• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pendekatan proses kelompok (group process approach) dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran IPS Kelas VII SMP Dua Mei Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan pendekatan proses kelompok (group process approach) dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran IPS Kelas VII SMP Dua Mei Ciputat"

Copied!
261
0
0

Teks penuh

(1)

IPS KELAS VII SMP DUA MEI CIPUTAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Desti Ika Ariyanti

NIM 1110015000050

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

i

Kelompok (Group Process Approach) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Pada Pelajaran IPS Kelas VII di SMP Dua Mei Ciputat. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui penerapan pendekatan proses kelompok (group

process approach) terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas VII di SMP Dua Mei

Ciputat. Adapun metode yang digunakan penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kemudian instrumen yang digunakan adalah instrumen tes yang berupa pretes dan postest, serta instrumen nontes berupa angket, lembar aktivitas siswa, catatan lapangan, lembar wawancara, lembar penilaian sikap, lembar penilaian pengetahuan, dan lembar penilaian diskusi kelompok. Hipotesis tindakannya adalah penerapan pendekatan proses kelompok (group process

approach) ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada

pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Adapun indikator keberhasilannya yang dicapai skor angket rata-rata motivasi belajar ≥ 3dan KKM ≥ 70. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan pendekatan proses kelompok

(group process approach) sangat efektif terhadap motivasi belajar siswa yang

diterapkan dalam pembelajaran IPS, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan skor pada angket motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa dari siklus I ke siklus II. Skor rata-rata motivasi belajar siswa siklus I adalah 3,16 dan siklus II 3,34. Sedangkan hasil belajar siswa siklus I dengan nilai rata-rata adalah 0,44 dan pada siklus II rata-rata N-Gainnya adalah 0,55. Berdasarkan analisa angket, respon siswa setelah belajar IPS dengan pendekatan proses kelompok

(group process approach) sebagian besar baik. Dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan proses kelompok (group process

approach) sangat efektif sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar IPS siswa.

Setelah belajar dengan pendekatan proses kelompok (group process approach) siswa lebih memahami materi dan menjadi lebih aktif.

(5)

ii

Tarbiya and Teachers Training. The Implementation of Group Process

Approach in Improving Learning Motivation on Social Studies Subject at Seventh Grade Students of SMP Dua Mei Ciputat. The purpose of this study was to see the implementation of group process approach in learning motivation on social science subject at Seventh Grade Students of SMP Dua Mei Ciputat. The method used in this study was Classroom Action Research (CAR). Moreover, the research instrument used in this study was a test, including the pre and posttest and also non-test which consisted of questionnaire, worksheet, field note, interview paper (list of interview’s questions), assessment paper, and group discussion assessment. The action hypothesis was the implementation of group

process approach which was expected to be able to improve students’ learning

motivation on social science subject learning at SMP Dua Mei Ciputat. Furthermore, the indicator of success which was achieved through questionnaire

score of learning motivation is ≥ 3 and the criteria of success in teaching (KKM) ≥

70. The result proved tahat the implementation of group process approach was effective on students’ learning motivation which was applied in social science subject learning. It can be proved that there was the score improvement in learning motivation questionnaire and the learning result of social science subject from cycle I to cycle II. The average score of students’ learning motivation on

cycle I is 3,16 and cycle II is 3,34. However, the students’ learning result on cycle

I which had average score is 0,44 and on cycle II which had N-gain’s average is 0,55. Based on the questionnaire analysis, the students’ responses after learning social science subject through the implementation of group process approach were mostly good. It could be concluded that learning through group process

approach was effective, so it could improve students’learning motivation on

social science subject. After learning through the implementation of group

process approach, the students could understand more to the material and become

more active.

Keywords : Learning Motivation, Group Process Approach, Social Science

(6)

iii

memohon pertolongan dan bertaubat hanya kepada-Nya, yang senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada penulis selama menjalani pembuatan skripsi ini. Shalawat dan salam kita curahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh umatnya yang tulus ikhlas mengikuti sunnah-sunnah dan langkah-langkah perjuangannya. Amien.

Pembuatan skripsi ini tidak selamanya berjalan dengan lancar, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis dapatkan, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan dan lain sebagainya. Namun berkat kerja keras dan kesungguhan, penulis dapat melewati berbagai kesulitan dan hambatan itu.

Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan banyak berterima kasih dan rasa syukur kepada:

1. Ibu Nurlena Rifai, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial sekaligus sebagai pembimbing penulis dalam mengerjakan skripsi, yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis.

3. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iv

penuh kasih sayang dan perhatiannya yang tulus, serta dengan penuh kesabaran selalu memberikan dorongan baik moril maupun materil, serta doa yang selalu dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita penulis. 7. Teman-teman seperjuangan dan sahabat-sahabat tercinta, Ajeng Trinovitasari,

Putri Ridhania, Fitri Amalia Azzahro, Wina Adriyanti, Wilda Wiliyani, Indri, Lita Jamalia, Ade Robiatul, Rima Setiawati, Citra, Alfian, Septian, Priyan, dan Damar yang selalu memberikan motivasi bagi penulis agar secepatnya menyelesaikan skripsi ini dan semua teman-teman angkatan 2010 jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

8. Ardi Prastio yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.

Jakarta, Oktober 2014 Penulis

(8)

v

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan Group Process ... 7

1. Pengertian Pendekatan ... 7

2. Pendekatan Group Process ... 7

B. Motivasi Belajar ... 12

1. Pengertian Motivasi ... 12

2. Pengertian Belajar ... 17

(9)

vi

4. Pengukuran Hasil Belajar ... 29

D. IPS 1. Pengertian IPS ... 30

2. Karakteristik Mata Pelajaran IPS ... 32

3. Tujuan IPS ... 33

E. Penelitian Yang Relavan ... 34

F. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode dan Desain Penelitian ... 37

C. Subjek Penelitian ... 40

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 40

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 41

F. Hasil Intervensi Yang Diharapkan ... 45

G. Data dan Sumber Data ... 45

H. Teknik Pengumpulan Data ... 46

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 47

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 51

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 53

L. Pengembangan Perencanaan Penelitian ... 54

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 55

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

C. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 73

(10)

vii

B. Saran ... 99

(11)

viii

(12)
(13)

x

TABEL 3.3 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa

TABEL 4.1 Kepala Sekolah

TABEL 4.2 Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah

Guru

TABEL 4.3 Jumlah Guru dengan Tugas Mengajar Sesuai Dengan Latar

Belakang Pendidikan

TABEL 4.4 Rata-rata Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

TABEL 4.5 Rata-rata Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

TABEL 4.6 Perolehan Skor Rata-rata Motivasi Belajar Siswa

TABEL 4.7 Hasil Belajar Siklus I

TABEL 4.8 Hasil Belajar Siklus II

TABEL 4.9 Deskriptif Peningkatan Aktivitas Siswa

TABEL 4.10 Perolehan Skor Aktivitas Guru

TABEL 4.11 Perolehan Skor Rata-rata Lembar Pengetahuan Siklus I

TABEL 4.12 Perolehan Skor Rata-rata Lembar Pengetahuan Siklus II

TABEL 4.13 Perolehan Skor Penilaian Sikap Siklus I

TABEL 4.14 Perolehan Skor Penilaian Sikap Siklus II

TABEL 4.15 Perolehan Skor Penilaian Keterampilan Kelompok Siklus I

(14)

xi

LAMPIRAN 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus I

LAMPIRAN 4 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus II

LAMPIRAN 5 Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar IPS

LAMPIRAN 6 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar IPS

LAMPIRAN 7 Hasil Perolehan Skor Tes Hasil Belajar Siklus I

LAMPIRAN 8 Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siklus I

LAMPIRAN 9 Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Siklus I

LAMPIRAN 10 Hasil Perolehan Skor Tes Hasil Belajar Siklus II

LAMPIRAN 11 Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siklus II

LAMPIRAN 12 Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Siklus II

LAMPIRAN 13 Hasil Perolehan Skor Motivasi Belajar Siklus I

LAMPIRAN 14 Validitas dan Reliabilitas Skor Motivasi Belajar Siklus I

LAMPIRAN 15 Hasil Perolehan Skor Motivasi Belajar Siklus II

LAMPIRAN 16 Validitas dan Reliabilitas Skor Motivasi Belajar Siklus II

LAMPIRAN 17 Hasil Perolehan Skor Penilaian Pengetahuan Pertemuan 1

Siklus I

LAMPIRAN 18 Validitas dan Reliabilitas Skor Penilaian Pengetahuan

Pertemuan 1 Siklus I

LAMPIRAN 19 Hasil Perolehan Skor Penilaian Pengetahuan Pertemuan 2

Siklus I

LAMPIRAN 20 Validitas dan Reliabilitas Skor Penilaian Pengetahuan

Pertemuan 2 Siklus I

LAMPIRAN 21 Hasil Perolehan Skor Penilaian Pengetahuan Pertemuan 1

Siklus II

LAMPIRAN 22 Validitas dan Reliabilitas Skor Penilaian Pengetahuan

Pertemuan 1 Siklus II

(15)

xii Siklus II

LAMPIRAN 26 Validitas dan Reliabilitas Skor Penilaian Pengetahuan

Pertemuan 3 Siklus II

LAMPIRAN 27 RPP Siklus I

LAMPIRAN 28 RPP Siklus II

LAMPIRAN 29 Materi Pembelajaran Siklus I

LAMPIRAN 30 Lembar Penilaian Sikap, Pengetahuan, Keterampilan

Kelompok Siklus I

LAMPIRAN 31 Materi Pembelajaran Siklus II

LAMPIRAN 32 Lembar Penilaian Sikap, Pengetahuan, Keterampilan

Kelompok Siklus II

LAMPIRAN 33 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus I

LAMPIRAN 34 Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus I

LAMPIRAN 35 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus I

LAMPIRAN 36 N-Gain Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus I

LAMPIRAN 37 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus II

LAMPIRAN 38 Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus II

LAMPIRAN 39 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus II

LAMPIRAN 40 N-Gain Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus II

LAMPIRAN 41 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

LAMPIRAN 42 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Guru Siklus I

LAMPIRAN 43 Lembar Penilaian Sikap Siklus I

LAMPIRAN 44 Lembar Penilaian Keterampilan Kelompok Siklus I

LAMPIRAN 45 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

LAMPIRAN 46 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Guru Siklus II

LAMPIRAN 47 Lembar Penilaian Sikap Siklus II

(16)

xiii

LAMPIRAN 53 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

LAMPIRAN 54 Surat Permohonan Izin Penelitian

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1

Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.” 2

Belajar mengajar merupakan suatu kejadian yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, yang diarahkan untuk tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.

Proses belajar-mengajar merupakan faktor penentu berhasil atau tidaknya pendidikan. Untuk memperoleh hasil pengajaran yang optimal maka diperlukan suatu perencanaan pengajaran yang baik mulai penggunaan metode, penentuan alat bantu yang digunakan demi tercapainya kegiatan dengan menggunakan metode pembelajaran yang baik.

1

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT. Wacana Prima,2009), h.2

2

(18)

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat terwujud apabila ditunjang dengan upaya meningkatkan kemampuan guru. Guru sebagai salah satu komponen di sekolah merupakan unsur penting dalam menjalankan fungsinya di kelas sebagai pendidik, pengajar dan pengelola kelas.

Mengajar adalah suatu tindakan untuk membuat orang lain mengerti, atau paham akan sesuatu. Sedangkan pendidik artinya memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan. Maka dari itu selain sebagai pengajar, sudah seharusnya guru juga menjadi seorang pendidik, yang artinya menanamkan nilai-nilai budi pekerti dan akhlak yang baik. Menjadi guru tidak saja bertanggungjawab terhadap permasalahan akademis, namun juga pada perkembangan psikologis dan kepribadian siswanya. Seorang pendidik sudah pasti bisa mengajar, namun seorang pengajar belum tentu bisa mendidik. Seorang guru dituntut untuk dapat melakukan keduanya; mengajar dan mendidik. Selain itu guru juga harus mampu dalam mengelola kelas.

Pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk mendesain, mengkoordinasikan, mengintegrasikan serta mengevaluasi semua sumber seperti manusia (pendidik dan peserta didik) dan fasilitasnya ada untuk mencapai tujuan yaitu terciptanya suasana kelas yang kondusif. Dalam pengelolaan kelas, dibutuhkan serangkaian prosedur dan trik yang harus diketahui guru untuk menciptakan suasana yang kondusif tersebut.

Permasalahan peserta didik adalah faktor utama yang dilakukan guru yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa baik secara berkelompok maupun secara individual. Keharmonisan hubungan guru dan peserta didik, tingginya bekerja sama diantara siswa dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang dilakukan guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam belajar-mengajar antara guru dan siswa di kelas yaitu pendekatan proses kelompok (group process approach).

(19)

pelajaran guru hanya berinteraksi dengan sebagian siswa saja yang duduk di bangku depan dan siswa bekerja sendiri-sendiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Kemudian metode mengajar yang dipakai guru dalam mengajarkan materi IPS kurang menarik. Sehingga pembelajaran terkesan monoton dan guru kurang memberi motivasi untuk belajar IPS.

Kurangnya motivasi belajar di kelas VII-1 SMP Dua Mei dapat terlihat oleh beberapa faktor yaitu, sebagian besar siswa kurang menunjukkan partisipasi di dalam kelas seperti menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru atau bertanya kepada guru apa yang belum dipahami. Kemudian kurang menunjukkan ketekunan dalam menghadapi tugas dari guru, cepat putus asa dalam menghadapi kesulitan belajar, cepat bosan dalam kegiatan belajar mengajar, dan tidak senang dalam mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Berdasarkan hasil kegiatan pengamatan di kelas VII-1 SMP Dua Mei Ciputat tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah yang mengakibatkan hasil belajar siswa juga menjadi rendah. Asumsi dasar yang menyebabkan motivasi belajar yang belum maksimal adalah pemilihan metode pembelajaran dan kurangnya peran serta (keaktifan) siswa dalam KBM. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Siswa yang aktif dalam KBM cenderung lebih aktif dalam bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian kompetensi belajar yang lebih tinggi. Siswa yang kurang aktif cenderung pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru sehingga memiliki pencapaian kompetensi belajar yang kurang maksimal.

(20)

Seperti diketahui bahwa siswa lebih suka bertanya pada temannya daripada guru. Dari hal itu guru dapat melakukan usaha-usaha untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan belajar secara berkelompok dengan teman-temannya.

“Pendekatan kelompok memang perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial peserta didik. Hal ini disadari bahwa peserta didik adalah sejenis makhluk homo socius, yaitu makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.”3

Pendekatan proses kelompok (group process approach) dipandang sebagai langkah yang tepat untuk menggali motivasi belajar siswa. Pendekatan proses kelompok juga dapat membantu guru dalam mewujudkan kondisi kelas yang efektif dan produktif.

Kelebihan dari pendekatan proses kelompok ini adalah dapat memantapkan dan memelihara organisasi kelas yang efektif berupa terciptanya keakraban antar sesama siswa. Pendekatan ini mengajari siswa bertanggung jawab atas kelompoknya. Selain itu dapat melatih ketua kelompok menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan membiasakan anggota-anggotanya untuk melaksanakan tugas kewajibannya sebagai warga negara yang patuh pada aturan.

Dengan pendekatan proses kelompok diharapkan dapat tumbuh dan berkembang rasa sosial yang tinggi pada diri setiap peserta didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbentuk sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Peserta didik yang dibiasakan hidup bersama dan bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut ke dalam bentuk penelitian ilmiah dengan

mengambil judul “ Penerapan Pendekatan Proses Kelompok (Group Process

3

(21)

Approach) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPS di Kelas VII SMP Dua Mei Ciputat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan dibahas dalam laporan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Rendahnya motivasi dan hasil belajar IPS siswa.

2. Kurangnya peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.

3. Kurangnya kemampuan guru untuk menentukan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dan penelitian ini lebih terarah dan operasional, penulis membatasi masalah kepada: Penerapan pendekatan proses kelompok

(group process approach) terhadap motivasi dan hasil belajar di kelas VII

SMP Dua Mei Ciputat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Pendekatan Proses Kelompok (Group Process Approach) terhadap motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas VII di SMP Dua Mei Ciputat?

E. Tujuan Penelitian

Setelah identifikasi masalah dan batasan masalah selesai dirumuskan, maka penulis telah mempunyai inti dari tujuan penelitian yang dilakukan,

yakni, “Untuk mengetahui penerapan pendekatan proses kelompok (group

process approach) terhadap motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas VII di

(22)

F. Manfaat Penelitian

Mengenai berbagai hambatan dan keterbatasan yang selama ini dialami dalam proses pendidikan. Maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, para peserta didik, pendidik, komponen sekolah maupun pembaca. Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi peserta didik, berani mengungkapkan pendapat, ide, gagasan, dan saran yang mereka miliki, dan memiliki motivasi untuk memperhatikan dan memiliki motivasi dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga mendapatkan hasil belajar yang sesuai dengan optimal.

2. Bagi guru dapat menjadi salah satu acuan pendekatan group process dalam pengajaran pelajaran IPS, karena pendidik merupakan pengatur dan pencipta kondisi yang menyenangkan. Namun, dapat memberikan pemahaman konsep terhadap peserta didik.

3. Bagi peneliti lebih lanjut dapat memberi sumbangan pengetahuan dan sebagai referensi dalam pendekatan pembelajaran group process sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik.

4. Bagi penulis, untuk dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh selama menjalani kuliah.

5. Bagi para akademisi, dapat menambah ilmu pengetahuan bidang pendidikan, sehingga dapat menerapkan pembelajaran dengan pendekatan

group process untuk diaplikasikan dalam pembelajaran IPS.

(23)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pendekatan Grup Proses (Group Process Approach)

1. Pengertian Pendekatan

Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Roy Kilen (1998) misalnya mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran , yaitu “pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiry

serta strategi pembelajaran induktif”.1

2. Pendekatan proses kelompok (group process approach)

Pendekatan proses kelompok (group process approach) adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga terciptanya suasana kelas yang bergairah. Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi

1

(24)

kelompok yang produktif, selain itu guru harus menjaga kondisi itu agar tetap baik. 2

“Kelebihan pendekatan ini adalah dapat memantapkan dan memelihara organisasi kelas yang efektif berupa terciptanya keakraban antar sesama siswa. Pendekatan ini mengajari siswa bertanggung jawab atas kelompoknya”.3

Menurut Hasibun & Mudjiono, mengungkapkan bahwa pendekatan kelompok agar memiliki suatu ikatan yang kuat memerlukan beberapa unsur yaitu tujuan kelompok, aturan, dan pemimpin. Adapun penjelasan dari ketiga unsur tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tujuan kelompok

Pada tujuan kelompok ini tugas pemimpin adalah mengarahkan para anggota ke tujuan kelompok. Oleh karena itu, pemimpin perlu merumuskan tujuan yang jelas dan mengkomunikasikan dengan para anggota kelompok.

b. Aturan

Aturan yang mampu mengikat anggota menjadi kelompok adalah aturan yang dibuat oleh pemimpin dan anggota, atau minimal disetujui oleh anggota.

c. Pemimpin

Sebagai pemimpin, hal utama yang harus dilakukan adalah menjelaskan tujuan kelompok. Selain itu dalam rangka menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat, diantaranya adalah mendorong dan memeratakan partisipasi, mengusahakan kompromi, mengurangi ketegangan, dan memperjelas partisipasi serta menerapkan sanksi. 4

Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan peserta didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individu peserta didik pada aspek biologis, intelektual, dan

2

Kadry Bonjoly. Pendekatan-pendekatan dalam Pengelolaan/Manajemen Kelas

(kadrybonjoly.blogspot.com/2013/05/pendekatan-pendekatan-dalam-pengelolaan.html?m=1) diakses pada 1 Juli 2014

3

Ainiatul Mahbubah. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas dan Perwujudan Kelas (Ainiatul93.blogspot.com/2014/06/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas-dan.html?m=1) diakses pada 20 Agustus 2014

4

Nugroho Herumurti. Group Process, (nugroho-h—

(25)

psikologis dapat dijadikan sebagai pijakan dalam menentukan pendekatan kelompok.

Beberapa pengarang mengatakan, keakraban atau kekompakan kelompok ditentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal, atau saling suka satu sama lain. Keakraban adalah satu-satunya faktor yang menyebabkan kelompok bersatu. Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa faktor, berikut :

a. Perasaan diterima atau disukai teman-teman b. Tarikan kelompok

c. Teknik pengelompokan oleh guru d. Partisipasi/keterlibatan dalam kelompok

e. Penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara mencapainya

f. struktur dan sifat-sifat kelompok. 5

Sedang sifat-sifat kelompok itu adalah :

a. Suatu multi personalia dengan tingkatan keakraban tertentu b. Suatu sistem interaksi

c. Suatu organisasi atau struktur

d. Merupakan suatu motif tertentu dan tujuan bersama

e. Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu, dan f. Pola perilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian.6

Pembelajaran kelompok bermaksud menimbulkan dinamika kelompok agar kualitas belajar meningkat. Dalam pembelajaran kelompok jumlah siswa yang bermutu diharapkan menjadi lebih banyak. Bila perhatian guru dalam pembelajaran individual tertuju pada tiap individu, maka perhatian guru dalam pembelajaran kelompok tertuju pada semangat kelompok dalam memecahkan masalah. Anggota kelompok yang berkemampuan tinggi dijadikan motor penggerak pemecah masalah kelompok.

“Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari (a) pembentukan kelompok; (b) perencanaan tugas kelompok; (c) pelaksanaan; dan (d) evaluasi hasil belajar kelompok”.7

5

Junaedi,dkk, Strategi Pembelajaran, (Surabaya:LAPIS-PGMI, 2008), hal.3-8

6ibid

(26)

Istilah kerja kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik sebagai anggota kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok yang kecil, untuk mencapai suatu tujuan tertentu bersama-sama. Selain itu, kerja kelompok juga ditandai oleh: (a) adanya tugas bersama ; (b) pembagian tugas dalam kelompok; dan (c) adanya kerjasama antara anggota kelompok dalam penyelesaian tugas kelompok.8

Peranan guru dalam pelaksanaan kerja kelompok:

a. Sebagai pengelola, mengorganisir dan pengatur tempat duduk siswa. Guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal serta agar setiap siswa di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

b. Sebagai pengamat, pengenal dan membantu siswa bila diperlukan. Dimana guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, jika menemukan siswa yang mengalami kesulitan guru harus membantu memecahkan masalah siswa.

c. Sebagai pemberi saran dan penilai. Guru sebagai pemberi saran dan penilai yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberi pertimbangan atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran kelompok, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek kefektifan prosesnya maupun kualitas produknya.9

Langkah-langkah pada kerja kelompok :

a. Kegiatan Pendahuluan, menyampaikan tujuan dan topik pembelajaran dan mengelompokkan siswa sesuai kriteria yang ditentukan.

7

Dimyati,Mudjiono,op.cit,. h.167

8

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineke Cipta, 2010), h.133

9

(27)

b. Kegiatan Persiapan, meliputi kegiatan merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, menyusun laporan oleh masing-masing kelompok, presentasi kelompok kemudian melaporkan hasil diskusi.

c. Kegiatan Penutup dengan menyimpulkan hasil diskusi.10

Penerapan langkah-langkah kerja kelompok adalah sebagai berikut:

1) Seleksi topik

Siswa memilih berbagai topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan oleh guru. Siswa selanjutnya diorganisirkan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2 hingga 6 orang baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

2) Merencanakan Kerjasama

Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus. Tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topic dan sub topic yang dipilih dari langkah-langkah di atas. 3) Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah kedua. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktifitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4) Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mensinesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah ketiga dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5) Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topic yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu yang perspektif yang luas mengenai topik. Presentasi siswa dikoordinir oleh guru.

6) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan

10

(28)

evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok atau keduanya. 11

Adapun langkah-langkah pembelajaran kerja kelompok sebagai berikut:

a. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok heterogen b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok c. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga

satu kelompok mendapatkan tugas yang berbeda dari kelompok lain.

d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada e. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara ketua menyampaikan

hasil pembahasan kelmpok

f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan

g. Evaluasi h. Penutup

Akhirnya, guru dapat memanfaatkan pendekatan kelompok demi untuk kepentingan pengelolaan pengajaran pada umumnya dan pengelolaan kelas pada khusunya.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata bahasa latin movere yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang. “Kata motif sebagai kata dasar motivasi, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk dilakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

11

(29)

Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak”.12

Ada beberapa pendapat menurut para ahli tentang pengertian motivasi, antara lain:

“Motivasi adalah kekuatan yang ada dalam diri individu, yang menyebabkan individu bertindak dan berbuat”.13

Sedangkan menurut Alisuf Sabri “motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi sesuatu kebutuhan”.14

Menurut Mc. Donald, “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.”15

Sedangkan menurut Hoy dan Miskel dalam buku Educational

Administration mengemukakan bahwa “motivasi dapat didefinisikan

sebagai kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.”16

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu keputusan yang telah

12

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT. Rajawali Pers, 2012), Cet.ke-21, h. 73

13

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), Cet.ke-1, h.3

14

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta:CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet.ke-1, h.129

15

Sardiman A.M, loc.cit., h. 73

16

(30)

ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan atau tujuan yang nyata ingin dicapai.

a. Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, makin tepat motivasi yang diberikan semakin baik keberhasilan pelajaran yang diberikan, motivasi menentukan intensitas usaha anak didik untuk belajar guna mencapai tujuan karena motivasi berkaitan dengan tujuan.

Sehubungan dengan hal di atas ada beberapa fungsi motivasi menurut Nasution, yaitu: “(1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi ; (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah mana tujuan yang hendak dicapai ; (3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu”.17

Dari fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi adalah sebagai pendorong dan penggerak untuk melakukan suatu perbuatan yang diarahkan dan melakukan suatu motivasi dalam belajar serta mengaktifkan semangat, minat dan perhatian siswa untuk belajar sehingga mampu mencari solusi yang mendukung tercapainya tujuan belajar.

Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar. b. Macam-macam motivasi

17

(31)

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Berikut macam-macam motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

1) Motif-motif bawaan

“Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari”. 18 Contoh dari motif ini seperti dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif ini bisa disebut dengan motif yang diisyaratkan secara biologis.

2) Motif-motif yang dipelajari

“Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari”.19 Contoh dari motif ini seperti dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Jadi motif ini bisa disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial.

c. Teori-teori Motivasi

Berikut ini adalah beberapa teori-teori mengenai motivasi: 1) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa “manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol

18

Sardiman A.M, op.cit., h.86

19

(32)

status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata”. 20

2) Teori Hedonisme

“Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut teori hedonisme, para siswa dan pegawai harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.”21

3) Teori Naluri

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok – yang dalam ini disebut juga naluri – yaitu: dorongan nafsu mempertahankan diri, dorongan nafsu mengembangkan diri dan dorongan nafsu mengembangkan/mempertahankan jenis.

Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.22

4) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Achievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi memiliki tiga ciri umum yaitu: (a) sebuah preferensi untuk

20

Akhmad Sudrajat, “Teori Motivasi”.

(akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/,1 Juli 2014).

21

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1990) Cet.ke-5, h.74

22

(33)

mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (b) menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain; (c) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka.23

5) Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya instrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.24

6) Teori Penetapan Tujuan

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni: (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.25

2. Pengertian Belajar

Kata belajar kata yang tidak asing dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah dikenal mengenai belajar ini, seakan-akan orang akan mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar. Belajar merupakan hal yang dapat dilakukan oleh siapapun dan dilakukan di manapun baik di sekolah, di rumah atau di lingkungan masyarakat yang ada untuk memperoleh pengetahuan.

23

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan,

(Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011) cet.ke-1, h.82

24ibid

, h.84

25

(34)

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.26

Ada beberapa pendapat ahli tentang belajar antara lain: secara sederhana Skinner berpandangan bahwa “belajar adalah suatu perilaku.pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun.”27

Sedangkan menurut Gagne (1984), “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.”28

Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral reporoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku organisme sebagai hasil pengalaman.29

Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakan “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keaadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”.30

26

Dimyati,Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,2009), h. 7

27

ibid, h.9

28

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama,2006), h.2

29

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2010), h. 89

30

(35)

Belajar merupakan proses yang membawa perubahan tingkah laku pada diri individu, perubahan yang terjadi dalam belajar bukanlah perubahan yang terjadi dengan sendirinya melainkan terjadi setelah melalui usaha berupa pengalaman atau latihan-latihan. Sama seperti menurut pendapat Ngalim Purwanto “belajar merupakan tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik itu fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap”.31

Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan para ahli penulis memberi kesimpulan bahwa yang dimaksud belajar adalah proses pencarian dari seorang individu atau peserta didik. Dalam proses ini individu tersebut memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat membentuk tingkah laku mereka dan dapat membuat adanya perubahan tingkah laku dalam diri mereka.

a. Tujuan Belajar

Ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis:

1) Untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan

kemampuan berpikir. Pemilikan pegetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat megembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

2) Penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep atau

merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi, soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.

3) Pembentukan sikap. Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku

dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.32

31

Ngalim Purwanto, op.cit,, h.85

32

(36)

Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan penanaman sikap melalui nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. b. Bentuk-bentuk belajar

Gage (1984) mengemukakan bahwa ada lima bentuk belajar, yaitu: “(1) Belajar responden; (2) Belajar kontiguitas; (3) Belajar operant; (4) Belajar observasional; (5) Belajar kognitif”33

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1) Faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa, yakni keadaan kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi 2 aspek, yaitu:

a) Aspek fisiologis

Keadaan umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dalam mengikuti pelajaran.

Walaupun tidak terlalu signifikan dalam hal pembelajaran, akan tetapi keadaan fisik sesorang menentukan kapasitas dalam menerima pelajaran. Siswa yang fit secara fisik tentunya akan lebih siap untuk menerima pelajaran, sedangkan siswa yang kurang fit tentunya dia akan memikirkan bagaimana supaya fisiknya dulu merasa nyaman untuk menerima segala pelajaran sebelum dia memikirkan pelajaran itu sendiri.

b) Aspek psikologis

Faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensi adalah intelegensi siswa atau tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa dan minat serta motivasi siswa.

2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan disekitar siswa, dibagi kedalam 2 bagian, yaitu :

a) Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat keluarga siswa tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.

b) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf administrasi dan teman-teman sekolah, lingkungan sosial

33

(37)

siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar dapat difahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi-materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.34

d. Teori-teori Belajar

Beberapa teori dalam belajar adalah sebagai berikut:

1) Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.35

2) Teori Belajar Kognitif

Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.36

3) Teori Pemrosesan Informasi Belajar

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi

34

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2008), h. 90

35

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, op.cit, h.41

36

(38)

proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi interaksi antara kondisi-kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.37

4) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya

Belajar menurut teori ini ialah dengan mengasah/melatih daya-daya itu agar berfungsi secara tajam. Cara belajar dengan teori ini ialah; untuk mengasah/melatih daya berpikir dilakukan dengan cara siswa disuruh mengerjakan soal-soal hitungan/ilmu pasti sebanyak-banyaknya setiap hari, sedangkan untuk melatih daya ingatan dilakukan dengan cara siswa disuruh menghafal angka-angka, kata-kata yang sedikitpun tidak mengandung arti.38

5) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian/unsur. Sebab keberadaannya keseluruhan itu juga lebih dulu. Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Menurut aliran teori belajar itu, seseorang belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu.39

37

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, op.cit, h.45

38

Sardiman A.M., op.cit, h.30

39

(39)

3. Motivasi Belajar

a. Pengertian motivasi belajar

Motivasi dan belajar merupakan paduan dari dua kata, yaitu kata motivasi dan kata belajar. Motivasi sendiri berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan suatu tujuan, dan dorongan tersebut bisa berasal dari dalam dirinya maupun dari luar.

Dan kata belajar sering diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”40

Hakikat dari motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

b. Indikator Motivasi Belajar

Seberapa kuat motivasi belajar yang dimiliki seseorang individu banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkan dalam kegiatan belajarnya. Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa ada hal yang mendasarinya, tetapi hal yang menjadi diri seseorang melakukan suatu kegiatan belajar adalah motivasi.

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.41

40

Muhibbin Syah, op.cit,. h.92

41

(40)

Setelah mengetahui bagaimana pentingnya peran motivasi bagi proses belajar, tidaklah lengkap kalau sebagai seorag guru tidak mengetahui bagaimana ciri-ciri peserta didik yang mempunyai motivasi. Sesuai apa yang telah dikemukakan oleh Sudirman, bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi adalah:

1) Tekun menghadapi tugas 2) Ulet menghadapi kesulitan

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4) Lebih senang bekerja sendiri

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.42 c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mujiono, terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik, antara lain :

1) Cita-cita atau aspirasi siswa. Maksudnya, dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan dan kemauan menjadi cita-cita. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama bahkan sampai sepanjang hayat. Cita-cita seseorang akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar. 43

(41)

3) Kondisi siswa. “Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seseorang siswa yang sedang sakit, lapar, lelah atau marah akan mengganggu perhatiannya dalam belajar”. 45

4) Kondisi lingkungan siswa. “Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik, dalam lingkunganlah anak didik hidup berinteraksi dalam mata rantai kehidupan. Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang di dalamnya dihiasi dengan tanaman yang dipelihara dengan baik, pengalaman telah banyak membuktikan bagaimana panasnya lingkungan kelas yang miskin akan tanaman. Anak didik akan malas belajar karena tidak nyaman dengan kondisi kelas seperti itu”. 46

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. “Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan karena pengalaman hidup. Lingkungan dimana siswa itu tinggal dan apa yang menjadi pengalaman hidupnya akan mendinamiskan motivasi belajarnya”. 47

6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Guru adalah pendidik yang berkembang, tugasnya sebagai guru mengharuskan dia belajar sepanjang hayat, karena hal tersebut sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman. Sebagai seorang pendidik upaya guru dalam membelajarkan siswa meliputi hal-hal berikut :

a) Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah

b) Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu.

c) Membina belajar tertib pergaulan

d) Membina belajar tertib lingkungan sekolah.48 d. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi,

(42)

pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa.49

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar di sekolah.

(1) Memberi angka. Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai

belajarnya. Bagi siswa, angka-angka itu merupakan motivasi yang kuat sehingga yang biasa dikejar siswa adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport.

(2) Hadiah. Hadiah bisa dikatakan sebagai motivasi. Akan tetapi,

hadiah untuk sebuah pekerjaan mungkin tidak akan menarik perhatian siswa yang tidak senang dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut.

(3) Saingan atau kompetisi. Saingan dapat dijadikan sebagai alat

motivasi untuk mendorong belajar siswa.

(4) Ego-involvement. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar

merasakan pentingnya tugas dan menerima sebagai tantangan. Bekerja keras dengan mempertahankan harga diri merupakan salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

(5) Memberi ulangan. Para siswa akan giat belajar kalau menghadapi

ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan siswa.

(6) Mengetahui hasil. Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apa lagi

kalau terjadi kemajuan, siswa semakin giat belajar. Semakin mengetahui grafik hasil yang meningkatkan siswa termotivasi untuk terus belajar, dengan harapan hasilnya terus meningkat.

(7) Pujian. Pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif dan

sekaligus merupakan motivasi yang baik. Pujian yang tepat akan mempertinggi gairah belajar sekaligus membangkitkan harga diri.

49

(43)

(8) Hukuman. Hukuman sebagai reinforcement yang negatif kalau dijadikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, motivasi guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukum.50

C. Hasil Belajar

1. Pengertian

Pengertian hasil itu sendiri menunjuk kepada suatu perolehan akibat perlakuan suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Menurut Mulyono Abdurrahman dalam bukunya pendidikan bagi anak berkesulitan belajar bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.51

Ada beberapa definisi hasil belajar yang dikemukakan oleh para ahli seperti dibawah ini:

a. Hasil belajar menurut Hamalik adalah “perwujudan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Hasil belajar itu dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya”.52

b. Hasil Belajar menurut Arikunto adalah “suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata yang baik, sedang, kurang, dan sebagainya”.53

c. Sedangkan menurut Djamarah, hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf. Perubahan sebagai hasil

50

Syaeful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineke Cipta,2010), h.148

51

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet.1, h.37

52

Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Gaung Persada Press,2011), Cet.2, h.41

53

(44)

dari proses belajar juga dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.54

2. Tujuan Hasil Belajar

Berdasarkan Taksonomi Bloom, tujuan dari hasil belajar dapat dibagi ke dalam enam aspek yaitu:

a. Cognitive Domain (Aspek Kognitif), merupakan hasil belajar yang

dicapai siswa berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

b. Affective Domain (Aspek Afektif), merupakan hasil belajar yang

dicapai siswa berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri

c. Psychomotor Domain (Aspek Psikomotor), merupakan hasil belajar

yang dicapai siswa berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

d. Analysis (Analisis), dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk

menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.

e. Syntesis (Sintesis), apabila penyusun soal tes bermaksud meminta

siswa melakukan sintesis maka pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk menggabungkan atau menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru.

f. Evaluation (evaluasi), apabila penyusunan soal bermaksud untuk

mengetahui sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai sesuatu kasus yang diajukan oleh penyusun soal.55

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan prestasi menuju pada kemampuan siswa dalam menguasai materi, pengalaman dan keterampilan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran (waktu tertentu) kemampuan dan keterampilan didasarkan hasil pengukuran evaluasi pembelajaran siswa.

54

Ekawarna, op.cit., h.42

55

(45)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi dengan Pendekatan Baru bahwa pada dasarnya, hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi masih ada hal lain juga yang menjadi factor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan siswa.

Menurut Burton faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a. Faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain: kelemahan secara fisik, kelemahan-kelemahan secara mental, kelemahan-kelemahan emosional, kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap yang salah.

b. Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa:

1) Kurikulum yang seragam, bahan dan buku-buku sumber belajar yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu.

2) Terlalu berat beban belajar

3) Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan.

4) Terlalu sering pindah sekolah atau tinggal kelas 5) Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah 6) Kekurangan gizi.56

4. Pengukuran Hasil Belajar

Untuk mengukur prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai alat-alat penilaian hasil belajar, antara lain:57

a. Tes Uraian

Tes uraian, yang dalam literature disebut juga essay examination, merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.

56

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.10, h.132

57

(46)

b. Tes Obyektif

Soal-soal bentuk obyektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam test dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Soal-soal bentuk obyektif ini dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban singkat, benar atau salah, menjodohkan, dan pilihan ganda.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil belajar sangat berpengaruh untuk menentukan nilai-nilai dengan melalui evaluasi terhadap tingkat keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.

D. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

1. Pengertian IPS

Pembelajaran IPS diharapkan siswa mampu membawa dirinya secara dewasa dan bijak dalam kehidupan nyata, melalui pembelajaran IPS diharapkan siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat tapi menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan sosial.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang IPS, maka penting untuk dikemukakan beberapa pengertian social studies dan IPS menurut para ahli.

a. John Jarolimek mengemukakan bahwa The social studies as a part of elemntary school curriculum draw subject-matter content from the social science, history, sociology, political science, social psychology, philosophy, antropology, and economic. The social studies have been defined as “those portion of the social science... selected for instructional purpose”58

b. Ralp C. Preston dalam bukunya “Teaching Social Studies in The

elementary Science” mengemukakan sebagai berikut: “...the social

science are the fields of knowledge which deal with man’s social

58

Gambar

GAMBAR 4.2 Aktivitas Siswa Saat Kegiatan Menyusun Gambar
GRAFIK 4.1
Tabel Pearson Product Moment
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait