder ini 50 cm dan berdiameter 30 cm.

3. As pengaduk

As pengaduk ini berfungsi untuk mengaduk dan mengangkat kelapa

parut pada dinding tabung silinder supaya kelapa parut dalam

(31)

20

4. Motor listrik

Motor listrik berguna sebagai tenaga penggerak yang dihubungkan

dengan listrik. Motor listrik yang digunakan berdaya 0,25 HP dengan

putaran 1400 rpm.

5. Speed reducer

Speed reducer digunakan untuk mengurangi kecepatan putaran. Speed

reducer ini mempunyai perbandingan 1 : 20

6. Dial Thermostat

Dial termometer berfungsi untuk mengatur suhu pada yang

diinginkan. Alat ini dapat mengatur suhu 0 – 3200 C.

7. Tubular heater

Alat ini dipasang pada dinding luar tabung silinder merupakan

penukar kalor yang bertujuan untuk memanaskan (menaikkan suhu)

pada dinding tabung silinder. Alat ini terdiri dari 2 buah kompenen

tubular heater yang masing-masing mempunyai tegangan 230 V dan

daya 1000W dipasang secara paralel.

8. Saluran masukan (hopper)

Saluran ini berfungsi untuk memasukkan bahan yang akan

dikeringkan ke dalam tabung silinder dan juga digunakan saluran

pengeluaran uap air.

9. Saluran pengeluaran

Saluran ini berfungsi untuk menyalurkan bahan yang telah

dikeringkan pada tabung silinder ke tempat penampungan yang telah

(32)

Prosedur Penelitian

1. Dipasangpulley yang sesuaidengan rpm yang diinginkan.Dipasang pulley 2

inci (70 rpm)

2. Disiapkan bahan kelapa parut 1 kg

3. Dihubungkan steker ke sumber arus kemudian diatur suhu 1300C pada

thermostat dan ditekan tombol “ON” untuk memanaskan heater

4. Dimasukkan bahan ke dalam tabung silinder melalui hopper.

5. Dihidupkan motor listrik.

6. Dipasang kain serbet pada bagian hopper kemudian ditutup

7. Ditunggu selama 90 menit.

8. Dimatikan heater dandibuka bagian hopper untuk mendinginkan kelapa

selama 5 menit.

9. Dikeluarkan bahan melalui saluran pengeluaran.

10.Ditimbang bahan yang tertampung pada alat.

11.Ditimbang bahan yang tertinggal pada alat dan dilakukan pembersihan

alat.

12.Diulangi perlakuan sebanyak 3 kali.

13.Diulangi percobaan (2) sampai (12) yang sama pada pulley 4 inci dan 6

inci.

14.Dilakukan pengamatan parameter.

Parameter Penelitian

Kadar air

Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air per satuan bobot

(33)

22

kemudianditimbangberatawalnya. Kemudian dikeringkan di dalam oven dengan

suhu dan lama pengeringan yang telahditentukan. Kemudian didinginkan lalu

ditimbang berat akhirnya. Kadar air kemudian dihitung menggunakan rumus:

Kadar air = Berat awal (kg) – Berat akhir (kg)

Berat awal (kg) × 100%

Rendemen

Rendemen adalah perbandingan berat kelapa parut kering terhadap bahan

baku kelapa parut yang belum kering. Rendemen diperoleh dengan cara bahan

ditimbang sebelum percobaan, lalu bahan percobaan ditimbang kembali kemudian

dihitung dengan rumus:

Rendemen = Massa Kelapa Parut Kering (kg)

Massa kelapa parut sebelum dikeringkan (kg)× 100%

Uji organoleptik

Uji organoleptik ini biasanya dilakukan terhadap kelapa parut kering yang

meliputiaroma dan warna. Uji ini dilakukan dengan menggunakan panelis

sebanyak 10 orang. Satu orang panelis melakukan uji organoleptik untuk semua

sampel dimana setelah selesai melakukan uji pada satu sampel, si panelis

meminum air untuk menetralkan rasa. Kemudian dilanjutkan dengan panelis

berikutnya. Pengujian dilakukan dengan indrawi organoleptik yang ditentukan

berdasarkan skala numerik.

Tabel 1. Uji organoleptik untuk aroma dan warna

Skala Hedonik Skala Numerik (skor)

(34)

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa kecepatan putaran

pada alat pengering kelapa parut berpengaruh terhadap jumlah kadar air,

rendemen kelapa parut kering dan uji organoleptik. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Pengaruh kecepatan putaran terhadap parameter

Perlakuan Kadar air (%)

Rendemen (%)

Uji organoleptik

Warna Aroma Penerimaan Keseluruhan

P1 1,68 50 4,77 3,83 3,53

P2 3,01 51,3 4,67 3,83 3,46

P3 5,01 53,3 4,63 3,80 3,43

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi diperoleh pada

perlakuan P3 yaitu sebesar 5,01% dan terendah pada P1 yaitu sebesar 1,68%.

Rendemen tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 sebesar 53,3% dan terendah

pada P1 yaitu sebesar 50%. Nilai uji organoleptik secara keseluruhan tertinggi

diperoleh pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,53 (suka) dan terendah pada P3 yaitu

sebesar 3,43 (agak suka).

Kadar Air

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kecepatan

putaran memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air. Hasil pengujian

menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan pengaruh

kecepatan putaran pengeringan terhadap kadar air untuk tiap perlakuan dapat

(35)

24

Tabel 3. Pengaruh kecepatan putaran terhadap kadar air

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- P1 1,68 A A

2 0,941693 1,426964 P2 3,0133 B A

3 0,975986 1,480308 P3 5,0133 C B

Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan memiliki perbedaan

yang sangat nyata terhadap perlakuan lainnya. Perlakuan kecepatan putaran P1

berbeda nyata terhadap perlakuan kecepatan P2, dan perlakuan kecepatan P1

berbeda nyata terhadap perlakuan kecepatan putaran P2 dan P3. Semakin kecil

diameter yang digunakan maka kecepatan putaran akan semakin besar yang akan

memperkecil jumlah kadar air, Artinya semakin cepat putaran yang diberikan

untuk mengeringkan kelapa parut maka kadar air akan semakin kecil. Proses

pengurangan kadar air ini dipengaruhi oleh panas yang diberikan secara konduksi

pada saat pengeringan, yang disebut juga pengeringan isothermik yaitu

pengeringan yang dimana bahan yang akan dikeringkan berhubungan langsung

dengan lembaran logam yang panas.

Pada perlakuan P1, P2 dan P3 menunjukkan pengaruh berbeda nyata

terhadap kadar air, jika dilihat dari syarat mutu kelapa parut kering maka

kecepatan putaran terbaik adalah pada perlakuan P1 dan P2 karena kadar air pada

P1 adalah 1,68% dan P2 adalah 3,0133 masih berada di bawah 3,65% sedangkan

pada perlakuan P3 kadar air sebesar 5,0133. Hal ini sesuai literatur Palungkun

(1992) menyatakan bahwa kadar air yang terbaik untuk kelapa parut kering adalah

1,8% dan masih bisa ditoleransi ketika kadar air mencapai 3,65 %, lebih dari 3,65

% kondisi kelapa parut kering sudah tidak baik lagi. Menurut Winarno dkk.

(36)

batas tertentu agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya. Selain itu,

perkembangan mikroba dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan

pembusukan dapat terhenti/terhambat. Dengan demikian bahan yang dikeringkan

dapat mempunyai daya simpan lama

Hubungan antara perlakuan (kecepatan putaran) dan kadar air dapat

dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Hubungan kecepatan putaran terhadap kadar air

Gambar 1 diatas menunjukkan hubungan kecepatan putaran terhadap

kadar air kelapa parut kering terus mengalami penurunan seiring meningkatnya

kecepatan putaran. Pada model persamaan garis regresi hubungan (korelasi)

antara kecepatan putaran dengan kadar air bertanda negatif. Tanda negatif

menunjukkan arah perubahan yang berlawanan antara hubungan kecepatan

putaran terhadap kadar air. Dimana jika kecepatan putaran naik maka kadar air

akan turun, demikian juga sebaliknya kecepatan putaran turun maka kadar air

akan naik. Nilai korelasi kecepatan putaran dan kadar air yang terdapat pada

(37)

26

dan Trihendradi (2004), hal ini menunjukkan derajat hubungan yang tinggi antara

kecepatan putaran dengan kadar air.

