• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Luar Negeri China Masa Hu Jintao dalam Upaya Demokratisasi Myanmar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Luar Negeri China Masa Hu Jintao dalam Upaya Demokratisasi Myanmar"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan China masa Hu Jintao dikenal dengan “peaceful development”.

Sehingga dalam beberapa kali kesempatan China terlihat aktif dalam kerjasama

ekonomi regional seperti ASEAN+1, ASEAN+3, Uni Eropa, NATO, Shanghai

Cooperation Organisation (SCO), G7 dan PBB. Diluar konteks ekonomi China

juga melakukan cara-cara kooperatif, perilaku China tersebut diwujudkan dalam

upaya resolusi yang dilakukannya dalam berbagai konflik regional seperti krisis

nuklir di semenanjung Korea dan Iran, sengketanya dengan Vietnam terkait

masalah Laut China Selatan, serta upaya resolusi terhadap permasalahan HAM di

Myanmar.1

Mearshimer mengatakan China tidak akan meningkat secara damai, karena

jika China terus tumbuh selama beberapa dekade mendatang Amerika Serikat dan

China kemungkinan akan terlibat dalam kompetisi keamanan dengan potensi

besar untuk perang. Kemudian sebagian besar tetangga China India, Jepang,

Singapura, Korea Selatan, Rusia, Vietnam, akan bergabung dengan AS untuk

membendung kekuatan China.2

Menurut Jianyong Yue, lulusan Beijing Foreign study University,

kebangkitan China saat ini melibatkan dua isu penting, apakah China naik atau

1 Sujian Go,”Challenges and Opportunities for China’s “Peaceful Rise

<http://bss.sfsu.edu/sguo/My%20articles/006%20Introduction.pdf> diakses tgl 3 juli 2011

2

John Mearshimer, Can China Rise Peacefully, 2004

(2)

2 telah meningkat? jika jawabnya ya, maka China akan menjadi kekuatan status quo

atau revisionis dalam perdebatan. Pandangan barat khususnya AS dan Jepang

dipenuhi kecurigaan realis bahwa China mungkin atau pasti menentang sistem

internasional, dengan melihat kebijakan China di Iran dan Korea Utara.

Sedangkan perspektif ekonomi politik internasional melihat bahwa China akan

tetap menjadi status quo karena China ingin menjaga pertumbuhan ekonominya

yang bergantung pada sistem internasional yang saat ini masih didominasi AS,

selain itu China dirasa belum mempunyai kapasitas untuk menentang AS karena

tingkat ekonomi, politik dan militernya yang masih jauh tertinggal dari AS.3

Kebangkitan damai China ini yang ingin dibahas oleh penulis, dengan

melihat alsan dibalik kebijakan luar negeri China saat melakukan intervensi pada

negara-negara yang sedang berkonflik, namun tidak pada Korea Utara, Iran, dan

Vietnam, melainkan khusus pada isu transisi demokrasi Myanmar.

Myanmar adalah negara yang pernah menganut sistem demokrasi paska

kemerdekaannya dari Inggris di tahun 1948. Namun sistem ini hanya mampu

bertahan selama 14 tahun, karena pada tahun 1962 Ne Win dari golongan junta

militer berhasil melakukan kudeta dan menggulingkan pemerintahan sipil yang

saat itu dipimpin oleh Perdana Menteri U Nu. Kekuasaan Ne Win bertahan

4 M. Adnan Firnas, 2003, “Prospek Demokrasi Di Myanmar”, Jurnal Ilmiah, vol.2 No.2,

(3)

3 Kerasnya kepemimpinan militer tidak menghentikan perjuangan

demokrasi yang dilakukan Aung San Suu Kyi pemimpin National league for

democration (NLD). Terbukti pada tahun 1990 NLD berhasil memenangkan

pemilu, walau hasil pemilu dianulir oleh junta militer. Demokrasi gagal berdiri,

militer tetap memegang tampuk kekuasaan sampai sekarang dibawah

kepemimpinan Jendral Than Swe.5

Transisi demokrasi yang berlangsung di Myanmar diikuti dengan

pemberontakan antara golongan sipil dan militer, tidak jauh berbeda dengan

Indonesia pada orde reformasi. Selama proses transisi terjadi dua kali

pemberontakan besar di Myanmar yakni tahun 1988 dan 2007. Akibatnya banyak

masyarakat yang menjadi korban dan mengalami pelanggaran HAM, karena junta

militer tidak segan-segan menghabisi pemberontak yang dianggap sebagai lawan

politiknya. Militer juga menangkap aktivis HAM dan demokrasi Aung San Suu

Kyi Yang berkali-kali dikenai tahanan rumah dan kerap mengalami percobaan

pembunuhan.

Kekacauan politik dalam negeri Myanmar membuat rakyatnya merasa

tidak aman. Penduduk Myanmarpun memutuskan untuk pergi mengungsi ke

beberapa daerah di perbatasan termasuk China, akibatnya ketegangan hubungan

pernah terjadi akibat konflik di wilayah perbatasan China dan Myanmar namun

pada akhirnya bisa ditanggulangi secara damai.

Konflik politik Myanmar tidak kunjung selesai membuatnya mendapat

tekanan dari dunia Internasional, namun China justru memberi dukungan kepada

5

(4)

4 Myanmar dengan melakukan veto pada draft resolusi yang dibuat oleh Dewan

Keamanan PBB tahun 2007, draft tersebut diberi judul “The Situation in Myanmar”. China juga memberikan bantuan persenjataan kepada Myanmar untuk

mengatasi kekacauan politik dalam negeri, serta ada upaya-upaya perundingan

damai di antara kedua belah pihak yang dilakukan untuk menyelesaiakan

beberapa masalah etnis di wilayah perbatasan.

Begitulah hubungan antara China dan Myanmar. Dalam sebuah

kesempatan ketika presiden Hu Jintao bertemu dengan perdana menteri Myanmar

Khin Nyunt pada 13 juli 2004 menyatakan bahwa China dan Myanmar sudah

menikmati persahabatan yang lama, China juga akan mendukung Myanmar dalam

upaya menjaga stabilitas sosial dan mempromosikan rekonsiliasi nasional. Hu

Jintao juga mengatakan China dan Myanmar adalah tetangga yang saling ramah

satu sama lain selama jangka waktu yang panjang, kedua belah pihak saling

menghormati dan saling percaya atas dukungan yang ditawarkan satu sama lain.6

Kebijakan damai China kepada Myanmar diduga karena secara geografis

Myanmar bernilai strategis, yang terletak di antara propinsi Yuan China dan jalur

laut Samudera Hindia ke teluk Persia, China juga mempunyai kepentingan

geostrategik baru dan sedang meningkat di Myanmar. Barang-barang konsumen

yang diproduksi China disambut baik oleh Myanmar, selain itu BUMN China

telah beroperasi untuk melakukan eksplorasi minyak di Myanmar.7

6

Hu jintao meets with prime minister of myanmar

<http://www.mfa.gov.cn/eng/wjb/zzjg/yzs/gjlb/2747/2749/t235761.htm> diakses tgl 27 September 2010

7

(5)

5 Menarik memang ketika membahas kebijakan luar negeri China di

Myanmar. Karena hubungan diantara keduanya kerap dihadapkan pada isu-isu

yang potensial untuk memicu konflik, namun kenyataannya mereka saling ramah

dan menghormati, sehingga hal ini menjadi daya tarik penulis untuk lebih dalam

meneliti apa sebenarnya alasan dibalik perlindungan diplomatik yang diberikan

China kepada Myanmar.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, ada hal yang menarik untuk diteliti yakni,

mengapa kebijakan luar negeri China berusaha melindungi Myanmar dari tekanan

dunia internasional? Sementara banyak negara-negara lain yang justru

memberikan sanksi atas kekacauan politik dan transisi demokrasi yang sedang

berlangsung.

1.3 Tujuan

1.3.1. Mengetahui dan mampu mendeskripsikan bentuk kebijakan luar

negeri China masa Hu Jintao di Myanmar.

1.3.2. Mengetahui dan Mampu mendeskripsikan kepentingan yang ingin di

capai oleh China di Myanmar terkait nilai strategis Myanmar.

1.3.3. Mampu memahami dan menjelaskan hubungan serta alasan yang

membuat China memiliki sikap berbeda dengan negara-negara

(6)

6 Keamanan PBB dalam mengupayakan terwujudnya demokrasi di

Myanmar.

1.4 Kerangka Pemikiran

1.4.1 Peringkat Analisa

Penelitian ini menggunakan level analisis korelasionis dan induksionis.8

Dimana unit analisa atau variabel dependennya sama yakni kebijakan luar negeri

China masa Hu Jintao di Myanmar. Yang menjadi pembeda adalah variabel

independen atau unit eksplanasinya. Jika dalam level analisis korelasionis unit

eksplanasinya adalah kepentingan yang ingin dicapai China terkait nilai strategis

Myamar. Sedangkan dalam level analisis induksionis unit eksplanasinya adalah

adanya negara kompetitor China di Myanmar.

Alasan penggunaan level analisis korelasionis adalah pada kenyataannya

obyek studi utama ilmu hubungan internasional adalah perilaku negara bangsa.

Negara memungkinkan kita untuk meneliti lebih rinci mengenai perilaku suatu

negara dalam berpolitik luar negeri. Negara juga merupakan institusi yang

memiliki kewenangan paling sah yang mampu mempengaruhi politik domestik

dan internasional. Penggunaan level negara, memungkinkan penulis untuk

menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam dan rinci tentang fenomena

8

(7)

7 hubungan internasional sekaligus dapat meramalkan apa yang dilakukan oleh

setiap pemerintah sebagai aktor yang rasional.9

Sedangkan alasan penggunaan level induksionis adalah dalam hubungan

internasional semua bangsa memiliki keterkaitan satu sama lain. Selain itu,

penggunaan level sistem internasional sebagai unit analisa juga dapat

menghindarkan penulis mengurusi hal-hal yang detail dan sepotong-potong

karena penulis hanya perlu memperhatikan pola dasar yang melatarbelakanginya

saja.10

1.4.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua penelitian terdahulu

pertama adalah penelitian Silvia Astri Gilar Wijayanti F dalam sebuah skripsi,

yang telah dipaparkan sebuah bukti bahwa China memang memiliki kepentingan

di Myanmar, khususnya terkait permasalahan energi minyak di Myanmar.

Dalam tulisan Silvia ditunjukkan data bahwa kebutuhan China akan

minyak terus meningkat, namun kerjasamanya dengan negara-negara Timur

Tengah tidak berkembang, sehingga China merasa perlu untuk mencari mitra lain,

dan Myanmar berpotensi untuk hal ini. Selain itu bagi China Myanmar memiliki

posisi strategis, karena Myanmar bisa dijadika akses ke Samudera Hindia,

menggantikan jalur Malaka yang sudah tidak aman lagi akibat banyaknya

perdagangan gelap.

9 Mohtar Mas’oed,

Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi, Yogya: Pusat Antar Universitas- Studi Sosial Universitas Gajah Mada.

10

(8)

8 Penelitian Silvia dapat menjadi tambahan informasi bahwa Myanmar

memang memiliki nilai strategis bagi China, sehingga ini dapat menjadi panduan

bagi penulis untuk mengetahui salah satu alasan dibalik kebijakan luar negeri

China yang tidak agresif dan konfrontatif di Myanmar.

Penelitian terdahulu kedua adalah makalah Nicolas Taylor11 yang berjudul “China as a Status Quo or Revisionist Power? Implications for Australi”.12

Dalam

penelitiannya penulis juga menggunakan konsep kunci dari Schweller mengenai

negara revisionis.

Dalam makalahnya Nicolas Taylor menganalisa China apakah sebagai

kekuatan revisionis atau status quo. China dikatakan status quo karena

keterlibatan dan peran bertanggung jawab China pada beberapa kerjasama

multilateral seperti ASEAN, APEC, East Asian Summit (EAS), Shanghai

Cooperation Organization (SCO) dan G8. Disisi lain China kemudian

digolongkan pada kekuatan revisionis karena China dirasa tidak puas dengan

gagasan unipolaritas yang diciptakan AS, China tidak ingin As menjadi kekuatan

dominan, sehingga peningkatkan ekonomi China juga diikuti dengan peningkatan

kekuatan militer. Akibatnya China mulai membentuk aliansi bilateral dengan

Rusia dan membentuk mitra keamanan lain dengan negara-negara lemah, seperti

Myanmar, Korea Utara dan Pakistan, meskipun bukan aliansi penuh. Myanmar

11

Penulis menyelesaikan gelar Bachelor of Arts dengan Honours (First Class) dalam Hubungan Internasional di Universitas Queensland pada tahun 2006.

12 Nicolas Taylor, 2007,

(9)

9 menjadi mitra China karena negara ini memungkinkan untuk dijadikan akses

fasilitas angkatan laut China.

Dalam akhir makalahnya Taylor menyimpulkan, saat ini China memang

masih tergolong negara status quo, namun China sudah menampakkan sikap

revisionis dalam mengejar kepentingannya, sehingga AS dan Australia harus

berhati-hati dalam berhadapan dengan China karena negara ini berpotensi untuk

mengganggu stabilitas keamananan sistem yang ada.

I.4.3 Teory Balance of Interest

Untuk menganalisa pola politik luar negeri China dan kepentingannya di

Myanmar, penulis menggunakan teori dari Randall L. Schweller. Schweller

mengkritik asumsi Stephant M Walt tentang Balance Of Threat dan Kenneth

Waltz dengan Balance of Power nya, yang mengatakan bahwa negara-negara

mempunyai inisiatif untuk memelihara keberadaan balance of power demi

menjaga stabilitas dunia dibawah kondisi anarki. Hal tersebut dapat menuntun

negara untuk mencari keseimbangan ancaman external melalui aliansi dan

memelihara distribusi kekuasaan. Dalam menanggapi asumsi ini Schweller

membuat pertanyaan apa yang memotivasi negara untuk melakukan agresi dan

perang jika semua negara puas dengan apa yang mereka miliki? Untuk

menjawabnya Schweller mengatakan bahwa ini adalah perilaku negara revisionis.

Yang kemudian Schweller membawa negara revisionis untuk analisis hubungan

internasional dengan mengusulkan teori Balance of Interest (BOI).13

13

Alliance Theory: Balancing, Bandwagoning and Détente

(10)

10 Untuk menguji teori BOI Schweller menggunakan level unit dan sitemik.

Pada tingkatan unit, analisanya difokuskan pada biaya yang dikeluarkan oleh

negara untuk memperpanjang nilai relatif (power) dan mempertahankan nilai

relatifnya (security) sedangkan pada tingkatan sistemik Schweller melihat

kekuatan relatif untuk status quo atau revisionis.14

Menurut Schweller Status quo yaitu negara-negara yang sudah puas

dengan konstelasi kekuatan regional/global yang sudah ada, negara ini harus

mengetahui bagaimana dan kapan sutu negara yang sedang bangkit dapat menjadi

ancaman bagi sistem/konstelasi strategis-politis regional/global, sebagai upaya

antisipatif terhadap kebangkitan negara tersebut (negara revisionis).15 Schweller

kemudian membagi negara yang sedang bangkit kedalam dua kategori yaitu

negara revisionis terbatas (limited aims) dan revisionis tak terbatas/revolusionis

(unlimited aims).

Sebagai seorang realis Schweller berpendapat bahwa power adalah sesuatu

yang sangat penting dan wajar bagi setiap negara untuk meneruskan dalam

mengembangkan powernya.16

1. Balance Of Interest dalam Level Unit

Dalam asumsi neorealis negara puas jika apa yang dia miliki lebih dari apa

yang diinginkan, namun menurut Schweller State interest muncul karena apa yang

14

Randall L. Schweller, Bandwagoning For Profit : Bring the Revisionist State Back In, International Security Vol. 19 No. 1 (Summer 1994) pp 72-107, MIT Press

dalam<http://www.jstor.org/stable/2539149>diakses tgl 15 mei 2011

15 Randal L. Schweller,”

Managing the rise of great powers : history and theory”, dalam Alastair Ian Jhonston and Robert S. Ross (editor), Engaging China, Routledge, London 1999, hal 2.

16

(11)

11 mereka inginkan lebih dari apa yang mereka miliki, sehingga negara ini merasa

perlu untuk melakukan sesuatu demi mendapatkan kepentingan yang dia inginkan

tersebut.17 Schweller membagi perilaku negara dalam sistem internasional

dianalogikan kedalam perilaku hewan dalam hutan sebagai berikut: 18

Gambar 1. Zoologi Negara Schweller

Keterangan :

Lions adalah negara yang tidak menginginkan perubahan besar karena

sudah puas dengan posisi dominan, fokusnya pada maksimalisasi

pencapaian keamanan, perang dilakukan hanya sebagai respon

terhadap ancaman yang diberikan oleh kekuatan revisionis. Negara ini

memilih balancing.

17

Loc,cit,

18

(12)

12

Lambs adalah negara yang menyatakan lemah, karena tidak memiliki

kapabilitas, sebagian besar berperilaku bandwagoning demi bertahan

dari ancaman yang ada pada sitem baru, bandwagoning juga

dilakukan untuk mendapatkan posisi yang lebih baik.

Jackals, adalah negara yang tidak puas dengan apa yang dimiliki,

sehingga berani mengeluarkan biaya, negara ini kotor karena

oportunistik. Bandwagoning dilakukan jika ada kesempatan untuk

mendapatkan barang rampasan (jackal bandwagoning). Negara ini

tidak punya kapasitas untuk melawan status quo, karena negara ini

ingin mengambil keuntungan dari negara wolves dan lions, tergantung

siapa yang bisa menguntungkan bagi dirinya.

Wolves, Serigala adalah negara ambisius, yang percaya bahwa power

yang ia miliki mampu untuk mengubah tatanan internasional

berdasarkan kebaikan. Negara ini berani mengambil resiko demi

perubahan sistem yang tidak ia kehendaki.

Mengenai biaya yang akan dikeluarkan oleh negara untuk mendapatkan

apa yang diinginkan (state interest) dapat dilihat dalam gambar berikut dimana x

merupakan biaya tertentu yang sedia dibayar untuk meningkatkan power dan y

(13)

13

Gambar 2. State Interest

Jika zoologi negara dikaitkan dalam sistem internasional yang ada dalam

hubungan internasional Lions adalah Amerika Serikat, negara superpower yang

kuat dan sudah puas dengan kepemimpinannya dalam tatanan/sistem yang ada.

Lambs adalah neagara-negara kecil yang mengekor pada Amerika serikat demi

mendapatkan keamanan dan keuntungan dalam menghadapi berbagai persoalan

negaranya, jika dilihat dalam sistem internasional negara ini adalah para sekutu

AS seperti Korea Selatan, Australia, Jepang dll.

