• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Audit Energi Sebagai Upaya Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik (Aplikasi Pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Audit Energi Sebagai Upaya Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik (Aplikasi Pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK

(APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh

Dewi Riska Sari Barus NIM : 100402009

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK

(APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)

Disusun Oleh :

DEWI RISKA SARI BARUS 100402009

Disetujui Oleh : Pembimbing Tugas Akhir

Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si NIP. 19540531 198601 1002

Diketahui Oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU

2015

Ir. SURYA TARMIZI KASIM, M.Si. NIP. 19540531 198601 1 002

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

(3)

i ABSTRAK

Pesatnya pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang tidak diikuti dengan peningkatan pasokan energi listrik akan memicu terjadinya krisis energi listrik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan konservasi energi. Pelaksanaan konservasi di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi. Dengan diberlakukannya peraturan ini maka kegiatan konservasi energi di Indonesia bersifat wajib (mandatory), terutama bagi pengguna energi dalam jumlah besar. Konservasi energi dapat dilakukan melalui kegiatan audit energi, maka pada Tugas Akhir ini dilakukan kegiatan audit energi listrik pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

Dari hasil perhitungan diperoleh intensitas konsumsi energi listrik Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU untuk ruangan non-AC 1,77 kWh/m2/bulan termasuk dalam kriteria cenderung tidak efisien dan 8,84 kWh/m2/bulan untuk ruangan dengan AC termasuk dalam kriteria efisien. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa sebagian besar ruangan pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara memiliki temperatur ruangan ideal namun masih banyak ruangan memiliki intensitas cahaya dibawah nilai standar. Efisiensi energi listrik di Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara dapat ditingkatkan dengan menambah atau mengganti lampu di dalam ruangan yang intensitas cahayanya kurang, memperbaiki faktor daya juga menerapkan budaya hemat energi di lingkungan Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

(4)

ii KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas berkah, rahmat dan kehendak-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1) di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Judul Tugas Akhir ini adalah :

“ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA

GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA)”

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Ketua Departemen Teknik Elektro dan Dosen Penasehat Akademis penulis, yang selalu memberikan bantuan, bimbingan dan nasehat yang sangat dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

(5)

iii 3. Bapak Ir. Eddy Warman, M.T. dan Bapak Ir. Raja Harahap, M.T. selaku

Dosen Penguji Tugas Akhir penulis.

4. Seluruh Dosen Pengajar Departemen Teknik Elektro FT USU yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis.

5. Kepala Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Laboratorium Konversi Energi atas nasehat dan bantuannya.

6. Staf Pegawai Biro Administrasi Pemeliharaan dan Pengembangan Aset Universitas Sumatera Utara dan Kasub. Bag. Perlengkapan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Ibu Kaimah, S.E, yang telah membantu dalam melengkapi data yang dibutuhkan oleh penulis.

7. Seluruh Staf Pegawai di Departemen Teknik Elektro FT USU atas segala bantuannya.

8. Kedua orangtua, ayah dan ibu tercinta yang selalu menyayangi, menyemangati, menasehati, mendo’akan dan memberikan segala dukungan yang terbaik sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

9. Adik-adikku tersayang, Zulanda Surya Barus, Nayna Az-Zahra Barus, Sylvana Oktaviani Barus, terima kasih atas do’anya.

(6)

iv 11.Senior dan adik-adik junior yang telah membantu dan mendukung penulis

dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

12.Semua pihak yang mengisi setiap detik waktu bersama penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bertujuan untuk menyempurnakan dan memperkaya kajian Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan terima kasih.

Medan, Maret 2015

(7)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4Batasan Masalah ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Energi Listrik, Daya Listrik dan Tarif Listrik ... 6

2.1.1 Energi Listrik ... 6

2.1.2 Daya Listrik... 7

2.1.3 Tarif Listrik ... 9

2.2 Manajemen Energi ... 11

2.3 Konservasi Energi ... 14

2.4 Audit Energi ... 15

2.4.1 Intensitas Konsumsi Energi Listrik ... 16

2.4.2 Jenis Audit Energi ... 18

(8)

vi

2.5.1 Faktor Daya ... 20

2.5.2 Harmonisa... 22

2.6 Efisiensi Pada Sistem Tata Udara ... 24

2.7 Efisiensi Pada Sistem Tata Cahaya ... 26

2.8 Peluang Hemat Energi ... 27

2.9 Rekomendasi Hemat Energi ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1Tempat dan Waktu... 30

3.2 Peralatan yang Digunakan ... 30

3.3 Variabel yang Diamati ... 30

3.4 Rangkaian Pengujian ... 30

3.5 Prosedur Pengujian ... 32

3.5.1 Pengujian Kualitas Daya Listrik ... 32

3.5.2 Pengujian Temperatur dan Kelembaban Ruangan ... 32

3.5.3 Pengujian Tingkat Intensitas Pencahayaan Ruangan ... 33

3.6 Prosedur Penelitian ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Profil Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara ... 36

4.2 Kondisi Eksisting Kelistrikan Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara ... 39

4.2.1 Daya Listrik Terpasang ... 39

4.2.2 Diagram Satu Garis ... 40

(9)

vii

4.3 Hasil Pengukuran ... 40

4.3.1 Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Ruangan ... 44

4.3.2 Pengukuran Intensitas Pencahayaan ... 45

4.3.3 Pengukuran Kualitas Daya Listrik... 46

4.4 Intensitas Konsumsi Energi Listrik ... 55

4.5 Analisa Hasil Pengukuran ... 56

4.5.1 Tegangan ... 56

4.5.2 Faktor Daya ... 57

4.5.3 Harmonisa Arus ... 58

4.5.4 Harmonisa Tegangan ... 62

4.5.5 Temperatur dan Kelembaban Ruangan ... 67

4.5.6 Intensitas Pencahayaan ... 68

4.6 Rekomendasi Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik ... 69

4.6.1 Efisiensi Sistem Tata Udara ... 69

4.6.2 Efisiensi Sistem Tata Cahaya ... 70

4.6.3 Efisiensi Terhadap Sistem Kelistrikan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

(10)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga Daya... 9

Gambar 2.2 Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi...12

Gambar 2.3 Perbaikan Faktor Daya...21

Gambar 3.1 Rangkaian Pengujian...31

Gambar 3.2 Titik Pengukuran Pada Panel Distribusi Tegangan Rendah...31

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian...35

Gambar 4.1 Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU...36

Gambar 4.2 Diagram Satu Garis Panel Distribusi Tegangan Rendah Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU...40

Gambar 4.3 Grafik Tegangan Di Setiap Titik Pengukuran...58

Gambar 4.4 THD Arus Pada Setiap Titik Pengukuran...63

(11)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Intensitas Konsumsi Energi...17

Tabel 2.2 Standar Harmonisa Arus Menurut EEC...24

Tabel 2.3 Spesifikasi Pengkondisi Udara (AC)...24

Tabel 2.4 Pendekatan BTU/hr yang Dibutuhkan Pada Ruangan Berdasarkan Luas Ruangan...25

Tabel 2.5 Daftar Intensitas Cahaya Beberapa Ruangan...26

Tabel 4.1 Daftar Nama Ruangan Gedung J16 DTE USU...37

Tabel 4.2 Konsumsi Beban Penerangan Per Hari...41

Tabel 4.3 Konsumsi Energi Pendingin Ruangan Per Hari...43

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Ruangan...44

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya Ruangan...45

Tabel 4.6 Data Pengukuran Arus...47

Tabel 4.7 Data Pengukuran Tegangan...48

Tabel 4.8 Data Pengukuran Daya Aktif...48

Tabel 4.9 Data Pengukuran Daya Reaktif...49

Tabel 4.10 Data Pengukuran Daya Semu...49

Tabel 4.11 Data Pengukuran Faktor Daya...50

Tabel 4.12 Data Pengukuran Harmonisa Arus...50

Tabel 4.13 Data Pengukuran Harmonisa Tegangan...53

Tabel 4.14 Pemakaian Energi Listrik Fakultas Teknik USU...56

Tabel 4.15 Total Daya Aktif dan Daya Semu...59

(12)

x

Tabel 4.17 THD Arus Pada Setiap Titik Pengukuran...62

Tabel 4.18 IHD Tegangan Pada Setiap Titik Pengukuran...64

Tabel 4.19 THD Tegangan Pada Setiap Titik Pengukuran...66

Tabel 4.20 Kapasitas Pendingin Ruangan Berdasarkan Perhitungan...68

(13)

xi DAFTAR SINGKATAN

DSM Demand Side Management SSM Supply Side Management IKE Intensitas Konsumsi Energi AEA Audit Energi Awal

