RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP
DUAL-BAND ( 2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan S
CHANDRA ELIA AGUSTIN TARIGAN
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
.
RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR
( 2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN
PROXIMITY COUPLED
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
Oleh
CHANDRA ELIA AGUSTIN TARIGAN NIM : 100402069
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SLOT RECTANGULAR
( 2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN
ABSTRAK
Antena mikrostrip adalah antena yang memiliki bentuk yang kompak dan
dapat beroperasi dalam banyak pita atau multiband. Salah satu penerapan antena
mikrostrip adalah dalam akses komunikasi nirkabel pita lebar (BWA). Itu
sebabnya banyak yang mengembangkan antena mikrostrip baik dalam bentuknya
maupun pencatuannya. Namun satu masalah yang dimiliki antena mikrostrip
adalah mempunyai bandwidth yang kecil.
Dalam Tugas Akhir ini dirancang antena mikrostrip berbentuk persegi
panjang yang bekerja pada dua frekuensi yang mampu bekerja pada frekuensi
BWA 2,3 GHz dan 3,3 GHz. Dalam teknik pencatuannya digunakan pencatuan
proximity coupled yang bertujuan untuk meningkatkan bandwidth dan untuk
memperoleh dua frekuensi diberikan slot pada antena.
Hasil yang didapatkan dalam pengukuran antena ini adalah antena bekerja
pada frekuensi 2,328 GHz – 3,491 GHz dengan return loss minimum -12,2 dB
dan VSWR minimum 1,65. Frekuensi kedua bekerja dari 3,12 GHz – 3,395 GHz
dengan return loss minimum -30,4 dB dan VSWR minimum 1,08.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan segala usaha dan
kemampuan yang dimiliki.
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan satu kurikulum dalam rangka
memperoleh gelar sarjana dari Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Judul Tugas Akhir ini adalah :
“RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR
DUAL-BAND ( 2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN
PROXIMITY COUPLE”
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang sangat
mencintai penulis. Tak ada kata lain yang terucap, hanya terima kasih untuk
segala kasih sayang yang telah kalian berikan selama penulis hidup.
Selama menempuh masa pendidikan di Universitas Sumatera Utara hingga
terselesaikannya Tugas Akhir ini banyak pihak yang memberikan motivasi dan
dukungan kepada penulis, untuk itu perkenankanlah penulis dengan segala
kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ali Hanafiah Rambe, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing Tugas
Akhir, atas segala bimbingan dan pengarahan serta motivasi dalam
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Syamsul Amien, M.S., selaku dosen wali penulis yang telah
3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si., selaku Ketua Departemen Teknik
Elektro FT-USU dan Bapak Rahmat Fauzi, M.T. selaku Sekretaris
Departemen Teknik Elektro FT-USU.
4. Bapak Ir. Arman Sani, M.T. dan Ibu Naemah Mubarakah S.T., M.T., selaku
dosen pembanding dalam Tugas Akhir ini.
5. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro USU dan Seluruh
Karyawan di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU.
6. Ayah A. Tarigan dan Ibu W. Sitorus serta kakak Amelia dan abang Berry .
Terima kasih untuk segala perhatian dan kasih sayang yang telah kalian
berikan.
7. Teman-teman 2010 Teknik Elektro USU, Yahya, Kharisma, Eden, Hendra,
Angel, Dwi, Dila, Milan, Afron, Sylvester, Benny, Willy, Fransisco, Molen,
Andika, Rimbo, Mayang, Tari, Fadl-lan, Fatih, Yola, Dewi, Agil, Mursyid,
dan anak 2010 lainnya yang telah memberikan motivasi secara langsung
maupun tidak langsung.
8. Teman-teman terbaik, Mezbah, Remon, Dara, Haykal, Rara, Arif, Vina, Raga,
Tiara, Tari, Dicky, Tita, Jojo.
9. Teman-teman Alumni SMA Negeri 1 Tebing Tinggi terkhusus kelas IPA 3
yang telah memberikan kebahagiaan dan semangatnya kepada penulis.
10. Semua senior dan junior di Departemen Teknik Elektro.
11. Mereka, yang tidak disebutkan, yang pernah menghabiskan detik hidupnya
bagi penulis.
Usaha yang terbaik telah diberikan dalam penulisan Tugas Akhir ini,
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna
menyempurnakan Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
Medan, November 2014
Penulis,
Chandra Elia Agustin Tarigan
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penulisan ... 2
1.3 Perumusan Masalah ... 2
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Sistematika Penulisan ... 3
BAB 2 DASAR TEORI ... 5
2.1 Antena ... 5
2.2 Antena Mikrostrip... 6
2.3 Parameter Umum Antena Mikrostrip ... 8
2.3.1 Impedansi Masukan ... 8
2.3.2 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) ... 9
2.3.3 Return Loss ... 9
2.3.4 Lebar Pita (Bandwidth) ... 10
2.3.5 Keterarahan (Directivity) ... 11
2.3.7 Pola Radiasi ... 12
2.3.8 Polarisasi ... 13
2.3.9 Frekuensi Resonansi ... 16
2.4 Antena Mikrostrip Patch Persegi Panjang... 16
2.5 Teknik Pencatuan Proximity Coupled ... 18
2.6 Teknik Menghasilkan Dual Frekuensi ... 19
BAB 3 PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI ... 22
3.1 Umum ... 22
3.2 Perangkat Yang Digunakan ... 23
3.3 Jenis Substrat Yang Digunakan ... 23
3.4 Diagram Alir Perancangan Antena ... 24
3.5 Menetukan Lebar Saluran Pencatu 50 Ω ... 25
3.6 Penentuan Dimensi Antena ... 25
3.6.1 Perancangan Dimensi Antena Untuk Frekuensi 2,3 GHz ... 26
3.6.2 Perancangan Dimensi Antena Untuk Frekuensi 3.3 GHz ... 27
3.6.3 Penambahan Slot untuk Menghasilkan Dua Frekuensi ... 28
3.6.4 Hasil Simulasi Optimal ... 34
4.1 Pengukuran Antena... 39
4.2 Pengukuran Return Loss dan VSWR ... 40
4.3 Pengukuran Pola Radiasi ... 43
4.4 Analisis Hasil Pengukuran... 45
4.4.1 Analisis Hasil Pengukuran Return Loss dan VSWR ... 45
4.4.2 Analisis Hasil Pengukuran Pola Radiasi ... 48
4.4.3 Analisis Pencapaian Antena ... 50
4.4.4 Analisis Kesalahan Umum ... 52
BAB 5 PENUTUP ... 53
5.1 Kesimpulan ... 53
5.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peran antena di sistem komunikasi nirkabel ... 5
Gambar 2.2 Struktur dari Antena Mikrostrip ... 6
Gambar 2.3 Pola Radiasi Antena ... 13
Gambar 2.4 Polarisasi Linear ... 14
Gambar 2.5 Polarisasi Melingkar ... 14
Gambar 2.6 Polarisasi Elips ... 15
Gambar 2.7 Pencatuan Proximity Coupled ... 18
Gambar 2.8 Orthogonal mode dual frequency patch antennas ... 20
Gambar 2.9 Multi-patch dual-frequency antennas ... 20
Gambar 2.10 reactively loaded dual frequency patch antenna... 21
Gambar 3.1 Diagram alir perancangan antena ... 24
Gambar 3.2 Bentuk feed ... 25
Gambar 3.3 Patch untuk menghasilkan frekuensi 2,3 GHz ... 26
Gambar 3.4 Hasil simulasi elemen tunggal pada frekuensi 2,3 GHz... 27
Gambar 3.5 Patch untuk menghasilkan frekuensi 3,3 GHz ... 27
Gambar 3.6 Hasil simulasi elemen tunggal pada frekuensi 3,3 GHz... 28
Gambar 3.7 Bentuk penambahan 1 slot pada patch antena ... 29
Gambar 3.8 Hasil karakterisasi posisi penambahan 1 slot ... 29
Gambar 3.9 Hasil karakterisasi ukuran penambahan 1 slot ... 30
Gambar 3.10 Bentuk penambahan 2 slot pada patch antena ... 30
Gambar 3.11 Hasil karakterisasi posisi penambahan 2 slot ... 31
Gambar 3.12 Hasil karakterisasi ukuran penambahan 2 slot ... 31
Gambar 3.14 Hasil karakterisasi posisi penambahan 3 slot ... 32
Gambar 3.15 Hasil karakterisasi ukuran penambahan 3 slot ... 33
Gambar 3.16 Bentuk penambahan 4 slot pada patch antena ... 33
Gambar 3.17 Hasil karakterisasi posisi penambahan 4 slot ... 33
Gambar 3.18 Hasil karakterisasi ukuran penambahan 4 slot ... 34
Gambar 3.19 Substrat 1 tampak muka ... 35
Gambar 3.20 Substrat 2 tampak muka ... 35
Gambar 3.21 Antena tampak samping ... 36
Gambar 3.22 Hasil akhir return loss perancangan antena ... 36
Gambar 3.23 Hasil akhir VSWR perancangan antena ... 36
Gambar 3.24 Pola Radiasi antena pada 2,35 GHz ... 37
Gambar 3.25 Pola radiasi antena pada 3,35 GHz... 38
Gambar 4.1 Hasil fabrikasi antena (a) feedline antena ... 39
Gambar 4.1 Hasil fabrikasi antena (b) keseluruhan antena ... 40
Gambar 4.2 Grafik Return Loss hasil Pengukuran ... 41
Gambar 4.3 Grafik VSWR hasil pengukuran ... 42
Gambar 4.4 Pola Radiasi pada saat frekuensi 2,35 GHz... 44
Gambar 4.5 Pola Radiasi pada saat frekuensi 3,35 GHz... 44
Gambar 4.6 Hasil pengukuran return loss untuk frekuensi 2,3 GHz ... 45
Gambar 4.7 Hasil pengukuran return loss untuk frekuensi 3,3 GHz ... 46
Gambar 4.8 Hasil pengukuran VSWR untuk frekuensi 2,3 GHz ... 47
Gambar 4.9 Hasil pengukuran VSWR untuk frekuensi 3,3 GHz ... 47
Gambar 4.10 Pola radiasi antena pada frekuensi 2,35 GHz ... 49
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Spesifikasi antena yang diinginkan ... 22
Tabel 3.2 Spesifikasi bahan substrat yang digunakan ... 24
Tabel 4.1 Perbandingan hasil untuk frekuensi 2,3 GHz ... 48
Tabel 4.2 Perbandingan hasil untuk frekuensi 3,3 GHz ... 48
Tabel 4.3 Analisis Capaian Antena untuk frekuensi 2,3 GHz ... 51
ABSTRAK
Antena mikrostrip adalah antena yang memiliki bentuk yang kompak dan
dapat beroperasi dalam banyak pita atau multiband. Salah satu penerapan antena
mikrostrip adalah dalam akses komunikasi nirkabel pita lebar (BWA). Itu
sebabnya banyak yang mengembangkan antena mikrostrip baik dalam bentuknya
maupun pencatuannya. Namun satu masalah yang dimiliki antena mikrostrip
adalah mempunyai bandwidth yang kecil.
Dalam Tugas Akhir ini dirancang antena mikrostrip berbentuk persegi
panjang yang bekerja pada dua frekuensi yang mampu bekerja pada frekuensi
BWA 2,3 GHz dan 3,3 GHz. Dalam teknik pencatuannya digunakan pencatuan
proximity coupled yang bertujuan untuk meningkatkan bandwidth dan untuk
memperoleh dua frekuensi diberikan slot pada antena.
Hasil yang didapatkan dalam pengukuran antena ini adalah antena bekerja
pada frekuensi 2,328 GHz – 3,491 GHz dengan return loss minimum -12,2 dB
dan VSWR minimum 1,65. Frekuensi kedua bekerja dari 3,12 GHz – 3,395 GHz
dengan return loss minimum -30,4 dB dan VSWR minimum 1,08.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi nirkabel (wireless communication) sudah sangat berkembang
pada saat ini. Perkembangan dari komunikasi bergerak ini juga terus didukung
oleh perangkat yang memadai. Antena merupakan suatu alat yang sangat melekat
dengan sistem komunikasi nirkabel. Antena yang memiliki desain kompak dan
dapat beroperasi pada banyak pita untuk sistem komunikasi nirkabel telah diteliti
secara mendalam dan dikembangkan secara luas. Antena itu memiliki beberapa
keunggulan seperti ukuran yang kecil, harga yang murah dalam fabrikasinya dan
sederhana. Antena ini dicetak pada sebuah papan yang dapat beroperasi pada dua
atau banyak frekuensi yaitu antena mikrostrip. Namun, bandwidth yang sempit
menjadi salah satu permasalahan antena mikrostrip.
Dengan tujuan menyediakan bandwidth besar untuk aplikasi-aplikasi sistem
komunikasi nirkabel, maka desain broadband antena menjadi salah satu hal yang
penting. Desain antena yang bisa menghasilkan pita dengan frekuensi lebar dapat
diperoleh dari antena mikrostrip, antena helix, antena planar maupun antena log
periodic. Broadband Wireless Access merupakan teknologi yang banyak
dikembangkan saat ini. Kelebihan BWA yaitu dapat menawarkan akses data
berkecepatan tinggi yang mampu menyediakan layanan kapanpun dan dimanapun.
Salah satu teknologi yang mengusung broadband wireless access adalah WiMAX
teknologi akses nirkabel pita lebar dengan bandwidth yang lebar dan bitrate yang
besar. Antena broadband sudah banyak dikembangkan di berbagai Negara.
Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas perancangan antena mikrostrip dengan
patch berbentuk persegi panjang yang bekerja pada dua frekuensi. Untuk
merealisasikannya antena mikrostrip yang dibuat akan diberikan slot berbentuk
‘L’ terbalik. Antena mikrostrip diharapkan mampu bekerja dengan frekuensi yang
cukup lebar karena pencatuan yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah
proximity coupled. Adapun parameter yang diamati adalah return loss, VSWR,
bandwidth, dan pola radiasi.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah melakukan analisa rancang bangun
antena mikrostrip dengan patch berbentuk persegi panjang yang diberikan slot
dengan pencatuan proximity coupled yang dapat bekerja pada frekuensi BWA
2,3 GHz dan 3,3 GHz.
1.3 Perumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan dalam Tugas Akhir ini adalah:
1. Apa yang dimaksud antena mikrostrip rectangular?
2. Bagaimana cara pencatuan proximity coupled?
3. Bagaimana merancang antena mikrostrip yang dapat bekerja di dua frekuensi?
4. Bagaimana mengukur hasil rancangan antena mikrostrip slot rectangular dual
1.4 Batasan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini dibatasi pada:
1. Perancangan hanya pada mikrostrip dengan patch persegi panjang.
2. Pencatuan yang digunakan adalah proximity coupled.
3. Frekuensi yang digunakan pada saat perancangan adalah 2,35 GHz dan
3,35 GHz.
4. Parameter yang dibahas adalah Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), return
loss, bandwidth, dan pola radiasi.
5. Bahan substrat yang digunakan adalah Epoxy FR4 (Ɛr=4,4) dengan ketebalan
1,6 mm.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada Tugas Akhir ini adalah:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II : Dasar Teori
Bab ini berisi penjelasan tentang antena secara umum dan uraian mengenai
antena mikrostrip, antena mikrostrip slot rectangular serta teknik pencatuan.
Bab III : Perancangan dan Simulasi Antena
Bab ini berisi mengenai perancangan antena mikrostrip slot rectangular
Bab IV : Hasil Pengukuran dan Analisa Hasil Pengukuran
Bab ini berisi mengenai hasil dan pembahasan antena mikrostrip
slot-rectangular untuk frekuensi 2,3 GHz dan 3,3 GHz.
Bab V : Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Antena
Antena merupakan elemen penting yang terdapat dalam sistem
telekomunikasi tanpa kabel (wireless). Pemilihan antena yang tepat, perancangan
yang baik dan pemasangan yang benar menjamin kinerja (performansi) sistem
tersebut [1].
Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan
dan atau menerima gelombang elektromagnetik. Antena sebagai alat pemancar
(transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,
yang digunakan untuk mengubah gelombang tertuntun di dalam saluran transmisi
menjadi gelombang yang merambat di ruang bebas, dan sebagai alat penerima
(receiving antenna) mengubah gelombang ruang bebas menjadi gelombang
tertuntun, seperti terlihat pada Gambar 2.1 [1].
2.2 Antena Mikrostrip
Antena mikrostrip merupakan antena yang berbentuk papan (board) tipis
dan mampu bekerja pada frekuensi yang sangat tinggi. Secara fisik antena ini
terlihat sederhana karena hanya berupa lempengan semacam PCB yang cukup
dikenal dalam dunia elektronika. Dalam bentuknya yang paling dasar, sebuah
antena mikrostrip terdiri dari sebuah bidang (patch) memancar disalah satu sisi
lapisan (substrate) dielektrik yang memiliki bidang dasar (ground plane) di sisi
lain.
