• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PELAKSANAAN CSR UNILEVER PADA UK SEBAGAI HOME COUNTRY DAN INDONESIA SEBAGAI HOST COUNTRY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PELAKSANAAN CSR UNILEVER PADA UK SEBAGAI HOME COUNTRY DAN INDONESIA SEBAGAI HOST COUNTRY"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

PERBANDINGAN PELAKSANAAN CSR UNILEVER PADA

UK SEBAGAI HOME COUNTRY DAN INDONESIA SEBAGAI HOST

COUNTRY

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh: RIZKA HAJUDA

08260026

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAKSI

Rizka Hajuda, 2013, 08260026, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, Perbandingan Pelaksanaan CSR Unilever pada UK sebagai Home Country

dan Indonesia sebagai Host Country, Pembimbing I : Dyah Estu. K, M.Si Pembimbing II : Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility) yang dijalankan oleh Unilever UK sebagai home country

dan Unilever Indonesia sebagai host country. Unilever merupakan MNC yang telah beroperasi selama puluhan tahun di berbagai negara di dunia.MNC adalah perusahaan yang kegiatan bisnisnya bersifat internasional dan lokasi produksinya terletak di beberapa negara. Bagi MNC, pelaksanaan CSR digunakan untuk memastikan operasional perusahaan di berbagai negara menguntungkan kedua belah pihak, menciptakan win-win situation bagi negara asal MNC dan negara tujuan. CSR merupakan konsep yang terus berkembang, konsep ini berangkat dari pemikiran Adam Smith mengenai invisible hand, dimana sebuah perusahaan tidak hanya berbisnis demi kepentingannya atau self interest tetapi bagaimana perusahaan bergerak dengan mengedepankan kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan CSR Unilever dijalankan sesuai dengan prinsip keberlanjutan, yang kemudian ditetapkan dalam konsep Unilever Sustainable Living Plan (USLP) pada tahun 2010. Konsep USLP menetapkan sejumlah target pada tahun 2020, diantaranya adalah melipatgandakan keuntungan sembari menggunakan secara keseluruhan bahan mentah dari sumber-sumber yang lestari. Dalam rangka mencapai target tersebut, seluruh aspek perusahaan dijalankan secara maksimal, termasuk juga dalam hal pelaksanaan CSR. Pelaksanaan CSR Unilever di kedua negara tersebut akan dianalisa melalui sudut pandang liberalis, dimana perusahaan menjalankan CSR sebagai bagian dari kewajiban terhadap stakeholders, bersamaan dengan tujuan untuk meningkatkan laba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Pelaksanaan CSR Unilever di UK dan Indonesia mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan. Persamaan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pada prinsip sustainabilty, fokus pada pemberdayaan perempuan dan anak-anak dari kalangan miskin, dan pengembangan pertanian berkelanjutan. Perbedaan pelaksanaan CSR Unilever di kedua negara adalah tidak diaturnya CSR dalam hukum UK, sementara di Indonesia hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas; beberapa program CSR Unilever UK dilaksanakan di dalam negeri, namun lebih banyak yang dijalankan di berbagai penjuru dunia, sementara seluruh program CSR Unilever Indonesia dilaksanakan di wilayah Indonesia; pelaksanaan program dijalankan secara nasional oleh Unilever UK, sementara di Indonesia program dijalankan melalui unit-unit terkecil dalam masyarakat, seperti Posyandu.

(7)

Malang,6 Mei 2013

Penulis,

Rizka Hajuda

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

(8)

ABSTRACT

Rizka Hajuda, 2013, 08260026, University of Muhammadiyah Malang, Social and Political Science Faculty, International Relations, The Comparative Study of Implementation of Unilever’s CSR in UK as Home Country and Indonesia as Host Country, advisor I : Dyah Estu.K, M.Si, advisor II : Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si

This study tried to describe the implementation of CSR (Corporate Social Responsibility), which is run by Unilever UK as the home country and Unilever Indonesia as the host country. Unilever is an MNC that has been operating for decades in various countries around the world. For MNC’s, CSR is used to ensure the implementation of the company’s operations in various countries benefits for both sides, creating a win-win situation for MNC’s country of origin and country of destination. CSR is a concept which departed from the ideas of Adam Smith’s invisible hand, where a company is not only doing business for his profits or self interest but how the company moves forward with community needs. Unilever CSR implementation undertaken in accordance with the principles of sustainability, which is then defined in the concept of Unilever Sustainable Living Plan (USLP) in 2010. The concept USLP set a number of targets in 2020, among them aremaximizing profit together with using the overall raw material from sustainable sources. In order to achieve these targets, all aspects of the company running to its full potential, as well as in the implementation of CSR. Unilever CSR implementation in both countries will be analyzed thrugh a liberal point of view, in which the company operates as part of its CSR obligation to stakeholders, along with the aim to increase profits. The method used in this research is descriptive method.

Implementation of Unilever’s CSR in the UK and Indonesia have a number of similarities and differences. Similarities obtained in this study are on sustainable principle, focusing on the empowerment of women and children of the poor, and the development of sustainable agriculture. The differences in the implementation of CSR Unilever in both countries are CSR in UK not organized in any regulation, while in Indonesia it is regulated in the Law of Limited Company; several CSR programs Unilever UK carried out in the country, but more are being run in various parts of the world, while all of Unilever Indonesia CSR programs implemented in Indonesia; implementation of the programs run nationally by Unilever UK, while in Indonesia the programs run through the smallest units in the community, such as Posyandu.

(9)

Malang, 6 Mei 2013 Writer,

Rizka Hajuda

Approval,

Advisor 1, Advisor 2,

(10)

M O T T O & PERSEM BAH AN

Kurangilah rasa ingin tahumu tentang orang,

perbanyaklah rasa ingin tahumu tentang ide,

gagasan, dan pemikiran. –Marie Curie-

K uper sem ba hka n K a r y a ku in i K epa da :

A y a ha nda Ba pa k M iska t d a n I bun da U m iy a t i, gel a r sa r j a n a i n i a d a l a h sa l a h sa t u bu a h d a r i k a si h sa y a n g d a n Pen gor ba n a n m u k ep a d a p u t r i m u .

Sa u d a r a K a n d u n gk u A dikku Bin t a da n A n o, d a n Pa r a sa ha ba t ku t er cin t a K a l i a n l a h w a r n a d a l a m p er j u a n ga n k u , T er i m a k a si h a t a s d u k u n ga n n y a

Ser t a ,

A l m a m a t er y a n g k u ba n gga k a n Pr ogr a m St u d i H u bu n ga n

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: ” PERBANDINGAN PELAKSANAAN CSR UNILEVER PADA UK SEBAGAI

HOME COUNTRY DAN INDONESIA SEBAGAI HOST COUNTRY ” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat gelar Sarjana Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sehingga skripsi ini lebih memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan , saran, kritik serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :

1. Drs. Muhadjir Effendi, M.Ap. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. DR. Wahyudi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu. Dyah Estu K., M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya, memberikan pengarahan serta dorongan kepada penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.

(12)

5. Bpk. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si selaku dosen penguji I yang telah meluangkan waktunya, memberikan pengarahan serta dorongan kepada penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.

6. Primadi Wahyuwidagdo., MBA selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktunya, memberikan pengarahan serta dorongan kepada penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama kuliah. 8. Kedua orang tua tercinta saya, Ayah dan Ibu yang selalu memberikan

limpahan kasih sayang dan dukungan penuh sehingga menjadi sumber motivasi penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman angkatan 2008, (terutama Eprot, Prima, Atika dan Dedy) dan Siput (Opik unyil, Anda, Bunda Reza, Geta, Ulan, Gincu, kak Ponds, Pani,eprot, ganjar, angga, dewangga, vega) dan teman-teman kos sahabat, serta teman yang lain tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu terimakasih atas dukungan dan doa serta kebersamaannya selama ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menantikan kritik dan saran atas penulisan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca skripsi ini.

Wassalammu’alaikum wr.wb

Malang, 19 Juni 2013

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAKSI ... vi

ABSTRACT ... viii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.Teori dan Konsep ... 10

1.4.1. Konsep MNC (Multinational Corporation) ... 10

1.4.2. Konsep CSR ( Corporate Social Responsibility) ... 14

1.5.Penelitian Terdahulu ... 21

1.6.Metodologi Penelitian ... 24

1.6.1.Metode Penelitian ... 24

1.6.2.Kriteria Perbandingan ... 24

1.6.3.Ruang Lingkup Penelitian ... 25

1.6.4.Data Penelitian ... 26

1.7.Teknik Analisis Data ... 27

(14)

BAB II PERATURAN MENGENAI CSR DI UK DAN INDONESIA

SERTA SEJARAH UNILEVER DI UK DAN INDONESIA

2.1.Peraturan Mengenai CSR di UK dan Indonesia ... 30

2.1.1. Kondisi Umum UK ... 30

2.1.2. CSR dalam Hukum UK ... 31

2.1.3. Kondisi Umum Indonesia ... 35

2.1.4. CSR dalam Hukum Indonesia ... 37

2.2.Sejarah Unilever di UK ... 45

2.2.1. Sejarah Awal Berdirinya Unilever ... 45

2.2.2. Pengembangan Bisnis Unilever UK ... 46

2.3.Sejarah Unilever di Indonesia ... 48

2.3.1. Awal Masuk Unilever di Indonesia ... 48

2.3.2. Produk-Produk Unilever Indonesia ... 50

BAB III DESKRIPSI PELAKSANAAN CSR UNILEVER UK DAN UNILEVER INDONESIA 3.1. Program dan Pelaksanaan CSR Unilever UK dan Indonesia .. 52

3.1.1. Program dan Pelaksanaan CSR Unilever UK ... 53

3.1.2. Program dan Pelaksanaan CSR Unilever Indonesia ... 68

3.2.Perbandingan Pelaksanaan CSR Unilever UK dan Unilever Indonesia ... 81

3.2.1 Persamaan Pelaksanaan CSR Unilever UK dan Indonesia 82 3.2.2 Perbedaan Pelaksanaan CSR Unilever UK dan Indonesia 84 3.2.3 Perbandingan Pelaksanaan CSR Unilever di UK dan Indonesia ... 95

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 101

4.2. Saran ... 103

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1.

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1. Perbandingan Pelaksanaan CSR Unilever di UK dan Indonesia ...

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Anoraga, Pandji. 1995. Perusahaan dan Penanaman Modal Asing. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

Cullen, John B. 1999. Multinational Management A Strategic Approach. Ohio: South Western College Publishing. hlm 568

Collins, Matthew dan Nicky Barclay, 2010, Tinggal dan Belajar di Inggris, Yogyakarta, B-First.

Djuhaenda, Hasan. 2009. Pengkajian Hukum Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI

Elkington, John . 2012. The Zeronauts: Breaking the Sustainability Barrier. New York: Routledge.

Faisal, Sanapiah. 1992. Format-Format Penelitian Sosial (Dasar-Dasar dan Aplikasi). Jakarta: CV. Rajawali

Finkbeiner, Matthias (ed), 2011, Towards Life Cycle Sustainability Management, London: Springer.

Griffin, Ricky W. dan Ronald J. Ebert. 2009. Diterjemahkan oleh Sita Wardhani.

Bisnis Edisi Kedelapan, Jakarta: Erlangga

Hadiwinata, Bob Sugeng. 2002. Politik Bisnis Internasional, Yogyakarta: Kanisius.

Hermawan ,Yulius P. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan Metodologi.Yogyakarta: Graha Ilmu

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Martin, John D., J.William Petty, dan James S. Wallace. 2009. Value Based Management with Corporate Social Responsibility. New York: Oxford University Oress

Moleong. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

(18)

Soemanto, Bakdi, dkk. 2007. Sustainable Corporate Implikasi hubungan Harmonis Perusahaan dan Masyarakat. Gresik: PT. Semen Gresik (Persero) Tbk

Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosdakarya.

Sumarto, Hetifah Sj. 2009. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 prakarsa inovatif dan partisipatif di Indonesia.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Wallace, Bill. 2005. Becoming Part of the Solution: The Engineer’s Guide to Sustainable Development. Washington DC: American Council of Engineering Community

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Gresik: Fascho Publishing.

Yanuar, Ikbar. 2001. Ekonomi Politik Internasional 2 (Implementasi Konsep dan Teori). Bandung: PT RefikaAditama.

Jurnal Ilmiah:

Andari, Soetji. 2009. Peran CSR dalam Pembangunan Usaha Kesejahteraan Sosial. Jurnal Media Info.Litkesos. Vol.33 No.4, Desember 2009.

Chambers, Eleanor, dkk. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) di Asia: Sebuah Studi Pelaporan Website CSR di Tujuh Negara. Jurnal Galang

Vol.3 No.3, Desember 2008

Fitriyanti, Fadia dan Mukti Fajar ND., 2008, Pengawasan Pemerintah terhadap Kewajiban Corporate Social Responsibility di Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi pada PT. Telkom dan PT. Sari Husada), Jurnal Media Hukum Vol.15 No.2 Desember 2008.

Heryanto, J. 2003. Peranan Multinational Corporations Dalam Industrialisasi di Indonesia Pada Era Orde Baru, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan

Vol.5, No.1, Maret 2003

Moon, Jeremy. 2004. Government as a Driver of Corporate Social Responsibility, The University of Nottingham, No.20-2004 ICCSR

Research Paper Series-ISSN 1479-5124

(19)

Prihandono, Imam. 2008. Status dan Tanggung Jawab Multi National Companies (MNCs) dalam Hukum Internasional. Jurnal Universitas Airlangga Th.II. No.1 Januari-Juli 2008.

Rahmi, Ellita. 2011. Standarisasi Lingkungan (ISO 26000) Sebagai Harmonisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Instrumen Hukum di Indonesia,

Jurnal Ilmu Hukum INOVATIV.

Makalah dan Artikel:

______, 2011, Tersandung Kartel di Eropa, Unilever dan P&G Didenda Rp.3,7 Miliar,http://www.ipotnews.com/index.php?level2=&level3=&level4=highl ights&id=332861&urlImage=, diakses pada 4 Februari 2013

________, http://wartaekonomi.co.id/berita6895/ini-resep-unilever-menjadi-sustainable-manufacturing.html, diakses 28Januari 2013

_______, http://www.savethechildren.org.uk/2012-01/unilever-launches-global-foundation, diakses pada 11 Maret 2013

_______, Corporate Governance, http://www.frc.org.uk/Our-Work/Codes-Standards/Corporate-governance.aspx, diakses pada 18 Desember 2012 ________, Corporate Social Responsibility-The UK Corporate Gevernance Code.

http://www.out-law.com/page-8221, diakses pada 18 Desember 2012

______, http://www.unilever.co.uk/aboutus/foundation/aboutunileverfoundation/, diakses pada 14 Januari 2013

_______, http://www.oxfam.org/en/about, diakses pada 5 Februari 2013

_______, http://www.unilever.co.id/id/aboutus/foundation/oxfam/, diakses pada 14 Januari 2013

_________, http://www.unwomenuk.org/press-release-un-women-uk-launches-corporate-network-on-international-womens-day/, diakses pada 4 Maret 2013

_________, http://www.oxfam.org/en/grow/pressroom/pressrelease/2012-08-15/unilever-oxfam-launch-project-enhance-women-livelihood-thailand, diakses pada 4 Maret 2013

_______, http://allafrica.com/stories/201108221818.html, diakses pada 4 Maret 2013

_________, http://www.unilever.co.id/id/aboutus/foundation/psi/, diakses pada 14 Januari 2013

(20)