(14)

i ABSTRAK

Pesatnya pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang tidak diikuti dengan peningkatan pasokan energi listrik akan memicu terjadinya krisis energi listrik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan konservasi energi. Pelaksanaan konservasi di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi. Dengan diberlakukannya peraturan ini maka kegiatan konservasi energi di Indonesia bersifat wajib (mandatory), terutama bagi pengguna energi dalam jumlah besar. Konservasi energi dapat dilakukan melalui kegiatan audit energi, maka pada Tugas Akhir ini dilakukan kegiatan audit energi listrik pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

Dari hasil perhitungan diperoleh intensitas konsumsi energi listrik Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU untuk ruangan non-AC 1,77 kWh/m2/bulan termasuk dalam kriteria cenderung tidak efisien dan 8,84 kWh/m2/bulan untuk ruangan dengan AC termasuk dalam kriteria efisien. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa sebagian besar ruangan pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara memiliki temperatur ruangan ideal namun masih banyak ruangan memiliki intensitas cahaya dibawah nilai standar. Efisiensi energi listrik di Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara dapat ditingkatkan dengan menambah atau mengganti lampu di dalam ruangan yang intensitas cahayanya kurang, memperbaiki faktor daya juga menerapkan budaya hemat energi di lingkungan Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan peningkatan konsumsi energi listrik oleh masyarakat, maka pihak penyedia energi listrik, dalam hal ini Perusahaan Listrik Negara (PLN), harus meningkatkan pasokan energi listrik atau kapasitas pembangkitannya. Hal ini dimaksudkan agar jumlah daya listrik yang tersedia dapat memenuhi permintaan konsumen akan energi listrik.

Di wilayah Sumatera Utara, energi listrik disuplai oleh unit-unit pembangkit yang ada di wilayah ini dengan kapasitas terpasang sebesar 1.881,4 MW. Pada tahun 2012 beban puncak di wilayah Sumatera Utara mencapai 1444 MW dengan cadangan daya hanya 95 MW, sedangkan cadangan daya idealnya sebesar 30% dari besarnya beban puncak. Kurangnya cadangan daya tersebut mengakibatkan terganggunya kontinuitas penyaluran energi listrik apabila terjadi kerusakan di salah satu pembangkit utama ataupun saat pembangkit sedang dalam masa pemeliharaan. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) tahun 2009, konsumsi energi di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 7% per tahun. Jika diasumsikan pertumbuhan kebutuhan energi listrik 7% per tahun, maka kebutuhan energi listrik di Sumatera Utara pada tahun 2015 mencapai 1768,96 MW [1] [2].

(16)

2 pembangkit baru, sulitnya menyelesaikan masalah penerbitan izin lokasi dan penerbitan izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH), serta masalah pembebasan lahan. Permasalahan-permasalahan diatas kerap kali menjadi penyebab terjadinya krisis energi listrik.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan penghematan (mengefisiensikan) pemakaian energi listrik atau yang dikenal dengan istilah konservasi energi. Pada tahun 1985, Departemen Pekerjaan Umum memperkenalkan program DOE (Department of Energy, USA) yang mengawali sejarah konservasi energi pada bangunan gedung di Indonesia. Namun, perkembangan berikutnya nyaris tidak terdengar, hingga tahun 1987 negara-negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) bekerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID) melakukan penelitian energi pada bangunan gedung dan sekaligus memperkenalkan program ASEAM (A Simplified Energy Analysis Method). Sejak saat itulah masalah konservasi energi di Indonesia mulai diperhatikan kembali [3].Konservasi energi di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi.

(17)

3 penghematan energi listrik dapat dikenali dan diimplementasikan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro. Selain itu, audit ini juga diharapkan dapat memberikan sedikit kontribusi dalam membantu mengatasi krisis listrik yang terjadi di wilayah Sumatera Utara dan dilihat dari segi ekonomi, audit ini diharapkan mampu mengurangi biaya tagihan listrik di Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah:

Bagaimana profil penggunaan energi listrik pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara, dimana letak pemborosan energi listrik, dan apa saja usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:

Mengenali cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Univeristas Sumatera Utara.

1.4 Batasan Masalah

(18)

4 1. Audit energi listrik hanya dilakukan pada Gedung J16 Departemen Teknik

Elektro Universitas Sumatera Utara.

2. Pelaksanaan audit energi listrik berpedoman kepada SNI 03-6196-2000 tentang Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung.

3. Standarisasi sistem tata udara berpedoman kepada SNI 03-6090-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara Pada Bangunan Gedung.

4. Standarisasi sistem pencahayaan berpedoman kepada SNI 03-6197-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Pencahayaan Pada Bangunan Gedung. 5. Membahas secara umum mengenai harmonisa.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulis menyusun laporan ini dalam lima bab yang sistem penulisannya terangkum sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang energi dan daya secara umum, manajemen energi, konservasi energi, audit energi, sistem tata cahaya dan sistem tata udara, peluang hemat energi, serta rekomendasi hemat energi.

BAB 3 METODE PENELITIAN

(19)

5 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi data-data hasil penelitian dan analisis pembahasan berdasarkan hasil olahan data.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Listrik, Daya Listrik dan Tarif Listrik 2.1.1 Energi Listrik

Energi didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan kerja. Ada berbagai jenis energi, misal energi mekanis, energi kimia, energi listrik, juga energi panas maupun energi cahaya. Energi-energi tersebut tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, namun sangat mudah untuk berubah bentuk. Hal ini sesuai dengan hukum kekekalan energi [4]. Satuan energi menurut Satuan Internasional adalah Joule, selain itu energi juga dinyatakan dalam kalori, BTU, atau Watt hour.

Dari segi pemakaian, energi diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu energi

primer dan energi sekunder. Energi yang langsung diberikan oleh alam dalam wujud

aslinya dan belum mengalami perubahan (konversi) disebut sebagai energi primer.

Contoh dari energi primer ini adalah gas bumi, minyak mentah, tenaga air, batu bara,

dan lain-lain. Sementara energi sekunder adalah energi yang berasal dari energi primer

yang telah diubah melalui proses teknologi menjadi bentuk energi yang lebih

mudah/praktis digunakan. Contoh dari energi sekunder ini adalah minyak tanah, kokas,

listrik, dan lain-lain.

(21)

7

Power x Time = Energy (2.1)

Dimana :

Power merupakan daya peralatan listrik (Watt)

Time merupakan waktu selama peralatan digunakan (jam/hour) Energy merupakan energi listrik yang dikonsumsi peralatan listrik

(Watt hour).

2.1.2 Daya Listrik

Daya merupakan energi yang diperlukan untuk melakukan usaha/kerja. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam Watt. Secara matematis, besarnya daya listrik dapat dituliskan sebagai berikut :

P = V I (2.2)

Dimana :

P : merupakan daya listrik (Watt) V : merupakan tegangan (volt) I : merupakan arus listrik (ampere)

Namun, pada sistem tenaga listrik bolak-balik dimana besaran tegangan dan arus berubah sepanjang waktu, rumus sederhana diatas menjadi lebih sedikit rumit. Besaran daya, arus dan tegangan merupakan bilangan kompleks dan persamaan diatas menjadi :

S= I*V (2.3)

(22)

8 (positif atau negatif) dari komponen imajiner bilangan kompleksnya harus dibalik (positif menjadi negatif dan sebaliknya).