Gambar 2.2 Struktur dari Antena Mikrostrip
Gambar 2.2 menunjukkan struktur dari sebuah antena mikrostrip [2].
Secara umum, antena mikrostrip terdiri atas 3 bagian, yaitu patch, substrate, dan
ground plane. Patch terletak di atas substrat, sementara ground plane terletak
pada bagian paling bawah. Pada umumnya, patch terbuat dari logam konduktor
seperti tembaga atau emas dan mempunyai bentuk yang bermacam macam. Patch
berfungsi sebagai pemancar (radiator). Bentuk patch antena mikrostrip yang
sering dibuat, misalnya segi empat, segi tiga, lingkaran, dan lain-lain. Patch dan
saluran pencatu biasanya terletak di atas substrate. Substrat merupakan bagian
ini memiliki nilai konstanta dielektrik (Ɛr), faktor disipasi, dan ketebalan (h)
tertentu. Ketiga hal tersebut mempengaruhi frekuensi kerja, bandwidth, dan juga
efisiensi antena yang akan dibuat. Semakin tebal substrat maka bandwidth akan
semakin meningkat tetapi berpengaruh terhadap timbulnya gelombang permukaan
[3].
Antena Mikrostrip memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
antena konvensional gelombang mikro, diantaranya [4]:
1. Ringan, kecil, dan tipis;
2. Biaya fabrikasi yang murah;
3. Dengan pencatuan yang sederhana dapat menghasilkan polarisasi sirkular dan
linear;
4. Mampu bekerja di dua frekuensi dan dapat menghasilkan dua polarisasi
antena;
5. Dapat diintegrasikan dengan MIC (Microwave Integrated Circuit);
6. Feedline dan matching network dapat difabrikasi secara serempak dengan
struktur antena.
Ada kelebihan, tentu juga ada kekurangan. Kekurangan dari antena
mikrostrip dibandingkan dengan antena konvensional gelombang mikro adalah
[4]:
1. Bandwidth yang sempit;
2. Gain yang rendah;
3. Rugi-rugi ohm yang besar pada struktur pencatuan;
4. Kemurnian polarisasi sulit untuk dicapai;
6. Antena mikrostrip yang difabrikasi pada substrat dengan konstanta dielektrik
yang tinggi sangat mudah diintegrasikan dengan MIC. Akan tetapi,
penggunaan substrat dengan konstanta dielektrik tinggi menghasilkan efisiensi
yang rendah dan bandwidth yang sempit.
2.3 Parameter Umum Antena Mikrostrip
Kinerja suatu antena dapat dilihat dari nilai parameter-parameter antena
tersebut. Parameter-parameter antena yang biasanya digunakan untuk
menganalisis suatu antena adalah impedansi masukan, Voltage Wave Standing
Ratio (VSWR), return loss, bandwidth, keterarahan, penguatan, dan pola radiasi.
Sebagian parameter ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
2.3.1 Impedansi Masukan
Impedansi masukan didefenisikan sebagai impedansi yang diberikan oleh
antena kepada rangkaian di luar, pada suatu titik acuan tertentu . Saluran transmisi
penghubung yang dipasangkan ke antena akan melihat antena tersebut sebagai
beban dengan impedansi beban sebesar Zin. Secara matematis, Persamaan
impedansi antena dapat dirumuskan pada Persamaan (2.1) [2] :
Zin = Rin + jXin (2.1)
Dengan:
Zin = impedansi antena (Ω)
Rin = resistansi antena (Ω)
2.3.2 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing
wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Ada dua komponen
gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V0+) dan tegangan yang
direfleksikan (V0-). Perbandingan tegangan yang direfleksikan dengan yang
dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan (Γ) dirumuskan dalam
Persamaan (2.2)[2] :
Rumus untuk mencari VSWR diperlihatkan pada Persamaan (2.3) [2] :
VSWR =
perancangan suatu antena yang mengartikan bahwa tidak ada refleksi ketika
saluran berada dalam keadaan matching sempurna. Tetapi dalam prakteknya,
kondisi ini sulit diterapkan sehingga nilai standar VSWR yang diijinkan boleh
bernilai ≤ 2.
2.3.3 Return Loss
Return loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang
terjadi karena adanya diskontinuitas di antara saluran transmisi dengan impedansi
masukan beban (antena). Perhitungan return loss dapat dilihat pada Persamaan
(2.4) [5]:
return loss = 20 log10 |Γ| (dB) (2.4)
Antena yang baik akan mempunyai nilai return loss dibawah -9,54 dB
sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu besar
dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau saluran transmisi sudah
berada dalam keadaan missmatched.
2.3.4 Lebar Pita (Bandwidth)
Bandwidth antena didefinisikan sebagai rentang frekuensi kerja dari suatu
antena dengan menunjukkan beberapa karakteristik yang sesuai pada standar yang
ditentukan. Bandwidth dapat dipertimbangkan sebagai rentang frekuensi pada
salah satu sisi dari frekuensi tengah dimana karekteristik antena dalam keadaan
yang dapat diterima pada frekuensi tengah [4].
Untuk persamaan bandwidth dinyatakan sebagai [2]:
fl = jangkauan frekuensi bawah (Hz)
2.3.5 Keterarahan (Directivity)
Keterarahan dari suatu antena dapat didefenisikan sebagai perbandingan
dari intensitas radiasi suatu antena pada arah tertentu dengan intensitas radiasi rata
rata pada segala arah. Dengan kata lain, keterarahan dari sebuah sumber non
isotropis sama dengan perbandingan dari intensitas radiasinya pada arah tertentu
dengan sumber isotropisnya [2]. Keterarahan pada antena secara umum
dinyatakan pada Persamaan (2.8) [6]:
rad
o PU
D 10log4 max (2.8)
dengan :
Do = directivity (dB)
Umax = intensitas radiasi maksimum (watt)
Prad = daya radiasi total (watt)
2.3.6 Penguatan (Gain)
Ada dua jenis penguatan (gain) pada antena, yaitu penguatan absolut
(absolute gain) dan penguatan relatif (relative gain). Penguatan absolut pada
sebuah antena didefenisikan sebagai perbandingan antara intensitas pada arah
tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang diterima oleh
antena teradiasi secara isotropic [5]. Penguatan absolut dapat dihitung dengan
Pin
U
G4 (,) (2.9)
dengan: U(,) = intensitas radiasi
Pin = total daya masukan (daya yang diterima)
Penguatan relatif didefenisikan sebagai perbandingan antara perolehan daya
pada sebuah arah dengan perolehan daya pada antena referensi pada arah yang
juga didefenisikan. Daya masukan harus sama untuk kedua antena itu. Antena
referensi yang digunakan biasanya berupa antena dipole, horn, atau antena lainnya
yang nilai gain-nya dapat dihitung maupun diketahui. Akan tetapi, dalam banyak
keadaan antena referensi merupakan sumber isotropic yang loseless [5].
Penguatan relatif dapat dihitung dengan Persamaan (2.10) [6]:
( )
suatu antena sebagai fungsi koordinat ruang. Dalam banyak keadaan, pola radiasi
ditentukan pada pola daerah medan jauh dan digambarkan sebagai fungsi
koordinat – koordinat arah sepanjang radius konstan, dan digambarkan pada
koordinat ruang. Sifat – sifat radiasi ini mencakup intensitas radiasi, kekuatan
medan (field strenght) dan polarisasi. Sedangkan untuk pola radiasi antena
microstrip mempunyai fenomena yang sama dengan pola radiasi antena
konvensional [4]. Medan radiasi antena terbagi menjadi medan jauh (far field) dan
medan dekar (near field). Jarak minimum antara antena pemancar dengan antena
2 min 2D r
(2.11) dengan: rmin = jarak minimum pemancar dengan penerima (cm)
D = dimensi terbesar dari antena (cm)
λ = panjang gelombang (cm)
Pola radiasi dapat dilihat pada Gambar 2.3 [6].
Gambar 2.3 Pola Radiasi Antena
2.3.8 Polarisasi
Polarisasi antena adalah polarisasi dari gelombang yang ditransmisikan
oleh antena. Jika arah tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada
arah gain maksimum [4]. Polarisasi dari energi yang teradiasi bervariasi dengan
arah dari tengah antena sehingga bagian lain dari pola radiasi mempunyai
polarisasi yang berbeda [3].
Polarisasi dapat diklasifikasikan sebagai linear (linier), circular
Gambar 2.4 Polarisasi Linear
Polarisasi linier pada Gambar 2.4 terjadi jika suatu gelombang yang
berubah menurut waktu pada suatu titik di ruang memiliki vektor medan elektrik
(atau magnet) pada titik tersebut selalu berorientasi pada garis lurus yang sama
pada setiap waktu [3]. Hal ini dapat terjadi jika vektor (elektrik maupun magnet)
memenuhi:
a. Hanya ada satu komponen
b. Dua komponen yang saling tegak lurus secara linier yang berada pada
perbedaan fasa waktu 1800 atau kelipatannya.
Gambar 2.5 Polarisasi Melingkar
Polarisasi melingkar pada Gambar 2.5 terjadi jika suatu gelombang yang
magnet) pada titik tersebut berada pada jalur lingkaran sebagai fungsi waktu [2].
Kondisi yang harus dipenuhi untuk mencapai polarisasi ini:
a. Medan harus mempunyai 2 komponen yang saling tegak lurus liner.
b. Kedua komponen tersebut harus mempunyai magnitudo yang sama.
c. Kedua komponen tersebut harus mempunyai perbedaan fasa waktu pada
kelipatan ganjil 900.
Polarisasi melingkar dibagi menjadi dua, yaitu Left Hand Circular
Polarization (LHCP) dan Right Hand Circular Polarization (RHCP). LHCP
terjadi ketika δ=+π/2, sedangkan RHCP terjadi ketika δ=-π/2.
Gambar 2.6 Polarisasi Elips
Polarisasi elips pada Gambar 2.6 terjadi ketika gelombang yang berubah
menurut waktu memiliki vector medan (elektrik atau magnet) berada pada jalur
kedudukan elips pada ruang [3]. Kondisi yang harus dipenuhi untuk menciptakan
polarisasi ini adalah:
a. Medan harus mempunyai dua komponen linier orthogonal.
b. Kedua komponen tersebut harus berada pada magnitudo yang sama atau
c. Jika kedua komponen tersebut tidak berada pada magnitudo yang sama,
perbedaan fasa waktu diantara kedua komponen tersebut harus tidak bernilai
00 atau kelipatan 1800 (karena akan menjadi linier). Jika kedua komponen
berada pada magnitudo yang sama maka perbedaan fasa diantara kedua
komponen tersebut harus tidak merupakan kelipatan ganjil dari 900 (karena
akan menjadi lingkaran).
2.3.9 Frekuensi Resonansi
Frekuensi resonansi merupakan frekuensi kerja dari sebuah antena. Rentang
frekuensi kerja dari suatu antena dapat dilihat dari grafik Voltage standing Wave
Ratio (VSWR) dan grafik return loss.
2.4 Antena Mikrostrip Patch Persegi Panjang
Patch berbentuk persegi panjang merupakan bentuk yang paling umum
digunakan dan paling mudah untuk dianalisa. Perhitungan untuk menentukan
ukuran patch persegi panjang adalah:
Menentukan lebar patch (W) [4]:
frekuensi kerja dari antena, dan Ɛr adalah konstanta dielektrik dari bahan substrat.
akibat adanya fringing effect. Pertambahan panjang dari L (ΔL) dirumuskan
dengan Persamaan (2.13) [4].
Dimana h merupakan tinggi substrat dan Ɛreff adalah konstanta dielektrik relative
yang dirumuskan pada Persamaan (2.14) [4].
Sehingga panjang patch (L) dapat dihitung dengan Persamaan (2.15) [4].
L Leff 2L (2.15)
Dimana Leff merupakan panjang patch efektif yang dirumuskan dengan [4]:
reff
memiliki impedansi 50 ohm. Lebar saluran pencatu dapat diperoleh dengan
menggunakan Persamaan (2.17) dan (2.18) [7].
2.5 Teknik Pencatuan Proximity Coupled
Beberapa teknik pencatuan yang populer pada antena mikrostrip antara
lain microstrip line, coaxial probe, aperture coupling, dan proximity coupling.
Karena antena meradiasi dari satu sisi substrat, maka akan lebih gampang untuk
memberikan pencatuan di sisi lainnya (ground plane) atau dari sisi elemen.
Proximity coupling menggunakan dua substrat Ɛr1 dan Ɛr2. Patch berada
diatas, ground plane berada dibawah dan saluran transmisi menghubungkan
sumber daya dan berada diantara dua substrat seperti ditunjukkan pada Gambar
2.7 [8]. Tipe ini dikenal juga sebagai “electromagnetically coupled microstrip
feed”.
Gambar 2.7 Pencatuan Proximity Coupled
Keuntungan utama dari teknik pencatuan ini adalah menghilangkan radiasi
feeding dan memberikan bandwidth yang lebar (bisa mencapai 13%), berkaitan
dengan bertambah tebalnya antena mikrostrip. Pencatuan ini juga memberikan
pilihan untuk memakai substrat yang berbeda antara substrat untuk patch dan
substrat untuk feedline untuk mengoptimalkan performansinya. Matching dapat
Kerugiannya adalah antena dengan pencatuan proximity coupled sulit difabrikasi
karena dua substrat harus memiliki pensejajaran yang tepat. Perbedaan
karakteristik antara masing-masing pencatuan terlihat pada Tabel 2.1 [2].
Tabel 2.1 Perbandingan karakteristik teknik pencatuan
Karakteristik Pencatuan Mikrostrip Line
Radiasi feed Lebih Banyak Lebih Banyak Sedikit Minimum
Keandalan Lebih Baik Buruk karena pengaruh
penyolderan Baik Baik
Fabrikasi Mudah
Dibutuhkan penyolderan
dan pengeboran
Cukup Rumit Cukup Rumit
Matching
Impedance Mudah Mudah Mudah Mudah
Bandwidth 2-5% 2-5% 2-5% 13%
2.6 Teknik Menghasilkan Dual Frekuensi
Frekuensi ganda atau dual frequency atau disebut juga dengan dualband
antena mikrostrip merupakan suatu jenis antena mikrostrip yang dapat bekerja
pada dua buah frekuensi yang berbeda satu dengan lainnya tanpa memerlukan dua
buah antena yang berbeda secara fisik.
Terdapat tiga jenis teknik untuk mendapatkan antena dengan dua frekuensi
resonansi yang berbeda, yaitu [5]:
1. Orthogonal mode dual-frequency patch antennas
2. Multi-patch dual-frequency antennas
Orthogonal mode dual frequency patch antennas
jenis antena mikrostrip yang dicatu oleh dua mode dominan yang
dengan lainnya [9].
sehingga menghasilkan dua buah frekuensi. Atau bisa juga dengan menggunakan
pencatuan ganda.
Gambar 2.8
Sedangkan multi patch dual frequency antennas
jenis antena mikrostrip yang mempergunakan lebih dari satu elemen antena
dimana masing-masing elemen mempunyai frekuensi
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menyusun
lapisan substrat.
Gambar
Adapun jenis yang ketiga adalah
antenna (Gambar 2.10)
Orthogonal mode dual frequency patch antennas (Gambar 2.8)
jenis antena mikrostrip yang dicatu oleh dua mode dominan yang
Pencatu diletakkan sedemikian rupa pada satu buah
sehingga menghasilkan dua buah frekuensi. Atau bisa juga dengan menggunakan
Gambar 2.8 Orthogonal mode dual frequency patch antennas
multi patch dual frequency antennas (Gambar 2.9)
jenis antena mikrostrip yang mempergunakan lebih dari satu elemen antena
masing elemen mempunyai frekuensi resonansi yang berbeda
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menyusun patch antena pada satu
Gambar 2.9 Multi-patch dual-frequency antennas
Adapun jenis yang ketiga adalah reactively loaded dual frequency patch
(Gambar 2.10), yaitu satu jenis antena mikrostrip yang diberi beban (Gambar 2.8) adalah satu
jenis antena mikrostrip yang dicatu oleh dua mode dominan yang orthogonal satu
Pencatu diletakkan sedemikian rupa pada satu buah patch
sehingga menghasilkan dua buah frekuensi. Atau bisa juga dengan menggunakan
Orthogonal mode dual frequency patch antennas
(Gambar 2.9) adalah satu
jenis antena mikrostrip yang mempergunakan lebih dari satu elemen antena
resonansi yang berbeda [9].
antena pada satu
frequency antennas
reactively loaded dual frequency patch
reaktif (reactive load) tambahan sehingga secara keseluruhan antena tersebut akan
beresonansi pada dua frekuensi yang berbeda. Beban yang dimaksud bisa berupa
slot, pin, stub, slot dan pin, ataupun kapasitor. Beban reaktif tersebut diletakkan
pada tepi peradiasi untuk menghasilkan panjang resonansi yang lebih jauh,
dimana panjang resonansi ini berkaitan dengan pembangkitan frekuensi lainnya
[9].
BAB III
PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI
3.1 Umum
Pada Tugas Akhir ini akan dirancang antena mikrostrip rectangular untuk
mendapatkan karakteristik antena yang telah ditentukan. Jenis antena mikrostrip
yang dirancang adalah antena berbentuk segi empat dengan penambahan beban
slot berbentuk ‘L’ sebanyak 2 buah. Pencatuan yang digunakan adalah pencatuan
proximity coupled. Keuntungan rancangan ini adalah bentuk patch peradiasi yang
sederhana dan mudah dalam fabrikasinya serta pencatuan yang digunakan dapat
memperlebar bandwidth dari antena.
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam perancangan antena ini, yaitu
penentuan spesifikasi substrat yang akan digunakan, penentuan dimensi antena,
penentuan lebar saluran pencatu antena, serta penentuan panjang dan posisi slot
pada antena. Tujuan dilakukan perancangan ini adalah untuk melihat bagaimana
karakteristik antena agar nantinya setelah difabrikasi akan didapatkan hasil sesuai
yang diinginkan. Adapun spesifikasi antena yang diinginkan seperti terlihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Spesifikasi Antena yang Diinginkan
Parameter Antena pada frekuensi
Pertama Antena pada frekuensi Kedua
3.2 Perangkat Yang Digunakan
Perancangan antena ini menggunakan perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software). Perangkat keras digunakan untuk fabrikasi dan
pengukuran antena, sedangkan perangkat lunak digunakan untuk melakukan
simulasi dan merancang antena untuk keperluan fabrikasi.
Perangkat keras yang digunakan antara lain:
1. Laptop untuk melakukan simulasi antena
2. FR4-Epoxy untuk substrat antena
3. Solder dan timah
4. VNA master & Spectrum Analyzer Anritsu MS2034B (9kHz – 4Ghz). Alat
ini digunakan untuk pengukuran port tunggal (VSWR, return loss, dan
bandwidth) dan mengukur port ganda (pola radiasi).
5. Konektor SMA 50 ohm.
6. Kabel Coaxial 50 ohm.
7. Selotip Kertas untuk menutup celah antara dua substrat sehingga
meminimalisir udara di antaranya.
Adapun perangkat lunak yang digunakan adalah:
1. Simulator Struktur Frekuensi Tinggi untuk melakukan simulasi antena
2. Microsoft Excel 2007 untuk melakukan pengolahan data
3. Microsoft Visio 2003 untuk melakukan perancangan antena 2 dimensi.
3.3 Jenis Substrat Yang Digunakan
Bahan dasar untuk perancangan antena ini adalah substrat. Substrat
Mulai frekuensi dengan bandwidth =
100 MHz
Karakterisasi antena Melakukan simulasi dengan program simulator
termasuk melakukan pengaturan slot untuk menciptakan frekuensi ganda pada antena
Menghitung panjang dan lebar antena untuk frekuensi 2.3 Ghz Menentukan lebar saluran
pencatu
Menentukan frekuensi kerja yang diinginkan
dijabarkan karakteristik substrat yang digunakan adalah:
Tabel 3.2 Spesifikasi substrat yang digunakan
Parameter Ukuran
Jenis Substrat FR4-Epoxy
Konstanta Dielektrik Relatif 4,4
Rugi Tangensial 0,02
Ketebalan Substrat 1,6 mm
3.4 Diagram Alir Perancangan Antena
Salah satu proses yang harus dilakukan adalah merencanakan bagaimana
antena ini akan dapat bekerja dengan menentukan tahapan-tahapan seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.1.
3.5 Menetukan Lebar Saluran Pencatu 50 Ω
Pencatuan yang digunakan pada antena ini adalah pencatuan proximity
coupled atau dikenal juga dengan electromagnetically coupled. Saluran pencatu
pada teknik pencatuan ini terletak di tengah kedua substrat. Untuk antena elemen
tunggal, impedansi saluran pencatu yang digunakan yaitu saluran 50 ohm. Untuk
mendapatkan nilai impedansi saluran pencatu sebesar 50 ohm dapat dilakukan
pengaturan lebar terhadap saluran pencatu. Untuk mendapatkan lebar saluran
pencatu yang menghasilkan impedansi 50 ohm dapat dihitung dengan Persamaan
(2.17) dan (2.18), sehingga didapat lebar saluran pencatu sebesar 3,06 mm. Pada
Gambar 3.2 tampak bentuk feed yang merupakan hasil perhitungan untuk
menghasilkan impedansi sebesar 50 Ω.
Gambar 3.2 Bentuk feed
3.6 Penentuan Dimensi Antena
Antena yang dirancang pada Tugas Akhir ini diinginkan mampu bekerja
pada dua frekuensi yaitu 2,3 GHz dan 3,3 GHz. Hal ini berarti frekuensi resonansi
antena yang bekerja pada frekuensi 2,3 GHz adalah 2,35 GHz dan untuk antena
yang bekerja pada frekuensi 3,5 GHz adalah 3,35 GHz. Frekuensi tengah ini yang
yang ingin dicari seperti dimensi patch dan lebar saluran pencatu. Pada rentang
frekuensi kerja antena diharapkan memiliki parameter VSWR ≤ 2 dan return loss
≤ -10 dB.
3.6.1 Perancangan Dimensi Antena Untuk Frekuensi 2,3 GHz
Pada awalnya dilakukan perhitungan dimensi patch antena untuk frekuensi
2,3 GHz. Sesuai dengan yang telah dijabarkan, untuk perhitungan pada antena ini
dilakukan dengan mengambil nilai tengah frekuensi yaitu pada 2,35 GHz. Rumus
untuk perhitungan patch antena telah dipaparkan pada Bab II. Dari perhitungan
tersebut didapatkan lebar patch antena sebesar 38,85 mm dan panjang patch
sebesar 30,06 mm. Hasil perhitungan tersebut tidak tepat bekerja pada frekuensi
resonansi 2,35 GHz sehingga dilakukan karakterisasi yang menghasilkan antena
berukuran lebar 38 mm dan panjang 27,8 mm yang terlihat seperti pada Gambar
3.3.
Gambar 3.3 Patch untuk menghasilkan frekuensi 2,3 GHz
Desain awal dari antena mikrostrip untuk frekuensi yang bekerja di
2,35 GHz seperti yang terlihat pada Gambar 3.3. Hasil yang diperoleh dapat
Gambar 3.4 Hasil simulasi elemen tunggal pada frekuensi 2,3 GHz
Gambar 3.4 merupakan hasil yang didapat dan menghasilkan frekuensi
resonansi pada 2,35 GHz dengan bandwidth yang berkisar 2,29 GHz – 2,39 GHz
pada nilai return loss -19,58 dB.
3.6.2 Perancangan Dimensi Antena Untuk Frekuensi 3,3 GHz
Pada antena frekuensi 3,3 GHz dilakukan perhitungan pada frekuensi
resonansi 3,35 GHz sebagai frekuensi tengahnya. Dengan menggunakan
persamaan yang telah dijabarkan pada Bab II, didapatkan dimensi untuk antena ini
pada ukuran lebar 43,0858 mm dan panjang patch 20,5669 mm. Namun pada
ukuran ini tidak menghasilkan antena yang bekerja pada frekuensi 3,35 GHz.
Sehingga dilakukan karakterisasi ukuran patch antena yang mendapatkan lebar
35 mm dan panjang 18,5 mm pada Gambar 3.5. Hasil dari desain antena tersebut
dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Hasil simulasi elemen tunggal pada frekuensi 3,3 GHz
Gambar 3.6 merupakan hasil yang didapat dan bekerja pada frekuensi kerja
3,31 GHz – 3,41 GHz dengan return loss sebesar -13,23 dB pada frekuensi
3,37 GHz.
3.6.3 Penambahan Slot untuk Menghasilkan Dua Frekuensi
Untuk menghasilkan antena yang bekerja didua frekuensi pada satu
elemen antena, maka pada elemen antena diberikan penambahan slot. Teori ini
telah dijelaskan pada Bab II. Teknik mendapatkan antena yang bekerja didua
frekuensi dengan penambahan slot termasuk ke dalam teknik reactively loaded
dual frequency patch antenna. Pada Tugas Akhir ini slot yang ditambahkan
berbentuk L terbalik. Untuk antena yang digunakan adalah antena yang bekerja
pada frekuensi 2,3 GHz.
a. Karakterisasi posisi slot pertama
Penambahan slot awal pada patch 2,3 GHz yaitu berupa slot rectangular dan
melakukan karakterisasi posisi sepanjang sumbu x terhadap slot yang dimulai dari
adalah bentuk penambahan slot dan Gambar 3.8 adalah hasil yang didapatkan dari
karakterisasinya.
Gambar 3.7 Bentuk penambahan 1 slot pada patch antena
Gambar 3.8 Hasil karakterisasi posisi penambahan 1 slot
Gambar 3.8 merupakan hasil karakterisasi slot rectangular pada sumbu x.
Terlihat bahwa penambahan itu menghasilkan dua frekuensi namun masih belum
seperti yang diharapkan.
b. Karakterisasi ukuran slot pertama
Penambahan slot pertama pada patch 2,3 GHz yaitu berupa rectangular dan
melakukan karakterisasi terhadap panjang slot rectangular dimulai dari posisi
y = 15 mm hingga posisi y = 17 mm dengan interval 0,2 mm. Gambar 3.9 adalah
Gambar 3.9 Hasil karakterisasi ukuran penambahan 1 slot
c. Karakterisasi posisi slot kedua
Penambahan slot kedua pada patch 2,3 GHz yaitu berupa slot rectangular
sehingga membentuk slot ‘L’ terbalik dan melakukan karakterisasi posisi
sepanjang sumbu y terhadap slot yang dimulai dari posisi y = 15 mm hingga
posisi y = 17 mm dengan interval 0,2 mm. Gambar 3.10 adalah bentuk
penambahan slot dan Gambar 3.11 adalah hasil yang didapatkan dari
karakterisasinya.
Gambar 3.11 Hasil karakterisasi posisi penambahan 2 slot
d. Karakterisasi ukuran slot kedua
Penambahan slot kedua pada patch 2,3 GHz yaitu berupa rectangular
sehingga membentuk slot ‘L’ terbalik dan melakukan karakterisasi terhadap
panjang slot rectangular dimulai dari posisi x = -11 mm hingga posisi x = -9 mm
dengan interval 0,1 mm. Gambar 3.12 adalah hasil yang didapatkan dari
karakterisasinya.
Gambar 3.12 Hasil karakterisasi ukuran penambahan 2 slot
e. Karakterisasi posisi slot ketiga
Penambahan slot ketiga pada patch 2,3 GHz yaitu berupa slot rectangular
Gambar 3.13 adalah bentuk
didapatkan dari karakteris
Gambar 3.13 Bentuk penambahan 3
Gambar 3.14 Hasil karakterisasi posisi penambahan 3
f. Karakterisasi ukuran
Penambahan slot
melakukan karakterisasi terhadap panjang
x = 14 mm hingga posisi
hasil yang didapatkan dari karakteris
adalah bentuk penambahan slot dan Gambar 3.14 adalah hasil yang
didapatkan dari karakterisasinya.
Gambar 3.13 Bentuk penambahan 3 slot pada patch antena
Gambar 3.14 Hasil karakterisasi posisi penambahan 3
Karakterisasi ukuran slot ketiga
slot ketiga pada patch 2,3 GHz yaitu berupa
melakukan karakterisasi terhadap panjang slot rectangular dimulai dari posisi
hingga posisi x = 19 mm dengan interval 0.2 mm. Gambar
hasil yang didapatkan dari karakterisasinya.
adalah hasil yang
pada patch antena
Gambar 3.14 Hasil karakterisasi posisi penambahan 3 slot
2,3 GHz yaitu berupa rectangular dan
dimulai dari posisi
Gambar 3.15 Hasil karakterisasi ukuran penambahan 3 slot
g. Karakterisasi posisi slot keempat
Penambahan slot keempat pada patch 2,3 GHz yaitu berupa slot rectangular
sehingga membentuk slot ‘L’ terbalik yang kedua dan melakukan karakterisasi
posisi sepanjang sumbu x terhadap slot yang dimulai dari posisi x = 13 mm
hingga posisi x = 29 mm. Gambar 3.16 adalah bentuk penambahan slot dan
Gambar 3.17 adalah hasil yang didapatkan dari karakterisasinya.
h. Karakterisasi ukuran slot keempat
Penambahan slot keempat pada patch 2,3 GHz yaitu berupa rectangular
sehingga membentuk slot ‘L’ terbalik yang kedua dan melakukan karakterisasi
terhadap panjang slot rectangular dimulai dari posisi y = 6,5 mm hingga posisi
y = 8,7 mm dengan interval 0,1 mm. Gambar 3.18 adalah hasil yang didapatkan
dari karakterisasinya.
Gambar 3.18 Hasil karakterisasi ukuran penambahan 4 slot
3.6.4 Hasil Simulasi Optimal
Setelah dilakukan penambahan slot pada antena, dan berbagai karakteristik
lainnya, didapatkan hasil akhir antena dengan penjabaran seperti terlihat pada
Gambar 3.19 untuk substrat 1, Gambar 3.20 untuk substrat 2, dan Gambar 3.21
Gambar 3.19 Substrat 1 tampak muka
Gambar 3.21 Antena tampak samping
Adapun hasil grafik return loss dan VSWR dari rancangan optimal tersebut
masing-masing dapat dilihat pada Gambar 3.22 dan Gambar 3.23.
Gambar 3.22 Hasil akhir return loss perancangan antena
Gambar 3.23 Hasil akhir VSWR perancangan antena
Perancangan ini menghasilkan dua frekuensi kerja yang dapat dilihat dari
return loss yang berada ≤ - 10 dB . Pada frekuensi pertama didapatkan frekuensi
dari 2,29 GHz hingga 2,39 GHz dengan nilai puncak return loss -20,718 dB pada
3,39 GHz dengan puncak return loss dicapai pada -28,8309 pada 2,35 GHz.
VSWR untuk frekuensi 2,35 GHz didapat pada 1,2028 sedangkan pada 3,35 GHz
didapat pada 1,075.
Pola radiasi dari antena berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat pada
Gambar 3.24 dan Gambar 3.25.
Gambar 3.24 Pola Radiasi antena pada 2,35 GHz
Dari Gambar 3.24 terlihat bahwa pola radiasi mengarah pada satu arah
tertentu yang menghasilkan magnitude sebesar 4,579 dB pada sudut 0o. Dari
Gambar 3.25 terlihat bahwa pola radiasi antena lebih menyebar ke samping yang
BAB IV
HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA HASIL PENGUKURAN
4.1 Pengukuran Antena
Setelah dilakukan perancangan dan simulasi terhadap antena mikrostrip,
maka selanjutnya dilakukan fabrikasi dan pengukuran pada antena tersebut.
Proses pengukuran dilakukan di salah satu ruangan di Departemen Teknik Elektro
FT USU. Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter dari
antena yang telah dirancang dan difabrikasi pada Tugas Akhir ini adalah
pengukuran port tunggal yaitu return loss, VSWR, bandwidth dan pola radiasi.
Hasil fabrikasi antena dapat dilihat pada Gambar 4.1.
(b)
Gambar 4.1 Hasil fabrikasi antena : (a) feedline antena; (b) keseluruhan
antena
Karena antena menggunakan pencatuan proximity coupled yang
menggunakan dua buah substrat, maka pada gambar terlihat ada selotip kertas
pada tepi-tepi antena. Selotip kertas tersebut berfungsi untuk menggabungkan
kedua substrat.
4.2 Pengukuran Return Loss dan VSWR
Pengukuran port tunggal merupakan pengukuran antena tanpa melibatkan
antena lain. Pada proses pengukuran port tunggal, parameter-parameter dari
antena yang dapat diukur adalah return loss dari antena. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan network analyzer dengan format S11. Format S11
apabila antena dipasang pada port 2. Pengukuran return loss antena adalah
pengukuran yang pertama kali. Hasil dari pengukuran return loss tampak pada
Gambar 4.2. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Lampiran A1 dan
Lampiran A2.
Gambar 4.2 Grafik Return Loss hasil Pengukuran
Pada gambar tampak bahwa perancangan antena ini menghasilkan antena
yang bekerja didua frekuensi ditandai dengan adanya frekuensi dengan return loss
≤ -10 dB. Frekuensi pertama yaitu untuk frekuensi 2,35 GHz bekerja pada
rentang 2,328 GHz – 2,491 GHz atau sebesar 163 MHz dengan return loss
bernilai -12,20 dB. Frekuensi ini bergeser sekitar 28 MHz pada frekuensi
bawahnya dari frekuensi saat dilakukan simulasi. Hal ini menyebabkan frekuensi
yang diperoleh ini mencakup 72 % frekuensi kerja BWA 2,3 GHz. Frekuensi
sebesar 260 MHz dengan return loss bernilai -31,62 dB. Frekuensi ini sudah 90 %
memenuhi frekuensi kerja untuk akses nirkabel pita lebar pada 3,3 GHz. Hasil ini
merupakan hasil terbaik dari antena yang difabrikasi. Selain dari hasil return loss
yang diukur menggunakan network analyzer, ada pula hasil dari VSWR untuk
kedua frekuensi yang dapat dilihat pada Gambar 4.3. Data hasil pengukuran dapat
dilihat pada Lampiran A3 dan Lampiran A4.
Gambar 4.3 Grafik VSWR hasil pengukuran
Tampak pada Gambar 4.3, VSWR terendah pada frekuensi pertama
mencapai 1,65 sedangkan pada frekuensi kedua VSWR terendah mencapai 1,06.
VSWR untuk frekuensi 2,35 GHz bernilai 1,76 dan untuk frekuensi 3,35 GHz
4.3Pengukuran Pola Radiasi
Pengukuran pola radiasi menggunakan port ganda. Pengukuran port ganda
adalah pengukuran antena dengan melibatkan antena lain. Pada pengukuran pola
radiasi ini digunakan antena yang identik satu sama lainnya dari segi bentuk.
Antena 1 sebagai antena pemancar dihubungkan ke network analyzer dengan
menggunakan kabel koaksial 50 Ω. Antena 2 sebagai antena penerima
dihubungkan ke network analyzer dengan menggunakan kabel koaksial 50 Ω.
Antena memiliki frekuensi kerja yang sama satu dengan yang lainnya. Antena
yang satu berperan sebagai pemancar, sedangkan antena yang lainnya berperan
sebagai penerima. Pengukuran pola radiasi berada di dalam sebuah ruangan yang
dindingnya menyerap gelombang elektromagnetik agar tidak terjadi gema yang
bisa menyebabkan interferensi pada antena.
Pengukuran pola radiasi ini dilakukan pada jarak lebih besar dari far field
region. Nilai far field region dapat dihitung dengan Persamaan (2.11). Setelah
menentukan jarak minimum yang diharuskan antar antena dan semua alat sudah
sedia maka dilakukan pengukuran pola radiasi antena dengan memutar sudut
antena penerima dari 0o hingga 350o dengan interval 10o.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah perbandingan daya yang
dikirim dan daya yang diterima dalam satuan desibel. Setelah data didapat,
kemudian dilakukan normalisasi data agar hasilnya tidak terlalu kecil (dapat
dilihat pada Lampiran A5 dan Lampiran A6). Gambar 4.4 memperlihatkan
hasil pengukuran pola radiasi pada frekuensi 2,35 GHz dan Gambar 4.5
Gambar 4.4 Pola radiasi hasil pengukuran untuk frekuensi 2,35 GHz
Gambar 4.5 Pola radiasi hasil pengukuran untuk frekuensi 3,35 GHz
Pola radiasi yang dihasilkan pada Gambar 4.4 cenderung mengarah ke satu
arah sedangkan pola radiasi pada Gambar 4.5 cenderung mengarah ke segala arah
(omnidirectional).
4.4 Analisis Hasil Pengukuran
Berdasarkan penjabaran yang dilakukan pada subbab sebelumnya, maka
dapat dilakukan analisis terhadap parameter kerja antena. Analisis ini bermaksud
untuk membandingkan apakah ada perbedaan antara hasil simulasi dengan hasil
pengukuran secara nyata.
4.4.1 Analisis Hasil Pengukuran Return Loss dan VSWR
Analisis yang dilakukan terhadap pengukuran pada port tunggal meliputi
analisis terhadap return loss dan VSWR. Perbandingan hasil simulasi dan
pengukuran pada return loss dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7.
Gambar 4.6 Hasil pengukuran return loss untuk frekuensi 2,3 GHz
Gambar 4.7 Hasil pengukuran return loss untuk frekuensi 3,3 GHz
Pada Gambar 4.6 dan 4.7 terlihat bahwa ada perbedaan antara hasil
simulasi dan pengukuran ditandai dengan terjadi pergeseran frekuensi. Pada
frekuensi yang direncanakan beresonansi pada 2,35 GHz, batas kiri frekuensi
bergeser sekitar 0,033 GHz atau 33 MHz ke kanan dari hasil simulasi yang
menyebabkan pengukuran menjadi 2,328 MHz. Return loss minimum bernilai
-12,2 dB dan VSWR minimum bernilai 1,65 (Gambar 4.8). Sedangkan pada
frekuensi yang direncanakan beresonansi pada 3,35 GHz, batas kiri frekuensi
bergeser 0,1772 GHz atau 177 MHz ke kiri dari hasil simulasi yang menyebabkan
batas kanan hanya mencapai 3,395 GHz. Return loss minimum bernilai -30,4 dB
dan VSWR minimum bernilai 1,08 (Gambar 4.9).
Gambar 4.8 Hasil pengukuran VSWR untuk frekuensi 2,3 GHz
Gambar 4.9 Hasil pengukuran VSWR untuk frekuensi 3,3 GHz
1.00 2.00 4.00 8.00
2.2 2.25 2.3 2.35 2.4 2.45 2.5 2.55 2.6
VS
WR
Frekuensi (GHz) Simulasi
Pengukuran
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00
3 3.05 3.1 3.15 3.2 3.25 3.3 3.35 3.4 3.45 3.5
VSWR
Frekuensi (GHz)
Perbandingan hasil antara simulasi dengan pengukuran pada antena dengan
frekuensi 2,3 GHz dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan perbandingan untuk antena
dengan frekuensi 3,3 GHz dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Perbandingan hasil untuk frekuensi 2,3 GHz
Parameter Hasil Simulasi Hasil Pengukuran
Bandwidth pada
VSWR ≤ 2 2,2948 GHz – 2,3948 GHz (100 MHz atau 4,255 %) 2,328 GHz – 2,491 GHz (163 MHz atau 6,936 %) Return Loss
minimum -20,718 dB pada frekuensi 2,35 GHz -12,2 dB pada frekuensi 2,38 GHz VSWR
minimum 1,2028 pada frekuensi 2,35 GHz 1,65 pada frekuensi 2,38 GHz
Tabel 4.2 Perbandingan hasil untuk frekuensi 3,3 GHz
Parameter Hasil Simulasi Hasil Pengukuran
Bandwidth pada
VSWR ≤ 2 3,2972 GHz - 3,3986 GHz (101 MHz atau 2,985 %) 3,12 GHz – 3,395 GHz (275 MHz atau 8,208 %) Return Loss
minimum -28,8309 dB pada frekuensi 3,35 GHz -30,4 dB pada frekuensi 3,24 GHz VSWR
minimum 1,0751 pada frekuensi 3,35 GHz 1,08 pada frekuensi 3,24 GHz
4.4.2 Analisis Hasil Pengukuran Pola Radiasi
Perbandingan yang dapat dilihat pada pola radiasi adalah perbandingan
pada arah dan bentuk pola radiasi. Perbandingan pola radiasi antena untuk
frekuensi 2,35 GHz dan 3,35 GHz masing-masing diperlihatkan pada gambar 4.10
Gambar 4.10 Pola radiasi antena pada frekuensi 2,35 GHz
Pola radiasi yang ditunjukkan untuk frekensi 2,35 GHz pada Gambar 4.10
relatif berbeda antara pola radiasi pengukuran dengan pola radiasi hasil simulasi.
Nilai maksimum pola radiasi hasil simulasi terjadi pada posisi 320° sedangkan
nilai maksimum pola radiasi hasil pengukuran terletak pada posisi 300°. Begitu
pula dengan pola radiasi yang ditunjukkan untuk frekuensi 3,35 GHz pada
Gambar 4.11 meskipun tampak keliatan mirip. Nilai maksimum pola radiasi hasil
simulasi terjadi pada posisi 0° sedangkan nilai maksimum pola radiasi hasil
pengukuran terletak pada posisi 300°.
Gambar 4.11 Pola radiasi antena pada frekuensi 3,35 GHz
Kondisi ideal sangat sulit dicapai ketika dilakukan pengukuran pola radiasi.
Sangat sulit untuk menjaga agar antena tetap tegak lurus. Kondisi itu yang dapat
menjadi salah satu penyebab pengukuran tidak dapat dilakukan secara akurat.
Juga dengan adanya gaya tarik dari kabel ketika antena berputar menyebabkan
adanya rugi-rugi pada kabel penghubung.
4.4.3 Analisis Pencapaian Antena
Berdasarkan hasil yang dicapai pada pengukuran antena perancangan dan
dibandingkan dengan spesifikasi antena yang diinginkan, maka hasil antena
perancangan sudah memenuhi 72 MHz frekuensi yang diinginkan untuk bekerja
pada pita 2,3 GHz dan sudah memenuhi 90 MHz frekuensi yang diinginkan pada
pita 3,3 GHz. Hasil antena perancangan dapat dilihat perbandingannya dengan
antena lain yaitu antena dengan standar depkominfo (dapat dilihat pada
Lampiran B), antena berdasarkan jurnal yang dipilih, dan antena yang sudah
diproduksi (dapat dilihat pada Lampiran C1 dan Lampiran C2) pada Tabel 4.3
dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Analisis Perbandingan Antena untuk frekuensi 2,3 GHz
Parameter Depkominfo Standar Antena 1 [10] (Pabrikan) Antena 2 Perancangan Antena Frekuensi
kerja 2,3 GHz – 2,390 GHz 1,83 GHz – 2,34 GHz 791 MHz – 2690 MHz 2,328 GHz – 2,491 GHz
VSWR ≤ 1,9 ≤ 2 ≤ 2,5 ≤ 2
Bandwidth 90 MHz 510 MHz 1899 MHz 163 GHz
Pola Radiasi - omnidirectional - unidirectional
Gain BS : ≥ 9 dBi SS : ≤ 15 dBi 4,4 dBi 11 dBi -
Keterangan : BS = Base Station
SS = Subscriber Station
Tabel 4.4 Analisis Perbandingan Antena untuk frekuensi 3,3 GHz
Parameter Depkominfo Standar Antena 1 [10] (Pabrikan) Antena 2 Perancangan Antena Frekuensi
kerja 3,3 GHz – 3,4 GHz 3,23 GHz – 5,76 GHz 3,3 GHz – 3,8 GHz 3,12 GHz – 3,39 GHz
VSWR ≤ 2 ≤ 2 ≤ 2 ≤ 2
Bandwidth 100 MHz 2530 MHz 500 MHz 270 MHz
Pola Radiasi - omnidirectional unidirectional omnidirectional
4.4.4 Analisis Kesalahan Umum
Beberapa hasil dari pengukuran yang sudah dilakukan tidak sesuai dengan
hasil yang sudah disimulasikan. beberapa hal yang menyebabkan ketidaksesuaian
itu antara lain:
1. Perancangan dengan simulator tidak memperhitungkan tebalnya tembaga
patch dan feedline. Namun tembaga itu memiliki ketebalan walaupun kecil.
2. Masih ada udara diantara substrat yang digabungkan walaupun sudah
diberikan selotip kertas.
3. Temperatur dan kelembapan udara yang ada di sekitar pada saat dilakukan
pengukuran tidak terjadi pada saat simulasi.
4. Penyolderan pada konektor SMA dengan tembaga feedline dan ground plane
yang kurang baik.
5. Adanya pengaruh benda yang ada di sekitar ruangan saat terjadi pengukuran
dapat menyebabkan pantulan gelombang yang dipancarkan antena.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada Tugas Akhir ini telah dirancang antena mikrostrip dual band untuk
penggunaan BWA. Berdasarkan data yang diperoleh, didapat beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Antena yang dirancang dengan menambahkan slot dapat bekerja pada
frekuensi dual band yaitu 2,328 GHz - 2,491 GHz dan 3,12 GHz
– 3,395 GHz.
2. Hasil Pengukuran menunjukkan Impedance Bandwidth yang diperoleh pada
frekuensi 2,3 GHz adalah 163 MHz dengan nilai return loss minimum
-12,2 dB dan nilai VSWR minimum 1,65 pada 2,38 GHz serta Bandwidth pada
frekuensi 3,3 GHz adalah 275 MHz dengan nilai return loss minimum
-30,4 dB dan nilai VSWR minimum 1,08 pada 3,24 GHz.
3. Bandwidth yang terpenuhi pada frekuensi 2,3 GHz sebesar 72 MHz untuk
frekuensi kerja BWA 2,3 GHz dan pada frekuensi 3,3 GHz sebesar 90 MHz
untuk frekuensi kerja BWA 3,3 GHz.
4. Pola radiasi yang dihasilkan pada pengukuran di frekuensi 2,35 GHz
cenderung unidirectional dan pada frekuensi 3,35 GHz cenderung mengarah
ke segala arah (omnidirectional).
5. Perbedaan hasil antara simulasi dan pengukuran disebabkan beberapa faktor
5.2 Saran
Untuk penelitian tentang antena mikrostrip selanjutnya, dapat diperhatikan
beberapa saran berikut:
1. Untuk meningkatkan gain antena dapat dilakukan perancangan antena
mikrostrip dengan metode susun (array).
2. Pengukuran antena mikrostrip sebaiknya dilakukan di anechoic chamber
(ruang tanpa gema) untuk mengurangi ketidaksesuaian hasil antara antena
simulasi dengan antena pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Alaydrus, Mudrik. 2011. Antena Prinsip & Aplikasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu, hal.1-2.
[2] Nakar, Punit S. 2004. Design or a Compact Microstrip Patch Antenna for
Use in Wireless/Cellular Devices. M.S. Thesis, Dept. of Elect. and Comput.
Eng., The Florida State Univ., Florida, US.
[3] Wijaya, Andika B. 2009. Rancang Bangun Antena Mikrostrip Rectangular
Array 8 Elemen dengan Pencatuan Electromagnetically Coupled Untuk
Aplikasi WiMAX. Skripsi Sarjana, Dept. Teknik Elektro, Univ. Indonesia,
Depok, Indonesia.
[4] Garg, R., et al. 2001. Microstrip Antenna Design Handbook. London:
Artech House, Inc, hal 2-3, 265-268.
[5] Surjati, Indra. 2010. Antena Mikrostrip: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Universitas Trisakti, hal 125.
[6] Balanis, Constantine A. 2005. Antena Theory Analysis and Design, Third
Edition. New York: John Willey and Sons, hal 27-70.
[7] Irhas, Muhammad. 2013. Perancangan dan Realisasi Antena Cognitive
Radio Pada Alokasi Spektrum 2.35 GHz dan 2.6 GHz. Skripsi Sarjana, Dept.
Teknik Elektro, Univ.Telkom, Bandung, Indonesia.
[8] Alsager, Ahmed F. 2011. Design and Analysis of Microstrip Patch Antenna
[9] Dewi, Mayang. 2009. Rancang Bangun Dual Band Planar Inverted F
Antenna (PIFA) untuk Aplikasi WiMAX 2,3 GHz dan 3,3 GHz. Skripsi
Sarjana, Dept. Teknik Elektro, Univ. Indonesia, Depok, Indonesia.
[10] Augustin, G., et al. 2008. “A Compact Dual-Band Planar Antenna for
DCS-1900/PCS/PHS, WCDMA/IMT-2000, and WLAN Applications.” IEEE
Lampiran A
Data HasilPengukuran
A1. PengukuranReturn Losspadafrekuensipertama
A3. PengukuranVSWRuntukfrekuensipertama
Frekuensi (GHz) VSWR
2.2 2.84
Frekuensi (GHz) VSWR
A4. PengukuranVSWRuntukfrekuensikedua
Frekuensi (GHz) VSWR
3 2.55
Frekuensi (GHz) VSWR
Lampiran A
Data Hasil Pengukuran
A1. Pengukuran Return Loss pada frekuensi pertama
A3. Pengukuran VSWR untuk frekuensi pertama
Frekuensi (GHz) VSWR
2.2 2.84
Frekuensi (GHz) VSWR
A4. Pengukuran VSWR untuk frekuensi kedua
Frekuensi (GHz) VSWR
3 2.55
Frekuensi (GHz) VSWR
A5. Pengukuran Pola Radiasi antena 2,35 GHz
Nilai Maksimum -46.03
A6. Pengukuran pola radiasi antena 3,35 GHz
Nilai Maksimum -56.965
Lampiran C
Lampiran C