_________, http://allafrica.com/stories/201210100769.html, diakses pada 4 Maret 2013

_________, http://www.unilever.co.id/id/aboutus/foundation/savethechildren/, diakses pada 14 Januari 2013

_________, http://www.savethechildren.org.uk/about-us/where-we-work, diakses pada 5 Februari 2013

_________, http://www.telegraph.co.uk/education/educationnews/9521238/Save-the-Children-launches-first-poverty-campaign-in-Britain.html, diakses pada 4 Maret 2013

_______, http://www.unilever.co.id/id/aboutus/foundation/unicef/, diakses pada 14 Januari 2013

_______, http://www.unilever.co.id/id/aboutus/foundation/wfp/, diakses pada 14 Januari 2013

_______, http://www.wfp.org/about/partners/companies/laserbeam, diakses pada 18 Februari 2013.

______,

http://www.article13.com/A13_ContentList.asp?strAction=GetPublication &PNID=1359, diakses pada 4 Maret 2013

_______, http://www.unilever.co.id/id/aboutus/yayasanunileverindonesia/, diakses pada 14 Januari 2013

_______,

http://www.unilever.co.id/id/aboutus/yayasanunileverindonesia/meningkat kankesehatan/, diakses pada 14 Januari 2013

______, http://lamongankab.go.id/migrasi/Berita/ingatkan-sakit-gigi-bisa-sebabkan-diabetes.aspx, diakses pada 4 Maret 2013

_______, http://unilever.co.id/id/MediaRelation/siaran-pers/2009/Lifebouy_media.aspx, diakses pada 4 Maret 2013

_____.

http://www.unilever.co.id/id/aboutus/yayasanunileverindonesia/programling kungan/, diakses pada 14 Januari 2013

_____, http://mediasionline.com/readnews.php?id=3714, diakses pada 11 Maret 2013

_______, http://www.savethechildren.org.uk/about-us/what-we-do/child-poverty/uk-child-poverty, diakses pada 4 Maret 2013

(21)

_______,http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article &id=13970&Itemid=269, diakses pada 28 April2013

_______, http://rri.co.id/index.php/berita/47244/Makassar-Green-and-Clean-Fokus-pada-#.UX3XdKKeNjY, diakses pada 29 April 2013

Daniri, Mas Achmad. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,

http://www.madani-ri.com, diakses pada 8 Desember 2012.

Diennazola, Renda. Si Hitam Kian Dicari, http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=3905, diakses pada 11 Maret 2012

Dyah Megasari, 2012. CEO Unilever: Kita Menghadapi dekade kelam Eropa,

http://internasional.kontan.co.id/news/ceo-unilever-kita-menghadapi-dekade-kelam-eropa, diakses pada 4 Februari 2013

Happy Fajrian, 2012, Green CEO: Maurits Lalisang Prioritaskan Environmental Sustainability, http://wartaekonomi.co.id/berita4754/green-ceo-maurits-lalisang-prioritaskan-environmental-sustainability.html, diakses 28 Januari 2013

Ika, I Nyoman . Posyandu Sebagai Pusat Layanan Sosial Dasar, Buletin ACCESS IX-Agustus 2012. Hlm.11

Muhtarom, Iqbal. 2010. Unilever Putus Kontrak dengan Sinar Mas Agro per 1 April, http://www.tempo.co/read/news/2010/03/13/090232336/Unilever-Putus-Kontrak-dengan-Sinar-Mas-Agro-per-1-April, diakses pada 3 Maret 2013

Prasetyo, Urnat Joko. 2006. Biang Keladinya Paham Kapitalisme, dalam

http://www.suara-media.com/2011/06/biang-keladinya-paham-kapitalisme.html, (di akses 03 maret 2012)

Scharwath, Kara. Unilever Launches Foundation to Help One Billion People,

http://www.triplepundit.com/2012/02/unilever-launches-foundation-one-billion-people/, diakses pada 11 Maret 2013

Suharto, Edi. 2008, Menggagas Standar Audit Program CSR: Initiating Audit Standard of CSR Program, dalam www.policy.hu/suharto, diakses 8 Desember 2011

Suhendra. 2010. Mendag: Kasus Unilever dan Nestle tak ganggu Ekspor CPO RI.

http://finance.detik.com/read/2010/03/25/181548/1325565/4/, diakses pada 4 Februari 2013.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Unilever merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi barang-barang kebutuhan pribadi dan rumah tangga selama puluhan tahun. Berawal dari dua perusahaan kecil di Inggris dan Belanda yang kemudian bergabung menjadi satu, saat ini Unilever dikenal sebagai sebuah perusahaan multinasional yang beroperasi di seluruh dunia. Multinasional Corporation (MNC) atau perusahaan multinasional merupakan hal yang lazim didengar di era globalisasi ini. MNC adalah suatu perusahaan yang beraktivitas di luar negara asal (home country)

dengan saham yang dimiliki oleh beberapa negara dan aktivitas berada pada negara tujuan (host country)1. Unilever dengan Inggris dan Belanda sebagai home country telah memperluas aktivitas usahanya ke banyak negara di dunia, salah satunya di Indonesia.

Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 300 juta jiwa tentu saja Indonesia menjadi pasar yang sangat menggiurkan bagi para pemain bisnis global untuk membangun perusahaan bisnisnya Sektor industri menjadi salah satu faktor utama dalam memajukan perekonomian Indonesia. Sejak Orde Baru perkembangan sektor industri cukup mengesankan, sebab unit usaha atau perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan nilai keluaran (output) memiliki perbandingan yang stabil. Namun kini dalam era globalisasi ekonomi, selama beberapa dekade terakhir

1

(23)

2

sektor industri di Indonesia memang menunjukkan perkembangan yang semakin pesat, tetapi perusahaan-perusahaan lebih banyak diprivatisasikan dan lebih banyak diwarnai para pemain bisnis global. Globalisasi sebagai produk perkembangan ilmu dan pengetahuan, daya inovasi, dan teknologi semakin mengecilkan arti tapal batas politik dan geografi. Dengan menipisnya batasan tersebut, para pemain bisnis global selalu berusaha mencari pasar potensial.

Kehadiran MNC bagi host country memiliki sisi positif dan sisi negatif bagi perkembangan dan kemajuan perekonomian. Sisi positif tersebut seperti tawaran pendapatan dari pajak masuk dan ketersediaan lapangan kerja baru2. Sedangkan sisi negatif menurut Carbaugh,3 terdapat tiga hal yakni pertama, pada sektor lapangan kerja, beberapa posisi pimpinan perusahaan ataupun pimpinan pada per sub bidang masih dipegang oleh para pekerja yang berasal dari home country,

sedangkan masyarakat lokal hanya dijadikan buruh dengan upah yang rendah. Kedua, pada masalah transfer teknologi, dimana dengan transfer teknologi dikhawatirkan adanya pencurian ide oleh masyarakat lokal, atau dengan adanya transfer teknologi tersebut produk lokal kalah saing disebabkan tidak dapat menerapkan teknologi yang sama. Ketiga adalah masalah kedaulatan negara, dimana MNC seringkali dituduh melunturkan kedaulatan nasional negara tujuan secara ekonomi, dengan jalan menghindari pajak yang ketat.

MNC cenderung memilih untuk mengembangkan dan memperluas sumber daya mereka di sebuah negara berkembang yang memiliki halangan-halangan minimal. Pada prakteknya, pemerintah negara berkembang mengundang MNC

2

Yulius P. Hermawan, 2007, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor,

Isu, dan Metodologi, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm 221

3

(24)

3

untuk menginvestasikan modal dan sumber daya mereka dengan harapan akan menciptakan efek berkelanjutan pada pertumbuhan dan kesejahteraan negara. Fenomena ini dikenal sebagai perilaku “race to the bottom”, yaitu keadaan di mana negara-negara berkembang mengundang MNC untuk melakukan foreign direct investment dengan cara berlomba memberikan kemudahan dan kelonggaran aturan hukum seringan mungkin dengan alasan untuk memacu pertumbuhan ekonominya4. Foreign direct investment (FDI) atau investasi langsung di luar negeri dapat dipahami sebagai membeli atau mendirikan aset yang berwujud (tangible asset) di negara lain5. Keinginan negara berkembang untuk mendapatkan FDI dari MNC mengakibatkan timbulnya posisi yang tidak seimbang di antara MNC dan negara penerima investasi. Negara penerima bukan hanya tidak mampu mencegah timbulnya pelanggaran hokum oleh MNC tetapi justru turut serta melegalkan praktek-praktek pelanggaran hak-hak buruh, perusakan lingkungan, dan pelanggaran hak konsumen yang dilakukan MNC.