Sedangkan daya sebenarnya yang dikonsumsi oleh beban atau suatu peralatan listrik adalah daya nyata (P) yang dinyatakan dalam watt. Dalam bentuk matematis, dirumuskan :

P= Irms Vrmscos φ (2.4)

Dimana :

P : daya nyata/daya aktif (Watt) Irms : arus rms (ampere)

Vrms : tegangan rms (volt)

φ : sudut yang dibentuk antara arus dan tegangan.

Ada sebuah komponen daya lainnya yang disebut dengan daya reaktif, yaitu daya yang diperlukan untuk pembentukan medan magnet. Disimbolkan dengan Q, dinyatakan dalam Var dan secara matematis dituliskan :

Q= Irms Vrms sin φ (2.5)

Dimana :

Q : daya reaktif (Var) Irms : arus rms (ampere) Vrms : tegangan rms (volt)

(23)

9 Hubungan antara daya semu, daya aktif dan daya reaktif dapat dilihat melalui segitiga daya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 [6] :

Gambar 2.1 Segitiga Daya

2.1.3 Tarif Listrik

Tarif listrik merupakan tarif yang dikenakan kepada konsumen yang menggunakan energi listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Berdasarkan Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2014, tarif tenaga listrik ditetapkan berdasarkan golongan tarif.

Tarif tenaga listrik dibedakan atas beberapa golongan, sebagai berikut:

1. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Pelayanan Sosial

2. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Rumah Tangga

3. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Bisnis

4. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Industri

5. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Kantor Pemerintah dan Penerangan Jalan Umum

S = I V Q = I V sin φ

P = I V cos φ

(24)

10 6. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Traksi pada tegangan menengah,

dengan daya diatas 200 kVA (T/TM) diperuntukkan bagi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kereta Api Indonesia [7].

Biaya listrik yang dibayarkan konsumen terdiri atas dua komponen, yaitu:

1. Biaya Awal

Untuk mendapatkan suplai listrik oleh pihak penyedia listrik pertama kali, maka konsumen harus membayar biaya awal. Biaya awal terdiri atas biaya penyambungan dan biaya jaminan listrik.

2. Biaya Perbulan (Pemakaian)

Biaya perbulan merupakan biaya yang dibayarkan oleh konsumen setiap bulan, biaya ini terdiri atas [8]:

a. Biaya Beban (Abonemen)

b. Biaya Pemakaian (kWh)

c. Biaya kelebihan Pemakaian kVarh

d. Biaya Pemakaian Trafo (jika ada)

e. Biaya lain-lain yang terdiri dari:

 Biaya Pajak Penerangan Jalan  Biaya Materai

(25)

11 2.2 Manajemen Energi

Salah satu solusi dari permasalahan krisis energi listrik yang terjadi adalah dengan melakukan pengelolaan energi listrik melalui konsep manajemen energi. Manajemen energi didefenisikan sebagai program terpadu yang direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan sumber daya energi dan energi secara efektif dan efisien dengan melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa mengurangi kualitas produksi/pelayanan [9]. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012, Manajemen energi adalah kegiatan terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal melalui tindakan teknik secara terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi konsumsi bahan baku dan pendukung.

(26)

12 SSM ini diharapkan keseimbangan antara sisi penyedia dan sisi konsumen tetap terjaga [10].

Di Indonesia, kebijakan pengelolaan energi lebih diprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau memperluas akses terhadap energi kepada masyarakat (SSM). Untuk itu, diperlukan perubahan paradigma konservasi energi dari Supply Side Management (SSM) ke arah Demand Side Management yang memfokuskan pada konservasi energi pada sektor pengguna [11].

Sumber: Paparan DJEBTKE Lokakarya Konservasi Energi

Gambar 2.2 Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi

(27)

13 Hal yang dapat dilakukan dalam menerapkan program manajemen energi antara lain:

a. Pada anggaran energi untuk menyiapkan sumber-sumber energi yang dibutuhkan.

b. Mengumpulkan dan menganalisis data pemakaian energi saat ini.

c. Melaksanakan audit energi untuk mengetahui dimana dan bagaimana mengefektifkan pemakaian energi.

d. Menerapkan penghematan energi.

e. Secara berkala melaporkan penghematan yang telah dicapai.

Ada dua strategi pokok manajemen energi, yaitu: 1. Konservasi energi

Melalui konservasi energi pemakaian energi yang tidak perlu dapat dihindari serta diharapkan dapat mengurangi permintaan pada pelayanan yang berkaitan dengan energi.

2. Efisiensi energi

Pengurangan pemakaian energi pada saat penggunaan.

Beberapa hal yang sangat mempengaruhi kesuksesan dari program manajemen energi, yaitu [12]:

1. Komitmen menyeluruh dari seluruh bagian dalam organisasi tersebut, mulai manajer senior sampai ke bawahan.

(28)

14 3. Perhatian dari staf dan program pelatihan.

Program manajemen energi ini merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Program ini akan lebih efektif jika dilaksanakan secara rutin, dan ditinjau ulang bila diperlukan.

Di Indonesia, pelaksanaan manajemen energi diatur dalam Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Energi. Pada Pasal 4 dalam peraturan ini dikatakan bahwa Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi dan/atau energi kurang dari 6000 setara ton minyak per tahun agar melaksanakan manajemen energi dan/atau penghematan energi. Sedangkan pelaksanaan penghematan energi diatur secara terpisah dalam Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 13 Tahun 2012 Tentang Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik.

2.3 Konservasi Energi

(29)

15 Selama ini, kegiatan konservasi energi hanya dilakukan sebatas sukarela (voluntary) saja. Namun, dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Konservasi Energi, kegiatan ini bersifat wajib (mandatory), terutama bagi pengguna energi dalam jumlah besar [13]. Dimana menurut Pasal 12 Ayat (2) Peraturan Pemerintah tersebut, pengguna energi yang menggunakan energi lebih besar atau sama dengan 6000 TOE per tahun wajib melakukan konservasi energi melalui manajemen energi.

Selain itu, konservasi energi di Indonesia juga diatur dalam Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1982 tentang Konservasi Energi. Undang-undang yang secara langsung terkait dengan konservasi energi adalah Undang-undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi. Undang-undang ini menjadi payung hukum bagi kebijakan energi nasional termasuk didalamnya kebijakan konservasi energi.

2.4 Audit Energi

Untuk menghitung besarnya konsumsi energi listrik pada bangunan gedung serta untuk mengenali atau mengetahui langkah-langkah penghematan energi yang dapat diambil agar tercapai efisiensi pemakaian energi listrik dapat dilakukan melalui kegiatan audit energi. Secara umum audit energi adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dimana dan berapa energi yang digunakan serta langkah-langkah apa yang dapat dilakukan dalam rangka konservasi energi pada suatu fasilitas pengguna energi.

(30)

16 pengumpulan data kemudian diikuti dengan analisis dan kegiatan konservasi energi yang akan dilaksanakan.

Kegiatan audit energi dimulai dari survei data sederhana hingga pengujian data yang sudah ada secara rinci, dianalisis dan dirancang untuk menghasilkan data baru. Melalui audit energi, kita dapat memperoleh potret penggunaan energi pada sebuah gedung yaitu gambaran mengenai jenis, jumlah penggunaan energi, peralatan energi, intensitas energi, maupun data-data lainnya [3].

2.4.1 Intensitas Konsumsi Energi Listrik

Intensitas konsumsi energi listrik menggambarkan banyaknya energi listrik yang dikonsumsi per satuan luas bangunan dalam rentang waktu tertentu. IKE dapat dirumuskan sebagai berikut:

���= ����������������� �������� (��ℎ)

(�2) (2.6)

Dari nilai IKE inilah nantinya ditentukan tingkat efisiensi penggunaan energi listrik berdasarkan standar yang digunakan.

