• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS BAHAN PENGAWET TERHADAP SIFAT KIMIA, ORGANOLEPTIK, DAN MIKROBIOLOGI PERMEN JELLY BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH JENIS BAHAN PENGAWET TERHADAP SIFAT KIMIA, ORGANOLEPTIK, DAN MIKROBIOLOGI PERMEN JELLY BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF TYPES OF PRESERVATIVE SUBSTANCE TO THE CHEMICAL, ORGANOLEPTIC, AND MICROBIOLOGICAL

PROPERTIES OF JELLY CANDY FROM

DRAGON FRUIT (Hylocereus polyrhizus) ALONG ROOM TEMPERATURE STORAGE

By

AFNITA SARI

Dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) is recently a popular fruit in Indonesia. However, this fruit, as well as other common fruits, will degrade immediately without further processing. One of product diversification efforts is using dargon fruit in making jelly candy. This research objective is to find out types of preservative substance that is able to produce fruit dragon jelly candy with best chemical and organoleptic properties, and prevent from microorganism damage along storage.

This research used perfect group randomized design consisting of two factors and two repetitions. The first factors were preservative types consisting of withput preservative (P0), 0.1% (b/v) natrium benzoate (P1), 0.2% (b/v) natrium propionate (P2). The second factors were the storage durations in room temperature consisting of duration of 0 day (H0), 5 days (H1), 10 days (H2), 15 days (H3), 20 days (H4), 25 days (H5), 30 days (H6), 35 days (H7), and 40 days (H8). The observed parameters were water content, ash content, sugar reduction, total of microbial and organoleptic test. Obtained data were analyzed using analysis of variance (anova) to obtain prediction error variance, and significant test to find out if any differences exist amongst treatments. The data homogeneity was tested using Bartlett test, while data additivity is tested using Tukey test. The data analysis continued with comparison and orthogonal polynomial tests in significant levels of 1% and 5% respectively.

(2)

The use of 0.2% (b/v) Na-propionate in the 20th days of storage (H4P2) produced the best chemical and microbiological properties for dragon fruit jelly candy, with microbial total of 9 × 10 Col/g, 17.66% water content, 0.343% ash content, 4.44% sugar reduction. Organoleptic test result showed that dragon fruit jelly candy using Na-propionate preservative in 20 days storage (H4P2) has typical dragon fruit aroma, turbid brown colored, elastic, sweet taste, and more favored by panelists.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH JENIS BAHAN PENGAWET TERHADAP SIFAT KIMIA, ORGANOLEPTIK, DAN MIKROBIOLOGI

PERMEN JELLY BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)

SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG

Oleh

AFNITA SARI

Buah naga(Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Akan tetapi seperti buah-buahan segar pada umumnya, buah naga juga akan mengalami kerusakan apabila tidak diolah lebih lanjut. Salah satu usaha diversifikasi produk untuk meningkatkan daya guna hasil pertanian dan untuk menarik minat konsumen adalah pemanfaatan buah naga dalam pembuatan permen jelly. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bahan pengawet yang dapat menghasilkan permen jelly buah naga dengan sifat kimia dan organoleptik terbaik, serta dapat mempertahankan dari kerusakan mikroorganisme selama penyimpanan.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) yang terdiri atas dua faktor dan dua ulangan. Faktor pertama adalah jenis bahan pengawet yang terdiri dari tanpa bahan pengawet (P0), natrium benzoat (P1) sebanyak 0,1% (b/v), dan natrium propionat (P2) sebanyak 0,2% (b/v). Faktor kedua adalah lama penyimpanan pada suhu kamar yang terdiri dari dari penyimpanan 0 hari (H0), 5 hari (H1), 10 hari (H2), 15 hari (H3), 20 hari (H4), 25 hari (H5), dan 30 hari (H6), 35 hari (H7), dan 40 hari (H8). Parameter yang diamati adalah kadar air, kadar abu, gula reduksi, total mikroba dan uji organoleptik. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat dan uji signifikasi untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Keseragaman data diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan uji perbandingan dan polinomial ortogonal pada taraf nyata 1% dan 5%.

(4)

Penggunaan pengawet Na-propionat 0,2% (b/v) pada penyimpanan hari ke-20 (H4P2) menghasilkan permen jelly buah naga dengan sifat mikrobiologi dan kimia terbaik, dengan total mikroba 9 × 10 kol/g, kadar air 17,66%, kadar abu 0,343%, dan gula reduksi 4,44%. Hasil uji organoleptik juga menunjukkan bahwa, permen jelly buah naga dengan pengawet Na-propionat pada lama simpan 20 hari (H4P2), memiliki aroma agak khas buah naga, berwarna coklat keruh, kenyal, rasa manis dan lebih disukai panelis.

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,

protein, karbohidrat, dan lain-lain. Dibalik rasanya yang manis dan menyegarkan,

buah naga juga kaya akan manfaat. Kandungan seratnya bermanfaat sebagai

pengikat zat karsinogenik penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan.

Selain itu juga, kandungan betakaroten sangat berguna dalam proses penglihatan

(Anonim1, 2009).

Buah naga seperti buah-buahan segar pada umumnya, juga akan mengalami

kerusakan apabila tidak diolah lebih lanjut. Kerusakan yang dialami antara lain

adalah kebusukan pada buah. Menurut Purnawan (2010), dalam udara bebas

setelah dipetik buah naga hanya dapat bertahan selama 14 hari penyimpanan.

Selain itu, buah naga biasanya hanya dikonsumsi dalam keadaan segar, sehingga

pemanfaatan buah naga selain dikonsumsi segar masih terbatas. Salah satu usaha

diversifikasi produk untuk meningkatkan daya guna hasil pertanian dan untuk

menarik minat konsumen adalah pemanfaatan buah naga dalam pembuatan

permen jelly. Permen jelly merupakan permen yang dibuat dari air atau sari buah

dan bahan pembentuk gel, yang berpenampilan jernih transparan serta mempunyai

(6)

Permen jelly mempunyai tekstur yang khas yaitu bersifat kenyal dan elastis.

Produk ini tergolong ke dalam makanan semi basah. Salah satu masalah yang

dihadapi dalam pengolahan permen jelly adalah masa simpan produk yang pendek

yang diakibatkan oleh jasad renik. Hartati (1999) menambahkan, permen jelly

belimbing wuluh yang tanpa diberi tambahan bahan pengawet hanya dapat

bertahan sampai penyimpanan hari ke-14. Dalam pembuatan permen jelly buah

naga perlu dilakukan penelitian untuk melihat bahan pengawet mana yang terbaik

dalam menghasilkan permen jelly buah naga.

Terdapat beberapa jenis bahan pengawet yang digunakan untuk dapat

mempertahankan mutu bahan pangan selama penyimpanan. Zat kimia yang sering

dipakai sebagai bahan pengawet tersebut antara lain adalah asam sorbat, asam

propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida (Winarno, 1992). Pada

umumnya bahan-bahan pengawet tersebut mempunyai kemampan yang

berbeda-beda dalam menghambat aktivitas mikroba.

Penelitian ini mempelajari pengaruh jenis bahan pengawet (natrium propionat dan

natrium benzoat) terhadap sifat kimia, organoleptik, dan mikrobiologi dari permen

jelly buah naga (Hylocereus polyrhizus) selama penyimpanan pada suhu ruang. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan daya simpan produk

pangan serta dapat mempertahankan kualitas dari permen jelly tersebut selama

(7)

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bahan pengawet yang dapat

menghasilkan permen jelly buah naga dengan sifat kimia dan organoleptik terbaik,

serta dapat mempertahankan dari kerusakan mikroorganisme selama

penyimpanan.

C. Kerangka Pikiran

Menurut Pragana (2010), permen jelly tergolong pangan semi basah, oleh karena

itu produk ini mudah mengalami kerusakan. Winarno (1992) menambahkan,

bahan pangan setengah basah adalah suatu bahan pangan yang memiliki kadar air

tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak terlalu rendah yaitu sekitar 15-50%. Hasil

penelitian Hartati (1999), permen jelly belimbing wuluh tanpa diberi tambahan

bahan pengawet hanya dapat bertahan dari kerusakan selama 14 hari

penyimpanan. Kerusakan yang terjadi pada permen jelly adalah berupa timbulnya

serabut keabu-abuan menyerupai kapang yang tumbuh pada permukaan permen

jelly. Permen jelly mempunyai syarat mutu (SNI 3547.2-2008) diantaranya adalah

kadar air maksimal 20%, kadar abu maksimal 3%, gula reduksi maksimal 25%,

dan total mikroba ≤102 koloni/g.

Tekstur yang kenyal dari permen jelly diperoleh dengan cara penambahan bahan

pembentuk gel yaitu gelatin pada produk permen tersebut. Gelatin mempunyai

sifat lebih kenyal jika dibandingkan dengan agar-agar. Menurut Winarno (2004)

dalam Widawati (2010), fungsi gelatin adalah untuk memperbaiki tekstur, struktur

(8)

pada permen jelly adalah karena adanya pengembangan molekul gelatin pada

waktu pemanasan. Panas akan membuka ikatan-ikatan pada molekul gelatin dan

cairan yang semula bebas mengalir menjadi kental (Ward and Courts, 1977 dalam

Ratnasari, 2000). pH juga berpengaruh terhadap pembentukan gel. Menurut

Nurhikmat (2003), semakin rendah pH, maka gel yang terbentuk akan semakin

keras tetapi pH yang terlalu rendah akan menyebabkan sineresis yaitu air yang

terperangkap dalam jaringan akan keluar pada suhu kamar. Sedangkan pada ph

yang terlalu tinggi akan menyebabkan gel pecah. Kondisi optimum yang

diperlukan untuk pembentukan gel antara lain adalah: gelatin sapi 17,28%,

sukrosa 14,81%, HFS 41,96% dan pH 3,2-3,4 (Muchtadi dan Ali, 1981 dalam

Ratnasari, 2000).

Bahan pengawet terdiri dari senyawa organik dan an-organik dalam bentuk asam

atau garamnya. Aktivitas-aktivitas bahan pengawet tidaklah sama, misalnya ada

yang efektif terhadap bakteri, khamir ataupun kapang (Winarno, 1992). Karena

bahan pengawet akan ikut dikonsumsi bersamaan dengan bahan pangan maka

bahan pengawet yang digunakan selain dapat menjaga mutu pangan agar dapat

terjaga selama mungkin juga harus cukup aman untuk dikonsumsi. Selain itu

bahan pengawet juga tidak menurunkan kandungan gizi yang terdapat dalam

bahan pangan.

Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet tersebut antara lain adalah

asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida (Winarno,

1992). Asam propionat sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau

(9)

dan kalsium (Esti dan Sediadi, 2000). Asam propionat cukup efektif menyerang

kapang, akan tetapi kurang efektif menyerang khamir dan bakteri. Asam propionat

juga efektif bekerja sebagai pengawet pada pH rendah. Jumlah natrium propionat

yang ditambahkan pada produk permen adalah 0,1-0,2% (Ratnasari, 2000).

Menurut Suparjo (2002), penambahan natrium propionat sebanyak 0,2% dapat

mempertahankan mutu permen jelly markisa selama 20 hari.

Asam benzoat merupakan asam lemah yang digunakan sebagai pengawet

makanan yang efektif untuk mencegah pertumbuhan khamir, kapang dan bakteri

pada tingkat keasaman pH 2,5–4,0. Umumnya digunakan dalam bentuk garam

natrium. Natrium benzoat lebih efektif terhadap khamir dan kapang dari pada

terhadap bakteri pada konsentrasi 0,1% (Desrosier, 1989). Asam benzoat efektif

dalam menghambat pertumbuhan mikroba pada permen jelly, karena kerja asam

benzoat efektif dalam pH rendah. Peranan anti mikroba natrium benzoat

disebabkan oleh gangguan permeabilitas membran sel (Tranggono dkk, 1989).

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Penambahan jenis bahan pengawet berpengaruh terhadap daya simpan permen

jelly buah naga.

2. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap daya simpan permen jelly buah

naga.

3. Terdapat interaksi antara penambahan jenis bahan pengawet dan lama

penyimpanan sehingga menghasilkan permen jelly buah naga dengan daya

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Buah Naga (Hylocereus polyrhizus)

Buah naga adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan

Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti

Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia (Anonim2, 2010). Buah naga memiliki

warna kulit yang menyala, kulitnya juga tidak mulus, melainkan berlapis sehingga

mirip sisik ular besar atau naga. Isi buahnya berwarna putih, merah atau ungu

dengan taburan biji-biji berwarna hitam. Tekstur isinya seperti selasih dengan cita

rasa seperti buah kiwi (Arta, 2009). Dibalik rasanya yang manis dan

menyegarkan, buah naga juga kaya akan manfaat. Kandungan seratnya

bermanfaat sebagai pengikat zat karsinogenik penyebab kanker dan memperlancar

proses pencernaan. Selain itu juga, kandungan betakaroten sangat berguna dalam

[image:10.595.225.400.570.691.2]

proses penglihatan (Anonim1, 2009).

(11)

Buah naga biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai penghilang

dahaga, karena buah naga mengandung kadar air tinggi sekitar 83 % dari berat

buah. Rasanya cukup manis karena mengandung kadar gula mencapai 13-18 briks

(Anonim1, 2009). Adapun komposisi gizi per 100 gram daging buah naga dapat

[image:11.595.115.512.282.494.2]

dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Komposisi gizi per 100 gram daging buah naga

Komponen Kadar

Air (g) 82,5 – 83,0

Protein (g) 0,16 – 0,23

Lemak (g) 0,21 – 0,61

Serat/dietary fiber (g) 0,7 – 0,9 Betakaroten (mg) 0,005 – 0,012

Kalsium (mg) 6,3 – 8,8

Fosfor (mg) 30,2 – 36,1

Besi (mg) 0,55 – 0,65

Vitamin B1 (mg) 0,28 – 0,30 Vitamin B2 (mg) 0,043 – 0,045

Vitamin C (mg) 8 – 9

Niasin (mg) 1,297 1,300

Sumber: Taiwan Food Industry Develop & Reearch Authorities (2005) dalam Anonim1 (2009).

B. Permen Jelly

Permen merupakan bahan pangan yang cukup digemari oleh masyarakat. Dari

berbagai jenis permen yang beredar dimasyarakat salah satunya adalah permen

jelly. Permen jelly merupakan suatu produk yang berbentuk padat yang teksturnya relatif lunak bila dikunyah, jernih dan elastis, terbuat dari gula, glukosa, gula

(12)

gel yang diolah dengan teknik dan perlakukan tertentu (Widawati, 2010). Pada

saat ini permen jelly sudah cukup populer dikalangan masyarakat. Permen jelly

yang khususnya menggunakan gelatin pertama kali berkembang di Eropa pada

abad ke-15. Permen jelly yang telah banyak beredar dipasaran harus memenuhi

standar mutu yag telah ditetapkan. Adapun mutu dari permeen jelly dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang dapat diamati secara langsung yang merupakan sifat

organoleptik dari permen jelly tersebut seperti rasa, aroma, warna, dan

(13)
[image:13.595.124.504.132.531.2]

Tabel 2. Syarat mutu permen jelly (SNI 3547.2-2008)

N0 Kriteria Uji Satuan Syarat Mutu

1 Keaadaan

Bau Normal

Rasa Normal

Warna Normal

Tekstur Normal

2 Kadar air % fraksi Maks. 20 massa

3 Kadar abu % fraksi Maks. 3 massa

4 Gula reduksi % fraksi Maks. 25 massa

5 Sakarosa % fraksi Min. 27 massa

6 Cemaran logam

Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2 Timah (Sn) mg/kg Maks. 4 Raksa mg/kg Maks. 0,03 7 Cemaran Arse (As) mg/kg Maks. 10 8 Cemaran mikroba

Angka lempeng total koloni/g Maks. 5 x 104 Bakteri coliform APM/g Maks. 20 E.coli koloni/g <3

Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 1 x 102 Salmonella Negatif/25g Kapang/Khamir koloni/g Maks. 1 x 102

Sumber : Badan Standardisasi Nasional (2008)

Untuk mendapatkan permen jelly yang baik juga harus diperhatikan formulasi

bahan pembentuk permen jelly yang digunakan. Komposisi bahan yang optimum

akan menghasilkan permen jelly dengan penerimaan konsumen yang terbaik.

Adapun komposisi bahan baku yang optimal pada pembuatan permen jelly

(14)
[image:14.595.123.505.128.275.2]

Tabel 3. Komposisi Optimum Bahan Pembentuk Permen Jelly

Bahan Baku Jumlah(%)

Gelatin 17,28

HFS 41,96

Sukrosa 14,81

Sari buah nanas (0,67 gram nanas/ml) 25,29

Essence buatan 0,32

Asam sitrat 0,20

Natrium propionate 0,13

Penghilang busa 0,01

Sumber: Ali (1987) dalam Suparjo (2002).

Salah satu bahan pembuat permen jelly adalah gelatin. Gelatin ini berfungsi untuk

membentuk gel pada permen jelly. Sifat gelatin yang reversible (bila dipanaskan akan terbentuk cairan dan sewaktu didinginkan akan terbentuk gel lagi)

dibutuhkan dalam pembuatan permen jelly (Widiantoko, 2010).

C. Bahan Baku Pembuatan Permen Jelly

C. 1. Sari Buah

Sari buah adalah cairan yang diperoleh dari buah-buahan yang sehat dan masak,

dan digunakan sebagai minuman segar (Anonim3, 2012). Sebagian besar sari

buah dikehendaki berpenampakan keruh, misalnya sari buah jeruk, tomat,

mangga, dan sebagian lagi diinginkan dalam keadaan jernih, misalnya sari buah

anggur dan apel. Pembuatan sari buah dari tiap-tiap jenis buah meskipun ada

sedikit perbedaan, tetapi prinsipnya sama. Menurut Esti dan Sediadi (2000), pada

prinsipnya dikenal dua macam sari buah yaitu, sari buah encer dan sari buah pekat

(15)

daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula pasir. Sedangkan sari

buah pekat atau sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah

dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa

maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain.

Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan dulu dengan air

(1 bagian sirup dengan 5 bagian air).

C. 2. Gula

Penambahan sukrosa dalam pembuatan produk makanan berfungsi untuk

memberikan rasa manis, dan dapat pula sebagai pengawet, yaitu dalam

konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara

menurunkan aktivitas air dari bahan pangan (Widiantoko, 2010). Gula mampu

untuk memberi stabilitas mikroorganisme pada suatu produk makanan jika

diberikan dalam konsentrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut biasanya

dibutuhkan), ini pun umum bagi gula untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi

dari teknik pengawetan bahan pangan. Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan

pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut)

sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan

mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang (Anonim3,

2010). Suparjo (2002) menambahkan, kelarutan sukrosa dalam air sangat tinggi

(16)

C. 3. High Fructose Syrup (HFS)

Sirup fruktosa atau High Fructose Syrup (HFS) salah satu jenis gula yang manisnya hampir sama dengan gula pasir (sukrosa) (Bastian, 2009). High Fructose Syrup (HFS) merupakan gula cair yang dihasilkan dengan cara mengubah gula cair yang dihasilkan dengan cara mengubah sebagaian glukosa

yang diperoleh dari hidrolisa pati melalui proses isomerisasi. Tahapan reaksi

meliputi likuifikasi (pengolahan pati menjadi dekstrin), sakarifikasi (pemecahan

dekstrin menjadi glukosa), dan isomerisasi (pengubahan glukosa menjadi

fruktosa). HFS merupakan larutan pekat dengan derajat kamurnian yang amat

tinggi, bebas dari ion-ion logam maupun ion-ion beracun laiinya, misalnya timah

hitam, besi, tembaga, sulfat, sianida, dan sebagainya (Tjokroaadikoesoemo, 1986).

Tekanan osmosa dari larutan HFS pada konsentrasi yang sama dengan sukrosa

adalah dua kali lipatnya (berat molekul HFS = ½ berat molekul sukrosa = ½ berat

molekul maltosa). Karena tekanan osmosa yang tinggi tersebut, maka

perkembangbiakan bakteri, jamur, dan kapang dapat dibatasi. Dengan demikian

produk HFS akan tetap segar meskipun telah disimpan dalam waktu yang lama

(Bastian, 2009).