Masuk pada analisa Schweller Jackal adalah negara yang tidak puas

dengan tatanan yang dibuat negara Superpower, namun negara ini tidak lantas

menentang secara konfrontatif yang dilakukan hanyalah mendekati pihak-pihak

atau negara yang bisa memberi keuntungan dengan tidak melupakan

kepentingannya sendiri, karena Jackal adalah negara yang oportunis, jelas sekali

China adalah salah satu contoh jackal. Contoh Wolves adalah Iran negara

revisionis total yang menginginkan adanya perubahan secara sistemik karena

(14)

14 2. Balance of Interest pada Level Sistemik

Stabilitas sistem tidak mencerminkan adanya distribusi kemampuan,

karena adanya tujuan dan maksut menggunakan capability untuk mengatur atau

menghancurkan sistem, ini adalah negara revisionis. Dan sistem akan stabil jika

kekuatan status quo lebih besar dari revisionis dan sebaliknya sistem akan

berubah ketika koalisi kekuatan revisionis lebih kuat dari pada status quo. 19

Artinya tidak hanya pengaruh dari ancaman eksternal yang menjadikan

negara itu bersikap revisionis. Karena ada ambisi internal negara yang dapat

menjadikan negara suka berperang seperti yang terlihat pada negara Wolves, dan

Lions akan selalu melawan. Sedangkan jackals dan lambs akan memilih untuk

bandwagoning atau balancing tergantung pada perhitungan individu negara dalam

mengantisipasi kerugian.

Berdasarkan teori Balance of Interest penulis menggolongkan China dalam

negara revisionis dengan tipe jackal yang tidak mampu melawan status quo tapi

menginginkan adanya sedikit perubahan. Jackal termasuk negara revisionis

dengan tujuan terbatas (limited aims), sehingga tidak perlu melakukan perubahan

sistem untuk meningkatkan powernya seperti negara revolusioner

Jika di hubungkan dengan kebijakan China dalam memveto resolusi DK

PBB tahun 2007 mengenai upaya rekonsiliasi di Myanmar, China tentunya siap

menerima protes dari negara-negara lain yang sama-sama dengannya sebagai

pemilik hak veto, tapi China mengabaikannya dengan dalih permasalahan

Myanmar adalah masalah internal negara ini sehingga tidak perlu melibatkan

19

(15)

15 pihak lain, dan jika hal itu diperlukan cukup dengan cara-cara yang lebih

kooperatif melalui dialog dan perundingan damai. Tindakan China ini tidak lain

karena China mempunyai kepentingan yang ingin di capai di Myanmar serta

kainginannya untuk menjadi kekuatan dominan di kawasan Asia, tapi karena

China mrasa belum mempunyai kapasitas yang cukup kuat untuk merubah sistem

secara total, yang bisa dilakukan China hanyalah mendekati negara-negara yang

bisa dijadikan partner untuk meningkatkan keuntungannya. Oleh karena itu dari

setiap kebijakan yang dibuat oleh China hampir selalu mengambil cara damai dan

sikap negara ini bisa berubah sewaktu-waktu tergantung apa yang menguntungkan

(16)

16

1.5 Hipotesa

China tidak puas dengan konstelasi/sistem yang ada di PBB saat

mengupayakan transisi demokrasi Myanmar, sehingga China membuat strategi

kebijakan damai untuk menyeimbangkan kepentingan internal dan eksternal

negaranya dari negara-negara kompetitor demi tujuan akhir untuk menjadi

hegemon di kawasan dan kekuatan baru di dunia internasional.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Konseptualisasi

1.6.1.1 Konsep Negara Revisionis

Negara revisionis memiliki motivasi untuk power maximizer berbeda

dengan negara satatus quo yang orientasinya lebih pada security maximizer.

Power yang didapat negara revisionis diharapkan bisa merubah sistem dengan

cara membentuk aliansi dengan negara-negara yang sama-sama tidak puasa

dengan sistem yang ada. Negara revisionis sendiri dibagi menjadi dua yakni

negara revisionis dengan tujuan terbatas (limited aims) dan revisionis dengan

tujuan yang tidak terbatas (unlimited aims) yang biasa disebut dengan

revolusioner.

Menurut Schweller negara revisionis akan merusak tatanan yang didirikan,

untuk meningkatkan kekuatan dan prestise dalam sistem. Schweller menyediakan

patokan yang membedakan negara revisionis dari status quo yakni negara

revisionis akan menggunakan kekuatan militer untuk mengubah status quo dan

(17)

17 Negara revisionis limited aims adalah tipe kekuatan regional yang ingin

mencari keseimbangan wilayah dengan janji menjaga perdamaian. Negara ini

tidak memiliki kapasitas untuk merubah sistem (lesser agressor) sehingga dia

memilih untuk bandwagon terhadap negara revolusioner atau lion dengan harapan

mendapatkan keuntungan dari perilaku bandwagoningnya. Perilaku bandwagon

ini disebut jackal bandwagoning.

