AGROFOREST SEBAGAI TEKNOLOGI TRADISIONAL
UNTUK
PENGELOLAAN DAERM PENYANGGA
TAMAN NASIONAL LORE L D U :
Suatu
Pendekatan
VaIuasi Ekosistem
SEKOLAE PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANUN BOGOR
Agroforest m e r u p h teknologi tradisional yang memiliki ekosistem yang kompleks. Kondisi inilah yang menjadih agroforest merupakan teknologi yang secara teori akan sustainable dalam pengelolam daerah penyangga T m m Nasional Lore Lindu. Taman Nasional Lore Lindu bingga kini belum merniliki
daerah
penyangga sehingga sangat riskan terfiadap t e h m aktivitas masyarakat y m g b d di sekitarnya Oleh sebab itu penelitian ini W j u o r n untuk mengetahui nilai ekonomi total y m g dimiliki oleh agroforest agar dapat ditawarkan sebagai tehologi pengelolaan daerah penyangga Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) agar pernasalahan ekologidan
ekonomi kawasan daer& penyangga dapat menj adi lebih stabil.Penelitian
ini
dil- di Kecamatan Palo b yang terletak di bagian UtaraTNLL. Terdapat 22 buah desa di K m t a n Palolo. Populasi desa tersebut dikelompokkan ke dalarn dua strata yaitu desa yang berbatasan TNLL (S+) dan desa yang tidak berbatasan (S-). Meldui Alokasi Neymann, dengan meng@an rasio jumlah kepala keluarga dengan luas hutan desa sebagai variable, maka diperoleh ukuran contoh s e b 6 desa, tiga desa berbatasan (Sintuwu, Bahagia, dan Ampera) dan tiga desa yang tidak berbatawi (Berdikari, Bahagia,
dan
Ampera). Setiap desa ditarik contob 30 responden seas acak sehingga total responden adalah 180 orang. Nilai ekonomi yang diukur adalah nilai ekonomitidak langsung, nilai pilihan,
dan
d a i keberadaan Variabel sosial ekonomi yang mempengetruhi persepsi dan apresiasi responden dalm proses valuasi juga ditanyakan dengan menggunakan kusioner (umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, nilai kebutuhan, nilai kebun lainnya, lama bermukim). Secara garis besar valuasi ekonomi menggunakan pendekatan harga, berbasis ongkos, dan kontingensi. Di =ping survai vduasi ekonomi, inventarisasi juga dilakukan terhadap 1 ha amforest dan 1 ha hutan alam yang terdekat ke agoforest. Data yang dikumpulkan d i d i s i s dengan menggunakan analisis regresi kuadrat terkecil (sederhana d m berganda) serta analisis regresi logistik.T d p a t dua kmkter objektif agroforest sebagai &but y ang bepngaruh dalam proses valuasi. Pertama dalah sejarah dan proses terbentuknya
dan
sbuktur tegakanuya. Pengkajian s e j d menghasib bahwa agroforest yang berada di sekitar TNLL bemama pampa dimana proses pembentukannya "mengadopsi" dua asal usul a g r o f o d tradisional dunia, yaitu perladangan berpindah-pindah dan simulasi ek&stem hutaa Kedua adalah stmktur. Analisis struktur yang menggunakan metode Ogawa rnenghdkm tujuh stratum pada agroforest dan enam pada hutan i h n B e r h k a n ujiF
terhadap j d a h strata dipemleh nilaiP
sebesar 0,692 (a = 0,005), yang b e d stratifikasi kedua tegakan A l a h sama. Adisis Nilai Indeks Penting (IW) serta Koefisien Kesamaan (?X) serta analisis keragaman spesies juga dilakukan terhadap data plot.Analisis terhadap persepsi melalui pendekatan subjektivitas diperoleh
Nilai ekonomi total agoforest pampa sebesar Rp165.838.496 per hektar per tahun yang terdiri atas nilai langsung Rp23 -645.663 per hektar per t a h q nilai tidak langsung ICp141.213.333, nilai pilihan Rp382.500 per hektar pertahun, d m nihi kebedaan Rp597.000 per hektar per tahun Analisis regresi menunjukkan pemngkatan lama bermukh dan nilai kebutuhau responden berpengaruh positif terhadap n i k langsuag agroforest pampa, dan lama pendidikan memperlihatkan pengaruh yang sebaliknya. Andisis regresi juga memperlihatkan bahwa penhgkatan jumlah phon per hektar rnenhgkatkan nilai kayu agroforest pampa m alinier dan mempengaruhi niIai bukan kayu secara tidak linier, dimana nilai ekonorni bukan kayu mehgkat hingga jumlah pohon per h e w sebanyak 65
pohon.
Hubungan antara kompatibilitas tegakan agroforest pada tingkat elms size
dengan nilai ekonomi Iangsung memperlihatkan kuma yang tidak Iinier, dimana pada tingkat kompatibilitas rendah (I) merniliki nilai ekonomi yang tertinggi, kemudian memperlihatkan kecendenmgan penurunan nilai ekonorni pada tingkat kompatibilitas sedang (2 dan 3) kemudian nilai ekonomi mengalami peningka'hn kembali pada kondisi kompatibilitas tinggi (4). Kurva kompatibilitas ini menj elaskan konsep keseirnbangan ekoIogi-ekonomi pada agro forest pampa.
Kurva tersebut juga menunjukkan bahwa agroforest-pampa merupakan tipe agroforestri terpadu dimana komponen pohon dan bukan p h o n memiliki peranan ekologi dan ekonorni yang sama d a m sistem agroforest tersebut.
AnaIisis Net Present Value
(NPV)
tefhadap pengembangan agroforest -pa dengan jangka waktu proyek selama 10 tahun dengan tingkat suku bunga12% menghasilkan hTV sebesar Rp750.163.85 8,70 d m surplus konsumen sebesar Rp741.705.858,70.
Mempertimbangkan aspek ekologi
d m
ekonomi di atas, khususnya keseirnbangan keduanya dalam skala tegakan atau kebun atau rumah tangga memberikan alasan yang kuat bahwa agroforest pampa merupakan teknologi yang menjanjikan untuk pengelolaan daerab penyangga Taman Nasional Lore Lindu. Terlebih la@, menggunakan agroforest pampa dalam pengelolaan daerah penyangga juga berarti m e l e budaya IokaI. Hal ini penting mengingat Taman Nasional Lore Lindu memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai tempat rekreasi, ekowisata, sebagai fasilitas penelitian dan pendidhaKata kunci: Agroforest pampa, valzmi ekonomi, Taman Nasional Lore Lindmc,
ABSTRACT
Agroforest is a kind of traditional technology which has a complex ecosystem. This condition makes the agroforest a potential technology which is theoretically sustainable for buffer zone management of Lore Lindu National Park (LLNP) in Central. Sulawesi. Until now the Lore L i d u National
Park has
no possessed buffer zone yet. Consequently, the park is more and more susceptible to pressure from activity of people in surrounding areas. On that account, this research is aimed to know the total economic values of agroforest. Such information of economic values is necessary for buffer zone management of Lore Lindu National Park.The research was conducted in Palolo Sub-District which is situated in the North part of LLNP.
The
Sub-District consists of 22 villages which constitute the research population.This
village population was systematically divided into two groups or strata The first group (S+) are those villages which bordering directly with the Park, whereas the second group are those which are not (S-).Through Neymann Allocation, by using ratio of number of households and village forest area as variables, it was obtained that 6 villages constitute
the
sample size, and comprise three S+ villages (Sintuwu, Tongoa, Sigimpu) and three S- villages (Berdikari, Bahagia, and Ampera). The research has chosen randody 30respondents from each village sample. Therefore there were totally 180 respondents. The economic value measured was total economic values which comprise direct economic value, indirect economic value, option value, and existence value. Sociceanomic variables influencing the perception and appreciation of respondents (ages, period of education, number of family member, value of daily needs, other garden value, and duration of living in the village) were collected by using questioners. Economic valuation, in general, has used market price approach, costs based approach, and contingency approach. Beside valuation survey, the research also has conducted an inventory of one hectare plot for each agroforest and its neighbor natural forest.
A1
data collected were analyzed by wing Least Square Regression Analysis (simple and multiple regressions) and Logistic Regression Analysis.There are two objective characteristics of agroforest which serve as anributes affecting the course of valuation. The
first
is the establishment process and history of agroforest, whereas the second is its stand structure. The £ k t objective characteristic revealed that the name of existing agroforest is pampa. Afteward, it is called Agroforest Pampa. Based this agroforest referring to its establishment process "adopted" two originals of on the development process, agroforest pampa adopts the style of two origins of world traditional agroforestry, namely shifting cultivation and forest ecosystem simulation. From stand s t n u a m view of point, after conducting structure d y s i s by using Ogawa method, the research revealed that agroforest stand possessed seven strata whereas the neighboring natural forest possessed six strata Statistical F test of stratum data give P value equal to 0,692 (a= 0,005). It implies there isno
difference between agroforest stratification and natural forest one. Analysis ofI
W
(Important Value Index) and also Similarity Coefficient and Evenness Indices are also conducted.agroforest pampa. Variables which have positive effect to this perception are education and age, while size of family have negative effect, which implies that the larger the number of family member, the worse is the perception bmrd
agroforest pampa.
Total Economic
Value
of agroforest pampa is Rp165.838.496 per hectare per year which comprises direct value of Rp23.645.663 per hectare per year, indirect value of Rp14 1.2 1 3.333 per hectare per year, option d u e of Rp382.500 per hectare per year, and existence vdue of Rp597.000 per hectare per year. Regression d y s i s shows that the variables of living duration
and
value of daily needs have positive effect toward direct vdue of agroforest pampa, while other variables: value of other garden, size of family member, and educational period show influence which is on the contrary. The Analyses also show that the larger the number of trees per hectare in the pampa, the greater is the value ofwoody component of agroforest pampa. The increase of this number of trees per hectare will dso increase the economic value of non timber products of agroforest pampa, until the number of trees reaches 65 trees per hectare.
The relation between compatibility degrees of agroforest pampa at size class level with direct econornic value shows a non linear curve.
The
curve depicts highest economic value owned by part of the curve with low compatibility (compatibility I). The economic vdue tends to decrease in the medium degree of compatibilities (compatibilities 2 and 3). And it tends to increase through the highest compatibility (compatibility 4). This curve of compatibility has a good explanation about an economic ecological equilibrium of agroforest pampa It also showed that agroforest pampa is an integrated agroforestry type where both tree component and non tree component has same role in ecological and economical process of agroforest pampa system.Net Present Value (NPV) of agroforest pampa development was calculated by using 10 years project life and 12% discount rate.
The
analysis yields Rp750.163.858,70 ofNPV,
and consumer surplus equal to Rp 741.705.858,70.Considering economic and ecological aspects explained h e , especially the equilibrium of those aspects in stand or farm or household level gives a real mason that agroforest pampa is a promising technology to
h
applied in the buffer zones management at the Lore Lindu National Park. Furthermore,using agroforest pampa as a technology for the buffer zones management will give other benefits such as supporting the sustainability of local culture. It is
important because of its in line with some function of the Lore Lindu National Park, especially as research site, emtourism site, and education facility.
Keywords: Agrofresf pampa, economic valuation, The Lore L i n h National Park,
SURAT
PERNYATAAN
Saya yang bertadatangm
di
bawah inkNama : Syukur Umar
N ~ P : PI46 000 10
Menyatakan dengan s e h - W y a bahwa segala pernyatam d a m diserhsi saya yang berjudul:
AGROFOREST SEBAGAI TEKNOLOGI TRADISIONAL WNTUK
PENGELOLAAN DAERAH
P
ENYANGGA TAMAN NASIONAL LORELMDU: Suatu Pendekatan Valuasi Ekosistem
Merupakan gagasan atau hasil penelitian yang telah sap lakukan sendiri dalam rangka Program Pendidikan S3 saya pada Sekolah Pascassrja Institut Pertanian Bogor, dengan pembimbiian Kornisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukanxlya Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data clan informasi yang digunakm telah dinyaakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Oktober 2004
Judul Disertasi : Agroforw t Sebagai Teknologi Tradisional Untuk Pengelolaan Daerah Penyangga Taman Nasional Lore Lindu: Suatu Pendekatan Valuasi E W i t e m
Nama : Syukur Umar
NRP : P14600010
~ r o i m n l Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan
enyetuj ui,
Prof. Dr. Ir. D u d u n ~ Darusmrmn, MA Ketus
/
Prof. Dr. ir. Cecep Kusmaua, MS
Anggota Anggota
Mengeta hui,
ekolah Pascasarjana
RIWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirkan di Polewali, Kabupaten Polmas, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 27 November 1965 sebagai anak sulung dari pasangan Umar
Nomba dm St. Aminah Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi amu-Ilmu Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin sejak 1 984 dan lulus pada tahun 1989. Tahun 1995 hingga 1997 menempuh pendidikan magister dengan spesialisasi menejernen agroforestri pada Universitas Paris 12, Perancis.
Sejak I990 hingga sekarang sebagai staf &sen di Universitas Tadulako Palu, Provinsi Sulawesi Tengalq dan selama rentmg waktu 199 1 dan 1994 sebagai menejer kehutanan pada perusahaan HPH
PT.
Sinar kaili. Selama bekeja di pemahaan W H tersebut banyak pengalaman praktis kehutanan yang mempermatang ilmu kehutanan ymg diperoleh selamadi
Unhas.Sejak tahun 2000 mengikuti Program Pasca Sarjana Jnstitut Pertanian Bogor. Spesialisasi keilmuan yang digeluti adalah valuasi ekonomi ekosistem (agroforest). Spesidisasi keilmuan hi dipermatang selama penelitian disertasi yang juga mrmpakan salah satu bagian dari proyek keqasama penelitian tentang
Stability of forest margins in Indonesia antma dua universitas di Jennan (Gottingen University dan Kassel University) dengan dua universitas di Indonesia
(Fnstitut Permian Bogor dan Universitas Tadulako).
Selama menjadi rnahasiswa pascasarjana IPBi, sempat sebagai pengums Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB periode 2001; dan juga pengurus inti
Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Asal Sulawesi Tengah
di
Bogor periodePRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan sehingga penulis &pat merampungkan tulisan ini berupa Disertasi sebagai sywat untuk meraih gelar Doktor dari Sekolah P-ana, Tnstitut Pertanian Bogor. Berkah Hahi itulah yang juga merupakan penyegar yang menumbuhkembangkan niat yang suci, bahwa: menjadi hamba yang berpendidikan merupakan amanah yang harus diemban dengan baik.
Kekrhasilan dalam menyelesaikan Disertasi 3ni dan meraih gelar Doktor
tidak terlepas atas bimbingan para tim komisi pembimbing. Oleh sebab itu
smoga Allah SWT
k
senantiasa membalas budi baik yang saya rasakan selama ini. Saya akan berusaha untuk m e n ~ m b ~ m b a n g k a n ilmu pengetahum yang telah saya peroleh seIama ini untuk mewuj udkan suatu mas yarakat rnadani.Dorongm moril yang tak ternilai yang telah diberikan oleh ayah dm ibu
saya, serta istri dan anak-anak saya bagaikan siraman cahaya m e n t i pagi yang selalu menyejukkan dan menurnbuhkan semangat perjuangan untuk rneraih kehidupan yang lebih layak di hadapan masyankat serta diberkahi oleh Allah
SWT.
Mereka adalah keluarga saya yang akan senantiasa bersama-sama dengansaya dan semoga Ilahi Robbi rnelimpahkan kasih sayangnya kepada kami.
- Rekan-rekan yang saya tak d a m sebutkan satu per satu: terirna kasih atas
kejasamanya selama ini. Selamat berjuang, semoga sukses.
...
Niiai Ekonomi Agroforest Pampa
..
...
...
.
1 Proses Valuasi dan Persepsi terhadap Agroforest Pampa
...
...
.
2 Nilai Ekonomi Total Agroforest Pampa
..
3.
Hubungan Kompatibilitas Tegakan dengan NiIai...
Ekonomi
4
.
Net Present Value...
...
....
....
...
Perspeiaif Agroforest dalam Pengelolaan Daerah Penyangga...
...
.
1 Evoiusi Konsep Daerah Penyangga
...
2
.
Kondisi Daerah Penyangga Taman Nasional Lore Lindu...
V KJBIMPULAN DAN SARAN
...
Kesimpulan
...
Saran...
Tabel
IV-3
Tabel I V 4 Tabel IV-5Tabel
IV-
10 Tabel IV- 1 1 Tabel IV-12Halaman Penjabaran Nilai Ekonomi Total (TEV) hutan tropis
.
. .
. . . .
. . .
. . . .
.
26 Teknik valuasi berdasarkan komponen nilai hutan tropis...
30 Tiga kelompok variabel penelitian...
... ...
.
. .
...
....
. . .
57Komponen nilai dan metode penilaian yang digunakan
....
. ....
...
5 8 Pmbedam antara pampa dan h ekopi dalam konteksagroforestri tradisional pada msprakat Sulawesi Tengah
....
..
....
77 Distribusi jenis dan jenis dominant berdasarh kelas tinggi pada1 ha agroforest pampa
. . .
... ,.
.
...
...
. .
,....
.
. . . .
. .
,.
. . .
.
,, 86J d a h strata pa& plot agroforest dan hutan alam
.
. .
. . .
.
.
. . . ....
89Jumlah pohon herd- k e k diameter pada masing-masing 1 ha plot hutan alam dan agroforest pampa
...
90 Mono@ vegetasi pada 1 ha plot agmfomt dan 1 ha plot hutan darn...
...
...
92 Kondisi pernbukaan lahan selama lrrisis ekonomi di Indonesia. . .
95 Hasil analisis regrai logistic l a g rnenggambarkan hubunganantara persepsi dengan atribut responden
.
.
. . . .
. . .
. . .
. . . .
. . . .
. . .
. . ..
107 Anatomi nilai ekonomi total agroforest pampa. . .
. . .
. . .
. . .
. . . .
..
1 1 1 Hubungan fungional antar nilai langsung agroforest pampadengan lima variabel lainnya
..
. .
...
. . .
.
. .
. . .
.
.
.
. . .
.
.
.
.
.
. .
... .
.
. . .
,. . .
.
.
.
.
. . .
1 1 4Kebutuhan dan nilai ekonomi d a b perspektif valuasi ebnomi 1 19
[image:12.627.200.536.153.456.2]DAFTAR GAMBAR
[image:13.620.195.530.142.688.2]Garnbar II- I Garnbar 11-2 Garnbar 11-3 Gambar 11-4 Garnbar 111-1 Gambar 111-2 Garnbar 111-3 Gambar 111-3 Gambar 111-4
Gambar 111-5 Gambar IV- I
Gambar 1V-2 Gambar IV-3 Gambar IV-4 Gambar IV-5
Gambar IV-6 Gambar IV-7
Gambar IV-8 Gambar 1V-9
Gambar IV- 1 0 Gambar IV- 1 1
Gambar IV- 12
Garnbar IV- 1 3
Garnbar IV-14
Gambar IV-15
Gambar IV- 1 6
Gambar IV- 17 Gambar IV- 1 8 Gambar IV- I9
Halaman
Suplai. demand. harga dan surplus konslmen
...
21Posisi agroforest dalam sistem agro forestri terpadu pa& 33
...
dataran tinggi Konsep kompatibilitas pada sistem model terintegmsi...
35Trade off antar tiga tujuan utama pembangunan berkelanjutan 39 Letak agro forest pada sistem tata guna lahan di sekitar Taman Nasional Lore Lindu
. .
...
40Dimensi pohtik agroforest
...
.
.
.
.
.
.
42...
...
Proses valuasi datam konsep nilai..
45Posisi desa sample penelitian pada TNLL
...
52Desain plot pengamatan vegetasi
...
54Komponen dm proses d inamis penelitian
...
55Rumah masyarakat peldang berpindah-pindah
...
65Tegakan aren di desa Bakubakulu
...
.
.
...
72Proses pembentukan agroforest pampa
...
.
.
.
.
...
75Bone dan pampa pada Taman Nasional Lore Lindu di wilayah Kecamatan Paiolo
...
76Pampa yang terletak pada bzttas Taman Nasioml Lare Lindu di Kecamatan Palo lo
...
79Pampa pada peta agro forest khas Indonesia
...
80Diagram hubungan jumlah dengan tinggi total pohon pada masing-masing 1 hektar hutan dam (a dan b) dan agroforest pampa(cdand)
...
.
.
...
...
84Hubungan diameter batang setinggi dada dengetn j umlah pohon pada hutan alam (a) dan agro forest (b)
...
91Proses aliran infomasi di dalam otak
...
..
...
99Deskripsi persepsi responden terhdap agrofmst pampa
...
101Mengukur persepsi melalui metode proporsi sukjektif dan 102
...
objektif berimbang Regression plot yang memperlihatkan hubungan lama pendidikan dengan nilai langsung agroforest...
113Interaksi bioekonomi pada model output-output agroforestry
..
122Kuwa yang menggambarkan hubungan nilai h y u (N-Kyu) dan bukan kayu IN-bKyu) pada agroforest pampa
...
124Hubungan kompatibilitas tegakan dengan nilai ekonomi langsung agroforest pampa
...
131Dua sihiasi zona penyangga
...
146Hu bungan antara berbagai pendebtan konservasi
...
148Latar Belakang
Agrofores~ lckompleks (selanjutnya disebut ago forest) dan daerah penyangga adalah dua istilab penting dalam pengelolaan taman nasional. Daerah penyangga adalah kawasan yang terletak di luar tarnan nasional clan dimaksudkan sebagai penyangga agar taman nasional tersebut tidak terganggu dan rusak oleh
aktivitas manusia yang bermukim di sekitarnya,
dan
juga manusia tersebut tidak terganggu oleh binatang buas atau ganggum laimp dari taman nasional. Agoforest dapat dipraktikkan oleh masyankat pada daerah penyangga &lam rangka pengelolaan sumber daya lahan. Agrofomt merupakan istilah ilmiah )mngdipopulerkan oleh ICRAF (International Centre for Research in Agroforestry) bagi agroforestri kompleks Indonesia. Hubert de Foresta dm Michon (2000)
mengatakan bahwa kekompleksan agroforest didominasi oleh unsur pepohonan, perdu, tanaman semusim danlatau rumput sehingga kenampakan ekosistemnya menyerupai hutan alam primer atau sekunder.
Keserupaannya dengan hutan alam d m sifatnya yang tradisional merupakan kekhasan agroforestri ini baik dilibat dari sudut pandang ekonomi, ekologi dan sosial burlap. Masyarakat di sekitar Taman Nasional Lore Lindu dibarapkan dapat menghasilkan produk kehutanan baik berupa kayu maupun bukan kayu dari daerah penyangga yang menggunakm agroforest sebagai teknologi pengelolaan lahamya dengan tetap menjaga spesies alarni (hutan).
berbeda. Kemudian dari aspek sosial budaya, agroforest merupakan sarana pengembangan budaya dan pengetahuan masyarakat lokal yang dihasilkan dari
pengalaman yang panjang yang kemudian disusun secara sisternatis menjadi suatu pengetahuan tradisional pengelolaan lahan.
Agroforest pada daerah penyangga akan memberikan kontribusi ekonomi, ekologi, dan sosial budaya. Konlibusi ekonomi dapat berupa penclapatan finansial oleh pemilik serta terhadap pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Kontribusi ekologi berupa terbentuknya ekosistem buatan tetapi menyerupai ekosistem dam yang kaya a h keragaman hayati serta perlindungan terhadap ekosistem Taman Nasional
Lore
Lindu(TNLL).
Sedangkan kontribusi sosial budaya akan timbul karena agroforest sebenarnya merupakan manifestasi kearifan masyarakat lokal.Kontribusi tersebut di atas merupakan rnanifestasi dari hdungan nilai ekonorni agro forest yang terdri atas nilai penggunaan langsung (direct me value), nilai penggunaan tak langsung (indirect use value), nilai pilihan (opton value),
dan nilai keberadaan (existence value). Total nilai agroforest tersebut merupakan potensi teknologi tradisional hi sebagai instrumen penting pada tahap
perencanaan untuk pengelolaan sistern zonasi TNU. Hal ini sangat penting dengan mernpertimbangkan semakin sangat h t n y a tekanan aktivitas m e t sekitar terhadap kawasan TNLL.
Balai TNLL (2001) melaporkan bahwa selama rentmg waktu 1998 hingga Maret 2001 telah terjadi pambahm kawasan TNLI, seluas 962,62 ha.
dengan kecamatan lainya : Kulawi (20,4%), Lore Utara (13,4%), Sigibiromaru
(12,2%), dan Lore Selatan (0%). Kerusakan TNLL ymg disebabkan oleh
pembahan bahkan sangat serius terjadi di sekitar Kecamatan Palolo sejak pertengaban tahun 2001 dimana kurang lebib 1.030 kepala keluarga menduduki kawasan Dongi-Dongi, bagian dari TNLL, dan Giperkirakan telah nlembabat
hutan seluas 2060 ha (Jane, 2002). Tekanan yang sangat besar terhadap wilayah
TNLL merupakan fW perlunya suatu kebijakan tentang daerah penyangga di Kecamata Palolo.
Kemsakan TNLL tersebut di atas disebabkan oleh estimasi yang rendah
oleh masyarakat akan manfaat yang dapat diberikan oleh ekosistem TNI,L. Rendahnya estimasi merupakan penyebab utama kegagalan &lam pengelolaan dan perlindungan suatu barang atau jasa sehingga tidak dikelola secara lestari (Lette dan de Boo, 2002). Total nilai ekonomi suatu barang dan jasa &pat diperoleh dengan melaIcukan valuasi ekonomi (selanjutnya Mam disertasi
ini
seriag juga disebut valuasi ekosistem) yang merupakan suatu alat analisis dalam pengambilan keputusan yang bertujuan untuk membandingkan kelebihan (advantages) dm kekurangan (disadvcuftc1ges) suatu skenario tertentu. Dengm kata lain, valuasi ekosistem merupakan alat yang dapat memberikan informasi yang wgat berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan pilihan dari berbagai altematif yang munglun.
Pengelolaan daerah penyangga meidui sistem agroforest merupakan rekomendasi yang baik. Kelebihafi yang dapat d i m oleh agroforest adalah
adanya interaksi ekonomi dm ekologi yang bukan hanya terjadi antara stratum
sosial, ekonomi, dan ekologi merupakan unsu penting dalam pengelolaan agroforestldaerah penyangga.
Aspek ekonomi, sosial, dan ekologi suatu daerah penpgga sangat penting karma merupakan unsur-wur utarr~ dalam konsep pembmgunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan bukan sekedar tujuan yang ingin dicapai, tetapi Iebih dari itu ia akan menggambarkan suatu langkah-langkah bath)
yang akan menampakkan suatu proses partisipasi (Usha et al., 2000). Proses partisipasi (peran sertaj dalam pengelolaan sumbcrdaya lahan merupakan ha1 yang berimplikasi terhadap partisipasi masyarakat sekitar hutan dahm pengelolaan TNLL. Terlebih dari itu, parcisipasi di sini juga berarti melibatkan berbagai atribut sosial, ekonomi, dan buda ya mas yarakat dalam pengelolaan hutan. Partisipasi juga berarti melibatkan dukungan semua stakeholder atau para pihak sesuai dengan peran dan kewajibm masing-masing, termasuk dukungan dari masyarakat intemasional. Hal ini penting bila pembangunan kebutanan Indonesia ingin bergeser menuju perbaikan ekonorni secara lestari dalam jangka panjang (m0,
2001).
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daerah
penyangga TNLL, agroforest dapat dikemas &lam program perbutanan sosial. Perhutanan sosial (social foresoy) akan dapat menjadi suatu model manajernen agro fores tldaerah pen yangga yang menanpatkan masyarakat I okal sebag ai stakeholder terpenting. Perhutanan sosial, baik berbentuk hutan kernas yarakatan
demikian perhutanan sosid merupakan m&l manajemen yang berbasiskan ilmu,
dimana praktik agroforestri akan dapat meningkatkan produksi lahan serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wna penyangga.
Praktik perhutanan sosial telah dilakukan secara tradisional di wilayah Indonesia dalam bentuk Usaha Kehutanan M a s y k t parusman et al., 2001).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa Usaha Kehutanan Masyankat
0
telab memperlihatkan Gngkat resiliensi yang tingg i terhadap terpaan krisis ekonomi nasiond yang terjadi sejak pertengahm 1997. Pengalaman ini telah memkrikan sumbangan pemjkiran yang berarti bagi pergeseran orientasi kebijakan ekonomi,yaitu peningkatan peran
usaha
masyarakat yang lebih luas. Strategi pengembangan usaha rnasyarakat di masa yang akan datang dapat membuahkan hasil yang lebih baik jh strategi yang diterapkan berprinsip pada apa yang dimiliki oleh masyarakat. Artinya bertumpu pada apa yang berkembang dimasyarakat dm bukan dengan cara mengintroduksi sesuatu ha1 yang baru yang sesungguhnya tidak dikuasai, babkan tidak disukai oleh msymkat.
Metode valuasi yang memperhatikan aspek partisipatif merupakan suatu pendekatan baru dalam penilaian sumkdaya hutan. Yang
dimaksud
partisipasi disiai adalah melibatkan masyarakat lokal &dm kegiatan penilaian, yaitu
mencakup persiapan dan pelaksanaan penelitian. Melibahn masyarakat lokal dalam pengumpulan data a k a menyebabkan masyardcat tersebut mengetahui
secara langsung persoalan-persoaim dan contoh-contoh baik yang terdapat dalam
berada relatif dekat terhadap fmture yang dinihi, nilai kebemdaan (existence
value) dihampkan dapat diakses dan akan kdndak sebagai peluang yang kuat (strong opportunity) bagi pengembangan agroforest dalarn wilayah d a d penyangga
TNLL.
Nilai keberadaan merupakan peluang ymg kuat karena wilayahnya menggambarkan proporsi masyarakat yang tidak mendapatkan benefitdari agroforest baik secara langsung atau tidak iangsung, tetapi mengingmkan agroforest tetap ada. Di samping itu, nilai kekradaan juga mempresentasikan bagian yang beririsan anma domain ekonomi dengan domain politik. Dengan demikian nilai eksistensi ini dapat sebagai instrumen yang sangat penting dalam
ha1 dukungan global terhadap agroforest.
Permasalahan Penelitian
Pada bagian Latar Belakang telah dijelaskan kondisi
TNLL
di Kecamatan Palolo yang mendapatkan telcanan yang sangat serius dari rnasyarakat disekitarnya. Kondisi tersebut akm terus berlaagsung, bahkan akan meningkat hantitasnya bila tidak segera difikirkaa
dan
diambil suatu lmgkah kebijakan strategis tentang pengelolaan daemh pyangga yang dapat diterima oleh masyarakat setempat, pemerintah daerah, dan pibmtk BalaiTNLL.
Hingga kini zonasi
TNLIL
masih dalam bentuk draft sehingga masih &lam proses diskusi dan perbaikm Bahkan dalm draft zonasi klum dicantumkan zona atau daerah penyangga sehingga sudah sangat seringTaman Nasional Lure Lindu, Ir. Amir Hamzah pada tanggal 12 September 2003). Persoalan tentag rumitnya pemetaan daerah pen- disebabkan oleh karma
zona ini berada di Iuar wilayah TNLL dimam pihak Tarnan Nasional tersebut
ti& memiliki wewenang untuk melakukan pengelolaan kawasan (W awancara dengan pihak TNC, The Nature Conservancy, pada tanggal 17 September 2003
-
Ir.
Ismed, M.Sc- sebagai pelaksana proyek Management Plan Taman NasionalLore Lindu).
Pennasalahan utarna penelitian ini adalah bagamana pengelolaan zona penyangga TNLL ymg bertujuan meningkatkan kuaiitas ekonomi clan ekologi kawasm serta melibatkan peran ak-tif masyarakat. Dalm permasalahan pengkajian akan mengandalkan model agroforest sebagai teknologi tradisional pengelolaan daerah penyangga yang hemal dari masyardat setempat. Namun demikian agar Icebijakan tentang agro forest khadap pengelolaan daerah penyangga dapat dil- dan diarnbil dengan tepat maka nilai ekonomi agroforest merupakan sesuatu yang hams diketahui. Informasi tentang nilai ekonomi
akan
membantu bagi pengambil kebijakm pengelolaan daerah penyangga dalam kerangka pembangunan wilayah yang Welanjutan.Dengan tidak diketahuinya nilai ekonomi total agroforest, maka masyarakat akan cenderung mengkonversi sgm fores t menj adi agrofores tri
masyarakat miliki sebagai cenninan "kedekatan" masyarakat dengan hutan yang berada di sekitar mereka.
Persepsi merupakan salah satu tahap proses j a s t i h i dalarn penentuan nilai (value) yang berada pada wilayah phisiologis manusia dimma panca indera ''mat$ sebagai sensor akan banyak berperan terhadap sikap objektifitas manusia terhadap agroforest, Si fat obj ektif ini d i p e n g d oleh pengalman mas yacakat
dalam berinteraksi dengan lingkungannya Pada domain persepsi ini pula, atribut
sosial ekonomi dan budaya yang melekat pada masyardat &an mempengaruhi objektivitas masyarakat t e b d a p feature atau agro forest yang dinilai.
Pada proses jastifikasi secara subjektif yang terjadi pada domain psikologis rnanusia, feature akan rnemperoleh nilai dimana atribut sosial ekonomi
masyarakat akan berpem hingga pada suatu sikap "keinginan untuk melakukan
korbanan" dalam bentuk "keinginan untuk membayar" mu "keinginan untuk
menerima" ditentukan oleh masyarakat.
Bedasarkan penjelasan di atas, pertmyaan-pertanyaan berikut merupakan spesi-i permasalahan penelitian yang berperan sebagai tuntunan
penelitian.
1. Bagaimana atribut-atribut sosial ekonomi mas yarakat baperan terhadap persqsi dan nilai ekonomi agroforest yang diablisasikan oleh masyarakat. 2. Bagaimana masyardcat lokal mernbentuk agroforest sehingga agroforest
tersebut layak disebut sebagai suatu tekaologi yang arif.
valuas i ekosistem" dengan tuj uan melakukan segmentasi kompomn-komponen
feature sebagai basis bagi proses penilaian.
Analisis ekologi semakin penting untuk menjelaskan fenomena sosial ekonomi agroforest dadatau hutan yang cenderung dianut oleh masyadat dewasa ini. Penyerobotan hutan yang masih saja mar& harm dikendalikan dengan memkrikan pemahaman barn tentang teknologi tradisional yang sebenarnya mereka miliki. Oleh sebab itu berikut adalah analisis ekologi yang berhubungan dengan masalah kompatibilitas tegakan agroforest yang lebih
terperinci dituaagkan dalam bentuk pertanpan-wyaan bedcut:
1. Seberapa besar tingkat kompatibilitas tegakan agroforest dengan tegakan hutan alam terdekat sebagai suatu pendekatan kuantitatif untuk menjelaskan istilah "kemiripan" yang banyak digunakan &lam literatur agroforestri.
2. Bagaimam peranan indigenoars howledge yang dimiliki oleh masyarakat dalarr. pengelolaan ekosistem agroforest. Belajar dari hutan dan pengalaman sebari-hari dengan pola trial and error menghasilkan pengetahuan tersendiri atau nilai-nilai baru bagi mas yarakat ddam pengelolaan agmforest secara turun temurun.
Tujuan Penelitian
Berdasotrkan hasil-Wil penelitian pendahuluan yang telah dilakukm sejak akhir tahun 2000 di Kecamatan Palolo dan beberapa wilayah lainnya di
Tujuan umum adalah mengetahui hubungan atau kcterkaitan mtara aspek ekologi &ngan aspek ekonomi agroforest sebagai salah satu bentuk tata guna lahan dalarn pengelolaan Daerah Penyaxlgga
m.
Tujuan umum ini berhubungan dengan pennasalahan urnwn yang telah &balm di atas. Aspekekonomi dan aspek ekologi agrofcrest merupakan sum& kajian konkrit yang dikenal dengan nama valuasi ekonomi atau U a m konteks penelitian ini disebut juga valuasi ekosistem.
Tujuan khusus yang terdiri atas beberapa hal, @tu
a. Mengetahui sejarah dan proses pembentukan agrofomt sebagai ulcuran kualitatif dalam va1uasi ekosistem agrofo~est. Hal ini
akan
men;awab pernasalahan tentang proses pembentukan agroforest serta pengungkapan terhadap aspek sosiaf ekonomi agroforest. Hal ini juga merupakan sdahsatu kondisi objektif agrofomt yang dipertimbangkan oleh masyardat dalarn melakukan penilaian atau valuasi terha@ agroforest.
b. Mengetahui karakteristik ekologi tegakm agoforest. Permasdaban yang
akan dijawab oleh tujuan ini adalah &ahan kekompleksan ekosistem agroforest yang m k a n serupa dengm hutan alarn sehingga ia memiliki kompetensi ekologis yang baik set@ khologi pengelolaan daerah penpgga Taman Nasional Lore Lindu.
c. Mengetahui estimasi nilai ekonomi agroforest. Hal ini akan menjawab
dalam pmgelolaan daerah penyangga yang menggunakan agrofomt sebagai teknologi pengeiolaan l a h a ~ y a
d. Menjelaskan parameter sosial ekonomi yang berpmgaruh k b d a p nilai ekonomi agroforest. Peranan variabel sosial ekonomi dalam mempengaruhl nilai ekonomi yang diberikan oleh rnasyimht merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan untuk rnengetahui perilaku perubahan nilai ekonomi agroforest yang mungkin dapat terjadi.
e. Mengetahui ni lai ekonomi langsung agroforest berdasarkan kompatibili tas
tegakan pada tingkat resolusi size class. Tujuan inilah yang akan
menjawab konsep keseimbangan ekologi-ekonumi &lam konteks nilai ekonomi langsung agroforest.
Manfaat Penelltian
Setelah mengetahui nilai ekonomi agroforest serta atribut yang melekat
padanya, maka infomasi tersebut akan memberikan beberapa manfaat berupa: 1. Tersedianya informasi yang bemanfaat dalam penpunan strategi
pembangunan kehutanan terutama yang berfiubungan dengan upaya perencanaa dan pengelolaan daerah penyangga TNLL di wilayah penelitian maupun di wilayah lain dari TNLL.
2. Memberikan informasi kepada para peneliti untuk rnelakuZran penelitian-
11.
TINJAUAN PUSTAKA
Valuasi Ekonomi Agroforest: Suatu Analhis Ekonomi dan Ekologi I . Definisi
Valuasi ekonomi terdiri atas dua kata, yaitu valuasi yang bemd dari kata
"valuatioia", dan ekonomi yang krasal dari kata "economics". Meyer et al. (1947) mengatakan bahwa ekonomi menjelaskan tentang transformasi sumberdaya alam melalui penggunaan faditas fisik @hysical forces), energi (stored energyl, dan kapasitas manusia, menjadi barang yang berguna bagi manusia; serta cara mengangkut (to transport and to deliver) barang tersebut
ke
konsumen. Baxter et al. (1977) mende~sikan ekonomi sebagai ilmu tentang perilaku sosid dan institusi yang menyangkut penggunaan sumberdaya yang
langka untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
dan
jasa untuk mencapai kepuasan dan kehginan manusia Samuelson (1985) menulis: economics is thestudy of how people and sociew to employ scarce resources that could have alternuti~~e uses in order to produce various commodities and to distribute them for comumptiotx, now or in the future, umong various persons and groups in
society. Klemperer (I 996) mengatdm bahwa ekonomi akan menolong kita dalam memilih cam ysng terbaik dalam rnenggumkm sumberdaya. Ekonomi a h
menjelaskan perilaku manusia dalam pengambilan keputusan tentang alokasi sumberdaya alam yang terbatas. Dmgan demikian paling tidak terdapat tiga ha1 yang h a m diperhatikan dalam ekonomi yaitu: jenis dan jurnlah barmg yang
akan
diproduksi; bagaimana cara memproduksinya; dan bagaimana
Dari definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dirnaksud
dengan ekonorni &lam konteks ini adalah perilaku manusia yang mencenninkan cara-cara yang terbaik dalam rnenggunakan sumber daya hutan demi memenuhi kepuasan manusia. "'Cara yang terbaik" dm ''manusia" merupakan dua istilah yang sangat berhubungan erat dalam batasan ini. Cara yang terbaik merupakan keari fan manusia untuk menggunakan potensi internal dan fssiIi tas eksternal daIam menggunakan sumberdaya hutan. Kata "manusiaCg berimplikasi terhadap keberadaan manusia &lam dimensi ruang dm waktu sebagai pelaku ekonomi. Dengan demikian kegiatan ekonomi manusia (cam terbaik) akan selalu meningkatkan kesejahteraan rnanusia dalam dua dimensi tersebut.
VaIuasi berasal dari kata a'value" atau 'hiIai" yang b e r m h a perscpsi manusia atau orang tertentu terhadap makna suatu objek dalam waktu clan tempat
tertentu. Dengan demikian agroforest clan hutan akan dapat memiIiki niIai yang berbeda bagi individu atau kelompok masymkat ymg berbeda. Persepsi ini sendiri merupakan ungkapan, pandangan, perspektif seseorang (individu) tentang atau terhadap suatu benda sebagai hasil dari proses pernahaman melalui suatu pemikiran. Dan di sini, harapan dm noma-norma yang dimiIiki oleh individu atau keIompok masyardcat sangat berpengaruh,
Valuasi adalah prosedur yang diIakukan untuk menemukan nilai
(investor 's value) suatu sistem (Klemperer, 1 996). Nilai yang dimaksudh di sini adalah nilai manfaat (benefit) suatu b m g yang dapat didmati oleh manusia
barang atau jasa lingkungan merupakan tema utama d a m bidang ekonomi lingkungan d m merupakan ha1 yang h i a l bagi pembangunan berkelanjutan. Masalahnya adalah bahwa menilai suatu asset lingkuagan bukm sesuatu yang mudah oleh karena banyak asset lingkungan yang ti& memiliki p a w sehingga tidak mempunyai harga. Sebagai contoh adalah fungsi perlindungan (stoma protecrion) hutan mangrove, atau diversitas biologi hutan tropis. Fungsi lingkungan ini sangat dibutuhkan kebe-ya oleh mmymkat tetapi karena tidak memiliki pasar seperti yang dirniliki bamg lainnya, misdnya ikan dan kayu
bakar, maka terdapat kesulitan untuk metlentdm nilai fungsi lingkungan
tersebut.
Untuk
melakukan penilaian terhdap barang dan jasa yang tidak memilikiharga pasar, Bateman et aal. (2002) mengemukakan bahwa: Economic Valuation
refers to the assignment of m o n q value to non-markzted assets, goods and
services. where the money values have a particular and precise meaning. Non-
m a r k e d goods and sem'cm refer to those which may not be directly bought and
melibatkan analisis ekologi guna memahami semua komponen dan atribut feature atau agroforest yang dinilai.
Skourtos et al. 42000) menggunakan analisis ekologi dalam model
valuasi ekosistem untuk menghitung nilai moneter kerusakan lahan basah di
daerah mediterane, Eropa Selatan. Tujuan a d i s i s ini adalah mengidenti f b s i nilai ekologi yang dimiliki setiiip elemen-elemen bentang alam di lahan basah Kalloni. Model ini difohskan pada sensitivitas habitat alami terhadap gangguan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.
r
Jones et al. (2000) yang membahas tentang Ecological Economics m e n g g a m b h tip wilayah
kualitas
yang bert>eda dari suatu objek, yaitu kualitas primer; kualitas sekunder; dm kualitas tersier. Kualitas primer menyangkut kondisi fisik suatu objek yang akan menjelaskan tentang kondisimorfologis seperti bentuk dan ukuran objek yang dimaksud. Kualitas primer suatu obj ek, atau katakdah agroforest merupakan pendapat obj ektif seseorang terhadap ekosistem agroforest, maka ha1 ini akan menpgkut l o h i dan luas agroforest serta bentuk agroforest. Kualitas sekunder terkait erat dengan kualites primer dan juga sangat tergmtung kepada pemikiran atau pengalaman penilai
(o hewer). Kualitas sekunder berada pada wilayah fisiologis yang melibatkan sensor manusia sehingga &pat menformulasikan suatu persepsi. Persepsi merupakan penggabungan antara pendapat objektif dan pendapat subjektif yang dimiliki seseorang t h d a p agroforest Nilai atau kualitas tersier mempakan suatu apresiasi penilai terhadap agroforest
dan
tip ini bemda pada wilayah psikologis.memperoleh infomasi tersebut addah pengin- sedan* proses mtuk memaharninya melibatkan fungsi kesadaran atau kcgnisi. Idris (2002)
mengemukakan bahwa komponen kognisi dipen- oleh baa* faktor, seperti pengalaman, pendididcan, umur dan kebudayaan. k b i h lanjut Sudradjat dm Yustina (2002) mende finisi kan persepsi sebagai suatu proses psikologis seseorang yang diartikan sebagai: 1) Proses pengamatadpencarian, penerimaan dan
penafsiran sesuatu, 2 ) merupakan proses berpikir yang menuntut kemampuan otak untuk &pat menafsirkan secara benar, 3). Hasil interpretasi seseorang terhadap
"sesuatu" yang diterima lewat panca-inderanya
d m
dipenganh oleh latar belakang pengalaman, peran, situasi serta hapan-harapannya.Serupa dengan Sarwono, Barly (2002) menjelash bahwa persepsi adalah proses penginderaan, penyusunan, dm penafsimn rangsangan suatu objek atau peristiwa yang diinformasikan, sehingga seseorang dapat mengenali, memahami, dan menilai makna rangsangan yang diterimanya sesuai dengan keadaan dirinya dan lingkungan dirnana ia berada, sehingga ia &pat menentukan tindakmnya. Idris (2002) mengemukakan bahwa, persepsi atau pernaknaan individu t e r h h p
suatu objek kemudian akan membentuk struktur kognisi di dalam dirinya. Data
yang diperoleh mengenai suatu objek tertentu &an mas& ke dalam kognisi
m e n g h t i organisasi kognitif yang sama; proses ini tidak b y a kkaitan dengan
'penglihatan' tetapi juga melalui semua in&ra manusia. D a l m konteks tersebut,
Sarwono (1 995) menganggap persepsi sebagai kumpulm penginderaan. Sebagai ilustrasi kits melihat sebuah benda t&uat dari kayu dan berkaki empat; hmpulan dari hasil penglihatan tersebut akan diorganisasikan secara tertentu, dikaitkan dengan pengalaman dan ingatan lalu,
dan
diberi maha mtu sehinggakita bisa mengenal, misdn ya sebagai kursi. Mengingat bahwa mengenali objek atau benda itu merupakan aktivitas mental maka biasa disebut sebagai aktivitas
kognisi. Dengan demikian dapat disirnpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses untuk memahami sesuatu sebagai sistem yang menyeluruh.
Masulu~ya cbjek persepsi se hlu melalui dua faktor, yaitu faktor struktural
dan faktor fungsional (Idris 2002). Faktor struktural berasal dari lingkungan yang berbentuk rangsangan fisik dengan dampak terhadap sistem s yaraf manusia secara
fisiologis, sedangkan falaor fungsional sangat ditentukan oleh kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa Ialu d m daya ingatnya. Searang individu akan menangkap berbagai gejala atau rangsangan dari luar &ya melalui indera yang dimilikinya dan selanjutnya akan memberikan interpretasi terhadap rangsangan-rangsangan
tersebut. Hasil interpretasi h i akan menunjukkan bagaimam pengertian atau pemahaman seseorang terfiadap lingkungannya. Proses diterimanya rangsangan sarnpai rangsangan i tu disadari dan dimengerti disebut persepsi @&is 2002).
Lebih lanjut Barly (2002) menjelaskan bahwa pmepsi antara satu orang
disaat ia hanu berlari], 3) Kebutuhaa [kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang
menetap], 4) Sistem nilai [ h t istiadat, kepercayaan, dan budaya], dan 5 ) Ciri kepribadian [watak, m r ,dan kebiasan].
Mengacu pada konsep-konsep tentang persepsi, Adimihardja (1 992) mejelaskan bahwa Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul di sekitar kawasan
TNGH
(Taman Nasional Gunung Halimun) memiliki pandangan (pengetahuan)tentang hutan, sebagai berikut: 1). Leuweng Kolot, atau "Ieuweng geledegan" atau 'hutan tua", yaitu jenis hutan yang masih lebat, ditumbuhi berbagai jenis tanaman
atau pohon besar dan kecil, 2) Leuweng Sampalan, yaitu suatu hutan yang dapat diekspioitasi manusia secara luas, dan 3) huweng Til@un, yaitu suatu jenis hutan
yang diakui oleh semua warga adat kasepuhan sebagai suatu jenis hutan keramat. Jenis hutan ini tidak boleh dieksploitasi manusia, kecuali atas ijin sesquh.
Nilai merupakan apresiasi atau respon psikologi s seseorang terhadap kualitas agroforest yang diamatinya. Nilai pada tahap hi merupakan stimulasi
ekonomi bagi produsen dan konsumen untuk mengekspresikeul kuantitas korbanan
yang akan ditramaksikan dalam suatu pasar. Pada tahap ini k l a k u hukum permintam dm penawaran dimana
ti&
keseimbangan wadi pada kesepakatanharga antara produsen dan konsumen. Kestabilan dari keseimbangan pasar tersebut akan sangat dipengaruhi baik oleh bert>agai variabel eksogen dan endogen.
2. Prinsip Dasar V a l w i Ekonomi
Harga suatu barang atau jasa akm ditentukan oleh kelangkaan atau
nilai melalui suatu konhntasi antara pembeli (dkwm!) dengan penjual (suplay)).
Keseimbangan yang tejadi antara demand
dan
suplai menghasilkan kesepakatan tentang kuantitas nilai barang tersebut. Nilai barang tersebut disebut harga @rice). Pada pagertian yang sempit, barga berarti sejumlah uang (quantity of money)yang hams ditukarkan dengan satu unit barang dm jasa (Baxter et al., 1978). Naluri alami yang dimilih setiap manusia addah selalu ingin mencapai suatu kepuasan tertentu. Dernikian juga dalam m e n h a t i basil hutan, manusia sebagai konsumen memi li lu prilaku ekonomi dalam macapai kquasannya. Proses pencapaian kepuasan melibatkan potensi rasa, seni, ilmu, dan bisnis masing-masing pribadi. Sehingga Gissa (1981) menyatakau bahwa kepuasan atau
utiliv is a smooth function of consumption. Untulr mencapai keperluannya, seseorang akan melakukan suatu
tin-
ekonomi yang disebut permintam(demand). Pada suatu komunitas, total permintaan merupakan agregat permintaan perseoran gan. B aik permintaan persearangan, mupun permin taan komunitas terhadap jenis barang tertentu dipen@ oleh gmdapatan (income), harga
barang @rice), dan selera (taste).
bawah harga pasar. Jumlah antara surplus konsumen dengan surplus produsen disebut net social benefir (Gambar LI- 1).
Harga
[image:34.618.140.491.135.385.2]S 1
Gambar
U-
1. Suplai, demand, harga dan surplus konsumenD
- Dl merupakan gambaran pennintaan terhadap sebuah barang padaberbagai ievel harga yang ber& Umumnya huva permintaan merupakan invers kurva suplai; artinya bila harga barang
naik
maka permintam terhadapbarang tersebut akm menurun. Demikian sebaliknya bila harga barang turun, karena harga komponm input untuk memproduksi barang tadi turun, maka permintam akan naik.
S
-
$1 mempakan kurva pennintaan yang mengindikasikan sebmpa banyak barang yang akan disuplai oleh produsen pads harga tertentu UmumnyaPada Gambar
II-
1, nilai barang atau jasa lingkungan sama dengan nilaipasar (P - q) ditambah dengan surplus konsumen
@-PI-P).
Dalam W k , arah D-P 1 -P sering tidak teratur (irregular) sebagai akibat bentuk kurva permhtaan yang tidak linier. Kurva permintam menggambarkan keinginan untuk membayar (WTP) terhadap sejumlah (marginal) barang atau jasa bngkungan. Oleh sebab itu kuwa permintaan sering juga disebut skeduldari
marginal willingness to pay. Ongkos marginal atau benefit marginal adalah perubahan ongkos total atau benefit total yang disebabkan oleh peningkahn atau penurunan j d a h barang atau jasayang disuplai atau yang digunakan. Dengan demikian semakin menanjak kurva permintaan atau kuwa penawaran maka ongkos atau benefit marginal akan semakin tinggi. Perubahan pada surplus lconsumen dan rmrplus produsen dapat digunakan untuk mengkur tingkat kesejahtetaan yang dinikmati. Bila perubahan bersifat positif maka akan menimbulkan benefit dan sebaliknya bila perubahan bersifat negatif maka akan menimbulkan ongkos.
Titik
P1
merupakan keseimbangan yang stabil antara permintaan danpenawaran. Pergeseran l a m a permin- merupdan basil dari perubahan atas pendapatan, populasi, harga barang lain, dan selera. Sedangkan pergeseran kurva penawaran akan sangat dipengadu oleh harp input atau perubahan teknotogi
yang digunakan dalam proses produksi.
