• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Keragaman Fenotipik Sapi Pasundan Di Kabupaten Ciamis Jawa Barat Dalam Rangka Standarisasi Produksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Keragaman Fenotipik Sapi Pasundan Di Kabupaten Ciamis Jawa Barat Dalam Rangka Standarisasi Produksi"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KERAGAMAN FENOTIPIK SAPI PASUNDAN

DI KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT DALAM

RANGKA STANDARISASI PRODUKSI

NURLIANI ERNI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Keragaman Fenotipik Sapi Pasundan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat dalam Rangka Standarisasi Produksi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

(4)
(5)

RINGKASAN

NURLIANI ERNI. Evaluasi Keragaman Fenotipik Sapi Pasundan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat dalam Rangka Standarisasi Produksi. Dibimbing oleh RUDY PRIYANTO dan JAKARIA.

Tujuan pengembangan sapi pasundan belum efektif dan masih terdapat beberapa permasalahan baik dari segi sumber daya genetik, breeding, manajemen, produksi dan keragaman seperti keragaman ukuran kerangka tubuh. Hal ini dimungkinkan karena masih minimnya informasi mengenai sapi pasundan dan belum ada evaluasi mengenai keragaman fenotipik sapi pasundan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbandingan ukuran dan bentuk sapi pasundan dengan sapi bali dan peranakan ongole (PO), menganalisis dan mengevaluasi keragaman fenotipik sapi pasundan pada berbagai umur.

Penelitian ini menggunakan 92 ekor sapi pasundan, 72 ekor sapi bali dan 74 ekor sapi PO. Variabel yang diamati adalah ukuran tubuh (thoraxic vertebrae, lumbar vertebrae, sacral vertebrae, scapulla, humerus, radius ulna, metacarpus, femur, tibia fibula, metatarsus, panjang badan, tinggi badan, dalam dada dan tinggi hip). Data diolah dengan software imageJ, sebelum data ukuran tubuh di analisis komponen utama (AKU) menggunakan program MINITAB 16 untuk mengetahui komponen ukuran dan bentuk tubuh sapi pasundan dengan pembanding sapi bali dan PO maka terlebih dahulu data dikoreksi kesalah satu umur terbanyak yaitu umur I3. Data ukuran tubuh dianalisis menggunakan

ANCOVA program statistic analysis system (SAS) ver 9.1.3 untuk koreksi umur sapi pasundan GP (bergelambir dan berpunuk), GNP (bergelambir dan non punuk) dan NGNP (non gelambir dan non punuk).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kesamaan peubah penciri utama ukuran tubuh sapi bali, pasundan dan PO jantan dan betina yakni panjang badan dengan nilai eigen pada sapi jantan masing-masing sebesar (0.563, 0.596 dan 0.576), nilai eigen pada sapi betina masing-masing sebesar (0.505, 0.600 dan 0.554). Penciri bentuk tubuh ketiga bangsa berbeda, perbedaan tersebut disebabkan oleh peubah penentu yaitu tinggi badan sapi bali, pasundan dan PO jantan dengan nilai eigen (0.255, 0.341 dan 0.392), penciri bentuk tubuh sapi bali yaitu tibia fibula (0.673), sapi pasundan dan PO yaitu tinggi hip (0.719 dan 0.259). Sapi pasundan lebih kearah sapi PO berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh. Secara umum keragaman fenotipik sapi pasundan pada berbagai umur masih beragam, dengan koefisien keragaman besar (>10%). Sapi pasundan NGNP berbeda dengan sapi pasundan GP dan GNP, sapi pasundan GP memiliki ukuran tubuh lebih besar dari sapi pasundan NGNP.

(6)

SUMMARY

NURLIANI ERNI. Evaluation of Phenotypic Diversity Pasundan Cattle in Ciamis West Java in order to Standardize Production. Supervised by RUDY PRIYANTO and JAKARIA.

The objective of development of pasundan cattle has not been effective yet, due to some problem concerning with cattle, genetic resources, breeding, management, production and diversity, including variation of body frame size. The phenotypic data of pasundan cattle would be very important since the usage of these data for breeding and production objective. This study was aimed to compare body size and shape of pasundan, bali and ongole crossbred (PO) cattle, to analyze and evaluate the phenotypic diversity of pasundan cattle at various ages.

These reasearch were used 92 heads of pasundan cattle, 72 heads of bali cattle and 74 heads of PO cattle. The body size including thoraxic vertebrae, lumbar vertebrae, sacral vertebrae, scapulla, humerus, radius ulna, metacarpus, femur, tibia fibula, metatarsus, body length, body high, chest depth and height of hip were observed. Data were analyzed using imageJ software. Before, data were analyzed using principal component analysis (PCA) by MINITAB 16 program to get body size and shape of pasundan, bali, PO so data were corrected to I3. Data 0.576), eigen value of female cattle (0.505, 0.600 and 0.554). Bali, pasundan and PO cattle have a different body shape identifier, that was body height of eigen pasundan GP and GNP cattle, pasundan GP cattle (dewlap dan hump) had larger body frame size than NGNP cattle (non dewlap and non hump).

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

EVALUASI KERAGAMAN FENOTIPIK SAPI PASUNDAN

DI KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT DALAM

RANGKA STANDARISASI PRODUKSI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Henny Nuraini, MSir Drajat Martianto, MS

Penguji pada Ujian Terbuka: Prof Dr Ir Marimin, MS

(11)

Judul Tesis : Keragaman Fenotipik Sapi Pasundan i Kabupaten Ciamis Jawa Barat dalam Rangka Standarisasi Produksi

Nama NIM

Drlr

: Nurliani Eni

: D151150031

Ketua Program Studi Ilmu Produksi dan Tenologi Petenakan

Si

Disehtjui oleh

Komisi Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Ujian: 14 November 2016 Tanggal Lulus:

(12)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat dan salam kepada jujungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Dr Ir Rudy Priyanto selaku ketua pembimbing dan Dr Jakaria, SPt MSi selaku anggota pembimbing. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Dr Ir Henny Nuraini, MSir selaku Penguji dan kepada Ketua Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Dr Ir Salundik, MSi, seluruh dosen Fakultas Peternakan, dan staf karyawan, kepada Prof Dr Drh Agik Suprayogi, MSc dan Bramada Winiar Putra, SPt MSi yang telah membantu tahap persiapan penelitian ini, terlebih lagi kepada lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM) dan balai pengembangan pembibitan ternak (BPPT) sapi potong Cijeungjing Ciamis Jawa Barat atas bantuan fasilitas penelitian serta kepada lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP) atas financial support penelitian ini. Penulis ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa pascasarjana Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan angkatan 2015 dan tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada orang tua dan saudara penulis, Bapak Helmi (Ayah) dan Ibu Aluh Kartini (Mama), Rahma Mauliani Elni (Adik), Taufik Rahman (Adik), Maman Hilman (Abang) dan semua pihak yang telah membantu selama penelitian.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini, semoga tesis ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Desember 2016

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2 METODE 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Prosedur Penelitian 3

Penentuan dan Penarikan Sampel 3

Keragaman Fenotipik Sapi Pasundan 4

Pengelompokkan Sapi Pasundan 5

Analisis Data 5

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Perbandingan Ukuran dan Bentuk Sapi Pasundan, Bali dan PO 7

Keragaman Fenotipik Sapi Pasundan 9

Pengelompokkan Sapi Pasundan 10

4 SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

(14)

DAFTAR TABEL

1 Rincian sampel yang digunakan pada penelitian 3 2 Penciri ukuran dan bentuk tubuh sapi bali, pasundan dan PO 8 3 Deskriptif ukuran tubuh sapi pasundan jantan pada berbagai umur 9 4 Deskriptif ukuran tubuh sapi pasundan betina pada berbagai umur 10 5 Ukuran performa umum sapi pasundan berdasarkan gelambir dan punuk 11 6 Ukuran sumbu tubuh dan alat gerak sapi pasundan berdasarkan gelambir

dan punuk 12

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran dan gambaran penelitian 2 2 Ilustrasi pengukuran ukuran tubuh ternak 4 3 Contoh pengukuran parameter menggunakan imageJ 5 4 Ukuran dan bentuk tubuh sapi bali, pasundan dan PO jantan 8 5 Ukuran dan bentuk tubuh sapi bali, pasundan dan PO betina 8 6 Pengelompokan ukuran dan bentuk performa umum sapi pasundan jantan 13 7 Pengelompokan ukuran dan bentuk sumbu tubuh dan alat gerak sapi

pasundan jantan 13

8 Pengelompokan ukuran dan bentuk performa umum sapi pasundan betina 14 9 Pengelompokan ukuran dan bentuk sumbu tubuh dan alat gerak sapi

pasundan betina 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar sapi pasundan berdasarkan gelambir dan punuk 20 2 Penciri ukuran dan bentuk tubuh sapi jantan hasil analisis komponen utama 21 3 Penciri ukuran dan bentuk tubuh sapi betina hasil analisis komponen utama 21 4 Analisis ANCOVA pengelompokkan sapi pasundan jantan (GP, GNP

dan NGNP) 22

5 Analisis ANCOVA pengelompokkan sapi pasundan betina (GP, GNP

dan NGNP) 23

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jawa Barat memiliki kekayaan sumber daya genetik ternak lokal yang dikenal dengan nama sapi pasundan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 1051/Kpts/SR.120/10/2014 tanggal 13 Oktober 2014 tentang penetapan rumpun sapi pasundan. Sapi pasundan merupakan hasil adaptasi dan persilangan lebih dari sepuluh generasi dari Bos sondaicus (sapi bali) dengan Bos indicus (sapi peranakan ongole dan sapi sumba ongole) serta sapi madura (Kementan 2014). Populasi sapi pasundan pada tahun 2014 tercatat sebanyak 52 540 ekor dengan wilayah ada di beberapa kabupaten yakni Ciamis sebanyak 535 ekor, Pangandaran 5 130 ekor, Tasikmalaya 7 231 ekor, Cianjur 10 346 ekor, Sukabumi 12 897 ekor, Garut 1 842 ekor, Purwakarta 2 788 ekor, Kuningan 7 218 ekor dan Majalengka 4 553 ekor (Disnak Jabar 2016). Keunggulan dari sapi pasundan adalah efisien pada pemeliharaan ekstensif atau semi intensif, perkandangan relatif sederhana, tahan penyakit/parasit, tahan haus, tahan terhadap cekaman perubahan cuaca, siklus reproduksi pendek, efisiensi pakan cukup tinggi dan persentase karkas yang tinggi (Indijani et al. 2012). Sapi pasundan mampu berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan daging sapi khususnya wilayah Jawa Barat sebesar 20 persen dari 515 ribu ekor per tahun (Disnak Jabar 2016).

Mempelajari komponen-komponen keragaman pada ternak sangat penting artinya, karena akan membantu dalam perencanaan pemuliaan untuk memperbaiki mutu genetik (Liu dan Makarechian 1990). Peubah pada sifat kualitatif antara lain warna tubuh, ada/tidaknya punuk dan tanduk (FAO 2012). Ukuran kerangka tubuh sapi dapat dikelompokkan berdasarkan tinggi badan diantaranya kerangka kecil (dari 106.93 sampai 117.21 cm), sedang (117.22 sampai 123.88 cm) dan besar (lebih dari 123.88 cm) (Ismail et al. 2014). Bangsa ternak yang besar, akan mempunyai ukuran kerangka tubuh yang besar dari pada bangsa ternak yang kecil (Erni 2013). Beberapa penelitian mengenai keragaman sapi lokal antara lain keragaman sapi katingan (Utomo et al. 2010), sapi pesisir (Sarbaini 2004) dan sapi aceh (Abdullah et al. 2007).

(16)

Perumusan Masalah

Untuk memperjelas perumusan masalah yang ingin diteliti maka akan disampaikan tentang kerangka pemikiran dari penelitian ini. Kerangka pemikiran digambarkan dalam Gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1 Kerangka pemikiran dan gambaran penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji perbandingan ukuran dan bentuk sapi pasundan, bali dan peranakan ongole (PO), (2) menganalisis dan mengevaluasi keragaman fenotipik sapi pasundan pada berbagai umur.

Sapi pasundan sebagai sapi lokal Jawa Barat

Ukuran Tubuh Besar Kecil

Ukuran Kerangka Tubuh (Besar dan Kecil)

Standarisasi

Strategi Pengembangan, Pelestarian, dan Pemanfaatan Keragaman Fenotipik

GP GNP NGNP

 Sudah terbentuk rumpun sapi pasundan

 Data keragaman fenotipik sapi pasundan masih minim dan terbatas

 Belum ada standarisasi produksi sapi pasundan

(17)

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi informasi data dasar keragaman fenotipik sapi pasundan dalam rangka penentuan kebijakan pengembangan, pelestarian dan pemanfaatan sapi pasundan berkelanjutan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengindentifikasi keragaman ukuran dan bentuk tubuh sapi bali, pasundan dan PO menggunakan metode digital dan mengelompokkan sapi pasundan berdasarkan ada/tidaknyagelambir dan punuk.

2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2016. penelitian dilaksanakan di BPPT (Balai Pengembangan Perbibitan Ternak) sapi potong Cijeungjing Ciamis Jawa Barat sedangkan data sapi bali dan sapi peranakan ongole untuk perbandingan diambil dari data sekunder (data koleksi Laboratorium Ruminansia Besar) tahun 2015.

Prosedur Penelitian Penentuan dan Penarikan Sampel

Penentuan titik lokasi pengamatan dilakukan di balai pengembangan sapi pasundan. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sapi pasundan sebanyak 92 ekor, sapi bali sebanyak 72 ekor dan sapi PO sebanyak 74 ekor.

Tabel 1 Rincian sampel yang digunakan pada penelitian Umur Jenis kelamin Jenis sapi (ekor)

(18)

Sampel terdiri dari sapi rentang umur baru lahir hingga lepas sapih, sapi rentang umur lepas sapih hingga dewasa kelamin, sapi rentang umur dewasa kelamin hingga dewasa tubuh dan sapi rentang umur diatas dewasa tubuh. Penentuan umur dengan melihat/menghitung jumlah gigi seri dan poel yaitu gigi seri (I0) umur 0 sampai 6 bulan, poel satu (I1) umur 6 sampai 18 bulan, poel dua

(I2) umur 18 sampai 30 bulan, dan poel tiga (I3) umur diatas 30 bulan.

Keragaman Fenotipik Sapi Pasundan

Keragaman fenotipik dilakukan pengambilan gambar menggunakan kemera DSLR (Digital Single Lens Reflex) dengan resolusi 18 MP kemudian dilakukan pengamatan terhadap ukuran-ukuran tubuh sapi pasundan. Pengukuran ukuran tubuh/morfometrik digital dilakukan dengan menggunakan pengukuran tubuh berdasarkan standar WAVA (World Association of Veterinary Anatomist) (2012) pada Gambar 2, yang dimodifikasi dengan menggunakan metode pengukuran citra digital yaitu dengan menggambil foto ternak pada jarak tertentu menggunakan kamera digital dengan suatu acuan ukuran tongkat ukur (FHK stainless) ketelitian 0.1 cm yang telah dibuat sesuai dengan proporsi dari gambar yang akan diambil. Data hasil pengukuran parameter keragaman fenotopik akan diolah dengan metode Putra et al. (2016) menggunakan software ImageJ. Program ini dipilih karena dapat menghasilkan pengukuran lebih akurat dan menampilkan data secara otomatis tanpa harus melakukan kalkulasi matematis. Sehingga, kendala dari waktu dan kesulitan dalam penanganan ternak selama pengukuran dapat dikurangi.

Gambar 2 Ilustrasi pengukuran ukuran tubuh ternak (WAVA 2012)

Variabel ukuran tubuh yang diukur berdasarkan standar WAVA (2012) sebagai berikut :

1. Panjang kelompok tulang thoracic vertebrae. Diukur dari pangkal leher hingga titik tengah tubuh bagian dorsal.

2. Panjang kelompok tulang lumbar vertebrae. Diukur dari titik tengah tubuh bagian dorsal hingga processus spinosus pertama tulang sacrum.

3. Panjang kelompok tulang sacral vertebrae. Diukur di sepanjang tulang

(19)

4. Panjang tulang scapulla. Diukur dari titik tertinggi tubuh (untuk sapi berpunuk diukur dari pangkal punuk) hingga tuber humerus.

5. Panjang tulang humerus. Diukur dari tuber humerus hingga di titik tengah

tuber radius-ulna.

6. Panjang tulang radius-ulna. Diukur dari tuber radius-ulna hingga os carpal. 7. Panjang tulang metacarpus. Diukur dari os carpal hingga pangkal os phalank.

8. Panjang tulang femur. Diukur dari tuber illium hingga tuber femoris.

9. Panjang tulang tibia-fibulla. Diukur dari tuber femoris hingga tuber calcis.

10.Panjang tulang metatarsal. Diukur dari pangkal os tarsus hingga os phalank.

11.Panjang badan. Diukur dari tuber humerus hingga tuber ischium.

12.Tinggi badan. Diukur tepat di belakang os scapulla dari titik dorsal hingga tanah.

13.Dalam dada. Diukur tepat di belakang os scapulla dari titik dorsal hingga

ventral.

14.Tinggi hip (pinggul). Diukur lurus dari os coxae hingga tanah.

Gambar 3 Contoh pengukuran parameter menggunakan imageJ

Hasil pengukuran tubuh sapi pasundan dilakukan perbadingan terhadap sapi bali dan PO untuk ukuran sumbu tubuh dan alat gerak yang menyebabkan perbedaan pada ketiga bangsa tersebut.

Pengelompokan sapi pasundan

Pengelompokan sapi pasundan berdasarkan ciri fenotipik yang terlihat (ada/tidaknya gelambir; ada/tidaknya punuk). Pengelompokkan sapi pasundan antara lain sapi pasundan bergelambir dan berpunuk (GP), bergelambir dan tidak berpunuk (GNP) dan tidak bergelambir dan tidak berpunuk (NGNP).

Analisis Data

Data dikoreksi ke salah satu umur terbanyak yaitu umur I3 sebelum

dilakukan analisis komponen utama (AKU), menurut Salamena (2006); Gunawan dan Sumantri (2008) rumus yang digunakan adalah:

(20)

Keterangan:

Xi-terkoreksi : ukuran ke-i yang dikoreksi

Xumur standar : rataan sampel umur I3

Xumur pengamatan : rataan sampel umur yang diamati

Xpengamatan ke-i : ukuran pengamatan ke-i

Data dianalisis menggunakan AKU untuk mengetahui ukuran dan bentuk tubuh sapi pasundan, bali dan PO. Menurut Gasperz (1995) model matematika yang digunakan adalah:

YP = a1pX1+ a2pX2+... + appXp Keterangan:

YP : komponen utama ke-p

a1p-app : vektor ciri atau vektor eigen ke-p untuk p = TV, LV, SV, SC, HM, RU, MC, FM, TF, MT, PB, TB, DD dan TP.

Xp : ukuran tubuh ke-p untuk p = TV, LV, SV, SC, HM, RU, MC, FM, TF, MT, PB, TB, DD dan TP.

Data ukuran tubuh berbagai umur dianalisis ANCOVA menggunakan

statistic analysis system (SAS) 9.1.3. Model matematika yang digunakan adalah: Yij = µ + Ti + Ij+ εij

Keterangan :

Yij : hasil pengamatan terhadap perlakuan ke-i dan tingkat umur ke-j

µ : nilai rataan umum

Ti : pengaruh perlakuan ke-i untuk i = GP, GNP dan NGNP

Ij : pengaruh tingkat umur ke-j untuk j = 0,1,2,3

εij : pengaruh galat dari perlakuan ke-i dan tingkat umur ke-j

Data ukuran tubuh berbagai umur dianalisis menggunakan statistic analysis system (SAS) 9.1.3 untuk mendapatkan nilai koefisien keragaman (KK), rumus KK yang digunakan adalah:

Keterangan :

SD : standar deviasi X : rataan

Hasil analisis yang menunjukkan perbedaan nyata diuji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) tarafα = 0.05.

(21)

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Ukuran dan Bentuk Sapi Pasundan, Bali dan PO

Sapi pasundan merupakan hasil adaptasi lebih dari sepuluh generasi antara

Bos sundaicus/banteng/sapi bali, dengan sapi jawa, sapi madura dan sapi sumba ongole (Kementan 2014). Sapi pasundan merupakan sapi lokal yang termasuk sapi potong dan berkembang di masyarakat buffer zone hutan sepanjang wilayah Priangan Utara. Sapi pasundan memiliki kesamaan karakter dengan sapi Bos sondaicus atau banteng jawa. Pernyataan tersebut dapat diperjelas dari dugaan berdasarkan kesamaan tipe dan tanda-tanda khas yang terdapat pada sapi bali dan banteng liar (Muthalib 2003). Ciri-ciri sapi pasundan yaitu warna tubuh sapi pasundan dominan merah bata, terdapat warna putih pada bagian pelvis dan keempat kaki bagian bawah (tarsus dan carpus) dengan batasan yang tidak kontras dan sapi pasundan jantan dapat mengalami perubahan warna dari merah bata menjadi hitam sesuai dengan dewasa kelamin (perubahan hormon androgen), sapi pasundan ada yang bepunuk dan tidak berpunuk, ada yang bergelambir dan tidak bergelambir (Kementan 2014).

Sapi bali adalah salah satu bangsa sapi asli Indonesia, hasil domestikasi langsung dari banteng liar (Martojo 2003; Hikmawaty et al. 2014). Ciri-ciri sapi bali betina, anak dan jantan muda antara lain berwarna coklat muda dengan garis hitam tipis di sepanjang tengah punggung, sedangkan warna bulu jantan setelah pubertas akan berubah menjadi agak gelap dan hitam pada saat dewasa. Pada sapi bali terdapat warna putih di bagian belakang paha kaki, bagian bawah perut dan keempat kaki sampai atas kuku (Payne dan Rollinson 1973; Murwanto 2008). Sapi bali jantan pada usia dewasa, warna merah tubuhnya berubah menjadi hitam karena adanya pengaruh sex-linkage gene dengan pigmentasi warna bulu (Sandhi

et al. 1990; Talib 2002). Berdasarkan SNI 7355 tahun 2008 bahwa sifat kualitatif sapi bali betina memiliki warna bulu merah dan pada jantan warna bulu hitam, sapi bali tidak memiliki gelambir dan punuk.

Sapi peranakan ongole (PO) merupakan sapi lokal Indonesia yang sering disebut sapi jawa dengan ciri-ciri mempunyai gelambir yang lebar, berpunuk, warna bulu putih, profil muka segitiga lurus, dan telinga agak menggantung (Trifena et al. 2011). Standar dan persyaratan sapi PO berdasarkan SNI 7356 tahun 2008 bahwa sifat kualitatif sapi PO memiliki warna bulu putih abu-abu, berbadan besar, gelambir longgar bergantung dan punuk besar.

(22)

dijadikan sebagai parameter seleksi untuk meningkatkan skor ukuran tubuh ketiga bangsa. Menurut Malewa dan Salmin (2008), bahwa penciri ukuran tersebut memberikan konstribusi yang besar terhadap skor ukuran tubuh.

Tabel 2 Penciri ukuran dan bentuk tubuh sapi bali, pasundan dan PO Jenis

kelamin Bangsa n

Peubah penciri ukuran

Nilai v.eigen

Peubah penciri bentuk

Nilai v.eigen

♂ Bali Pasundan 39 Panjang badan 26 Panjang badan 0.563 0.596 Tibia fibula Tinggi hip 0.307 0.529 PO 34 Panjang badan 0.576 Tinggi badan 0.392

♀ Bali Pasundan 33 Tinggi 66 Panjang badan hip 0.532 0.600 Tibia fibula Tinggi hip 0.673 0.719 PO 40 Panjang badan 0.554 Femur 0.312 Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa terjadi tumpang tindih antara sapi pasundan jantan dengan sapi PO jantan, dan terjadi distinct atau pemisahan antara plot sapi bali jantan dengan sapi pasundan dan PO jantan.

Gambar 4 Ukuran dan bentuk tubuh sapi bali, pasundan dan PO jantan

(23)

Plot pada Gambar 4 menunjukkan bahwa sapi pasundan dan PO jantan

Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan bahwa terjadi tumpang tindih antara sapi pasundan dengan sapi PO betina, dan terjadi distinct antara plot sapi bali dengan sapi pasundan dan PO betina. Terdapat perbedaan ukuran dan bentuk tubuh antar ketiga bangsa, ukuran dan bentuk sapi pasundan betina lebih mengarah pada sapi PO. Menurut hasil penelitian Hilmia (2013), bahwa ukuran tubuh sapi lokal Ciamis Jawa Barat berada diantara sapi bali dan sapi PO, hal ini diduga sapi lokal Ciamis merupakan hasil keturunan sapi bali dan sapi PO. Menurut Malewa dan Salmin (2008), bahwa perbedaan bentuk tubuh ternak berbeda lokasi pemeliharaan disebabkan perbedaan peubah yang menjadi penentu bentuk tubuh disetiap lokasi pemeliharaan.

Keragaman Fenotipik Sapi Pasundan

Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien keragaman sapi pasundan jantan disajikan dalam Tabel 3. Nilai koefisien keragaman sapi pasundan jantan berkisar 6.14% sampai 23.29%, kisaran nilai koefisien keragaman tertinggi pada ukuran sumbu tubuh yaitu lumbar vertebrae pada umur I0, dibandingkan ukuran tubuh

lain dan umur lainnya.

Tabel 3 Deskriptif ukuran tubuh sapi pasundan jantan pada berbagai umur Variabel I0 I1 I2 I3 Sumbu Tubuh

Thoraxic vertebrae 28.71±4.21(14.67) 43.96±6.64(15.10) 48.04±7.23(15.05) 53.38±11.21(21.00)

Lumbar vertebrae 14.09±3.28(23.29) 22.48±3.54(15.75) 26.89±3.99(14.85) 32.91±5.70(17.31)

Sacral vertebrae 15.21±2.68(17.64) 19.69±1.91(9.68) 22.99±3.44(14.94) 25.81±5.38(20.84) Alat Gerak Depan

Scapulla 25.15±5.13(20.39) 38.37±4.54(11.83) 42.06±3.95(9.39) 49.08±5.92(12.05)

Humerus 20.37±4.00(19.63) 28.47±3.87(13.60) 33.05±3.45(10.45) 35.03±4.35(12.43)

Radius Ulna 22.41±4.14(18.50) 29.10±4.37(15.02) 33.72±6.18(18.31) 37.29±7.17(19.24)

Metacarpus 15.04±2.62(17.40) 18.61±1.93(10.34) 20.19±1.47(7.29) 24.02±2.88(11.97) Alat Gerak Belakang

Femur 21.27±3.93(18.45) 28.28±4.45(15.73) 30.34±2.68(8.83) 36.14±5.17(14.30)

Tibia-Fibulla 29.21±5.95(20.36) 39.91±6.97(17.46) 41.53±4.74(11.41) 47.12±5.99(12.70)

Metatarsal 19.63±3.23(16.43) 26.80±1.87(6.97) 28.92±4.78(16.54) 31.75±3.81(12.00) Performa Umum

Panjang badan 63.54±9.38(14.76) 96.82±9.28(9.58) 120.12±10.3(8.57) 131.02±9.80(7.48) Tinggi badan 70.38±9.67(13.73) 101.72±9.14(8.99) 111.09±12.7(11.45) 130.75±8.03(6.14) Dalam dada 31.36±6.52(20.79) 46.16±3.48(7.53) 51.78±6.10(11.79) 53.86±4.58(8.50) Tinggi hip 74.54±14.76(19.80) 108.05±9.73(9.00) 112.43±8.86(7.88) 116.65±12.3(10.54)

(...) : koefisien keragaman (%)

(24)

3.77% sampai 26.63%, kisaran nilai koefisien keragaman tertinggi pada ukuran sumbu tubuh yaitu sacral vertebrae pada umur I0, dibandingkan ukuran tubuh lain

dan umur lainnya. Bedasarkan nilai koefisien keragaman tersebut menunjukkan bahwa keragaman ukuran tubuh sapi pasundan jantan dan betina berkisar kecil hingga besar antara 3.77% sampai 26.63%. Secara umum, keragaman sapi pasundan masih besar (>10%).

Tabel 4 Deskriptif ukuran tubuh sapi pasundan betina pada berbagai umur Variabel I0 I1 I2 I3 Sumbu Tubuh

Thoraxic vertebrae 33.92±1.88(5.54) 39.77±4.18(10.51) 48.70±6.53(13.40) 56.19±7.06(12.57)

Lumbar vertebrae 13.54±2.04(15.05) 22.12±3.90(17.63) 23.00±3.10(13.50) 23.41±3.78(16.14)

Sacral vertebrae 16.48±4.39(26.63) 18.89±4.31(22.82) 22.68±3.23(14.24) 24.44±2.32(9.48) Alat Gerak Depan

Scapulla 27.13±2.40(8.85) 37.36±3.42(9.15) 38.26±3.59(9.39) 43.10±4.57(10.61)

Humerus 20.79±4.75(22.85) 27.93±2.60(9.32) 29.26±4.13(14.11) 33.63±5.11(15.21)

Radius Ulna 23.87±3.73(15.64) 28.99±3.38(11.68) 32.56±3.07(9.42) 34.95±3.84(10.99)

Metacarpus 15.72±1.61(10.22) 20.40±2.09(10.23) 22.25±3.16(14.21) 23.09±3.68(15.94) Alat Gerak Belakang

Femur 21.67±1.44(6.63) 26.76±2.06(7.70) 28.06±2.71(9.67) 34.31±5.45(15.87)

Tibia-Fibulla 31.31±3.98(12.71) 39.89±4.79(12.00) 40.89±3.34(8.16) 45.06±4.88(10.83)

Metatarsal 22.34±1.47(6.58) 27.64±2.29(8.29) 28.08±2.50(8.90) 30.17±3.02(10.02) Performa Umum

Panjang badan 70.15±8.00(11.40) 98.12±3.70(3.77) 105.71±7.96(7.53) 124.20±8.11(6.53) Tinggi badan 74.33±6.56(8.83) 101.67±8.93(8.79) 102.64±8.54(8.32) 115.20±10.32(8.96) Dalam dada 33.54±4.69(13.99) 44.72±2.35(5.25) 46.95±4.82(10.27) 54.01±4.53(8.38) Tinggi hip 78.44±8.17(10.42) 105.63±6.51(6.16) 110.53±7.24(6.55) 118.78±10.73(9.03)

(...) : koefisien keragaman (%)

Menurut Hanafiah (1991), bahwa keragaman besar apabila koefisien keragaman >10%, sedang 5% sampai 10% dan kecil <5%. Menurut Hikmawaty et al. (2014), bahwa adanya perbedaan keragaman disebabkan oleh potensi genetik, lokasi asal, sistem pemeliharaan dan perkawinan yang diterapkan di daerah tersebut.

Ukuran tubuh yang beragam berdampak pada pertumbuhan ternak. Sapi bertipe kerangka tubuh besar memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan sapi bertipe kerangka tubuh sedang dan kecil (Firdausi et al. 2016). Keragaman yang tinggi diduga karena belum diterapkan seleksi untuk sifat pertumbuhan yang bervariasi, variasi pertumbuhan mempengaruhi ukuran-ukuran tubuh (Sitorus dan Anggraeini 2008). Menurut Sampurna (2013) bahwa solusi untuk membantu mengurangi keragaman fisik dan menolong untuk mengetahui sifat-sifat unggul ternak yaitu dengan pengelompokan dan pemeringkatan sifat kualitatif yang dilakukan secara partisipatif.

Pengelompokan Sapi Pasundan

(25)

(P<0.05). Rataan panjang badan, tinggi badan, dalam dada dan tinggi hip sapi pasundan NGNP betina (89.86 cm, 86.02 cm, 38.97 cm dan 86.85 cm) (Tabel 5). Berdasarkan hasil penelitian Baharun (2015), bahwa panjang badan dan tinggi badan sapi pasundan jantan berturut-turut yaitu 119.46±1.72 cm dan 118.46±1.37 cm pada kisaran umur 3 sampai 5 tahun dengan metode citra digital.

Tabel 5 Ukuran performa umum sapi pasundan berdasarkan gelambir dan punuk Variabel Jenis

kelamin GP (cm) GNP (cm) NGNP (cm) Panjang badan ♂ 112.03±3.21a 101.59±3.57a 86.10±6.96b

♀ 108.62±1.92a 107.71±1.07a 89.86±4.67b Tinggi badan ♂ 112.38±3.06a 103.84±3.40a 86.42±6.63b

♀ 103.41±2.53a 105.53±1.41a 86.02±6.16b Dalam dada ♂ 49.35±1.68a 46.55±1.87a 35.30±3.64b

♀ 47.72±1.08a 48.18±0.60a 38.97±2.63b Tinggi hip ♂ 111.45±3.93a 104.53±4.37a 77.12±8.52b

♀ 110.31±2.30a 110.06±1.28a 86.85±5.59b abc

superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05). GP: Sapi pasundan bergelambir dan berpunuk; GNP: Sapi pasundan bergelambir dan tidak berpunuk; NGNP: Sapi pasundan tidak bergelambir dan tidak berpunuk.

Perbedaan ukuran panjang badan sapi pasundan GP, GNP dan NGNP jantan dan betina dipengaruhi oleh ukuran sumbu tubuh yaitu lumbar vertebrae

(25.29 cm, 25.87 cm dan 20.39 cm) dan (20.81 cm, 22.71 cm dan 15.24 cm). Perbedaan ukuran tinggi badan sapi pasundan GP, GNP dan NGNP jantan dipengaruhi oleh dalam dada dan alat gerak depan yaitu metacarpus (20.45 cm, 19.97 cm dan 17.08 cm) dan pada betina dipengaruhi oleh dalam dada dan alat gerak depan antara lain scapulla, humerus dan radius ulna (38.94 cm, 38.98 cm dan 32.92 cm), (29.53 cm, 30.11 cm dan 23.99 cm) dan (30.84 cm, 32.27 cm dan 26.33 cm). Perbedaan ukuran tinggi hip sapi pasundan GP, GNP dan NGNP jantan dipengaruhi oleh alat gerak belakang yaitu metatarsal (28.61 cm, 27.24 cm dan 21.81 cm) dan pada betina yaitu tibia-fibulla dan metatarsal (40.95 cm, 41.69 cm dan 34.85 cm) dan (27.40 cm, 28.56 cm dan 25.59 cm) (Tabel 6).

Data tersebut memperlihatkan bahwa sapi pasundan GP memiliki ukuran kerangka tubuh yang lebih besar, hal ini dimungkinkan bahwa sapi pasundan GP banyak mengarah pada sapi PO yang memiliki gelambir dan punuk serta berbadan besar, sedangkan sapi pasundan NGNP memiliki ukuran kerangka tubuh yang lebih kecil, karena lebih mengarah pada sapi bali yang dominan tidak bergelambir, tidak berpunuk dan berbadan kecil.

(26)

tubuh. Menurut Noor (2008) keragaman suatu sifat yang tinggi pada populasi memungkinkan upaya seleksi terhadap sifat tersebut efektif dilaksanakan.

Tabel 6 Ukuran sumbu tubuh dan alat gerak sapi pasundan berdasarkan gelambir dan punuk

Variabel Jenis

kelamin GP (cm) GNP (cm) NGNP (cm)

Sumbu tubuh

Thoraxic vertebrae 47.20±3.12 43.75±2.80 35.94±6.07

48.77±1.54 47.39±0.86 49.67±3.76

Lumbar vertebrae ♂ 25.29±1.40a 25.87±1.56ab 20.39±3.04b

♀ 20.81±0.95b 22.71±0.53a 15.24±2.31c

Sacral vertebrae ♂ 21.39±1.23 21.96±1.37 19.36±2.67

♀ 21.44±0.86 22.07±0.47 18.69±2.10

Alat gerak depan

Scapulla ♂ 41.46±1.80 38.78±2.01 35.38±3.91

♀ 38.94±1.06a 38.98±0.59a 32.92±2.59b

Humerus ♂ 30.87± 1.52 29.72±1.37 25.17±2.97

♀ 29.53±1.11a 30.11±0.62a 23.99±2.71b

Radius ulna ♂ 32.62±1.90 29.73±2.12 29.19±4.12

♀ 30.84±0.87a 32.27±0.48a 26.33±2.11b

Tibia-Fibulla ♂ 42.70±2.08 38.67±2.31 34.70± 4.51

♀ 40.95±1.15a 41.69±0.64a 34.85±2.80b

Metatarsal 28.61±1.11a 27.24±1.23a 21.81±2.40b

27.40±1.68ab 28.56±0.39a 25.59±0.69b abc

superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05). GP: Sapi pasundan bergelambir dan berpunuk; GNP: Sapi pasundan bergelambir dan tidak berpunuk; NGNP: Sapi pasundan tidak bergelambir dan tidak berpunuk.

Menurut Handiwirawan et al. (2003) bahwa sapi pasundan terbagi menjadi dua, yakni hasil inbreeding sapi bali membentuk sapi pasundan non gelambir, dan hasil inbreeding sapi PO membentuk sapi pasundan bergelambir dan menurut Indrijani et al. (2012), sapi pasundan mempunyai dua tipe jenis yaitu sapi pasundan tipe bergumba/punuk dan tidak bergumba/punuk. Hal ini diakibatkan dari asal-usul genetik sapi pasundan berasal dari perkawinan antar bangsa sapi yang berbeda dari sapi bali dan sapi PO kemudian keturunannya terjadi

inbreeding selama sepuluh keturunan sehingga menghasilkan ukuran tubuh yang kecil.

Hasil pengamatan terhadap pengelompokan ukuran dan bentuk tubuh sapi pasundan berdasarkan ada/tidaknya gelambir dan punuk menunjukkan bahwa adanya pengelompokan sapi pasundan NGNP jantan, sapi pasundan GNP jantan, serta sapi pasundan GP jantan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat berdasarkan skor ukuran dan bentuk tubuh (Gambar 6 dan 7).

(27)

Variabel:

Bergelambir dan berpunuk Bergelambir dan non punuk Non gelambir dan non punuk

Variabel:

Bergelambir dan berpunuk Bergelambir dan non punuk Non gelambir dan non punuk

Berdasarkan Gambar 6 dan 7 secara umum sapi pasundan NGNP jantan berada pada kelompok sebelah kiri dan menyebar, pada sapi pasundan GNP jantan

Gambar 6 Pengelompokan ukuran dan bentuk performa umum sapi pasundan jantan

Gambar 7 Pengelompokan ukuran dan bentuk sumbu tubuh dan alat gerak sapi pasundan jantan

(28)

memperlihatkan kelompok yang menyebar dari sebelah kiri ke sebelah kanan, sedangkan sapi pasundan GP jantan berada pada kelompok sebelah kanan dan menyebar. Secara umum memperlihatkan sapi pasundan jantan masih beragam, hal ini memperjelas asal usul sapi pasundan jantan yang berasal dari sapi bali yang didatangkan ke pulau Jawa untuk dipelihara dengan ciri tidak bergelambir dan tidak berpunuk dengan sapi peranakan ongole yang memiliki gelambir dan punuk. Gambar 6 dan 7, menunjukkan bahwa ukuran dan bentuk tubuh sapi pasundan NGNP, GNP dan GP jantan berbeda yang diperlihatkan dengan terjadinya distinct

antar setiap kelompok. Perbedaan ukuran tubuh dimungkinkan adanya tingkat adaptasi yang berbeda dari setiap individu, dalam hal ini karena sapi pasundan yang dipelihara di BPPT sapi potong Cijeunjing Ciamis Jawa Barat berasal dari berbagai lingkungan dan daerah yang berbeda. Perbedaan bentuk ini disebabkan karena pengaruh genetik, dimana sapi pasundan GP lebih dekat dengan sapi PO sedangkan sapi pasundan NGNP lebih dekat dengan sapi bali. Menurut Everitt dan Dunn (1999); Gunawan dan Sumantri (2007), ukuran tubuh lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan ditambahkan oleh Gunawan dan Sumantri (2007), bahwa perbedaan ukuran tubuh disebabkan adanya perbedaan genetik yang dapat berpengaruh pada bentuk tubuh.

Hasil penelitian skor ukuran dan bentuk tubuh sapi pasundan betina pada pengelompokan ada/tidaknya gelambir dan punuk disajikan dalam Gambar 8 dan 9. Secara umum menunjukkan bahwa plot sapi pasundan NGNP betina berada pada kelompok sebelah kiri dan menyebar, plot pada sapi pasundan GP dan GNP betina saling tumpang tindih dan menyebar dari sebelah kiri ke sebelah kanan, terlihat adanya tumpang tindih dan mengelompok antara sapi pasundan GNP dan GP betina, sedangkan sapi pasundan NGNP betina cenderung terpisah dari sapi pasundan GNP dan GP betina.

Variabel:

Bergelambir dan berpunuk Bergelambir dan non punuk Non gelambir dan non punuk

Gambar 8 Pengelompokan ukuran dan bentuk performa umum sapi pasundan betina

(29)

Variabel:

Bergelambir dan berpunuk Bergelambir dan non punuk Non gelambir dan non punuk

Ukuran dan bentuk tubuh sapi pasundan GNP betina tidak berbeda dengan sapi pasundan GP betina, sedangkan sapi pasundan NGNP memiliki ukuran dan bentuk tubuh yang berbeda dengan sapi pasundan GNP dan GP betina. Sehingga, dalam penelitian ini ukuran dan bentuk tubuh sapi pasundan GP betina mengarah pada sapi PO, sedangkan sapi pasundan NGNP mengarah pada sapi bali. Perbedaan ukuran dan bentuk tersebut disebabkan oleh lingkungan dan genetik, dimana sapi pasundan tersebut yang dikumpulkan di BPPT Ciamis berasal dari daerah yang berbeda. Menurut Gunawan dan Sumantri (2008), bahwa tingkat keragaman yang masih tinggi perlu adanya perbaikan mutu genetik melalui seleksi akan lebih tepat untuk diterapkan. Menurut Essien dan Adescope (2003); Utomo et al. (2015), menyatakan bahwa ukuran tubuh ternak dapat digunakan sebagai standar seleksi untuk memperoleh ternak yang mempunyai ukuran lebih besar.

4

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sapi pasundan lebih kearah sapi PO berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh. Secara umum keragaman fenotipik sapi pasundan pada berbagai umur masih beragam, dengan koefisien keragaman besar (>10%). Sapi pasundan NGNP (non gelambir dan non punuk) berbeda dengan sapi pasundan GP (gelambir dan punuk)

Gambar 9 Pengelompokan ukuran dan bentuk sumbu tubuh dan alat gerak sapi pasundan betina

(30)

dan GNP (gelambir dan non punuk), sapi pasundan GP memiliki ukuran tubuh lebih besar dari sapi pasundan NGNP.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai proporsi dan kualitas karkas antara sapi pasundan GP (gelambir dan punuk), GNP (gelambir dan non punuk) dan NGNP (non gelambir dan non punuk), perlu jumlah sampel lebih banyak serta ada metode pengukuran gelambir dan punuk.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah MAN, RR Noor, H Martojo, DD Solihin, Handiwirawan E. 2007. The phenotypic Variability of Aceh Cattle in Nanggroe Aceh Darussalam.

J.Indonesian.Trop.Anim.Agric. 32(1):11-21.

Baharun A. 2015. Potensi Reproduksi serta Keberhasilan Pembekuan Semen Menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur dan Tris Soya pada Pejantan Sapi Pasundan. (disertasi). Bogor (ID): Bogor Agriculture University. [Disnak Jabar] Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2016. Disnak Jabar

Targetkan Sapi Pasundan Murni 100% di 2018. Diunduh 2016Mar11. Tersedia pada http://disnak.jabarprov.go.id/.

Erni N. 2013. Kinerja Induk Sapi Jawa, PO dan SimPO yang Dipelihara pada Kondisi yang Sama [skripsi]. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University. [FAO] Phenotypic Characterization of Animal Genetic Resources. 2012. FAO

Animal Production and Health Guidelines. Rome. 11:87-91.

Firdausi A, T. Susilawati,M. Nasich, Kuswati. 2012. Pertambahan Bobot Badan Menggunakan Analisis Komponen Utama. Buletin Peternakan. 31(4):186-199.

Gunawan A, Sumantri C. 2008. Estimation of Phenotypic Variation Value and Genetic Distance in Garut Sheep and Crossbred of Garut.

J.Indonesian.Trop.Anim.Agric. 33(3):176-185.

Hakim A. 2016. Dimensi Tubuh Sapi Friesian Holstein dan Limousin Betina Berdasarkan Morfometrik dengan Menggunakan Citra Digital [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Handiwirawan E, RR Noor, Muladno, L Schuler. 2003. The use of HEL9 and INRA035 microsatellites as specific markers for Bali cattle. Arch Tierz, Dummerstorf. 46(6): 503-512.

Hanafiah KA. 1991. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Cetakan ke-5. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

Hikmawaty, Asep G, RR Noor, Jakaria. 2014. Identification of Body Size and Body Shape of Bali Cattle in Breeding Centers on Principal Componenet Analysis. JIPTH. 2(1):231-237.

Laporan Penelitian. Bandung (ID): Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Ismail M, H Nuraini, R Priyanto. 2014. Effect of Body Fatness to Carcass and non Carcass Productivity of Small Frame Size Beef Cattle (Bali And Madura Cattle). Jurnal Veteriner. 15(3):411-424.

(32)

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2014. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014 Tentang Penetapan Rumpun Sapi Pasundan. Jakarta (ID): Kementan.

Liu MF, Makarechian M. 1990. Comparison of Phenotypic Variation Within Paternal Half Sib Families for Weaning Wight in Purebreed and Sinthetic Beef Cattle Population. Can. J. Anim. Sci. 70:703-706.

Malewa AD, Salmin. 2008. Karakteristik Domba Lokal Palu Berdasarkan Keragaman Morfometrik. Agroland. 15(1):68-74.

Murwanto AG. 2008. Simple Model Development of Bali Cattle Breeding Program in Papua. Jurnal Ilmu Peternakan. 3(1):41-50.

Muthalib RA. 2003. Carcass characteristics and meat derivatives F1 Four breed with Males and Females Bali Cattle. J. Ind. Trop. Anim. Agric. 28(1):7-10. Noor RR. 2008. Genetika Ternak. Depok (ID): Penebar Swadaya.

Putra BW, AM Fuah, H Nuraini, R Priyanto. 2016. Application of Digital Image Technique for Morphometrics Measurement on Bali and Ongole Cattle.

JIPI. 21(1):63-68.

Sampurna IP. 2013. Pola Pertumbuhan dan Kedekatan Hubungan Dimensi Tubuh Sapi Bali. [disertasi]. Denpasar (ID): Universitas Udayana.

Sarbaini. 2004. Kajian Keragaman Karakteristik Eksternal dan DNA Mikrosatelit Sapi Pesisir Sumatera Barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sitorus A, Anggraeni A. 2008. Karakterisasi Morfologi dan Estimasi Jarak Genetik Kerbau Rawa, Sungai (Murrah) dan Silangannya di Sumatera Utara. Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau. Hal:38-54.

Talib C. 2002. Sapi Bali di Daerah Sumber Bibit dan Peluang Pengembangannya.

WARTAZOA. 12(3):100-107.

Trifena, I Gede SB, T Hartatik. 2011. The Phenotypic Changes of First Filial and Backcross of Ongole Grade, Simpo, and Limpo Cows. Buletin Peternakan. 35(1): 11-16

Utomo BN, Noor RR, Sumantri C, Supriatna I, Gunardi ED. 2010. Keragaman Morfometrik Sapi Katingan di Kalimantan Tengah. JITV. 15(3):220-230. Utomo B, R Oelviani, Subiharta. 2015. Enhancing Perfomance Of Weaned

Ongole Calf Through Management Improvement Using Local Resources.

Prossiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversity Indonesia. 1(4):838-842.

(33)
(34)

Lampiran 1 Gambar sapi pasundan berdasarkan gelambir dan punuk

Sapi pasundan tidak bergelambir dan tidak berpunuk

Sapi pasundan bergelambir dan tidak berpunuk

(35)

Lampiran 2 Penciri ukuran dan bentuk tubuh sapi jantan hasil analisis komponen utama

penciri ukuran sapi bali sapi pasundan sapi PO ukuran bentuk ukuran bentuk ukuran bentuk

Thoraxic vertebrae 0,198 -0,810 0,224 0,377 0,225 -0,119

Lampiran 3 Penciri ukuran dan bentuk tubuh sapi betina hasil analisis komponen utama

penciri ukuran sapi bali sapi pasundan sapi PO ukuran bentuk ukuran bentuk ukuran bentuk

(36)
(37)

Dependent Variable: Metatarsal

(38)
(39)

Dependent Variable: Tinggi hip

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F KELOMPOK 2 1286.482310 643.241155 8.20 0.0007 UMUR 1 4220.490271 4220.490271 53.82 <.0001 Error 62 4861.92156 78.4180

Corrected Total 65 13844.71206

(40)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak sulung dari tiga bersaudara yang dilahirkan di Samarinda pada tanggal 17 Juni 1991 dari pasangan Bapak Helmi dan Ibu Aluh Kartini.

Penulis lulus dari MA. Al-Mujahidin Samarinda tahun 2009. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Ilmu dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta melalui besiswa program beasiswa santri berprestasi (PBSB), lulus tahun 2013. Penulis bekerja sebagai pembina vokasional di lembaga bina santri mandiri (LBSM) Bogor (2013/2016), guru kesenian di RA. Mutiara Bunda Bogor (2014/2015), tentor bimbingan belajar di Aljabar Universal Bogor (2015/2016). Pada tahun 2015, penulis diterima di Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan pada Program Pascasarjana IPB dengan beasiswa on going dari Beasiswa Unggulan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gambar

Gambar sapi pasundan berdasarkan gelambir dan punuk
Gambar 1 Kerangka pemikiran dan gambaran penelitian
Gambar 3 Contoh pengukuran parameter menggunakan imageJ
Tabel 2 Penciri ukuran dan bentuk tubuh sapi bali, pasundan dan PO
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap Kinerja Pegawai Pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sanjiwani Kabupaten Gianyar”. 1.2 Identifikasi

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menentukan sifat-sifat karakteristik Marshall pada evaluasi campuran aspal panas dengan menggunakan filler abu batu, semen dan

Artinya keberadaan hubungan auditor dengan klien yang lebih besar, adanya pengaruh dari klien dalam proses audit yang lebih besar terhadap profesi dan adanya jasa

Berbeda dengan Sendmail yang hanya mempunyai sebuah file eksekusi, Qmail memisahkan masing-masing fungsi seperti untuk menangani antrian, menangani deliveri ke

Jika dia suka, dia dapat mendoakan mayat dengan doa yang lain dari doa-doa yang ma'tsurO). Tetapi jangan berdoa kepada orang mati, dan minta pertolongan kepada mereka baik

Jumlah dan pertumbuhan penduduk petani yang terus meningkat, sementara di lain pihak luas dan kualitas lahan tidak berubah, dapat menyebabkan tingginya tekanan

Berdasarkan hasil analisis QSPM, strategi terbaik yang harus dilakukan dengan nilai TAS tertinggi ( ) adalah mempertahankan harga jual produk di pasaran dengan

Hürriyet inkılâbının getirdiği neticelerden birisi de, parlamenterizmdir. Parlamenterizm hürriyet inkılâbının getirdiği toplanma ve cemiyet kur­ mada serbestlik