Skema 2. Definisi Operasional Konsep Negara Revisionis

1.6.2 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatif.20 Dimana penulis

berusaha menjelaskan pola kebijakan luar negeri China di Myanmar dari

perilakunya yang berusaha melindungi Myanmar dari tekanan internasional

dengan menggunakan tipe negara jackal dalam teori Balance Of Interest (BOI)

20

(18)

18 yakni adanya keinginan China untuk menyeimbangkan kepentingannya di

kawasan Asia, untuk mendapatkan Sumberdaya alam dan menjadi hegemon.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, penulis menggunakan

metode pengumpulan data yang bersifat studi pustaka untuk lebih mengakuratkan

penelitian dari sisi keilmuan. Metode ini dilaksanakan dengan cara mencari

data-data yang berkaitan dengan topik permasalahan yang diangkat melalui penelitian

terhadap buku, tulisan, artikel, yang mana lokasi penelitian selain perpustakaan

pusat UMM dan laboratorium Hubungan Internasional, disamping itu tentunya

media cetak dan elektronik juga akan dijadikan sebagai sumber data guna

melengkapi kebutuhan bahan tulisan ini.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif.21 Teknik analisa

data dilakukan melalui analisa data yang tidak berdasarkan akurasi statistik,

dimana data berbentuk kata-kata, atau gambar, sekalipun jika ada data yang

berbentuk angka akan diuraikan ke dalam bentuk kalimat atau paragraf. Teknik

analisis data tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan yakni klasifikasi data,

mereduksi dan memberi interpretasi pada data yang telah diseleksi dengan

menggunakan teori dan konsep tersebut.

21

(19)

19

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada kebijakan China di

Myanmar pada masa Hu Jintao yakni tahun 2003-2011, khususnya mengenai pola

kebijakan China terkait intervensinya di Myanmar.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan ini akan dijabarkan dalam lima bab, pembagian bab sebagai

berikut :

Bab. I Pendahuluan : terdiri dari beberapa sub-bab, yaitu : Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Penelitian Terdahulu,

Kerangka Pemikiran, Hipotesis, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Sub-bab Kerangka Pemikiran berisi Konsep dan Teori. Terakhir, Metode

Penelitian terdapat sub-bab Jenis Penelitian, Tingkat Analisa, Teknik

Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data dan Ruang Lingkup Penelitian.

Bab. II : Bab ini akan menguraikan tentang permasalahan politik

domestik yang sedang dialami oleh Myanmar, namun disisi lain Myanmar kaya

akan sumberdaya alam yang didukung dengan letak geografis yang strategis,

sehingga ada beberapa negara yang ingin melakukan intervensi. Pada bab II ini

penulis memberi judul Kepentingan Negara-Negara terkait Nilai Strategis

Myanmar, yang kemudian terbagi dalam dua sub bab yakni, permasalahan politik

(20)

20

Bab. III : Berisi tentang penyusunan kebijakan yang dilakukan China dalam

menghadapi negara-negara kompetitornya saat melakukan intervensi di Myanmar.

Sehingga dalam BAB III penulis memberi judul Persaingan China dengan

Beberpa Negara Kompetitornya di Myanmar.

Bab. IV : Mengenai uji hipotesa dengan menghubungkan anatara pola

kebijakan luar negeri China dengan kepentingan China yang sebenarnya di

Myanmar. Yang kemudian penulis memberi judul Kepentingan China dalam

Upaya Demokratisasi Myanmar.

Bab. V Kesimpulan : Berisi kesimpulan dari hasil analisa Bab II, III dan

IV. Merupakan generalisasi yang diperoleh untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian dan juga membuktikan kebenaran hipotesis penelitian yang

(21)
(22)

SKRIPSI

Kebijakan Luar Negeri China Masa Hu

Jintao dalam Upaya Demokratisasi Myanmar

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh :

YUSLIE ZAHROTUN NISA’

NIM : 07260102

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(23)
(24)
(25)
(26)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tidak terhingga atas anugerah

pikiran yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad

SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Berangkat dari kebijakan luar negeri China dalam mengupayakan

terwujudnya demokrasi di Myanmar membuat penulis ingin mengetahui secara

mendalam apa alasan dibalik kebijakan luar negerinya di Myanmar dengan

menggolongkan pola perilaku China apakah termasuk negara revisionis atau status

quo khususnya saat memveto resolusi Dewan Keamanan PBB.

Pada dasarnya, begitu banyak tulisan yang membahas mengenai “ Perilaku dan kebijakan luar negeri China”, namun tidak banyak tulisan yang memfokuskan untuk melihat perilaku China di Myanmar.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam tulisan ini,

oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kontribusi ide dan kritik yang

bersifat konstruktif terhadap tulisan ini sehingga tulisan ini dapat menjadi salah

satu literatur yang bermanfaat bagi para pembaca untuk meningkatkan cakrawala

pengetahuan dalam disiplin Ilmu Hubungan Internasional.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat

.