3. Nilai Hutan
lainnya yang berada di Iuar wilayah hutan tropis. Sebagai contoh adalah fungsi perlindungan DAS (Daerah Aliran Sungai) hutan tropis yang mengatur tingkat sedimentasi dan banjir sehingga pengamlmya sangat menentukan pmduktivitas
ekonomi pada kawasan pertanian dan pmhnm di sekitarnya. Nilai tak langsung sering mlit ditentukan karena tidak dapat diduga secara langsung melalui observasi manusia atau perilaku pasar (Bann, 1998).
Nilai option adalah tipe nilai kegunaan yang berhubungan dengan
kegunaan masa depan butan -is. Nilai option muncul karena masyarakat
memiliki pilihan tentang kegunaan hutan tropis di masa yang akan datang. Konsekuensinya adalah tenlapat upaya masyarakat untuk melindungi hutan. Dengan demikian tingkat penggunaan hutan tropis sekarang akan rendah dengan harapan dapat mempunyai nilai masa depan yang lebih tinggi dalam lingkup ilnlu pengetahuan dan pendidikan serta kegunaan ekonomi lainnya. Kategori khusus nilai option blah nilai warisan (beguest value) yang merupakan basil dari pengbargaan yang tinggi terhadap konservasi hutan untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akm datang. Motifnya adalah keinginan untuk memberikan sesuatu kepada ke#tmumm. Seperti halnya nilai kegunaan tak langmng, nilai option clan
bequest value sulit untuk diakses karena menyanght asumsi-asumsi yang berhubungan dengan pendapatan dan preferensi masa depan.
Tipe terakhir dari nilai hutan tropis adalah nilai bukan kegunaan. Tipe terakhir ini tidak diturunkan dari kegunaan langsung dan tak langsung hutan tropis. Tetapi tipe ini rnuncul oleh h n a adanya masyarakat yang mengingdan
ini sering disebut nilai eksistensi. Nilai eksistensi diperoleh dari kesenangan yang mumi tehadap keberadaan suatu barang dan tidak berhubmgan dengan apakah orang tersebut akan memperoleh benefit dari barang tersebut. Nilai eksistensi sulit diukur karena menyangkut nilai subjeiaif yang ti& berhubungan dengan kegunaan barang tersebut.
W e W d (2002) menggabungkan beguest value dengan existence value sebagai nun use values. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa nilai keberadaan sebenarnya tidak ada dan nilai bukan kegunaan tidak begitu berguna dalam suatu kegiatan valuasi ekonorni. Alasannya adalah nilai tersebut
tidak
konsisten dengan prinsip-prinsip teuri dan metodologi ekonorni.Nilai Ekonomi Total (TEV) yang terdiri atas nilai penggunaan (use
value) dan nilai bukan penggunaan (non w e value) yimg s e a m ringkas penjabarannya dapat dilihat pada Tabel II-1. Nilai penggunaan adalah nilai ymg timbul oleh karena adanya penggunaan barang dan jasa hutan tropis. Nilai
kegunaan terdiri atas kegunaan langsung dan kegunaan talc langsung. Kegunaan langsung yaitu m e n h t i barang dan jasa secara langsung yang dissdiakan oleh hutan, misalnya: kayu, buah, obat-obatan, clan lain sebagainya. Sedangkan kegunaan tidak langsung adalah benefit yang dapat didmati dimana benefit tersebut didukung oleh jasa hutan dalam proses produksinya. Nilai kegunaan yaug
yang tulus agar hutan tropis lestari tanpa mempertimbangkan pero1eha.n manfaat baik langsung atau tidak langsung.
Tabel
II-
1. Penjabaran Nilai Ekonomi Totalmv)
hutan tropis Use values(1)
I
( 2 )~ i r e c t value Indirect value Sustainable
timber
I
Watershed protectionRecreation and
I
reduction Non timberforest products
tourism Mimoclimat
Medicine
Nutrient cycling Air pollution
Education Biodiversity
Sumber: Moran dan Bann (2000)
Non use values
I GDtion value
I
Cultural heritage Biodiversity Future use as per
(11 and (2)
4. Teknik Valuasi Ekonomi
Turner et al. (1 994) membagi metode valuasi barang dm jasa lingkungan menjadi dua kategori, yaitu metode yang menggunakan kuwa penawaran dan
perrnintaan, dan metode yang tidak menggunakan kuwa tersebut. Metode p n g menggunakan kurva penawaran-pcrmintaan membutuhkan data seri tentang permintaan dan penawaran sehingga metode ini merupakan metode tefbaik karena menatung total manfaat sosial dan manfaat sosial bersih yang mmpakan penjumlahan antara surplus konsurnen dan surplus produsen.
Data seri merupakan hambatan utama dalam pelaksanaan penilaian barang dan jasa lingkungan karma untuk memperoleh semua data diperlukan investasi waktu, uang, dan usaha yang sangat besar. Kemudian, juga tidak semua barang dan jasa lingkungan merniliki pa=. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan berkembangnya metode valuasi ekonomi Iingkungan.
[image:39.620.109.515.152.373.2]Bann (1 998) memhagi teknik valuasi yang umumnya d i g m d m dalam menilai berbagai komponen nilai hutan tropis kedalam lima kategori utama sebagai berikut:
1. Berdasarkan harga @rice based). Pendekatan ini menggunakan harga pasar dari suatu barang dan jasa hutan (koreksi untuk pasar yang tidak sempurna dm kegag alan kebij akan yang dapat mendistorsi harga).
2. Pendekatan barang lain yang memiliki hubungan dengan barang atau jasa hutan yang dinilai (related good approach). Pendekatan ini menggunakan
informasi tentang hubungan antara barang dan jasa yang dipasarkan untuk mengetahui nilai barang dan jasa yang tidak rnelniliki pasar. Teknik ini terdiri atas pendekataa barter, pendekatan substitusi langsung, dm pende katan substitusi tak langsung
.
3. Pendekatan tak langsung (indiret approach). Pendekatan ini merupakan teknik yang berusaha mengungkap preferensi melalui informasi yang berdasarkan observasi pasar. Teknik
ini
tidak langsung karena tidakmenyangkut jawaban hg sung wyarakat tentang pertanyam mengenai
WTP. Pendekatan ini dapat dibagi atas dua macam, yaitu:
3.1. Surrogate market upproach (Revealed preference approach) yang rnenggudm informasi tentang komoditi yang dipasarkan untuk menduga
nihi barang yang
akan
ditaksir. Contoh: Travel cost method, Hehnicpricing.
3.2. pendekatan pasar konvensional (Conventional market upproach atau
lingkungan menimbulkan peruhahm h t i t a s atau harga input atau output
yang dipasarkan. Contoh: nilai ptxubdmn pada pendekataa pduklivitas; pendekatan fungsi produksi; dose r ~ p u n s e f u ~ o n .
4. Pendebtan langsung (Direct approach). Consmted markt approach-
sebagaimana metode kontingensi yang digunakan untuk mendapatkan secara langsung, melalui survei, WTP Lomumen terhdap nilai lingkungan
yang dapat dipasarkan.
5 . Metode berbasis ongkos (Cost based method). Metde ini menggunakan
beberapa estimasi ongkos untuk rnenyahakan atau menggantikan barang
dan jasa lingkungan yang sebenarnya akan diestimasi benefitn ya (Contoh:
opportunity cos f, indirect opportunity cost, ratoration cost, replacement
cost, relocation cost, preventive txpencliture)
.
Batman e6 al. (2002) menggambarkan hubungan antara total nilai
ekonomi dengan dua kategori utama teknik valuasi ekonomi yaitu: Revealed
preference dan Stated preference. Kedua kategori ini dapat digunakan untuk mengukur nilai kegunaan, tetapi issu utama adalah bahwa seharusnya dipertimbangkan apakan kedua pilihan itu se. praktis dapat tersedia Pada
beberapa konteks tidak ada proxy mar