Di Indonesia sendiri keberadaan MNC juga tidak lepas dengan pro dan kontra. Sisi pro menganggap bahwa adanya MNC dapat menunjang perkembangan ekonomi dan sebagai lahan lapangan kerja baru. Sementara di sisi kontra menganggap bahwa MNC menjadi bentuk penjajahan secara halus melalui ekonomi, karena menciptakan ketergantungan masyarakat kita terhadap produk perusahaan tersebut yang menyebabkan produk dalam negeri tidak mampu lagi bersaing. Hal lain yang seringkali dipermasalahkan dengan adanya MNC adalah

4

Imam Prihandono, 2008, Status dan Tanggung Jawab Multi National Companies (MNCs) dalam Hukum Internasional, Jurnal Universitas Airlangga Th.II. No.1, Januari-Juli 2008, hlm.69-84

5

(25)

4

masalah lingkungan, dimana MNC dianggap sebagai kapitalisme yang menguasai sumber daya alam kita serta memiliki sumbangsih besar dalam kerusakan lingkungan yang terjadi. Tentu saja hal tersebut dapat mempengaruhi hubungan antara keberlanjutan perusahaan dengan pemerintah dan juga masyarakat lokal. Menurut pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada Revrisond Baswir, MNC tidak lebih dari perpanjangan tangan VOC pada masa penjajahan, sebab ketergantungan rezim yang berkuasa terhadap modal asing masih besar, sehingga orang-orang yang mengusik kepentingan asing di sektor-sektor pertambangan maupun kehutanan tidak akan dibiarkan oleh asing untuk menjadi kepala negara di sini. Jadi hanya orang-orang yang bersahabat dengan kepentingan modal asing itu yang dibiarkan menjadi penguasa.6

Sebagai upaya untuk mengurangi anggapan bahwa MNC hanya bertujuan memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya, dewasa ini MNC semakin giat dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial atau yang lebih dikenal dengan

Corporate Social Responsibility (CSR). CSR yang pada awalnya bersifat kedermawanan dari perusahaan, semakin berkembang dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat di sekitarnya, dan juga kegiatan operasional perusahaan yang memberikan dampak negatif, seperti misalnya eksploitasi sumber daya yang mengakibatkan kerusakan lingkungan di sekitar wilayah operasi perusahaan.

6

(26)

5

Kewajiban perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial telah menjadi wacana global, terbukti dengan dibuatnya panduan standarisasi untuk tanggung jawab sosial perusahaan yang diberi nama ISO 26000: Guidance standard on social responsibility. CSR merupakan suatu bentuk komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama

stakeholder terkait, terutama adalah masyarakat sekitar di mana perusahaan tersebut berada. Secara tegas pemerintah Indonesia telah mengatur hal tersebut dalam pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) yang terbaru, yakni UU Nomer 40 Tahun 2007. Melalui undang-undang ini, pelaku industri atau perusahaan korporasi wajib untuk melaksanakan CSR, tetapi kewajiban ini bukan suatu beban yang memberatkan. Hal tersebut dilakukan mengingat pelaksanaan CSR di beberapa negara dilakukan secara sukarela, di mana pemerintah maupun masyarakat juga melakukan pengawasan secara ketat. Pendekatan community development (pengembangan masyarakat) semakin banyak diterapkan dalam pelaksanaan CSR, karena lebih mendekati konsep empowerment (pemberdayaan) dan sustainable development (pembangunan berkelanjutan)7.

Substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholders yang difasilitasi perusahaan dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat di sekitarnya. Stakeholder adalah individu, kelompok atau organisasi, baik laki-laki maupun perempuan, yang memiliki kepentingan, terlibat atau dipengaruhi (secara positif ataupun negatif) oleh suatu kegiatan atau program

7

Edi Suharto, 2008, Menggagas Standar Audit Program CSR: Initiating Audit Standard of

(27)

6

pembangunan8. Di dalam membangun suatu daerah diperlukan berbagai kerjasama antar stakeholders demi keberhasilan yang hendak dicapai9. Prinsip keberlanjutan mengedepankan pertumbuhan, khususnya bagi masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya dan kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan, dengan strategi yang memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya.

Unilever sebagai sebuah MNC telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1933. Dalam setiap aktivitas perusahaan, Unilever menerapkan prinsip keberlanjutan (sustainable). Pada bulan November 2010, Unilever membuat strategi baru dalam menjalankan bisnis, yaitu rencana hidup berkelanjutan Unilever yang disebut dengan Unilever Sustainable Living Plan (USLP), yang diterapkan di seluruh cabang Unilever di seluruh dunia. USLP menetapkan target untuk menjadi perusahaan yang menjalankan prinsip berkelanjutan dalam setiap aspek yang ada dalam perusahaan, yang akan dicapai Unilever pada tahun 2020, di antaranya adalah menggunakan bahan-bahan yang secara keseluruhan (100 persen) berasal dari sumber yang lestari (sustainable), mengurangi penggunaan air dalam proses mencuci, dan mengurangi limbah dari produk yang dihasilkan10. Untuk mencapai target tersebut, pimpinan Unilever Global menyadari diperlukan usaha untuk menyadarkan jutaan orang di seluruh dunia agar dapat berperan serta

8

Hetifah Sj. Sumarto, 2009, Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 prakarsa inovatif dan partisipatif di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm. 15

9

Soetji Andari, 2009, Peran CSR dalam Pembangunan Usaha Kesejahteraan Sosial. Jurnal

Media Info.Litkesos. Vol.33 No.4, Desember 2009. Hlm.291-304

10

(28)

7

dalam melakukan satu langkah kecil yang akan membawa perubahan pada hidup yang berkelanjutan. Salah satu contoh keseriusan Unilever dalam memperhatikan strategi tersebut adalah dilakukannya pemutusan kontrak pada tahun 2010 terhadap perusahaan penghasil CPO di Indonesia11, PT Sinar Mas, karena adanya laporan dari Greenpeace bahwa perusahaan tersebut telah melakukan perusakan hutan. Unilever Global melakukan pemutusan kontrak dengan PT Sinar Mas Agro Research and Technology (Smart). Langkah itu ditempuh karena adanya dugaan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) produksi Smart melanggar ketentuan ramah lingkungan dari Roundtable Sustainable on Palm Oil (RSPO) yang diacu Unilever12.

Dalam rangka mencapai tujuan untuk menyadarkan jutaan orang di dunia mengenai pentingnya hidup berkelanjutan, Unilever UK mendirikan Yayasan Unilever Global pada tanggal 27 Januari 201213. Yayasan tersebut bekerja sama dengan lima organisasi global yang mempunyai jangkauan di seluruh dunia, menjalankan program CSR Unilever di berbagai bidang. Pelaksanaan CSR yang lebih difokuskan pada negara berkembang dilakukan oleh Unilever UK sebagai wujud kepedulian terhadap berbagai masalah sosial yang ada di dunia, seperti misalnya kemiskinan, ketersediaan air bersih, dan gizi buruk pada balita. Permasalahan tersebut membutuhkan kepedulian dari kalangan perusahaan agar dapat ditangani segera, sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.

11

Suhendra, 2010, Mendag: Kasus Unilever dan Nestle tak ganggu Ekspor CPO RI, http://finance.detik.com/read/2010/03/25/181548/1325565/4/, diakses pada 4 Februari 2013.

12

Iqbal Muhtarom, Unilever Putus Kontrak dengan Sinar Mas Agro per 1 April, http://www.tempo.co/read/news/2010/03/13/090232336/Unilever-Putus-Kontrak-dengan-Sinar-Mas-Agro-per-1-April, diakses pada 3 Maret 2013

13

(29)

8

Unilever telah menjalankan program-program CSR sejak lama, yang dimulai dari masing-masing merek. Strategi USLP yang dijalankan Unilever mulai tahun 2010 membuat Unilever harus semakin serius dalam menjalankan CSR, agar mampu mencapai target di tahun 2020. Memperhatikan keseriusan Unilever Indonesia dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan prinsip keberlanjutan, penulis ingin meneliti tentang perbedaan Unilever Indonesia dengan Unilever pusat yang berkedudukan di Inggris (Unilever UK) sebagai home country, terutama mengenai pelaksanaan CSR di kedua negara tersebut. Pelaksanaan CSR Unilever di kedua negara tersebut akan dianalisa melalui sudut pandang liberalis, di mana perusahaan menjalankan CSR sebagai bagian dari kewajiban terhadap stakeholders, bersamaan dengan tujuan untuk meningkatkan laba. Perbandingan dalam implementasi CSR di kedua negara didasarkan pada penerapan ISO 26000. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengkaji masalah tersebut secara lebih mendalam dalam bentuk skripsi dengan judul Perbandingan Pelaksanaan CSR Unilever di UK sebagai Home Country dan Indonesia sebagai Host Country.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah berupa :

“Bagaimana Perbandingan Pelaksanaan CSR Unilever di United Kingdom

(30)

9

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pelaksanaan CSR Unilever di United Kingdom sebagai Home Country dan Indonesia sebagai Host Country.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan peneliti ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Secara akademis diharapkan dapat menambah informasi atau wawasan yang lebih konkrit tentang pelaksanaan CSR oleh Unilever sebagai sebuah MNC, umumnya bagi lembaga legislatif, pemerintah, para praktisi ekonomi dan khususnya pengusaha mengenai kerjasama dua negara dalam bidang ekonomi yang berkaitan dengan MNC, serta pengetahuan bagi masyarakat mengenai MNC (Multinational Corporation). Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan Ilmu Hubungan Internasional pada umumnya dan khususnya berkaitan mengenai masalah CSR sebagai wilayah mata kuliah Internasional dan domestik, dan mata kuliah ekonomi internasional.

2. Manfaat Praktis

(31)

10

pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial. Sedangkan untuk pemerintah manfaat yang dapat diperoleh dari adanya program Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu dapat menjadi bahan acuan pola bisnis MNC di Indonesia, dan pemerintah semakin serius dalam mengawasi efektivitas CSR yang dilakukan MNC apakah benar-benar dilaksanakan sesuai peraturan yang ada.

1.4.Teori dan Konsep

1.4.1. Konsep MNC (Multinational Corporation)

Menurut Mensch14, MNC didefinisikan sebagai entitas yang melakukan kegiatan usaha di beberapa negara melalui cabang-cabang dan anak-anak perusahaannya di seluruh dunia (terutama di negara-negara berkembang) di mana kantor pusatnya terletak di negara-negara maju. Menurut Nopirin, MNC adalah perusahaan yang kegiatan bisnisnya bersifat internasional dan lokasi produksinya terletak di beberapa negara. Dalam hal ini cabang di luar negeri tidak hanya dimiliki oleh perusahaan induk tetapi juga operasi atau kegiatan cabang tersebut dikontrol dan diawasi perusahaan induk.15 Pemahaman mengenai MNC beragam, ditandai dengan begitu banyak pengertian mengenai MNC antara lain:

Menurut kamus ekonomi MNC adalah sebuah perusahaan yang wilayah operasionalnya meliputi sejumlah negara dan memiliki fasilitas produksi dan service di luar negaranya sendiri.

Menurut Alan.M Rugman, MNC merupakan perusahaan yang beroperasi melintasi batas negara, berproduksi di luar negeri selain di dalam negeri. Multinational Corporation ini sedikitnya berproduksi di satu negara asing.16

14

Imam Prihandono, op.cit., hlm.69-84

15

Nopirin, 1994, Ekonomi Internasional Edisi Kedua, Yogyakarta: Universitas Gadja Mada, hal 113

16

Pandji Anoraga, 1995, Perusahaan dan Penanaman Modal Asing, Jakarta: PT. Dunia

(32)

11

Pengertian tersebut sesuai yang dijelaskan Yanuar bahwa MNC beraktivitas di negara asal yang disebut home country dan dalam rangka ekspansi mempunyai cabang di negara tujuan yang disebut dengan host country. Pendirian cabang di negara tujuan (host country) seringkali dilakukan dalam bentuk investasi langsung dengan cara mendirikan perusahaan baru, ekspansi perusahaan atau melakukan joint-venture dimana suatu perusahaan sahamnya dimiliki oleh dua atau lebih perusahaan sebagai partner.

Home country (negara asal) adalah tempat di mana suatu perusahaan yang kemudian berkembang menjadi MNC didirikan. Peraturan yang berlaku di negara asal (home country) sangat berpengaruh terhadap sistem bisnis yang dijalankan suatu MNC. Hal ini dikenal sebagai pengaruh negara asal (home country effect)17, yang berarti bahwa perusahaan multinasional mentransfer praktek manajerial dari negara asalnya ke negara tempat mereka beroperasi. Sistem bisnis MNC meliputi struktur manajemen internasional dan mekanisme kontrol keuangan, di mana posisi strategis selalu diduduki oleh tenaga ahli dari negara asal MNC untuk menjaga integritas internasional yang dimiliki suatu MNC. Pola seperti ini yang kemudian menimbulkan rasa ketidakadilan bagi negara tempat MNC beroperasi.

Host country (negara tujuan) sebagai negara tempat MNC beroperasi juga memberikan pengaruh terhadap strategi yang dijalankan oleh MNC. Pengaruh

host country dapat dilihat dari dua faktor18. Pertama, kesenjangan institusional antara host country dan home country. Semakin berbeda kelembagaan keduanya, semakin mudah untuk mengidentifikasi pengaruh host country. Kedua, pentingnya

17

Michael Muller-Camen, et.al.,2001, Between Home and Host Country: Multinational and Employment Relations in Europe. Industrial Relations Journal 32:5.

18

(33)

12

kekuatan regulasi kelembagaan nasional. Semakin kuat regulasi kelembagaan pada host country, semakin besar tekanan yang dirasakan MNC untuk mematuhi sistem bisnis yang ada di negara tersebut.

Menurut Nopirin keuntungan yang didapat oleh home country berbentuk kenaikan pendapatan (dividen pemilik saham, gaji karyawan) ataupun risiko lebih kecil dari pemilik faktor produksi serta biaya produksi lebih rendah dengan diperolehnya bahan baku yang lebih murah di negara tujuan19. Berikut ini adalah tiga alasan ekspansi perusahaan multi nasional ke negara-negara berkembang menurut Hadiwinata20, yaitu:

1. Keuntungan (profit)

Untuk memperbesar perolehan keuntungan, MNC harus memperluas skala operasi perusahaan melampaui batas-batas negara. Karena keterbatasan dan kejenuhan pasar dalam negeri, maka banyak MNC yang melebarkan sayap ke negara-negara berkembang, dengan mempertimbangkan upah buruh yang lebih rendah dan memperkecil jarak dengan konsumen.

2. Daur Hidup Produk

Pada saat sebuah produk memasuki tahap di mana hampir semua perusahaan telah menguasai teknologi untuk memproduksi produk tersebut, maka MNC harus menurunkan biaya produksi serendah-rendahnya. Oleh karena itu, MNC terpaksa memindahkan pabriknya ke negara berkembang yang memiliki tingkat upah buruh lebih rendah.

19

Nopirin, op.cit.

20

(34)

13

3. Transfer Teknologi

Negara berkembang bersedia menerima kehadiran MNC dengan harapan akan memperoleh teknologi baru yang dimiliki MNC.

Selain negara asal, negara tujuan juga mendapatkan keuntungan yakni, kenaikan pendapatan, pembentukan modal, tersedianya lapangan kerja dan yang paling nyata nampaknya adalah adanya transfer teknologi. Dalam jangka pendek teknologi yang dibawa MNC dapat menaikkan kualitas produk, sementara dalam jangka panjang dapat memperbaiki sistem perekonomian negara tujuan meskipun MNC tidak lagi beroperasi di negara tersebut.

Sebuah perusahaan harus sigap dalam memilih bentuk strategi agar dapat mencapai keunggulan bersaing, sehingga konsep sosial harus menjadi bagian dari strategi perusahaan. Konsep sosial ini berkaitan dengan kegiatan tanggung jawab sosial yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat lokal atau masyarakat sekitar perusahaan, karena kesuksesan sebuah perusahaan juga membutuhkan adanya lingkungan masyarakat yang sehat. Lebih jauh lagi dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat di sekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu mendapatkan apresiasi. Apresiasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh kegiatan CSR perusahaan. Hal ini karena perusahaan dan masyarakat pada dasarnya merupakan kesatuan elemen yang dapat menjaga keberlangsungan perusahaan itu sendiri.

(35)

14

operasi bisnis yang dilakukan perusahaan secara normal menimbulkan dampak terhadap masyarakat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan dampak dan semua aktivitas produksinya, aktivitas pengembangan sumberdaya manusia, pemasaran, penjualan dan aktivitas lainnya dan kedua, outside-in linkages, aktivitas masyarakat (kondisi sosial eksternal) dapat mempengaruhi kinerja atau aktivitas perusahaan baik dampak positif maupun dampak buruk terhadap perusahaan, meliputi kuantitas dan kualitas input bisnis yang tersedia sumber daya manusia, infrakstruktur transportasi, besar dan kompleksitas permintaan daerah setempat, ketersediaan industri pendukung di daerah setempat.21

Untuk mengakomodasi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar, pada saat ini telah umum dikenal istilah CSR (Corporate Social Responsibility). Bagi MNC, pelaksanaan CSR digunakan untuk memastikan operasional perusahaan di berbagai negara menguntungkan kedua belah pihak, menciptakan win-win situation bagi negara asal MNC dan negara tujuan.

1.4.2. Konsep CSR (Corporate Social Rensponsibility)

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep yang terus berkembang, konsep ini berangkat dari pemikiran Adam Smith mengenai

invisible hand, dimana sebuah perusahaan tidak hanya berbisnis demi kepentingannya atau self interest tetapi bagaimana perusahaan bergerak dengan mengedepankan kebutuhan masyarakat. Adam Smith, yang dikenal sebagai pencetus prinsip-prinsip liberalisasi ekonomi, menyatakan bahwa sebuah

21

Hasan Djuhaendah, 2009. Pengkajian Hukum Tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi

(36)

15

perusahaan tidak hanya berbisnis demi kepentingannya (self-interest) saja, tetapi secara bersamaan juga bergerak dengan mengedepankan kebutuhan masyarakat. Adam Smith menggunakan metafora invisible hand untuk menggambarkan bahwa pada saat seseorang atau perusahaan mencari kesejahteraan dengan menjalankan kepentingannya (self-interest), sebagai dampaknya akan tercipta kesejahteraan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi terjadi karena pasar menentukan penjualan dan harga produk berdasarkan keuntungan yang diperoleh seluruh komunitas, karena para pelaku pasar mengikuti kepentingannya sendiri. Perusahaan akan menjalankan metode paling efisien untuk memaksimalkan keuntungan, namun juga harus menekan harga karena adanya pesaing. Yang lebih utama, para investor (pemilik modal) akan berinvestasi pada perusahaan yang mampu menjamin dapat memberikan keuntungan karena mampu menciptakan nilai. Oleh karena itu maka modal akan jatuh pada perusahaan yang paling mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi, dan segala sesuatu akan secara otomatis dibimbing oleh tangan yang tidak kelihatan (invisible hand)22.

Pandangan Adam Smith tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh John Elkington, yang menyatakan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan berpartisipasi aktif dalam menjaga lingkungan (planet). Konsep ini dikenal dengan triple bottom line, yaitu economis prosperity, environmental quality, dan social justice. Dalam konsep ini, perusahaan tidak hanya mempunyai

22

John D. Martin, J.William Petty, dan James S. Wallace, 2009, Value Based Management

(37)

16

tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang tercermin dalam kondisi finansial-nya, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Bagi para investor, kinerja triple bottom line merupakan suatu usaha yang lebih baik bagi keberhasilan jangka panjang suatu perusahaan, karena sesuai dengan pengembangan berkelanjutan23.

Konsep CSR dimunculkan pertama kali sekitar tahun 1953 oleh Howard Bowen yang menerbitkan buku berjudul Social Responsibility of Businessman. Bowen kemudian dikenal sebagai bapak CSR. Pengertian CSR menurut Lingkar Studi Indonesia adalah upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan agar dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan”. Secara implisit, definisi tersebut berarti mengajak perusahaan untuk memberikan manfaat atas kehadirannya bagi umat manusia. Wibisono24 menyatakan bahwa CSR dipandang sebagai suatu investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan perusahaan. Keberlanjutan usaha suatu perusahaan akan terjamin apabila perusahaan tidak hanya mementingkan keuntungan semata, namun juga memperhatikan secara serius dimensi sosial dan lingkungan. Kedua dimensi tersebut berjalan beriringan dengan usaha meningkatkan keuntungan, sehingga perusahaan menanganinya secara serius dalam rangka meningkatkan keberlanjutan operasi perusahaan. Dengan kata lain, CSR harus mampu

23

Bill Wallace, 2005, Becoming Part of the Solution: The Engineer’s Guide to Sustainable

Development, Washington DC: American Council of Engineering Community. hlm.39

24

Yusuf Wibisono. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social

(38)

17

mengintegrasikan konsep Triple Bottom line (Profit, People, Planet) yaitu keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan.

Konsep Triple Bottom Line sesuai dengan teori ekonomi

Dari definisi di atas terlihat bahwa CSR menjadi kewajiban yang berlaku pada setiap perusahaan. Dalam rangka membangun kesadaran tanggung jawab sosial tersebut, pemerintah Indonesia melalui DPR pada tanggal 20 Juli 2007 mengesahkan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), yang menandai babak baru pengaturan CSR di Indonesia25. Keempat ayat dalam pasal 74 UU no. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menetapkan kewajiban semua perusahaan di bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pembangunan ekonomi yang dilakukan dengan mengundang investor asing mengakibatkan negara berkembang menghadapi fenomena pencemaran dan kerusakan lingkungan yang cukup mengkhawatirkan, baik eksploitasi sumber daya yang kurang terkendali maupun dominannya kepentingan ekonomi yang seringkali mengabaikan dampak lingkungan hidup. Kondisi tersebut menyebabkan hak asasi manusia akan lingkungan hidup yang sehat dan bersih sering terabaikan. Pada KTT Bumi (Earth Summit) tahun 1992 di Rio de Janeiro (Brasil) disepakati perubahan paradigma pembangunan ekonomi, dari economic growth (pertumbuhan ekonomi) menjadi sustainibility development

(pembangunan berkelanjutan). Pembangunan berkelanjutan harus diperhatikan,

25

Ellita Rahmi, 2011, Standarisasi Lingkungan (ISO 26000) Sebagai Harmonisasi

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Instrumen Hukum di Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum

(39)

18

tidak hanya oleh negara, namun terlebih lagi oleh kalangan korporasi yang kekuatan kapitalnya makin menggurita. Dalam perspektif perusahaan, keberlanjutan dimaksud sebagai suatu program sebagai dampak dari usaha-usaha yang telah dirintis, berdasarkan konsep kemitraan dan rekanan dari masing-masing stakeholder.

Pada bulan September 2004, ISO (International Organization for Standardization) sebagai induk organisasi internasional berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim (working grup) yang merintis lahirnya panduan standarisasi untuk tanggung jawab sosial perusahaan yang diberi nama ISO 26000: Guidance standard on social responsibility26. ISO 26000 memberikan prinsip-prinsip dasar, isu-isu universal, dan kerangka pikir yang menjadi landasan umum bagi penyelenggaraan social responsibility oleh setiap organisasi, tanpa membedakan ukuran dan jenis organisasi. ISO 26000 dimaksudkan untuk melengkapi dan memperkuat berbagai konsensus internasional, misalnya tentang lingkungan, hak asasi manusia, perlindungan pekerja, dan lain sebagainya.

ISO 26000 menjelaskan subjek inti dan isu yang terkait dengan tanggung jawab sosial. Tiap subjek mengandung informasi mengenai lingkup, kaitan dengan tanggung sosial, prinsip dan pertimbangan terkait, serta kegiatan dan harapan untuk subjek tersebut. Berikut ketujuh subjek inti yang dibahas di dalam ISO 2600027:

26

Mas Achmad Daniri, Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, http://www.madani-ri.com, diakses pada 8 Desember 2012.

27

(40)

19

1. Tata kelola organisasi (organizational governance): sistem pengambilan dan penerapan keputusan perusahaan dalam rangka pencapaian tujuannya.

2. Hak asasi manusia (human rights): hak dasar yang berhak dimiliki semua orang sebagai manusia, yang antara lain mencakup hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

3. Praktik ketenagakerjaan (labour practices): segala kebijakan dan praktik yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan di dalam atau atas nama perusahaan. 4. Lingkungan (the environment): dampak keputusan dan kegiatan perusahaan

terhadap lingkungan.

5. Prosedur operasi yang wajar (fair operating procedures): perilaku etis organisasi saat berhubungan dengan organisasi dan individu lain.

6. Isu konsumen (consumer issues): tanggung jawab perusahaan penyedia barang/jasa terhadap konsumen dan pelanggannya.

7. Pelibatan dan pengembangan masyarakat (community involvement and development): hubungan organisasi dengan masyarakat di sekitar wilayah operasinya.

(41)

20

pasar merupakan dasar bagi tatanan yang murni bebas sebab kebebasan ekonomi merupakan syarat utama bagi kebebasan politik28. Pasar bebas akan mengakibatkan peran pemerintah dalam membuat peraturan akan menjadi minimal, sehingga para pelaku ekonomi dapat berperan lebih luas. Namun demikian pandangan tersebut mendapatkan perlawanan dari berbagai pihak yang menyatakan bahwa globalisasi ekonomi telah menimbulkan persoalan-persoalan serius dalam pemerataan kesejahteraan. Bagi pihak pengkritik liberalisasi, globalisasi ekonomi dianggap bertanggung jawab terhadap meluasnya kemiskinan di negara-negara Dunia Ketiga, kehancuran lingkungan hidup, dan kehancuran kapital sosial di banyak negara. Kesadaran MNC untuk mulai berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat menyebabkan mulai munculnya istilah CSR.

Menurut Soemanto29, implementasi program CSR pada suatu daerah dapat dilakukan berdasarkan besar-kecilnya dampak yang ditimbulkan oleh suatu perusahaan, yang umumnya terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1. Ring 1, yaitu daerah yang menerima dampak paling besar. Daerah yang menjadi prioritas pertama ini tidak selalu berada dekat dengan perusahaan. 2. Ring 2, yaitu daerah yang menjadi tempat pembangunan infrastruktur

pendukung perusahaan sehingga menimbulkan dampak fisik maupun psikologi.

28

Puji Rianto, 2004, Globalisasi, Liberalisasi Ekonomi dan Krisis Demokrasi, Jurnal Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Vol.8 No.2, November 2004.

29

Bakdi Soemanto,dkk. 2007, Sustainable Corporate Implikasi hubungan Harmonis

(42)

21

3. Ring 3, yaitu wilayah yang menerima dampak paling kecil atau sama sekali tidak ada dampak negatif.

Penelitian ini akan menunjukkan perbandingan pelaksanaan CSR di Unilever yang berkedudukan di UK sebagai home country dengan yang berada di Indonesia sebagai host country. Sebagai sebuah MNC yang telah lama beroperasi, daerah yang menjadi sasaran program CSR Unilever sudah sangat luas. Sebagaimana yang dilakukan oleh Unilever Indonesia, dengan dua pabrik yang berkedudukan di Jakarta dan Surabaya, wilayah CSR sudah menjangkau ke kota Makasar. Strategi PT. Unilever sebagai MNC dalam menjaga eksistensinya adalah melalui program-program CSR yang menganut konsep berkelanjutan (sustainable) dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Sebagaimana dikatakan Davis dan Blostrom, bahwa CSR harus mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat lokal dan CSR dapat mempengaruhi citra performa perusahaan, yang merupakan tujuan suatu perusahaan selain mencari keuntungan30, karena dengan terbentuknya citra yang positif maka strategi untuk menjaga eksistensi suatu perusahaan tersebut dapat berhasil.

1.5. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian, berikut ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis, antara lain:

30

John B. Cullen,1999, Multinational Management A Strategic Approach, Ohio: South

(43)

22

Penelitian pertama31 dengan judul “Peranan Multinational Corporations

Dalam Industrialisasi di Indonesia Pada Era Orde Baru”. Penelitian ini menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 1960-an hingga 1990-an. Poin utama dalam penelitian tersebut adalah faktor-faktor ekonomi dan politik yang menjadi dasar penentuan kebijakan pemerintah Indonesia terhadap penanaman modal asing. Hasil penelitian menunjukkan industrialisasi di Indonesia pada masa orde baru menyebabkan pembangunan meningkat, namun membuat Indonesia tergantung pada modal asing, seperti dalam bentuk MNC. Di sisi lain MNC lebih memilih untuk menggunakan teknologi tinggi, yang mengakibatkan industri di Indonesia sangat tergantung pada peralatan impor dan teknisi asing. Fokus penelitian mengenai MNC ini adalah kondisi sosial ekonomi Indonesia yang melatarbelakangi kebijakan pemerintah terhadap penerimaan MNC, sementara dalam penelitian saat ini penulis akan menjelaskan kebijakan pemerintah dalam tanggung jawab sosial yang harus dilakukan oleh MNC.

Pada penelitian kedua32 yang berjudul Pengawasan Pemerintah terhadap Kewajiban Corporate Social Responsibility di Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi pada PT. Telkom dan PT. Sari Husada)”, dijelaskan mengenai implementasi kewajiban CSR di kedua perusahaan, serta konsep dan mekanisme pengawasan dari pemerintah terhadap penerapan CSR tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi CSR di kedua perusahaan dilaksanakan

31

J. Heryanto, 2003, Peranan Multinational Corporations Dalam Industrialisasi di Indonesia Pada Era Orde Baru, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol.5, No.1, Maret 2003: 17-24

32

Fadia Fitriyanti dan Mukti Fajar ND., 2008, Pengawasan Pemerintah terhadap Kewajiban

Corporate Social Responsibility di Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi pada PT. Telkom dan PT.

(44)

23

berdasarkan prinsip dasar dan motivasi yang berbeda, antara lain melalui pemberian sumbangan (donasi), maupun pemberdayaan masyarakat (community development). Melalui donasi MNC mendapatkan pencitraan dan nama baik, namun tidak mendapatkan nilai tambah secara ekonomi karena masyarakat yang dibantu tidak memberikan timbal balik. Sementara melalui community development sebagai bentuk CSR yang paling banyak dijalankan, masyarakat menjadi berdaya dan mandiri sehingga dalam jangka panjang MNC tidak perlu memberi bantuan secara terus menerus kepada masyarakat. Penelitian ini memberikan kontribusi tentang peraturan-peraturan pemerintah Indonesia mengenai CSR, sementara dalam penelitian saat ini penulis akan menunjukkan pelaksanaan peraturan terbaru pemerintah mengenai CSR yang dijalankan oleh Unilever.

Penelitian ketiga33 dengan judul “Corporate Social Responsibility (CSR) di Asia: Sebuah Studi Pelaporan Website CSR di Tujuh Negara”, memberikan analisa mengenai pelaksanaan CSR di India, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Korea Selatan, yang dibandingkan dengan Inggris. Penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan baru dalam pelaksanaan CSR juga telah dilakukan negara-negara di Asia, meskipun sedikit tertinggal dengan Barat. Aktivitas CSR di ketujuh negara tersebut sangat beragam, berkaitan erat dengan latar belakang sosial budaya yang dimiliki masing-masing negara. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa globalisasi merupakan salah satu faktor yang mendorong CSR, karena perusahaan-perusahaan Barat yang beroperasi di Asia

33

(45)

24

harus menerapkan atau mengadaptasi kebijakan CSR sesuai dengan kondisi setempat. Dalam penelitian mengenai perbandingan CSR tersebut diketahui secara umum perbandingan CSR di Indonesia dan Inggris, sementara penelitian yang penulis lakukan saat ini akan menjelaskan secara khusus perbandingan pelaksanaan CSR di PT. Unilever yang berada di UK sebagai home country, dan Indonesia sebagai host country.

1.6. Metodologi Penelitian

1.6.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif komparatif, yaitu mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia, untuk kemudian saling diperbandingkan. Fenomena tersebut bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya34.

Berdasarkan topik kajian penelitian ini berusaha untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang perbandingan pelaksanaan CSR PT. Unilever di home country dan host country.

1.6.2. Kriteria Perbandingan

Judul penelitian ini adalah Perbandingan Pelaksanaan CSR pada MNC (Unilever) di Home Country dan Host Country. Penelitian ini menggunakan analisa perbandingan, yaitu penjelasan mengenai keadaan yang dijalankan oleh sebuah perusahaan yang beroperasi di dua negara yang berbeda. Kriteria

34

(46)

25

perbandingan yang digunakan adalah pelaksanaan CSR berdasarkan ISO 2600035, yang merupakan pedoman CSR secara internasional. Pada ISO 26000 terdapat tujuh masalah pokok yang harus dilaksanakan dalam seluruh aktivitas perusahaan. Namun dalam penelitian ini pembahasan hanya difokuskan pada lima prinsip yaitu pengembangan masyarakat, konsumen, praktek kegiatan institusi yang sehat, lingkungan, dan organisasi kepemerintahan. Masalah ketenagakerjaaan dan hak asasi manusia tidak dibahas agar penelitian dapat lebih terperinci. Dalam penelitian ini unit analisa adalah pelaksanaan CSR dan unit eksplanasinya adalah PT. Unilever. Pelaksanaan CSR dianalisa melalui pedoman ISO 26000 sehingga didapatkan deskripsi yang jelas mengenai CSR di PT. Unilever.

1.6.3. Ruang Lingkup Penelitian

1. Batasan Materi

Batasan materi menunjukkan muatan yang tercakup dalam penelitian ini, yaitu perbandingan pelaksanaan CSR pada PT Unilever di home country dan host country. Penelitian ini berfokus pada upaya untuk melakukan penggalian terhadap berbagai kegiatan, dampak positif, serta hasil yang telah dicapai melalui CSR di kedua negara. Lingkup penelitian diperluas dengan upaya mendeskripsikan peraturan-peraturan yang berlaku di masing-masing negara terkait pelaksanaan CSR.

2. Batasan Waktu

Batasan waktu penelitian ditetapkan dengan mendasarkan pada data-data relevan yang dapat ditemukan sebagai dasar observasi penelitian. Rentang waktu

35

(47)

26

data yang ditetapkan sebagai batas waktu penelitian adalah data yang diperoleh mulai tahun 2010 hingga 2013. Dengan diterapkannya konsep USLP terhadap pelaksanaan CSR di Unilever pada tahun 2010, penulis ingin mengetahui strategi-strategi terbaru yang dilakukan oleh Unilever UK dan Unilever Indonesia dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

1.6.4. Data Penelitian

1. Jenis dan Sumber Data

Data penelitian dikelompokkan ke dalam dua jenis menurut kategorinya yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berbentuk angka-angka sedangkan data kualitatif berbentuk uraian tanpa melibatkan ukuran-ukuran matematis.

(48)

27

2. Konseptualisasi Penelitian

Gambar 1.1. Konseptualisasi Penelitian

1.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini didasarkan pada pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif, di mana data-data yang dianalisis merupakan pelaksanaan CSR di PT. Unilever Indonesia dan UK. Berdasarkan jenis penelitiannya, fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber tersebut dianalisis sebagai fokus kajian yang diangkat dalam penelitian.

(49)

28

Secara keseluruhan, tahapan-tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian dari angka. Data yang telah dikumpulkan dengan macam cara yaitu melaui proses pengamatan, wawancara, dan selanjutnya diproses melalui perekaman, pencatatan, pengetikan dan menggunakan kata-kata yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas

b. Reduksi data

Reduksi data adalah proses memilih data sehingga diperoleh hal-hal yang pokok, fokus pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.36 Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan analisis data

c. Penyajian data

Sekumpulan informasi yang tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar kategori disertai dengan argumen-argumen kualitatif untuk membentuk gambaran penjelasan tentang fokus kajian yang diangkat.

d. Pembahasan

Merupakan suatu kegiatan menarik konfigurasi yang menyeluruh atau menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang telah didapatkan oleh peneliti.

36

(50)

29

Pada tahap ini data-data yang diperoleh saling diperbandingkan, sehingga diperoleh persamaan dan perbedaan yang jelas.

1.8. Struktur Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan yang merupakan pengantar dari keseluruhan penulisan skripsi yang memuat tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori/konsep, dan metode penelitian.

BAB II PERATURAN MENGENAI CSR DI UK DAN INDONESIA SERTA

SEJARAH UNILEVER DI UK DAN INDONESIA

Bab ini berisi tentang kondisi sosial politik Inggris dan Indonesia, terutama mengenai kebijakan kedua negara tentang CSR, dan sejarah perkembangan Unilever di kedua negara.

BAB III DESKRIPSI DAN ANALISIS PERBANDINGAN PELAKSANAAN CSR PT. UNILEVER PADA UK SEBAGAI HOME COUNTRY DAN INDONESIA SEBAGAI HOST COUNTRY

Bab ini berisi tentang pola operasional CSR yang dijalankan oleh Unilever pada UK dan Indonesia, serta analisis perbandingan dalam pelaksanaan CSR Unilever di UK dengan Indonesia.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar

Gambar 1.1. Konseptualisasi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

sebagai media pembelajaran, (ii) kejelasan konsep materi yang disampaikan menggunakan program Cabri 3D, (iii) kesesuaian warna, tulisan, dan gambar pada program

Rumpun bangsa domba yang terlibat dalam penelitian ini terdiri atas 34 ekor domba Garut (GG), 12 ekor domba persilangan Moulton Charollais (MM) x Garut (GG) atau disebut

Maksudnya orang tua harus berusaha mendidik anak agar anak itu bisa menjadi anak yang baik apalagi bisa menjadi anak yang solih solihah yang bisa mendoakan orang

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dosis optimum dari pemberian bokashi Titonia (Titonia diversifolia) terhadap serapan P dan produksi Bawang Merah (Allium

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Ujilah pernyataan pemilik salon bahwa rata-rata konsumennya dapat terlayani setelah menunggu lebih dari 12 menit, jika besarnya selisih data tidak diperhatikan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Total Quality Management, sistem pengukuran kinerja, dan sistem penghargaan terhadap kinerja manajerial yang diukur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran tepung daun pegagan dalam ransum sebagai feed additive tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P>0,5)