Kelarutan HFS sebanding dengan kelarutan gula invert, lebih cepat larut dari

dekstrosa, serta sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan sukrosa. Oleh karena

kemurnian dan sifat-sifat kimia/fisika yang dimilikinya, HFS sangat tepat jika

dipergunakan sebagai bahan pemanis dan doctoring agent pada industri-industri

pengalengan buah-buahan, minuman ringan, yogurt, limun, kue, permen dan

(17)

berfungsi untuk membentuk tekstur yang liat dan menurunkan kekerasan permen

jelly yang terbentuk.

C. 4. Gelatin

Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang,

dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan kolagen, dimana

glisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari seluruh asam amino

yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi oleh prolin dan

hidroksiprolin (Chaplin, 2005 dalam Junianto dkk, 2006).

Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol, propilen

glycol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton, karbon

tetraklorida, benzen, petroleum eter dan pelarut organik lainnya (Junianto dkk,

2006). Menurut Norland (1997), gelatin mudah larut pada suhu 71,1oC dan

cenderung membentuk gel pada suhu 48,9oC. Pemanasan yang dilakukan untuk

melarutkan gelatin sekurang-kurangnya 49oC atau biasanya pada suhu 60–70oC

(Montero and Gomez, 2000 dalam Junianto dkk, 2006).

Gelatin memiliki sifat dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke gel,

membengkak atau mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film,

mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid.

Menurut Utama (1997) dalam Junianto (2006), sifat-sifat seperti itulah yang

membuat gelatin lebih disukai dibandingkan bahan-bahan semisal dengannya

seperti gum, xantan, keragenan, dan pektin. Pembuatan gelatin merupakan upaya

(18)

di rumah pemotongan hewan. Penggunaan gelatin dalam industri pangan terutama

ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul khususnya dalam

penganekaragaman produk.

Penggunaan gelatin sangat luas antara lain adalah berfungsi sebagai bahan

pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap, serta pemerkaya gizi

(Hidayati, 2007). Dalam reaksi pembentukan gel oleh gelatin ini bersifat

reversible karena bila gel dipanaskan akan terbentuk sol dan bila didinginkan akan

terbentuk gel kembali. Sifat seperti ini dibutuhkan dalam pembuatan permen

gelatin.

D. Bahan Pengawet

Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang

mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat

proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba.

Menurut Firdauz (2011), bahan pengawet suatu bahan pengawet mungkin efektif

untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan

makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga

mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.

Senyawa antimikroba adalah bahan pengawet yang berfungsi untuk menghambat

kerusakan pangan akibat aktivitas mikroba. Sejarah penggunaan pengawet

didalam bahan pangan sendiri bermula dari penggunaan garam, asap dan asam

(proses fermentasi) untuk mengawetkan pangan. Sejumlah bahan antimikroba

(19)

mikroba pembusuk (penyebab kerusakan pangan) dan mikroba patogen (penyebab

keracunan pangan) (Syamsir, 2007).

Syamsir (2007) menambahkan, beberapa senyawa mempunyai kemampuan untuk

menghambat beberapa jenis mikroba, tetapi penghambatan suatu mikroba

kadang-kadang menyebabkan mikroba lain didalam produk tersebut menjadi dominan.

Oleh karena itu, senyawa antimikroba untuk suatu produk harus besifat aktif

untuk semua mikroba yang tidak diinginkan didalam produk itu.

E.1. Asam Propionat

Asam propionat (CH3CH2COOH) yang mempunyai struktur yang terdiri dari tiga

atom karbon tidak dapat dimetabolisasi oleh mikroba, akan tetapi hewan tingkat

tinggi dan manusia dapat memetabolisasi asam propionat ini seperti asam lemak

biasa (Winarno, 1992). Asam propionat umumnya digunakan untuk mencegah

tumbuhnya jamur atau kapang. Winarno, 1992 juga menambahkan, asam

propionat pada umumnya digunakan dalam bentuk garam natrium dan kalsium.

Asam propionat lebih efektif menyerang kapang, sedikit menghambat bakteri

akan tetapi tidak mempunyai aktivitas menyerang khamir. Asam propionat

mempunyai aktivitas optimum sampai pH 5,0 walaupun dalam beberapa makanan

mempunyai aktivitas sampai pH 6,0 atau sedikit lebih tinggi (Tranggono dkk,

1990). Ratnasari (2000) menambahkan, jumlah natrium propionat yang

(20)

E. 2. Asam Benzoat

Asam benzoat atau (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas

penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan. Asam benzoat dan

natrium benzoat digunakan terutama untuk menghambat khamir dan bakteri dan

kurang efektif menghambat kapang. Peranan anti mikroba natrium benzoat

disebabkan oleh gangguan permeabilitas membrane sel atau persaingan dengan

koenzim (Tranggono dkk, 1990). Menurut Winarno (1992), benzoat efektif pada

pH 2,5-4,0. Winarno (1992) menambahkan, karena kelarutan garamnya lebih

besar, maka biasanya digunakan dalam bentuk garam Na-benzoat.

Hayati (2009) menambahkan, bahan pengawet asam benzoat ini dapat

menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan

bakteri bukan pembusuk. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman

ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Puspitasari (2011)

menambahkan, secara alami asam benzoat terdapat pada buah-buahan dan

sayuran seperti pada apel, cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang digunakan

untuk membuat agar-agar dan saus), kayu manis, dan lain-lain.

F. Bahan Pengemas

Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah

atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan

tujuannya (Nurminah, 2002). Adanya kemasan yang dapat membantu

mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari

(21)

promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan

kemasan yang umum untuk pengemasan produk hasil pertanian untuk tujuan

pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan

gelombang karton.

Setelah melalui proses pengolahan, makanan menjadi tidak stabil, dia akan terus

mengalami perubahan, sehingga sangat diperlukan pemilihan pengemasan yang

tepat untuk itu sehingga masa simpan bahan pangan dapat ditingkatkan dan nilai

gizi bahan pangan masih dapat dipertahankan. Produk permen jelly juga akan

cepat mengalami kerusakan apabila tidak dikemas. Pada penelitian Suparjo

(2002), pengemas permen jelly yang digunakan adalah polipropilen. Menurut

Nurminah (2002), polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap

yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan

(22)

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

Pangan Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil

Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian serta, Laboratorium Pengolahan

Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas

Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober sampai Desember

2011.

B. Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah naga daging merah

(Hylocereus polyrhizus) yang telah masak yang diperoleh dari Toko Istana Buah. Bahan tambahan seperti gula pasir, High Fructosa Syrup (HFS) dan wadah pengemas jenis polipropilen yang diperoleh dari Chandra Departement Store

Bandar Lampung. Serta gelatin sapi bubuk, asam sitrat, natrium benzoat, natrium

propionat, serta bahan kimia lain yang akan digunakan untuk analisis.