Konsumsi energi spesifik per luas lantai menggunakan AC dan atau tidak menggunakan AC adalah sebagai berikut [14]:

a. Jika presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas lantai total gedung kurang dari 10%, maka gedung tersebut termasuk gedung yang tidak menggunakan AC dan konsumsi energi perluas lantai adalah:

���1 = ����� �������� ������ (��ℎ)

(31)

17 b. Jika presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap

luas lantai total gedung lebih dari 90%, maka gedung tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC dan konsumsi energi perluas lantai adalah:

���2 =

������������� ������ (��ℎ)

���������� ����� (�2) (2.8)

c. Jika presentase perbandingan luas lantai yang menggunakan AC terhadap luas lantai total gedung lebih dari 10% dan kurang dari 90%, maka gedung tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC dan tidak menggunakan AC dan konsumsi energi perluas lantai adalah:

• Konsumsi energi per luas lantai tidak menggunakan AC adalah:

���3 = ����� �������� ������

(��ℎ)−�������� ������ �� (��ℎ)

���������� ����� (�2) (2.9)

• Komsumsi energi per luas lantai menggunakan AC adalah :

���

4= �������� ������ ��

���� ������ ��� −��+����� ������������������ −�������������� ����� ������ ��

(2.10)

Standar IKE dari suatu bangunan gedung diperlihatkan pada Tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 Standar Intensitas Konsumsi Energi

Kriteria Ruangan Dengan

AC (kWh/m2/bln)

Ruangan Non AC (kWh/m2/bln)

Sumber: Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di

(32)

18 Nilai Intensitas konsumsi energi dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan audit energi pada bangunan gedung yang bersangkutan.

2.4.2 Jenis Audit Energi

Secara umum, audit energi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu audit energi awal dan audit energi rinci.

a. Audit Energi Awal

Untuk melakukan audit energi awal dibutuhkan data rekening pembayaran energi dan pengamatan visual. Hal ini dapat dilakukan oleh pemilik ataupun pengelola bangunan gedung yang bersangkutan. Kemudian dari data yang diperoleh, dapat dihitung Konsumsi Energi Bangunan Gedung dan Intensitas Konsumsi Energi Bangunan Gedung [3]. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan energi pada suatu area masih dalam kategori efisien atau tidak.

Dalam Pedoman Teknik Audit Energi Dalam Implementasi Konservasi Energi Dan Pengurangan Emisi CO2 di Sektor Industri (2011), Survei Awal atau

Audit Energi Awal (AEA), terdiri dari dua bagian, yaitu: 1. Survei Manajemen Energi

Auditor energi atau surveyor mencoba untuk memahami kegiatan manajemen yang sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi yang mempengaruhi proyek konservasi.

(33)

19 Bagian teknis dari AEA secara singkat mengulas kondisi dan operasi peralatan dari pemakai energi yang penting (misalnya sistem HVAC) serta instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi energi.

AEA sangat berguna untuk mengenali sumber-sumber pemborosan energi dan tindakan-tindakan sederhana yang dapat diambil untuk meningkatkan efisiensi energi dalam jangka pendek. Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau cacatnya insulasi, peralatan yang tidak dapat digunakan, dll. AEA seharusnya juga mengungkapkan kurang sempurnanya pengawasan manajemen energi. Hasil yang khas dari AEA adalah seperangkat rekomendasi tentang tindakan berbiaya rendah yang segera dapat dilaksanakan dan rekomendasi audit yang lebih baik.

b. Audit Energi Rinci

Apabila nilai IKE yang didapatkan melalui Audit Energi Awal lebih besar dari nilai standar yang ditentukan, maka Audit Energi Rinci perlu dilakukan guna memperoleh profil penggunaan energi bangunan sehingga dapat diketahui peralatan-peralatan listrik apa saja yang penggunaan energinya cukup besar. Pada Audit energi Rinci, seluruh analisis energi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang telah terkalibrasi baik berupa alat ukur permanent pada instansi maupun alat ukur portable [3].

(34)

20 tidak terpisahkan dari keseluruhan aktivitas manajemen yang sedang berjalan pada suatu organisasi [12].

2.5 Pengaruh Kualitas Daya Listrik Terhadap Penghematan Energi Listrik Kualitas daya listrik adalah suatu konsep yang memberikan gambaran tentang baik atau buruknya mutu daya listrik akibat adanya beberapa jenis gangguan yang terjadi pada sistem kelistrikan [15]. Permasalahan yang berkaitan dengan kualitas daya diantaranya adalah fluktuasi tegangan, harmonisa yang mencakup Total Harmonic Distortion (THD), Individual Harmonic Distortion (IHD), dan K-Factor. Hal lain yang berkaitan dengan kualitas daya yaitu sag, swell, transient, variasi frekuensi, ketidakseimbangan tegangan, ketidakseimbangan arus pada sistem tiga fasa, beban induktif yang berdampak pada turunnya faktor daya, efisiensi beban rendah dan sebagainya. Masalah kualitas daya listrik ini dapat menimbulkan kerugian-kerugian seperti: kesalahan operasi peralatan, menaikkan arus netral pada jaringan bintang, menimbulkan rugi energi yang lebih besar, juga kerugian lainnya, sehingga penurunan kualitas daya dapat dikatakan sebagai salah satu komponen pemborosan energi listrik pada aspek teknis [16].

2.5.1 Faktor Daya

(35)

21

Faktor dayatermasuk dalampembahasankualitas dayakarena beberapa alasan. Yang menjadi masalah kualitas daya adalah faktor daya rendah yang dapat menyebabkan kegagalan peralatan. Selain itu,konsumen yang memiliki faktor daya

rendah akan menanggung biaya energi listrik yang lebih tinggi karena penyedia tenaga listrik memberi denda kepada konsumen yang memiliki faktor daya rendah. Di Indonesia, PLN mengenakan denda bagi para konsumen yang memiliki faktor daya kurang dari 85%. Hal ini karena penyedia listrik (PLN) harus menyediakan daya kompleks (kVA) yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan energi listrik untuk daya aktif (kW) yang tetap apabila faktor dayanya rendah [16].

Peningkatan faktor daya dapat dilakukan dengan pemasangan kapasitor parallel pada sisi beban. Perbaikan tersebut dapat dijelaskan melalui Gambar 2.3 dibawah ini:

Gambar 2.3 Perbaikan Faktor Daya

φ1

φ2

Xc2 X1

X2

Xc1 XL

Z1

Z2

(36)

22 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dengan menambahkan kapasitor maka komponen XL (induktif) akan tereduksi sehingga cos φ (faktor daya) akan

meningkat.

Faktor daya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Faktor daya (PowerFactor) = Cos φ =�

� (2.11)

2.5.2 Harmonisa

Harmonisa didefenisikan sebagai gelombang-gelombang sinus (arus dan tegangan) yang mempunyai frekuensi kelipatan bilangan bulat dari frekuensi fundamentalnya. Dalam menganalisis harmonisa terdapat beberapa indeks yang penting untuk mengetahui efek dari harmonisa tersebut pada sistem tenaga, yaitu Individual Harmonic Distortion (IHD) dan Total Harmonic Distortion (THD).

a. Individual Harmonic Distortion (IHD)

Individual harmonic distortion (IHD) adalah perbandingan antara nilai rms dari individual harmonisa terhadap nilai rms fundamentalnya. IHD ini berlaku untuk tegangan dan arus. Adapun rumus untuk menghitung IHD pada harmonisa ke-n adalah sebagai berikut [16]:

���� = �

1

(2.12)

Dimana:

(37)

23 Misalnya, asumsikan bahwa nilai rms harmonisa ketiga pada beban nonlinear adalah 20A, nilai harmonisa kelimanya adalah 15A dan nilai fundamentalnya adalah 60 A, maka nilai distorsi arus individual pada harmonisa ketiga adalah :

IHD3 = 20/60 = 0,333 = 33,3 %

Dan nilai distorsi arus individual pada harmonisa kelima :

IHD5 = 15/60= 0,166 = 25%

Menurut standar Institute of Electrical and Electronics Enginers (IEEE) IHD1 akan selalu bernilai 100%.

b. Total Harmonic Distortion (THD)

Total harmonic distortion (THD) adalah perbandingan antara nilai rms dari seluruh komponen harmonisa terhadap nilai rms fundamentalnya. THD juga berlaku untuk tegangan dan arus. Adapun rumus dari THD adalah:

���� =

�∑�=2��2

�1

(2.13)

Dimana:

Vn adalah tegangan harmonisa ke-n (V)

V1 adalah tegangan fundamental (V)

Adapun rumus THD untuk arus adalah sebagai berikut [16]:

(38)

24 I1 adalah arus fundamental (A)

Harmonisa yang dihasilkan harus dibatasi karena jumlah yang besar harmonisa tersebut dapat merusak peralatan listrik yang terdapat dalam sistem tenaga listrik. Standar harmonisa arus menurut EEC (Electrical Energy Code) diperlihatkan pada Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Standar Harmonisa Arus Menurut EEC

Circuit Current at Rated Load Condition

at 380 V /220 V

Maximum Total Harmonic Distortion

(THD) of Current

I < 40 A 20.0 %

40 A ≤ I < 400 A 15.0 % 400 A ≤ I < 800 A 12.0 % 800 A ≤ I < 2000 A 8.0 %

I ≥ 2000 A 5.0 %

2.6 Efisiensi Pada Sistem Tata Udara

Menurut Laporan Proyek Audit Energi di Sektor Bangunan, DJLPE Tahun 2007, sistem tata udara menempati urutan pertama penggunaan energi paling besar dalam konsumsi energi listrik harian sebuah gedung, yaitu sekitar 52%. Besarnya penggunaan energi listrik oleh sistem tata udara ini menjadikan sistem tata udara sebagai sasaran utama dalam kegiatan efisiensi energi.

(39)

25 Tabel 2.3 Spesifikasi Pengkondisi Udara (AC)

Kapasitas AC

Tabel 2.4 Pendekatan BTU/hr yang Dibutuhkan Pada Ruangan Berdasarkan Luas Ruangan

Nomor Luas Ruangan (m2)

Berikut cara yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas AC berdasarkan luas ruangan:

1. Hitung luas ruangan yang akan dikondisikan (dalam m2)

2. Berdasarkan hasil perhitungan luas ruangan pada point pertama, tentukan energi pendinginan yang dibutuhkan sesuai dengan Tabel 2.4 diatas.

(40)

26

• Jika ruangan terlindungi, kurangi energi pendinginan yang

dibutuhkan sebesar 10%.

• Jika ruangan menerima banyak sinar matahari langsung,

tambahkan energi pendinginan sebesar 10%.

• Tambahkan energi pendinginan sebesar 600 BTU/hr untuk tiap

orang jika jumlah orang yang menempati ruangan lebih dari 2 orang.

• Jika ruangan digunakan sebagai dapur, tambahkan energi

pendinginan sebesar 4000 - 6000 BTU/hr.

4. Tentukan kapasitas AC berdasarkan kebutuhan energi pendinginan yang diperoleh dari langkah sebelumnya sesuai dengan Tabel 2.3.

2.7 Efisiensi Pada Sistem Tata Cahaya

Setelah sistem tata udara, bagian yang menyerap energi paling besar pada sebuah bangunan gedung adalah sistem tata cahaya yaitu sekitar 27% dari total konsumsi energi listrik harian sebuah bangunan gedung [17]. Hal ini dikarenakan jumlah pemakaian lampu penerangan yang sangat banyak, meskipun tingkat pemakaian energi listriknya tidak sebesar peralatan lain, seperti AC[18].

Untuk kenyamanan pengguna ruangan bangunan gedung, maka salah satu hal yang harus diperhatikan adalah dalam sistem tata cahaya adalah intensitas cahaya ruangan. Tabel 2.5 berikut merupakan daftar intensitas cahaya pada beberapa ruangan menurut SNI 03-6197-2000.

Tabel 2.5 Daftar Intensitas Cahaya Beberapa Ruangan

(41)

27 Lembaga Pendidikan:

Ruang Kelas 250 Perpustakaan 300 Laboratorium 500 Ruang Gambar 750

Kantin 200

Sumber : Badan Standardisasi Nasional (SNI 03-6197-2000)

2.8 Peluang Hemat Energi

Berdasarkan data yang telah diperoleh, baik dari hasil pengukuran maupun data historis penggunaan energi, maka dihitung besar Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik dan disusun profil penggunaan energi bangunan. Besarnya IKE hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan standar IKE yang digunakan (target IKE). Apabila besarnya IKE hasil perhitungan sama atau kurang dari target IKE, maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau diteruskan dengan tujuan mendapatkan nilai IKE yang lebih rendah lagi. Namun apabila hasil perhitungan IKE lebih besar dari target IKE berarti ada peluang untuk melanjutkan proses audit energi rinci guna memperoleh penghematan energi.

Hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat sebuah daftar peluang penghematan energi yang mungkin dapat dilakukan. Peluang penghematan energi yang tidak dapat diimplementasikan atau yang tidak diinginkan harus dihilangkan dari daftar dan peluang penghematan yang tersisa selanjutnya akan dievaluasi atau dianalisis.

(42)

28 mengurangi kenyamanan penghuni gedung ataupun produktivitas di lingkungan kerja. Analisis peluang hemat energi dapat dilakukan denga usaha, antara lain [3]:

a. Menekan penggunaan energi sekecil mungkin (mengurangi daya terpasang/terpakai dan jam operasi).

b. Memperbaiki kinerja peralatan.

c. Menggunakan sumber energi yang murah.

2.9 Rekomendasi Hemat Energi

Setelah melakukan survei dan menganalisa data penggunaan energi maka hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat suatu rekomendasi hemat energi. Rekomendasi ini merupakan usulan-usulan yang dapat dilakukan perusahaan atau pemilik gedung untuk memperbaiki efisiensi penggunaan energi di bangunan gedung tersebut. Secara umum, rekomendasi dapat berupa:

a. Rekomendasi untuk mengganti sistem, karena sistem yang lama dianggap sudah tidak efisien.

b. Rekomendasi untuk perbaikan sistem, karena sistem dianggap kurang efisien, sehingga perlu untuk melakukan sedikit perubahan agar efisiensinya dapat ditingkatkan.

c. Rekomendasi untuk memasang peralatan baru.

Berdasarkan EMO (Energy Management Opportunity), rekomendasi dapat dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan capital cost-nya, yaitu [19]:

(43)

29 b. Kategori 2: meliputi low cost investment dengan sedikit perubahan atau

perbaikan pada sistem. Misalnya memasang timer untuk mematikan peralatan, mengganti lampu T8 fluorescent tube dengan T5 fluorescent tube.

(44)

30 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015.

3.2Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah alat ukur Power System MultimeterArbiter Systems Model 928-A,Lux meterLutron LX-1102, dan Humidity, Barometer, Temperatur Meter Lutron Electronic Model PHB-318.

3.3 Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: -Arus dan Tegangan.

-Faktor daya. -Harmonisa.

-Daya aktif, daya reaktif dan daya semu. -Tingkat kuat pencahayaan.

-Temperatur dan kelembaban ruangan.

3.4 Rangkaian Pengujian

(45)

31 Gambar 3.1 Rangkaian Pengujian

Didalam pengujian ini terdapat 12 titik pengukuran seperti yang terlihat pada Gambar 3.2 dibawah ini:

(46)

32 3.5 Prosedur Pengujian

3.5.1 Pengujian Kualitas Daya Listrik

Percobaan ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Siapkan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengujian.

2. Pastikan alat ukur Power System Multimeter sudah di-setting dengan benar.

3. Rangkaian pengujian disusun seperti Gambar 3.1.

4. Alat ukur Power System Multimeter di-on kan agar dapat diukur besar arus, tegangan, faktor daya, daya aktif, daya reaktif, daya semu dan harmonisa.

5. Prosedur yang sama diulangi untuk setiap fasa di setiap titik pengukuran. 6. Percobaan selesai.

3.5.2 Pengujian Temperatur dan Kelembaban Ruangan Percobaan ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Siapkan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengujian.

2. Alat ukur Humidity, Barometer, Temperatur Meter Lutron Electronic Model PHB-318 di-on kan.

3. Pastikan alat ukur sudah di-setting untuk mengukur temperatur dan kelembaban ruangan.

4. Catat nilai yang tertera pada display alat ukur.

(47)

33 3.5.3 Pengujian Tingkat Intensitas Pencahayaan Ruangan

Percobaan ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Siapkan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengujian. 2. Alat ukur Lux meter di-on kan.