Malang, 27 Februari 2012

Penulis,

(27)

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam. ………... i

Lembar Persetujuan Skripsi. ………... ii

Lembar Pengesahan. ………... iii

Lembar Orisinalitas. ……… iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi. ……… v

Abstraksi. ……… vi

BAB II Kepentingan Negara-Negara terkait Nilai Strategis Myanmar . ...……… 21

2.1 Permasalahan Politik Domestik Myanmar ………...……. 21

2.2 Nilai Strategis Myanmar……….……… 23

BAB III Persaingan China dengan Beberapa Negara Kompetitornya di Myanmar ..……… 32

3.1 Kebijakan Luar Negeri China di Myanmar………. 32

(28)

3.1 Keuntungan Myanmar dengan Veto China……….. 41

BAB IV Kepentingan China dalam Upaya Demokratisasi Myanmar. ……… 42

4.1 Korelasi Kepentingan Internal China dengan Kebijakan Luar Negerinya di Myanmar ……… 44

4.2 Kepentingan Eksternal China terhadap Myanmar melalui DK PBB……….………. 47

BAB V Penutup. ……… 52

Kesimpulan. ……… 52

Hasil Diskusi ……… 53

Saran ……… 54

(29)

DAFTAR SKEMA

(30)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Zoologi Negara Schweller ……… 11

Gambar 2. State Interest ……… 13

Gambar 3. Peta Potensi Geostrategis Myanmar .……… 26

Gambar 4. Rute Perdagangan Melalui Selat Malaka ……….. 30

(31)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perusahaan Asing yang terlibat di Myanmar melalui

konsesi E&P ………..….………….… 27 Tabel 2. Analisa Perilaku China di Myanmar berdasar teori Balance

(32)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Alastair Ian Jhonston and Robert S. Ross (editor). Engaging China : The

Management of Emerging Power. Routledge, London.

Alder, E. Kent. 1998. Asia Deadly Triangle Segitiga Maut ASIA. Jakarta: PT

Prenhalindo Simon dan Schuster (ASIA) Pte. Ltd.

Bambang Cipto, Hubungan Internasional Di Asia Tenggara : Teropong Terhadap

Dinamika, Realitas Masa Depan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

Dwijaya kusuma, 2008, China mencari minyak : diplomasi China ke seluruh

dunia 1990-2007, Jakarta : Center for Chinese study,

Kent, E Calder. 1996. Segitiga Maut ASIA. Pt Prenhalindo Simon dan Schuster

(ASIA) Pte. Ltd.

Lanskap Baru Politik Internasional, 2011, Jurusan Ilmu Hubunsgan Internasional

Universitas Muhammadiyah Yogjakarta dan Forum Komunikasi Jurusan Ilmu

Hubungan Internasional se-Indonesia (FKJHI).

Mas'oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodolog..

Jakarta : LP3ES.

Mas’oed, Mohtar. 1989. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta : Pusat Antar Universitas-Studi Sosial Universitas Gajah

Mada.

(33)

SITUS INTERNET :

AS Belum Berencana Cabut Sanksi dalam <http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/77482>diakses tgl 4 desember 2011

China Myanmar menandatangani oil pipeline agreement <http://www.migas-indonesia.com/index.php?module=article&sub=article&act=view&id=5139> diakses tanggal 2 November 2010

Hu Jintao Meets With Prime Minister of Myanmar, dalam <http://www.mfa.gov.cn/eng/wjb/zzjg/yzs/gjlb/2747/2749/t235761.htm. Diakses tgl 27 September 2010.

Myanmar’s Economic Relations with China: Can China Supportthe Myanmar

Economy dalam

<http://www.ide.go.jp/English/Publish/Download/Dp/pdf/066.pdf

Oil and Gas Myanmar, dalam

http://af.reuters.com/article/energyOilNews/idAFL3E7FN03C20110423, diakses tanggal 8 Oktober 2011

Perpanjangan tahanan rumah Suu Kyi dalam

http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/perpanjangan-tahanan-rumah-san-suu-kyi diakses tgl 10

Desember 2011

Sanksi Uni Eropa terhadap Myanmar diperpanjang

dalam<http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/news/stories/201104/s318989 7.htm> Diakses tgl 1 Desember 2011

Selat Malaka Kini lebih Aman, Kementrian Pertahanan RI dalam

http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=7788,

diakses tanggal 4 September 2011

Senator AS temui junta Myanmar dalam <http://www.dw-world.de/dw/article/0,,4571572,00.html> diakses tanggal 11 Desember 2011

Sinopec temukan ladang gas di Myanmar dalam http://www.pacific

2000.co.id/research/berita-hong-kong/sinopec-temukan-ladang-gas-di-myanmar.php diakses tanggal 14 Desember 2010

(34)

The Ekonomist, 7 februari 2008, our friend in the north : Shunned by the west, Myanmar is developing ever closer commercial link with its neighbour, especially China dalam http://burma.total.com/en/contexte/p_1_2.htm, diakses tanggal 4 oktober 2011

Usaha burma majukan perekonomian berjalan lamban

dalam<http://www.voanews.com/indonesian/news/Usaha-Burma-Majukan-Perekonomian-Berjalan-Lamban-136685523.html> diakses tgl 2 Januari 2012

ARTIKEL dan JURNAL :

Alliance Theory: Balancing, Bandwagoning and Détente, http://pweb.jps.net/~gangale/opsa/ir/Alliance_Theory.htm. 3. Diakses tgl 27 Oktober 2010.

Billy Tea, China and Myanmar Strategic Interests, Strategies and the Road Ahead, 2001, http://www.scribd.com/doc/38745436/China-and-Myanmar-Strategic-Interests-Strategies-and-the-Road-Ahead, Institute of Peace and Conflict Studies, New Delhi, India.

Burma’s Oil and Gas : Events of 2007 China Wins Rights to Myanmar’s Gas ,

The Shwe Gas dalam<http://www.ibiblio.org/obl/docs4/SGB03-02.pdf>, Buletin vol.3 Issue 2, Januari 2008

International Crisis Group (ICG), China’s myanmar dilemma, <http://www.burmalibrary.org/docs07/Chinas_myanmar_ICG.pdf> Crisis Group Asia Report, September 2009.

John Mearshimer, Can China Rise Peacefully, dalam, <http://mearsheimer.uchicago.edu/pdfs/A0034b.pdf. Diakses tgl 8 Juli 2011>.

Jianyong yue, Peaceful Rise of China : Myth or Reality?, London School of Economics and political Science, dalam, <http://web.rollins.edu/~tlairson/china/chirisepeace.pdf. Diakses tgl 2 Juli 2011> K.Yhome, India-Myanmar Relations (1998-2008) A decade of redefining bilateral ties,<http://www.orfonline.org/cms/export/orfonline/modules/occasionalpaper/atta chments/ind-myn-OP_1236338801296.pdf> Observer research foudation, New Delhi

(35)

M. Adnan Firnas, 2003, “Prospek Demokrasi Di Myanmar”, Jurnal Ilmiah, vol.2 No.2, Universitas Paramadina.

Nicolas Taylor, 2007, China as a Status Quo or Revisionist Power? Implications for

Australi,<http://www.securitychallenges.org.au/ArticlePDFs/vol3no1Taylor.pdf Security> Challenges Vol.3 No.1.

Poon Kim Shee, The Political Economy of China-Myanmar Relations ; Strategic and Economic Dimension, The International Studies Association of Ritsumeikan University, 2002

Randall L. Schweller, Bandwagoning For Profit : Bring the Revisionist State Back In, International Security Vol. 19 No. 1 (Summer 1994) pp 72-107, MIT Press. http://www.jstor.org/stable/2539149. Diakses tgl 15 mei 2011

Sujian Go, Challenges and Opportunities for China’s “Peaceful Rise”

http://bss.sfsu.edu/sguo/My%20articles/006%20Introduction.pdf. Diakses tgl 3 Juli 2011.

Tuli Sinha, China-Myanmar Energy Engagements : Challenges and Opportunities for India, Research Officer IPCS New Delhi, dalam http://www.ipcs.org/pdf_file/issue/IB134-SEARP-Tuli.pdf Hal.3. Diakses tanggal 16 September 2011

Gambar

Gambar 1. Zoologi Negara Schweller
Gambar 2. State Interest

Referensi

Dokumen terkait

hanya baik digunakan pada daerah yang relatif datar, serta jaringan pengukuran hujan teratur dan data dari masing-masing stasiun tidak jauh berbeda dari angka rata- ratanya.  Cara

MS 004 /POKJA/BULUSPESANTREN/2017 YULIANTI P CILACAP, 07 JULI 1981 DS SETROJENAR RT 01/V

Selain lebih efisien dalam merubah pakan menjadi daging, BI juga dilaporkan memiliki bentuk kepala dan perototan yang. memanjang sehingga menyebabkan

Dalam hal identifikasi, peneliti melakukan sebuah deskripsi mengenai fakta yang ada pada klenteng Teng Swie Bio, yang kedua adalah evaluasi yang merupakan suatu

Copywriter harus berjiwa kreatif agar naskah yang dihasilkannya menarik, jika perlu menghibur, dan efektif menyampaikan pesan kepada publik sehingga publik bukan

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Diagnosis Status Hara Menggunakan Analisis Daun untuk Menyusun Rekomendasi Pemupukan pada Tanaman Manggis ( Garcinia Mangostana L.)

Hasil penilaian bahan ajar menulis teks cerpen pada aspek kelayakan isi memperoleh skor rata-rata sebesar 4,57 dengan kategori “ sangat baik ” , aspek penyajian

Pada penelitian ini probe optik yang terdiri dari laser dioda 640 nm dan dua fotodioda inframerah dalam konfigurasi triangulasi digunakan untuk mengevaluasi tingkat kematangan