Suhu dan kecepatan putaran alat pada proses pengeringan alat ini sangat

nyata terhadap kadar air. Semakin tinggi putaran alat maka semakin rendah kadar

air bahan pangan hal ini sesuai dengan pernyataan Taib, G. et al., (1988) makin

tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengering makin cepat pula proses

pengeringan berlangsung.. Jika kecepatan aliran udara pengering makin tinggi

maka makin cepat pula massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfir.

Rendemen

Dari analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa kecepatan

putaran memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen. Hasil pengujian

menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan pengaruh

kecepatan putaran terhadap rendemen untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada

Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Pengaruh kecepatan putaran terhadap rendemen

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- P1 50 a A

2 0,941693 1,426964 P2 51,333 b A

3 0,975986 1,480308 P3 53,333 c B

Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan memiliki perbedaan

yang sangat nyata terhadap perlakuan lainnya. Perlakuan pada P1 berbeda tidak

sangat nyata dengan perlakuan P2 dan perlakuan P3 berbeda sangat nyata

(38)

perlakuan P3 yaitu sebesar 53,333% dan persentase rendemen terendah dihasilkan

pada P1 yaitu sebesar 50%.

Pada perlakuan P1 dan P2 memiliki perbedaan tidak nyata, hal ini

disebabkan karena rendemen yang dihasilkan tidak terlalu berbeda dan hasil

produksi kelapa parut kering pada perlakuan P1 dan P2 sesuai dengan yang

diinginkan oleh pasar dan memenuhi kriteria kelapa parut kering. Berbeda dengan

perlakuan P3 yang memiliki rendemen yang tinggi yang tidak memenuhi kriteria

kelapa parut kering. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi kecepatan putaran

alat maka rendemen yang dihasilkan semakin kecil dan sebaliknya semakin

rendah kecepatan putaran maka rendemen yang dihasilkan semakin besar.

Hubungan antara perlakuan (taraf kecepatan putaran) dan rendemen dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan kecepatan putaran terhadap rendemen

Gambar 2 menunjukkan hubungan kecepatan putaran dengan rendemen

(39)

28

putaran. Pada model persamaan garis regresi didapat arah hubungan (korelasi)

antara kecepatan putaran dengan rendemen bertanda negatif. Tanda negatif

menunjukkan arah perubahan yang berlawanan antara hubungan kecepatan

putaran terhadap rendemen. Dimana jika kecepatan putaran naik maka rendemen

akan turun, demikian juga sebaliknya jika kecepatan putaran turun maka

rendemen akan naik. Nilai korelasi kecepatan putaran dan rendemen yang terdapat

pada gambar adalah sebesar 0,851.

Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pengeringan, makin tinggi

energi yang disuplai dan makin cepat laju pengeringan. Akan tetapi pengeringan

yang terlalu cepat dapat merusak bahan, yakni permukaan bahan terlalu cepat

kering, sehingga tidak sebanding dengan kecepatan pergerakan air bahan ke

permukaan. Hal ini menyebabkan pengerasan permukaan bahan (case hardenig).

Selanjutnya air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhalang.

Disamping itu penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak daya fisiologik

biji-bijian/ benih (Taib, G. et al.,1988).

Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui tingkat

kesukaan panelis terhadap suatu produk. Uji organoleptik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji hedonik (kesukaan) terhadap kelapa parut kering dengan

berbagai kecepatan putaran dimana untuk setiap taraf kecepatan putaran dilakukan

tiga kali ulangan. Uji organoleptik dilakukan terhadap 10 orang panelis dengan

(40)

Warna

Data pengamatan organoleptik warna dengan skala numerik pada ulangan

I diperoleh rataan 4,77, ulangan II diperoleh rataan 4,67, dan ulangan III diperoleh

rataan 4,63 sehingga diperoleh rata-rata ulangan adalah 4,703. Artinya hasil yang

diperoleh dengan skala hedonik adalah sangat suka.