3. Catat nilai yang tertera pada display alat ukur.

4. Pengukuran dilakukan pada lima titik yang berbeda pada ruangan. 5. Ulangi prosedur yang sama untuk ruangan-ruangan yang lain. 6. Percobaan selesai.

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur dalam melakukan kegiatan audit energi pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU dilakukan sebagai berikut :

1. Pengumpulan Dan Penyusunan Data Historis Pemakaian Energi

Berikut ini data-data yang dibutuhkan dalam penelitian:

- Dokumentasi Bangunan yang terdiri dari:

o Denah bangunan gedung seluruh lantai

o Diagram satu garis, lengkap dengan penjelasan penggunaan daya listrik dan penyambungan daya listrik PLN serta besar daya listrik cadangan dari Diesel Generating Set.

- Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung. 2. Hitung IKE tahun sebelumnya

(48)

34 3. Memeriksa Tingkat Efisiensi Penggunaan Energi Listrik

Dari nilai IKE yang diperoleh melalui hasil perhitungan sebelumnya, maka ditentukan tingkat efisiensi penggunaan energi listrik bangunan gedung tersebut, efisienkah atau masih dalam kategori boros. Penentuan tingkat efisiensi penggunaan energi listrik berdasarkan standar yang telah ditentukan.

4. Pengukuran Parameter Audit Energi

Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap parameter audit energi, seperti arus, tegangan, daya, faktor daya, harmonisa, intensitas pencahayaan di ruangan bangunan gedung juga suhu dan kelembaban ruangan.

5. Pengolahan Data

Dilakukan analisa terhadap hasil pengukuran maupun data-data lainnya yang diperoleh melalui hasil pengukuran.

6. Rekomendasi Peningkatan Efisiensi Energi Listrik

Selanjutnya dibuat suatu rekomendasi yang berisi saran-saran yang dapat dilakukan pemilik ataupun penghuni gedung agar efisiensi penggunaan energi listrik dapat ditingkatkan.

(49)

35 Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Pengumpulan dan Penyusunan Data Historis Energi Tahun Sebelumnya

Data Historis Energi Tahun Sebelumnya

Hitung IKE Listrik Tahun Sebelumnya

IKE > Target ?

Lakukan Penelitian dan Pengukuran Parameter Audit Energi

Data Hasil Pengukuran

Analisis Hasil Pengukuran

Rekomendasi Peningkatan Efisiensi Energi Listrik

Selesai Tidak

(50)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara

Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara terletak di Jalan Almamater Kampus USU, Medan. Gedung ini digunakan sebagai tempat perkuliahan, laboratorium serta perkantoran. Gedung yang terdiri atas 3 lantai ini memiliki luas sekitar 3738 m2. Setiap lantai pada gedung ini memiliki jumlah ruangan yang berbeda. Lantai 1 dan 2 memiliki 26 ruangan dan lantai 3 memiliki 29 ruangan. Gedung J16 Departemen Teknik Elektro dapat dilihat dari Gambar 4.1.

Gambar 4.1Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU

(51)

37 Daftar nama ruangan di Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Daftar Nama Ruangan Gedung J16 DTE USU

Nomor Nama Ruangan Lantai

1 Mushalla Mahasiswa J16.101 1

2 R. Dosen J16.102 1

10 R. Lab. Mesin-Mesin Listrik J16.110 1

11 R. Ka. Laboratorium 1

17 R. Lab. Transmisi Dan Distribusi J16.111 1

(52)

38 Lanjutan Tabel 4.1

Nomor Nama Ruangan Lantai

34 R. Dosen 2

64 R. Lab. Pengukuran Listrik J16.310 3

(53)

39 Lanjutan Tabel 4.1

Nomor Nama Ruangan Lantai

79 Toilet 3

80 Toilet 3

81 Toilet 3

Pemanfaatan ruangan di Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU terlihat kurang efektif. Hanya ruangan-ruangan pada lantai 1 yang dipergunakan secara kontinu, sementara pada lantai 2 dan lantai 3 selain ruang kuliah dan ruang administrasi ruangan-ruangan yang berada pada lantai tersebut jarang dipergunakan. Ruang Laboratorium Pengukuran Listrik dan Ruang Laboratorium Komputer yang berada pada lantai 3 dipergunakan hanya pada saat tertentu saja.

4.2 Kondisi Eksisting Kelistrikan Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara

4.2.1 Daya Listrik Terpasang

Energi listrik di lingkungan Universitas Sumatera Utara disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Suplai daya Gedung J16 Departemen Teknik Elektro disalurkan melalui panel distribusi tegangan rendah berkapasitas 166 kVA.

(54)

40 4.2.2 Diagram Satu Garis

Diagram satu garis dari panel distribusi tegangan rendah Gedung J16 Departemen Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara ditunjukkan pada Gambar 4.2 dibawah ini:

Gambar 4.2 Diagram Satu Garis Panel Distribusi Tegangan Rendah Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU

4.2.3 Beban Terpasang

(55)

41 Berikut daftar beban tiap lantai pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU:

a. Beban Penerangan

Tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan besarnya konsumsi energi beban penerangan pada berbagai ruangan di Gedung J16 Departemen Teknik Elektro.

Tabel 4.2 Konsumsi Beban Penerangan Per Hari

Nomor Nama Ruangan Lantai Tipe

3 R. Lab. Mesin-Mesin Listrik

(56)

42

12 R. Ketua Departemen 2 LHE 23 0,9 6 124,2 2 248,4

Lanjutan Tabel 4.2

Nomor Nama Ruangan Lantai Tipe

b. Pendingin Ruangan

(57)

43 Tabel 4.3 Konsumsi Energi Pendingin Ruangan Per Hari

Nomor Nama Ruangan Lantai Jumlah AC

(58)

44 4.3 Hasil Pengukuran

Pengukuran dilakukan pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara, diperoleh data temperatur dan kelembaban ruangan, data tingkat kuat pencahayaan serta data pengukuran kualitas daya listrik.

4.3.1 Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Ruangan

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur Humidity, Barometer, Temperatur Meter Lutron Electronic Model PHB-318. Tabel 4.4 menunjukkan hasil pengukuran temperatur dan kelembaban ruangan.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Ruangan

(59)

45 4.3.2 Pengukuran Intensitas Pencahayaan

Pengukuran dilakukan di berbagai ruangan Gedung J16 Departemen Teknik Elektro dengan menggunakan alat ukur Lux Meter Lutron LX-1102. Hasil pengukuran intensitas pencahayaan pada berbagai ruangan ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya Ruangan

Nomor Nama Ruangan Lantai Intensitas Cahaya (Lux)

I II III IV V Rata-rata

1 R. Lab. Mesin-Mesin Listrik 1 50,7 183,7 200,5 210,8 178,9 164,92

2 R. Asisten Lab. Mesin-Mesin Listrik 1 62,5 63,7 68 67,6 65,2 65,4

3 Gudang Lab. Mesin-Mesin Listrik 1 102 105,8 104,9 105,7 105,1 104,7

4 R. Serbaguna 1 169,7 188,9 144,6 134,5 205,7 168,68

5 R. Kuliah 1 118,7 87,6 100,7 167,3 134,8 121,82

6 Ruang 1 107,7 113,3 100,4 90,8 78,6 98,16

7 R. Asisten Lab. Transmisi & Distribusi 1 119,6 126,3 105,1 99,6 119,1 113,94

8 R. Lab. Transmisi & Distribusi 1 49,6 51,7 64,5 65 75,5 61,26

9 Gudang Lab. Transmisi & Distribusi 1 81,6 169,6 149,2 148,3 232,5 156,24

10 R. Dosen 1 137,4 113,5 165,8 96,7 173,2 137,32

11 Mushalla 1 112 70,9 182,4 101,3 76,9 108,7

12 R.IMTE 2 74,4 127,2 51,9 65,1 55,7 74,86

13 R. Kuliah 2 159,4 846 169 100 149,7 284,82

14 R. Kuliah 2 129,3 796 170,1 111,3 158,2 272,98

(60)

46 4.3.3 Pengukuran Kualitas Daya Listrik

Pengukuran dilakukan pada panel distribusi tegangan rendah di Gedung J16 Departemen Teknik Elektro dengan menggunakan alat ukur Power System Multimeter Arbiter Systems Model 928-A.

4.3.3.1 Hasil Pengukuran Arus Listrik

Data pengukuran arus untuk tiap fasa di setiap titik pengukuran ditunjukkan pada Tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Data Pengukuran Arus

Titik

Pengukuran IR (A) IS (A) IT (A)

1 0,019 0,004 0,319

2 0,041 0,036 0,006

3 0,058 0,012 0,272

4 0,053 0,053 0,025

5 7,601 0,24 1,533

6 0,094 0,052 0,102

7 7,773 0,058 0,043

8 0,065 0,074 0,091

9 0,109 0,055 0,13

10 3,079 9,025 2,815

11 0,039 0,053 0,05

12 0,052 0,056 0,131

4.3.3.2 Hasil Pengukuran Tegangan Listrik

(61)

47 Tabel 4.7 Data Pengukuran Tegangan

Titik Pengukuran VR (V) VS (V) VT (V)

4.3.3.3 Hasil pengukuran Daya Listrik

Data pengukuran daya aktif di setiap titik pengukuran ditunjukkan pada Tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Data Pengukuran Daya Aktif

(62)

48 Data pengukuran daya reaktif di setiap titik pengukuran ditunjukkan pada Tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Data Pengukuran Daya Reaktif

Titik Pengukuran Fasa R (VAR)

Data pengukuran daya semu di setiap titik pengukuran ditunjukkan pada Tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Data Pengukuran Daya Semu

(63)

49

4.3.3.4 Hasil Pengukuran Faktor Daya

Data pengukuran faktor daya di setiap titik pengukuran ditunjukkan pada Tabel 4.11 sebagai berikut:

Tabel 4.11 Data Pengukuran Faktor Daya Titik

4.4.3.5 Hasil Pengukuran Harmonisa Arus

Data pengukuran harmonisa arus ditunjukkan pada Tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12 Data Pengukuran Harmonisa Arus

Titik

Pengukuran Orde

Harmonisa Arus (A)

R S T

(64)

50 Lanjutan Tabel 4.12

Titik

Pengukuran Orde

Harmonisa Arus (A)

(65)

51 Lanjutan Tabel 4.12

Titik

Pengukuran Orde

Harmonisa Arus (A)

(66)

52 Lanjutan Tabel 4.12

Titik

Pengukuran Orde

Harmonisa Arus (A)

R S T

4.3.3.6 Hasil Pengukuran Harmonisa Tegangan

Data pengukuran harmonisa tegangan ditunjukkan pada Tabel 4.13 sebagai berikut:

Tabel 4.13 Data Pengukuran Harmonisa Tegangan

Titik

Pengukuran Orde

Harmonisa Tegangan (V)

(67)

53 Lanjutan Tabel 4.13

Titik

Pengukuran Orde

Harmonisa Tegangan (V)

(68)

54

13 0,277 0,234 0,194

Lanjutan Tabel 4.13

Titik

Pengukuran Orde

Harmonisa Tegangan (V)

(69)

55

13 0,269 0,212 0,179

Lanjutan Tabel 4.13

Titik

Pengukuran Orde

Harmonisa Tegangan (V)

R S T

4.4 Intensitas Konsumsi Energi Listrik

Intensitas konsumsi energi listrik pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.9 dan 2.10.

Perhitungan dilakukan dengan asumsi bahwa besarnya konsumsi energi Gedung J16 Departemen Teknik Elektro USU sebesar 30% dari energi rata-rata Fakultas Teknik, hal ini diperoleh melalui perhitungan:

�����������������= ����������������

��������������� ������������������� − ������

=166 ���

555 ����33.133,33 ��ℎ= 9.910,15 ��ℎ

Konsumsi energi Fakultas Teknik selama tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini:

Tabel 4.14 Pemakaian Energi Listrik Fakultas Teknik USU

BULAN ENERGI (kWh)

Januari 36.000

(70)

56

Agustus 29.600

September 21.600

Oktober 38.400

Nopember 40.000

Desember 42.400

Rata-rata 33.133,33 Sumber: BAPPA Biro Rektor USU

a. Konsumsi energi per luas lantai tidak menggunakan AC

���= 9910,15−3276,24

3738 = 1,77

kWh

m2 /�����

b. Konsumsi energi per luas lantai menggunakan AC

��� = 3276,24

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di Lingkungan Depdiknas 2002 (dapat dilihat pada Tabel 2.1), nilai intensitas konsumsi energi listrik yang diperoleh, yakni 1,77 kWh/m2/bulan untuk ruangan non-AC termasuk dalam kriteria cenderung tidak efisien dan 8,84 kWh/m2/bulan untuk ruangan dengan AC termasuk dalam kriteria efisien.

4.5 Analisa Hasil Pengukuran 4.5.1 Tegangan

(71)

57 Gambar 4.3 Grafik Tegangan Di Setiap Titik Pengukuran

Dari grafik diatas dapat dilihat besarnya tegangan dari titik pengukuran 1 hingga titik pengukuran 11 masih dalam batas toleransi ± 5%. Namun pada salah satu titik keluaran panel distribusi, tegangan salah satu fasanya lebih rendah dari batas tegangan minimum yang diizinkan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi peralatan listrik yang digunakan bahkan dapat menyebabkan kerusakan bagi peralatan listrik yang sensitif terhadap perubahan tegangan.

4.5.2 Faktor Daya

Faktor daya diperoleh berdasarkan hasil pengukuran pada masing-masing saluran keluaran dari panel distribusi tegangan rendah di Gedung J16 Departemen Teknik Elektro. Dari hasil pengukuran tersebut, besarnya faktor daya yang diperoleh bervariasi mulai dari 0,075 hingga 1. Namun data tersebut akan dihitung kembali untuk mendapatkan nilai faktor daya panel distribusi tegangan rendah berdasarkan perhitungan total daya aktif dan total daya semu terukur pada tiap

190

(72)

58 titik pengukuran. Total daya aktif dan daya semu ditunjukkan pada Tabel 4.15 dibawah ini:

Tabel 4.15 Total Daya Aktif dan Daya Semu

Titik

Maka perhitungan faktor daya total adalah sebagai berikut:

��������������� =�������������� (�) ������������� (�) =

5976,299

7219,7 = 0,8277

Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai faktor daya dari panel distribusi tegangan rendah Gedung J16 Departemen Teknik Elektro adalah 0,8277. Nilai tersebut cukup baik namun masih di bawah standar yang ditetapkan oleh PLN yakni sebesar 0,85.

4.5.3 Harmonisa Arus

(73)

59

���� =0,3645,790� 100% = 6,29%

Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, diperoleh besar IHD arus untuk setiap titik pengukuran adalah sebagai berikut:

Tabel 4.16 IHD Arus Pada Setiap Titik Pengukuran

Titik

Pengukuran Orde

(74)

60 Lanjutan Tabel 4.16

Titik

Pengukuran Orde

(75)

61 Lanjutan Tabel 4.16

Titik

Pengukuran Orde

IHD Arus (%)

THD arus dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.14, maka besarnya nilai THD arus pada titik pengukuran 1 fasa T adalah sebagai berikut:

���� =�

0,3642+ 0,332+ 0,0582 + 0,0342+ 0,032+ 0,0122

5,79 � 100%

= 8,583 %

Maka dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, dihitung THD arus untuk titik pengukuran yang lain. Tabel 4.17 menunjukkan nilai THD arus pada setiap titik pengukuran:

Tabel 4.17 THD Arus Pada Setiap Titik Pengukuran

(76)

62 Lanjutan Tabel 4.17

Titik

Besarnya THD arus pada setiap titik pengukuran diperlihatkan pada Gambar 4.4 di bawah ini:

Gambar 4.4 THD Arus Pada Setiap Titik Pengukuran

4.5.4 Harmonisa Tegangan

Besarnya IHD untuk tegangan dapat dihitung dengan cara yang sama dengan perhitungan IHD untuk arus, berikut besar IHD tegangan pada titik pengukuran 1 fasa T orde ketiga :

0,000

(77)

63

���� =217,6950,314 �100% = 0,144%

Maka dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, diperoleh besar IHD tegangan untuk setiap titik pengukuran adalah sebagai berikut:

Tabel 4.18 IHD Tegangan Pada Setiap Titik Pengukuran

Titik

Pengukuran Orde

(78)

64

9 0,159 0,226 0,149

Lanjutan Tabel 4.18

Titik Pengukuran Orde IHD Tegangan (%)

(79)

65

11 3 0,195 0,345 0,256

Lanjutan Tabel 4.18

Titik Pengukuran Orde IHD Tegangan (%)

R S T

THD tegangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.13, maka besarnya nilai THD pada titik pengukuran 1 fasa T adalah sebagai berikut:

���� =�

0,3142+ 3,3172+ 0,6362+ 0,2952+ 0,4322+ 0,1792

217,695 � 100%

= 1,579 %

Maka dengan menggunakan cara perhitungan yang sama, dihitung THD tegangan untuk titik pengukuran yang lain. Tabel 4.19 menunjukkan nilai THD tegangan pada setiap titik pengukuran:

Tabel 4.19 THD Tegangan Pada Setiap Titik Pengukuran

(80)

66

Pengukuran R S T

1 1,695 1,666 1,579

2 1,681 1,622 1,537

Lanjutan Tabel 4.19

Titik Pengukuran

THD Tegangan (%)

R S T

3 1,625 1,488 1,593

4 1,707 1,738 1,584

5 1,683 1,474 1,453

6 1,814 1,538 1,638

7 1,795 1,593 0,002

8 1,763 1,539 1,709

9 1,833 1,500 1,727

10 1,802 1,527 1,688 11 1,821 1,486 1,626

12 1,52 1,812 0,976

(81)

67 Gambar 4.5 THD Tegangan Pada Setiap Titik Pengukuran

4.5.5 Temperatur dan Kelembaban Ruangan

Berdasarkan data hasil pengukuran temperatur dan kelembaban ruangan (dapat dilihat pada Tabel 4.4) dapat dilihat bahwa temperatur ruangan yang terukur pada berbagai ruangan AC dan non-AC di Gedung J16 Departemen Teknik Elektro bervariasi dengan rentang antara 24,3 oC dengan kelembaban 75,2% hingga 28,5 oC dengan kelembaban 80,9%. Sedangkan temperatur ruangan ideal yang dianjurkan adalah 24 oC hingga 26 oC dengan kelembaban antara 30% hingga 60%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar ruangan memiliki temperatur ruangan diatas dari temperatur ruangan ideal yang dianjurkan, dan hal ini sangat mempengaruhi kenyamanan dari penghuni ruangan.

Selain itu, untuk ruangan yang memiliki pengkondisi udara (AC) harus diperhatikan apakah daya pendingin ruangan telah sesuai atau tidak. Hasil

0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

(82)

68 perhitungan daya AC ideal dari beberapa beberapa ruangan di Gedung J16 Departemen Teknik Elektro dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.20 Kapasitas Pendingin Ruangan Berdasarkan Perhitungan

Nomor Nama Ruangan Lantai Kapasitas (PK) Asumsi Perhitungan

1 R. Dosen J16.103 1 2 1,5

4.5.6 Intensitas Pencahayaan

Perbandingan antara intensitas cahaya yang diperoleh melalui pengukuran dengan nilai standar yang ditentukan oleh SNI 03-6197-2000 dapat dilihat pada Tabel 4.21 dibawah ini:

Tabel 4.21 Perbandingan intensitas cahaya hasil pengukuran dengan standar

Nomor Nama Ruangan Lantai

Intensitas Cahaya (Lux)

(83)

69

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masih banyak ruangan dengan intensitas cahaya dibawah standar. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perencanaan dalam menentukan pencahayaan ruangan. Disamping itu, jendela, langit-langit, juga lampu harus dijaga kebersihannya agar mendapatkan penerangan yang maksimal. Untuk itu, perlu dilakukan perawatan minimal sebulan sekali untuk membersihkan debu-debu yang menempel pada lampu maupun langit-langit ruangan. Pencahayaan yang kurang tentu akan sangat mengganggu kenyamanan penghuni ruangan, dalam hal ini dosen dan mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar maupun pegawai administrasi dalam melakukan pekerjaannya.

4.6 Rekomendasi Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap hasil pengukuran, maka dibuat sebuah rekomendasi berupa langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik di Gedung J16 Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

4.6.1 Efisiensi Sistem Tata Udara

(84)

70 1. Memilih pengkondisi udara (AC) hemat energi dengan daya yang sesuai

dengan kebutuhan ruangan.

2. Mengatur suhu ruangan pada rentang 24oC sampai dengan 26 oC. 3. Menutup pintu, jendela dan ventilasi ruangan ketika AC beroperasi. 4. Mematikan AC bila ruangan tidak digunakan.

5. Menempatkan AC sejauh mungkin dari sinar matahari langsung agar efek pendinginan tidak berkurang.

6. Membersihkan saringan (filter) AC secara teratur. 4.6.2 Efisiensi Sistem Tata Cahaya

Berikut hal yang dapat dilakukan untuk mengefisiensikan penggunaan energi listrik pada sistem tata cahaya :

1. Menggunakan lampu hemat energi.

2. Menyalakan lampu hanya pada saat diperlukan.

3. Menambah atau mengganti lampu di dalam ruangan yang intensitas cahayanya kurang.

4. Memanfaatkan pencahayaan alami/ cahaya matahari pada saat siang hari dengan membuka tirai jendela ruangan (jika memungkinkan).

5. Mengatur posisi/letak peralatan di dalam ruangan agar tidak menghalangi penerangan.

6. Menggunakan cat dinding, lantai dan langit-langit dengan warna yang terang, sehingga tidak membutuhkan penerangan yang berlebihan.

(85)

71 8. Memasang timer untuk mengontrol waktu nyala lampu pada setiap

ruangan.

4.6.3 Efisiensi Terhadap Sistem Kelistrikan

Berdasarkan analisa terhadap hasil pengukuran beberapa besaran listrik, maka dapat diperoleh beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi energi listrik pada Gedung J16 Departemen Teknik Elektro, antara lain:

1. Memperbaiki faktor daya karena nilai faktor daya diperoleh melalui hasil perhitungan masih dibawah standar yang ditetapkan oleh PLN.

2. Mereduksi distorsi harmonisa.

Gambar

Tabel 2.1 Standar Intensitas Konsumsi Energi
Gambar 2.3 Perbaikan Faktor Daya
Tabel 2.3 Spesifikasi Pengkondisi Udara (AC)
Gambar 3.1 Rangkaian Pengujian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Audit Energi Awal dilakukan dengan menganalisis tingkat kuat kuat penerangan, sistem tata udara disetiap ruangan dan menghitung Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik

Tingkat keandalan aspek administratif bangunan gedung J02 Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara memenuhi syarat tetapi untuk aspek teknis memiliki

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase daya listrik untuk beban di salah satu ruang laboratorium di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY yaitu laboratorium

FOTO-FOTO AUDIT ENERGI UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI PENGHEMATAN LISTRIK DI GEDUNG TOWER UNIVERSITAS.

Adapun tujuan yang hendak dicapai didalam penelitian ini adalah untuk menghitung intensitas konsumsi energi dalam hal ini energi listrik yang dipergunakan pada semua ruangan

Abstract — Masalah dalam instalasi tenaga listrik masih banyak ditemukan dilapangan, di gedung Fakultas Teknik jurusan Elektro dan Arsitektur UNRAT ditemukan

LAMPIRAN Lampiran I Jenis Alat Ukur Yang digunakan Gedung Utama, IGD dan Gedung Kebidanan Puskesmas Cempaka Lampiran II Gambar Lampu Yang digunakan di Gedung Utama, IGD dan Gedung

Pesona Indonesia Plywood Industri Banyuwangi” dengan harapan dapat mengetahui dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan energi listrik pada gedung kuliah terpadu.. Bagaimana