Alat-alat yang digunakan adalah pisau, baskom, blender (Philips), panci, kompor

gas (Hitachi), termometer, wadah pencetak, pengaduk, lemari pendingin

(Toshiba), timbangan analitik, cawan petri (pyrex), tabung reaksi (pyrex) serta

(23)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini disusun dalan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS)

yang terdiri atas dua faktor dan dua ulangan. Faktor pertama adalah jenis bahan

pengawet yang terdiri dari tanpa bahan pengawet (P0), natrium benzoat (P1)

sebanyak 0,1% (b/v), dan natrium propionat (P2) sebanyak 0,2% (b/v). Faktor

kedua adalah lama penyimpanan pada suhu kamar yang terdiri dari dari

penyimpanan 0 hari (H0), 5 hari (H1), 10 hari (H2), 15 hari (H3), 20 hari (H4), 25

hari (H5), dan 30 hari (H6), 35 hari (H7), dan 40 hari (H8).

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam untuk mendapatkan penduga

ragam galat dan uji signifikasi untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar

perlakuan. Keseragaman data diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data

diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan uji perbandingan dan

polinomial ortogonal pada taraf nyata 1% dan 5%.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Ekstraksi Buah Naga

Buah naga (Hylocereus polyrhizus) disortasi kemudian dibelah menggunakan pisau dan isinya dikeluarkan dengan menggunakan sendok. Kemudian daging

buah naga digiling sampai halus dengan menggunakan blender. Hasil yang

didapat kemudian disaring untuk mendapatkan sari buah naga. Diagram alir

(24)
[image:24.595.167.473.86.349.2]

Gambar 2. Diagram alir ekstraksi buah naga

2. Proses Pembuatan Permen Jelly

2.1. Penelitian Pendahuluan

Pada pembuatan permen jelly buah naga diawali dengan penentuan jumlah High Fructose Syrup (HFS) yang ditambahkan. Tahap ini dilakukan untuk menentukan tingkat kekerasan gel permen jelly buah naga yang disukai secara organoleptik

oleh panelis. Penentuan jumlah HFS yang ditambahkan dilakukan secara trial and error berdasarkan komposisi bahan pada penelitian sebelumnya (Hartati, 1999). Jumlah HFS yang ditambahkan adalah sebanyak 36,96%, 41, 96%, dan 46, 96%

per volume sari buah (v/v). Dari hasil penelitian yang dilakukan jumlah HFS yang

menghasilkan gel terbaik dan disukai konsumen adalah pada konsentrasi 36,96%

(v/v). Karena pada konsentrasi tersebut gel yang dihasilkan tidak terlalu keras

juga tidak mudah hancur.

Buah naga

Dipotong menjadi dua bagian

Daging buah naga diambil

Dihaluskan dengan blender

Penyaringan

Sari buah naga

(25)

2.2. Penelitian Utama

Sebanyak 36, 96% (v/v) High Fructose Syrup (HFS), asam sitrat 0,2% (b/v) dan gula pasir sebanyak 14,81% (b/v), dipanaskan sampai larut sambil dilakukan

pengadukan kemudian ditambahkan sari buah naga yang telah disiapkan

sebelumnya sebanyak 1000 ml. Pada saat pengadukan (sari buah, HFS dan gula

pasir), ditambahkan pengawet sesuai prosedur.

Gelatin yang digunakan dalam pembuatan permen jelly adalah sebanyak 17,28%

(b/v). Gelatin tersebut sebalum ditambahkan kedalam adonan permen dilarutkan

terlebih dahulu dengan air panas dengan perbandingan 1:1, sampai gelatin

tersebut larut. Kemudian gelatin tersebut ditambahkan kedalam adonan/camuran

permen (sari buah naga, HFS, dan sukrosa) dan dilakukan pemasakan sampai

mendidih selama 25 menit. Kemudian campuran tersebut dituang kedalam cetakan

dan didiamkan pada suhu ruang selama 1 jam. Setelah adonan/campuran permen

jelly tersebut dingin, kemudian dimasukkan kedalam lemari pendingin pada suhu

0-50C selama 24 jam. Setelah itu adonan permen dikeluarkan dari dalam cetakan

dan didinginkan pada suhu ruang selama 1 jam. Permen jelly tersebut kemudian

dipotong-potong dadu dengan ukuran 1,5 × 1,5 cm dan dikemas dalam kemasan

polipropilen (Hartati, 1999). Prosedur pembuatan permen jelly buah naga tersebut

(26)
[image:26.595.118.505.83.645.2]

Gambar 3. Prosedur pembuatan permen jelly buah naga

Sumber : Hartati (1999) yang telah dimodifikasi Ditambahkan pengawet:

a. Benzoat 0,1% (b/v) b. Propionat 0,2% (b/v) (dari volume sari buah naga)

HFS 36,96% (v/v) + asam sitrat 0,2% (b/v) + gula pasir 14,81% (b/v) dipanaskan sampai larut 1000 ml sari

buah naga

Gelatin 17,28% (b/v) dilarutkan dalam air panas

(1:1)

Pengadukan

Dimasak hingga mendidih (25 menit)

Pencetakan pada loyang

Didiamkan pada suhu ruang (1 jam)

Pendinginan pada suhu 0-50C (24 jam)

Pengeluaran dari cetakan

Didiamkan pada suhu ruang (1 jam)

Pemotongan (ukuran 1,5 × 1,5 cm)

Permen jelly buah naga

Pengemasan (polipropilen)

Pengamatan (0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40 hari)

(27)

E. Pengamatan

1. Analisis Kadar Air

Kadar air dihitung dengan metode oven dari SNI 3547.2-2008. Cawan porselen

atau alumunium dikeringkan pada oven 100oC ± 2oC selama lebih kurang satu

jam, didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit kemudian ditimbang.

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 5 gram dalam cawan porselen

atau alumunium yang telah dikeahui berat konstannya. Kemudian dikeringkan

dalam oven pada suhu 100 oC selama 3 jam, setelah itu didinginkan dalam

desikator dan ditimbang, perlakuan ini diulangi sampai dicapai berat konstan

(selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 2 mg). Pengukuran berat

merupakan banyaknya air dalam bahan, yang dihitung dengan rumus:

A - B

Kadar air (%) = x 100% C

Keterangan :

A : berat cawan + sampel sebelum pengeringan (g)

B : berat cawan + sampel setelah pengeringan (g)

C : berat sampel (g)

2. Kadar Abu

Kadar abu dihitung berdasarkan bobot abu yang terbentuk selama pembakaran

dalam tanur pada suhu 5250C dengan metode dari SNI 3547.2-2008. Panaskan

cawan dalam tanur suhu 5250C ± 5oC selama lebih kurang satu jam dan

(28)

berisi 5 gram sampel di atas kompor hingga tidak berasap. Tempatkan cawan

yang berisi 5 gram sampel dalam tanur pada suhu 5250C sampai terbentuk abu

berwarna putih. Kemudian sampel didinginkan dalam desikator sampai mencapai

suhu kamar selama kurang lebih 30 menit, lalu ditimbang (perlakuan ini diulangi

sampai dicapai berat konstan). Kadar abu dapat ditentukan dengan rumus sebagai

berikut:

B - C

Kadar abu (%) = x 100% A

Keterangan :

A : berat sampel (g)

B : berat cawan + abu (g)

C : berat cawan (g)

3. Gula Reduksi

Gula reduksi dihitung menggunakan metode Luff Schrool dari SNI 3547.2-2008. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dihaluskan, dan dimasukkan ke

dalam gelas piala 250 ml. Dilarutkan dengan 100 ml aquades kemudian

ditambahkan Pb Asetat untuk penjernihan. Tambahkan Na2CO3 untuk

menghilangkan kelebihan Pb, dan ditambah aquades hingga tepat 250 ml. Setelah

itu diambil 25 ml larutan dan masukkan ke dalam Erlenmeyer. Tambah 25 ml

larutan Luff –Schoorl. Setelah ditambah beberapa butir batu didih, Erlenmeyer

dihubungkan dengan pendingin balik dan didihkan selama 10 menit. Kemudian

cepat-cepat didinginkan, ditambahkan 15 ml KI 20% dan dengan hati-hati

(29)

0,1 N memakai indikator pati 1% sebanyak 2-3%. (Titrasi diahiri setelah timbul

warna krem susu). Buatlah perlakuan blanko yaitu 25 ml larutan Luff-Schoorl

ditambah 25 ml aquades.

(Titrasi Blanko – Titrasi sample* ) x 0,1 x FP

Kadar gula reduksi = x 100

Mg Sampel

Keterangan:

FP : faktor pengenceran

0,1 : normalitas Na-thiosulfat

[image:29.595.119.508.382.727.2]

* : dilihat pada Tabel 4

Tabel 4. Ekivalen Natrium Tiosulfat

Na2S2O3 0,1 M (ml) Glukosa, fruktosa, gula invert (mg)

1 2,4 2,4

2 4,8 2,4

3 7,2 2,5

4 9,7 2,5

5 12,2 2,5

6 14,7 2,5

7 17,2 2,6

8 19,8 2,6

9 22,4 2,6

10 25,0 2,6

11 27,6 2,7

12 30,3 2,7

13 33,0 2,7

14 35,7 2,8

15 38,5 2,8

16 41,3 2,9

17 44,2 2,9

18 47,3 2,9

19 50,0 3,0

20 53,0 3,0

21 56,0 3,1

22 59,1 3,1

23 62,2 -

24 - -

(30)

4. Sifat Organoleptik Permen Jelly

Uji organoleptik dilakukan terhadap aroma, rasa, warna, kekenyalan, dan

penerimaan keseluruhan dengan menggunakan 20 orang panelis. Pengujian

organoleptik permen jelly buah naga dilakukan dengan menggunakan uji skoring

dan uji hedonik yang terdiri dari skala 1 sampai dengan 5. Contoh kuesioner yang

(31)

Produk : Permen Jelly Buah Naga Nama panelis : ...

Tanggal : ...

Dihadapan anda disajikan 3 buah sampel permen jelly buah naga yang diberi kode acak. Anda diminta untuk menilai dengan memberikan skor sesuai dengan penilaian anda yang meliputi rasa, aroma, kekenyalan, warna dan penerimaan keseluruhan.

Parameter 249 681 437

Rasa Aroma Kekenyalan Warna Penerimaan keseluruhan Keterangan :

Rasa Warna

Tidak manis 1 Coklat sangat keruh 1 Kurang manis 2 Coklat keruh 2 Agak manis 3 Coklat agak keruh 3

Manis 4 Coklat jernih 4

Sangat manis 5 Coklat sangat jernih 5

Aroma Penerimaan Keseluruhan

Tidak khas buah naga 1 Tidak suka 1 Kurang khas buah naga 2 Kurang suka 2 Agak khas buah naga 3 Agak suka 3

Khas buah naga 4 Suka 4

Sangat khas buah naga 5 Sangat suka 5

Kekenyalan

Tidak kenyal 1 Kurang kenyal 2 Agak kenyal 3

Kenyal 4

[image:31.595.118.510.240.670.2]

Sangat kenyal 5

(32)

5. Total mikroba

Total mikroba dihitung dengan metode hitungan cawan menggunakan media

Plate Count Agar (PCA) dari Fardiaz (1989). Sebanyak 5 gram sample diencerkan dengan 45 ml larutan garam fisiologis (NaCl 0,85%) yang telah disterilisasi.

Pengenceran ini dihitung sebagai pengenceran 10-1. Pengenceran selanjutnya

dilakukan dengan melarutkan 1 ml larutan hasil pengenceran 10-1 dengan 9 ml

larutan garam fisiologis dan dihitung sebagai pengenceran 10-2 dan seterusnya

sampai dengan pengenceran 10-5. Sebanyak 1 ml larutan dari pengenceran 10-1,

10-2, 10-3, 10-4 dan 10-5 dipipet dan dimasukkan ke dalam cawan petri. Lalu

kedalam cawan Petri dituang PCA sebanyak ± 15 ml dan digoyangkan secara

merata diatas meja. Setelah media agar membeku, cawan dibungkus dengan kertas

lalu diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 36-37°C selama 48 jam. Jumlah

total mikroba dihitung dan dinyatakan dalam koloni/g. Jumlah total mikroba

dihitung (skala 30-300 koloni) dan dinyatakan dalam koloni/g.

Total Mikroba = Jumlah koloni terhitung x 1

(33)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Jenis bahan pengawet memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

peningkatan kadar air, penurunan gula reduksi, peningkatan total mikroba,

penurunan skor kekenyalan, dan penurunan skor penerimaan keseluruhan

permen jelly buah naga.

2. Lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

peningkatan total mikroba dan kadar air, penurunan gula reduksi, penurunan

skor kekenyalan, dan penurunan skor penerimaan keseluruhan permen jelly

buah naga.

3. Interaksi terbaik dihasilkan oleh pengawet Na-propionat 0,2% (b/v) pada

penyimpanan hari ke-20 (H4P2) dengan total mikroba 9 × 10 kol/g, kadar air

17,66%, kadar abu 0,343%, dan gula reduksi 4,44%. Hasil uji organoleptik

juga menunjukkan bahwa, permen jelly buah naga dengan pengawet

Na-propionat pada lama simpan 20 hari (H4P2), memiliki aroma agak khas buah

(34)

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk menggunakan

pengawet Na-propionat karena perubahan sifat kimia, mikrobiologis, dan

organoleptiknya terkecil selama penyimpanan, dan perlu adanya penelitian

(35)

PENGARUH JENIS BAHAN PENGAWET TERHADAP

SIFAT KIMIA, ORGANOLEPTIK, DAN MIKROBIOLOGI

PERMEN JELLY BUAH NAGA (

Hylocereus polyrhizus

)

SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG

(Skripsi)

Oleh

Afnita Sari

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(36)

PENGARUH JENIS BAHAN PENGAWET TERHADAP

SIFAT KIMIA, ORGANOLEPTIK, DAN MIKROBIOLOGI

PERMEN JELLY BUAH NAGA (

Hylocereus polyrhizus

)

SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG

Oleh

Afnita Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(37)

TERHADAP SIFAT KIMIA, ORGANOLEPTIK, DAN MIKROBIOLOGI PERMEN JELLY

BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG

Nama Mahasiswa :

Afnita Sari

NPM : 07140510028

Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hi. Suharyono A.S., M.S. Ir. Susilawati, M.S.

NIP. 19590530 198603 1 004 NIP. 19610806 198702 2 001

2. Ketua Jurusan

(38)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Hi. Suharyono A.S., M.S.

Sekretaris : Ir. Susilawati, M.S.

Penguji

Bukan pembimbing : Ir. Sri Setyani, M.S.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NIP. 19610826 198702 1 001

(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 6

Januari 1990, merupakan anak pertama dari dua

bersaudara, putri dari pasangan Bapak Suburman dan Ibu

Siti Aminah. Penulis mengawali pendidikan formal di

Taman Kanak-kanak Dharma Tunggal Kemiling-Bandar

Lampung dan diselesaikan pada tahun 1995, Sekolah

Dasar Negeri (SDN) 2 Sumberejo Kemiling-Bandar Lampung diselesaikan pada

tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 26 Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 7 Bandar

Lampung diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis terdaftar

sebagai mahasiswi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Besar Pengawas

Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung dengan Judul Mempelajari

Penerapan Good Laboratory Practice (GLP) di Laboratorium Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung. Selama menjadi

mahasiswa penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan pada Himpunan

Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian sebagai anggota bidang 4 Dana dan

(40)
(41)

Alhamdulillahirabbil alamin….

Dengan mengucap syukur kepada Allah

SWT, kupersembahkan karya kecilku untuk :

(42)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kamu dan

juga orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga

beberapa derajat

.

( Al-Mujadalah : 11 )

Berusaha untuk selalu berfikir positif dan optimis dalam

semua kesulitan, jangan terobsesi pada pengalaman masa

lalu atau masa depan, tapi tataplah masa kini. Masa lalu

sudah lewat, tak akan kembali lagi, masa depan itu belum

terjadi jadi kita tidak tahu apa yang akan terjadi dan

akhirnya hanya berangan berharap sesuatu, tapi dimasa

kinilah kita harus menentukan dan membuat keputusan

terhadap diri kita…

.

( Afnita Sari)

Berfikir positif dan

optimis

terlihat seperti kalimat puisi

yang sepele, tapi sadarilah ini sangat penting dalam peran

mengambil keputusan yang akan menentukan kesuksesan

atau kehancuran….

(43)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin..puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan kasih sayang, berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Jenis Bahan Pengawet terhadap Sifat Kimia, Organoleptik, dan Mikrobiologi Permen Jelly Buah Naga (Hylocereus polyrhizus)Selama Penyimpanan Suhu Ruang. Penulis telah banyak menerima bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada :

1. Ayah dan Ibuku tercinta, Adik dan Nenekku tersayang, terimakasih atas do’a,

dukungan dan limpahan kasih sayang yang tiada henti selama ini.

2. Bapak Dr. Ir. Hi. Suharyono A.S., M.S., selaku pembimbing pertama atas segala

bimbingan serta saran yang telah diberikan selama penelitian dan penyusunan

skripsi.

3. Ibu Ir. Susilawati, M.S., selaku pembimbing kedua dan pembimbing akademik

atas motivasi, nasihat, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis

selama penyusunan skripsi dan selama menimba ilmu di Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian.

4. Ibu Ir. Sri Setyani, M.S., selaku pembahas atas saran, kritik, dan nasehat yang

(44)

Hasil Pertanian Universitas Lampung.

6. Keluargaku tercinta angkatan 2007 “High Heels Hero In d’Rain” : Vie2,

Dewi, Lingga, Cinji, Mizzu, Ai’, Aciek, Uty, Ndew, Widuw, Tiara, Rini, Inuy,

Ice, Iken, Erly, Ntrit, Pena, Tika, Eponk, Adit, Mora, Ahmad, Artha, Suhenk,

Diaz, Aguy, Ndro, Ary, Iyo’, Adven, dan Setiawan. Terimakasih atas cerita,

canda dan keberasamaan kalian selama ini. Serta adik-adikku angkatan 2008,

2009, 2010 dan 2011.

7. Mas Joko, Mba Untari, Mba Desi, Mas Midi dan Mas Hanafi serta semua

pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis berharap Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan mereka.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, April 2012

Afnita Sari

(45)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Buah naga ... 6

2. Diagram alir ekstraksi buah naga... 20

3. Prosedur pembuatan permen jelly buah naga ... 22

4. Contoh kuisioner yang digunakan dalam uji organoleptik... 27

5. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan kadar air produk Permen jelly buah naga... 32

6. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan kadar abu produk permen jelly buah naga... 34

7. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan gula reduksi produk permen jelly buah naga ... 36

8. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan total mikroba produk permen jelly buah naga ... 37

9. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan aroma produk permen jelly buah naga ... 40

10.Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan warna produk permen jelly buah naga ... 42

11.Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan kekenyalan produk permen jelly buah naga... 44

12.Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan rasa produk permen jelly buah naga... 45

13.Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan penerimaan keseluruhan produk permen jelly buah naga ... 47

(46)

15.Penggilingan buah naga... 93

16.Sari buah naga... ... 94

17.Proses pemasakan permen jelly buah naga... 94

18.Pencetakan permen jelly buah naga... 95

19.Permen jelly buah naga merah ... 95

20.Penyimpanan permen jelly buah naga ... 96

21.Uji organoleptik ... 96

22.Uji gula reduksi ... 97

23.Uji total mikroba ... 97

24.Uji kadar air ... 98

(47)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL . ... xv

DAFTAR GAMBAR ... ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kerangka Pikiran ... 3

D. Hipotesis ... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) ... 6

B. Permen Jelly... 7

C. Bahan Baku Pembuatan Permen Jelly... 10

C.1. Sari buah... 10

C.2. Gula... 11

C.3. High Fructose Syrup (HFS)... 12

C.4. Gelatin... 13

D. Bahan Pengawet ... 14

D.1. Asam Propionat ... 15

(48)

III. BAHAN DAN METODE ... 18

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

B. Bahan dan Alat ... . 18

C. Metode Penelitian ... . 19

D. Pelaksanaan Penelitian ... 19

1. Ekstraksi Buah Naga ... 19

2. Prosedur Pembuatan Permen Jelly ... 19

2.1. Penelitian Pendahuluan. ... 20

2.2. Penelitian Utama... 21

E. Pengamatan ... 23

1. Kadar air... 23

2 Kadar abu... 23

3. Gula reduksi... 24

4. Uji Organoleptik... 26

5. Total mikroba... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. pH ... 29

B. Uji trial and error ... 29

C. Kadar air ... 31

D. Kadar abu ... 33

E. Gula reduksi ... 34

F. Total Mikroba... 37

G. Aroma ... 40

H. Warna... 41

(49)

K. Penerimaan keseluruhan ... 46

L. Penentuan perlakuan terbaik ... . 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2009. Buah Naga Merah. http://puskesmasdwn1.files.wordpress.com. Diakses tanggal 2 Januari 2012. 7 hlm.

Anonim2. 2010. Buah Naga. http://www.wikipedia.org/wiki/buah-naga. Diakses tanggal 25 Februari 2011. 1 hlm.

Anonim3. 2012. Sari dan Sirup Buah. http://www.warintek.ristek.go.id/pangan _kesehatan/pangan/piwp/sari_sirup_buah.pdf. Diakses tanggal 25 Februari 2012. 4 hlm.

Arta, D. 2009. Inilah Khasiat Istimewa Dibalik Buah Naga. http://lifestyle. okezone.com. Diakses tanggal 25 Februari 2011. 1 hlm.

Bastian, F. 2009. Proses Pembuatan High Fructose Syrup Dan Sorbitol Sebagai Produk Turunan Dari Dektrosa. Buku Ajar Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. 42 hlm.

Desrosier. N. W. 1989. Teknologi Pengawetan Pangan. Diterjemahkan oleh Muchji Muljohardjo. UI Press. Jakarta. 365 hlm.

Esti dan Sediadi, A. 2000. Pengawetan dan Bahan Kimia. http://www.warintek. ristek.go.id/pangan/umum/pengawetan.pdf. Diakses tanggal 25 Februari 2012. 7 hlm.

Esti dan Sediadi, A. 2000. Sari Buah. http://www.warintek.ristek.go.id/pangan kesehatan/pangan/ipb/Sari%20buah.pdf. Diakses tanggal 25 Februari 2012. 3 hlm.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 267 hlm.

Firdauz, F. S. 2011. Klasifikasi Food Additives. http://frequencia89.Blogspot. com. Diakses tanggal 25 Februari 2011. 1 hlm.

Hartati, L. 1999. Pembuatan Permen Gelatin Belimbing Wuluh. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor. 68 hlm.

(51)

Hidayati, N. 2007. Gelatine. http://warungmuslimah.multiply.com. Diakses tanggal 25 Februari 2011. 1 hlm.

Juniato, Haetami, K., dan Maulina, I. MT. 2006. Produksi Gelatin dari Tulang Ikan dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cangkang Kapsul. Skripsi Universitas Padjajaran. Bandung. 65 hlm.

Maryani, Surti, T., dan Ibrahim, R. 2010. Aplikasi Gelatin Tulang Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) terhadap Mutu Permen Jelly. Jurnal Saintek Perikanan. Vol . 6. Universitas Diponegoro. 1-7 hlm.

Norland, R. E. 1997. Fish Gelatin: Technical Aspects and Applications. Jurnal Royal Photographic Society. London. 266–281 hlm.

Nurhikmat, A. 2003. Ekstraksi Pektin dari Apel Lokal: Optimalisasi pH dan waktu Hidrolisis. Jurnal Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia. Vol. 4. Bogor. 23-29 hlm.

Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik Dan Kertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. Skripsi Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara.

Pragana, A. 2010. Permen Jelly. http://anandagagan.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Februari 2012. 1 hlm.

Purnawan, W. A. 2010. Buah Naga. http://buahnagamanis.blogspot.com/. Diakses tanggal 22 Februari 2012. 1 hlm.

Puspitasari, R. 2011. Profil Natrium Benzoat. http://riapuspitasari108002. blogspot.com/2011/12/profil-natrium-benzoat.html. Diakses tanggal 22 Februari 2012.

Ratnasari, Y. 2000. Pengaruh Jenis Bahan Pengawet Terhadap Sifat Kimia, Organoleptik dan Mikrobiologi Permen Jelly Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.). Skripsi Universitas Lampung. Lampung. 95 hlm.

Ratnawati, L. D. dan Hanafi. 2008. Analisis Mutu Gizi Tempe Selama Penyimpanan Dingin. Jurnal Warta Akrab. No. 19. 33-46 hlm.

Richana, N. dan Suarni. 2008. Teknologi Pengolahan Jagung. http://pustaka. litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp10249.pdf. Diakses tanggal 25 Februari 2012. 24 hlm.

(52)

Suparjo. 2002. Pengaruh Jenis Bahan Pengawet Terhadap Daya Simpan Permen Jelly Markisa (Passiflora Edulis Var Flafacarpa). Skripsi Universitas Lampung. Lampung. 95 hlm.

Syamsir, E. 2007. Pengawet Alami Pengganti Formalin: Adakah?. http://ilmu-pangan. blogspot.com. Diakses tanggal 2 Januari 2012. 1 hlm.

Tjokroadikoeoemo, P. S. 1986. High Fructose Syirup (HFS) dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT. Gramedia. Jakarta. 229 hlm.

Tranggono, Sutardi, Haryadi, Suparno, A. Mudijati, S., Sudarmadji, K. Rahayu, S. Nanik dan M. Astuti. 1990. Bahan Tambahan Pangan (Food Additive). PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta. 36-111 hlm.

Widawati, L. 2010. Pembuatan Permen Jelly dari Buah Mongkudu (Morinda citrifolia) sebagai Solusi Alternatif Pelestarian Tanaman Mongkudu. http://uripsantoso.wordpress.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2012. 1 hlm.

Widiantoko, R. K. 2010. Pembuatan Permen Jelly. http://lordbroken.wordpress. com. Diakses pada tanggal 18 April 2011. 1 hlm.

Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Puataka Utama. Jakarta. 253 hlm.

Gambar

Gambar 1. Buah Naga
Tabel 1. Komposisi gizi per 100 gram daging buah naga
Tabel 2.  Syarat mutu permen jelly (SNI 3547.2-2008)
Tabel 3. Komposisi Optimum Bahan Pembentuk Permen Jelly
+5

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Kuliah Kerja yang berjudul “ Evaluasi Sifat-Sifat Prebiotik Selai Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) dan Selai

Contoh Gambar Hasil Analisa Mikrobiologi dengan Metode Total Plate Count (TPC)..

Selanjutnya pada dari hasil uji organoleptik terhadap aroma dari sirup buah naga untuk hari ke 20 semua responden menyatakan bahwa produk sirup buah naga tersebut

“Perubahan Sifat Fisik dan Organoleptik Roti dengan Pewarna Alami Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) Selama Pengukusan” yang merupakan salah satu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan agar-agar dan gelatin terhadap aktivitas air, tingkat kemanisan, tekstur dan organoleptik permen jelly wortel

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, Permen marshmallow buah naga merah dengan penambahan gelatin pada konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap

Tabel 6 menunjukkan rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa juice buah naga merah, rasa yang paling disukai panelis dari hasil uji organoleptik yang dilakukan

Organoleptik Warna Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Buah Naga Dari daftar sidik ragam dapat dilihat bahwa penambahan ekstrak kulit buah naga memberikan pengaruh yang berbeda sangat