Pada analisis sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa perlakuan

dengan berbagai kecepatan putaran memberikan pengaruh tidak nyata terhadap

nilai warna sehingga pengujian dengan menggunakan analisa DMRT (Duncan

Multiple Range Test) tidak dilanjutkan.

Aroma

Data pengamatan organoleptik aroma dengan skala numerik pada ulangan

I diperoleh rataan 3,83, ulangan II diperoleh rataan 3,83, dan ulangan III diperoleh

rataan 3,80 sehingga diperoleh rata-rata ulangan adalah 3,82. Artinya hasil yang

diperoleh dengan skala hedonik adalah suka.

Pada analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa perlakuan

dengan berbagai kecepatan putaran memberikan pengaruh tidak nyata terhadap

aroma sehingga pengujian dengan menggunakan analisa DMRT (Duncan Multiple

Range Test) tidak dilanjutkan.

Penerimaan Keseluruhan

Data pengamatan organoleptik penerimaan keseluruhan dengan skala

numerik pada ulangan I diperoleh rataan 3,53, ulangan II diperoleh rataan 3,46,

dan ulangan III diperoleh rataan 3,43 sehingga diperoleh rata-rata ulangan adalah

(41)

30

Pada analisis sidik ragam (Lampiran 7) dapat dilihat bahwa perlakuan

dengan berbagai kecepatan putaran memberikan pengaruh tidak nyata terhadap

nilai organoleptik penerimaan keseluruhan sehingga pengujian dengan

(42)

31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perbedaan kecepatan putaran memberikan pengaruh sangat nyata terhadap

kadar air dan rendemen serta memberikan pengaruh tidak nyata terhadap uji

organoleptik warna, aroma, dan penerimaan keseluruhan.

2. Persentase kadar air terbaik pada penelitian ini adalah pada kecepatan putaran

70 rpm yaitu sebesar 1,28%.

3. Persentase rendemen tertinggi pada penelitian ini dihasilkan pada kecepatan

putaran 23,3 rpm yaitu sebesar 53,3% dan persentase rendemen terendah ada

pada kecepatan putaran 70 rpm yaitu sebesar 50%.

4. Nilai uji organoleptik warna tertinggi pada penelitian ini diperoleh pada

perlakuan P1 yaitu sebesar 4,77 (sangat suka) dan terendah pada P3 yaitu

sebesar 4,63 (sangat suka)

5. Nilai uji organoleptik aroma tertinggi pada penelitian ini diperoleh pada

perlakuan P1 dan P2 yaitu sebesar 3,83 (suka) dan terendah pada P3 yaitu

sebesar 3,80 (suka)

6. Nilai uji organoleptik secara keseluruhan tertinggi pada penelitian ini

diperoleh pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,53 (suka) dan terendah pada P3

yaitu sebesar 3,43 (agak suka).

Saran

Perlu dilakukan modifikasi pada alat pengaduk pada alat ini supaya bahan

kelapa parut yang akan dikeringkan teraduk rata agar bahan tidak mengalami

(43)

32

DAFTAR PUSTAKA

Amanto, H. Dan Haryanto. 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara. Jakarta.

Basith, A., 1986. Pengeringan dan Penguapan. Kerjasama Ditjen Industri Kecil Departemen Perindustrian Republik Indonesia dengan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Daryanto, 1993. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta. Jakarta.

Ebookpangan, 2006. Aneka Hasil Olahan Kelapa. Universitas Muhammadiyah, Semarang.

Estiasih. T, K. Ahmadi, 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.

Ginting. W. L. 2014. Skripsi Uji Variasi Suhu Terhadap Mutu Kelapa Parut Kering pada Alat Pengering Kelapa Parut (Desiccated Coconut). Fakultas Pertanian USU. Medan

Kapti, R. K., Soecipto dan H. Bambang, 1979. Pedoman Bercocok Tanam. Kerjasama Direktorat Jendral Perkebunan. Dept. Pertanian dengan FTP UGM, Yogyakarta.

Kartasapoetra, A. G., 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. P. T. Rineka Cipta, Jakarta.

Ketaren, S dan B. Djatmiko, 1978. Daya Guna Kelapa. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

M. Fadli, 2010. Chapter II.pdf - USU Institutional Repository.

Malau. K. 2014. Skripsi Rancang Bangun Alat pengering Kelapa Parut (Desiccated Coconut). Fakultas Pertanian USU. Medan.

Niemann, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo. Erlangga. Jakarta.

Rizaldi, T, 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian FP-USU. Medan.

Rohanah, A., 2006. Teknik Pengeringan. Departemen Teknologi Pertanian FP-USU. Medan.

(44)

Smith, H. P., dan Wilkes, L. H., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. UGM-Press. Yogyakarta.

Soedijanto, R. R. M, Sianipar, G. A., 1981. Kelapa. Cv. Yasaguna, Jakarta.

Suhardikono. L., 1995. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta.

Suhardiman. P., 1999. Bertanam Kelapa Hibrida. Penebar Swadaya, Jakarta. Suhardiyono, L., 1988. Tanaman Kelapa, Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta.

Sularso dan K. Suga, 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradnya Paramita. Jakarta.

Taib, G., Said, G. Dan Wiraatmadja, S., 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian, P. T. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Thampan, P. K., 1982. Handbook On Coconut Palm. Oxford and IBH Publishing Co, New Delhi.

Warisno. 1998. Budidaya Kelapa Kopyor. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Widiantara, 2010. Pengiris Bawang Merah dengan Pengiris Vertikal (Shallot Slicer). Seminar Rekayasa Kimia dan Proses : 1411-4216 : F-01-5.

Widowati. F. 2012. Pengeringan Cabai menggunakan Alat Rotary Dryer.Universitas Dipenogoro. Semarang.

Winarno, F. G., Fardiaz, S. Dan Fardiaz, D., 1980. Pengantar Teknologi Pangan. P. T. Sarana Perkasa, Jakarta.

Woodroof, J. G., 1979. Coconut Production Processing Product. AVI Publ. Company. Inc. Westport, Conecticut.

(45)

34

Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian

Mulai

Disiapkan bahan kelapa parut

Dipasang pulley sesuai ukuran

Dikeringkan kelapa parut Dilakukan penimbangan

Dilakukan pengamatan parameter

Selesai Layak?

(46)

Lampiran 2. Data kelapa parut kering (kg)

Diameter pully

Ulangan

Total Rataan

I II III

2 : 2 0,500 0,505 0,495 1,50 0,50

4 : 2 0,515 0,510 0,515 1,54 0,51

6 : 2 0,530 0,530 0,540 1,60 0,53

Total 1,045 1,545 1,550 4,64

(47)

36

Lampiran 3. Data pengamatan kadar air (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P1 1,68 2,18 1,18 5,04 1,68

P2 3,18 2,68 3,18 9,40 3,01

P3 4,68 4,68 5,68 15,04 5,01

Total 9,54 9,54 10,04 29,48

Rataan 3,18 3,18 3,34 3,23

Analisis sidik ragam kadar air

SK Db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Perlakuan 2 16,889 8,444 38 ** 5 11

Galat 6 1,333 0,222

Total 8 18,222

Ket : tn = tidak nyata * = nyata

(48)

Lampiran 4. Data pengamatan rendemen (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P1 50,0 50,5 49,5 150 50

P2 51,5 51,0 51.5 154 51,3

P3 53,0 53,0 54,0 160 53,3

Total 104,5 154,5 155,0 464

Rataan 34,8 51,5 52 51,53

Analisis sidik ragam rendemen

SK Db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Perlakuan 2 16,889 8,444 38 ** 5 11

Galat 6 1,333 0,222

Total 8 18,222

Ket : tn = tidak nyata * = nyata

(49)

38

Lampiran 5. Data pengamatan organoleptik warna

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P1 4,8 4,7 4,8 14,3 4,77

P2 4,7 4,7 4,6 14 4,67

P3 4,7 4,6 4,6 13,9 4,63

Total 14,3 14 14 42,2

Rataan 4,77 4,67 4,67 4,703

Analisis sidik ragam organoleptik warna

SK Db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Perlakuan 2 0,029 0,014 4,333 tn 5,14325 10,9248

Galat 6 0,02 0,003

Total 8 0,049

Ket : tn = tidak nyata * = nyata

(50)

Lampiran 6. Data pengamatan organoleptik aroma

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P1 3,8 3,8 4,0 11,5 3,83

P2 3,7 3,9 3,8 11,5 3,83

P3 3,6 3,8 4,0 11,4 3,80

Total 11,1 11,5 11,8 34,4

Rataan 3,7 3,83 3,93 3,82

Analisis sidik ragam organoleptik aroma

SK Db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Perlakuan 2 0,009 0,004 0,211 tn 5 11

Galat 6 0,127 0,021

Total 8 0,136

Ket : tn = tidak nyata * = nyata

(51)

40

Lampiran 7. Data pengamatan organoleptik penerimaan keseluruhan

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

P1 3,4 3,7 3,5 10,6 3,53

P2 3,5 3,5 3,4 10,4 3,46

P3 3,6 3,3 3,4 10,3 3,43

Total 10,5 10,5 10,3 31,3

Rataan 3,5 3,5 3,43 3,47

Analisis sidik ragam organoleptik penerimaan keseluruhan

SK Db JK KT Fhit F0,05 F0,01

Perlakuan 2 0,16 0,008 0,467 tn 5 11

Galat 6 0,1 0,017

Total 8 0,116

Ket : tn = tidak nyata * = nyata

(52)

Lampiran 8 . Syarat mutu kelapa parut kering menurut SNI

No Kriteria uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan:

Aroma Warna

- -

Normal Normal

2 Air %b/b Maks 3,5

3 Lemak %b/b Min 65,0

4 As. Lemak bebas % b/b Maks 0,1

5 SO2 - Maks 50,0

6 Cemaran logam Mg/kg Maks 10

7 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks 1,0

8 Timbal (Pb) Mg/kg Maks 40,0

9 Seng (Zn) Mg/kg Maks 0,05

10 Cemaran logan - -

11 Cemaran mikroba - -

12 Angka lempeng total Koloni/g Maks 106

13 Eschericia coli APM/g Maks 10

14 Kapang Koloni/g Maks 104

(53)

42

Lampiran 9. Gambar alat

Tampak depan alat

Tampak pemasangan pully

Gambar

Tabel 1. Uji organoleptik untuk aroma dan warna
Tabel 2. Pengaruh kecepatan putaran terhadap parameter
Tabel 3. Pengaruh kecepatan putaran terhadap kadar air
Gambar 1. Hubungan kecepatan putaran terhadap kadar air
+3

Referensi

Dokumen terkait

Yang penulis buat disini adalah penyajian informasi penyewaan mobil melalui internet dengan Macromedia Flash MX 2004, meliputi jenis mobil, harga sewa, syarat dan aturan

Sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya yang akan dicari solusinya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk

The data RT-PCR analysis was performed to examine expression described herein demonstrate that RH-I / SkM2 mRNA was of the hH1 / SCN5A cardiac sodium channel gene in fetal expressed

[r]

Stigma kerap kali muncul dari pemikiran individu atau masyarakat yang mempercayai bahwa penyakit HIV/AIDS merupakan akibat dari perilaku amoral yang tidak

Kedua, kondisi perekonomian pada masyarakat Dusun Tegalrejo yang mayoritas bekerja sebagai petani, yang mana setiap pagi berangkat ke ladang kemudian sore hari baru

melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,

Angket atau kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk